KESENJANGAN HARAPAN AUDIT ANTARA AUDITOR DAN AUDITEE DI JAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: RAIHAN FUADI NIM: 104082002666
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Amilin, SE.,Ak.,M.Si
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
i
Hari ini Tanggal 7 Bulan November Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Raihan Fuadi NIM: 104082002666 dengan Judul Skripsi ” Kesenjangan Harapan Audit Antara Auditor dan Auditee di Jakarta”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 November 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE.,Ak.,Msi Ketua
Yessi Fitri.,SE.,Msi.,Ak. Sekretaris
Dr. Abbas Ghozali. MA. Penguji Ahli
ii
Hari ini Tanggal 11 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Raihan Fuadi NIM: 104082002666 dengan Judul Skripsi ”Kesenjangan Harapan Audit Antara Auditor dan Auditee di Jakarta”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Maret 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Ketua
Yessi Fitri.,SE.,Msi.,Ak. Sekretaris
Afif Sulfa, SE, Ak, Msi. Penguji Ahli
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI
•
Nama
: Raihan Fuadi
•
Jenis Kelamin
: Laki-laki
•
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta / 01 September 1986
•
Agama
: Islam
•
Alamat
: Jl. Karet Pedurenan Rt 05/06 No. 45 Setiabudi Karet Kuningan Jakarta Selatan 12940
•
Telepon
: 08121869000/5269961
•
Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN
•
SDN 01 Karet Kuningan Jakarta
: 1992 – 1998
•
SLTPN 58 Jakarta
: 1998 – 2001
•
SMUN 3 Jakarta
: 2001 – 2004
•
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
: 2004 – 2009
III. PENGALAMAN ORGANISASI
•
Staf ROHIS SMAN 3 Jakarta
•
Ketua Forum Silaturahmi Alumni Rohis 2004 Sekretaris Perhimpunan Pelajar Karet
• Kuningan
Ketua BEMJ Akuntansi Periode 2006-
• 2007
iv
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA •
Ayah
: Dr. Abdul Chair, MA
•
Tempat/ Tanggal Lahir
:
Jakarta, 30
Desember •
Alamat
: Sda
•
Telepon
: 0215269961
•
Ibu
•
Tempat/ Tanggal Lahir
: Sri Badriati : Jakarta, 27
Maret •
Alamat
: Sda
•
Telpon
: 0215269961
•
Anak ke dari
: 1 dari 3 bersaudara
v
ABSTRACT The purposes of this research are to found the empirical evidences about the existence of audit expectation gap between auditor and auditee in Jakarta. Data used in this research are obtained from auditors perception at public accountant firm and auditee at company in DKI Jakarta. Data were collected by questioners and sampling methods used purposive random sampling. The analysis methods consist of test quality data and hypothesis analysis used independent sample T-test method. Computation result of validity test and reliability test show that all variables are valid and reliable. The result of hypothesis analysis do not show the existence of audit expectation gap between FAPM auditor and listed auditee, but show the existence of audit expectation gap between non FAPM auditor and non listed auditee. This gap exists in auditor responsibility aspect, auditor performance aspect, and individual characteristic of auditor aspect.
Key words: Audit Expectation Gap, Auditor, Auditee.
vi
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang ada tidaknya perbedaan harapan audit antara auditor dan auditee di Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari persepsi para auditor di Kantor Akuntan Publik dan auditee pada perusahaan di wilayah DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling. Metode analisis data yang digunakan terdiri dari uji kualitas data dan uji hipotesis dengan metode independent sample T-test. Hasil dari penelitian ini tidak menunjukkan adanya perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI, tetapi menunjukkan adanya perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta. Perbedaan ini terjadi di beberapa aspek yang dikaji, yaitu tanggung jawab auditor, kinerja auditor, dan karakteristik individu auditor.
Kata Kunci:
Kesenjangan Harapan Audit, Auditor, Auditee.
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Atas berkah, rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesenjangan Harapan Audit Antara Auditor dan Auditee di Jakarta”. Mengingat kemampuan penulis yang serba terbatas, penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Meskipun demikian mudah-mudahan skripsi ini dapat memberkan manfaat bagi semua pihak. Penulis juga menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh adalah juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ayah dan Ibu (Bapak Dr. Abdul Chair, MA dan Ibu Sri Bariati) tercinta dan adik-adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan serta bantuan baik moril maupun materil hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta sebagai Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 3. Bapak Amilin SE, Ak., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi dan Dosen Pembimbing II yang begitu telaten dan sabar dalam membimbing penulis, serta banyak memberi pengarahan dan masukan selama proses pengerjaan skripsi. 4. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 6. Staf akademik FEIS UIN yang telah banyak membantu: Bu Siska, Bu Dewi, Bu Lili, Bu Sulamah, Pak Rahmat.
viii
7. Fauzia Ningtyas tersayang yang selalu menemani dengan sabar dan tak henti-hentinya memberikan semangat serta doa. 8. Pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam pendistribusian kuesioner: Rahil, Rahma, Iyul, Nicca serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 9. Seluruh rekan-rekan kelas B akuntansi angkatan 2004. 10. Seluruh rekan-rekan BEMJ Akuntansi periode 2006-2007. 11. Seluruh responden yang turut berpartisipasi dalam pengisian kuesioner, serta semua pihak yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini, mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan kepada pihak-pihak yang telah disebutkan di atas. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakannya, sehingga skripsi ini menjadi lebih bermanfaat.
Jakarta, Februari 2009
Raihan Fuadi
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................... i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif............................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi.......................................................................... iii Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................ iv Abstract ................................................................................................................. vi Abstrak.................................................................................................................. vii Kata Pengantar ...................................................................................................... viii Daftar Isi ............................................................................................................... x Daftar Tabel........................................................................................................... xiii Daftar Gambar....................................................................................................... xiv Daftar Lampiran .................................................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian.................................................................. 1 B. Perumusan Masalah........................................................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS....... 8 A. Landasan Teori.................................................................................. 8 1. Definisi Audit .............................................................................. 8 2. Profesi Akuntan Publik ................................................................ 10 3. Kesenjangan Harapan Audit......................................................... 15 4. Aspek-aspek yang terdapat dalam Kesenjangan Harapan Audit.... 17 B. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 18 C. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 20 D. Perumusan Hipotesis ......................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 24 A Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 24
x
B. Metode Penentuan Sampel................................................................. 24 C. Metode Pengumpulan Data................................................................ 27 D. Operasionalisasi Variabel Penelitian.................................................. 28 1. Profesi Auditor dan Proses Audit ................................................. 29 2. Tanggung Jawab Auditor............................................................. 29 3. Kinerja Auditor Selama Penugasannya di Klien........................................................................................ 30 4. Karakteristik atau Kemampuan yang Harus Dimiliki Seorang Auditor .................................................. 30 E. Metode Analisis................................................................................. 33 1. Uji Kualitas Data ......................................................................... 33 a. Uji Validitas........................................................................... 33 b. Uji Reliabilitas....................................................................... 34 2. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 35 A. Demografi Responden ....................................................................... 35 1. Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................................... 36 2. Berdasarkan Usia Responden....................................................... 36 3. Berdasarkan Posisi atau Jabatan Kerja ......................................... 37 4. Berdasarkan Lama Bekerja .......................................................... 39 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan....................................................... 39 1. Uji Kualitas Data ......................................................................... 39 a. Uji Validitas .......................................................................... 40 b. Uji Reliabilitas....................................................................... 40 2. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 41 a. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit.............................. 41
xi
b. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit.............................. 43 c. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor .......................................... 45 d. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor .......................................... 47 e. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien......... 48 f. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien......... 50 g. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan _ublic........................................................... 51 h. Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan _ublic........................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................... 56 A.
Kesimpulan .................................................................................... 56
B.
Implikasi ........................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 59
LAMPIRAN ......................................................................................................... 62
xii
DAFTAR TABEL No.
Keterangan
Hal
3.1
Metode Penentuan Sampel................................................................. 26
3.2
Indikator Pengukuran Variabel Penelitian.......................................... 31
4.1
Distribusi Kuesioner .......................................................................... 35
4.2
Jenis Kelamin Responden.................................................................. 36
4.3
Tingkat Usia Responden.................................................................... 36
4.4.
Posisi Kerja Responden Auditor ........................................................ 37
4.5
Posisi Kerja Responden Auditee ........................................................ 38
4.6
Rata-rata Pengalaman Kerja Responden ............................................ 39
4.7
Uji Validitas Faktor ........................................................................... 40
4.8
Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha ..................................................... 40
4.9
Profesi Auditor dan Proses Audit, Uji-T Auditor FAPM dan Auditee Listed..................................................... 42
4.10
Profesi Auditor dan Proses Audit, Uji-T Auditor Non FAPM dan Auditee Non Listed ................................................................................................ 44
4.11
Tanggung Jawab Auditor, Uji-T Auditor FAPM dan Auditee Listed.................................................................. 46
4.12
Tanggung Jawab Auditor, Uji-T Auditor non FAPM dan Auditee non Listed ................................................... 47
4.13
Kinerja Auditor, Uji-T Auditor FAPM dan Auditee Listed.................................................................................... 49
4.14
Kinerja Auditor , Uji-T Auditor non FAPM dan Auditee non Listed ........................................................... 51
4.15
Karakteristik Individu
Auditor,
Uji-T
Auditor FAPM dan Auditee Listed..................................................... 53 4.16
Karakteristik Individu
Auditor,
Uji-T
Auditor non FAPM dan Auditee non Listed ................................................................................................ 54
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Hal
2.1
Kerangka Pemikiran ......................................................................... 22
4.1
Jenis Kelamin Responden.................................................................. 36
4.2
Tingkat Usia Responden.................................................................... 37
4.3
Posisi Kerja Responden Auditor ........................................................ 38
4.4
Posisi Kerja Responden Auditee ........................................................ 38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Hal
1
Kuesioner.......................................................................................... 62
2
Data Responden ................................................................................ 66
3
Distribusi Jawaban ............................................................................ 70
4
Hasil Uji Validitas............................................................................. 78
5
Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................... 82
6
Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 87
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Di masa sekarang ini, peran auditor di mata masyarakat sangatlah penting.
Auditor diharapkan untuk memberikan rasa aman pada masyarakat atau investor terhadap keberlangsungan perusahaan yang diaudit. Di sisi lain, auditor juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan tugasnya ketika mengaudit suatu perusahaan. Brooks (1995:66) dalam Soedaryono dan Harti (2001:28) menjelaskan hubungan yang terjadi antara auditor dengan kliennya adalah hubungan fiduciar. Hubungan ini timbul jika jasa yang ada sangat dibutuhkan, dan terjadi kesenjangan pengetahuan yang sangat tajam antara auditor dengan kliennya, sehingga klien harus percaya seluruhnya pada hasil kerja auditor dan kepakaran auditor serta pertimbangan profesionalnya. Kepercayaan yang diberikan klien menjadi begitu penting untuk dijaga, sehingga klien meminta pengorbanan auditor ketika kepentingannya terancam. Pada hubungan fiduciar ini, auditor dianggap sebagai orang yang tahu segalanya, yang berhubungan dengan akuntansi, sehingga harapan masyarakat dinilai terlalu tinggi bagi auditor. Auditor, di sisi lain, tidak punya aturan yang cukup memadai dan jelas mengenai batasan tanggung jawab atas pekerjaannya secara rinci. Kasus auditor yang menerbitkan opini wajar tanpa pengecualian, kemudian tiga bulan berikutnya kliennya dinyatakan pailit, dinilai sebagai
xvi
ketidakmampuan auditor dalam mendeteksi gejala tersebut. Padahal, belum tentu kepailitan tersebut adalah murni karena auditor tidak kompeten, bisa saja terjadi akibat kesalahan dari manajemennya Soedaryono dan Harti (2001:28). Menurut beberapa penelitian terdahulu, masyarakat berharap bahwa auditor menguasai semua hal yang berkaitan dengan akuntansi, temasuk pengendalian internal, pajak, dan juga sistem informasi teknologi. Selain itu auditor juga diharapkan mampu memahami standar profesi yang berlaku bagi profesi yang dijalaninya, termasuk peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku. Bagi auditor, harapan atau ekspektasi masyarakat ini mau tidak mau harus dipenuhi agar kredibilitas dan kepercayaan auditor di mata publik tidak jatuh, namun demikian, pada praktek di lapangan, belum tentu semua harapan tersebut bisa dipenuhi, karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki seorang auditor. Masalah di atas disebut dengan audit expectation gap atau kesenjangan harapan audit. Menurut Liggio (1974) dalam Lee, Gloeck, and Palaniappan (2007:2), kesenjangan harapan audit adalah perbedaan tingkat kinerja yang diharapkan antara auditor dan pengguna laporan keuangan. Ojo (2006:2) mendefinisikan kesenjangan harapan audit sebagai perbedaan antara persepsi pengguna laporan keuangan dan klaim profesi akuntan publik mengenai kinerja yang sehaursnya dia lakukan dalam melakukan audit. Harus diperhatikan bahwa harapan atau klaim profesi akuntan publik belum tentu sama dengan harapan dari auditor itu secara pribadi. Harapan seorang auditor mungkin berbeda dengan apa yang telah dan akan dia lakukan ketika mengaudit.
xvii
Ada beberapa kasus di Indonesia yang berkaitan dengan masalah ini. Kasus kesalahan pencatatan persediaan di Kimia Farma pada tahun 2001 (Syahrul, 2002:1) adalah salah satu contoh kasus tersebut. Akibat dari kelalaian dalam mendeteksi kesalahan, akuntan publik yang mengaudit Kimia Farma pada tahun tersebut dikenai sanksi oleh Bapepam, padahal menurut keterangan dari auditor itu sendiri, mereka telah melakukan audit sesuai standar yang berlaku. Bapepam menilai laporan audit atas laporan keuangan perusahaan tersebut telah menyesatkan penggunanya, terutama investor. Disini perlu diteliti lebih lanjut tingkat harapan masyarakat terhadap auditor, karena jika sekilas dilihat, mereka berharap auditor mampu mendeteksi semua kesalahan pada laporan keuangan, padahal tugas dan tanggung jawab auditor dibatasi oleh standar pelaksanaan yang berlaku. LJ Lopes (1896) dalam Ojo (2006:1) mengatakan bahwa auditor adalah penjaga (watchdog), bukan pencari kesalahan (bloodhound). Jadi, auditor merasa bahwa dia sudah melakukan semua hal yang harus dilakukan, sedangkan auditee merasa bahwa auditor seharusnya melakukan hal yang lebih daripada itu. Lee et al (2007:6), menyebutkan bahwa kesenjangan harapan audit ditemukan di Malaysia, terutama pada isu–isu yang terkait dengan tanggung jawab auditor, yaitu tanggung jawab dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan serta tanggung jawab dalam memeriksa internal kontrol. Dalam konteks Indonesia, perlu diteliti apakah terjadi kasus yang sama atau tidak. Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Soedaryono dan Harti (2001). Perbedaan penelitian ini terletak pada responden
xviii
dan variabel penelitiannya. Penelitian terdahulu meneliti perbedaan auditor dan auditee dengan enam variabel, sedangkan pada penelitian ini hanya empat variabel. Hal ini dikarenakan dua variabel lain tidak valid dalam penelitian tersebut. Responden pada penelitian tersebut ada lima, yaitu auditor, auditee yang diwakili oleh manajer keuangan, pialang saham, bankir dan mahasiswa. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, kelompok responden pada penelitian ini hanya terdiri dari dua kelompok, yaitu auditor dan auditee, yang diwakili oleh manajer atau staf keuangan perusahaan, namun kelompok auditor terbagi dua lagi menjadi auditor yang tergabung dalam FAPM (Forum Akuntan Pasar Modal) dan auditor yang non FAPM. Kemudian, kelompok auditee juga dibagi menjadi dua, yaitu auditee yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan auditee yang tidak listing di BEI. Inti dari penelitian ini adalah membandingkan harapan audit antara auditor FAPM dengan Auditee yang listing dan auditor Non FAPM dengan Auditee yang tidak listing. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini diberi judul “Kesenjangan Harapan Audit Antara Auditor dan Auditee di Jakarta”
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
penelitian mengenai kesenjangan harapan audit. Masalah yang dibahas terbatas pada: 1.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit.
xix
2.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit.
3.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor.
4.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor.
5.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien.
6.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien.
7.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik.
8.
Apakah terdapat perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik.
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
xx
1.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit.
2.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit.
3.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor.
4.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor.
5.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien.
6.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien.
7.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik.
8.
Untuk mengetahui perbedaan harapan antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi profesi auditor, dunia bisnis
maupun bagi dunia pendidikan.
xxi
1.
Profesi Auditor Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan bagi auditor di Jakarta untuk meningkatkan kinerja dalam melakukan proses audit sesuai dengan harapan para pengguna laporan keuangan.
2.
Dunia Bisnis Manfaat penelitian ini juga dapat dirasakan bagi kalangan pebisnis di Indonesia untuk menyampaikan dan mengukur tingkat ekspektasi mereka sendiri terhadap auditor di Indonesia.
3.
Bagi Dunia Pendidikan Penelitian ini juga bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya pendidik di bidang akuntansi, untuk menambah ilmu dan wawasan di bidang audit serta sebagai landasan untuk melahirkan penelitian selanjutnya.
xxii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A.
Landasan Teori
1.
Definisi Audit Laporan dari Committee on Basic Auditing Concepts of the American
Accounting Association (Accounting Review, vol.47) dalam Boynton, William, dan Raymond (2006:6) mendefinisikan audit sebagai suatu proses yang sistematik dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif yang terkait dengan asersi pada suatu kegiatan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna. Arens, Beasley, dan Elder (2008:8) menyebutkan bahwa auditing adalah akumulasi dan evaluasi dari bukti-bukti yang diperoleh untuk menentukan dan melaporkan suatu tingkat koresponden atau kesesuaian antara informasi tadi dengan kriteria yang berlaku. Auditing harus dikerjakan oleh orang yang kompeten dan independen. Agoes (2004) dalam Suharli (2006:36) menyatakan bahwa auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan klien. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ada beberapa jenis audit menurut Boynton et al (2006:8), yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Ada satu jenis audit
xxiii
lagi yang dijelaskan oleh Messier (2003:15) yaitu audit forensik. Masing-masing jenis audit itu dijelaskan sebagai berikut: a.
Audit Laporan Keuangan Audit
laporan
mengumpulkan
keuangan
atau
financial
statement
audit
adalah
dan mengevaluasi bukti-bukti yang terdapat pada
pernyataan entitas mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas dengan tujuan untuk mengetahui apakah laporan mereka disajikan secara wajar dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PSAK di Indonesia atau GAAP di Amerika dan diekspresikan melalui opini. Jenis audit ini dilakukan oleh akuntan independen atau akuntan publik. Audit ini biasanya dilakukan pada perusahaan yang kepemilikan modalnya bersifat terbuka, walaupun begitu tidak sedikit perusahaan tertutup yang juga melakukannya b.
Audit Kepatuhan Audit kepatuhan atau compliance audit adalah mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti untuk mengetahui apakah kegiatan keuangan atau operasi pada suatu entitas mematuhi suatu kondisi, aturan, atau regulasi. Kondisi dan aturan yang ditetapkan berbeda-beda di tiap entitas dan berasal dari sumber yang juga berbeda
c.
Audit Operasional Audit operasional atau operational audit adalah mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai efektivitas dan efisiensi yang terdapat pada kegiatan operasi suatu entitas dalam hubungannya dengan suatu tujuan tertentu. Audit ini dapat juga dikatakan sebagai audit performa atau
xxiv
manajemen audit. Audit jenis ini biasanya dilakukan oleh auditor internal karena hasilnya tidak harus dikomunikasikan ke publik. d.
Audit Forensik Audit forensik bertujuan untuk mendeteksi atau mencegah berbagai jenis aktivitas kecurangan (fraudulent activities). Terdapat beberapa contoh dimana audit forensik mungkin dilakukan, yaitu:
2.
1)
Kecurangan bisnis (business fraud)
2)
Investigasi kriminal (criminal investigation)
3)
Perselisihan shareholder
Profesi Akuntan Publik Boynton (2006:10) menjelaskan, auditor atau Certified Public Accountants
adalah mereka, baik secara individu ataupun yang tergabung sebagai anggota suatu firma akuntan publik yang melakukan pelayanan audit secara profesional kepada klien. Untuk mendapatkan sertifikat akuntan publik diperlukan pengalaman dan kelulusan dalam ujian sertifikasi. Pada abad 21 ini, akuntan publik atau auditor mempunyai peranan besar dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Karena begitu pentingnya peranan mereka, di setiap negara ada peraturan yang sangat ketat bagi para akuntan publik dalam menjalakan profesi mereka. Kesalahan sedikit dapat berakibat fatal bahkan dapat dituntut pidana. Dalam beberapa kasus belakangan ini terbukti bahwa fraud atau kecurangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan tidak terlepas dari peran atau kesalahan auditor. Kasus Enron dan World.Com menjadi contoh dari kasuskasus tersebut.
xxv
Pendapat atau opini yang dinyatakan auditor akan berguna bagi pihak pemakai laporan keuangan hasil auditan untuk membuat keputusan ekonomi. Guy dan Sullivan (1988) dalam Yuliati, Winarna dan Setiawan (2007:4) menyatakan bahwa masyarakat dan para pemakai laporan keuangan yakin bahwa auditor seharusnya bersikap sebagai berikut: a.
Lebih bertanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud) dan tindakan-tindakan ilegal (illegal act).
b.
Meningkatkan efektivitas audit yaitu meningkatkan deteksi terhadap kekeliruan yang material.
c.
Mengkomunikasikan kepada para pemakai laporan keuangan informasi yang lebih bermanfaat tentang sifat dan hasil dari suatu proses audit, termasuk peringatan dini mengenai kegagalan bisnis (business failure).
d.
Berkomunikasi secara jelas dengan komite atau pihak-pihak lain yang berkepentingan atau bertanggung jawab terhadap reliabilitas laporan keuangan. Seorang auditor atau akuntan publik di Indonesia harus patuh pada Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Akuntan dalam menjalankan profesi mereka. Dengan mematuhi standar dan kode etik ini, diharapkan auditor mampu menjaga kualitas dan integritas profesi mereka. SPAP disusun dan diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia–Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Sebagai aturan mutu dalam pekerjaan akuntan publik, Dewan Standar Profesional Akuntan Publik menerbitkan lima macam standar profesional, yaitu:
xxvi
a.
Standar Auditing Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. Standar auditing berbeda dengan prosedur audit. ‘Prosedur’ merupakan langkah yang harus dilaksanakan, sedangkan ‘standar’ berkaitan dengan kriteria atau mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan (Rahayuningsih, 2001:15).
b.
Standar Atestasi Dalam
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
423/KMK.06/2002,
disebutkan bahwa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
xxvii
c.
Standar Jasa Akuntansi dan Review Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Pekerjaan non-atestasi yang dilakukan oleh auditor tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat akuntan.
d.
Standar Jasa Konsultansi Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi akuntan publik yang menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
e.
Standar Pengendalian Mutu Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Selain Standar Profesional, akuntan publik di Indonesia juga memiliki Kode
Etik Akuntan Indonesia. Kode etik yang dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ini, merupakan pedoman bagi auditor di Indonesia untuk melaksanakan pekerjaan secara bertanggung jawab dan obyektif. Setiap auditor harus mematuhi
xxviii
kode etik profesi ini tanpa kecuali. Setiap pelanggaran atas kode etik ini bisa dituntut dan dikenakan sanksi yang berat. Kode etik profesi merupakan suatu prinsip moral dan pelaksanaan aturanaturan yang memberi pedoman dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, sesama
rekan
akuntan
atau
pihak-pihak
yang
berkepentingan
lainnya
(Rahayuningsih, 2001:17). Hal yang mendasari suatu kode etik profesi adalah masyarakat umum percaya kepada kualitas pelayanan tanpa memperhatikan orang yang memberikan pelayanan. Kepercayaan publik adalah modal dasar yang harus dimiliki setiap akuntan, terutama akuntan publik. Untuk mendapatkan kepercayaan itu, akuntan harus memiliki mutu dan etika kerja yang terstandardisasi. Kode etik akuntan ini diharapkan bisa membantu akuntan dalam mencapai tingkat mutu pekerjaan yang diharapkan Menurut Carey (1974) dalam Rahayuningsih (2001:18), kode etik bertujuan sebagai berikut: a.
Kode etik menuntun bagaimana memelihara suatu sikap profesional yang akan membantunya mencapai sukses.
b.
Kode etik memberi klien dan klien potensial suatu dasar untuk meyakinkan bahwa akuntan publik benar-benar melayani mereka dengan baik dan menempatkan pelayanan di atas imbalan.
c.
Kode etik memberi keyakinan pada pihak ketiga bahwa akuntan publik telah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang obyektif dan independen dengan mengungkapkan opininya.
xxix
Profesi auditor di Indonesia bisa kita kelompokkan lagi menjadi dua, yaitu auditor yang tergabung dalam Forum Akuntan Pasar Modal (FAPM) dan Auditor yang non FAPM. Forum Akuntan Pasar Modal adalah akuntan publik atau auditor yang terdaftar di pasar modal, dalam hal ini adalah Bursa Efek Indonesia atau BEI. Akuntan yang tergabung dalam FAPM ini bisa melakukan kegiatan di bidang pasar modal, misalnya menjadi akuntan penjamin emisi efek atau akuntan perantara perdagangan efek, dan lainnya. Salah satu syarat untuk masuk FAPM harus menjadi anggota IAI-KAP. Bapepam pun mensyaratkan adanya Surat Tanda Daftar (STD). Dengan syarat itu, seorang akuntan harus mengikuti pendidikan dulu, dan bila lulus akan mendapat sertifikat. Anggota FAPM yang melakukan kesalahan bisa langsung diperiksa Bapepam. Jika terbukti bersalah, Bapepam bisa membekukan izin akuntan, misalnya selama dua bulan. Artinya, selama dua bulan akuntan publik yang bersangkutan tidak bisa berpraktek di pasar modal. Tapi, ia bisa saja berpraktek pada perusahaan yang tak terdaftar di pasar modal (Adityasih, Tia: 2006). 3.
Kesenjangan Harapan Audit Istilah Expectation gap dapat ditelusuri awal mula penggunaannya di AS
pada tahun 1974 saat American Institute of Certified Public Accountans (AICPA) membentuk Commission on Auditor’s Responsibilities, yang selanjutnya disebut sebagai Cohen Commission. Komisi ini dibentuk untuk menanggapi kritik masyarakat mengenai kualitas kinerja auditor yang pada saat itu terdapat berbagai kasus
yang
memperlihatkan
bahwa
auditor
gagal
mendeteksi
atau
mengungkapkan kegagalan atau tindakan penyimpangan dari perusahaaan-
xxx
perusahaan yang dimiliki publik. Komisi ini bertugs secara khusus memberikan rekomendasi tentang tanggung jawab auditor yang tepat (sesuai dengan profesi). Menurut Cohen Commission, para pemakai laporan keuangan audit biasanya mempunyai harapan yang masuk akal tentang kemampuan auditor dan keyakinan yang dapat diberikan auditor. Hal ini memberikan gambaran bahwa expectation gap lebih disebabkan karena kegagalan profesi akuntan publik untuk bereaksi dan berkembang agar tidak tertinggal oleh perubahan bisnis dan lingkungan sosial (Yuliati et al, 2007:6). Definisi kesenjangan harapan audit sendiri pertama kali dijelaskan oleh Liggio (1974:24) dalam Soedaryono dan Harti (2001:30), sebagai perbedaan tingkat performa yang diharapkan akuntan independen dan yang diharapkan oleh pemakai laporan keuangan. Sejak itu, banyak penelitian yang diadakan untuk mengetahui kesenjangan harapan audit dengan masyarakat dan kliennya. Expectation gap menurut Guy dan Sullivan (1988) dalam Yuliati, et al (2007:6) adalah perbedaan antara apa yang masyarakat dan pengguna laporan keuangan percaya sebagai tanggung jawab akuntan dan auditor dan apa yang akuntan dan auditor percaya sebagai tanggung jawabnya. Expectation gap menurut Abrema Glossary adalah kesenjangan (gap) antara standar kinerja auditor dan berbagai macam ekspektasi publik terhadap kinerja auditor (Yuliati et al, 2007:7). Laporan dari The Cohen Commission Report (CAR, 1978 menyatakan bahwa Audit Expectation gap
dalam Lee et al, 2007:2)
sebagai perbedaan antara harapan
masyarakat terhadap auditor dan bagaimana seharusnya seorang auditor bertindak.
xxxi
Porter (1993) dalam Lee et al (2007:2) mengatakan bahwa kedua definisi yang dikemukakan oleh Liggio dan CAR di atas terlalu sempit. Dia berpendapat bahwa kritik kepada auditor yang sering terjadi adalah akibat dari kegagalan auditor untuk memenuhi ekspektasi (harapan) masyarakat sehingga merusak fungsi dari audit itu sendiri. Porter (1993) dalam Lee et al (2007:2) mengatakan bahwa fungsi audit didasari pada kepercayaan masyarakat atas pekerjaan audit yang efektif dan kepercayaan terhadap opini auditor. Apabila kepercayaan itu hilang, maka fungsi audit menjadi hancur dan tidak berguna. Kesenjangan harapan audit ini sangatlah penting bagi profesi auditor, karena semakin banyak harapan masyarakat yang tidak terpenuhi, berarti semakin menurunnya kredibilitas, potensi pendapatan, dan prestise bagi dunia akuntan publik (Lee et al, 2008:2). 4.
Aspek–aspek yang Terdapat dalam Kesenjangan Harapan Audit Soedaryono dan Harti (2001:31), menyebutkan tiga aspek yang terdapat
dalam kesenjangan harapan audit, yaitu: a.
Audit Assurance Para pemakai laporan keuangan, terutama investor mengehendaki auditor
menjamin laporan keuangan yang telah diaudit. Sementara itu, auditor memiliki batasan tanggung jawab dalam hal ini. Auditor hanya bertanggung jawab untuk memberikan keyakinan yang memadai atas kewajaran yang terdapat dalam laporan keuangan yang telah diaudit.
xxxii
b.
Audit Reporting Menurut masyarakat, opini wajar tanpa pengecualian seharusnya diberikan
kepada mereka yang benar-benar bersih dan bebas dari penyimpangan dan tidak menjadi bangkrut setelah diaudit. Auditor diminta untuk bertanggung jawab juga terhadap seluruh pemegang saham, selain kepada pihak manajemen. Sementara itu auditor bukanlah seorang polisi yang akan mencegah, mendeteksi, dan melaporkan seluruh aktivitas finansial di suatu perusahaan, tetapi bertindak sebagai konselor atas manajemen. c.
Audit Independence Masyarakat jelas menghendaki auditor dan praktik audit yang independen,
tidak terpengaruh oleh berbagai pihak dalam menentukan opini yang diberikan, namun seringkali auditor tidak bisa sepenuhnya melakukan hal tersebut. Berbagai faktor telah mendorong auditor menjadi tidak independen, seperti meningkatnya persaingan bisnis KAP yang menjadikan mereka menurunkan tarif dan menurunkan margin biaya operasional sehingga membuat mereka sangat tergantung kepada klien demi kelangsungan hidup KAP.
B.
Penelitian Terdahulu Keberadaan expectation gap telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa
penelitian sebelumnya. Best, Peter J, dan Sherena Buckby (1999:1), meneliti perbedaan harapan audit antara auditor dan masyarakat umum di Singapura. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan harapan audit antara auditor dan masyarakat dalam tingkat menengah atau moderat. Perbedaan yang paling
xxxiii
signifikan terdapat pada bagian “pencegahan dan deteksi kecurangan”. Walaupun begitu terdapat tambahan, yaitu para investor percaya bahwa auditor memiliki tanggung jawab untuk meyakinkan adanya kontrol internal di perusahaan yang diaudit. Pany (1993) dalam Yuliati et al, (2007:7) meneliti tentang keberadaan Expectation gap antara jurors (anggota juri) dengan auditor. Penelitian yang melibatkan 141 orang juror dari Municipal County Juror Pool dan 78 orang auditor dari perusahaan-perusahaan akuntansi internasional. Hasilnya adalah bahwa jurors secara sistematis mempunyai harapan yang lebih tinggi daripada yang auditor sediakan. Hasil ini mengimplikasikan bahwa terdapat expectation gap tentang fungsi audit. Bostick, Lisa, dan Michael (2004:19) meneliti kesenjangan harapan audit di Amerika
dengan
tujuan
untuk
mengidentifikasi
tindakan
yang
bisa
meminimalisasi kesenjangan tersebut. Mereka mengusulkan untuk merevisi “professional guidance” (panduan profesional) yang terkait dengan tindakan ilegal, agar lebih efektif. Lin dan Feng (2005:93) juga meneliti kesenjangan harapan audit ini di Republik China. Penelitian ini membuktikan adanya kesenjangan audit pada beberapa aspek, yaitu tujuan audit, kewajiban audit untuk mendeteksi kecurangan, independensi auditor, dan kewajiban auditor kepada pihak ketiga. Hal itu menyebabkan auditor di China mulai membatasi kewajiban mereka dalam mendeteksi kecurangan dengan mengadopsi beberapa peraturan dari negara barat.
xxxiv
Lee et al (2007:1) meneliti Audit Expectation gap ini di Malaysia. Mereka melakukan survey questioner terhadap auditor, auditee, dan profesi lain yang terkait dengan pekerjan audit (audit beneficiaries). Ada dua tujuan dari penelitian ini, yaitu menguji apakah terdapat kesenjangan harapan audit di Malaysia pada tiga subjek di atas dan menganalisis sifat (nature) dari kesenjangan harapan audit itu. Hasilnya adalah auditee dan audit beneficiaries memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap pekerjaan auditor daripada auditor itu sendiri. Dengan kata lain, terdapat perbedaan harapan audit yang cukup signifikan antara auditor dan auditee maupun audit beneficiaries. Di Indonesia keberadaan expectation gap
telah diteliti oleh beberapa
peneliti. Soedaryono dan Harti (2001:33) melakukan survey terhadap enam (6) kelompok, yang terdiri dari lima (5) pemakai laporan keuangan dan auditor itu sendiri, yaitu auditor, manajer keuangan, pialang, bankir dan mahasiswa. Penelitian tersebut menunjukkan perbedaan harapan auditor dan pemakai laporan keuangan. Perbedaan tersebut terjadi di semua aspek penelitian yang diuji, yaitu hasil kerja auditor, tanggung jawab auditor, dan kinerja auditor.
C.
Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Soedaryono dan Harti (2001). Penelitian ini difokuskan di wilayah DKI Jakarta. Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner. Salah satu poin yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada jumlah kelompok responden. Pada penelitian Soedaryono dan Harti (2001)
xxxv
terdapat lima kelompok responden, yaitu auditor, manajer keuangan, pialang saham, bankir, dan mahasiswa. Sedangkan penelitian ini tidak mengelompokkan auditee menjadi empat seperti itu, sehingga kelompok responden pada penelitian ini hanya dua, yaitu auditor dan auditee. Pengelompokkan auditor dan auditee menjadi FAPM, non FAPM, Listed, dan non listed, juga menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Satu hal lagi adalah jumlah variabel independen yang diperkecil dari enam, yaitu Proses audit dan tanggung jawab auditor, kinerja auditor, sikap auditor terhadap laporan keuangan kliennya, sikap auditor terhadap perusahaan kliennya, perilaku yang tercela dan aturan yang seharusnya ada pada KAP, dan karakteristik yang harus dimiliki individu akuntan. Sedangkan pada penelitian ini terdapat empat variabel independen, yaitu profesi audit dan proses audit, tanggung jawab auditor, kinerja auditor selama penugasannya di klien, dan karakteristik yang harus dimiliki seorang auditor. Proses audit dan tanggung jawab auditor dipisah, karena memiliki dua hal yang cukup berbeda, sedangkan sikap auditor terhadap klien, laporan keuangan klien dan perilaku tercela dihilangkan karena memiliki hasil yang tidak signifikan. Untuk variabel dependennya tidak berubah, yaitu perbedaan harapan audit antara auditor dan auditee. Golongan auditor dibagi menjadi dua, yaitu auditor FAPM (Forum Akuntan Pasar Modal) dan auditor non FAPM. Demikian juga untuk golongan auditee, peneliti membagi menjadi dua, yaitu Auditee yang terdaftar di BEI dan Auditee yang tidak terdaftar di BEI. Penelitian ini mengasumsikan bahwa auditee non listed selalu diaudit oleh auditor non FAPM. Hal ini disebabkan karena auditee non listed biasanya memiliki modal yang tidak
xxxvi
besar jika dibandingkan dengan auditee yang listed, sehingga mereka hanya mampu membayar jasa audit yang ditawarkan oleh auditor non FAPM. Gambar di bawah ini adalah model dari kerangka pemikiran yang akan diteliti: Gambar 2.1: kerangka pemikiran
rumusan Sumber: Hipotesis Dikutip dari berbagai Sumber D.
Perumusan Hipotesis Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ha1 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit. Ha2 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit. Ha3 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor. Ha4 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor.
xxxvii
Ha5 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien. Ha6 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien. Ha7 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik. Ha8 : Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik.
xxxviii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) dan auditee di Jakarta. Untuk KAP dibagi dua, yaitu KAP yang tergabung dalam FAPM (Forum Akuntan Pasar Modal) dan auditor non FAPM. Begitu juga dengan auditee, peneliti membagi dua kelompok, yaitu auditee yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan auditee yang tidak terdaftar di BEI. Responden auditee pada penelitian ini terdiri dari manajer keuangan dan bankir (akuntan di suatu bank). Jakarta dipilih sebagai tempat pengambilan sampel karena Jakarta cukup representative dan strategis untuk bisnis. Banyak Kantor Akuntan Publik di luar Jakarta yang menjadi cabang-cabang KAP terbaik di Jakarta. Begitu juga dengan berbagai perusahaan yang ada di luar Jakarta.
B.
Metode Penentuan Sampel Pengambilan
sampel penelitian dilakukan
dengan
metode
sampel
berdasarkan pertimbangan atau judgment sampling (Indriantoro dan Bambang, 2001:131). Judgment Sampling merupakan bagian dari metode Non-Probability Sampling dimana sampel yang diambil didasarkan pada karakteristik-karakteristik atau kriteria-kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, karakteristik dari sampel adalah responden yang sudah bekerja paling lambat satu tahun sebagai auditor di
xxxix
KAP dan sebagai manajer atau staf keuangan di perusahaan. Responden yang sudah bekerja selama satu tahun atau lebih, baik itu auditor ataupun auditee diharapkan sudah memahami dan berpengalaman dalam hal audit, sehingga jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner tidak menjadi bias. Ukuran sampel ditentukan dengan mempertimbangkan tidak adanya keterangan yang memadai atau kepastian mengenai besarnya populasi. Hal ini sesuai dengan Parel (1973) dalam Oktavia (2005:20), yaitu dalam keadaan seperti ini, tidak dapat digunakan rumus:
Dimana n
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
e
= Persentasi kesalahan
Hal yang dapat dipakai untuk dijadikan pedoman menurut Parel (1973) dalam Oktavia (2005:21) adalah 1.
Jika N besar maka ambil persentase yang kecil
2.
Ukuran contoh atau sampel tidak lebih kecil dari 30
3.
Ukuran contoh atau sampel disesuaikan dengan kemampuan biaya dan waktu. Berdasarkan hal tersebut, jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan
sebanyak 100 responden, karena dianggap memenuhi syarat pedoman di atas, yaitu di atas 30 responden. Responden terbagi menjadi dua, yaitu 50 auditor dan 50 auditee. Sampel ini kemudian dibagi lagi masing-masing menjadi dua bagian,
xl
yaitu 25 responden auditor FAPM dan 25 responden auditor non FAPM, serta 25 responden auditee yang listed di BEI dan 25 responden auditee yang non listed di BEI. Untuk responden
auditor,
pengambilan
sampel dilakukan dengan
mendasarkan pada direktori Akuntan Publik tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia Terdapat total 246 Kantor Akuntan Publik di Jakarta dari daftar tersebut. Dari 246 KAP tersebut dipilih masing-masing lima (5) KAP, kemudian dipilih 5-10 auditor untuk menjadi responden sesuai kriteria di atas. Tabel 3.1. Metode Penentuan Sampel Responde n Auditor FAPM Auditor Non FAPM Auditee BEI Auditee non BEI
Sumber data Direktori IAPI 2008
Metode
Judgment Sampling
Direktori IAPI 2008
www.idx.co.id Berbagai sumber
Sumber : (Indriantoro dan Bambang, 2001)
Total
Karakterist Jumlah ik sampel Sudah bekerja di posisi yang sama minimal satu tahun.
25 responden
25 responden 25 responden 25 responden 100 responden
Sumber: Dikutip dari Berbagai Sumber
Untuk responden auditee yang terdaftar di BEI, sampel dipilih berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh BEI di situs www.idx.co.id (2008). Sedangkan untuk auditee yang tidak terdaftar di BEI, sampel ditentukan secara acak. Perusahaan atau bank yang dipilih sebagai responden tidak dibatasi oleh besar kecilnya skala usaha. Terdapat masing-masing lima perusahaan atau bank yang
xli
dijadikan target sampel. Dari lima perusahaan dan bank tersebut dipilih 5-10 manajer atau staf keuangan untuk menjadi responden. Lihat tabel 3.1.
C.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui dua cara. Cara
pertama adalah mengambil data sekunder dari perpustakaan dan media lainnya atau studi pustaka. Data sekunder ini termasuk telaah dari jurnal-jurnal, bukubuku, majalah, internet, dan beberapa referensi lainnya. Cara kedua adalah mengumpulkan data primer mengenai kesenjangan harapan audit di Jakarta. Data ini diperoleh melalui instrumen kuesioner yang dikirimkan kepada auditor dan auditee. Penyebaran kuesioner kepada masing-masing kelompok responden dilakukan melalui dua cara, pertama melalui mail survey (Indriantoro dan Bambang, 2001:155). Mail survey ini ditujukan langsung kepada pimpinan KAP dan manajer keuangan perusahaan atau bank. Menurut Rahayuningsih (2001:50), mail survey memiliki beberapa kelebihan, yaitu: a.
Responden memilki waktu untuk mempertimbangkan jawaban yang diberikan sehingga terhindar dari perasaan tertekan untuk memberikan jawaban spontan dan bebas mengungkapkan jawaban atas pertanyaan.
b.
Identitas responden tersimpan rapi di tangan peneliti atau bahkan tidak perlu diungkapkan responden saat mengisi kuesioner. Metode mail survey ini juga memiliki kelemahan, yaitu responden sering
menolak untuk mengisi kuesioner. Hal ini bisa mengakibatkan tingkat pengembalian kuesioner rendah dan tidak sesuai dengan harapan peneliti. Untuk
xlii
mengatasi kelemahan ini, peneliti menyertakan perangko balasan pada setiap kuesioner yang dikirimkan melalui mail survey. Cara lain yang digunakan adalah mendistribusikannya langsung kepada responden. Peneliti juga melakukan snowball sampling (Hamid, 2007:30), yaitu menghubungi auditor dan manajer atau staf keuangan yang dikenal secara pribadi oleh peneliti untuk mendistribusikan kuesioner tersebut kepada rekan-rekannya agar penyampaiannya lebih efektif. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama kuesioner adalah data pribadi responden auditor dan auditee. Bagian kedua adalah inti dari penelitian ini yang terdiri dari empat (4) kelompok pertanyaan. Kelompok pertanyaan pertama mengenai profesi auditor dan proses audit. Kelompok pertanyaan kedua mengenai tanggung jawab auditor. Kelompok pertanyaan ketiga mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien. Kelompok pertanyaan keempat mengenai karakteristik atau kemampuan yang harus dimiliki seorang auditor.
D.
Operasionalisasi Variabel Penelitian Kesenjangan harapan audit antara auditor dan auditee di Jakarta diukur
dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner. Instrumen ini merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Humprey et al (1993) dalam Soedaryono dan Harti
(2001:34).
Responden
diminta
menyatakan
tingkat
persetujuan/
ketidaksetujuannya dalam tujuh (7) rentang skala interval. Nilai satu (1) menyatakan sangat tidak setuju, (2 tidak setuju, (3) agak tidak setuju, (4) netral, (5) agak setuju, (6) setuju, dan nilai tujuh (7) menyatakan sangat setuju. Isi
xliii
kuesioner dikurangi dari enam (6) kelompok menjadi empat (4) kelompok, karena dalam penelitian ini hanya meneliti empat variabel independen sesuai dengan tujuan penelitian yang terdapat pada bab sebelumnya. Berikut dibahas variabel penelitian dan pengukurannya. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.2. 1.
Profesi Auditor dan Proses Audit Auditor atau Certified Public Accountants adalah mereka, baik secara
individu ataupun yang tergabung sebagai anggota suatu firma akuntan publik yang melakukan pelayanan audit secara kepada klien. Proses audit atau auditing adalah mengakumulasi dan mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh untuk menentukan dan melaporkan suatu tingkat koresponden atau kesesuaian antara informasi tadi dengan yang berlaku. Terdapat 13 butir pernyataan mengenai profesi auditor dan proses audit. Instrumen pengukuran variabelnya sebagai berikut: kualitas KAP, harapan investor, kepentingan manajemen, standar audit, klaim terhadap auditor, manfaat audit, waktu audit, pemahaman auditor, proteksi oleh auditor, efisiensi, melaporkan efisiensi, meningkatkan independensi, mengatur kualitas. Skala pengukurannya menggunakan skala interval. 2.
Tanggung Jawab Auditor Sesuai dengan pekerjaannya, auditor membatasi tanggung jawabnya hanya
kepada para pemilik atau investor dari perusahaan yang diaudit, namun jika proporsi utang perusahaan sama atau lebih besar dari total modal perusahaan, auditor mungkin juga dipengaruhi oleh para kreditur yang menaruh uangnya di perusahaan yang diaudit. Pada bagian ini responden diminta untuk berpendapat mengenai kepada siapa auditor harus bertanggung jawab. Ada empat (4)
xliv
pengukuran variabel dalam kelompok pertanyaan kedua ini, yaitu auditor bertanggung jawab kepada pemegang saham, pemegang saham potensial, kreditur, kreditur potensial. 3.
Kinerja Auditor Selama Penugasannya di Klien Auditor dalam praktik di lapangan atau di klien memiliki aturan yang
mengikatnya, baik itu aturan standar audit ataupun kode etik profesi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kredibilitas auditor dan kualitas pelayanan yang diberikan. Di sisi lain, terkadang klien atau auditee memiliki harapan terhadap auditor yang melebihi batasan standar atau etika profesi, sehingga bisa menimbulkan kesenjangan harapan audit. Terdapat enam (6) butir pernyataan mengenai
kinerja
auditor
selama
penugasannya
di
klien.
Instrumen
pengukurannya sebagai berikut: auditor diharapkan mampu mengetahui semua kecurangan, pengendalian internal,
keberlangsungan perusahaan, neraca yang
wajar, dan kesalahan material. 4.
Karakteristik atau Kemampuan yang Harus Dimiliki Seorang Auditor Auditor memiliki standar profesi yang menuntut dirinya agar memenuhi
kualifikasi tertentu sebelum bisa menjadi seorang auditor eksternal, seperti syarat pendidikan, sertifikasi akuntan publik, dan pengalaman dalam mengaudit. Semua itu belum ditambah lagi dengan aturan standar audit etik profesi yang menjadikan jaminan bagi klien atas kemampuan auditor dalam menjalankan tugasnya. Dalam kelompok pernyataan ketiga ini responden diminta untuk memberikan pendapat atas 19 butir pernyataan mengenai karakteristik atau kemampuan yang harus dimiliki seorang auditor. Instrumen pengukurannya sebagai berikut: auditor
xlv
diharapkan memiliki kemampuan untuk mendiagnosa masalah, mengatasi masalah, memperoleh informasi relevan, mengatasi risiko, memprediksi masa depan, menyebarluaskan jasa, memperoleh laba mendeteksi kesalahan, mencegah kesalahan, mematuhi aturan profesi, memberikan pertimbangan legal, independen, berkomunikasi efektif, jujur, adil, memiliki batasan tanggung jawab, pelayanan yang bermanfaat bagi klien, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Tabel 3.2. Indikator Pengukuran Variabel Penelitian No.
Variabel
Indikator 1 2 3 4 5 6 7
1
2
Profesi Auditor dan Proses Audit Sumber: Soedaryono dan Harti (2001)
Tanggung jawab auditor Sumber: Soedaryono dan Harti (2001)
Skala Pengukuran
Kualitas KAP Meningkat Harapan Investor terlalu tinggi Auditor terlalu memperhatikan kepentingan manajemen Standar akuntansi tidak tepat Klaim auditor bisa diselesaikan diluar pengadilan Manfaat audit sangat kecil Waktu yang lama untuk mengaudit
8
Auditor kurang mengerti permasalahan klien
9
Auditor memproteksi ketidakberesan klien
10
Auditor bisa meningkatkan efisiensi bisnis klien
11
Auditor harus melaporkan efisiensi klien kepada pemilik saham
12
Komite audit dapat meningkatkan independensi audit
13
Tersedia adturan yang memadai dalam dunia auditor
1
Auditor bertanggung jawab kepada pemegang saham
2
Auditor bertanggung jawab kepada pemegang saham potensial
3
Auditor bertanggung jawab terhadap kreditur
4
Auditor bertanggung jawab terhadap kreditur potensial
xlvi
Interval
Interval
Berlanjut ke halaman 31 Lanjutan dari halaman 30 No.
Variabel
Indikator 1 2
3
Kinerja Auditor Sumber: Soedaryono dan Harti (2001)
3
Auditor mengetahui bahwa perusahaan dijalankan dengan efisien
5
Auditor mengetahui bahwa neraca klien menyajikan penilaian perusahaan yang wajar
1
Merumuskan alternatif untuk mengatasi masalah
3
Memperoleh informasi yang relevan dengan penugasannya Mengatasi risiko akibat ketidakpastian Memprediksi masa depan Menyebarluaskan jasa mereka Memperoleh laba Mendeteksi kesalahan dan ketidakberesan Mencegah kesalahan dan ketidakberesan Mematuhi aturan profesi Memenuhi persyaratan legal Memberikan pertimbangan yang legal Bertindak independen Berkomunikasi secara efektif Melaporkan hasil kerjanya dengan jujur Bertindak adil
8 Karakteristik yang Harus Dimiliki Seorang Auditor Sumber: Soedaryono dan Harti (2001)
9 10 11 12 13 14 15 16
Interval
Auditor mengetahui kesalahan laporan keuangan klien yang material Auditor memiliki kemampuan untuk: Mendiagnosa masalah
2
4 5 6 7
4
Auditor mengetahui kecurangan di bisnis klien Auditor mampu mendeteksi bahwa sistem pengendalian klien sudah memadai Auditor mengetahui bahwa klien bisa beroperasi dalam jangka panjang
4
6
Skala Pengukuran
17
Memiliki batasan tanggung jawab secara hukum
18
Memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi klien
19
Memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi masyarakat
Sumber : Soedaryono dan Harti (2001)
xlvii
Interval
E.
Metode Analisis
1.
Uji Kualitas Data Suatu penelitian harus terjaga kualitasnya agar pengujian hipotesis di
dalamnya menjadi akurat. Menurut Indriantoro dan Bambang (2002:180), kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Semakin baik kualitas instrumen yang digunakan, maka kualitas dari data penelitian akan menjadi baik juga. Menurut Indriantoro dan Bambang (2002:181), kualitas penelitian bisa diukur melalui dua cara, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Kedua pengujian itu akan dijelaskan sebagai berikut: a.
Uji Validitas Uji validitas, dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut benar–
benar mengukur konsep yang seharusnya diukur. Pada intinya, validitas merupakan suatu tingkat akurasi. Semakin tinggi nilai validitasnya, maka semakin akurat instrumen penelitian yang digunakan dan sebaliknya. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini, uji validitas diukur dengan menggunakan metode factor analysis atau analisis faktor. Analisis faktor merupakan sebuah analisis yang mencari hubungan interdependensi antar variabel, sehingga mampu mengidentifikasi
dimensi-dimensi
atau
faktor-faktor
yang
menyusunnya
(Rochaety, Ratih dan Abdul M. Latief, 2007:184). Nilai Measure of Sampling
xlviii
Adequacy harus lebih besar dari 0,5, dan probabilitas (sig) harus lebih kecil dari 0,05 (Rochaety et al, 2007:186). b.
Uji Reliabilitas Sebuah instrumen penelitian diakatakan reliabel jika memberikan hasil yang
konsisten dan stabil. Uji reliabilitas pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cronbach alpha. Nilai alpha harus lebih atau sama dengan 0,6. Semakin tinggi nilai alpha, maka semakin reliabel data yang diperoleh. Metode ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16.0..
2.
Pengujian Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji-t. Uji-t
digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok sampel, yaitu auditor eksternal dan auditee yang diwakili oleh manajer atau staf keuangan perusahaan atau bank. Masing-masing kelompok sampel yang diuji ini independen, maka pengujiannya dilakukan dengan analisis independent sample ttest. Hipotesis ini secara statistis dinyatakan dengan: Ha
: µ1 ≠ µ2
Keterangan
: µ1
= rata-rata persepsi (harapan) auditor
µ2
= rata-rata persepsi (harapan) auditee
Untuk penelitian ini, dasar penolakan atau penerimaan hipotesis adalah berdasarkan perbandingan t-sig dengan α = 0,05. Jika dalam satu kelompok pertanyaan terdapat lebih dari 50% pernyataan dengan nilai t-sig ≤ α maka Ho
xlix
ditolak dan menerima Ha (Rochaety et al,
2007:115). Setelah itu dilakukan
pembahasan mengenai hasil uji hipotesis tersebut. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Demografi Responden Penelitian ini berhasil mengumpulkan 100 orang responden dari 187
kuesioner yang telah disebar. Periode penyebaran kuesioner dilakukan dari tanggal 5 Januari 2009 sampai dengan 19 Januari 2009. Dari hasil tersebut dapat diketahui respond rate pada penelitian ini, yaitu: Tabel 4.1. Distribusi Kuesioner Kuesioner
Jumlah Persentase
Kuesioner yang dikirim Kuesioner yang dikembalikan Kuesioner yang tidak dikembalikan Kuesioner yang tidak diisi lengkap Total kuesioner yang dapat diolah
187 100 87
100% 53% 47%
0 100
0% 100%
Sumber: Data Primer yang Diolah
Hasil tersebut sesuai dengan jumlah responden yang disebutkan dalam bab sebelumnya. 100 orang tersebut terdiri dari 25 auditor FAPM, 25 auditor non FAPM, 25 auditee yang terdaftar di BEI dan 25 auditee yang tidak terdaftar di BEI. Semua kuesioner yang kembali telah diisi dengan lengkap, sehingga bisa diolah lebih lanjut. Semua responden berada di wilayah DKI Jakarta. Selain itu, data yang diperoleh dari responden dapat dikelompokkan menjadi beberapa
l
kelompok. Pengelompokkan ini nantinya akan digunakan untuk memperkuat hasil dari pengujian data. Adapun kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin responden dibagi menjadi dua, yaitu pria dan wanita.
Berdasarkan data lapangan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Pria Wanita Total
Audito Auditor Auditee r Non Auditee non Persentas FAPM FAPM Listed Total e Listed 17 14 16 7 54 54% 8 11 9 18 46 46% 25 25 25 25 100 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah
Gambar 4.1 Jenis Kelamin Responden
Sumber : Data Primer yang Diolah
2.
Berdasarkan Usia Responden Usia responden dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan data di
lapangan, yaitu Tabel 4.3 Tingkat Usia Responden
Usia 20-25 25-30 30-35 diatas 35
Audito Auditor Auditee r Non non Auditee Persentas FAPM FAPM Listed Listed Total e 13 12 7 7 39 39% 7 9 7 11 34 34% 4 1 5 3 13 13% 1 3 6 4 14 14%
li
Total
25
25
25
25
100
100%
Sumber: Data Primer yang Diolah
Gambar 4.2 Tingkat Usia Responden
Sumber : Data Primer yang Diolah
3.
Berdasarkan Posisi atau Jabatan Kerja Ada perbedaan antara posisi dalam KAP dan di dalam perusahaan. Dari data
yang diambil di lapangan, posisi kerja responden auditor dapat dibagi menjadi lima (5) kelompok, dan responden auditee menjadi enam (6) kelompok, yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Posisi Kerja Responden Auditor
Posisi Kerja Junior Auditor Senior Auditor Supervisor Asisten manajer Manajer Auditor Total
Auditor Auditor Non FAPM FAPM Total Persentase 13 13 26 52% 8 9 17 34% 0 1 1 2% 3 1 4 8% 1 1 2 4% 25 25 50 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah
lii
Tabel 4.5 Posisi Kerja Responden Auditee Auditee Auditee Non Posisi Kerja Listed Total Persentase Listed Staf Akuntansi 19 10 29 58% Staf Keuangan 0 8 8 16% Analis Keuangan 2 0 2 4% Asisten manajer 2 3 5 10% Manajer Akuntansi 2 1 3 6% manajer Keuangan 0 3 3 6% Total 25 25 50 100% Sumber: Data Primer yang Diolah
Gambar 4.3 Posisi Kerja Responden Auditor
Sumber: Data Primer yang Diolah
Gambar 4.4 Posisi Kerja Responden Auditee
Sumber: Data Primer yang Diolah
liii
4.
Berdasarkan Lama Bekerja Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling, yaitu
sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu. Di dalam bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa responden harus memiliki pengalaman kerja lebih atau sama dengan satu tahun. Data yang diambil di lapangan telah diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan kriteria tersebut. Hasilnya tidak ditemukan responden dengan pengalaman kerja kurang dari satu tahun, karena responden telah diberitahu mengenai kriteria tersebut sebelum mereka mengisi kuesioner. Berikut dapat dilihat tabel rata-rata pengalaman kerja responden:
Tabel 4.6 Rata-rata Pengalaman Kerja Responden Rata-rata Lama Bekerja Auditor FAPM Auditor Non FAPM Auditee Listed Auditee Non Listed
Tahun 2.5 2.5 3.7 2.8
Sumber: Data Primer yang Diolah
B.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.
Uji Kualitas Data Penelitian ini menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk menguji
kualitas atau kehandalan data lapangan. Adapun alat untuk mengukur validitas adalah uji faktor dan cronbach’s alpha untuk uji reliabilitas. Hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut:
liv
a.
Uji Validitas Tabel 4.7 Uji Validitas Faktor
Pernyataan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Measure of Sampling Adequacy 0.6772 0.5804 0.8665 0.8730
Probabilitas (sig.) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari hasil uji faktor di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Measure of Sampling Adequacy untuk tiap-tiap kelompok pertanyaan lebih besar dari 0,5 dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian dapat mengukur apa yang seharusnya diukur atau valid (Rochaety et al, 2007:186). Hasil validasi ini juga menjadi tolok ukur suatu data untuk bisa diolah lebih lanjut. b.
Uji Reliabilitas Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha Pernyataan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Jumlah Pernyataan 13 4 6 19
Cronbach's Alpha 0.6795 0.9158 0.8639 0.9280
Sumber : Data Primer yang Diolah
Selain uji validitas, cara lain untuk mengukur kualitas data adalah dengan menggunakan uji reliabilitas. Hasil di atas menunjukkan koefisien cronbach alpha yang tinggi untuk masing-masing kelompok pertanyaan.
lv
2.
Pengujian Hipotesis
a.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit. Tabel 4.8 menyajikan hasil rata-rata survey kelompok pernyataan 1 dengan
responden auditor FAPM dan auditee listed. Dari 13 poin pernyataan yang diberikan, hanya satu poin yang mengalami beda persepsi, yaitu pernyataan tentang auditor yang kurang mengerti permasalahan bisnis klien. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,003 pada pengujian independent sample T-test. Adanya perbedaan persepsi pada pernyataan ini mungkin disebabkan karena banyak KAP yang menugaskan auditor juniornya untuk melakukan audit sebelum mereka mengetahui dengan jelas latar belakang dan permasalahan yang mungkin ada di klien. Hasilnya adalah para auditee atau klien menjadi tidak yakin dengan kualitas auditor junior tersebut. 12 butir pernyataan lainnya tidak menunjukkan adanya beda persepsi antara auditor FAPM dengan auditee yang terdaftar di BEI karena nilai probabilitasnya (sig) lebih besar dari 0,05. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Soedaryono dan Harti (2001:36), terdapat 12 butir pernyataan yang mengalami beda persepsi. Ini merupakan suatu kemajuan dan kabar baik bagi auditor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditee yang listing di BEI telah mengerti dan mendapatkan cukup informasi mengenai peran auditor dan proses audit. Hasil ini
lvi
juga menunjukkan bahwa auditor FAPM berhasil memenuhi harapan pihak-pihak yang diauditnya. Dari hasil tersebut, karena pernyataan yang memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05 tidak mencapai 50%, dari total pernyataan kelompok 1 atau hanya
, maka Ha tidak diterima dan menerima Ho, yaitu:
tidak terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit. Tabel 4.9 Profesi Auditor dan Proses Audit Uji T Auditor FAPM dan Auditee Listed Jawaban Ratarata
Kelompok 1
Auditor FAPM
No 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10
11 12 13
Kualitas KAP semakin meningkat akhir-akhir ini Investor terlalu berharap pada auditor Auditor terlalu memperhatikan kepentingan manajemen Proses audit dipersulit oleh standar akuntansi yang tidak tepat Auditor berharap dapat menyelesaikan klaim atas pekerjaannya diluar pengadilan Hasil kerja auditor hanya memberi manfaat yang sangat kecil bagi perusaaan Dibutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan satu siklus pemeriksaan Auditor kurang mengerti permasalahan dalam bisnis klien Auditor memberikan proteksi terhadap ketidakberesan yang mungkin terjadi pada perusahaan klien Auditor harus mampu menunjukkan cara untuk meningkatkan efisiensi manajemen Auditor harus melaporkan efisiensi manajemen kepada pemegang saham perusahaan klien Komite Audit harus dapat meningkatkan tingkat independensi auditor Tersedia aturan yang memadai yang mengatur kualitas kerja auditor
lvii
Auditee Listed
T-Sig
Sign
5.2 4.8
4.6 4.8
0.1527 0.9310
Tb Tb
3.6
4.2
0.2766
Tb
2.9
3.8
0.0621
Tb
4.8
4.5
0.5336
Tb
2.2
2.7
0.2280
Tb
3.2
3.8
0.1896
Tb
2.3
3.6
0.0026
B
4.2
4.2
1.0000
Tb
5.9
5.4
0.2000
Tb
5.7
5.2
0.2399
Tb
5.6
5.5
0.7725
Tb
5.4
5.1
0.3989
Tb
Catatan:Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda Sumber: Data Primer yang Diolah
b.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit. Hasil penelitian di kelompok pernyataan 1 terhadap auditor non FAPM dan
auditee non listed mengindikasikan adanya perbedaan persepsi atau harapan, walaupun tidak mencapai 50% atau hanya lima (5) dari total 13 pernyataan. Tabel 4.9 menyajikan hasil uji T antara auditor non FAPM dan auditee non listed. Pernyataan yang mengalami beda persepsi terdapat pada pernyataan mengenai kualitas auditor, proses audit yang dipersulit oleh standar audit, manfaat kerja auditor, waktu audit, dan pemahaman auditor tentang bisnis klien. Sedangkan delapan (8) pernyataan lain tidak mengalami beda persepsi. Hasil ini menarik untuk dikaji. Jika auditee yang terdaftar di BEI (listed) memiliki banyak persamaan harapan audit dengan auditor, auditee yang tidak listing di BEI justru memiliki lebih banyak perbedaan harapan audit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakpuasan mereka terhadap kinerja auditor yang mengaudit perusahaan tempat mereka bekerja. Pernyataan yang mendukung ketidakpuasan auditee ditunjukkan pada pernyataan mengenai proses audit yang dipersulit oleh standar yang tidak tepat. Pada pernyataan ini 48% auditor non FAPM memilih tidak setuju (1-3), 20% netral (4) dan 32% setuju (5-7). Sementara itu, 24% auditee non listed memilih tidak setuju, 8% netral, dan 68% setuju. Melalui uji T terdapat hasil yang cukup tinggi, yaitu 0,0018, yang berarti terjadi perbedaan persepsi yang cukup besar. Hal ini membuat auditor non FAPM
lviii
harus lebih meningkatkan kinerja mereka dan melakukan sosialisasi terhadap auditee-nya mengenai proses audit dan standar yang telah ditetapkan.
Tabel 4.10 Profesi Auditor dan Proses Audit Uji T Auditor Non FAPM dan Auditee Non Listed Jawaban Rata-rata Auditor Non FAPM
Auditee Non Listed
1
Kualitas KAP semakin meningkat akhir-akhir ini
5.5
2
Investor terlalu berharap pada auditor
3
Kelompok 1 No
T-Sig
Sign
4.3
0.0026
B
4.7
5.2
0.1891
Tb
Auditor terlalu memperhatikan kepentingan manajemen
4.0
4.5
0.2473
Tb
4
Proses audit dipersulit oleh standar akuntansi yang tidak tepat
3.6
5.2
0.0018
B
5
Auditor berharap dapat menyelesaikan klaim atas pekerjaannya diluar pengadilan
4.4
4.8
0.3523
Tb
6
Hasil kerja auditor hanya memberi manfaat yang sangat kecil bagi perusaaan
2.3
3.2
0.0477
B
7
Dibutuhkan waktu yang lama menyelesaikan satu siklus pemeriksaan
3.2
4.6
0.0033
B
3.0
4.4
0.0104
B
4.1
4.9
0.0927
Tb
5.4
5.5
0.7875
Tb
5.4
5.4
0.8182
Tb
8
9
untuk
Auditor kurang mengerti permasalahan dalam bisnis klien Auditor memberikan proteksi terhadap ketidakberesan yang mungkin terjadi pada perusahaan klien
11
Auditor harus mampu menunjukkan cara untuk meningkatkan efisiensi manajemen Auditor harus melaporkan efisiensi manajemen kepada pemegang saham perusahaan klien
12
Komite Audit harus dapat meningkatkan tingkat independensi auditor
5.3
6.1
0.0494
Tb
13
Tersedia aturan yang memadai yang mengatur kualitas kerja auditor
5.5
6.0
0.1250
Tb
10
Catatan:Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda Sumber: Data Primer yang Diolah
lix
Walaupun begitu, pernyataan yang mengalami beda persepsi tidaklah terlalu signifikan
karena
tidak
mencapai
50%
dari
total
pernyataan
atau
. Dari hasil tersebut, maka Ha tidak diterima dan menerima Ho, yaitu: tidak terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai profesi auditor dan proses audit.
c.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor. Hasil yang paling signifikan terdapat pada pengujian kelompok pernyataan
kedua, yaitu tentang kepada siapa auditor bertanggungjawab. Perbedaan terjadi di semua pernyataan yang diajukan kepada 25 auditor FAPM dan 25 auditee listed. Responden diberikan empat pernyataan, dan hasilnya terlihat pada tabel 4.10. Perbedaan
yang
paling
besar
terjadi
pada
pernyataan
kedua,
yaitu
pertanggungjawaban auditor terhadap pemegang saham potensial.
Hasil
probabilitas dengan uji T pada pernyataan tersebut adalah sebesar 0,0006. Dari jawaban rata-rata, rata-rata auditor menyatakan ‘agak tidak setuju’, sedangkan rata-rata auditee menyatakan ‘agak setuju’. Perbedaan terbesar kedua terdapat pada pernyataan keempat, yaitu pertanggungjawaban auditor terhadap kreditur potensial. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa auditee yang listing di BEI mengharapkan auditor untuk bertanggungjawab kepada pihak-pihak yang disebutkan di dalam kuesioner, sedangkan auditor FAPM menolak untuk
lx
bertanggungjawab. Perbedaan persepsi atau harapan ini harus diperhatikan oleh auditor, karena akuntan publik adalah profesi yang menawarkan jasa, sehingga harapan auditee terhadap mereka merupakan sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Auditor, di sisi lain, memang memiliki batasan tanggung jawab secara hukum. Untuk memperkecil perbedaan ini, auditor dan auditee harus bekerja sama, sehingga kedua belah pihak mendapatkan informasi yang cukup tentang tanggung jawab auditor yang diatur dalam UU dan PSAP yang berlaku. Tabel 4.11 Tanggung Jawab Auditor Uji T Auditor FAPM dan Auditee Listed Jika laporan keuangan yang diaudit tidak dapat mengungkapkan kondisi yang sebenarnya, apakah anda setuju auditor harus bertanggungjawab secara hukum kepada kelompok berikut ini (atas semua kerugian yang timbul akibat kepercayaan kepada laporan keuangan auditan tersebut) Jawaban Rata-rata Kelompok 2 No
Auditor FAPM
Auditee Listed
T-Sig
1
Pemegang saham
3.8
5.2
2
Pemegang saham potensial
3.4
5.2
0.0099 0.0006
3
Kreditur
3.8
5.2
0.0127
4
Kreditur potensial 3.6 Catatan:Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda
5.2
0.0028
Sign B B B B
Sumber: Data Primer yang Diolah
Terdapat 100% atau sebanyak empat (4) dari empat (4) pernyataan yang memiliki beda persepsi, yang membuat Ha diterima, yaitu: terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor.
lxi
d.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor. Hasil yang sama ditunjukkan pada pengujian kelompok pernyataan kedua
antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI. Terlihat jelas pada tabel 4.11, adanya kesenjangan harapan atau perbedaan persepsi diantara mereka. Rata-rata auditor non FAPM menjawab ‘netral’ terhadap keempat pernyataan yang diajukan, sedangkan rata-rata auditee non listed menjawab ‘agak setuju’. Probabilitas yang terlihat dari hasil uji T bernilai jauh di bawah 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Tabel 4.12 Tanggung Jawab Auditor Uji T Auditor non FAPM dan Auditee non Listed Jika laporan keuangan yang diaudit tidak dapat mengungkapkan kondisi yang sebenarnya, apakah anda setuju auditor harus bertanggungjawab secara hukum kepada kelompok berikut ini (atas semua kerugian yang timbul akibat kepercayaan kepada laporan keuangan auditan tersebut) Jawaban Rata-rata Kelompok 2 No
Auditor Non FAPM
Auditee Non Listed
1
Pemegang saham
4.24
5.92
T-Sig 0.0001
2
Pemegang saham potensial
3.84
5.52
0.0005
B
5.44
0.0018
B
5.12
0.0153
B
3
Kreditur
4
4
Kreditur potensial Catatan:Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda Sumber: Data Primer yang Diolah
3.92
Sign B
Hasil ini membuktikan bahwa baik auditee listed maupun non listed samasama mengharapkan auditor untuk bertanggungjawab kepada pihak-pihak yang disebutkan di dalam kuesioner. Sedangkan auditor lebih memilih untuk tidak setuju ataupun enggan memberikan komentar. Karena perbedaan persepsi atau
lxii
harapan terjadi pada semua pernyataan (100%), maka Ha diterima, yaitu: terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai tanggung jawab auditor.
e.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien. Pada hasil uji T kelompok pernyataan ketiga, terdapat dua pernyataan yang
mengalami beda persepsi antara auditor FAPM dan auditee listed, yaitu pernyataan pertama tentang auditor yang diharapkan mampu mengetahui semua kecurangan di bisnis klien dan pernyataan kertiga tentang auditor yang diharapkan mengetahui apakah klien akan beroperasi dalam jangka panjang. Pada pernyataan pertama (tabel 4.12.), sebanyak 40% dari 25 orang auditor FAPM menjawab tidak setuju (rentang jawaban 1-3), 12 % netral (4) dan 48 % setuju (5-7). Di sisi lain, terdapat 12% auditee yang menjawab tidak setuju (1-3), 8% netral, dan 80% setuju (5-7). Penekanan kata ‘semua kecurangan’ pada pernyataan pertama menjadi hal yang diperhatikan oleh auditor FAPM. Mereka merasa bahwa seorang auditor juga memiliki keterbatasan sebagaimana manusia pada umumnya, sehingga mustahil bagi mereka untuk mengetahui semua kecurangan yang mungkin terjadi di klien. Sedangkan auditee listed menilai bahwa mengetahui kecurangan adalah salah satu tugas auditor yang harus mereka laksanakan. Pada kenyataannya, banyak kasus kecurangan perusahaan yang akhirnya melibatkan auditor dalam
lxiii
penanganan hukumnya, bahkan tidak sedikit auditor yang dihukum karena mereka lalai atau tidak mampu mendeteksi kecurangan tersebut. Tabel 4.13 Kinerja Auditor Uji T Auditor FAPM dan Auditee Listed Jawaban Ratarata
Kelompok 3 No
Auditor FAPM
Auditee Listed
T-Sig
Sign
Auditor diharapkan mampu mengetahui: 1
Semua kecurangan yang terjadi di bisnis klien
4.2
5.3
0.0223
B
2
Klien memiliki sistem pengendalian internal yang memadai
5.7
5.0
0.1890
Tb
3
Klien akan beroprasi dalam jangka panjang (going concern)
5.8
4.9
0.0282
B
4
Perusahaan dijalankan dengan efisien
5.9
5.4
0.2476
Tb
5
Neraca menyajikan penilaian perusahaan yang wajar
6.0
5.4
0.0968
Tb
6
Kesalahan laporan keuangan klien yang material
5.7
5.0
0.1707
Tb
Catatan:Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda Sumber: Data Primer yang Diolah
Selain kedua pernyataan tersebut, empat pernyataan lainnya yang terdapat pada kelompok pernyataan ketiga tidak mengalami peda persepsi. Hal ini mungkin disebabkan oleh cukupnya pengetahuan auditee listed tentang tugas auditor, sehingga harapan mereka menjadi tidak terlalu besar. Hal lain yang mungkin menjadi penyebabnya adalah kepuasan mereka terhadap kinerja auditor selama ini. Karena jumlah pernyataan yang memiliki probabilitas kurang dari 0,05 dalam uji T pada kelompok ketiga antara auditor FAPM dan auditee listed adalah , atau kurang dari 50%, maka Ha tidak diterima dan menerima Ho, yaitu: tidak terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM
lxiv
dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien.
f.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien. Berbeda dengan pengujian antara auditor FAPM dan auditee listed, kali ini
terdapat lima pernyataan yang mengalami beda persepsi antara auditor non FAPM dan auditee non listed. Hanya pernyataan kedua yang memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, namun jika dilihat dari rata-rata jawaban mereka, baik auditor non FAPM maupun auditee non listed sama-sama menjawab di rentang jawaban setuju (5-7). Perbedaan yang terjadi mungkin disebabkan karena auditee masih merasa kurang atas kinerja auditor mereka selama ini. Mereka merasa bahwa auditor seharusnya bisa melakukan lebih dari yang selama ini mereka lakukan. Di sisi lain, auditor non FAPM pada intinya setuju dengan pernyataan yang diajukan, akan tetapi, mereka sedikit ragu-ragu dengan kinerja yang telah atau yang akan mereka lakukan terhadap klien. Data penelitian kelompok ini dapat dilihat pada tabel 4.13. Jumlah pernyataan yang mengalami beda persepsi adalah sebesar . Karena jumlahnya lebih dari 50%, maka Ha diterima, yaitu: terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai kinerja auditor selama penugasannya di klien.
lxv
Tabel 4.14 Kinerja Auditor Uji T Auditor non FAPM dan Auditee non Listed Jawaban Ratarata Kelompok 3
Auditor Non FAPM
No
Auditee Non Listed
T-Sig
Sign
Auditor diharapkan mampu mengetahui: 1
Semua kecurangan yang terjadi di bisnis klien
4.4
5.84
0.0020
B
2
Klien memiliki sistem pengendalian internal yang memadai
5.3
5.56
0.4137
Tb
3
Klien akan beroprasi dalam jangka panjang (going concern)
5.4
6.12
0.0439
B
4
Perusahaan dijalankan dengan efisien
5.2
6.24
0.0031
B
5
Neraca menyajikan penilaian perusahaan yang wajar
5.2
6.64
0.0001
B
6
Kesalahan laporan keuangan klien yang material
5.4
6.32
0.0291
B
Catatan:Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda Sumber: Data Primer yang Diolah
g.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik. Pada pengujian kelompok pernyataan keempat antara auditor FAPM dan
auditee yang terdaftar di BEI, hanya terdapat 1 dari 19 pernyataan yang mengalami beda persepsi. Perbedaan ini terjadi pada pernyataan kedua dengan nilai probabilitas yang tidak terlalu signifikan, yaitu 0,0394. Auditee listed dapat dikatakan memiliki pengetahuan yang memadai tentang karakteristik yang harus dimiliki seorang akuntan publik. Sebagian besar dari mereka mungkin juga pernah menjadi auditor sebelum bekerja di perusahaan yang sekarang. Di sisi lain, akuntan publik atau auditor yang tergabung dalam KAP FAPM sendiri tentu juga
lxvi
mengetahui apa yang harus dimiliki oleh mereka agar bisa mendapat kepercayaan klien. Hal ini menjadikan kesenjangan harapan diantara mereka sangat kecil. Hasil penelitian pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel 4.14. Dari hasil penelitian ini, karena jumlah pernyataan dengan nilai di bawah 0,05 kurang dari 50%, atau hanya
, maka kesimpulan yang
bisa diambil adalah: tidak terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik.
h.
Hasil penelitian tentang harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik. Dari 19 pernyataan yang terdapat pada kelompok pernyataan ini, terdapat 12
pernyataan yang mengalami beda persepsi antara auditor non FAPM dan auditee non listed. Dari 12 pernyataan tersebut, ternyata pernyataan mengenai kemampuan auditor untuk mengatasi risiko akibat ketidakpastian memiliki nilai probabilitas yang paling signifikan (mengalami perbedaan), yaitu 0,0001. Sedangkan urutan kedua terdapat pada pernyataan mengenai kemampuan auditor memberikan pelayanan kepada klien dengan nilai probabilitas sebesar 0,0002.
lxvii
Tabel 4.15 Karakteristik Individu Auditor Uji T Auditor FAPM dan Auditee Listed Jawaban Ratarata Auditor FAPM
Auditee Listed
T-Sig
Sign
5.9
5.3
0.1053
Tb
5.9
5.1
0.0394
B
3
Mendiagnosa masalah Merumuskan alternatif untuk mengatasi masalah Memperoleh informasi yang relevan dengan penugasannya
5.7
5.2
0.1465
Tb
4
Mengatasi risiko akibat ketidakpastian
4.8
5.0
0.6387
Tb
5
Memprediksi masa depan
4.1
4.7
0.2023
Tb
6
Menyebarluaskan jasa mereka
4.3
4.1
0.6727
Tb
7
Memperoleh laba
4.4
4.1
0.5343
Tb
8
Mendeteksi kesalahan dan ketidakberesan
5.9
5.7
0.5866
Tb
9
Mencegah kesalahan dan ketidakberesan
5.6
5.3
0.5069
Tb
10
Mematuhi aturan profesi
6.3
5.8
0.1694
Tb
11
Memenuhi persyaratan legal
6.1
5.9
0.4704
Tb
12
Memberikan pertimbangan yang legal
5.8
5.6
0.5817
Tb
13
Bertindak independen
6.2
5.9
0.3623
Tb
14
Berkomunikasi secara efektif
6.1
5.7
0.3002
Tb
15
Melaporkan hasil kerjanya dengan jujur
6.2
6.0
0.5944
Tb
16
Bertindak adil Memiliki batasan tanggungjawab secara hokum
6.2
5.8
0.3814
Tb
5.8
5.2
0.1277
Tb
6.0
5.8
0.5910
Tb
6.0
5.8
0.6796
Tb
No
Kelompok 3 Auditor memiliki kemampuan untuk :
1 2
17
Memberikan pelayanan yang bermanfaat 18 bagi klien Memberikan pelayanan yang bermanfaat 19 bagi masyarakat Catatan: Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda Sumber: Data Primer yang Diolah
Tabel 4.16
lxviii
Karakteristik Individu Auditor Uji T Auditor non FAPM dan Auditee non Listed Jawaban Ratarata
No
Kelompok 3
Auditor Non FAPM
Auditee Non Listed
T-Sig
Sign
Auditor memiliki kemampuan untuk : 1
Mendiagnosa masalah
5.08
6.2
0.0007
B
2
Merumuskan alternatif untuk mengatasi masalah
4.88
6.12
0.0005
B
3
Memperoleh informasi yang relevan dengan penugasannya
5.4
6.04
0.0397
B
4
Mengatasi risiko akibat ketidakpastian
4
5.8
0.0001
B
5
Memprediksi masa depan
3.8
5.28
0.0012
B
6
Menyebarluaskan jasa mereka
4.16
4
0.7793
Tb
7
Memperoleh laba
4.16
4.88
0.0872
Tb
8
Mendeteksi kesalahan dan ketidakberesan
5.44
6.4
0.0025
B
9
Mencegah kesalahan dan ketidakberesan
5.16
5.92
0.0175
B
10
Mematuhi aturan profesi
5.84
6.6
0.0047
B
11
Memenuhi persyaratan legal
5.56
6.64
0.0021
B
12
Memberikan pertimbangan yang legal
5.6
6.24
0.0681
Tb
13
Bertindak independen
5.96
6.8
0.0011
B
14
Berkomunikasi secara efektif
6
6.48
0.0767
Tb
15
Melaporkan hasil kerjanya dengan jujur
6
6.84
0.0011
B
16
Bertindak adil
5.88
6.4
0.1362
Tb
5.76
6.12
0.2238
Tb
5.92
6.8
0.0002
B
5.84
6.2
0.1767
Tb
18
Memiliki batasan tanggungjawab secara hokum Memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi klien
19
Memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi masyarakat
17
Catatan: Tb=Tidak Berbeda, B=Berbeda Sumber: Data Primer yang Diolah
lxix
Pengujian tersebut dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.15. Hasil pengujian kelompok pernyataan keempat kali ini berbeda dengan hasil pengujian antara auditor FAPM dan auditee listed. Perbedaan harapan yang cukup signifikan kali ini menimbulkan pertanyaan yang lain, apakah auditor non FAPM belum bisa memenuhi harapan kliennya, atau justru klien atau auditee non listed yang menaruh harapan terlalu tinggi pada auditor. Dibutuhkan penelitian lain untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh persentase jumlah probabilitas yang memiliki nilai kurang dari 0,05 sebesar
Karena
jumlahnya lebih dari 50%, maka Ha diterima, yaitu: terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta mengenai karakteristik yang harus dimiliki individu seorang akuntan publik.
lxx
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan harapan audit
antara auditor dan auditee di Jakarta. Responden yang dijadikan sampel terdiri dari auditor FAPM, auditor non FAPM, auditee yang terdaftar di BEI, dan auditee yang tidak terdaftar di BEI. Terdapat 100 orang responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pengujian dilakukan dengan metode independent sample Ttest. Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tidak terdapat perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee yang terdaftar di BEI di Jakarta kecuali pada aspek tanggung jawab auditor. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan harapan audit antar kedua belah pihak sudah semakin menipis. Kecilnya perbedaan yang terjadi mungkin disebabkan oleh baiknya kinerja auditor di mata klien, dan semakin bertambahnya informasi yang berkaitan dengan auditor.
2.
Terdapat perbedaan harapan audit antara auditor non FAPM dan auditee yang tidak terdaftar di BEI di Jakarta pada aspek tanggung jawab auditor, kinerja auditor, dan karakteristik individu yang harus dimiliki auditor. Hal ini menunjukkan masih ada kesenjangan harapan audit yang cukup besar antara auditor non FAPM dan auditee non listed.
lxxi
B.
Implikasi Hasil pada penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oelh Soedaryono dan Harti (2001). Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan harapan audit pada semua aspek yang diuji dan pada semua responden yang dijadikan sampel. Pada penelitian kali ini, perbedaan yang terjadi sudah semakin mengecil, ditandai dengan kecilnya perbedaan harapan audit antara auditor FAPM dan auditee listed. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan dalam hubungan auditor dan kliennya. Walaupun begitu masih terdapat perbedaan harapan audit yang cukup signifikan antara auditor non FAPM dan auditee non listed. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan atau input bagi auditor. Organisasi profesi seperti Ikatan Akuntan Indonesia harus lebih proaktif dalam memberikan informasi bagi masyarakat dan menambah kualitas auditor maupun KAP di Indonesia agar kesenjangan harapan audit dapat lebih diperkecil. Tuntutan agar auditor mampu mendeteksi segala jenis kecurangan menjadi tugas yang tidak mudah bagi IAI, namun bukan mustahil untuk mewujudkannya. Perbedaan harapan yang terjadi dapat diperkecil apabila kualitas auditor bisa ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan kualitas auditor adalah memberikan pengajaran atau kurikulum yang tepat bagi mahasiswa akuntansi di universitas. Program magang di KAP yang telah dijalankan juga sebaiknya ditingkatkan agar mahasiswa lebih mengenal dunia akuntansi secara praktis, bukan hanya teori semata.
lxxii
Pada penelitian selanjutnya, jumlah responden sebaiknya ditingkatkan, dan wilayah yang dijadikan sampel sebaiknya tidak hanya terpaku pada Jakarta saja. Beberapa pernyataan sebaiknya diperjelas dan diperbaiki agar responden bisa lebih mengerti maksud dari pernyataan tersebut. Kelompok sampel auditee selain yang terdapat pada penelitian ini sebaiknya ditambah. Kelompok jurnalis maupun dosen akuntansi mungkin bisa lebih mengerti tentang auditor dan proses audit daripada staf keuangan di sebuah perusahaan.
lxxiii
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Carol A. dan Richard Evans. 2004. Accountability, Completeness, Credibility, and The Audit Expectation Gap. UK: Greenleaf Publishing. Adityasih, Tia. 2006. Sanksi Pidana Tidak Cocok Buat Akuntan Publik. Diakses di http://bpkp.go.id/viewberita.php?aksi=view&start=850&id=1562, pada tanggal 16 Maret 2009. Arens, A. Alvin, Beasley, and Randal J. Elder. 2008. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach 12th Edition. Singapore: Pearson Prentice Hall. Arifin, E. Zaenal. 2003. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT. Grasindo. Bapepam.
Kantor Akuntan Publik. Diakses http://www.bapepam.go.id/neoakuntanpublik, pada Desember 2008.
di situs tanggal 11
Barksjö, Jenny and Elna Mohlin. Does an Expectation Gap Exist in The Municipal Audit?. Bachelor Tesis, School of Economic and Commercial Law, Göteborg University. Best, Peter J. and Sherena Buckby. 1999. The Audit Expectation Gap in Singapore – Evidence in Support of The Long-Form Audit Report. Singapura: KPMG-Peat Marwick Singapore, working paper no. 1999-012. Bostick, Lisa N. And Michael S. Luehlfing. 2004. Minimizing The Expectation Gap. New Orleans: Proceedings of the Academy of Accounting and Financial Studies, Volume 9, Number 1. Boynton, William C. dan Raymond N. Johnson. 2006. Modern Auditing Eighth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Bursa
Efek Indonesia. Issuer Profile. Diakses di situs http://www.idx.co.id/MainMenu/Emiten/BondIssuer/CompanyProfile/ tabid/299/lang/id-ID/language/en-US/Default.aspx. Pada tanggal 11 Desember 2008.
Departemen Keuangan Republik Indonesia. Daftar Akuntan Publik. Diakses di situs http://www.djlk.depkeu.go.id/dpajp/Data/Daftar_AP.pdf. pada tanggal 4 Desember 2008
lxxiv
Dorantes, Andrew R. and Jennifer M. Perez. 2003. The Expectation Gap: Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. USA: Christian Management Report, page 1-3. Hamid, Abdul. 2007. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2005. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2008. Directory 2008 Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik. Jakarta: IAPI Janie, Dyah Nirmala Arum 2005. Persepsi Masyarakat Terhadap Independensi Dalam Penampilan Akuntan Publik di Indonesia. Jakarta: dalam Jurnal Maksi Vol 5/Januari/2005, hal 59-72. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 423/KMK.06/2002 Tentang Jasa Akuntan Publik. 2002. Lee, Teck Heang, Azham, Ali, and Shamini. 2008. Towards Reducing the AuditExpectation Gap: Possible Mission? Malaysia: Accountants Today, February 2008 page 18-22. Lee, Teck Heang, JD Gloeck, and AK Palaniappan. 2007. The Audit Expectation Gap: an Empirical Study in Malaysia. Afrika Selatan: Southern African Journal of Accountability and Auditing Research Vol 7: 2007. Lin, Z. Jun and Feng Chen. An Empirical Study of Audit ‘Expectation Gap’ in The People’s Republic of China. USA: International Journal of Auditing vol 8, page 93-115. Messier, William F. Jr., 2003. Auditing and Assurance Services: A Systematic Approach 3rd Edition. New York: Mc Graw Hill. Mulyaningsih, Nining dan Enjang T. Budiyanto. 2006. Pengujian Variabel Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Keinginan Klien Untuk Mempengaruhi Kebijakan Audit. Padang: Simposium Nasional Akuntansi 9, didapat dari situs http:// info.stieperbanas.ac.id.
lxxv
Nugroho, Krisnanto Adi. 2004. Analisis Atas Expectation Gap Pada Profesi Pengauditan Pemerintahan. Skripsi Fakultas Ekonomi Tidak Dipublikasikan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ojo, Marianne. 2007. Eliminating The Audit Expectation Gap : Myth or Reality?. UK: MPRA Paper No. 232, posted 07. November 2007. Oktavia, Melani. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Memotivasi Pemilihan Karir Bagi Mahasiswa Akuntansi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, Bandung. Rahayuningsih, Deasy A. 2001. Persepsi Auditor dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Karir di Kantor Akuntan Publik (KAP). Yogyakarta: TesisS2 Universitas Gajah Mada. Rochaety, Ratih dan Abdul M. Latief. 2007. Metodologi Penlitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS.Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. Soedaryono, Bambang dan Harti Budi Yanti. 2001. Kesenjangan Harapan Audit Survey Pada Auditor dan Pemakai Laporan Keuangan Di Jakarta. Jakarta: dalam Media Riset Akuntansi, Auditirng dan Informasi Vol. 1 No.3 Desember 2001. Suharli, Michell. 2006. Audit Finansial, Audit Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern. Jakarta: dalam situs http:// jurnal.bl.ac.id. Syahrul, Yura. 2002. Kesalahan Pencatatan Laporan Kimia Farma 2001 Termasuk Tindak Pidana. Dalam situs www.korantempo.com, diakses pada tanggal 27 Juli 2007. Jakarta. Wahdan, Mohamed A., Spronck, Ali, Vaassen, and Herik. 2005. Auditing in Egypt: A Study of Challenges, Problems, and Possibility of an Automatic Formulation of the Auditor’s Report. Netherlands: Faculty of Humanities and Science, Universiteit Maastricht. Yuliati, Retno., Winarna, dan Setiawan. 2007. Expectation Gap Antara Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah Dan Auditor Pemerintah. Makasar: dalam Simposium Akuntansi Nasional X, hal 1-25.
lxxvi