Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
75
KESALAHAN MENULIS BAHASA ARAB ( SUATU KAJIAN PUSTAKA ) Oleh: Nurul Fahmi1 ABSTRAK Pada dasarnya, dalam berbagai bahasa akan selalu ditemukan kesalahankesalahan yang dilakukan oleh penutur ataupun penulisnya, termasuk di antaranya bahasa Arab. Beberapa ahli bahasa Arab ada yang berusaha mendata kesalahan-kesalahan tersebut dan menyusunnya dalam sebuah buku. Dalam tulisan ini, penulis akan menyampaikan beberapa kesalahan penulisan bahasa Arab yang telah penulis kaji dan cari dalam beberapa buku rujukan atau kepustakaan. Karena keterbatasan tempat, penulis hanya akan menyampaikan beberapa kesalahan penulisan dalam kata dan dalam penyusunan kalimat. Penelitian ini bertujuan di antaranya agar para pembelajar, baik dari guru maupun siswa terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Atau paling tidak, dapat meminimalisir kesalahan dalam mengungkapkan bahasa Arab secara tertulis. Kata kunci: kesalahan, menulis bahasa Arab
A. PENDAHULUAN Seperti yang telah diketahui, dalam bahasa Arab ada empat keterampilan berbahasa yang dikenal dengan istilah al maharah al lughawiyyah. Keempat maharah tersebut yaitu maharah istima’ (keterampilan menyimak), maharah kalam (keterampilan berbicara), maharah qira’ah (keterampilan membaca), dan maharah kitabah (keterampilan menulis). Keempat maharah tersebut disebutkan secara berurutan berdasarkan umumnya seseorang berlatih dalam berbahasa. Terkecuali kemudian ada satu dan lain hal yang mengakibatkan pembelajaran bahasa tersebut tidak harus diurut berdasar empat maharah tersebut. Seorang manusia yang baru lahir, dia tidak mempunyai keterampilan berbahasa kecuali hanya mendengar atau menyimak. Beberapa waktu kemudian, ketika sudah ada mufradat (kosakata) yang didengar, dia baru bisa berbicara sedikit demi sedikit. Setelah itu baru berlatih membaca.
Dosen Tetap Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD) Lamongan. 1
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
76
Ketika sudah bisa membaca (walaupun belum lancar), baru berlatih menulis.2 Itulah umumnya manusia dalam kegiatan berbahasa. Dari situ diketahui bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan berbahasa yang paling tinggi. Keterampilan berbahasa yang membutuhkan latihan dan diatur dalam tata aturan yang baku yang sering disebut dengan al Qawaid al Lughawiyyah. Dalam hal ini perbandingannya ada dalam maharah kalam (keterampilan berbicara). Jika dalam keterampilan berbicara dikenal istilah bahasa suqiyah (bahasa pasaran yang seringkali menyalahi kaidah berbahasa), maka dalam maharah kitabah (keterampilan menulis) tidak dikenal istilah suqiyah. Kecuali hanya pada beberapa lafadh (kata) yang dikenal dengan istilah sama’i (mendengar dari orang Arab). Ini artinya, dalam bahasa lisan apabila terjadi ungkapan yang tidak sesuai dengan kaidah berbahasa, ini masih bisa dimaklumi, yang penting saling memahami antar pembicara dan pendengar. Hal ini berbeda dengan bahasa tulis, jika salah dalam ungkapan tulis, bisa mengakibatkan kekacauan. Penulis dituntut harus jelas dalam penggunaan mufrad, mutsanna atau jamak. Harus faham mana fa’il (subjek) dan mana yang maf’ul (objek). Dan begitu seterusnya. Dalam makalah ini, penulis akan menyampaikan beberapa kesalahan penulisan bahasa Arab yang telah penulis kaji dan cari dalam beberapa buku rujukan atau kepustakaan. Karena keterbatasan tempat, penulis hanya akan menyampaikan beberapa kesalahan penulisan dalam kata, misalnya kesalahan penulisan pada alif, hamzah, penggunaan mudzakar dan muannats. Dan beberapa kesalahan penulisan yang terjadi dalam penyusunan beberapa kalimat bahasa Arab. Penulisan ini bertujuan di antaranya agar para pembelajar, baik dari guru maupun siswa terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Atau paling tidak, dapat meminimalisir kesalahan dalam mengungkapkan bahasa Arab secara tertulis B. MENULIS BAHASA ARAB Telah dikemukakan di atas bahwa di antara keterampilanketerampilan berbahasa, keterampilan menulis adalah keterampilan tertinggi dari empat keterampilan berbahasa. Menulis merupakan salah
Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: CV. Angkasa, 2013), 1. 2
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
77
satu sarana berkomunikasi dengan bahasa secara tertulis antara orang dengan orang lainnya yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu.3 Sebagian orang salah dengan menganggap bahwa menulis Arab adalah keterampilan sederhana yang hanya mengarah pada kemampuan menulis huruf dan beberapa kata dengan benar dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Padahal sebenarnya pengertian “menulis” lebih luas dari ini. Jadi “menulis” sebenarnya adalah kegiatan badan (baca: tangan) dan kegiatan berfikir. Kedua hal ini harus ada pada keterampilan menulis.4 Ada yang menilai bahwa menulis adalah kegiatan berfikir yang mengarah pada pemilihan wadah yang dipakai seseorang untuk mengungkapkan fikiran serta kemampuan merangkai pengalaman dan menampilkan dengan bentuk yang sesuai dengan tujuan penulis.5 Ini artinya kegiatan menulis sebenarnya adalah kegiatan yang sangat luas cakupannya. Tidak hanya kegiatan fisik tangan, tetapi hati dan fikiran sangat berpengaruh. Dan pada intinya, pembelajaran menulis itu terpusat pada tiga hal, yaitu: pertama, kemampuan menulis dengan tulisan yang benar; kedua, memperbaiki khath atau tulisan; dan ketiga, kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas dan detail.6 C. TUJUAN MENULIS BAHASA ARAB Tujuan menulis bahasa Arab sangat bermacam-macam sangat banyak. Maka dari itu, penulis akan menyampaikan beberapa tujuan yang kiranya penting diperhatikan dalam rangka mempelajari menulis bahasa Arab. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Melatih para siswa untuk menuliskan huruf-huruf dan kata-kata dengan tulisan yang benar yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah disepakati oleh ahli bahasa. 2. Meringankan kesulitan-kesulitan penulisan yang membutuhkan bantuan, seperti menulis beberapa kata yang ada hamzahnya, kata yang diakhiri dengan alif, kata-kata yang memuat beberapa huruf Abdul Hamid dkk., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 49. 4 Mahmud Kamil al-Naqah dan Rusydi Ahmad Thuaimah, Thara’iq Tadris al-Lughah al-Arabiyyah li Ghairi al-Nathiqina Biha (Rabat: Al-Munadzomah al-Islamiyah li alTarbiyah wa al-Ulum wa al-Tsaqafah, 2003), 201. 5 Rusydi Ahmad Thuaimah, al-Marji’ fi Ta’lim al-Lughat al-Arabiyah li al-Nathiqina bi Lughat Ukhra (Makkah: Jami’ah Ummul Qura, 1986), 579. 6 Abdul Hamid dkk., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, 49. 3
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
3. 4.
5.
6. 7.
78
yang suaranya hampir sama dengan huruf lain dan permasalahan lainnya. Memberikan porsi yang besar dalam menambah pengetahuan siswa untuk naik pada jenjang yang lebih tinggi. Melatih para siswa untuk memperbaiki tulisan, yaitu membantu dalam hal tajwid, kosakata dan tarkib atau susunan bahasa dan juga agar memahami dengan pemahaman yang benar. Menulis dapat melatih mata untuk melihat dengan seksama pada waktu imla’ manqul dan dapat melatih telinga dengan membiasakan mendengar dengan baik dan dengan mendengar dengan seksama juga dapat membedakan beberapa huruf yang suaranya hampir sama. Dan juga dapat melatih tangan untuk memegang pena, menerapkan jari-jari dan mengatur pergerakannya dengan baik.7 Membiasakan siswa untuk teliti, teratur, tertib, dan bagusnya pengamatan dalam seluruh kegiatannya. Memperluas pengalaman dan perkembangan, terutama dal hal berbahasa.8
Dan masih banyak lagi tujuan-tujuan menulis bahasa Arab secara terinci yang tidak bisa penulis kemukakan semua di halaman ini. D. MACAM-MACAM MENULIS BAHASA ARAB Menulis bahasa Arab itu ada beberapa macam, ini sesuai dengan tahapan siswa yang belajar, mulai dari tahap pemula, lanjutan sampai tahap yang paling tinggi. Macam-macamnya adalah sebagai berikut: 1. Khat Yang dimaksud khat di sini adalah bagusnya tulisan. Ini penting dan bagus digunakan terutama bagi pengajar bahasa Arab dan guru agama yang memang dituntut untuk dapat menulis Arab tidak saja benar tetapi juga baik.9 Khat ini adalah tahap menulis Arab yang dasar. Karena latihan menulis huruf ada pada pembelajaran khat ini. Walaupun tujuan akhirnya yaitu bagusnya tulisan, agar mudah dibaca dan dilihat serta difahami.
Aiman Amin Abdul Ghani, al Kafi fi Qawaid al Imla’, (Kairo: Dar al Taufiqiyah li al Turats, 2012), 17. 8 Abdurrahman al Hasyimi, Ta’allum al Nahw wa al Imla’ wa al Tarqim, (Amman: Dar al Manahej, 2008), 185. 9 Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005), 138. 7
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
79
2. Imla’ (Menulis Huruf Hijaiyyah) a. Imla’ Manqul, yaitu menulis dengan cara memindah tulisan yang ada di buku, kartu atau papan tulis. Ini bertujuan untuk melatih siswa dasar agar bisa menulis huruf, kata dan kalimat dengan baik dan benar sesuai dengan materi yang telah disediakan.10 b. Imla’ Mandhur yaitu menyampaikan materi semisal teks pendek untuk dibaca dan difahami oleh siswa. Kemudian materi yang telah dibaca itu ditulis oleh siswa tanpa melihat teks. Kemudian Guru membetulkan dan menyampaikan kepada para siswa.11 Hal ini bisa dilakukan berulang-ulang agar siswa terbiasa menuliskan kata dan kalimat bahasa Arab. Materi bisa diubahubah oleh Guru sesuai kemampuan dan peningkatan siswa. c. Imla’ Ikhtibari yaitu pembelajaran menulis dengan cara siswa mendengarkan materi yang berupa suara dari Guru, suara VCD, TV atau media lainnya. Kemudian siswa menulis materi yang telah diperdengarkan tersebut. Bila diperlukan, bisa diulang lagi suara yang telah didengar.12 Atau bahkan Guru membaca bisa dengan lambat atau cepat menurut kemampuan siswa. 3. Mengarang a. Mengarang Terstruktur. Mengarang terstruktur yaitu siswa mengarang dan menulis dengan arahan dari guru. Misalnya guru memberikan beberapa kosakata dan menunjukkan tarkib yang sesuai dengan materi atau tema yang akan ditulis. Pada tingkatan ini, guru bisa juga memberikan materi dan siswa meringkas materi tersebut. Atau dengan cara menampilkan cerita bergambar untuk 13 diterjemahkan secara tertulis oleh siswa. Bisa juga dengan cara tugas terjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab. Dan beberapa cara lain yang masih dalam arahan yang jelas dari guru. b. Mengarang Bebas. Tingkatan ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini siswa diberi kebebasan untuk memilih Umar Shiddiq Abdullah, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah li al-Nathiqin bighairiha (Giza: Dar Alamiya, 2008), 120. 11 Ibid.,121. 12 Ibid.,121. 13 Umar Shiddiq Abdullah, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah li al-Nathiqin bighairiha, 125. 10
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
80
tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru. Atau pada tingkat ini siswa sampai pada tingkat kreasi dalam menggunakan bahasa Arab walaupun tidak sampai pada tingkat seperti ketika menggunakan bahasa ibu. Setidak-tidaknya pada tingkat ini siswa bisa menulis Arab seperti yang ditulis oleh orang Arab tetapi berbeda pada tingkat kemampuan penggunaan bahasanya.14 Beberapa materi yang sesuai dengan tahapan ini yaitu menulis cerita fiksi ataupun non fiksi, menulis tentang kejadian di masa sekarang, lampau atau akan datang. Atau paparan pemikiran, analisis atau perbandingan sesuatu. Dan berbagai materi lainnya dengan berbagai cara yang pada dasarnya siswa diberi kebebasan mengeluarkan tulisan.15 E. KESALAHAN MENULIS KATA BAHASA ARAB 1. Kesalahan pada Hamzah Kesalahan penulisan hamzah sering terjadi pada beberapa kata berikut, di antaranya : a. Hamzah seharusnya ditulis berdiri sendiri pada kata berikut: ٌ–ٌٌَعبْ ء ْ ِملْ ءٌ ٌ– ٌ ِد, dan kesalahannya ada yang menulis ٌَيءٌ ٌ– ٌبَ ِريْ ءٌ ٌ– ٌ َج ِريْ ء ْ فءٌ ٌ– ٌش hamzah tersebut di atas huruf, seperti : ٌ–ٌ ٌَعبْئٌ ٌ–ٌ ِم ْلئٌ ٌ–ٌ ِد ْفئٌٌ–ٌ َشيْئٌ ٌ–ٌبَ ِريْئ ٌَج ِريْئ b. Hamzah yang berada pada kata seperti: سماؤها ٌ– ٌسماءها ٌ– ٌسمائهاitu ditulis sesuai i’rabnya. Pada waktu i’rab rafa’ contohnya: ٌ –ٌ سماؤها زمالؤه ٌ– ٌأصدقاؤه, ٌ i’rab nashab contohnya: سماءها ٌ– ٌزمالءه ٌ– ٌأصدقاءه, i’rab jar contohnya: سمائها ٌ– ٌزمالئها ٌ– ٌأصدقائه. Dan kesalahannya adalah jika penulisan hamzah tersebut bercampur pada i’rab yang berbedabeda16 atau hamzah tertulis dalam satu bentuk dalam i’rab yang berbeda-beda. c. Hamzah washal seharusnya tanpa diberi simbol hamzah pada kata berikut: امرؤٌ–ٌامرأةٌ–ٌاسمٌ–ٌابنٌ–ٌابنةٌ–ٌاثنانٌ–ٌاثنتانٌ–ٌاستٌ–ٌابنمٌ–ٌوايمنٌهللا, dan Abdul Hamid dkk., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, 58. 15 Umar Shiddiq Abdullah, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah li al-Nathiqin bighairiha, 126. 16 Ibrahim Abd. Majid Dlawwah, al-Shawab al-Lughawi, (Kairo: Jami’ah al-Qahirah, 2009), 51. 14
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
81
kesalahannya seringkali simbol hamzah ditulis seperti berikut: ٌإمرؤ ...ٌ–ٌإمرأةٌ–ٌإسمٌ–ٌإبن.17 d. Kesalahan penulisan hamzah juga sering terjadi pada beberapa kata berikut: ٌالخطأ، ٌتأللؤا-ٌ ٌتألأل، ٌيتوضأ، ٌشؤون،مسؤولية. Kesalahannya adalah terkadang ada yang menulis seperti berikut: ٌ ، ٌشئون،مسئولية ٌالخطاء،ٌتلئلؤا-ٌٌتألأل،يتوضؤ.18 Khusus untuk hamzahnya lafadz ابنdibuang pada waktu menjadi sifat yang berada di antara dua nama, seperti : قالٌالشيخٌمحمدٌبنٌعيسى, kesalahannya jika hamzah tersebut masih tertulis. 2. Kesalahan pada Alif Kesalahan penulisan Alif terjadi pada beberapa tempat, misalnya: a. Seharusnya tidak ada penulisan Alif pada lafadz jamak mudzakar seperti: مسلمو ٌالعالم ٌ– ٌمجاهدو ٌفلسطين ٌ– ٌمهندسو ٌإندونيسياdan lain-lain. Kesalahannya yaitu terkadang ditulis Alif setelah wawu jamak, padahal tidak. Karena penulisan Alif setelah wawu itu berada pada fiil mudlari’ manshub atau majzum, seperti: ٌ هم ٌلن ٌيكتبوا ٌ– ٌهم ٌلم يصوموا. b. Seharusnya tidak ada Alif pada fiil mudlari’ seperti: ٌ –ٌ يرجو ٌ– ٌنشكو تنجو. Kesalahannya, terkadang ada yang memberi Alif setelah wawu, padahal wawu tersebut adalah asli, tidak wawu jamak. Lain ketika fiil mudlari’ yang terdapat wawu jama’ seperti: ٌهمٌلمٌيرجواٌ–ٌهمٌلم يشكواٌ–ٌهمٌلمٌينجواٌ–ٌهمٌلمٌيضربوا, maka diberi Alif setelah wawu. c. Seharusnya tidak ada alif setelah hamzah pada keadaan nashab seperti contoh: ٌسماءٌ ٌ– ٌبناءٌ ٌ– ٌجزاءٌ ٌ– ٌمساءٌ ٌ– ٌاستيفاء, karena hamzah tidak bisa berada pada dua alif )(اءا. Kesalahannya, terkadang ada yang menambah alif di akhir contoh-contoh tersebut. Hal itu berbeda dengan contoh berikut: جزءاٌ ٌ– ٌبدءاٌ ٌ– ٌضوءا, karena hamzah tidak berada pada dua alif.19 Pada contoh terakhir ini alif ditulis di akhir kata yang nashab. d. Alif ditulis sebagai alif qaimah / berdiri ) (اpada contoh-contoh berikut:ٌ غزاٌ–ٌدعاٌ–ٌرجاٌ–ٌشكاٌ–ٌسها, karena alif tersebut asalnya adalah wawu.
Ibid., 52. Abdurrahman al Hasyimi, Ta’allum al Nahw wa al Imla’ wa al Tarqim., 220. 19 Ibrahim Abd. Majid Dlawwah, al-Shawab al-Lughawi., 53. 17 18
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
82
e. Alif ditulis sebagai alif layyinah ) (ىpada contoh-contoh berikut:ٌرمى ٌ –ٌسعىٌ–ٌقضىٌ–ٌسقىٌ–ٌجرى, karena alif tersebut asalnya adalah ya’.20 f. Alif diucapkan dan tidak ditulis pada kata-kata berikut ini: ٌ،ٌهذا،لكن ٌالرحمن، ٌذلك، ٌكذلك ٌهؤالء، ٌأولئك،هذه. Kesalahannya, terkadang sebagian orang menulis dengan alif seperti berikut: ٌ، ٌكذالك، ٌأوالئك، ٌهاذه، ٌهاذا،الكن ٌالرحمان،هاؤالءٌذالك.21
3. Kesalahan pada Mudzakar dan Muannats Kesalahan penulisan mudzakar dan muannats sering terjadi pada beberapa tempat, di antaranya : a. Beberapa sifat yang sama bentuknya dalam mudzakar dan muannatsnya, seperti: ٌ ، ٌوقور، ٌحنون، ٌفخور، ٌصبور، ٌغيور، ٌمدرار، ٌمفضال،معطاء عطوف. Kata-kata tersebut bisa untuk mensifati muannats tanpa harus memberi tanda muannats (ta’), misalnya: ٌ ٌهو،هو ٌصبور ٌوهيٌصبور وقور ٌوهي ٌوقور. Kesalahannya, terkadang kata-kata tersebut masih diberi ta’, misalnya: ٌهذهٌامرأةٌصبورة،هيٌوقورة.22 b. Kata-kata berikut ini adalah mudzakar:ٌٌبلد،ٌذقن،ٌمستشفى،رأس, dan salah apabila disifati dengan muannats seperti: ٌهوٌمستشفىٌجميلة. ٌ c. Kata-kata berikut ini adalah muannats:ٌ ، ٌ ِس ّن، ٌ َكتِف، ٌذراع، ٌبئر، ٌكأس،قوس ٌ ٌ ٌ ِدرْ عdan salah apabila disifati dengan mudzakar seperti: ٌ هذه ٌكأس صغير. d. Kata عجوزberarti perempuan tua dan kata شيخberarti laki-laki tua. Ini yang banyak berlaku dalam bahasa Arab.23 Kesalahannya, terkadang عجوزdipakai untuk laki-laki tua karena tidak ada huruf ta’nya dan شيخةdipakai untuk perempuan tua karena ada huruf ta’nya. 4. Kesalahan pada Tatsniyah dan Jamak Kesalahan pada waktu mentatsniyahkan dan menjamakkan juga sering terjadi pada beberapa tempat berikut ini :
Ibid. 53. Abdurrahman al Hasyimi, Ta’allum al Nahw wa al Imla’ wa al Tarqim, 221. 22 Ibrahim Abd. Majid Dlawwah, al-Shawab al-Lughawi., 56. 23 Ibid. 57. 20 21
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
83
a. Cara mentatsniyahkan kata yang seperti: ٌ،ٌعُظمى،ٌكبرى،ٌفضلى،ٌأَولى،أُخرى دعوىyaitu dengan mengganti alif layyinah dengan ya’, maka katakata di atas menjadi: ٌدعويان، ٌعظميان، ٌكبريان، ٌفضليان، ٌأوليان،أخريان. Dan kesalahannya yaitu jika kata-kata tersebut ditatsniyahkan menjadi: ٌدعوتان،ٌعظمتان،ٌكبرتان،ٌفضلتان،ٌأولتان،أخرتان. b. Jamaknya kata ٌدعوى، ٌفتوى، شكوىadalah ٌدعا َوى، ٌفتا َوى، شكا َوىyang tetap diakhiri dengan alif layyinah. Kesalahannya jika diakhiri dengan ya’ menjadi شكاوي. Tetapi untuk kata ٌدعوى، فتوىberlaku jamak yang ِ diakhiri dengan ya’, menjadi ٌدعا َوي،فتا َوي. c. Cara menjamakkan kata ُمديرberbeda dengan kata َوزير. Kata ٌُمدير dijamakkan dengan jamak mudzakar salim menjadi ٌمديرين/ٌ مديرون, sedangkan kata َوزيرdijamakkan dengan jamak taksir menjadi ُو َز َراء. Kesalahannya jika kata ُمديرdijamakkan taksir menjadi ُم َد َراءdan sebaliknya, َوزيرmenjadi وزيرون. d. Jamaknya kata خَضْ َراءyang benar adalah خَضْ َرا َوات, bukan ُخضْ َر َوات dengan dlammah kha’ dan dibuang alif setelah ra’. Tetapi masih bisa menggunakan ُخضْ َر َواتdengan asumsi kata tersebut jamak dari kata ضر َ ُخ.24 5. Kesalahan pada Nisbat Kesalahan pada nisbat (pembangsaan terhadap suatu kata) sering terjadi pada beberapa tempat, misalnya : a. Kerancuan pada kata: ي ٌّ ص َحاف ُ ٌ ،ص َحف ّي َ , manakah yang benar? ِ ٌ ،صحُف ّي Jawabnya, semua benar, tergantung asal kata masing-masing. Penjelasannya yaitu: kata ي ٌّ ص َحف َ adalah penisbatan kepada kata ص ِحيفة ٌّ صحُف ُ penisbatan kepada kata jamak َ (kertas, halaman), kata ي صحُف ُ (beberapa halaman, kitab) dan kata ي ٌّ ص َحاف merupakan ِ penisbatan kepada kata ص َحافَة (persurat kabaran, jurnalistik). ِ b. Kata تِجارةketika dinisbatkan menjadi ي ٌّ تِجار, tidak menjadi ي ٌّ تُجار (dengan dlammah ta’). Terkadang dikira penisbatan dari تُجّار (pedagang). c. Kata لُغةdinisbatkan menjadi ي ٌّ لُغو, tidak menjadi ( لَغويdengan fathah lam). Karena kata ي ٌّ لُغوberasal dari لُغة, tidak berasal dari لَ ْغو. 25
24 25
Ibid., 60. Ibid., 64.
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
84
F. KESALAHAN MENYUSUN KALIMAT BAHASA ARAB Berikut ini penulis sampaikan beberapa kesalahan dalam menyusun kalimat dalam bahasa Arab26 : No. 1.
Susunan Salah
Susunan Benar
ما زرته أبدا
ما زرته قط
2.
أثر فالن عليه تأثريا كبريا
أو أثر به،أثر فيه
3.
-ال مسح اهلل- إذا مات القائد –ال مسح إذا حدث،مات القائد حدث كذا،-اهلل كذا
Arti Aku tidak pernah mengunjunginya mempengaruhinya
Jika panglima mati –semoga itu tidak terjadi- , maka ...
4.
أذن له بالسفر
أذن له فيه
Mengizinkannya pergi
5.
استأذن منه
استأذنه
Meminta izin padanya
6.
وقع يف مأزق
وقع يف مأزق
7.
ما محلنا على نقل فالن األمر الذي محلنا على إىل املستشفى هو إصابته نقل فالن إىل املستشفى هو إصابته باحلمى باحلمى
8.
أراد أن ال يتكلم
أراد أال يتكلم
9.
وقف أمامي
/ قبايل/ وقف جتاهي إزائي
10.
11.
عاد األستاذ إىل التدريس استأنف األستاذ بعد أن انقطع عنه عامني التدريس بعد أن انقطع عنه عامني أيهما أفضل الصناعة أم التجارة؟
أميا أفضل الصناعة أم التجارة؟
Jatuh dalam masalah Yang membuat kami membawanya ke RS adalah dia terserang demam
Ingin tidak bicara Berdiri menghadapku
Pak guru kembali mengajar setelah jeda selama dua tahun Manakah yang lebih baik, perindustrian atau perdagangan
Afifuddin Dimyathi, Panduan Praktis Menulis Bahasa Arab (Sidoarjo : Lisan Arabi, 2016), 132-134. 26
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
12.
انضموا إىل بعضهم البعض
انضم بعضهم إىل بعض
Saling bergabung satu sama lain
13.
ال ينبغي له أن يفعل كذا ال ينبغي عليه أن يفعل كذا
Tidak pantas baginya melakukan hal ini
14.
جاء متيم مث جاء عامر بعد ذلك
جاء متيم مث عامر
Tamim datang lalu Amir
15.
كان يل فالن مبثابة األخ
كان يل فالن كاألخ
Fulan bagiku bagaikan saudara
16.
هذا جيعلين أن أواصل الدراسة
هذا جيعلين أن أواصل الدراسة
Inilah yang menjadikanku meneruskan pendidikan
عن سؤاله أجاب على سؤاله/ أجاب سؤاله إىل سؤاله/
Menjawab pertanyaannya
17.
85
18.
حج إىل البيت االحرام
حج البيت االحرام
19.
حضر الطالب ّ لإلمتحان النهائي
استع ّد لإلمتحان النهائي
20.
فالن ال ميلك قصرا فضال عن كوخ
فالن ال ميلك كوخا فضال عن قصر
Fulan tidak memiliki gubug apalagi istana
21.
مل يعد يعرف أصدقاءه
عاد ال يعرف أصدقاءه
Dia tidak lagi mengenal teman-temannya Dia tidak tahu, yang datang Yasir atau Tamim
22.
مل يدر أيسري جاء أم متيم مل يدر أجاء يسري أم متيم
23.
هو قادر على نظم الشعر هو قادر على نظم الشعر بثالث لغات بثالث لغات بله لغته ناهيك عن لغته العربية العربية
Haji ke Baitul Haram Bersiap untuk ujian akhir
Dia mampu menyusun puisi dengan tiga bahasa, apalagi dengan bahasa Arab
G. KESIMPULAN Pada dasarnya, dalam berbagai bahasa akan selalu ditemukan kesalahan-kesalahan kaprah yang dilakukan oleh penutur ataupun penulisnya, termasuk di antaranya bahasa Arab. Beberapa ahli bahasa Arab ada yang berusaha mendata kesalahan-kesalahan tersebut dan
Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016
86
menyusunnya dalam sebuah buku.27 Kesalahan-kesalahan tersebut dapat terjadi dalam penulisan kata maupun dalam penyusunan kalimat dalam bahasa Arab. Misalnya kesalahan penulisan pada alif, hamzah, penggunaan mudzakar dan muannats. Dan beberapa kesalahan dalam penulisan bahasa Arab yang penulis kemukakan tersebut, yang berdasarkan analisis pustaka, bertujuan agar para pembelajar, baik dari kalangan guru maupun murid terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Atau paling tidak, dapat meminimalisir kesalahan dalam mengungkapkan bahasa Arab secara tertulis dengan baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Abdul Ghani, Aiman Amin, al Kafi fi Qawaid al Imla’, Kairo: Dar al Taufiqiyah li al Turats, 2012 Abdullah, Umar Shiddiq, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah li al-Nathiqin bighairiha Giza: Dar Alamiya, 2008 Dimyathi, Afifuddin, Panduan Praktis Menulis Bahasa Arab, Sidoarjo : Lisan Arabi, 2016 Dlawwah, Ibrahim Abd. Majid, al-Shawab al-Lughawi, Kairo: Jami’ah alQahirah, 2009 Efendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005 Hamid, Abdul, dkk., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, Malang: UIN-Malang Press, 2008 al Hasyimi, Abdurrahman, Ta’allum al Nahw wa al Imla’ wa al Tarqim, Amman: Dar al Manahej, 2008 al-Naqah, Mahmud Kamil dan Rusydi Ahmad Thuaimah, Thara’iq Tadris alLughah al-Arabiyyah li Ghairi al-Nathiqina Biha, Rabat: Al-Munadzomah al-Islamiyah li al-Tarbiyah wa al-Ulum wa al-Tsaqafah, 2003 Tarigan, Henry Guntur, Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung : CV. Angkasa, 2013 Thuaimah, Rusydi Ahmad, al-Marji’ fi Ta’lim al-Lughat al-Arabiyah li alNathiqina bi Lughat Ukhra, Makkah: Jami’ah Ummul Qura, 1986
27
Afifuddin Dimyathi, Panduan Praktis Menulis Bahasa Arab. 132.