KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN
Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH
Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks sehingga membutuhkan penataan secara baik dalam pengelolaan lahan, harus dapat dibedakan secara seksama antara lahan sebagai sumber daya (resources) dan lahan sebagai lingkungan (environment). Hutan Hujan Tropis di Kalimantan Timur
Penggunaan lahan yang berkelanjutan adalah penggunaan lahan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini, dan pada saat yang sama, dapat mengkonservasi sumber daya alam untuk generasi mendatang. Untuk mencapai itu, dibutuhkan kombinasi dari upaya produksi dan konservasi. Produksi barang-barang yang dibutuhkan oleh generasi sekarang, dikombinasikan dengan konservasi sumber daya alam dimana produksi tersebut bergantung, sehingga memastikan bahwa produksi dapat berkelanjutan di masa mendatang. Komunitas yang mengeksploitasi dan melakukan pengurasan lahan secara berlebihan dengan tidak bijaksana, berarti mengorbankan
masa
depannya
dan
generasi
sesudahnya,
bahkan
dapat
menimbulkan dampak bagi wilayah/kawasan sekitarnya. Fenomena bencana lingkungan yang terjadi akhir akhir ini seperti banjir, kekeringan dan tanah longsor mengindikasikan bahwa kemampuan atau daya dukung sumber daya lahan dan lingkungan semakin rendah. Kerusakan lahan disebabkan oleh banyak faktor antara lain deforestasi, pertambangan batubara dan mineral, usaha migas, pertanian dan industri pengolahan.
Saat ini, banyak penggunaan lahan
sebagai sumber daya tidak memperhatikan lingkungan hidup. Sebagai contoh
banyaknya eksploitasi tambang secara besar-besaran tanpa memperhitungan kebutuhan. Serta ditemukan banyak lahan bekas tambang yang ditinggal dan dibiarkan oleh perusahaan setelah selesai eksploitasi tanpa direklamasi sesuai komitmen perusahaan yang tertulis di RKL-RPL pada saat pengajuan ijin lingkungan. Sehingga lahan tersebut menjadi terbengkalai
tidak dapat digunakan bahkan
membahayakan bagi lingkungan sekitarnya. Berikut tabel data perubahan luas hutan Kalimantan yang dikonversi menjadi area pertambangan:
Tabel perubahan luas hutan di Kalimantan yang dikonversi menjadi area pertambangan
Sumber: Analisis PPE Kalimantan, 2013
Dalam penambangan, penggundulan hutan (deforestasi) merupakan tekanan utama pada lingkungan, yang lambat laun akan dapat mengubah ketersediaan makanan dan tempat tinggal bagi satwa liar. Penggundulan hutan juga dapat meningkatkan potensi banjir, tanah longsor dan kekeringan di musim kemarau. Hutan adalah ekosistem daratan yang paling beragam secara biologis. Indonesia, Kalimantan khususnya, memiliki hutan tropis yang sangat beragam dan menyediakan sumber terbesar dari spesies
tumbuhan
endemik di
dunia.
Kerusakan
hutan
Kalimantan
akan
menyebabkan terjadinya penurunan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang dapat memberi efek langsung maupun tidak langsung bagi manusia, sebagai sebuah komponen ekosistem alam yang saling berkaitan
Gambar 2. Tambang Batubara di Kalimantan Timur
Keterangan:
PKP2B : KP
Gambar 3. Peta Ijin Usaha Pertambangan Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Sumber: JATAM Kaltim, 2008)
Pada skala yang lebih luas, kegiatan pertambangan dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati dengan mengubah komposisi jenis dan struktur vegetasi atau biota. Misalnya, air asam dan konsentrasi logam yang tinggi di sungai akan mengakibatkan keanekaragaman hayati pada lingkungan perairan menjadi miskin. Lahan basah seperti muara, hutan bakau, hutan rawa gambut, danau, delta dan laguna, dapat terdegradasi langsung melalui punahnya habitat yang ada karena pencemaran logam berat atau tumpahan minyak dari hulu akibat kegiatan pertambangan.
Di Kalimantan, kerusakan lahan dan lingkungan akibat dampak pertambangan sudah tampak di beberapa daerah, seperti di Kalimantan Timur, dimana lahan terbuka bekas tambang telah memakan korban akibat tenggelam di lubang bekas tambang. Di Galangan, Kalimantan Tengah, terdapat pertambangan emas yang terbentang sepanjang beberapa kilometer dengan pohon-pohon yang gundul dan ‘dihiasi’ dengan kolam ber-merkuri yang telah mengubah berhektar-hektar hutan hujan tropis menjadi gurun. Hal ini dikarenakan kegiatan pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat
mengubah
keseimbangan
sistem
ekologi
bagi
daerah
sekitarnya.
Pertambangan yang dilakukan dengan mengabaikan kondisi geologi lapangan dan keselamatan kerja, berpotensi menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, keruntuhan tambang, dan gempa.
Gambar 3. Kerusakan lahan akibat pertambangan emas di Kalimantan Tengah
Peran wawasan lingkungan sangat penting untuk merubah pola pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan dari pola yang eksploitatif dan destruktif menjadi pola yang bersahabat lingkungan untuk menghindari bertambahnya kerusakan lahan. Upaya pendidikan lingkungan perlu terus ditingkatkan dengan didukung oleh data dan informasi yang akurat. Pada tahap dimana pengetahuan dan kepedulian terhadap dampak permasalahan lingkungan telah tumbuh di masyarakat maka akan semakin besar tingkat kepedulian masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya termasuk permasalahan kerusakan lahan. Pemerintah, swasta dan masyarakat. perlu terus kerja bersama dalam peningkatan upaya pendidikan lingkungan serta penyediaan data dan informasi kerusakan lahan.