PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PESERTA PROGRAM DI KELURAHAN KERTASARI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2012 Oleh : Teguh Setiadi Abstrak : Penelitian ini ingin mengkaji Pengaruh Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Peserta Program di Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2012. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Jumlah populasi yang ada adalah 65 orang peserta PKH di Kelurahan Kertasari. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh atau sensus. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur dan studi lapangan yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari memperoleh skor rata-rata 204,38 yang termasuk pada kategori cukup, kesejahteraan peserta program memperoleh skor 174,22 yang termasuk pada kategori cukup. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi 0,978 yang termasuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 95,65% artinya implementasi PKH mempunyai pengaruh sangat kuat sebesar 95,65% terhadap kesejahteraan peserta, sedangkan 4,35% adalah faktor lainnya. Kata kunci :Implementasi PKH, Kesejahteraan A.
Pendahuluan Pada Tahun 2012 tercatat ada 65 peserta PKH di Kelurahan
Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan layanan kesehatan (imunisasi, pemeriksaan kandungan, pertolongan persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP), PKH diharapkan dapat memberikan manfaat dalam jangka pendek berupa income effect kepada RTSM melalui pengurangan beban ekonomi dalam hal pengeluaran rumah tangga serta dalam jangka panjang program ini diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi (Pedoman Umum PKH 2012:5).
1
Namun dalam pelaksanaannya ditemukan permasalahan sebagai berikut: masih rendahnya pemahaman peserta terhadap maksud dan tujuan PKH, peserta menerima bantuan tunai tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PKH, masih adanya kasus anak putus sekolah atau tidak melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta pelayanan kesehatan bagi RTSM yang menggunakan kartu PKH masih mengalami kendala. Adanya berbagai masalah tersebut diduga disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: kurangnya sosialisasi dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH), lambatnya penyaluran dana PKH kepada peserta, dana PKH yang diberikan tidak cukup untuk biaya sekolah anak, serta kesimpangsiuran informasi mengenai pelayanan kesehatan antara Jamkesmas dan kartu PKH. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1)
Bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan di kelurahan Kertasari ?
2)
Bagaimana
kesejahteraan
peserta
PKH
di
Kelurahan
Kertasari ? 3)
Bagaimana
pengaruh
implementasi
Program
Keluarga
Harapan terhadap kesejahteraan peserta program di kelurahan Kertasari ? Untuk menyelesaikan beberapa persoalan diatas, penulis memiliki kerangka pemikiran sebagai berikut : Dalam model implementasi yang
2
dikembangkan Edwards (1980:10-11) terdapat empat variabel yang harus diperhatikan dari suatu implementasi kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Menurut Sunarti (2008:17) terdapat dua indikator untuk mengukur kesejahteraan objektif, yaitu indikator utama dan indikator tambahan. Indikator utama merupakan tingkat pendapatan perkapita per bulan dibandingkan dengan standar garis kemiskinan daerah yang ditetapkan BPS. Sedangkan indikator tambahan meliputi pentahapan keluarga sejahtera sesuai dengan indikator yang digunakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Jika digambarkan, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Direct And Indirect Impact Of Implementation (George.C.Edwards III) Implementasi PKH
Kesejahteraan Peserta PKH Pendekatan kesejahteraan objektif (Sunarti)
Berdasarkan
kerangka
pemikiran
diatas,
maka
peneliti
mengemukakan anggapan dasar sebagai berikut: 1) Implementasi PKH adalah program bantuan tunai bersyarat dari pemerintah yang dilaksanakan UPPKH dengan tujuan
3
untuk membantu RTSM dalam bidang kesehatan, pendidikan dan income effect. 2) Kesejahteraan RTSM peserta program adalah situasi yang terjadi ketika peserta program merasa aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan relatif mencukupi. 3) Jika implementasi PKH telah dilaksanakan dengan baik maka kesejahteraan peserta program akan meningkat. Berdasarkan anggapan dasar diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Terdapat pengaruh positif antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari”. B.
Metode Penelitian ini dilakukan di lingkungan Kelurahan Kertasari
sepanjang bulan Januari sampai dengan Mei 2013 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif menurut tingkat eksplanasi, yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Jumlah populasi yang ada adalah 65 orang peserta PKH di Kelurahan Kertasari. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh atau sensus, yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur dan studi lapangan yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan observasi.
4
Penelitian ini menggunakan dua variabel yang terdiri dari variabel independen yaitu Implementasi PKH dan variabel dependen yaitu kesejahteraan
peserta
program.
Apabila
disajikan
dalam
bentuk
operasionalisasi variabel adalah sebagai berikut : Variabel Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari
Kesejahteraan Peserta PKH di Kelurahan Kertasari
Dimensi Komunikasi, yaitu proses yang terjadi antara pelaksana dan peserta PKH meliputi proses penyampaian dan kejelasan isi program Sumber daya, yaitu sumber daya manusia mencakup kualitas implementor dan sumber daya finansial meliputi dana, fasilitas, sarana dan prasarana. Disposisi, yaitu kecenderungan perilaku atau karakteristik dari petugas. Struktur Birokrasi, aspek struktur ini mencakup dua hal penting yaitu mekanisme dan struktur organisasi pelaksana program. Pendapatan dan kepemilikan aset, merupakan kebutuhan dalam bidang ekonomi. Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan non-ekonomi. Pemenuhan kebutuhan pangan, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal asupan makanan. Pemenuhan kebutuhan pakaian, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal berpakaian.
Indikator
Alat Ukur
- Kejelasan informasi seputar PKH - Cara penyampaikan informasi yang baik.
Ordinal
- Mampu memberikan kualitas pelayanan yang baik. - Fasitas, sarana dan prasarana yang baik.
Ordinal
- Penampilan petugas. - Keramahan petugas.
Ordinal
- Birokrasi yang tidak berbelit-belit. - Penyaluran dana sesuai jadwal.
Ordinal
- Mempunyai penghasilan tetap. - Memiliki tabungan keluarga atau barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000,
Ordinal
- Beribadah secara teratur. - Hubungan yang baik dengan tetanga
Ordinal
- Makan duakali sehari atau lebih. - Makan daging, ikan atau telur minimal seminggu sekali.
Ordinal
- Memiliki pakaian yang berbeda untuk beraktivitas (misalnya di rumah, bepergian, bekerja). - Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.
Ordinal
5
Pendidikan anak, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak. Perawatan kesehatan keluarga, merupakan kemampuan untuk menjaga kesehatan dengan baik. Informasi, merupakan kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap berita terkini. Rekreasi, merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal memperoleh kesenangan atau kebahagiaan. Aktualisasi diri, merupakan kemampuan untuk mewujudkan eksistensi dalam kehidupan sosial.
- Anak usia 0-6 tahun mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) - Anak usia 6-15 tahun bersekolah.
Ordinal
- Anggota keluarga tidak ada yang sakit selama tiga bulan terakhir. - Pemeriksaan kesehatan anak balita secara rutin ke Posyandu
Ordinal
- Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV atau majalah. - Memperoleh berita atau informasi dari kantor pemerintahan setempat. - Rekreasi bersama (6 bulan sekali) - Meluangkan waktu bersama keluarga
Ordinal
- Aktif memberikan sumbangan material secara teratur - Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.
Ordinal
Ordinal
Untuk keperluan kuantitatif maka jawaban setiap item instrumen diberi skor sesuai skala Likert yang mempunyai gradasi sangat positif sampai negatif sebagai berikut : Pilihan Jawaban Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Skor 5 4 3 2 1
Untuk menjawab rumusan masalah, digunakan analisis kuantitatif melalui pengolahan data yang ditabulasikan dan dideksripsikan ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)
Menentukan rentang nilai, yaitu dengan cara skor atau nilai
tertinggi dikurangi skor / nilai terendah.
6
Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y) Skor tertinggi
: 5 x 65 Responden
= 325
Skor Terendah
: 1 x 65 Responden
= 65
Rentang
: 325 – 65
= 260
Interval Kelas
: 260 : 5
= 52
Jika digambarkan dalam bentuk interval kelas akan tampak seperti pada gambar kuartil berikut ini : Tidak Baik 65
Kurang baik 117
Cukup
169
Baik 221
Sangat baik 273
325
2) Menentukan Kategori Penilaian Variabel X dan Y 1. Untuk kategori sangat kurang : 65 ≤ X/Y < 117 2. Untuk kategori kurang
: 117 ≤ X/Y < 169
3. Untuk kategori cukup
: 169 ≤ X /Y < 221
4. Untuk kategori baik
: 221 ≤ X /Y < 273
5. Untuk kategori sangat baik
: 273 ≤ X /Y ≤ 325
3) Menentukan Persentase Dalam distribusi frekuensi, total skor kenyataan dari masingmasing item dapat dipersentasikan dalam perhitungan sebagai berikut : 100%
Sumber : Sumber Arikunto, 1998: 246
Untuk mengetahui ukuran prosentase tersebut, maka penulis menggunakan pedoman persentase sebagai berikut :
7
Interval Persentase
Kategori Persentase
76 - 100 % 56 - 75 % 40 – 55 % < 40 %
Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Sumber Arikunto, 1998: 246
Untuk mengetahui korelasi hubungan antara dua variabel, maka dilakukan uji statistik parametik dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment (Sugiyono, 2009:184) sebagai berikut :
(∑
∑
) (∑
)
Selanjutnya untuk dapat memberikan penafsiran atau interpretasi seberapa kuat hubungan antara variabel x dan variabel y digunakan pedoman sebagai berikut : Interval Koefisien 0,0 - 0,199 0,20 - 0, 399 0,40 - 0,599 0,60 - 0,799 0,80 - 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
Sumber : (Sugiyono, 2009: 184)
Kemudian untuk menghitung besarnya pengaruh implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari dapat digunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 1982:24) dengan rumus: =
100%
Untuk menguji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan uji t (Sugiyono, 2009:184) dengan rumus :
8
=
r√n − 2 1 − (r)
Jika t hitung < t tabel : Maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan positif antara implementasi PKH dengan kesejahteraan peserta program. Jika t hitung > t tabel : Maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan positif antara implementasi PKH dengan kesejahteraan peserta program. C.
Landasan Teoritis Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan penting
dalam proses kebijakan publik yang dapat menimbulkan pengaruh (sebab/akibat) kepada masyarakat. Edwards (1980:1) berpendapat bahwa : Implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial, karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan dengan baik implementasinya maka apa yang menjadi tujuan kebijakan tidak akan terwujud. Begitu pula sebaliknya, walau bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau kebijakannya tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan tidak akan bisa tercapai. Edward mengembangkan model implementasi yang disebut dengan Direct and Indirect Impact of Implementation Seperti terlihat dalam gambar berikut :
9
Lebih lanjut Sunarti (2008:15) berpendapat bahwa tingkat kesejahteraan dapat diukur melalui dua pendekatan, yaitu kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan objektif. Dimana kesejahteraan subjektif adalah pengukuran tingkat kepuasan dan kebahagian seseorang terhadap keadaannya dalam waktu tertentu. Sedangkan kesejahteraan objektif diperoleh melalui pengamatan atau observasi dari suatu objek yang dapat dibandingkan dengan standar baku tertentu. Oleh karena itulah maka penelitian ini menggunakan pendekatan kesejahteraan objektif untuk megukur tingkat kesejahteraan peserta PKH, agar sesuai dengan standar baku pengukuran kesejahteraan di Indonesia yang mengacu pada standar BPS dan BKKBN disesuaikan dengan desain penelitian kuantitatif dalam penelitian yang dilakukan. BPS mengartikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. BPS menetapkan batas garis kemisinan daerah Jawa Barat tahun 2012 adalah keluarga dengan pendapatan perkapita per bulan sebesar RP.231.439,- (Berita Resmi Statistik BPS,2012). Untuk menghitung tingkat kesejahteraan BKKBN melakukan pendataan kemiskinan yang dilakukan lewat pentahapan keluarga sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap. Berikut adalah indikator yang digunakan BKKBN dalam pentahapan keluarga sejahtera:
10
Tahap
Deskripsi
Indikator Ekonomi
Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin)
Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
Non-ekonomi
• Makan dua kali atau lebih sehari
• Melaksanakan ibadah
• Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya: di rumah, bekerja/ sekolah dan bepergian)
• Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan.
• Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah (misalnya: bambu/kayu berkualitas rendah) Keluarga Sejahtera I (Miskin)
Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
• Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telur • Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru • Luas lantai rumah paling sedikit 8m2 untuk tiap orang/ penghuni
• Ibadah teratur • Sehat tiga bulan terakhir (sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik). • Punya penghasilan tetap • Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin • Usia 6-15 tahun bersekolah • Anak lebih dari 2 orang, ber-KB
Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
• Memiliki tabungan keluarga / barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya • Rekreasi bersama (6 bulan sekali) • Meningkatkan pengetahuan agama • Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah • Menggunakan sarana transportasi
Keluarga Sejahtera III
Sudah dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
• Memiliki tabungan keluarga • Makan bersama sambil berkomunikasi • Mengikuti kegiatan masyarakat
11
• Rekreasi bersama (6 bulan sekali) • Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah • Menggunakan sarana transportasi
Keluarga Sejahtera III plus
Belum dapat memenuhi beberapa indikator
• Aktif memberikan sumbangan material secara teratur
Sudah dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
• Aktif memberikan sumbangan material secara teratur
• Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.
• Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan.
Sumber : Togiaratua Nainggolan dkk, 2012 :14-15
D.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam proses pengisian kuesioner, penulis meminta responden
untuk memberikan identitas diri sebagai penunjang data. Berdasarkan pengisian tersebut, diperoleh hasil yang akan penulis uraikan pada tabel berikut ini: Keadaan Peserta PKH Berdasarkan Tingkat Usia Nomor 1 2 3 4
Tingkat Usia 21-30 31-40 41-50 51-60+ Total
Sumber : Data Primer, diolah 2013
Jumlah 12 28 17 8 65
Persentase 18,46 % 43,09% 26,15% 12,30% 100%
Tabel di atas, menunjukan bahwa mayoritas peserta PKH adalah Wanita Usia Subur (WUS). Berdasarkan konsep Departemen Kesehatan Republik Indonesia, WUS adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15–49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah (Uu No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan).
12
Keadaan Peserta Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nomor 1 2 3 4
Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Total
Jumlah 17 29 11 8 65
Persentase 26,15 % 44,61% 16,92% 12,32% 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2013
Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan peserta PKH relatif rendah, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mereka
semakin
miskin
atau
sebaliknya,
kemiskinanlah
yang
menyebabkan mereka tidak dapat mengenyam pendidikan dengan layak. Keadaan Peserta Berdasarkan Pekerjaan Nomor 1 2 3 4
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh Tani Dagang Pembantu Rumah Tangga Total
Jumlah 16 12 4 33 65
Persentase 24,62 % 18,46 % 6,15 % 50.77 % 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2013
Tabel diatas memberikan gambaran bahwa mayoritas peserta bekerja dengan menjual tenaganya kepada orang lain (buruh). Keadaan Peserta Program Berdasarkan Penghasilan Keluarga Nomor 1 2 3 4
Pekerjaan kurang dari 100-200 ribu/bulan 300-400 ribu/bulan 500-600 ribu/bulan 700-lebih dari 800 ribu/bulan Total
Jumlah 44 17 2 2 65
Presentasi 67,71 % 26,15 % 3,07 % 3,07 % 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2013
13
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa mayoritas peserta program berada dibawah garis kemiskinan merujuk pada batas garis kemisinan daerah Jawa Barat tahun 2012 adalah keluarga dengan pendapatan perkapita per bulan sebesar RP.231.439,- (Berita Resmi Statistik BPS, 2012:5) Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Variabel X Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari No. Indikator 1
Skor
Kategori
Kejelasan informasi yang diberikan pada peserta 187 program Cara petugas dalam memberikan informasi pada 220 peserta program Kualitas pelayanan yang baik pada peserta program 214
Cukup
Cukup
5
Fasilitas, sarana dan prasarana yang diberikan pada 201 peserta program Penampilan petugas 262
6
Keramahan petugas dalam melayani peserta program
214
Cukup
7
Birokrasi yang tidak berbelit-belit
206
Cukup
2 3 4
Cukup Cukup
Baik
8
Ketepatan waktu dalam pembayaran dana bantuan 131 Kurang pada peserta program Total Skor 1635 Rata-rata 204,38 Cukup Berdasarkan tabel rekapitulasi dengan 8 item pertanyaan mengenai Implementasi PKH di Kelurahan Kertasari didapat perhitungan sebagai berikut : Skor rata-rata variabel x
= = = 204,38
14
Dipersentasekan
= ,
= 100% = 62,89 % Dengan demikian implementasi PKH memiliki skor rata-rata sebesar 204,38, jika dipersentasekan adalah 62,89%.
Karena hasil
perhitungan berada di antara 56-75%, sesuai dengan pedoman persentase maka implementasi PKH di Kelurahan Kertasari berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan model Direct And Indirect Impact Of Implementation dapat disimpulkan bahwa implementasi PKH tersmasuk pada kategori cukup karena berada dalam interval 169 ≤ X < 221. Artinya implementasi PKH belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik karena masih terdapat indikator yang memiliki skor rendah diantaranya adalah kejelasan informasi dan ketepatan waktu dalam pembayaran dana bantuan pada peserta program. Rekapitulasi Jawaban Responden Untuk Variabel Y Kesejahteraan Peserta PKH No. Indikator
Skor
Kategori
1
Memiliki pendapatan tetap.
103
2 3
Kepemilikan Tabungan Keluarga Atau Barang yang 102 Mudah Dijual senilai Rp.500.000,Keteraturan beribadah 279
4
Hubungan yang baik dengan tetangga
319
5
Makan dua kali sehari atau lebih
171
Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Baik Sangat Baik Cukup
6
Konsumsi daging, telur, ikan dalam satu minggu
140
Kurang
15
7
Baik
9
Mempunyai pakaian yang berbeda dalam setiap 233 aktivitas Mempunyai satu stel pakaian baru dalam satu tahun 137 terakhir Anak usia 0-6 tahun ikut serta dalam PAUD 217
10
Menyekolahkan anak dengan usia antara 6-15 tahun
194
Cukup
11
211
Cukup
225
Baik
157
Kurang
159
Kurang
15
Tidak ada keluarga yang sakit selama tiga bulan terakhir Pemeriksaan kesehatan anak balita secara rutin ke Posyandu Memperoleh berita dari televisi, surat kabar atau majalah Memperoleh berita dari kantor pemerintahan setempat Rekreasi bersama keluarga
70
16
Meluangkan waktu bersama keluarga
193
Sangat Kurang Cukup
17
Memberikan sumbangan material secara teratur
137
Kurang
18
Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan
89
Sangat Kurang
8
12 13 14
Total Skor Rata-rata
Kurang Cukup
3136 174,22 Cukup
Berdasarkan tabel rekapitulasi dengan 18 item pertanyaan mengenai kesejahteraan peserta PKH di Kelurahan Kertasari didapat perhitungan sebagai berikut : Skor rata-rata variabel x
= = = 174,22
Dipersentasekan
= =
,
= 53,60 %
100% 16
Dengan demikian kesejahteraan peserta PKH memiliki skor ratarata sebesar 174,22, jika dipersentasekan adalah 53,60%. Karena hasil perhitungan berada di antara 40-55%, sesuai dengan pedoman persentase maka kesejahteraan peserta PKH di Kelurahan Kertasari berada pada kategori kurang baik. Berdasarkan pendekatan kesejahteraan objektif (Sumarti, 2008:17), maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan peserta PKH termasuk pada kategori cukup karena berada dalam interval 169 ≤ X <221. Artinya kesejahteraan peserta PKH belum sepenuhnya mengalami kemajuan karena masih terdapat indikator yang memiliki skor rendah diantaranya adalah pendapatan tetap, kepemilikan tabungan keluarga, rekreasi dan aktualisasi diri. Setelah menganalisis variabel x (implementasi PKH) dan variabel y (kesejahteraan peserta) selanjutnya penulis menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu pengaruh implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Untuk mengetahui hubungan tersebut dapat dilihat dari perhitungan statistik berikut :
∑ ∑ ∑
(∑
∑
(Sugiyono,2009:184) ) (∑
)
= 5561,54 = 2310,46 = 14002,06 (
, ,
,
, ).(
,
)
= 0,978
17
Dari perhitungan korelasi tersebut diperoleh nilai korelasi product moment sebesar 0,978. Berdasarkan interval koefisien dan determinasi, maka koefisien korelasi sebesar 0,978 termasuk pada kategori sangat kuat. Jadi terdapat hubungan yang sangat kuat antara implementasi PKH dengan kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari dapat dihitung dengan menghitung koefisien determinan dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi. Untuk mengetahui koefisien determinan maka dihitung dengan rumus berikut : =
100%
= 0,978 2 x 100% = 95,65%
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinan dalam penelitian ini didapat nilai 95,65%. Artinya implementasi PKH mempunyai pengaruh positif sebesar 95,65% terhadap kesejahteraan peserta, sedangkan 4,35% adalah faktor lainnya. Untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan di awal penelitian, maka penulis membandingkan antara nilai t
hitung
dengan t
tabel
dengan
menggunakan rumus : =
√
( )
(Sugiyono, 2009:184)
18
,
√
t hitung = √ t hitung =
,
, ,
,
thitung = 36,964 Untuk mencari ttabel dengan tinggi keyakinan 95% dengan ∝ = 0,05
dan n = 65 maka diperoleh t
tabel
sebesar 3,452. Karena t hitung sebesar
36,964 > 3,452 Maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis yang diajukan penulis yaitu : “Terdapat pengaruh positif antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan Kertasari” diterima. E.
Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat
menarik kesimpulan terkait dengan perumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1)
Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kertasari pada tahun 2012 telah dilaksanakan dengan cukup baik, terbukti dari hasil perolehan skor rata-rata yang mencapai angka 204,38 yang berada pada kategori cukup.
2)
Kesejahteraan peserta PKH di Kelurahan Kertasari pada tahun 2012 dalam keadaan cukup baik, terbukti dari hasil perolehan skor rata-rata yang mencapai 174,22 yang berada pada kategori cukup.
3)
Terdapat hubungan positif antara implementasi PKH terhadap kesejahteraan peserta program di Kelurahan 19
Kertasari pada tahun 2012, terbukti dari hasil perhitungan korelasi ditemukan koefisien determinan sebesar 95,65%, artinya implementasi PKH mempunyai pengaruh positif sebesar 95,65% terhadap kesejahteraan peserta, sedangkan 4,35% adalah faktor lainnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis memberi masukan atau saran terkait dengan rumusan masalah yang ada, sebagai berikut: 1) BPS perlu memberikan data yang up to date sesuai dengan standar dan karakteristik penduduk di daerah sehingga penyaluran dana PKH benar-benar tepat sasaran. 2) UPPKH melakukan pendataan ulang penerima PKH. 3) Implementasi PKH harus lebih transparan dengan memberikan informasi yang bisa diakses publik. 4) Diperlukan usaha untuk meminimalisir keterlambatan, agar peserta program menerima dana bantuai tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam pedoman umum PKH.
20