III. 3.1.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani Hurip (KTH) di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yaitu mengenai analisis kelayakan finansial. 3.1.1. Teori Biaya dan Manfaat Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya merupakan segala sesuatu yang dapat mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat merupakan segala sesuatu yang dapat membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang diterima. Biaya suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin. 2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 3) Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman. Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi :
32
1) Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapapatan, kesempatan kerja, dan penurunan biaya. 2) Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena perbaikan kesehatan atau keahlian, perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan dan lain sebagainya. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986). Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek (Kadariah et al. 1999), yaitu : 1) Ukuran umum yang dapat diambil suatu proyek (jangka waktu) yaitu sama dengan umur ekonomis suatu aset dari proyek. Umur ekonomis suatu aset ialah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya. 2) Proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar lebih mudah untuk menggunakan umur teknis daripada umur-umur pokok investasi. Dalam hal ini untuk proyek-proyek tertentu umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolescence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru
33
yang jauh lebih efisien). Keadaan ini banyak terdapat dalam proyek-proyek pertanian. 3) Proyek-proyek yang umumnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25 tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun-tahun setelah itu jika di discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present value nya akan kecil. 3.1.2. Analisis Kelayakan Investasi Dalam mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek dapat menggunakan kriteria investasi. Ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto, dimana
perhitungan
berdiskonto
merupakan
suatu
teknik
yang
dapat
“menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Adapun kelemahan umum model perhitungan tidak berdiskonto dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima. Perbedaan dua cara ini terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada model perhitungan berdiskonto (Gittinger 1986). Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Hal ini bisa terjadi karena disebabkan : 1.
Time preference, yaitu sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia dimasa yang akan datang.
34
2.
Produktivitas atau efesiensi modal, yaitu modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif. Kedua unsur ini berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan. Selain itu, kedua unsur tersebut memiliki keterkaitan secara timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses discounting (Kadariah 2001). 3.1.3. Analisis Kelayakan Finansial Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkan analisis ekonomi merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis finansial. Menurut Husnan dan Suwarno (2000), analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Analisis finansial terdiri dari : 3.1.3.1. Net Present Value (NPV) Suatu usaha dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya
35
disebut dengan manfaat bersih atau Net Present Value (NPV). Menurut Keown (2001), NPV diartikan sebagai nilai bersih sekarang dari arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu : a.
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung tidak juga rugi.
b.
NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan.
c.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
3.1.3.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net B/C ratio merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari usaha tersebut (Husnan dan Suwarsono 2000). Kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio adalah : a.
Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung maupun rugi namun masih layak dijalankan.
b.
Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan atau layak dijalankan.
36
c.
Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tersebut merugikan atau tidak layak dijalankan.
3.1.3.3. Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger 1986). Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku. 3.1.3.4. Payback Period (PP) Payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan untuk melunasi seluruh pengeluaran investasi. Setelah mendapatkan nilai sekarang dari keuntungan bersih maka dapat ditentukan pada tahun ke berapa total biaya investasi dapat tertutupi oleh keuntungan. Semakin cepat modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000).
37
3.1.4. Analisis Nilai Pengganti Analisis nilai pengganti mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan maupun penurunan suatu komponen yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak maupun sebaliknya (Kadarsan 1995). Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan (Gittinger 1986). Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu : a) Perubahan harga jual b) Keterlambatan pelaksanaan proyek c) Kenaikan biaya d) Perubahan volume produksi Pada analisis ini, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa proyek yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger 1986). Parameter yang diambil adalah perubahan yang
38
sangat mempengaruhi kelayakan usaha. Parameter yang diambil dalam penelitian ini yaitu perubahan harga, harga bahan baku dan upah tenaga kerja. 3.2.
Kerangka Pemikiran Penelitian Pertanian organik mulai menjadi tren baru yang terus berkembang
sekarang ini, hal ini dikarenakan mulai munculnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi pangan yang tidak menggunakan bahan kimia dalam perawatannya. Hal ini mendorong timbulnya kebutuhan akan pupuk organik yang terus meningkat. Salah satu contoh pupuk organik adalah pupuk kompos. Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang menyediakan pupuk kompos karena kesesuaian kondisi masyarakat serta ketersediaan bahan-bahan untuk membuatnya. Potensi fisik desa ini masih luas yaitu sekitar 155.620 hektar merupakan lahan sawah. Hal ini menyebabkan ketersediaan limbah-limbah pertanian sebagai bahan baku untuk membuat pupuk kompos cukup melimpah. Selain itu, penduduk di desa ini sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai petani dan rata-rata dari mereka memiliki kemampuan dalam membuat pupuk kompos. Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani di desa Cikarawang, memiliki kontribusi dalam penyediaan pupuk kompos. Hal ini terbukti dari adanya usaha pupuk kompos yang didirikan oleh kelompok tani ini. Pupuk kompos yang diproduksi oleh kelompok tani ini dijual kepada masyarakat desa sehingga masyarakat desa dapat mendapatkan pupuk kompos dengan harga yang terjangkau. Peluang pasar usaha pupuk kompos ini cukup besar mengingat meningkatnya pertanian organik di Indonesia, akan tetapi usaha ini juga
39
membutuhkan biaya sehingga harus dianalisis apakah usaha pupuk kompos tersebut layak atau tidak untuk diusahakan. Aspek utama dalam analisis kelayakan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu aspek finansial. Aspek finansial yang dianalisis, meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C, dan Payback Periode. Dilakukan juga analisis Switching Value untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelayakan usaha pupuk kompos jika terjadi perubahan-perubahan pada komponen manfaat dan biaya.
40
Kelompok Tani Hurip dan masyarakat Dusun II Desa Cikarawang
Keinginan untuk mengembangkan usaha Pupuk Kompos sendiri
Ketersediaan bahan baku kompos
Potensi usaha Pupuk Kompos
Perencanaan Usaha Pupuk Kompos kolaboratif (Pasar, Teknis, Kelayakan Organisasi, Manajemen, Finansial)
Pencarian Data : Primer dan Sekunder
Data cukup
TIDAK
Tabulasi Data
Kalkulator dan Microsoft Excel
YA
Analisis Kelayakan Usaha Kelayakan finansial (NPV, IRR, Net B/C, PP)
Kelayakan Ekonomi
Analisis Switching Value
Tidak Layak
Layak
Dapat direkomendasikan
‐ ‐
Efesiensi Biaya Perbaikan Teknologi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
41