KERAJINAN BATIK KAYU SEBAGAI CIRI KHAS DESA WISATA KREBET DI DUSUN KREBET DESA SENDANGSARI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL
Tiesa Sa’adatul Layalie¹ (
[email protected]) Siti Fadjarajani² (
[email protected])
Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRACT The background of this research is to look at the prospect of a Wooden Batik Tourism Village hallmark Krebet. Issue raised is the extent and the perceived benefits of the existence of the tourist village in the hamlet Krebet Sendangsari Village Pajangan Regency of Bantul District. The hypothesis of this study is the specificity of Batik Wood in the hamlet Krebet are the basic ingredients using special wood. Used motif of Yogyakarta. Form of wood carving is very diverse. With the uniqueness of batik wood in the hamlet Krebet can provide livelihood to the people in the village and can help Krebet incomes. The method I use is the quantitative methods. The results showed that 1. Uniqueness Craft Batik Wood. of 32 samples that answers a. Raw materials as much as 37.5%. b. Motif as much as 18.75%. c. Form of wood carving as much as 43.75%. 2. The existence of Batik Wood Crafts. a. A source of livelihood, of the 32 samples, the respondents who answered that employment increased by 53.13%, and the answer is very increased, as much as 46.87%. b. Can help the public revenue, from 22 samples, which responded revenue increased by 86.36%, 13.64% answered remains as much. The increase in revenue / income respondents who answered Rp. 50.000-500.000 much as 50%, Rp. 500.0001.000.000 as much as 13.64%, Rp. 1.000.000-2.000.000 as much as 13.64% and> Rp. 2,000,000 as much as 22.72%. Keywords: Wooden Batik Handicrafts, Characteristic
1.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajinan adalah salah satu keunggulan daya tarik wisata yang mampu mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata. Berbagai sumber potensi mengangkat citra Kota Yogyakarta, salah satunya adalah sentra kerajinan, berbagai barang kerajinan tumbuh dengan pesat di Kota Yogyakarta. Didukung dengan banyaknya sumber bahan baku dan keterampilan yang dimiliki, baik dari perajin berskala besar maupun kecil, barang kerajinan yang mereka
hasilkan ada yang
dijual untuk wilayah domestik, maupun mancanegara.
Seperti halnya kerajinan batik, yang sekarang ini dikembangkan bukan hanya pada media kain, melainkan pada media kayu, yang ada di Dusun Krebet Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Batik yang masyarakat ketahui biasanya jenis batik yang digambar atau dicap diatas kain, tapi batik yang menjadi ciri khas di Dusun Krebet adalah batik kayu, yaitu batik yang digambarkan diatas media kayu yang diukir dan bentuknya beragam. Awal adanya kerajinan batik kayu ini adalah pada Tahun 1990-an. Proses membatik dengan media kayu membutuhkan keterampilan khusus, beda dengan membatik di atas kain. Karena polanya dibuat secara manual, bukan dicetak atau dicap, membatik diatas media kayu membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Kerajinan batik kayu ini semakin mengalami kemajuan dengan beragam bentuk, ukuran dan motif, dan juga suksesnya pemasaran dari batik kayu ini yang mencapai ke luar negeri, perkembangan tersebut dapat dibuktikan, pada Tahun 1996 terdapat 5 sanggar batik kayu, pada Tahun 2012, kurang lebih ada 51 sanggar dengan pekerja yang semakin banyak, dan pekerjanya pun adalah warga dari Dusun Krebet. Harga hasil kerajinannya pun relatif terjangkau, berkisar mulai dari Rp. 3000 dengan produk gantungan kunci, hingga ratusan ribu bahkan jutaan rupiah dengan produk seperti topeng, wayang klithik, pajangan, patung kayu, kotak perhiasan, almari dan hiasan lainnya, dengan motif khas Yogyakarta yang digunakan yaitu motif Jlereng, Kawang dan Kembang. Karena keunikan batik kayunya inilah Dusun Krebet menjadi salah satu Desa Wisata yang terkenal di Kabupaten Bantul.Batik kayu sudah menjadi icon tersendiri Dusun Krebet, disini banyak berdiri sanggar atau galeri batik dengan berbagai karakteristik dan ciri khas yang berbeda satu sama lain. Batik kayu juga sudah menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat di Dusun Krebet, sebagian besar dari mereka hidup menggantungkan diri dari kerajinan Batik Kayu. 1.2 Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekhasan dan manfaat yang dirasakan masyarakat atas keberadaan Desa Wisata Krebet
dengan adanya kekhasan kerajinan batik kayu di Dusun Krebet Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul.
2.
METODE PENELITIAN Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data dan mengimplementasikan data yang berbentuk angka dan dengan menghitung yang bersifat matematik (Sumaatmadja, 1988:115). Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diarahkan untuk mengungkapkan data tentang kekhasan kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet dan manfaat yang dirasakan masyarakat atas keberadaan kekhasan kerajinan batik kayu.
3.
PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Kerajinan Batik Kayu Sebagai Ciri Khas Desa Wisata Krebet Batik lazimnya ditorehkan di atas kain, namun para pengrajin di Dusun Krebet Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul, batik dikembangkan dengan menggunakan media kayu. Topeng kayu, miniatur binatang, dan pernik hiasan lainya dihiasi motif-motif batik dibuat dengan proses layaknya membatik di atas kain. Kerajinan batik kayu ini menjadi icon dusun Krebet dan sekaligus menjadi tulang punggung ekonomi warga. Hal menarik yang bisa dilakukan wisatawan di sini adalah belajar membatik wayang dari kayu. Membatik dengan media wayang kayu tentu akan memberikan sensasi yang berbeda. Proses membatik dengan media ini tentu akan lebih membutuhkan ketelitian sebab polanya secara otomatis dibuat manual, tidak dicetak seperti ketika membatik dengan media kain. Untuk menuju Dusun Krebet, pengunjung bisa melewati Jalan Bantul menuju ke arah selatan. Dalam perjalanan ini pengunjung dapat memilih beberapa alternatif jalan, yakni melewati desa wisata Kasongan atau berbelok ke kanan setelah sampai Masjid Agung Bantul. Pengunjung harus menyiapkan kendaraan pribadi atau menghubungi agen tur yang menyediakan jasa menuju dusun tersebut, sebab tidak ada angkutan umum yang menjangkau dusun ini. Dusun ini dipromosikan Kabupaten Bantul sebagai desa wisata pada Tahun
2002 ini dirintis sejak 14 Oktober 2000 sesuai dengan SK Bupati Tahun 2008, sesuai perubahan SK Bupati No. 259 Tahun 2007 dengan 16 desa wisata, dan Dusun Krebet berada diurutan ke-5. Pengelola/pengurus Desa Wisata Krebet adalah sebuah organisasi yang benama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pokdarwis Krebet Binangun bianaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul memang belum berkiprah secara terprogram dan berkarya nyata. Oleh sebab itu, jika ada tamu pewisata maka yang mengurus dan mengatur adalah pengurus Paguyuban Pengrajin Krebet (P2K). Kegiatan wisatawan kemudian dikelola oleh P2K dengan berbagai materi, acara dan fasilitas yang cukup memadai, sekaligus meningkatkan pendapatan pengusaha pengrajin batik kayu. P2K adalah pintu masuk dan ijin melakukan kegiatan di desa wisata. Hal tersebut dilakukan untuk mengatur dan mengadilkan agar pewisata di Krebet tidak berada di sanggar atau lokasi pengrajin batik tertentu saja. Selain Pokdarwis dan P2K ada pula Koperasi Sido Katon, yaitu koperasi yang mempunyai tiga fungsi, yaitu pengelolaan untuk usaha koperasi dalam menyediakan peralatan yang dibutuhkan pengrajin, menangani maju-mundurnya pengrajin Krebet terutama anggota koperasi termasuk pengembangan desain, pameran, dan lain-lain, berfungsi melayani simpan pinjam kepada anggotanya. Faedah koperasi Sido Katon di bawah P2K tersebut telah mempermudah pembelian bahan baku para pengusaha (industri) rakyat kreatif yang biasanya harus membeli di Bantul atau Yogyakarta. Untuk lebih mengembangkan Desa Wisata Krebet, organisasi Pokdarwis sudah berusaha mempromosikan Desa Wisata melalui situs web dan mulai bekerjasama dengan agen perjalanan, selain itu juga menjalin hubungan baik dengan pemerintah. Upaya promosi juga dilakukan melalui pameranpameran yang diupayakan oleh Dinas Pariwisata dan Provinsi. Pameran tersebut bersifat lokal maupun internasional yang biasa diikuti oleh berbagai negara yang menyuguhkan keunikan budaya masing-masing negara, misalnya Indonesia dengan warisan budaya batik yang saat ini telah diinovasikan oleh masyarakat Dusun Krebet dituangkan dalam media kayu. Meskipun fasilitas belajar membatik di dusun ini tergolong sederhana dan belum menyediakan
instruktur yang bisa berbahasa asing, namun dengan mengamati aktivitas para pengrajin mulai dari membuat wayang dan membatik, pengunjung dapat memperoleh modal yang cukup untuk mulai membatik. 3.2 Kekhasan Kerajinan Batik Kayu a. Bahan Baku Kerajinan Batik Kayu Untuk membuat batik kayu ini dibutuhkan jenis kayu khusus agar motif dan warna batik dapat meresap ke dalam kayu. Kayu yang sering digunakan adalah kayu Sengon, kayu Pulai, dan kayu Mahoni. 1. Kayu Sengon Sengon (Albizia chinensis) adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae. Pohon peneduh dan penghasil kayu ini tersebar secara alami di India, Asia Tenggara, Cina selatan, dan Indonesia. Sengon menghasilkan kayu yang ringan sampai agak ringan, dengan densitas 320–640 kg/m³ pada kadar air 15%. Agak padat, berserat lurus dan agak kasar, namun mudah dikerjakan. Kayu ini tidak diserang rayap tanah, karena adanya kandungan zat ekstraktif di dalam kayunya. Kayu sengon biasa dimanfaatkan untuk membuat peti, perahu, ramuan rumah dan jembatan. 2. Kayu Pulai Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris. Pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. Kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. Berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.
3. Kayu Mahoni Mahoni adalah anggota suku meliaceae yang mencakup 50 genera dan 550 spesies tanaman kayu. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35 – 40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kuliet dangkal berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman mahoni mulai dibudidayakan karena kayunya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, furniture, barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni barada sedikit di bawah kayu jati sehingga sering dijuluki primadona kedua dalam pasar kayu. Ketiga kayu tersebut digunakan karena nilai jual kerajinan batik kayu, tergantung dari ukuran dan bahan baku kayu yang digunakan. Dari ketiga jenis kayu tersebut diatas, harga jenis kayu yang paling mahal adalah jenis kayu pulai, sedangkan kayu sengon adalah jenis kayu yang paling murah harganya. b. Motif/Corak Batik Pada Kerajinan Batik Kayu Ciri utama dari hasil kerajinan kayu di Krebet yaitu terdapat motif dan pola batik yang digambar dipermukaannya. Desain utama dari batik media kayu ini adalah: Jlereng dan Kawang, serta desain Kembang, yang motifnya divariasi atau digabung-gabungkan. Motif khas Yogyakarta adalah Jlereng dan Kawang, namun motif lainnya juga muncul dari kreasi pengrajin sendiri maupun motif yang disesuaikan dengan permintaan pasar. 1. Batik Motif Jlereng Motif batik Jlereng melambangkan makna kesuburan, harapan untuk kemakmuran, tekad, memiliki keberanian untuk melakukan apa yang penting bagi bangsa dan orang-orangnya.
2. Batik Motif Kawang Motif Kawang dulunya dipakai oleh raja dan keluarga dekatnya sebagai lambang keadilan dan keperkasaan. Motif kawung berpola bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Empat bulatan dengan sebuah titik pusat melambangkan Raja didampingi oleh Abdi Dalem. 3. Batik Motif Kembang Kain batik dengan motif Kembang dilukiskan dalam alur seperti kain batik motif Parang. Miring, dan paralel dalam posisi plus minus 450. Dalam pemakaiannya arah Kembang ini harus selalu merunduk menghadap ke bawa. Hal ini juga bermakna bahwa walaupun pemakai sewangi dan seindah seperti bermekarannya bunga, tetapi dia harus tetap merunduk/sederhana dalam kehidupannya sehari-hari. Ini juga memberikan makna bahwa pemakainya seorang yang rendah hati dan mengenal etika pergaulan. Makna lain dari batik motif ini adalah agar pemakainya dalam pergaulan disenangi dan disayangi oleh sesamanya karena kesederhanaannya. Ketiga motif tersebutlah yang sering digunakan dalam pembuatan kerajinan batik kayu dan disenangi oleh para wisatawan. c. Bentuk Ukiran Batik Kayu Kerajinan batik kayu yang paling terkenal adalah jenis wayang klithik. Selain itu juga dihasilkan topeng, asbak,gelang, kotak perhiasan, almari, dakon, gantungan kunci, berbagai peralatan rumah tangga, dan hiasan batik kayu lainnya. Berikut adalah contoh-contoh hasil dari kerajinan batik kayu Desa Wisata Krebet : 1. Wayang Klithik Wayang Klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang golek yang berbentuk seperti boneka, wayang klithik berbentuk pipih seperti wayang kulit. Tangan wayang klithik mempunyai gagang yang terbuat dari kayu, yang apabila pentas menimbulkan bunyi “klithik klithik” yang diyakini sebagai asal mula
istilah penyebutan wayang klithik. Di Jawa Tengah, wayang klithik memiliki bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya menggunakan gedog rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes (kipas). 2. Topeng Topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah. Biasanya topeng dipakai untuk mengiringi musik kesenian daerah. Topeng dikesenian daerah kesenian umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak
mengiringi kesenian.
Bentuk topeng
bermacam-macam, ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan watak
lembut, dan ada yang menggambarkan
kebijaksanaan. Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan. 3. Cinderamata/Souvenir Cindera mata adalah sesuatu yang dibawa oleh seorang wisatawan ke rumahnya untuk memori yang terkait dengan benda itu. Dalam arti lain, cinderamata adalah buah tangan atau kenang-kenangan khas daerah yaitu: makanan olahan, buah-buahan dan kerajinan tangan. Dalam bahasa Indonesia kadang disinonimkan dengan souvenir atau kenang-kenangan. Tabel 1 Pendapat Responden Mengenai Yang Menjadi Kekhasan Kerajinan Batik Kayu No Alternatif Masyarakat Pemilik Pengunjung Jumlah Presentase Jawaban Sanggar (%) 1 Bahan Baku 5 3 4 12 37,50 2 Motif 3 1 2 6 18,75 3 Bentuk 9 1 4 14 43,75 Ukiran Jumlah 17 5 10 32 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 1 tersebut, dari 32 responden, pendapat responden mengenai apa yang menjadi kekhasan kerajinan batik kayu adalah sebagai berikut, responden yang menjawab bahan baku sebanyak 37,50 %, yang menjawab motif sebanyak 18,75 % dan yang menjawab bentuk sebanyak 43,75%.
3.3 Keberadaan Kerajinan Batik Kayu di Dusun Krebet Dapat Membantu Pendapatan Masyarakat Dusun Krebet a. Menjadi Sumber Mata Pencaharian Masyarakat Sumber mata pencaharian di wilayah penelitian umumnya bermata pencaharian sebagai pengrajin, dengan semakin berkembangnya kerajinan batik kayu, seharusnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Hal ini ditandai dengan banyaknya sanggar kerajinan batik kayu yang ada di Dusun Krebet. Banyak warga Dusun Krebet maupun Dusun sekitar Krebet yang pendidikannya minim bisa menjadi tenaga pengrajin. Pekerjaan tenaga pengrajin ada juga yang sifatnya fleksibel, seperti bagian pembatikan atau pengamplasan yang biasanya pengerjaannya di lakukan oleh ibu rumah tangga atau anak sekolah. Mereka bisa membawa pekerjaannya ke rumah, sehingga semua warga bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Selain para pengrajin batik kayu, ada pula masyarakat yang mempunyai pekerjaan lain yaitu menyediakan homestay bagi wisatawan yang akan menginap di Dusun Krebet.
No
Alternatif Jawaban
Tabel 2 Penyediaan Lapangan Pekerjaan Masyarakat Pemilik Pengunjung Jumlah Persentase Sanggar (%)
1
Bertambah
5
5
7
17
53,13
2
Sangat bertambah
12
-
3
15
46,87
Jumlah
17
5
10
32
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 2 diatas, dapat disimpulkan dengan adanya kerajinan batik kayu di Dusun Krebet dapat membantu atau memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Dusun Krebet, terlihat pada Tabel 2 diatas 53,13 % bertambah, dan 46,87 % sangat bertambah. b. Membantu Pendapatan Masyarakat Dengan berkembangnya kerajinan batik kayu tentunya dapat berpengaruh pada pendapatan masyarakat di Dusun Krebet. Tenaga kerja yang dipekerjakan setiap pengrajin batik kayu di Dusun Krebet bervariasi antara 1 sampai 50-an orang, dan sebagian besar berasal dari warga desa setempat. Ada juga pengrajin yang menggunakan tenaga kerja dari daerah lain karena membuka sanggar di Klaten. Banyak pengrajin yang juga mempekerjakan anggota keluarganya, namun tetap diupah. Hanya sebagian kecil saja yang tidak memberikan upah kepada istri atau anaknya yang ikut bekerja. Para pengrajin pada umumnya bekerja selama 6 hari kerja per minggu dengan rata-rata 8 jam kerja sehari. Sistem pengupahan sebagian besar dilakukan secara borongan jika ada pesanan besar-besaran, namun ada juga tenaga kerja yang diupah secara mingguan atau harian.
Tabel 3 Pendapatan Responden Dengan Adanya Kerajinan Batik Kayu No Alternatif Masyarakat Pemilik Jumlah Persentase Jawaban sanggar (%) 1
Meningkat
14
5
19
86,36
2
Tetap
3
-
3
13,64
Jumlah
17
5
22
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat dilihat sebagian besar responden berpendapat bahwa dengan adanya kerajinan batik kayu pendapatan responden meningkat 86,36 % dan tetap 13,64 %. Menurut Oka A Yoeti dalam (Ahman Sya:2005:41) sebuah objek wisata harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu :
1.
Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see” atau sesuatu unuk dilihat yang tidak ada di tempat lain.
2.
Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do” (sesuatu yang dikerjakan). Artinya, di tempat tersebut tersedia fasilitas sehingga mereka dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di rumah ataupun di tempat wisata lainnya.
3.
Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to buy” (sesuatu untuk dibeli). Artinya ditempat tersebut harus tersedia faslitas untuk belanja, terutama souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.
Dari syarat pariwisata tersebut dapat dianalisa apakah Kerajinan batik kayu memenuhi syarat sebagai objek wisata. Penulis memeperoleh hasil yaitu sebagai berikut : 1.
Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see” (sesuatu unuk dilihat). Dusun Krebet memiliki potensi yang unik yaitu dapat menyuguhkan suatu kerajinan yang inovatif berupa batik dengan media kayu. Desa Wisata Krebet dengan ciri khas kerajinan batik kayu serta tradisi yang kental dan alam yang masih asri menjadi sebuah destinasi wisata perdesaan yang menyuguhkan potensi seni dan budaya misalnya, batik kayu, tradisi sesaji seperti pada bulan suro, maulid, maupun ruah, dan ada juga tradisi tahunan merti dusun.
2.
Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do” (sesuatu yang dikerjakan). Hal menarik yang bisa dilakukan wisatawan di sini adalah belajar membatik wayang dari kayu. Membatik dengan media wayang kayu tentu akan memberikan sensasi yang berbeda. Nuansa istimewa lain dari kegiatan membatik wayang ini adalah pengunjung dapat mempelajari berbagai jenis motif batik, seperti motif klasik Kraton, seperti parangrusak,
parangbarong, kawung, garuda, sidomukti, sidorahayu dan puluhan motif lain. Motif-motif ini sangat terkenal dan diminati di pasar mancanegara. Selain motif-motif tersebut, pengunjung juga bisa memilih sendiri motif batik yang hendak dibuat. 3.
Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to buy” (sesuatu untuk dibeli). Pengunjung dapat membeli berbagai produk kerajinan yang dihasilkan oleh warga Krebet, seperti topeng, wayang, almari, asesoris rumah tangga, patung kayu, kotak perhiasan, sandal, gelang, miniatur-miniatur candi, pajangan-pajangan, guci, hingga aksesoris lainnya dan hiasan batik kayu lainnya dengan kisaran harga mulai dari yang murah dengan produk gantungan kunci dengan kisaran harga Rp. 3.000 – 5.000,- hingga jutaan rupiah dengan produk topeng merak ukir jumbo dengan kisaran harga Rp.3.500.000,-
4.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan: 1.
Kekhasan Kerajinan Batik Kayu sebagai ciri khas Desa Wisata Krebet adalah : a.
Bahan dasar yang digunakan menggunakan jenis kayu khusus (bukan sembarang kayu), yaitu dengan menggunakan kayu sengon, pule dan mahoni.
b.
Corak batik yang digunakan adalah batik khas Yogyakarta, yaitu Jlereng, Kawang dan Kembang.
c.
Bentuk ukiran kayu sebagai media membatik sangat beragam, seperti topeng, wayang,assesoris, alat rumah tangga, dan lain-lain.
2. Manfaat yang dirasakan masyarakat atas keberadaan Desa Wisata Krebet dengan adanya kerajinan batik kayu di Dusun Krebet Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul adalah : a. Dengan adanya kerajinan batik kayu di Dusun Krebet, sangat membantu pendapatan masyarakatdi Dusun Krebet dengan adanya mata pencaharian tetap atau sampingan bagi pengrajin, dan membuka usaha-usaha baru bagi peduduk lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Fika. 2009. Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta: Buana Cipta Pustaka. Mahariesti, Dinda. 2009. Ensiklopedi Benda-Benda Unik dari Indonesia. Banten: Talenta Pustaka Indonesia. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni. Sunnara, Rahmat. 2009. Legenda Batik Tulis. Jakarta: Buana Cipta Pustaka. Yoeti, Oka A. 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Bandung.
http://id.wikipedia.org/wiki/ http://krebet.com/index.php?option=com_content&view=frontpage&Itemid=1