Seminar Nasional Peternakan dan Veleriner 2000
KERAGAMAN SWAT MORFOLOGIS DAN ESTIMASI JARAK PERTALIAN GENETIK ANTAR RUMPUN DOMBA PADA SENTRA PRODUKSI PETERNAKAN RAKYAT DAN STASIUN PERCOBAAN AGUs SUPARYANTo, SUBANDRIYo, USA PRAHARANI, dan UMI ADIATI Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Sifat morfologis untuk mengetahui perbedaan domba introduksi dengan domba lokal yang ditunjukkan dari hasil ukuran tubuh secara kuantitatif tampak bahwa rataan bobot badan domba yang berasal dari Sukawargi (DS) memiliki bobot yang relatif lebih tinggi (31,47 f 5,36 kg) dibanding dengan lainnya, kemudian dfkuti rataan bobot domba rumpun Komposit (KM), Barbados Blackbelly (BC) dan Wanaraja (DW) . Sementara rataan bobot terendah adalah domba rumpun Kuningan (DK) yaitu 25,34 t 5,73 kg. Matrik hasil analisis pendugaan kuadrat jarak pertalian genetik menunjukkan bahwa jarak pertalian terpendek diperoleh antara domba rumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) dengan Komposit (KM) . Untuk domba lokal jarak pertalian genetik yang terdekat dari tiga rumpun yang ada adalah antam domba rumpun Wanaraja (DW) dengan Kuningan (DK) . Jarak pertalian genetik terjauh dijadi antara domba rurnpun Sukawargi (DS) dengan Barbados Blackbelly Cross (BC) yaitu 27.38316, kemudian dfkuti antara domba rumpun Wanaraja (DW) dengan rumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) yaitu 24 .21688 . Jarak pertalian yang agak jauh juga terjadi antara domba nunpun Sukawargi (DS) dengan Komposit (KM) dan Wanaraja (DW) terhadap Komposit (KM). Nilai persamaan (homoginitas) dari struktur ukuran tubuh pada domba rumpun Kuningan (DK) dapat dilaporkan bahwa 63,64% merupakan ukuran tubuh yang spesifrk yang dimiliki oleh rumpun domba tersebut. Kontaminasi struktur ukuran tubuh terhadap rumpun domba luar yang terbanyak tedadi dengan rumpun Wanaraja (DW) yaitu sebesar 19,32%, kemudian disusul oleh nunpun Sukawargi (DS) sebesar 14,77%. Untuk rumpun Sukawargi, struktur ukuran tubuhnya memiliki kemunian sebesar 74%. Hasil ini jauh lebih tinggi bila dibanding dengan homoginitas stuktur ukuran tubuh yang dimiliki baik rumpun Kuningan (DK) maupun Wanaraja (DW). Pencemamn tingkat persamaan struktur ukuran tubuh dari luar yang terbesar terjadi pada domba rumpun Kuningan yaitu 14%, sedangkan terhadap rumpun tetangganya Wanamja hanya 8%. Pada domba rumpun Wanamja (DW), tingkat homoginitas struktur ukuran tubuh relatif rendah bila dibanding dengan dua rumpum domba lokal lainnya. Besarnya nilai persamaan yang dihasilkan dari analisis statistik seperti yang tersaji pada Tabel 3 adalah 53,85% . Tingkat kontaminasi struktur ukuran tubuh terbesar terjadi terhadao rumpun Kuningan (DK) yaitu 25,64% dan terhadap rumpun Sukawargi (DS) sebesar 20,51%. Kota kunci : Domba, morfologis, genetik PENDAHULUAN Propinsi Jawa ' Barat merupakan salah satu sentra produksi domba di Indonesia, dimana populasinya cukup tinggi, terutama tingkat penyebaran antar daerah cukup merata. Secara hirarki domba-domba yang ada di Jawa Barat tergolong pada rumpun domba Ekor Tipis dan secara kedaerahan disebutjuga sebagai domba Priangan . Tetapi sifat morfologis yang diekspresikan banyak keragamannya, hal ini dapat terlihat dari bentuk dan penampilan domba dimasing-masing daerah yang tidak menunjukkan adanya keseragaman. TIESNAMURTI et at. (1998) membandingkan ukuran tubuh domba domba Garut dilapangan dengan ukuran Klasifikasi Mutu Bibit Domba Garut yang digunakan standar oleh Dinas Peterrakan Propinsi Dati I Jawa Barat maka hasil pengamatan relatif lebih rendah . Namun demikian apabila dibandingkan dengan laporan SIREGAR (1983) yang mengamati domba Garut di BPT-HMT Margawati maka rataan hasil ukuran fenotipik tidak jauh berbeda. 134
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Lebih jauh MULLIADI (1996) melaporkan bahwa domba rumpun Garut memiliki bentuk morfologis tubuh yang cenderung berbeda dengan rumpun yang sama namun berada di daerah lain seperti Pandeglang. Kondisi ini tampak terutama pada bentuk garis muka, panjang telinga dan bentuk tanduk yang kokoh. Demikian halnya dengan sifat reproduksi jantan yang ditunjukkan dari ukuran lingkar dan panjang skrotum relatif lebih bersar disbanding domba di Pandeglang. Sementara di stasiun percobaan mencoba membangun suatu rumpun domba baru yang memiliki kelebihan sebagai nilai tambah tersendiri, khususnya sifat pertumbuhan yang lebih baik dibanding dengan domba lokal yang ada . Dengan terbentuknya rumpun baru ini akan membawa khasanah rumpun domba yang lebih beragam . Keberadaannya akan semakin memperbesar pola karagaman sifat morfologi domba yang ada di Indonesia. Beberapa laporan terdahulu mengungkapkan hasil bahwa sifat morfologis ternak seperti ukuran tubuh dan pola warna dapat digunakan untuk menganalisis estimasi jarak pertalian genetik rumpun domba maupun kambing antar daerah seperti yang telah dilakukan oleh HERERA et al. (l996); CAPOTE et al. (1998) dan SUPARYANTO et al. (1999). HARTL (1988) dengan tegas mengatakan bahwa pola perbedaan sifat fenotipik yang ada dalam setiap individu ternak dapat digunakan untuk menentukan asal rumpun ternak . Perbedaan sifat fenotipik dapat disebabkan oleh adanya evolusi gen ditingkat molekulernya seperti yang dilaporkan MARTOJO et al. (1984) maupun ASTUTI (1997). Konsep dasar evolusi dapat dijelaskan bila dalam suatu rantai DNA yang memiliki sekuen kodon yang sama dan tiba-tiba salah satu atau beberapa kodon yang berbeda dari individu lain maka ternak yang bersangkutan telah mengalami evolusi (KUMAR et al., 1993). Evolusi yang tinggi ditingkat molekuler akan diekspresikan ke dalam sifat morfologis, baik itu dalam sifat kualitatif maupun kuantitatif. Lebih jauh GOODENOUGH (1984) yang dialih bahasakan ADISOEMARTO (1988) menjelaskan bahwa evolusi terjadi karena adanya perpautan gen dalam kromosom yang bersifat parsial (tak lengkap) yaitu pertukaran fisik material kromosom. Bila pertukuran fisik tersebut dapat terjadi secara bebas maka akan terjadi rekombinasi gen . Sementara pengertian pertalian jarak genetik secara luas adalah ukuran persamaan atau perbedaan struktur ukuran tubuh baik antar maupun inter populasi suatu rumpun domba yang dianalisis untuk mendapatkan satu angka pendugaan . Angka tersebut dibuat dalam matrik yang kemudian digunakan untuk mengestimasi jarak pertalian genetic seperti yang dijelaskan oleh KUMAR et al. (1993). Hasil estimasi jarak pertalian genetik tersebut akan sangat membantu bagi program persilangan rumpun antar daerah, dimana rumpun domba yang memiliki jarak pertalian genetik yang relatif dekat akan kurang memberikan laju pertumbuhan anaknya dengan baik. Tujuan penulisan ini adalah untuk mempelajari keragaman sifat morfologis beberapa rumpun domba baik yang ada ditingkat peternak di pedesaan maupun yang ada di stasiun percobaan. Hasil perbandingan tersebut akan dipertajam lagi dengan mengestimasi jarak pertalian genetik melalui pendekatan teknik diskriminan, sehingga dihasilkan infonmasi tentang kedekatan sifat morfologis beberapa rumpun domba yang pada akhirnya dapat dijadikan acuan untuk program pemuliaan selanjutnya. MATERI DAN METODE Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan pada tingkat lapangan maupun stasiun percobaan . Pada tingkat lapangan telah dilakukan survey yang berkenaan dengan sifat morfologis di daerah Sukawargi dan 135
Seminar Nasional Peternakan dan Vetertner 2000
Wanaraja untuk Kabupaten Garut, Ciawi Gebang dan Kadu Gede untuk Kabupaten Kuningan. Sementam untuk tngkat laboratorium tingkat pelaksanaan pengamatan dilakukan pada stasiun Percobaan Cilebut milik Balai Penelitian Ternak . Materi penelitian Pengelompokan rumpun domba didasarkan atas asal ternak, dimana domba yang berasal dari Sukawargi sebagai rumpun domba Sukawargi (DS), ternsk domba Wanaraja sebagai rumpun domba Wanaraja (DW), sementara ternak domba yang berasal dari Ciawi Gebang dan Ksdu Gede di Kabupaten Kuningan sebagai rumpun domba Kuningan (DK). Untuk di tingkat stasiun percobaan terdapat dua rumpun yaitu rumpun domba Barbados Blackbelly Cross (BC) dan domba Komposit (KM). Dombs komposit maiupakan ternak hasil persilangan tiga bangsa yaitu Lokal Sumatera x Barbados Blackbelly x St. Crobr. Parameter morfologis dari sifat kuantitatif yang diamati meliputi: bobot badan ternak, panjang badan, lingkar dada, panjang pinggul, lebar pinggul, panjang kepala, lebar kepala, lingkar kaki depan, panjang ekor, lebar dada, dalam dada, tinggi pundak, dan tmggi punggung. Analisis data Data yang terkumpul pertama dianalisis dengan nilai rataan untuk mendapatkan gambaran morfologis ternak. Tahap kedua dilakukan analisis diskriminan dengan tujuan untuk mendapadcan matrik jarak pertalian genetik . Dari hasil matrik tersebut kemudian dilakukan analisis pohon phenogram dengan menggunakan soft ware aplikasi MEGA yang dibangun oleh KUMAR et al. (1993). Interpretasi hasil analisis mengacu pada penjabaran teori yang dikemukakan SAITOU (1991). Proses analisis data selanjutnya dengan menggunakan pendekatan teknik canonical untuk mencari tngkat pergamaan parameter antar rurnpun domba yang teruji. Pada tahap akhir analists data dilakukan dengan menggunakan analisis varian (Anova) yang dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan untuk mengetahui tngkat perbedaan antar rumpun dalam parameter. Semua proses analisis data dilakukan dengan program SAS ver 6.12. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat morfologis yang ditunjukkan dari hasil ukuran tubuh secara kuantitatif tampak bahwa rataan bobot badan domba yang berasal dari Sukawargi (DS) memiliki bobot yang relatif lebih tinggi (31,47 f 5,36 kg) dibsnding dengan lainnya, kemudian diikuti rataan bobot domba rumpun Komposit (KM), Barbados Blackbelly (BC) dan Wanaraja (DW). Sementara rataan bobot terendah adalah domba rumpun Kuningan (DK) yaitu 25,34 :k 5,73 kg. Domba rumpun Sukawargi (DS) kondisi ukuran tubuh yang diamati sebagian besar menunjukan hasil rataan yang relatif lebih tinggi dibanding dengan rumpun lainya. Parameter ukuran tubuh yang memiliki rataan lebih tinggi diantaranya adalah panjang badan, lingkar dada, panjang pinggul, lingkar pinggul, panjang kepala, lebar dada, dan tinggi pundak. Hasil ini sejalan dengan laporan terdahulu yang dilakukan TMSNAMURIn et al. (1998) bahwa ukuran tubuh domba Garut lebih tinggi bila dibandingkan dengan di Ciamis maupun Deli Serdang. Hal yang senada dilaporkan oleh MUuiAm (19%) bahwa penampilan rataan ukuran tubuh domba umur 1-3 tahun baik pada jantan maupun betina, domba tipe adu (Garut) nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding domba tipe pedaging maupun hasil persilangannya dengan domba Ekor Gemuk. 136
Seminar Nastonal Peternakan dan Veteriner 2000
Tabel 1. Nilai rataan sifat morfologis dari ukuran tubuh berdasarkan rumpun domba yang teramati Pammeter Morfologis Umur Bobot badan (kg) Panjang badan (cm) Lingkar dada (cm) Panjang pinggul (cm) Lebar pinggul (cm) Panjang kepala (cm) Lebar kepala (cm) Lingkar kaki depan (cm) Panjang ekor (cm) Lebar dada (cm) Dalam dada (cm) Tinggipundak(cm) Tinggi Pinggul (cm)
Bt; 258±208 27,08±5,66 60,42t4,65 66,50±5,44 17,35±0,91 14,20±2,09 17,04±1,23 11,63±0,58 9,15±12,22 24,98±2,84 13,84±1,39 25,07±2,58 62,38±3,38 63,95t2,89
DK 235±110 25,34±5,73 59,30±4,50 68,79±5,95 19,72±1,62 15,24±1,77 19,15±1,35 11,85±0,99 6,14±0,50 16,69±3,07 15,89±2,04 29,57±4,03 60,72±5,14 60,72t5,13
DS 247±124 31,47±5,36 64,77±5,99 76,72±6,85 21,40±2,96 17,74±2,15 20,20±1,91 12,40±1,16 7,08±0,42 17,66±2,61 17,33±1,78 28,65±2,60 64,97±3,74 65,47±3,65
DW 202±103 28,11±7,59 63,79±5,70 73,56±8,02 21,13±1,85 16,92±1,80 19,91±1,79 12,79±1,20 6,65±0,58 18,84±3,64 16,65±1,78 28,53±4,02 61,16±4,19 63,44±4,01
KM 308±110 29,63±4,49 61,91±3,08 70,2214,39 17,3410,93 15,43±1,36 17,2210,80 11,37±0,62 6,61±4,13 24,51±2,99 14,52±1,12 27,09±1,78 64,42±2,67 66,19±2,78
Keragaman ukuran tubuh lainnya dapat dilaporkan bahwa rataan lebar kepala terbesar didapat pada domba nunpun Wanaraja (DW). Domba rumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) memiliki rataan terbesarnya pada ukuran tubuh lingkar kaki depan dan panjang ekor. Sementara domba tumpun Kuningan (DK) rataan ukuran terbesarnya hanya pada ukuran dalam dada dan untuk rumpun Komposit (KM) adslah tinggi pinggul . Rataan ukuran tubuh terendah diantara rumpun yang teramati dapat dilaporkan bahwa domba nunpun Kuningan paling banyak jumlah parameternya, diantaranya terdiri atas panjang badan, lingkar kaki depan, panjang ekor, tinggi pundak dan tinggi pinggul . Kemudian diikuti oleh domba nunpun Barbados Blackbelly Cross (BC) dimana jenis parameternya terdiri atas lingkar dada, panjang kepala, lebar dada dan dalam dada. Domba rumpun Komposit (KM) memiliki rataan ukuran tubuh terendah hanya terdapat pada panjang pinggul . Dari hasil tersebut tampak bahwa domba rumpun Kuningan memiliki sifat morfologis dengan ukuran tubuh yang paling kecil diantara domba nunpun lain yang diamati. Uji diskriminan dan jarak pertalian genetik Matrik hasil analisis pendugaan kuadrat jarak pertalian genetik yang diasjikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwajarak pertalian terpendek diperoleh antara domba nunpun Barbados Blackbelly Cross (BC) dengsn Komposit (KM). Hal ini dapat dimengerti karena kedua rumpun tersebut sama sama memiliki darah lokal Sumatera. Hal yang lebih memperkuat kedekatan jarak pertalian genetik dari kedua rumpun tersebut disebabkan oleh karena Komposit merupakan domba rumpun baru yang dihasilkan dari persilangan tiga bangsa ysitu St. Crolz x Barbados Blackbelly x Loksl Sumatera. Dengan demikian tentunya dari kedua nunpun tersebut sama-sama mengalir darah Barbados Blackbelly dan Loksl Sumatera. Proporsi darah tersebut akan diekspresikan ke dalam sifat kuantitatif. Oleh karena sifat kuantititatif tersebut cenderung akan diwariskan kepada generasi berikutnya maka kesamaan ukuran tubuh lebih besar kemungkinannya akan tetjadi . 137
Seminar Naslonal Peternakan Jan Vetertner 2000
Tabel 2. Matrik jarak pertalian genetik domba dari bebempa rumpun domba yang teramati Bangsa domba
Barbados Cross (BC)
Rumpun Kuningan (DK) Rumpun Sukawargi (DS) Rumpun Wanaraja (DW) Rumpun Komposit (KM)
DK
DS
21 .71856
27.38316 4.15610
-
-
DW
KM
24 .21688 3.07549
2.24652 21 .38744
-
22.83558
3.25270
24.19694
-
Untuk domba lokal dapat dilaporkan bahwa jarak pertalian genetik yang terdekat dari tiga rumpun yang ada adalah antara domba rumpun Wanaraja (DW) dengan Kuningan (DK). Dari hasil ini tampak bahwa kedua rumpun domba tersebut memiliki kesamaan sebagai domba sayur atau tipe daging. Dengan demikian diduga dari keduanya memiliki ukuran-ukuran tubuh yang relatif sama. Jarak pertalian genetik terjauh dijadi antara domba rumpun Sukawargi (DS) dengan Barbados Blackbelly Cross (BC) yaitu 27 .38316, kemudian diikuti antara domba rumpun Wanaraja (DW) dengan rumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) yaitu 24 .21688. Jarak pertalian yang agak jauh
juga terjadi antara domba rwnpun Sukawargi (DS) dengan Komposit (KM) dan Wanaraja (DW) terhadap Komposit (KM). Secara hirarki, konsttuksi pohon fenogram memberikan hasil yang lebih jelas seperti yang tersaji dalam Gambar 1 . Dari hasil tersebut domba rumpun Komposit (KM) clan Barbados Blackbelly Cross (BC) mempakan dua rumpun yang terpisah. DK 01145 1.5377 DW
9.9593
1.8522
DS 1 .1233 BC
10.6883
KM Gambar 1. Hirarki pohon fenogram dan pendugaan jarak pertalian genetik pada beberapa rumpun domba
Hasil tersebut memberikan pengertian bahwa sifat morfologis yang diekspresikan melalui ukuran tubuh kedua rumpun tersebut memiliki tingkat perbedaan yang khas apabila dibandingkan dengan rumpun lokal yang diamati . Ukuran tubuh yang berbeda akan mempermudah untuk mengenali domba rumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) dan Komposit (KM). Dari hharki tersebut muncul fenomena bahwa domba introduksi masih menunjukkan ukuran fenotipik yang cenderung berbeda dengan domba lokal. Hal ini tentunya membawa suatu konsekuensi, dimana pada kondisi petemak yang fanatisme tinggi akan sulit menerima kondisi 13 8
Seminar Nasiona! Peternakan Jan Veleriner 2000 domba introduksi . Namun bagi peternak yang menghendaki tingkat produktivitas tinggi akan dengan mudah menerima karena ukuran tubuhnya yang relatiflebih tinggi . Tingkat persamaan sifat morfologis Tingkat persamaan (homoginitas) dari sifat morfologis yang dihasilkan dari analisis Canonical menunjukkan bahwa untuk dua rumpun domba introduksi tidak memiliki kesamaan atas proporsi ukuran tubuh yang dimiliki oleh rumpun domba lokal. Hal ini membuktikan kembali bahwa rumpun domba introduksi memiliki kekompakan ukuran fenotipik yang khas dan berbeda dengan rumpun domba lokal seperti rumpun Wanaraja (DW), Sukawargi (DS), dan Kuningan (DK) . Kekompakan ukuran fenotipik yang ditunjukkan dari homoginitas struktur ukuran tubuh pada domba Barbados Blackbelly Cross (BC) temyata hasil analisis statistik menduga bahwa setengah dari sampel yang diamati memiliki kesamaan struktur ukuran tubuhnya dengan rumpun Komposit (KM) . Namun demikian untuk rumpun Komposit (KM) itu sendiri memberikan hasil yang berbeda, dimana tingkat kesamaan struktur ukuran tubuhnya terhadap Barbados Blackbelly Cross hanya sebesar 15,56% sedangkan kesamaan struktur ukuran tubuhnya dalam populasi sampel yang terambil adalah 84,44%. Dengan demikian domba rumpun Kompsit (KM) sudah mulai menunjukkan adanya keseragaman ukuran tubuh. Lebih jauh rumpun Komposit (KM) ini diharapkan memiliki struktur ukuran tubuh yang spesifik yang mudah dikenali, untuk membedakan dengan domba rumpun lainnya. Tabel 3. Persentase nilai persamaan morfologis dad bebempa rumpun domba yang teramati Bangsa domba
Barbados Cross (BC)
Rumpun Kuningan (DK)
Rumpun Sukawargi.(DS) Rumpun Wanaraja (DW) Rumpun Komposit (KM) Persentase atas Total
BC
DK
50,00 1,14
0,00 63,64
2,00 0,00
15,56 8,54
14,00 25,64
DS
0,00 14,77
74,00
DW
0,00
19,32 8,00
KM
50,00
1,14 .
2,00 0,00
0,00
20,51 0,00
53,85 0,00
84,44
29,67
23,58
17,07
21,14
Total 100 100 100 100 100 100
Nilai persamaan (homoginitas) dari struktur ukuran tubuh pada domba rumpun Kuningan (DK) dapat dilaporkan bahwa 63,64% merupakan ukuran tubuh yang spesifik yang dimiliki oleh rumpun domba tersebut. Kontaminasi struktur ukuran tubuh terhadap rumpun domba luar yang terbanyak tetjadi dengan rumpun Wanamja (DW) yaitu sebesar 19,32%, kemudian disusul oleh rumpun Sukawargi (DS) sebesar 14,77% . Untuk rumpun Sukawargi, struktur ukuran tubuhnya memiliki kemurnian sebesar 74%. Hasil ini jauh lebih tinggi bila dibanding dengan homoginitas struktur ukuran tubuh yang dimiliki baik rumpun Kuningan (DK) maupun Wanaraja (DW) . Pencemaran tingkat persamaan struktur ukuran tubuh dari luar yang terbesar terjadi pada domba rumpun Kuningan yaitu 14%, sedangkan terhadap rumpun tetangganya Wanaraja hanya 8%. Pada domba rumpun Wanaraja (DW), tingkat homoginitas struktur ukuran tubuh relatif rendah bila dibanding dengan dua rumpum domba lokal lainnya. Besarnya nilai persamaan yang dihasilkan dari analisis statistik seperti yang tersaji pada Tabel 3 adalah 53,85% . Tingkat kontaminasi struktur ukuran tubuh terbesar tetjadi terhadao rumpun Kuningan (DK) yaitu 25,64% dan terhadap rumpun Sukawargi (DS) sebesar 20,51% . 13 9
SeminarNasional Pelernakan dan Veteriner 2000
Uji nilai tengah duncan Hasil analisis Anova terhadap sifat morfologis dari ukuran tubuh yang dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda Duncan menunjukkan bahwa beberapa sifat morfologis pada domba rumpun Sukawargi (DS) secara statistik menunjukkan adanya cukup data untuk mengungkapkan terjadinya perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan rumpun Kuningan (DK), semetara terhadap rumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) terjadi pada beberapa parameter, khususnya lingkar kaki depan. Beberapa sifat morfologis pada domba rumpun Sukawargi (DS) secara statistik tidak cukup data untuk mengungkapkan terjadinya perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan rumpun Wanaraja, seperti pada ukuran tubuh panjang badan, panjang pinggul, panjang kepala, lebar dada dan dalam dada. Sementara perbedaan yang nyata (P<0,05) terjadi pada lingkar dada dan lebar pinggul. Ukuran panjang badan, domba rumpun Sukawargi dan Wanaraja memiliki rataan ukuran yang cukup besar dan secara statistik membuktikan bahwa kedua rumpun tersebut berbeda nyata dengan rataan panjang badan domba rumpun Barbados Blackbelly Cross dan Kuningan . Tetapi diantara keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata . Diantara domba introduksi memiliki rataan panjang badan yang tidak berbeda, meskipun rumpun Komposit memiliki rataan yang lebih besar. Domba rumpun Kuningan memiliki rataan panjang badan yang terpendek dan secara statistik berbeda nyata (P<0,05) dengan rumpun Sukawargi, Wanaraja dan Komposit, tetapi tidak nyata (P>0,05) terhadap rumpun Barbados Balckbelly Cross. Panjang pinggul, panjang kepala, lebar kepala, lebar dada dan dalam dada pada domba rumpun Wanaraja dan Sukawargi secara statistik terbukti cukup data untuk mengatakan adanya perbedaan yang siginficant (P<0,05) dengan rataan ukuran fenotipik pada rumpun lainnya . Namun demikian perbedaan fenotipik dari kedua rumpun tidak terbukti cukup data untuk mengatakan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) . Domba introduksi memiliki ukuran panjang ekor yang lebih tinggi dan secara statistik berbeda nyata (P<0,05) dengan domba rumpun lainnya, tetapi diantara keduanya tidak cukup data untuk mengatakan perbedaan yang nyata . Rataan panjang ekor terendah dimiliki pada rumpun Kuningan, dimana secara statistik adalah berbeda nyata terhadap rumpun Wanaraja maupun rumpun introduksi, tetapi tidak nyata terhadap rumpun Sukawargi . Ukuran tinggi pundak dan tinggi pinggul antara rumpun Sukawargi dengan Komposit tidak berbeda nyata. Pada tinggi pundak rataan dari kedua rumpun ini nyata lebih tinggi dibanding dengan ketiga rumpun lainnya. Tidak demikian dengan tinggi pinggul, rataan yang dimiliki pada rumpun Komposit nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding dengan rumpun Barbados Blackbelly Cross, Wanaraja dan Kuningan. Tetapi pada rumpun Sukawargi, rataan tinggi pinggul tidak nyata berbeda dengan Barbados Blackbelly Cross, namun nyata lebih tinggi dibanding tinggi pinggul domba rumpun Wanaraja maupun Kuningan.
Seminar Nasiona! Peternakan dan Veteriner 2000
Tabel 4. Uji wilayah ganda duncan terhadap ukuran morfologis beberapa rumpun domba yang teramati Parameter morfologi Rumpun domba Umur KM BC DS DK DW Bobot badan
DS
KM
DW
BC
DK
Panjang badan
DS
DW
KM
BC
DK
Lingkar dada
DS
DW
KM
DK
BC
Panjang pinggul
DS
DW
DK
BC
KM
Lebar pinggul
DS
DW
KM
DK
BC
Panjang kepala
DS
DW
DK
KM
BC
Lebar kepala
DW
DS
DK
BC
KM
Lingkar kaki depan
BC
DS
DW
KM
DK
Panjang ekor
BC
KM
DW
DS
DK
Lebar dada
pS
nw
DK
KM
BC
Dalam dada
DS
DW
KM
DK
BC
Tinggi pundak
DS
KM
BC
DW
DK
Tinggi pinggul
KM
DS
BC
DW
DK
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa domba rumpun Sukawargi (DS) memilikikeragaman ukuran sifat morfologis yang relatif lebih tinggi dibanding domba tumpun lainnya. Sedangkan untuk keragaman terendah ditunjukkan pada domba rumpun Kuningan (DK) terdiri atas panjang badan, lingkar kaki depan, panjang ekor, tinggi pundak dan tinggi pinggul . Jarak pertalian genetik terpendek terdapat pada domba introduksi yaitu antara domba tumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) dengan Komposit (KM). Sementara untuk domba lokal jamk pertalian genetik yang terdekat terjadi antara domba rumpun Wanaraja (DW) dengan Kuningan (DK).
Seminar Nasionat Peternakan dan Peteriner 2000 Persenatase persamaan struktur ukuran tubuh pada domba Barbados Blackbelly Cross (BC) hanya setengahnya sementara setengah lagi tercampuri oleh struktur ukuran tubuhnya nunpun Komposit (KM) . Domba rumpun Komposit (KM) itu sendiri tingkat kesamaan struktur ukuran tubuhnya dengan Barbados Blackbelly Cross hanya sebesar 15,56% sisanya 84,44% merupakan homoginitas dalam rumpun itu sendiri . Tingkat persamaan dalam rumpun untuk domba lokal tertinggi didapat pada rumpun Sukawargi (74,00%), kemudian disusul oleh rumpun Kuningan (63,64%) dan terendah pada rumpun Wanaraja (53,85%) Domba rumpun Sukawargi (DS) secara statistik menunjukkan cukup data untuk mengungkapkan tetjadinya perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan domba rumpun Kuningan (DK), demikian halnya terhadap rumpun Barbados Blackbelly Cross (BC) khususnya pada lingkar kaki depan. Sedangkan terhadap domba rumpun Wanaraja tidak cukup data untuk mengatakan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) . DAFTAR PUSTAKA Asrurt, M. 1997. Estimasi jarak genetik antar populasi kambing kacang, kambing peranakan Etawah dan kambing lokal berdasarkan polimorfisme protein darah . Buletin Peternakan 21(1) : CAPOTE, J ., J .V . DELGADO, M. FREsNo, M .E . CAMAcHO, and A. MOLINA. 1998 . Morphological variability in the Canary goat population . Small Ruminant Research 27 :167-172 . GOODENOUGK U . 1984 . Genetilut. Edisi Ketiga Jilid 1 . Alih Bahasa ADISOEMARTO, S . 1988 . Penerbit Erlangga. Jakarta . KUMAR S ., K . TAMURA, and M . NEI. 1993 . Molecular Evolutionary Genetics Analysis . Ver . 1 .01 . Institute of Molecular Evolutionary Genetics. The Pennsylvania State University. University Park, PA. 16802. USA. MARTOJO, H., I.K. ABDuLGANI, dan S .S . MANsjoF-R . 1984 . Studi filogenitik Trnak kambing di Indonesia. Proc. Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Domba dan Kambing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Bogor. hal . 151-155 . MuLuADI D . 1996 . Sifat Fenotipik Domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Desertasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor . Tidak Diterbitkan . SArrou, N . 1991 . Statical Methods for Phylogenetic Tree Reconstruction . C .R . Rao and R . Chakraborty Eds. Handbook of Stastics Vol . 8. Elsevier Science Publisher B .V . SIREGAR, A .R. 1983 . Pendugaan parameter fenotipik dan genetik sifat pertumbuhan domba Priangan . J. Ilmu Peternakan 1(2) :66-71 . SuPARYANro, A ., T . PURwADARIA, dan SuBANDRIYo . 1998 . Pendugaan jarak genetik dan faktor peubah pembeda bangsa dan kelompok domba di Indonesia melalui pendekatan analisis morfologi . J. llmu Ternak Vet. 4(2) :80-87 . TmsNAMUmi, B ., SUBANDRIYO, B . SUDARYANTO, A . SuPARYANTO dan S .W . HANDAYANI . 1998 . Biologi domba Ekor Tipis lokal . Plasma Nutfah 111(1) :46-54.