Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis Redy Alviantono¹ dan Amin Setyo Leksono¹ ¹Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang ¹
[email protected] dan
[email protected]
ABSTRAK Serangan hama dapat menurunkan nilai ekonomi jeruk. Salah satu hama penting yang menyerang jeruk adalah kutu sisik Lepidosaphes beckii. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis dan keanekaragaman serangga musuh alami yang berasosiasi dengan kutu sisik Lepidosaphes beckii pada tanaman jeruk keprok dan jeruk manis. Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan langsung, pengambilan sampel dan identifikasi. Data dianalisis untuk menentukan nilai indeks keanekaragaman, indeks kesamaan (IBC) dan indeks dominansi. Serangga musuh alami yang ditemukan meliputi kelompok predator Famili Coccinellidae (Chilocorus, Symnus dan Harmonia) dan Formicidae, serta kelompok parasitoid Famili Trichogrammatidae (Trichogramma) dan Aphelinidae (Aphytis dan Encarsia). Nilai IBC untuk kedua komunitas adalah 0,93. Nilai tersebut menunjukkan secara umum kerapatan semua jenis serangga musuh alami kutu sisik pada kedua komunitas adalah sama. Berdasarkan nilai indeks Shannon-Wiener, keanekaragaman jenis serangga musuh alami pada kedua lokasi tergolong rendah dan tidak terdapat perbedaan pada kedua jenis jeruk (jeruk keprok 1,5387 dan jeruk manis 1,5542). Formicidae merupakan serangga yang paling banyak ditemukan di kedua lokasi. Kelimpahan Formicidae yang lebih tinggi daripada kelimpahan serangga lain disebabkan karena bersifat polifaga dan memiliki struktur sosial populasi yang terorganisasi dengan baik. Kata Kunci : keanekaragaman, Lepidosaphes beckii, serangga musuh alami ABSTRACT Pests can reduce the economic value of citrus fruits. One of the important pests attacking citrus is purple scales. The objective of this study was to determine the type and diversity of insect natural enemies of purple scale Lepidosaphes beckii on tangerine and sweet orange. The quantitative data were obtained by direct observation, sampling and identification. Data were analyzed to determine the value of diversity index, similarity index (IBC) and the index of dominance. Four family of insect natural enemies have been collected. There are the predatory Family Coccinellidae (Chilocorus, Scymnus and Harmonia) and Formicidae, and the parasitoids Family Trichogrammatidae (Trichogramma) and Aphelinidae (Aphytis and Encarsia). IBC value for two communities is 0,93. This values indicated that the density of all types insect natural enemies of purple scales on the two communities were equal. Based on the Shannon-Wiener index, species diversity of insect natural enemies was low and there was no difference in both locations (1,5387 on tangerine and 1,5542 on sweet orange). The result showed that Formicidae is the most commonly insect found in both locations. Formicidae has higher abundance than the abundance of other insects because they was a polifaga insect and has a well organized social structure population. Key words : diversity, Lepidosaphes beckii, insect natural enemies
menghasilkan minyak yang dapat diolah menjadi wewangian, beberapa jenis jeruk dapat digunakan sebagai obat tradisional [7]. Beberapa manfaat tersebut menjadikan jeruk sebagai buah yang memiliki potensi pasar yang tinggi. Nilai ekonomi jeruk dapat menurun disebabkan oleh adanya serangan hama.
PENDAHULUAN Buah jeruk merupakan komoditas pertanian atau perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Buah jeruk memiliki banyak manfaat yang dapat digunakan untuk keperluan manusia. Buah jeruk memiliki kandungan vitamin C yang tinggi, kulitnya dapat
48
Lepidosaphes beckii merupakan contoh organisme pengganggu tanaman (OPT) jeruk yang penanganan secara alaminya tidak banyak dilakukan. Kutu ini menyukai bagian tanaman yang terlindung, terutama banyak dijumpai di bawah permukaan daun, sepanjang tulang daun. Serangga ini berukuran kecil, panjang 2-4 mm saat dewasa, tetapi mampu menyebabkan kerusakan dan kerugian yang besar dalam budidaya jeruk. Hal ini disebabkan kutu sisik mudah tersebar pada bagian-bagian tanaman kemudian menghisap nutrisi tanaman. Fase yang paling berpotensi untuk menyebabkan kerugian besar adalah saat kutu ini dalam fase crawler. Crawler merupakan fase hidup dari Lepidosaphes beckii yang memiliki kaki dengan ukuran tubuh hanya sekitar 0,2 – 0,3 mm. Ukuran crawler yang sangat kecil menyebabkan akan dengan mudah disebarkan oleh angin atau hewan lain ke seluruh bagian tanaman atau ke tanaman lain [6]. Terdapat beberapa cara dan metode yang biasa digunakan petani jeruk untuk mengendalikan populasi Lepidosaphes beckii. Penggunaan musuh alami berupa predator, patogen atau parasitoid, adalah salah satu metode yang mulai banyak dikembangkan. Sebagai upaya untuk menambah informasi tentang jenis-jenis musuh alami yang berasosiasi dengan Lepidosaphes beckii untuk kemudian digunakan sebagai dasar upaya pengendalian hama secara biologis maka penelitian ini dilaksanakan.
yang mendapatkan perlakuan pestisida, juga dipertimbangkan dalam penentuan tanaman sampel. Selanjutnya dari pengamatan langsung ini diperoleh beberapa tanaman jeruk yang menjadi inang kutu sisik, untuk kemudian pengambilan contoh serangga diurnal musuh alami kutu sisik dapat dilakukan pada tanaman jeruk hasil dari pengamatan langsung tersebut. Pengambilan sampel serangga musuh alami dilakukan pertama kali saat tanaman jeruk berbunga pada bulan Agustus dan pengambilan terakhir dilakukan pada bulan Juni saat buah jeruk siap dipanen. Pengambilan sampel serangga diurnal musuh alami dilakukan pada pukul 08.00 – 11.00 WIB dengan cara mengumpulkan serangga tersebut dari berbagai fase instar. Sampel serangga pada tajuk tanaman diambil dengan cara ditangkap menggunakan jaring serangga dan sticky trap yang ditempatkan pada batang dan ranting. Serangga kemudian dimasukkan dalam kantung plastik. Parasitoid dikoleksi dengan cara mengambil daun jeruk yang memiliki koloni kutu sisik yang diduga telah terparasiti. Daun dan kutu sisik tersebut kemudian dibawa ke laboratorium dan dipelihara, untuk kemudian diamati parasitoid yang muncul atau keluar dari tubuh inang (kutu sisik). Pengambilan sampel dilakukan selama 20 kali, dua kali dalam satu bulan. Serangga yang ditemukan kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi. Data jumlah serangga musuh alami dikompilasi guna kemudian dianalisis menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis (IBC), indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks dominansi Simpson [1].
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di perkebunan jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan Laboratorium Ekologi Universitas Brawijaya Malang. Penelitian menggunakan metode survei, pengambilan sampel kemudian data dianalisis. Pengamatan langsung dilakukan dengan cara mengamati tanaman jeruk yang memiliki koloni kutu sisik. Setiap jenis jeruk dipilih lima individu yang memiliki koloni kutu sisik lebih padat dibandingkan tanaman jeruk lain dalam satu area kebun. Selain kepadatan kutu sisik, letak tanaman jeruk terhadap area kebun
HASIL DAN PEMBAHASAN Serangga yang berhasil ditemukan terdiri dari empat famili yaitu Coccinellidae, Formicidae, Trichogrammatidae dan Aphelinidae. Coccinellidae dan Formicidae adalah predator sedangkan Trichogrammatidae dan Aphelinidae merupakan parasitoid. Terdapat tiga genus dari famili Coccinellidae yang teridentifikasi yaitu Chilocorus, Scymnus dan Harmonia. Terdapat satu genus dari famili Trichogrammatidae yang teridentifikasi yaitu
49
Trichogramma. Sedangkan dari famili Aphelinidae terdapat dua genus yang teridentifikasi yaitu Aphytis dan Encarsia. Terdapat fluktuasi jumlah serangga musuh alami baik pada jeruk keprok maupun jeruk manis selama penelitian (Gambar 1 dan 2). Penurunan jumlah serangga yang ditemukan terjadi saat pengamatan keenam dan ketujuh serta kesebelas dan dua belas. Pada waktu tersebut keempat famili serangga ditemukan dengan jumlah yang paling kecil dari 20 kali pengamatan. Jumlah kutu sisik juga mengalami penurunan pada waktu pengamatan tersebut. Kondisi ini dapat disebabkan karena interval waktu pengamatan yang singkat (lima hari) dan berdekatan dengan waktu penyemprotan pestisida. Musim hujan yang panjang juga berpengaruh terhadap kecilnya jumlah serangga yang ditemukan. Serangga musuh alami ditemukan paling banyak saat pengamatan ke 18 hingga 20. Pada waktu tersebut buah jeruk telah masak dan siap dipanen. Penggunaan pestisida telah dikurangi serta musim kemarau menyediakan kondisi yang optimal untuk kehidupan serangga. Coccinellidae
Formicidae
Aphelinidae
Trichogrammatidae
14 Jumlah Serangga
kan indeks kesamaan Bray-Curtis. Nilai IBC untuk kedua komunitas adalah 0,93. Nilai tersebut menunjukkan bahwa secara umum populasi semua jenis serangga musuh alami kutu sisik pada kedua komunitas memiliki tingkat keseragaman yang tinggi. Genus-genus serangga yang ditemukan pada kedua jeruk adalah sama, baik dari segi keragaman jenis maupun jumlah populasi setiap jenis serangga yang ditemukan. Perbedaan mencolok hanya pada genus Encarsia yang banyak ditemukan pada komunitas jeruk manis. Kondisi tersebut sangat terkait dengan kerapatan kutu sisik dan jumlah keseluruhan serangga musuh alami kutu sisik pada jeruk keprok yang lebih sedikit daripada di jeruk manis. Encarsia memang belum banyak digunakan sebagai pengendali populasi Lepidosaphes beckii, khususnya di Indonesia. Serangga ini membutuhkan kondisi lingkungan yang benar-benar sesuai untuk mendukung perkembangannya serta sangat peka terhadap pestisida dan bahan kimia lain. Populasi Encarsia akan meningkat saat musim panas sekitar bulan Juni-Juli [5]. Berdasarkan penghitungan data diperoleh nilai indeks shannon-wiener serangga musuh alami kutu sisik pada jeruk keprok adalah 1,5387 sedangkan pada jeruk manis adalah 1,5542. Keanekaragaman jenis serangga musuh alami pada kedua lokasi tergolong rendah. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman tersebut menunjukkan bahwa kondisi komunitas serangga musuh alami mudah berubah hanya dengan mengalami pengaruh lingkungan yang relatif kecil [4]. Kondisi tersebut berbanding lurus dengan jumlah populasi kutu sisik pada kedua tanaman inang. Adanya kontaminasi pestisida dan pengaruh musim yang tidak mendukung perkembangan kutu sisik mengakibatkan jumlah populasi kutu berkurang, hal ini lebih lanjut akan mempengaruhi jumlah dan keanekaragaman jenis serangga musuh alami kutu sisik pada lokasi penelitian. Serangga predator (Famili Coccinellidae dan Formicidae) memiliki nilai indeks dominansi yang lebih besar daripada serangga parasitoid (Famili Trichogrammatidae dan Aphelinidae) pada lokasi jeruk keprok dan jeruk manis. Hal ini mengindikasikan bahwa serangga predator sangat dominan dan
13
12
13
10 8 6
6
5
4 2
2
2
30 /8/ 20 10 6/ 9/ 20 10 21 /9/ 20 21 10 /10 /2 01 10 0 /11 /2 01 14 0 /12 /2 01 20 0 /12 /2 12 010 /1/ 20 11 18 /1/ 20 11 9/ 2/ 20 11 22 /2/ 20 11 8/ 3/ 20 11 21 /3/ 20 11 7/ 4/ 20 11 21 /4/ 20 11 10 /5/ 20 11 24 /5/ 20 11 7/ 6/ 20 11 14 /6/ 20 11 24 /6/ 20 11
0
Waktu Pengamatan
Gambar 1., Fluktuasi jumlah serangga musuh alami kutu sisik pada jeruk keprok. Coccinellidae
Formicidae
Aphelinidae
Trichogrammatidae
16 Jumlah Serangga
14
14
12
11
10 8
8
6 4 2
2 0
30 /8/ 20 10 6/ 9/ 20 10 21 /9/ 20 21 10 /10 /2 01 10 0 /11 /2 01 14 0 /12 /2 01 20 0 /12 /2 01 12 0 /1/ 20 11 18 /1/ 20 11 9/ 2/ 20 11 22 /2/ 20 11 8/ 3/ 20 11 21 /3/ 20 11 7/ 4/ 20 11 21 /4/ 20 11 10 /5/ 20 11 24 /5/ 20 11 7/ 6/ 20 11 14 /6/ 20 11 24 /6/ 20 11
0
6 3 2
Waktu Pengamatan
Gambar 2., Fluktuasi jumlah serangga musuh alami kutu sisik pada jeruk manis.
Berdasarkan data dapat diketahui tingkat kesamaan kerapatan masing-masing jenis serangga musuh alami dari kedua lokasi penelitian/komunitas. Tingkat kesamaan kedua komunitas tersebut dapat dihitung mengguna-
50
mencirikan struktur komunitas serangga musuh alami kutu sisik pada jeruk keprok dan manis di lokasi penelitian. Kondisi dimana serangga predator lebih dominan di suatu komunitas daripada serangga parasitoid, merupakan hal yang wajar karena hampir semua ordo serangga memiliki jenis serangga yang bersifat predator sedangkan hanya beberapa ordo serangga yang bersifat parasitoid [8].
endoparasitoid. Parasitoid memiliki daya kelangsungan hidup yang tinggi dan sebagian besar bersifat monofaga atau oligofaga sehingga sangat spesifik dalam memilih inang [2]. Genus Aphytis adalah parasitoid yang paling umum digunakan sebagai agen pengendali populasi kutu sisik. KESIMPULAN Serangga musuh alami kutu sisik Lepidosaphes beckii yang ditemukan pada tanaman jeruk keprok dan jeruk manis meliputi kelompok predator Famili Coccinellidae dan Formicidae, serta kelompok parasitoid Famili Trichogrammatidae dan Aphelinidae. Terdapat tiga genus dari Famili Coccinellidae yang teridentifikasi yaitu Chilocorus, Symnus dan Harmonia. Terdapat satu genus dari famili Trichogrammatidae yang teridentifikasi yaitu Trichogramma. Famili Aphelinidae terdapat dua genus yang teridentifikasi yaitu Aphytis dan Encarsia. Nilai IBC untuk kedua komunitas adalah 0,93 yang menunjukkan secara umum kerapatan semua jenis serangga musuh alami kutu sisik pada kedua komunitas adalah sama. Nilai indeks shannon-wiener serangga musuh alami kutu sisik pada jeruk keprok adalah 1,5387 sedangkan pada jeruk manis adalah 1,5542. Keanekaragaman jenis serangga musuh alami pada kedua lokasi tergolong rendah. Keanekaragaman yang rendah disebabkan oleh adanya kontaminasi pestisida pada kedua lokasi penelitian. Formicidae memiliki nilai indeks dominansi simpson yang paling tinggi, pada jeruk keprok adalah 0,189 sedangkan pada jeruk manis adalah 0,217. Kelimpahan Formicidae yang lebih tinggi daripada kelimpahan serangga lain disebabkan karena bersifat polifaga dan memiliki struktur sosial populasi yang terorganisasi dengan baik.
Tabel 1., Indeks Dominansi Simpson tiap famili serangga musuh alami L. beckii Nilai Indeks Dominansi Tanaman Inang Jeruk keprok Jeruk manis
Coccinelli dae
Formi cidae
Trichogra mmatidae
Apheli nidae
0,11
0,189
0
0,032
0,083
0,217
0
0,024
Famili Formicidae adalah famili serangga yang paling banyak ditemukan. Hal ini umum terjadi di daerah tropis dimana hampir 80% populasi arthropoda daerah tropis adalah Famili Formicidae [9]. Lebih lanjut Famili Formicidae memiliki nilai indeks dominansi simpson yang paling besar di antara keempat famili lain yang teridentifikasi, baik saat pengambilan sampel pada jeruk keprok maupun jeruk manis. Nilai indeks dominansi formicidae pada jeruk keprok adalah 0,189 sedangkan pada jeruk manis adalah 0,217. Nilai tersebut lebih besar daripada nilai indeks dominansi dari famili serangga lain yang teridentifikasi (tabel 1). Akan tetapi berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa formicidae memiliki tingkat dominansi parsial yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun jumlah formicidae yang ditemukan lebih banyak dari serangga lain, tetapi formicidae belum mencirikan struktur komunitas serangga pada tempat penelitian. Penggunaan serangga predator dan parasitoid untuk mengontrol populasi kutu sisik Lepidosaphes beckii memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Predator seperti Famili Coccinellidae dan Formicidae bersifat polifaga umumnya efektif sebagai pengendali kutu sisik, akan tetapi rentan dan akan cepat mati jika kondisi lingkungan tidak mendukung dan sumber makanan sedikit [3]. Sedangkan serangga parasitoid Famili Trichogrammatidae dan Aphelinidae bersifat
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Amin Setyo Leksono, M.Si., Ph.D., Dr. Bagyo Yanuwiadi dan Dr. Suharjono, M.Si atas bimbingan, arahan dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
51
DAFTAR PUSTAKA [1] Brower, J.E., Zar, J.H. dan Von Ende, C.N. 1990. Field and Laboratory for General Ecology. Third Edition. Wm.C. Brown Publishers. Dubuque. [2] Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta [3] Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. [4] Krebs, C.J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Harper & Row Publisher. New York. [5] Kresnowati, S.K. 2004. Keragaman Musuh Alami Kutu Pseudococcidae, Coccidae dan Diaspididae (Hemiptera : Coccoidea) pada Berbaai Tanaman di Daerah Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor [6] Miller, D. R., dan J. A. Davidson. 2005. Armored Scale Insects of Trees and Shrubs. Cornell Univ. Press, Ithaca, NY. 425 pp. [7] Prihatman, K. 2000. Jeruk (Citrus sp.). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta [8] Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press. Yogyakarta [9] Vincent, H.R. dan Ring, T.C. 2003. Encyclopedia of Insects. Academic Press. New York
52