Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1
Maret 2016
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
KERAGAMAN PERTUMBUHAN BIBIT GEMPOL(Nauclea orientalis L.) DARI BEBERAPA POHON INDUK Seedling growth variation of gempol (Nauclea oeientalis L.) from several mother trees
Kurniawati Purwaka Putri,, Yulianti, & Danu Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor, 1600
ABSTRACT. Gempol (Nauclea orientalis L.) is one of the fast growing species that potential to be developed in agroforestry system. These species used as wood production and also Jabon, which is the alternative for sengon wood. Gempol adapted growth at wet and drylands such as at riverbanks, rice fields and yards. The constrained of the development of community forests of gempol for high productivity is the availability of good quality seed sources. Seeds and seedlings are largely determined by the quality of the parent tree, hence the diversity of the mother plant will affect the seeds it produces. The purpose of this study was to determine the diversity of the growth of seedlings in the nursery gempol of 64 parent trees from Majalengka and Banten. The study design used was completely randomized design consisting of 64 trees parent gempol, with three replications and each replication consisted of six seedlings. The variables measured were the diameter and height of seedlings. The results showed that significantly affected the parent tree diameter and height of seedlings gempol. Growth in diameter is the best demonstrated by the parent tree 16 at 5.4 cm. The high growth (32.88 cm) produced by seeds from the parent tree 10. Keywords: Growth, Nauclea orientalis L.,Seedling ABSTRAK. Gempol (Nauclea orientalis L.) merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang potensial untuk dikembangkan dengan pola agroforestry.. Jenis tanaman ini dimanfaatkan khususnya masyarakat Jawa Barat sebagai pohon penghasil kayu pertukangan selain sengon dan jabon.Gempol mampu beradaptasi pada lahan basah maupun kering seperti di bantaran sungai, pematang sawah, tegalan dan pekarangan. Pengembangan hutan rakyat gempol yang produktifitas tinggi terkendala ketersediaan sumber benih yang berkualitas. Benih dan bibit yang berkualitas sangat ditentukan oleh pohon induknya, oleh karena itu keragaman pada pohon induk akan berpengaruh terhadap bibit yang dihasilkannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaman pertumbuhan bibit gempol di persemaian dari 64 pohon induk yang berasal dari Majalengka (Jawa Barat) dan Banten.Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 64 pohon induk/famili gempol, dengan tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari enam bibit. Variabel yang diamati adalah diameter dan tinggi bibit.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon induk berpengaruh nyata terhadap diameter dan tinggi bibit gempol. Pertumbuhan diameter yang terbaik ditunjukkan oleh pohon induk 16 yaitu sebesar 5,4 cm. Pertumbuhan tinggi terbesar (32,88 cm) dihasilkan oleh bibit yang berasal dari pohon induk 10. Kata kunci: Bibit; Pertumbuhan; Nauclea orientalis L. Penulis untuk korespondensi, surel:
[email protected]
8
Kurniawati Purwaka Putri,, Yulianti, & Danu: Keragaman Pertumbuhan Bibit ……(3).: 8-13
PENDAHULUAN
Keragaman
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan tahun 2013 diketahui bahwa 46 % kebutuhan kayu nasional dipasok dari hutan rakyat atau sebanyak 23 juta m3 dari 49 juta m3 (SILK, 2014). Hal ini membuktikan bahwa hutan rakyat cukup berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kayu nasional, baik sebagai bahan baku industri, kayu pertukangan maupun kayu bakar. Model pengusahaan hutan rakyat yang banyak diterapkan khususnya di Pulau Jawa adalah agroforestry yang memadukan jenis tanaman kehutanan dengan jenis tanaman pertanian. Salah satu jenis tanaman hutan yang dapat dikembangkan pada pola agroforestry di hutan rakyat adalah jenis Gempol (Nauclea orientalis L.) dari famili Rubiaceae. Pengembangan jenis gempol diyakini memiliki prospek yang menjanjikan mengingat manfaatnya sebagai penghasil bahan bangunan, pulp dan kertas (Heyne, 1987; Sunyata, 2011). Selain itu gempol
pohon
induk
pada
beberapa
jenis tanaman hutan terbukti cukup berpengaruh terhadap kualitas bibit yang dihasilkan, diantaranya adalah jenis nyamplung. Keragaman pertumbuhan bibit nyamplung di persemaian terbukti dipengaruhi keragaman genetik (Putri et al, 2012). Sebagaimana diketahui bahwa persemaian merupakan awal dari keberhasilan penanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman. Untuk itu penting diketahui keragaman di tingkat persemaian karena akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penanaman di hutan rakyat yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman. Tujuan
penelitian
ini
adalah
mengetahui
keragaman pertumbuhan bibit gempol di persemaian dari 64 pohon induk yang berasal dari Majalengka (Jawa Barat) dan Banten.
METODE PENELITIAN
cukup prospektif untuk kegiatan fitoremediasi dan
Penelitian dilaksanakan di persemaian Balai
rehabilitasi lahan yang terdegradasi khususnya lahan
Litbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan,
basah (Marghescu 2001; Amihan-Vega and Mendoza
Bogor. Waktu yang diperlukan dalam melaksanakan
2005; Mawaddah 2012). Kelebihan jenis gempol
penelitian ini adalah selama kurang lebih 10 bulan
lainnya adalah kemampuan tumbuh pada kisaran
dari Maret 2014 sampai dengan Desember 2014.
habitat yang luas, antara lain pada ekosistem lahan
yang meliputi penyusunan rencana penelitian,
basah diantaranya rawa (Ruxton et al.,1967), gambut
pengumpulan buah, perkecambahan, penyapihan,
(Kartikasari et al.,2012) dan hutan sepanjang aliran
pelaksanaan penelitian, pengamatan dan analisis
sungai (Johansen et al.,2007; Petty and Douglas
data.
2010), maupun di lahan kering seperti savanah dan
Objek penelitian adalah bibit gempol umur 3
padang rumput (Ruxton et al.,1967). Manfaat gempol
bulan yang benihnya diunduh dari 64 pohon induk
lainnya adalah sebagai bahan baku obat (Lim 2013).
di Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat dan
Secara umum penanaman tanaman hutan termasuk dalam hal ini jenis gempol di hutan rakyat
Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Bahan
dan
alat
yang
digunakan
dalam
masih menggunakan benih yang rendah kualitasnya
penelitian adalah tanaman gempol di hutan rakyat,
terutama kualitas genetik. Umumnya petani hanya
bibit gempol, ayakan, media perkecambahan dan
mengunakan sumber benih dari beberapa pohon
pembibitan, serta alat ukur pertumbuhan..
saja secara terus menerus. Kebiasaan tersebut berakibat pada penurunan kualitas genetik pada generasi berdampak
berikutnya, terhadap
yang
selanjutnya
rendahnya
akan
produktivitas
tegakan di hutan rakyat. Untuk itu sangat penting memperhatikan keragaman pohon induk.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (Completely Random Design) dengan 64 pohon induk sebagai perlakuan yang diulang sebanyak 3 ulangan. Tiap ulangan terdiri dari 6 bibit sehingga jumlah bibit yang digunakan seluruhnya sebanyak 1.152 bibit. Data
9
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016 hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan analisis varians untuk mengetahui variasi antar pohon induk. Apabila terdapat variasi antar pohon induk yang diujikan, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test –DMRT).Variabel yang diamati adalah tinggi dan diameter bibit gempol umur 3 bulan.Tinggi bibit diukur mulai dari pangkal batang sampai pucuk, dan diameter bibit diukur pada ketinggian ± 1 cm dari permukaan media. Selain itu juga dihitung nilai heritabilitas (Zobel and Talbert 1984) untuk sifat tinggi dan diameter serta
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman pohon induk gempol berpengaruh nyata (P< 0,05) terhadap tinggi dan diameter bibit di persemaian (Tabel 1). Hasil tersebut menunjukan adanya keragaman genetik yang tinggi untuk sifat tinggi dan diameter. Uji lanjut untuk mengetahui keragaman tersebut disajikan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 1. Rekapitulasi analisis keragaman tinggi dan diameter bibit gempol. Parameter (Parameters)
korelasi genetik antar sifat tersebut. Korelasi genetik dihitung dengan rumus sebagai berikut (Zobel and Talbert 1984)
rG = Dimana :
F hitung(Fcalculate)
Tinggi (Height) Diameter (Diameter)
6.17 * 28.69 *
Keterangan:
[𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑓𝑓 (𝑋𝑋𝑋𝑋)]
* = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
�[𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑓𝑓(𝑋𝑋)][𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑓𝑓(𝑌𝑌)]
Remarks:
Komp.kovar f(xy) = 0,5 [komp.var f(x+y) - komp.
* = Significantly at 95 %
var f(x) - komp.var f(y)]
Tinggi bibit terbesar (32,88 cm) dihasilkan
(Fins et al, 1992)
oleh bibit yang berasal dari pohon induk nomor 10.
Keterangan : rG = korelasi genetik Komp.kovar f(XY) = k omponen.varian untuk tinggi dan diameter Komp.kovar f(X) = k omponen.varian untuk tinggi Komp.kovar f(Y) = k omponen.varian untuk diameter
Pohon induk nomor 1 menunjukkan tinggi terkecil yaitu sebesar 18.35 cm (Tabel 2).
Sedangkan
sifat
pertumbuhan diameter terbesar ditunjukkan oleh
sifat
yang terendah dihasilkan bibit dari pohon induk 10
sifat
pohon induk nomor 16 yaitu sebesar 5,4 cm, dan dan 63 yaitu masing-masing sebesar 3,01 cm dan 3,00 cm (Tabel 3).
Tabel 2. Rata-rata tinggi bibit gempol umur 3 bulan Pohon induk (Parent trees) 10 27 34 16 17 46 57 21 12 18 33 25 37 35
10
Rata-rata (Average) cm
32.88 a 27.68 b 27.35 bc 26.94 bcd 25.27 bcde 24.77 bcdef 24.53 cdefg 24.48 cdefg 24.46 cdefg 24.20 cdefgh 23.99 defghi 23.70 defghij 23.48 efghijk 23.44 efghijk
Pohon induk (Parent trees) 40 14 9 11 24 39 47 54 55 31 13 15 64 44
21.95 21.89 21.81 21.74 21.61 21.58 21.53 21.51 21.47 21.41 21.25 21.24 21.20 21.19
Rata-rata (Average) cm efghijklmnopq efghijklmnopq efghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr fghijklmnopqr ghijklmnopqr ghijklmnopqr
Kurniawati Purwaka Putri,, Yulianti, & Danu: Keragaman Pertumbuhan Bibit ……(3).: 8-13 28 8 53 26 56 6 19 49 41 5 52 7 22 45 23 20 32 50
23.38 23.26 23.19 23.07 22.89 22.89 22.82 22.83 22.75 22.54 22.54 22.45 22.43 22.34 22.07 22.03 22.01 22.00
efghijk efghijkl efghijklm efghijklmn efghijklmn efghijklmn efghijklmn efghijklmn efghijklmno efghijklmno efghijklmno efghijklmnop efghijklmnopq efghijklmnopq efghijklmnopq efghijklmnopq efghijklmnopq efghijklmnopq
63 42 62 58 59 61 29 48 51 36 30 43 60 4 3 38 2 1
20.78 20.77 20.60 20.34 20.17 19.92 19.81 19.75 19.67 19.51 19.24 19.21 18.94 18.90 18.90 18.90 18.89 18.35
hijklmnopqr hijklmnopqr ijklmnopqr jklmnopqr jklmnopqr klmnopqr lmnopqr lmnopqr nopqr nopqr opqr opqr pqr qr qr qr qr r
Tabel 3. Rata-rata diameter bibit gempol umur 3 bulan Pohon induk (Parent trees) 16 12 34 27 17 25 35 28 11 37 33 3 26 18 14 23 31 9 21 7 22 19 30 20 32 13 24 4 15 39 36 29
Rata-rata (Average)
5,4 a 5,18 ab 5.12 abc 5.07 bcd 4.94 bcde 4.90 bcde 4.86 bcde 4.75 bcde 4.73 def 4.68 efg 4.64 efgh 4.61 efghi 4.58 efghij 4.56 efghij 4.38 fghijk 4.38 fghijk 4.36 fghijk 4.36 fghijk 4.33 ghijk 4.30 ghijk 4.24 hijk 4.23 ijk 4.21 jkl 4.16 klm 4.14 klm 4.13 klm 4.10 klm 4.07 klmn 4.06 klmn 4.05 klmn 4.03 klmno 4.34 klmnop
Pohon induk (Parent trees) 8 38 6 5 57 55 60 1 54 56 41 53 50 52 2 46 49 40 48 47 64 59 45 44 61 51 42 43 62 58 10 63
4.02 3.81 3.77 3.77 3.76 3.67 3.65 3.64 3.61 3.57 3.53 3.52 3.48 3.46 3.44 3.42 3.40 3.39 3.37 3.31 3.27 3.20 3.18 3.16 3.12 3.10 3.09 3.06 3.05 3.04 3.01 3.00
Rata-rata (Average) klmnop lmnopq mnopqr mnopqr mnopqr mnopqr opqrs opqrs qrs qrst qrstu qrstu qrstuv qrstuvw qrstuvwx qrstuvwx qrstuvwxy rstuvwxy rstuvwxy stuvwxy stuvwxy tuvwxy tuvwxy uvwxy uvwxy vwxy vwxy wxy xy xy y y
11
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016 Pohon induk nomer 16, 17, 27 dan 34 asal
gempol yang ditanam di BKPH Brebek, KPH
dari Majalengka termasuk urutan lima besar pohon
Nganjuk, Jawa Timur diketahui bahwa rata-rata
induk terbaik yang mampu menghasilkan bibit
pertumbuhan tinggi dan diameter pohon gempol
dengan karakter tinggi dan diameter terbesar. Hal
umur 1 tahun terbesar dihasilkan pohon induk nomer
ini menggambarkan sumber benih Majalengka
22 yaitu mencapai 99,8 cm untuk tinggi dan 22,7 cm
cenderung menghasilkan bibit dengan pertumbuhan
untuk diameter batang (Danu dan Lesy, 2015). Hasil
yang lebih baik dibandingkan asal Pandeglang.
tersebut membuktikan bahwa kinerja genetik pohon
Zobel dan Talbert (1984) menyebutkan bahwa
induk di tingkat persemaian belum maksimal. Zobel
perbedan geografi mempengaruhi sifat genetik.
dan Talbert (1984) menyatakan bahwa phenotype
Namun demikian dilihat dari sebaran geografisnya yang tidak terlalu jauh diantara keduanya, keragaman
tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik yang dimiliki individu dalam pohon induk dan kondisi lingkungan.
pertumbuhan bibit yang muncul dalam penelitian
Walaupun demikian informasi keragaman genetik
ini kemungkinan lebih dipengaruhi oleh perbedaan
antar pohon induk pada tingkat persemaian menjadi
ukuran buah, biji dan mutu benih sebagai akibat
indikator penting adanya variasi pertumbuhan pohon
perbedaan habitat alami dari kedua lokasi tersebut.
gempol pada tingkat lapang. Keragaman antar pohon
Secara umum, variasi morfologi buah dan biji serta
induk pada tingkat persemaian yang juga berindikasi
mutu benih gempol sangat dipengaruhi oleh perbedaan
adanya keragaman pada tingkat lapang dilaporkan
ekotipe (variasi tipe habitat) dan genetik (Tuheteru et
terjadi pada beberapa jenis tanaman hutan seperti
al., 2014). Kualitas benih gempol yang dihasilkan dari
pada A. crassicarpa (Hadiyan dan Leksono, 2003)
habitat rawa cenderung baik, persentase kecambah
dan Eucalyptus pellita (Leksono dan Setyaji, 2004).
lebih dari 90% dengan rata-rata benih berkecambah
Apabila kinerja pohon induk di tingkat persemaian
diatas 5 benih/hari. .
terbukti masih tetap bertahan setelah beradaptasi
Tingkat keragaman genetik (Heretabilitas) gempol untuk karakter diameter bibit cukup besar yaitu 0,762. Sedangkan tingkat keragaman genetik untuk karakter tinggi bibit sebesar 0,475. Selanjutnya hasil analisis
dengan kondisi lingkungan yang lebih terbuka sampai dengan daur tanaman, maka informasi tersebut sangat bermanfaat untuk dapat melakukan efisiensi seleksi pohon induk pada umur yang lebih muda.
korelasi genetik menunjukkan bahwa tingkat keeratan
Secara keseluruhan pohon induk yang berasal
hubungan antara karakter tinggi dan diameter bibit
dari majalengka prosentase hidup di lapangan hingga
yang ditimbulkan karena faktor genetik, relatif rendah
umur 1 tahun mencapai 64,01 % dengan pertumbuhan
yaitu 0,24 (24%). Hasil ini mengindikasilan bahwa
tinggi rata –rata 64,39 cm dan diameter berkisar
bibit dengan tinggi terbaik belum tentu menghasilkan
antara 1,16 – 2,23 cm. Persentase hidup asal Banten
diameter terbaik. Terbukti pada pohon induk nomor
sebesar 61,29 % dengan tinggi pohon mencapai rata-
10 yang menunjukkan tinggi bibit terbesar (32,88 cm),
rata 82,39 cm atau berkisar antara 70,24 – 102,43
namun diameter bibit terendah (3,01 cm).
cm, adapun rata-rata diameter 2,17 cm dengan
Selanjutnya berdasarkan tingkat korelasi genetik yang dihasilkan tersebut, maka kriteria seleksi pohon induk di tingkat persemaian dapat melalui karakter diameter bibit, mengingat heritabilitas karakter diameter bibit relative lebih besar dibandingkan karakter tinggi bibit. Akan tetapi evaluasi kinerja genetik dari pohon induk tersebut masih harus dilakukan hingga di tingkat lapangan, mengingat keragaman pohon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Hasil evaluasi awal terhadap tanaman
12
kisaran 2,00 – 2,32 cm. (Danu dan Lesy, 2015). Hasil pengamatan pertumbuhan gempol di Hutan Penelitian Parung panjang, Bogor diketahui bahwa pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman gempol umur 4 tahun dipengaruhi oleh asal benih dan lingkungan. Berdasarkan nilai rata-rata diameter dan tinggi pohon induk dari Majalengka memiliki pertumbuhan terbaik (Pujiastuti et al., 2015). Keberhasilan penanaman juga dapat dipengaruhi faktor kesesuaian antara asal benih dan lokasi penananaman..
Kurniawati Purwaka Putri,, Yulianti, & Danu: Keragaman Pertumbuhan Bibit ……(3).: 8-13
SIMPULAN Keragaman tinggi dan diameter bibit gempol di persemaian dipengaruhi pohon induk. Pohon induk nomer 10 menunjukkan tinggi bibit terbaik (32,88 cm); Diameter terbesar (5,4 cm) ditunjukkan oleh bibit yang berasal dari pohon induk 16.
DAFTAR PUSTAKA Amihan-Vega, B., dan Mendoza. JD., 2005. Benefits from Tree Growing in the Degraded Uplands: Empirical Realities from Tabango, Leyte, The Philippines. In Harrison, S., Herbohn, J., Suh, J., Mangaoang E., and Vanclay, J., (editors). Proceedings from the End-of-project Workshop Held in Ormoc city, The Philipines ; 19-21 August 2004; Filipina. pp93-106 Danu. 2015. Laporan perjalanan dinas dalam rangka Monitoringdan Evaluasi Pertumbuhan ASDGGEmpol di Nganjuk pada tanggal 24 November 2015. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa Madura. Direktorat Jenderal Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial. Tidak dipublikasikan. Danu, N.Nurochim, A H Haerujaman. 2011. Mengenal Pohon Gempol (Nauclea orientalisL.) di Jawa Barat dan Banten. Info benih,15(2):55-59. Pujiastuti E. Yulianti, Danu, N. Yuniarti, D. Haryadi, N. Nurrochim, H. Royahi. A.H. Haerujaman. 2015. Pengembangan Sumber Benih diParungpanjang. Laporan Pelaksanaan Kegiatan tahun 2015. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor. Tidak dipublikasikan. Fins, L., Sharon T.F, Janet V.B. 1992. Handbook of Quantitative Forest Genetics. Kluwer Academic Publishers, Netherlands. Hadiyan dan Leksono, 2003) Hadiyan, Y. dan Leksono B. 2003. Variasi pertumbuhan tanaman pada uji provenansi Acacia crassicarpa umur 9 tahun di Lipat Kain, Riau. Jurnal Pemuliaan Tanaman hutan Vol.1 (3). P3BPTH, Jogjakarta. Johansen, K., Phinn, S., Dixon, I., Douglas, M., dan Lowry, J., 2007. Comparison of Image and
Rapid Field Assessments of Riparian Zone ondition in Australian Tropical Savannas. For. Ecol. Manage., 240:42-60 Kartikasari, S.N., Marshal, A.J., dan Beehler, B.M., 2012. Ekologi Papua. Seri Ekologi Indonesia. Jilid VI. Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Conservation International. Jakarta. 981p. Leksono, B dan T. Setyaji. 2004. Variasi pertumbuhan tinggi dan diameter pada uji keturunan Eucalyptus pellita dengan sistem populasi tunggal. Jurnal Pemuliaan Tanaman hutan Vol.1 (2) : 67-78. Jogjakarta. Lim, T.K., 2013. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants :Volume 5, Fruits. Springer, New York. pp754-757. Marghescu, T., 2001. Restoration of Degraded Forest Land in Thailand: The Case of Khao Kho. Unasylva,207 (52):52-56. Petty, A.M., dan Douglas, M.M., 2010. Scale Relationships and Linkages Between Woody Vegetation Communities Along a Large Tropical Floodplain River, North Australia. Journal of Tropical Ecology,26:79-92. Ruxton, B.P., Haantjens, H.A., Paijmans, K., dan Saunders, J.C., 1967. Lands of the Safia-Pongani Area, Territory of Papua and New Guinea. Land Research Series No. 17. Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization, Australia. Melbourne. 217p. [SILK] Sistem Informasi Legalitas Kayu. 2014. Kemenhut Permudah Legalitas Kayu Rakyat. http://silk.dephut.go.id. Diunduh pada tanggal 8 Mei 2015. Tuheteru FD, C. Kusmana, I Mansur dan Iskandar. 2014. Karakteristik buah dan mutu morfofisiologis benih lonkida (Nauclea orientalisl.) dari habitat alami di Sulawesi Tenggara. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 8 No. 3, November 2014, 152-17. Zobel and Talbert. 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley and Sons.New York.
13