KERAGAMAN MORFOMETRIK KERANG GELATIK (Anadara pilula Reeve 1843) DI PESISIR PULAU JAWA
YUYUN QONITA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keragaman Morfometrik Kerang Gelatik (Anadara pilula Reeve 1843) di Pesisir Pulau Jawa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015 Yuyun Qonita NIM C251140216
RINGKASAN YUYUN QONITA. Keragaman Morfometrik Kerang Gelatik (Anadara pilula Reeve 1843) di Pesisir Pulau Jawa. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan NURLISA ALIAS BUTET. A. pilula atau kerang gelatik merupakan salah satu kerang dari genus Anadara yang memiliki distribusi cukup luas di Indonesia. Di dalam daur hidupnya, kerang akan mengalami stadia sebagai meroplankton. Seperti larva kerang meroplankton yang lain, mobilitasnya bergantung kepada arus laut. Setelah melewati stadia meroplankton, kerang akan memasuki fase settlement dan meliang pada substrat. Di habitatnya, kerang akan beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya, salah satunya melalui adaptasi morfologi cangkang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaman morfometrik dari kerang gelatik (A. pilula) yang berasal dari pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh Anadara pilula. yang diambil dari empat wilayah yang berbeda, yaitu Pesisir Labuan (100 individu), Cirebon (106 individu), Rembang (104 individu), dan Gresik (46 individu). Karakteristik morfometrik kerang A. pilula yang diukur adalah adalah panjang cangkang (P), tinggi cangkang kanan (TA), tinggi cangkang kiri (TI), tebal cangkang (L), panjang ligamen (PL), tinggi umbo (TU), simetri kanan (SA), simetri kiri (SI). Morfometrik kerang diukur menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0.01 mm. Selain itu berat total (BT) dan berat daging (BD) juga diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.0001 gram. Analisis data yang dilakukan meliputi uji MANOVA satu arah, studi alometri (panjang cangkang-bobot, panjang cangkang-tebal cangkang, panjang cangkang-tinggi cangkang), uji ANCOVA, analisis diskriminan, serta analisis klaster. Uji MANOVA satu arah dan uji lanjut Games-Howell menunjukkan bahwa terdapat enam karakter yang berbeda secara signifikan antar populasi, yaitu rasio panjang ligamen (PL/P), tinggi cangkang kiri (TI/P), tinggi cangkang kanan (TA/P), tinggi umbo kanan (TUA/P), simetri cangkang kiri (SI/P), dan simetri cangkang kanan (SA/P) (p<0.05). Pola pertumbuhan A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, dan Rembang berdasarkan hubungan panjang cangkang-bobot total adalah isometrik, sedangkan untuk populasi A. pilula Gresik adalah alometrik negatif. Hubungan panjang cangkang dengan karakter morfometrik lainnya, yaitu tebal dan tinggi cangkang kiri memperlihatkan bahwa pola pertumbuhan A. pilula adalah alometrik negatif. Analisis diskriminan menunjukkan populasi A. pilula dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik masing-masing terklasifikasikan secara tepat sebesar 63.0%, 55.7%, 78.3%, dan 64.4%. Analisis klaster menunjukkan bahwa terbentuk dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang terdiri dari populasi Labuan dan Rembang serta kelompok kedua yang terdiri dari populasi Cirebon dan Gresik. Analisis morfometrik yang dikaitkan dengan plot arus mengindikasikan bahwa populasi A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik adalah unit stok yang berbeda, sehingga pengelolaannya harus dipisahkan. Kata kunci : Anadara pilula, keragaman morfometrik, Pulau Jawa
SUMMARY YUYUN QONITA. Morphometric Variation of Pill Ark Cockle (Anadara pilula Reeve 1843) in the Coast of Java Island. Supervised by YUSLI WARDIATNO and NURLISA ALIAS BUTET. Anadara pilula or pill ark cockle is one of the genus Anadara cockle which distributed widely in Indonesia. It experiences meroplankton stage in its life cycle. All meroplankton likes other larval stage depend on ocean currents for its mobility. Following meroplankton stage, the cockle will experience a settlement phase and stay on the substrate. In its habitat, the cokcle will adapt to the environment, one of them through morphological adaptations. The aim of this study was to evaluate the morphometric variation of A. pilula from the Labuan, Cirebon, Rembang, and Gresik Coast. Materials used in this study were Anadara pilula samples taken from four different waters, i.e., Labuan (100 pcs), Cirebon (106 pcs), Rembang (104 pcs) and Gresik Coast (46). Morphometric characters which were measured including shell length (P), height of right valve (TA), height of left valve (TI), shell depth (L), ligament length (PL), right valve umbonal height (TUA), left valve umbonal height (TUI), right symmetry (SA), and left symmetry (SI). Morphometric shells were measured using digital caliper with an accuracy of 0.01 mm. Additionally, total weight (BT) and flesh meat (BD) were also measured using digital scales with a precision of 0.0001 grams. The data were analysed using one-way MANOVA test, allometric study (shell length-weight, shell length-shell depth, shell length- shell height), ANCOVA test, discriminant analysis, and cluster analysis. One way MANOVA and Games-Howell post hoc test showed that there were six characters which were significantly different among the populations, i.e., the ratio of ligament length/shell length (PL/P), heigth of left valve/shell length (TI/P), heigth of right valve/shell length (TA/P), right valve umbonal height/shell length (TUA/P), left symmetry/shell length (SI/P), and right symmetry/shell length (SA/P) (p<0.05). A. pilula growth pattern of shell length-weight relationship in Labuan, Cirebon, and Rembang Coast were isometric, while A. pilula population from Gresik was negative allometric. Shell length relationship with shell depth and shell height of left valve showed that the growth pattern were allometric negative. Based on discriminant analysis, A. pilula from Labuan, Cirebon, Rembang, and Gresik Coast, properly classified as 63.0%, 55.7%, 78.3% and 64.4%, respectively. Cluster analysis showed there were two groups, the first group consisting of Labuan and Rembang population and the second group consisting of Cirebon and Gresik population. Morphometric analysis associated with current plot indicated that A. pilula population in the Labuan Coast, Cirebon Coast, Rembang Coast, and Gresik Coast were different unit stock, so their management should be separated. Key words: Anadara pilula, morphometric variation, Java Island
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KERAGAMAN MORFOMETRIK KERANG GELATIK (Anadara pilula Reeve 1843) DI PESISIR PULAU JAWA
YUYUN QONITA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
Judul Tesis : Keragaman Morfometrik Kerang Gelatik (Anadara pilula Reeve 1843) di Pesisir Pulau Jawa Nama : Yuyun Qonita NIM : C251140216
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Yusli Wardiatno, M Sc Ketua
Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 31 Agustus 2015
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah Keragaman morfometrik kerang gelatik (Anadara pilula Reeve 1843) di Pesisir Pulau Jawa. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi. 2. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB yang telah mendanai sebagian dari penelitian ini. 3. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. 4. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku penguji tamu dan Dr Ir Etty Riani, MS selaku perwakilan komisi pendidikan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan atas saran dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. 5. Ayah, ibu, dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa. 6. Tim Laboratorium Biologi Makro (Bang Aries dan teman-teman) dan tim Laboratorium Biologi Molekuler Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (Kak Wahyu, Kak Panji, Kak Findra, Mba Lela, Mba Fajrin, Mba Yustin, Mba Lita) yang telah memberikan semangat. 7. Teman-teman seperjuangan (Nina, Lufi, Febi, Ayu, Dewi, Nisa, Lusita, Akrom, Agus, Wida, Siska, Mega) atas dukungan yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015 Yuyun Qonita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
vi vi vii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 2 3 3
2 METODE Waktu dan Tempat Bahan Analisis Laboratorium Analisis Data
4 4 4 5
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan
10 19
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
26 26 27 31 42
DAFTAR TABEL 1 Ukuran tubuh Anadara pilula dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik 2 Nilai koefisien keragaman karakter morfometrik Anadara pilula di wilayah Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik 3 Hubungan panjang dan bobot Anadara pilula pada Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik 4 Perbandingan hasil regresi nilai logaritmik panjang cangkang (P) terhadap logaritmik bobot total (BT) dan nilai logaritmik panjang cangkang (P) terhadap logaritmik bobot daging (BD) 5 Perbandingan karakter morfometrik Anadara pilula dari keempat wilayah (rata-rata±standar deviasi) 6 Perbandingan hasil regresi panjang cangkang (P) terhadap tebal cangkang (L) dan panjang cangkang (P) terhadap tinggi cangkang kiri (TI) 7 Hasil klasifikasi populasi Anadara pilula di masing-masing populasi berdasarkan analisis diskriminan 8 Matriks jarak berdasarkan karakter morfometrik Anadara pilula antara keempat wilayah (Labuan, Cirebon, Rembang, Gresik)
10 11 12
14 12
15 17 17
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram perumusan masalah 2 Kerang gelatik (Anadara pilula) yang diambil dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik 3 Peta lokasi pengambilan contoh kerang Anadara pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik 4 Karakter morfometrik kerang gelatik (Anadara pilula) yang diukur pada penelitian ini. Diadaptasi dari Poutiers (1998) 5 Distribusi panjang cangkang Anadara pilula di Pesisir Labuan ( ), Cirebon ( ), Rembang ( ), dan Gresik ( ) 6 Hubungan panjang dan bobot Anadara pilula (a) Labuan, (b) Cirebon (c) Rembang, dan (d) Gresik 7 Hubungan panjang dan bobot Anadara pilula (a) Labuan, (b) Cirebon, (c) Rembang, dan (d) Gresik 8 Analisis regresi karakter morfometrik Anadara pilula (a) regresi panjang cangkang-tebal cangkang (b) regresi panjang cangkangCirebon, Rembang, tinggi cangkang . Labuan, Gresik 9 Dendogram populasi Anadara pilula dari empat wilayah (Labuan, Cirebon, Rembang, Gresik) berdasarkan karakter morfometrik 10 Plot sebaran morfometrik Anadara pilula dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik berdasarkan analisis diskriminan 11 Peta sebaran arus tahun 2014 di Laut Jawa
3 4 5 5 10 13 14
16 17 18 19
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji MANOVA satu arah pada karakter morfometrik Anadara pilula antar lokasi 2 Hasil uji ANOVA dan uji t dari regresi antara log panjang dan log bobot total dari Anadara pilula di Pesisir Labuan 3 Ringkasan hasil uji ANOVA dan uji t regresi antara log panjang dan log bobot total dari Anadara pilula di Pesisir Cirebon, Rembang, dan Gresik 4 Hasil uji ANOVA dan uji t dari regresi antara panjang cangkang dengan tebal cangkang total dari Anadara pilula di Pesisir Cirebon 5 Ringkasan hasil uji ANOVA dan uji t dari regresi antara panjang cangkang (P) dengan tebal cangkang (L) dari Anadara pilula di Pesisir Labuan, Rembang, dan Gresik 6 Hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Cirebon dan Gresik pada hubungan linier panjang cangkang-tebal cangkang 7 Hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Cirebon dan Labuan pada hubungan linier panjang cangkang-tebal cangkang 8 Ringkasan hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik pada hubungan linier panjang cangkang-tebal cangkang 9 Ringkasan hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik pada hubungan linier panjang cangkang-tinggi cangkang 10 Output analisis diskriminan
31 32
33 34
35 35 36
37
38 39
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Indo-pasifik merupakan wilayah dengan keragaman bivalvia tertinggi di dunia. Asia Tenggara, termasuk Indonesia merupakan salah satu bagian utama dari wilayah Indo-pasifik (Hutomo dan Moosa 2005). Berdasarkan data terbaru, diketahui terdapat 38 spesies dari subfamili Anadarinae di wilayah ini (Lutaenko 2011), salah satunya adalah Anadara pilula. Distrbusi spesies ini yang telah tercatat terletak di wilayah Indo-Pasifik seperti Filipina (Lozouet dan Plaziat 2008; Dolorosa dan Dangan-Galon 2014), Thailand (Sanpanich 2011), Pulau New Hebrids (Solem 1959), Australia (Li dan Morrison 2011), Hongkong (Cheung dan Wang 2008), Vietnam (Evseev dan Lutaenko 1998), Cina (Feng et al. 2011), dan Indonesia (Mudjiono dan Kastoro 1997; Satrioajie et al. 2013; Akhrianti et al. 2014). A. pilula atau kerang gelatik merupakan salah satu kerang genus Anadara yang memiliki distribusi cukup luas di Indonesia. Kerang gelatik (A. pilula) banyak ditemukan di pesisir Kota Tegal (Satrioajie et al. 2013), di Panimbang (Mudjiono dan Kastoro 1997), serta di pesisir Belitung Timur (Akhrianti et al. 2014). Di habitatnya, kerang gelatik (A. pilula) sering ditemukan berasosiasi dengan kerang lainnya, seperti kerang darah (A. granosa), A. indica, dan A. inequivalis (Mudjiono dan Kastoro 1997). A. pilula memiliki peran sebagai deposit dan filter feeder (Mudjiono dan Kastoro 1997) yang mengontrol pertumbuhan fitoplankton. Selain itu, kerang Anadara juga berperan sebagai mangsa alami dari gastropoda Natica maculosa, dan Thais carinifera (Broom 1982), T. forbesi, burung pantai, dan ikan pari (Okera 1976). Kerang gelatik merupakan salah satu spesies famili Arcidae yang memiliki nilai ekonomis penting di Indonesia dan di Asia Tenggara (Poutiers 1998). Kerang ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan oleh masyarakat. Kerang gelatik dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein alternatif, untuk mengurangi tekanan eksploitasi terhadap kerang darah (A. granosa) yang sangat populer di masyarakat untuk mencegah penurunan stok di alam akibat eksploitasi berlebih. Meskipun memiliki potensi dan manfaat yang besar, kajian mengenai kerang gelatik masih sangat terbatas, baik di Indonesia maupun di dunia. Hal ini disebabkan jenis kerang gelatik kurang populer dibandingkan jenis kerang dari genus Anadara lainnya, seperti kerang darah (A. granosa) yang telah dikaji oleh Broom (1982), Afiati (2007), Suwanjarat et al.(2009), Hossen et al.(2014), serta kerang bulu (A. antiquata) yang telah dikaji oleh Mzighani (2005), Afiati (2007), Jahangir et al. (2014). Kajian mengenai kerang gelatik (A. pilula) yang telah dilakukan sebelumnya, terbatas pada kajian sebaran dan kelimpahannya di Teluk Miskam Panimbang (Mudjiono dan Kastoro 1997), DNA barcoding (Feng et al. 2011), karakteristik morfometri dan pertumbuhan (Satrioajie et al. 2013), hasil tangkapan A. pilula oleh alat tangkap garok (Akmal 2013) serta ditemukan dalam kajian distribusi spasial bivalvia yang dilakukan di Belitung Timur (Akhrianti et al. 2014). Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lainnya mengenai A. pilula di
2 Indonesia, mengingat A. pilula memiliki peran ekonomis dan ekologis yang penting. Di dalam daur hidupnya, stadia larva kerang merupakan meroplankton yang mobilitasnya bergantung kepada arus laut. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pertukaran genotipe A. pilula antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pertukaran genotip ini menyebabkan adanya konektivitas antarpopulasi A. pilula. A. pilula memiliki sebaran yang luas di pesisir Pulau Jawa. Kerang ini dapat ditemukan di peisir Labuan, Cirebon, Rembang, serta Gresik. Distribusi yang cukup luas memungkinkan terdapat konektivitas antara A. pilula antarwilayah tersebut. Setelah melewati masa meroplankton, kerang akan mengalami fase settlement. Setelah meliang pada substrat, kerang akan beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Perbedaan karakter habitat yang terdapat di pesisir Jawa menyebabkan kerang A. pilula harus beradaptasi melalui mekanisme adaptasi fisiologi, morfologi, dan tingkah laku. Adaptasi morfologi yang dilakukan kerang A. pilula dapat menyebabkan kerang tersebut memiliki karakteristik morfologi yang berbeda. Perbedaan karakter morfometrik ini juga dapat disebabkan adanya perbedaan genotip dari masing-masing populasi. Menurut Irie (2006), kajian keragaman morfometrik perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan morfometrik biota dalam siklus hidupnya dan dapat memperjelas mekanisme penyebab variasi morfometrik akibat perbedaan geografis. Kajian keragaman morfometrik juga mampu mengevaluasi adanya penciri fenotip pada suatu unit stok, sehingga menjadi penting dalam pengelolaan sumber daya perikanan (Cadrin 2000; Cadrin dan Friedland 2005). Oleh karena itu, dibutuhkan data keragaman morfometrik A. pilula sebagai data base awal serta informasi dalam penentuan strategi pengelolaan dan konservasi A. pilula di pesisir Pulau Jawa.
Perumusan Masalah Kerang gelatik (A. pilula) memiliki peran ekologis penting dalam rantai makanan sebagai filter feeder dan deposite feeder di wilayah pesisir bersubstrat lumpur atau pasir berlumpur. Selain itu, A. pilula juga memiliki potensi ekonomis yang besar sebagai bahan makanan oleh masyarakat Indonesia karena kebutuhan pangan yang terus meningkat. Kerang ini memiliki sebaran yang cukup luas di pesisir Jawa dan dapat ditemukan di pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, serta Gresik dan menjadi salah satu komoditas pangan ekonomis di wilayah-wilayah tersebut. Meskipun demikian, kajian mengenai kerang ini masih sangat terbatas di Indonesia dan di dunia, sehingga upaya pengelolaan terhadap sumber daya menjadi sulit dilakukan. Kondisi habitat di pesisir Pulau Jawa yang berbeda akibat adanya barrier dan fragmentasi habitat dapat menyebabkan terjadinya perbedaan morfometrik antar wilayah. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan genotip maupun adaptasi morfometrik kerang terhadap kondisi lingkungannya. Kondisi tersebut menyebabkan keragaman morfometrik dapat digunakan sebagai penciri stok A. pilula sebagai informasi dasar dalam pengelolaan sumber daya kerang gelatik di Pesisir Pulau Jawa.
3 Fragmentasi habitat
Gradien lingkungan di Pesisir Pulau Jawa
Perbedaan genotipe
Adaptasi morfologi
Variasi morfometrik cangkang A. pilula
Kajian keragamaan morfometrik
Data base variasi morfometrik A. pilula di Pesisir Pulau Jawa
\
Penciri fenotip stok A.pilula di Pesisir Jawa
Informasi bagi pengelolaan dan konservasi A. pilula di Pesisir Pulau Jawa Gambar 1 Diagram perumusan masalah
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaman morfometrik (panjang cangkang, panjang ligamen, tebal cangkang, tinggi cangkang kanan dan kiri, tinggi umbo cangkang kanan dan kiri, simetri cangkang kanan dan kiri) dari kerang gelatik (A. pilula) yang berasal dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data base keragaman morfometrik kerang gelatik (A. pilula) di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik, serta mengevaluasi penciri fenotip pada masing-masing unit stok A. pilula yang akan digunakan sebagai salah satu dasar dalam melakukan upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya A. pilula di Pesisir Pulau Jawa.
4
2 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 hingga Maret 2015. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Makro, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh Anadara pilula. Contoh A. pilula (Gambar 2) diambil dari empat wilayah yang berbeda, yaitu pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik (Gambar 3). Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini 100, 106, 104, dan 46 individu masing-masing untuk wilayah pesisir Labuan, Cirebon, Rembang dan Gresik.
Gambar 2
Kerang gelatik (Anadara pilula) yang diambil dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik Analisis Laboratorium
Identifikasi spesies Identifikasi dilakukan untuk memastikan spesies contoh kerang yang didapatkan berdasarkan karakteristik morfologi. Identifikasi morfologi dilakukan berdasarkan buku identifikasi FAO kelompok bivalvia (Poutiers 1998). Analisis morfometrik Karakteristik morfometrik kerang A. pilula yang diukur adalah adalah panjang cangkang (P), tebal cangkang (L), tinggi cangkang kanan (TA), tinggi cangkang kiri (TI), tinggi umbo cangkang kanan (TUA), tinggi umbo cangkang kiri (TUI), simetri kanan (SA), simetri kiri (SI) (Butet 2013), dan panjang ligamen (PL) (Faulkner 2010) (Gambar 4). Selain itu, diukur pula berat total (BT) dan berat daging (BD) (Butet 2013). Karakter-karakter tersebut dipilih untuk diukur karena dianggap adaptif dan responsif terhadap variasi lingkungan. Morfometrik
5 kerang dan bobot kerang masing-masing diukur menggunakan kaliper digital (0.01 mm) dan timbangan digital (0.0001 gram).
Gambar 3
Peta lokasi pengambilan contoh kerang Anadara pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik
Gambar 4 Karakter morfometrik kerang gelatik (Anadara pilula) yang diukur pada penelitian ini. Diadaptasi dari Poutiers (1998)
Analisis Data Koefisien keragaman Nilai koefisien keragaman dihitung dari data karakter morfometrik (PL, L, TA, TI, TUA, TUI, SA, SI) yang telah dirasiokan dengan panjang cangkang (P). Koefisien keragaman digunakan untuk mengetahui keragaman dari masingmasing karakter morfometrik di masing-masing populasi. Rumus koefisien keragaman adalah sebagai berikut. ̅ Keterangan: KK = koefisien keragaman
6 SD ̅
= standar deviasi (simpangan baku) = nilai rataan
Perbandingan karakter morfometrik antar wilayah Data yang digunakan dalam analisis perbandingan karakter morfometrik antar wilayah adalah data rasio terhadap panjang cangkang. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan karakter morfometrik yang diakibatkan oleh struktur umur yang berbeda. Rasio karakter morfometri yang digunakan adalah ukuran morfometrik (PL, L, TA, TI, TUA, TUI, SA, SI) terhadap panjang cangkang (P). Perbandingan data rasio morfometrik antar wilayah dilakukan melalui uji Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) satu arah yang dilanjutkan dengan uji post-hoc Games-Howell pada taraf α=0.05. Model MANOVA yang digunakan dirumuskan sebagai berikut. ij
k
ik
ijk
Keterangan: yijk = nilai rasio karakter morfometrik terhadap panjang cangkang ke-k ulangan ke-j pada lokasi ke-i = rataan umum dari rasio karakter morfometrik terhadap panjang k cangkang ke-k = pengaruh aditif lokasi ke-i terhadap rasio karakter morfometrik terhadap ik panjang cangkang ke-k = komponen galat yang timbul pada rasio karakter morfometrik terhadap ijk panjang cangkang ke-k dari ulangan ke-j dan lokasi ke-i Hubungan panjang dan bobot Hubungan panjang dan bobot kerang dianalisis untuk masing-masing popualasi kerang. Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui pola pertumbuhan kerang. Hubungan panjang dan bobot dirumuskan sebagai berikut (Ricker 1973).
Keterangan : W = bobot total (gram) a,b = konstanta L = panjang (mm) Hubungan linear dari panjang dan bobot dapat diketahui dengan cara meregresikan nilai 10log dari data panjang dan bobot, sehingga didapatkan persamaan logW=loga+blogL. Pola pertumbuhan kemudian ditentukan dengan menguji nilai b terhadap nilai 3 melalui uji t dengan taraf α=0.05. Jika nilai b=3, maka pola pertumbuhan yang didapatkan adalah isometrik, sedangkan jika nilai b≠3, maka pola pertumbuhannya adalah alometrik Statistik uji t untuk menentukan pola pertumbuhan tersebut dirumuskan sebagai berikut. thit
7
∑ni
i
∑ni
n
i
Keterangan : thit = nilai thitung b = slope Sb = standar eror nilai b Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel ( ; n-2) pada tabel t-student dengan taraf α=0.05. Jika nilai thitung>ttabel, maka didapatkan keputusan Tolak H0 (pola pertumbuhan alometrik). Jika nilai b>3, maka didapatkan pola pertumbuhan alometrik positif (pertumbuhan bobot lebih dominan dibandingkan pertumbuhan panjang), dan jika nilai b<3, maka diketahui pola pertumbuhannya adalah alometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan pertumbuhan bobot). Jika nilai thitung
i
(
ij
̅)
ij
Keterangan: = nilai logaritmik bobot pada lokasi ke-i dan ulangan ke-j ij = rataan umum = pengaruh aditif dari lokasi ke-i i = koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan yij pada xij xij = nilai logaritmik ukuran panjang cangkang pada lokasi ke-i dan ulangan ke-j ̅ = rata-rata nilai logaritmik panjang cangkang = komponen galat yang timbul pada lokasi kre-i dan ulangan ke-j ij
8 Hubungan panjang cangkang dengan karakter morfometrik lainnya Analisis alometri dilakukan dengan meregresikan data panjang cangkang terhadap tebal cangkang serta panjang cangkang terhadap tinggi cangkang kiri sehingga didapatkan persamaan y=a+bx. Nilai a dan b pada persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut. n ∑ni i i (∑ni i )(∑ni i ) n ∑ni i (∑ni i ) ̅ ̅ Nilai slope yang didapatkan kemudian diuji terhadap nilai 1 menggunakan uji t p d t r f α 0.05. Uji t dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan kerang. Jika b=1, maka pola pertumbuhan yang didapatkan adalah isometrik, sed ngk n jik ≠ , m k pol pertum uh nn dalah alometrik. thit
∑
(∑
)
Keterangan: thit = nilai t hitung = slope b Sb = standar eror nilai b Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel ( ; n-2) pada tabel t-student dengan taraf α=0.05. Jika nilai thitung>ttabel, maka didapatkan keputusan Tolak H0 (pola pertumbuhan alometrik). Jika nilai b>1, maka didapatkan pola pertumbuhan alometrik positif (pertumbuhan tebal atau tinggi cangkang lebih dominan dibandingkan pertumbuhan panjang cangkang), dan jika nilai b<1, maka diketahui pola pertumbuhannya adalah alometrik negatif (pertumbuhan panjang cangkang lebih dominan dibandingkan pertumbuhan tebal atau tinggi cangkang). Jika nilai thitung
9 Minitab 16. Dendrogram kemudian dikonstruksi berdasarkan matriks jarak tersebut menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method with Arithmetic Mean) pada software MEGA 5.0 (Tamura et al. 2011) sesuai petunjuk Kumar et al. (1993). Analisis klaster digunakan untuk melihat kekerabatan dan tingkat kesamaan masing-masing populasi berdasarkan karakter morfometrik yang diukur. Berikut merupakan rumus jarak Mahalanobis yang digunakan sebagai dasar konstruksi dendrogram. ̅i ̅j
̅i ̅j
Keterangan : D2 = nilai jarak Mahalanobis antara kerang dari wilayah ke-i dan wilayah ke-j ̅i = vektor nilai rataan pengamatan dari wilayah ke-i pada masing-masing peubah kuantitatif ̅j = vektor nilai rataan pengamatan dari wilayah ke-j pada masing-masing peubah kuantitatif = kebalikan matriks gabungan ragam peragam antar peubah Analisis diskriminan Analisis diskriminan dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan variabel-variabel kuantitatif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengelompokkan kerang A. pilula berdasarkan karakter morfometrik yang telah diukur. Melalui analisis ini juga akan didapatkan persentase nilai sharing component yang terjadi akibat kemiripan morfometrik antar wilayah yang menyebabkan terjadinya kesalahan pengelompokkan. Analisis diskriminan dilakukan berdasarkan metode stepwise menggunakan software SPSS 17. Model analisis diskriminan yang digunakan adalah sebagai berikut. k k
Keterangan: D = skor diskriminan b = koefisien diskriminasi x = variabel independen (rasio karakter morfometrik) Analisis pola arus Data arus Laut Jawa pada tahun 2014 didapatkan dari data sekunder NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Peta pola arus kemudian dibuat berdasarkan data tersebut menggunakan bantuan software ODV 4.6 dan Surfer 10. Analisis pola arus diperlukan sebagai konfirmasi ada atau tidak adanya konektivitas antar populasi yang dikaji
10
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ukuran tubuh A. pilula Hasil pengukuran dan analisis morfometrik A. pilula dari masing-masing wilayah ditunjukkan pada Tabel 1. Rata-rata panjang cangkang, tebal cangkang, panjang ligamen, tinggi cangkang kanan, tinggi cangkang kiri, dan tinggi umbo kanan yang teringgi ditemukan pada populasi Gresik. Sebaran frekuensi panjang cangkang A. pilula pada keempat populasi ditunjukkan pada Gambar 5. Tabel 1 Ukuran tubuh Anadara pilula dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik (rata-rata±standar deviasi) Karakter Panjang cangkang Tebal cangkang Panjang ligamen Tinggi cangkang kiri Tinggi cangkang kanan Tinggi umbo kiri Tinggi umbo kanan Simetri kiri Simetri kanan
Labuan (mm) 20.98±1.97 17.49±1.64 15.43±1.54 19.95±1.75 19.10±1.70 3.45±0.45 3.21±0.45 6.72±0.74 6.30±0.61
Cirebon (mm) 21.38±2.48 17.83±2.13 15.76±2.00 20.40±2.18 19.53±2.15 3.58±0.56 3.44±0.57 6.52±0.83 6.23±0.79
Rembang (mm) 21.76±3.11 18.17±2.82 15.52±2.41 20.40±2.81 19.69±2.79 3.53±0.61 3.61±0.65 6.76±1.10 7.08±1.11
Gresik (mm) 22.36±1.76 18.90±1.35 16.46±1.33 21.36±1.56 20.60±1.54 3.63±0.46 3.57±0.51 6.38±0.66 6.18±0.61
40
frekuensi(ind)
35 30 25 20 15 10 5 0
panjang cangkang (mm) Gambar 5 Distribusi panjang cangkang Anadara pilula di Pesisir Labuan ( Cirebon ( ), Rembang ( ), dan Gresik ( )
),
11 Berdasarkan sebaran panjang cangkang individu dari keempat populasi terlihat bahwa populasi A. pilula yang berasal dari Pesisir Cirebon memiliki sebaran terluas dengan panjang minimum 16.6 mm dan panjang maksimum sebesar 31.85 mm. Populasi A. pilula dari Pesisir Labuan memiliki wilayah (range) data yang tersempit, yaitu dengan panjang cangkang minimum 17.4 mm dan panjnag cangkang maksimum 26.18 mm. Menurut Poutiers (1998), ukuran maksimum panjang cangkang A. pilula adalah 40 mm. Koefisien keragaman karakter morfometrik Hasil perhitungan koefisien keragaman dari masing-masing karakter morfometrik di masing-masing populasi menunjukkan bahwa rasio karakter tinggi umbo terhadap panjang merupakan karakter yang memiliki nilai koefisien keragaman terbesar di populasi Labuan, Cirebon, dan Gresik. Berbeda halnya dengan populasi A. pilula di Pesisir Rembang, karakter tinggi umbo kiri merupakan karakter dengan nilai koefisien keragaman terbesar dibandingkan karakter lainnya. Nilai koefisien keragaman secara rinci dari masing-masing karakter morfometrik di masing-masing populasi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai koefisien keragaman karakter morfometrik Anadara pilula di wilayah Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik Rasio karakter L/P PL/P TI/P TA/P TUI/P TUA/P SI/P SA/P
Labuan 3.72 4.44 3.01 2.85 8.93 10.19 6.69 6.51
Koefisien keragaman (%) Cirebon Gresik Rembang 4.51 4.27 4.07 3.57 3.57 4.49 3.01 2.86 2.85 3.20 2.94 2.81 9.24 9.27 9.73 10.78 11.22 8.34 7.15 7.21 7.26 7.49 7.45 6.65
Rataan 4.14 4.02 2.93 2.95 9.29 10.13 7.08 7.03
Perbandingan karakter morfometrik antarlokasi Hasil perbandingan rasio karakter morfometrik terhadap panjang cangkang dari keempat lokasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada beberapa karakter morfometrik. Terdapat enam karakter morfometrik yang berbeda secara signifikan dari keempat lokasi, yaitu panjang ligamen (PL/P), tinggi cangkang kanan (TA/P), tinggi cangkang kiri (TI/P), tinggi umbo cangkang kanan (TUA/P), simetri cangkang kanan (SA/P), dan simetri cangkang kiri (SI/P) (p<0.05). Tabel sidik ragam uji MANOVA satu arah disajikan pada Lampiran 1. Uji lanjut Games-Howell dilakukan untuk mengetahui perbedaan karakter morfometrik yang signifikan antar dua lokasi. Hasil perbandingan karakter morfometrik populasi A. pilula dari keempat lokasi melalui uji MANOVA dan uji lanjut Games-Howell disajikan pada Tabel 5.
12 Tabel 3
Perbandingan karakter morfometrik Anadara pilula dari keempat wilayah (rata-rata±standar eror)
Karakter L/P PL/P TI/P TA/P TUI/P TUA/P SI/P SA/P a,b,c
Labuan (n=101) 0.8336± 0.0031 0.7354± 0.0033abd 0.9517± 0.0029abd 0.9110± 0.0026 0.1645± 0.0015 0.1529± 0.0016a 0.3203± 0.0021ac 0.3007± 0.0019a
Cirebon (n=106) 0.8343± 0.0037 0.7367± 0.0026bd 0.9554± 0.0028bd 0.9145± 0.0028 0.1674± 0.0015 0.1606± 0.0017bc 0.3055± 0.0021b 0.2920± 0.0021b
Rembang (n=104) 0.8343± 0.0033 0.7130± 0.0031c 0.9388± 0.0026c 0.9055± 0.0025a 0.1621± 0.0013 0.1658± 0.0016c 0.3103± 0.0020c 0.3254± 0.0023c
Gresik (n=46) 0.8464± 0.0053 0.7367± 0.0039d 0.9563± 0.0040d 0.9222± 0.0040b 0.1620± 0.0022 0.1595± 0.0026 0.2854± 0.0030d 0.2767± 0.0030d
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama, menunjukkan er ed n t p d t r f α
. 5
Hubungan panjang dan bobot Hasil analisis hubungan panjang dan bobot total dari masing-masing wilayah menunjukkan bahwa pola pertumbuhan A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, dan Rembang adalah isometrik, sedangkan pola pertumbuhan populasi A. pilula dari Pesisir Gresik adalah alometrik negatif (Tabel 3). Grafik hubungan panjang dan bobot ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Tabel 4 Lokasi Labuan Cirebon Rembang Gresik Labuan Cirebon Rembang Gresik
Hubungan panjang dan bobot Anadara pilula pada Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik W=aLb R2 N Panjang cangkang-bobot total W = 0.0009L2.7135 0.82 100 2.8533 W = 0.0006L 0.91 106 W = 0.0007L2.8788 0.95 104 2.5855 W = 0.0017L 0.87 37 Panjang cangkang-bobot daging W = 0.0002L2.6848 0.68 100 W = 0.0001L2.9254 0.86 106 3.0346 W = 0.0001L 0.95 104 W = 7x10-5L3.1029 0.62 37
Alometri Isometrik Isometrik Isometrik Alometrik Isometrik Isometrik Isometrik Isometrik
Berbeda dengan persamaan panjang cangkang-bobot total, persamaan panjang cangkang-bobot daging menunjukkan bahwa semua populasi A. pilula di keempat wilayah memiliki pola pertumbuhan isometrik. Model persamaan
13 hubungan panjang cangkang-bobot total pada umumnya menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang lebih besar dibandingkan persamaan panjang cangkang-bobot daging. Nilai logaritmik panjang cangkang dan bobot diregresikan dari masing-masing wilayah lalu dibandingkan dengan uji ANCOVA untuk melihat adanya perbedaan laju pertumbuhan atau kemungkinan adanya perbedaan bobot daging antar populasi. Contoh perhitungan tabel sidik ragam regresi log panjang cangkang-log bobot dan uji t nilai b ditunjukkan pada Lampiran 2. Hasil uji ANCOVA bobot total dan bobot daging A. pilula dari keempat lokasi disajikan pada Tabel 4. 14 12 10 8 6 4 2 0
14 12 10 8 6 4 2 0
15
20
25
W = 0.0006L2.8533 R² = 0.9124
bobot total (gram)
bobot total (gram)
W = 0.0009L2.7135 R² = 0.8223
30
35
15
panjang cangkang (mm)
20
(a) 14 12 10 8 6 4 2 0
14 12 10 8 6 4 2 0
25
35
W = 0.0017L2.5855 R² = 0.8716
bobot total (gram)
bobot total (gram)
W= R² = 0.9486
20
30
(b)
0.0007L2.8788
15
25
panjang cangkang (mm)
30
panjang cangkang (mm)
15
35
20
25
30
panjang cangkang (mm)
35
3
bobot daging (gram)
bobot daging (gram)
(c) (d) Gambar 6 Hubungan panjang dan bobot Anadara pilula (a) Labuan, (b) Cirebon, (c) Rembang, dan (d) Gresik
W = 0.0002L2.6848 R² = 0.6796
2 1 0 15
20
25
30
panjang cangkang (mm)
(a)
35
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
W = 0.0001L2.9254 R² = 0.8655
15
20
25
30
panjang cangkang (mm)
(b)
35
3
3
W = 0.0001L3.0346 R² = 0.9477
bobot daging (gram)
bobot daging (gram)
14
2 1 0 15
20
25
30
W= 7x10-5L3.1029 R² = 0.6162
2 1 0
35
15
panjang cangkang (mm)
20
25
30
panjang cangkang (mm)
(c)
35
(d)
Gambar 7 Hubungan panjang dan bobot Anadara pilula (a) Labuan, (b) Cirebon, (c) Rembang, dan (d) Gresik
Tabel 5 Perbandingan hasil regresi nilai logaritmik panjang cangkang (P) terhadap logaritmik bobot total (BT) dan nilai logaritmik panjang cangkang (P) terhadap logaritmik bobot daging (BD) Lokasi Labuan Cirebon Labuan Gresik Cirebon Gresik Labuan Rembang Cirebon Rembang Gresik Rembang Labuan Cirebon Labuan Gresik Cirebon Gresik Labuan Rembang Cirebon Rembang Gresik Rembang
y=a+bx
R2
N
ANCOVA Slope Intercept
Panjang cangkang-bobot total logW =-3.05+2.71logL 0.82 100 Paralel logW =-3.21+2.85logL 0.91 106 (p>0.05) logW =-3.05+2.71logL 0.82 100 Paralel logW =-2.76+2.58logL 0.87 37 (p>0.05) logW =-3.21+2.85logL 0.91 106 Paralel logW =-2.76+2.58logL 0.87 37 (p>0.05) logW =-3.05+2.71logL 0.82 100 Paralel logW =-3.13+2.88logL 0.95 104 (p>0.05) logW =-3.21+2.85logL 0.91 106 Paralel logW =-3.13+2.88logL 0.95 104 (p>0.05) logW =-2.76+2.58logL 0.87 37 Paralel logW =-3.13+2.88logL 0.95 104 (p>0.05) Panjang cangkang-bobot daging logW =-3.65+2.68logL 0.68 100 Paralel logW =-3.89+2.92logL 0.86 106 (p>0.05) logW =-3.65+2.68logL 0.68 100 Paralel logW =-4.14+3.10logL 0.62 37 (p>0.05) logW =-3.89+2.92logL 0.86 106 Paralel logW =-4.14+3.10logL 0.62 37 (p>0.05) logW =-3.65+2.68logL 0.68 100 Non-Paralel logW =-4.02+3.03logL 0.95 104 (p<0.05) logW =-3.89+2.92logL 0.86 106 Paralel logW =-4.02+3.03logL 0.95 104 (p>0.05) logW =-4.14+3.10logL 0.62 37 Paralel logW =-4.02+3.03logL 0.95 104 (p>0.05)
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 =a2 a1 ≠
2
a1 ≠
2
15 Hubungan panjang cangkang dengan karakter morfometrik lainnya Analisis regresi antara panjang cangkang-tebal cangkang dan panjang cangkang-tinggi cangkang memperlihatkan bahwa pola pertumbuhan A. pilula adalah alometrik negatif (Tabel 6). Hal ini menunjukkan pertumbuhann panjang cangkang lebih dominan dibandingkan tebal cangkang dan tinggi cangkang. Contoh perhitungan tabel sidik ragam regresi panjang cangkang-tebal cangkang ditunjukkan pada Lampiran 4. Hasil analisis regresi antara panjang cangkang dengan tebal cangkang dan tinggi cangkang A. pilula dari keempat wilayah ditunjukkan pada Gambar 8 Berdasarkan grafik hubungan panjang cangkang-tebal cangkang, terlihat bahwa terdapat titik potong yang mengindikasikan adanya perbedaan slope antar regresi. Hal ini mengindikasikan adanya laju pertumbuhan tebal cangkang yang tidak sama antar populasi yang dikaji. Populasi dengan kemiringan (slope) yang tercuram menunjukkan pertumbuhan relatif tebal cangkang yang paling cepat dibandingkan dengan populasi lainnya. Tabel 6 Perbandingan hasil regresi panjang cangkang (P) terhadap tebal cangkang (L) dan panjang cangkang (P) terhadap tinggi cangkang kiri (TI) Lokasi Labuan Cirebon Labuan Gresik Cirebon Gresik Labuan Rembang Cirebon Rembang Gresik Rembang Labuan Cirebon Labuan Gresik Cirebon Gresik Labuan Rembang Cirebon Rembang Gresik Rembang
y=a+bx
R2
N
Alometri
ANCOVA Slope Intercept
Panjang cangkang-tebal cangkang P = 1.47+0.76L* 0.84 100 Alometrikparalel P = 0.81+0.79L* 0.86 106 Alometrik(p>0.05) P = 1.47+0.76L* 0.84 100 Alometrikparalel P = 4.33+0.65L* 0.73 46 Alometrik(p>0.05) P = 0.81+0.79L* 0.86 106 Alometrik- non-paralel P = 4.33+0.65L* 0.73 46 Alometrik(p<0.05) P = 1.47+0.76L* 0.84 100 Alometrik- non-paralel P = -0.86+0.87L* 0.93 104 Alometrik(p<0.05) P = 0.81+0.79L* 0.86 106 Alometrik- non-paralel P = -0.86+0.87L* 0.93 104 Alometrik(p<0.05) P = 4.33+0.65L* 0.73 46 Alometrik- non-paralel P = -0.86+0.87L* 0.93 104 Alometrik(p<0.05) Panjang cangkang-tinggi cangkang kiri P = 2.27+0.84TI* 0.89 100 Alometrikparalel P = 2.32+0.85TI* 0.93 106 Alometrik(p>0.05) P = 2.27+0.84TI* 0.89 100 Alometrikparalel P = 2.92+0.82TI* 0.87 46 Alometrik(p>0.05) P = 2.32+0.85TI* 0.93 106 Alometrikparalel P = 2.92+0.82TI* 0.87 46 Alometrik(p>0.05) P = 2.27+0.84TI* 0.89 100 Alometrikparalel P = 1.15+0.88TI* 0.95 104 Alometrik(p>0.05) P = 2.32+0.85TI* 0.93 106 Alometrikparalel P = 1.15+0.88TI* 0.95 104 Alometrik(p>0.05) P = 2.92+0.82TI* 0.87 46 Alometrikparalel P = 1.15+0.88TI* 0.95 104 Alometrik(p>0.05)
*signifikan pada taraf α=0.001
a1 = a2 a1 ≠
2
-
a1 = a2 a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
a1 ≠
2
40
40
35
35
30
30 tinggi cangkang (mm)
tebal cangkang (mm)
16
25 20 15 10 5
25 20 15 10 5
0
0 0
-5
5 10 15 20 25 30 35 40 panjang cangkang (mm)
(a) Gambar 8
0
5 10 15 20 25 30 35 40 panjang cangkang (mm)
(b)
Analisis regresi karakter morfometrik Anadara pilula (a) regresi panjang cangkang-tebal cangkang (b) regresi panjang cangkangtinggi cangkang . Labuan, Cirebon, Rembang, Gresik
Berbeda dengan regresi panjang cangkang-tebal cangkang, hasil analisis garis regresi panjang cangkang-tinggi cangkang dari keempat lokasi memperlihatkan garis yang cenderung sejajar mengindikasikan tidak adanya perbedaan nilai slope pada keempat regresi. Hal ini menunjukkan adanya laju pertumbuhan tinggi cangkang yang sama antar lokasi. Uji ANCOVA dilakukan untuk melihat perbedaan laju pertumbuuhan dan ukuran A. pilula dari keempat lokasi. Berdasarkan uji ANCOVA diketahui bahwa terdapat perbedaan slope dan intercept pada beberapa populasi. Perbedaan slope mengindikasikan adanya perbedaan laju pertumbuhan relatif A. pilula, sedangkan perbedaan intercept menunjukkan adanya perbedaan ukuran morfometrik cangkang pada panjang cangkang yang sama. Contoh hasil tabel sidik ragam uji ANCOVA dari regresi panjang cangkang-tebal cangkang disajikan pada Lampiran 6 dan 7. Analisis klaster Analisis klaster dibangun berdasarkan matriks jarak dari karakter morfometrik (Tabel 8). Berdasarkan matriks jarak tersebut diketahui bahwa jarak terjauh dimiliki oleh populasi A. pilula yang berasal dari Rembang dan Gresik, sedangkan jarak terdekat dimiliki oleh populasi Labuan dan Rembang. Konstruksi dendrogram memperlihatkan bahwa populasi A. pilula yang berasal dari Pesisir Labuan membentuk kelompok dengan populasi Rembang, sedangkan populasi A. pilula dari Cirebon membentuk kelompok dengan populasi A. pilula Gresik (Gambar 10).
17 Tabel 7 Matriks jarak berdasarkan karakter morfometrik Anadara pilula antara keempat wilayah (Labuan, Cirebon, Rembang, Gresik) Lokasi Labuan Cirebon Rembang Gresik
Labuan 0 1.574 1.205 2.780
Cirebon 1.574 0 1.989 1.561
Rembang 1.205 1.989 0 3.204
Gresik 2.780 1.561 3.204 0
Labuan Rembang Cirebon Gresik 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Gambar 9 Dendogram populasi Anadara pilula dari empat wilayah (Labuan, Cirebon, Rembang, Gresik) berdasarkan karakter morfometrik Analisis diskriminan Analisis diskriminan yang dilakukan menunjukkan bahwa keempat populasi tidak terpisah secara sempurna (Gambar 9). Populasi A. pilula dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik masing-masing terklasifikasikan secara tepat sebesar 63.0%, 55.7%, 78.3%, dan 64.4% (Tabel 7). Total persentase klasifikasi pada keseluruhan wilayah adalah sebesar 63.2%. Berdasarkan analisis diskriminan diketahui terdapat tujuh variabel yang berpengaruh terhadap pengelompokkan populasi A. pilula, yaitu rasio tebal cangkang (L/P), panjang ligamen (PL/P), tinggi cangkang kanan (TA/P), tinggi cangkang kiri (TI/P), tinggi umbo cangkang kanan (TUA/P), tinggi umbo cangkang kiri (TUI/P), simetri cangkang kanan (SA/P), dan simetri cangkang kiri (SI/P) (Lampiran 10). Tabel 8 Hasil klasifikasi populasi Anadara pilula di masing-masing populasi berdasarkan analisis diskriminan Lokasi Kelompok observasi
Labuan Cirebon Rembang Gresik
Labuan 63.0 14.2 18.3 4.3
Cirebon 9.0 55.7 14.4 17.4
Kelompok prediksi (%) Rembang Gresik 23.0 5.0 10.4 19.8 64.4 2.9 0 78.3
Total 100 100 100 100
Berdasarkan analisis diskriminan juga diketahui bahwa adanya sharing component dari masing-masing populasi dengan populasi lainnya akibat kesalahan klasifikasi. Adanya sharing component ini diakibatkan oleh kesamaan karakter
18 morfometrik pada individu-individu A. pilula di antara keempat populasi. Hasil analisis menunjukkan adanya sharing component antar populasi, kecuali pada populasi Rembang dan Gresik.
Gambar 10 Plot sebaran morfometrik Anadara pilula dari Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik berdasarkan analisis diskriminan Analisis peta arus di Laut Jawa Analisis plot arus di Laut Jawa berdasarkan data NOAA memperlihatkan kecepatan dan arah arus di antara keempat lokasi yang dapat mengindikasikan ada atau tidak adanya konektivitas antar lokasi akibat sebaran larva A. pilula yang terbawa oleh arus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Analisis plot arus dibuat berdasarkan data arus pada tahun 2014. Masa dispersal larva bivalvia jenis cockle pada umumnya memiliki periode sekitar 30 hari (Dare et al. 2004). Pada periode ini, larva kerang yang berada dalam fase meroplankton akan terbawa arus dan tersebar ke wilayah lainnya, sehingga memungkinkan adanya konektivitas antara satu lokasi dengan lokasi yang lain. Setelah melewati stadia meroplankton, bivalvia akan memasuki masa settlement dan pada umumnya menjadi sesil di substrat, sehingga sangat sulit terjadi penyebaran individu antar lokasi pada fase ini. Meskipun besar kemungkinan terjadinya sebaran larva bivalvia pada stadia meroplankton, keberadaan barrier lingkungan seperti bentukan geografis (teluk, tanjung, palung, pulau-pulau kecil), serta stratifikasi densitas air dapat menghambat penyebaran larva cockle. Selain itu, menurut Shanks (2009), sebaran larva pelagis jauh lebih pendek dibandingkan partikel pasif akibat adanya perilaku larva. Larva Mya arenaria yang memiliki masa dispersal 10-30 hari hanya mampu tersebar sejauh 35 km (Zolotarev 1996).
19 Jarak keempat wilayah (Labuan, Cirebon, Rembang, Gresik) yang cukup jauh (lebih dari 200 km) dengan kecepatan rata-rata arus di Laut Jawa yang relatif lemah (hanya sekitar 0.4 m/s) dan banyaknya barrier lingkungan menyebabkan konektivitas larva A. pilula antar lokasi menjadi sangat sulit. Oleh karena itu, diduga empat populasi A. pilula di masing-masing wilayah (Labuan, Cirebon, Rembang, Gresik) merupakan unit stok yang berbeda.
Gambar 11 Peta sebaran arus tahun 2014 di Laut Jawa
Pembahasan Keragaman morfometrik A.pilula intra dan interpopulasi Secara deskriptif keragaman morfometrik intra dan interpopulasi digambarkan melalui nilai koefisien keragaman (KK). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, nilai koefisien keragaman terendah dan tertinggi pada populasi Labuan masing-masing diperoleh dari karakter tinggi cangkang kanan dan tinggi umbo cangkang kanan dengan nilai sebesar 2.85% dan 10.19%. Koefisien keragaman terendah dan tertinggi dari populasi A. pilula di Pesisir Cirebon dan Gresik ditemukan pada karakter tinggi cangkang kiri dan tinggi umbo kanan. Nilai koefisien keragaman untuk tinggi cangkang kiri untuk populasi A. pilula di Labuan dan Gresik berturut-turut adalah 3.01% dan 2.86%, sedangkan nilai koefisien keragaman untuk karakter tinggi umbo kanan di wilayah Labuan dan Gresik, masing-masing adalah 10.78% dan 11.22%. Hal yang sedikit berbeda ditemukan pada populasi A. pilula di Rembang dengan nilai koefisien keragaman terendah ditemukan pada karakter tinggi cangkang kanan dan nilai koefisien keragaman tertinggi ditemukan pada karakter tinggi umbo kiri, dengan nilai masing-masing 2.81% dan 9.73%. Karakter-karakter yang memiliki nilai koefisien keragaman intrapopulasi tinggi menggambarkan tingginya keragaman karakter tersebut sehingga menjadi kurang cocok sebagai penciri fenotip populasi. Karakter morfometrik yang
20 memiliki nilai koefisien keragaman rendah menggambarkan konsistensi ukurannya, sehingga diindikasikan mampu menjadi penciri fenotip populasi, meskipun harus dipastikan lebih lanjut untuk melihat ada atau tidak adanya perbedaan interpopulasi yang signifikan terhadap karakter tersebut. Uji MANOVA satu arah dan uji lanjut Games-Howell yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat enam karakter yang berbeda secara signifikan antar populasi, yaitu rasio panjang ligamen (PL/P), tinggi cangkang kiri (TI/P), tinggi cangkang kanan (TA/P), tinggi umbo kanan (TUA/P), simetri cangkang kiri (SI/P), dan simetri cangkang kanan (SA/P) (p<0.05). Karakter rasio panjang ligamen dan rasio tinggi cangkang kiri A. pilula dari populasi Rembang berbeda secara signifikan dengan tiga populasi lainnya, yaitu rasio panjang ligamen dan rasio tinggi cangkang kiri terhadap panjang cangkang pada populasi A. pilula Rembang lebih kecil dibandingkan populasi lainnya. Hal yang sama juga terlihat pada rasio tinggi cangkang kanan terhadap panjang cangkang (TA/P) yang menunjukkan A. pilula di wilayah Rembang memiliki karakter TA/P yang secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan populasi Gresik (p<0.05), namun tidak berbeda nyata dengan dua populasi lainnya (p>0.05). Selain itu, diketahui pula bahwa rasio karakter simetri cangkang kanan terhadap panjang cangkang memiliki perbedaan secara signifikan antar keempat populasi (p<0.05). Jika perbedaan karakter interpopulasi yang diuji dengan MANOVA dikaitkan dengan nilai koefisien keragaman intrapopulasi, maka karakter-karakter dengan nilai koefisien keragaman rendah lebih ideal untuk dijadikan penciri fenotip populasi. Karakter tersebut secara berturut-turut untuk populasi Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik adalah rasio tinggi cangkang kanan (TA/P), rasio tinggi cangkang kiri (TI/P), rasio tinggi cangkang kanan (TA/P), dan rasio tinggi cangkang kiri (TI/P). Meskipun demikian, setelah karakter-karakter tersebut dikaitkan dengan keragaman interpopulasi melalui uji MANOVA dan GamesHowell, diketahui bahwa karakter-karakter tidak dapat menjadi penciri fenotip bagi masing-masing populasi. Hal ini disebabkan karakter tersebut tidak berbeda nyata terhadap tiga populasi lainnya sekaligus, namun hanya berbeda nyata dengan satu atau dua populasi lainnya. Hal ini dapat terlihat salah satunya pada rasio karakter tinggi cangkang kanan (TA/P) pada populasi Rembang yang signifikan lebih kecil dibandingkan populasi Gresik (p<0.05), namun tidak berbeda signifikan terhadap dua populasi lainnya (p>0.05) sehingga penentuan penciri fenotip dari karakter ini menjadi kurang tepat. Berdasarkan uji lanjut Games-Howell, diketahui pula bahwa rasio karakter simetri cangkang kanan (SA/P) berbeda signifikan pada keempat populasi. Meskipun demikian, karakter ini juga beresiko untuk dijadikan penciri fenotip bagi masing-masing populasi karena kisaran nilai SA/P antar populasi sangat dekat dan terdapat nilai-nilai yang tumpang tindih sehingga akan menjadi kurang tepat pula bila dijadikan sebagai penciri populasi. Adanya perbedaan karakter morfometrik A. pilula antar keempat populasi dapat disebabkan oleh faktor lingkungan biotik (Levitan 1988; Preston dan Roberts 2007), lingkungan abiotik (Soares et al. 1999; Mariani et al. 2002; Laudien et al. 2003; Tarnowska et al. 2009), faktor genetik (Benton et al. 1994; Kawecki dan Ebert 2004) serta interaksi antara faktor genetik dan lingkungan (Pigllucci 1996; Soares et al. 1999). Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi morfometrik bivalvia adalah temperatur air (Laudien et al. 2003),
21 salinitas (Eisma 1965), periode pasang surut (De Montaudoin 1996), tipe sedimen (Newell dan Hidu 1982), dan lainnya. Laudien et al. (2003) menyatakan bahwa terdapat perbedaan karakter morfometrik pada kerang Donax serra yang hidup di perairan dengan temperatur berbeda. Kerang yang hidup di perairan yang lebih dingin memiliki bentuk cangkang yang lebih pipih dibandingkan dengan kerang yang hidup di perairan yang lebih hangat. Tarnowska et al. (2009) juga menyatakan bahwa salinitas dapat mempengaruhi morfometrik bivalvia yang ditunjukkan oleh populasi Cerastoderma glaucum yang memiliki ukuran lebih kecil ketika hidup di Laut Baltik yang memiliki salinitas di bawah rata-rata. Hubungan panjang cangkang dan bobot A. pilula Analisis hubungan panjang dan bobot dilakukan terhadap panjang cangkang dengan bobot total serta panjang cangkang dengan bobot daging. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa pola pertumbuhan A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, dan Rembang berdasarkan hubungan panjang cangkang-bobot total adalah isometrik, sedangkan untuk populasi A. pilula Gresik adalah alometrik negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik sebanding dengan pertumbuhan bobotnya, sedangkan pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan bobot untuk populasi Gresik. Satrioajie et al. (2013), yang melakukan studi di Pesisir Tegal juga menemukan bahwa hubungan panjang dan bobot total A. pilula yang hidup di Pesisir Tegal adalah alometrik negatif. Perbedaan pertumbuhan ini dapat disebakan oleh beberapa faktor eksternal seperti kompetisi intraspesies (Jensen 1993), gangguan parasit (Miura dan Chiba 2007), kepadatan populasi (Ivell 1981), dan periode makan (Jensen 1992). Selain itu, pertumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh faktor internal seperti genetik (Meyer dan Manahan 2010). Pola pertumbuhan alometrik negatif pada populasi A. pilula dapat disebabkan oleh adaptasinya terhadap lingkungan. Menurut Gaspar et al. (2002) pertumbuhan alometrik negatif pada bivalvia dapat menjadi salah satu adaptasinya dalam melakukan strategi penggalian substrat dan menghindari terlepasnya bivalvia dari substrat dasar akibat hidrodinamika lokal. Analisis hubungan panjang cangkang terhadap bobot daging memperlihatkan bahwa pola pertumbuhan untuk keempat populasi adalah isometrik, yang diartikan sebagai pertumbuhan panjang cangkang sebanding dengan pertumbuhan bobot daging A. pilula. Secara umum, nilai koefisien determinasi (R2) pada hubungan panjang cangkang-bobot total lebih besar dibandingkan panjang cangkang-bobot daging. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan bobot daging lebih bervariasi dibandingkan bobot total, sehingga panjang cangkang lebih mampu menjelaskan variasi bobot total dibandingkan bobot daging. Berdasarkan uji ANCOVA yang dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan laju pertumbuhan relatif bobot antar populasi, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari laju pertumbuhan bobot total antar keempat populasi. Hal ini ditandai dengan nilai b (slope) yang paralel (p>0.05). Pertumbuhan bobot daging yang sama antar lokasi, kecuali antara populasi A. pilula di Labuan dan Rembang (p<0.05). Perbedaan laju pertumbuhan relatif
22 daging dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan makanan di alam antar kedua lokasi. Hubungan panjang cangkang dengan karakter morfometrik lainnya pada A. pilula Hubungan panjang cangkang dengan karakter morfometrik lainnya, yaitu tebal cangkang dan tinggi cangkang kiri memperlihatkan bahwa pola pertumbuhan A. pilula adalah alometrik negatif. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang cangkang lebih dominan dibandingkan pertumbuhan tebal dan tinggi cangkang. Satrioajie et al. (2013) yang telah melakukan penelitian mengenai morfometrik A. pilula di Pesisir Tegal menemukan bahwa hubungan panjang cangkang dengan tebal cangkang serta hubungan panjang cangkang dengan tinggi cangkang adalah alometrik negatif, dengan nilai slope masingmasing adalah 0.912 dan 0.842. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan studi ini yang dilakukan pada empat populasi A. pilula yang menunjukkan pertumbuhan panjang cangkang lebih dominan dibandingkan tebal cangkang dan tinggi cangkang. Berdasarkan uji ANCOVA dari regresi panjang cangkang terhadap tebal cangkang memperlihatkan bahwa populasi A. pilula di Labuan dan Cirebon serta Labuan dan Gresik memiliki pertumbuhan tebal cangkang yang sama (p>0.05). namun populasi A. pilula di Labuan dan Gresik memiliki ukuran tebal cangkang yang berbeda pada panjang cangkang yang sama (p<0.05), sedangkan populasi A. pilula di Labuan dan Cirebon memiliki ukuran tebal cangkang yang sama pada panjang cangkang yang sama. Hal yang berbeda terjadi salah satunya antara populasi A. pilula di Cirebon dan Gresik yang memiliki pertumbuhan tebal cangkang yang berbeda (p<0.05). Populasi di Gresik cenderung memiliki pertumbuhan tebal cangkang yang lebih lambat dibandingkan populasi Cirebon. Hal ini ditandai oleh nilai slope yang lebih rendah pada populasi A. pilula Gresik. Populasi A. pilula Rembang merupakan populasi dengan laju pertumbuhan tebal cangkang yang paling besar dibandingkan dengan ketiga populasi lainnya (p<0.05). Uji ANCOVA dari regresi panjang cangkang terhadap tinggi cangkang kiri memperlihatkan bahwa populasi A. pilula di Cirebon dan Labuan memiliki pertumbuhan tinggi cangkang dan ukuran tinggi cangkang yang tidak berbeda (p>0.05). Hal yang berbeda terjadi pada perbandingan populasi lainnya yang memiliki laju pertumbuhan tinggi cangkang yang relatif sama (p>0.05), namun memiliki ukuran tinggi cangkang yang berbeda pada panjang cangkang yang sama (p<0.05). Secara deskriptif, dapat diketahui bahwa pada panjang cangkang yang sama, tinggi cangkang kiri A. pilula dari yang terkecil dan terbesar secara berurutan dimiliki oleh populasi Rembang, Labuan, Cirebon, dan Gresik. Berdasarkan Gambar 8a, terlihat bahwa terdapat titik potong pada regresi hubungan panjang cangkang-tebal cangkang antar populasi A. pilula yang berasal dari wilayah Cirebon dan Gresik, Labuan dan Rembang, Cirebon dan Rembang, serta Gresik dan Rembang. Titik potong ini terjadi akibat adanya perbedaan laju pertumbuhan tebal cangkang antar populasi. Titik potong antara populasi A. pilula Gresik dan Cirebon terjadi pada saat panjang cangkang mencapai 24.36 mm. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum mencapai panjang cangkang 24.36 mm, populasi A. pilula dari Gresik akan memiliki tebal cangkang yang lebih besar dibandingkan
23 populasi A. pilula Cirebon, namun setelah melewati panjang 24.36 mm, populasi A. pilula dari Cirebon akan memiliki tebal cangkang yang lebih besar dibandingkan A. pilula Gresik pada panjang cangkang yang sama. Secara singkat dapat dikatakan bahwa populasi A. pilula Gresik memiliki bentuk lebih membulat daripada populasi A. pilula Cirebon sebelum mencapai panjang cangkang 24.36 mm. Titik potong antara populasi A. pilula yang berasal dari Pesisir Labuan dan Rembang terjadi pada saaat panjang cangkang mencapai 20.86 mm. Hal ini menunjukkan bahwa tebal cangkang A. pilula di Pesisir Rembang lebih rendah dibandingkan populasi A. pilula di Pesisir Labuan sebelum mencapai panjang cangkang 20.86 mm. Setelah melewati panjang cangkang 20.86 mm, bentuk cangkang A. pilula di Pesisir Rembang akan lebih membulat dibandingkan populasi Labuan akibat pertumbuhan tebal cangkangnya yang cepat. Populasi A. pilula di Pesisir Cirebon dan Rembang juga memiliki laju pertumbuhan tebal cangkang yang berbeda, sehingga titik potong ditemukan pada saat panjang cangkang mencapai 21.21 mm. Sebelum mencapai panjang ini, bentuk cangkang A. pilula di Pesisir Cirebon akan lebih membulat dibandingkan populasi A. pilula yang berasal dari Rembang karena tebal cangkang yang lebih tinggi pada populasi Cirebon. Perbedaan laju pertumbuhan relatif tebal cangkang juga terjadi antara populasi Gresik dan Rembang. Titik potong ini terjadi pada saat panjang cangkang mencapai 23.25 mm. Setelah mencapai panjang tersebut, populasi A. pilula Rembang yang awalnya memiliki tebal cangkang yang lebih rendah dari populasi A. pilula Gresik akan berbalik memiliki ukuran tebal cangkang yang lebih besar dibandingkan populasi Gresik pada panjang cangkang yang sama. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa perbedaan laju pertumbuhan dan bentuk cangkang pada bivalvia dapat dipengaruhi oleh lamanya periode pasang surut (Griffiths 1981; De Montaudoin 1996), kepadatan populasi yang berhubungan dengan kompetisi intrapopuasi (Jensen 1993), perbedaan salinitas (Tarnowska et al. 2009; Mariani et al. 2002), serta perbedaan tipe sedimen (Newell dan Hidu 1982). De Montaudoin (1996) menyatakan bahwa lamanya periode pasang surut berhubungan dengan periode makan bivalvia Cerastoderma edule yang hidup di daerah intertidal. Periode air pasang merupakan periode yang digunakan oleh bivalvia sebagai periode mencari makan karena saat pasang wilayah intertidal akan terlingkupi massa air yang lebih banyak sehingga populasi bivalvia yang hidup di intertidal akan terendam dengan sepenuhnya. Selain itu air pasang ini juga membawa massa air yang mengandung banyak makanan seperti fitoplankton maupun suspensi bahan organik. Newell dan Hidu (1982) menyatakan bahwa bentuk cangkang bivalvia (Mya arenaria L) sangat dipengaruhi oleh tipe substrat tempat hidupnya. Kerang Mya arenaria L yang dibiarkan hidup dengan menggantungnya di jaring dan kerang yang hidup pada substrat kerikil diketahui memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan Mya arenaria L yang hidup di substrat pasir dan lumpur. Kerang yang tumbuh di substrat pasir pun memiliki morfometrik yang berbeda dibandingkan dengan kerang yang hidup di substrat lumpur. Kerang Mya arenaria L yang hidup di substrat pasir lebih memanjang dan sempit bila dibandingkan dengan populasi yang hidup di substrat lumpur.
24 Dendrogram dan analisis diskriminan karakter morfometrik Analisis klaster yang dibangun berdasarkan matriks jarak akar kuadrat jarak Mahalanobis antar populasi menunjukkan jarak terdekat dimiliki oleh populasi Labuan dan Rembang dengan jarak sebesar 1.205 dan jarak terjauh dimiliki oleh populasi Rembang dan Gresik dengan jarak sebesar 3.204. Hasil dendrogram yang terbentuk pun menunjukkan bahwa terbentuk dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang terdiri dari populasi Labuan dan Rembang serta kelompok kedua yang terdiri dari populasi Cirebon dan Gresik. Hal ini mengindikasikan bahwa karakter morfometrik populasi A. pilula di Labuan memiliki kemiripan dengan populasi A. pilula Rembang. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh populasi A. pilula di Cirebon yang memiliki kemiripan karakter morfometrik dengan populasi A. pilula di Gresik. Berdasarkan analisis diskriminan yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat empat pusat sebaran (centroid) yang terbentuk untuk masing-masing populasi. Meskipun demikian, berdasarkan karakter morfometriknya individuindividu tidak dapat terpisah dan terklasifikasikan secara sempurna. Hal ini terlihat pada sebaran masing-masing populasi yang masih tumpang tindih. Adanya sebaran yang tumpang tindih menandakan kemiripan karakter morfometrik dari A. pilula antar lokasi. Analisis sharing component memperlihatkan bahwa 63% populasi A. pilula dari Pesisir Labuan terklasifikasi secara tepat, namun sebesar 23% terklasifikasi sebagai populasi Rembang. A. pilula dari populasi Rembang pun hanya terklasifikasi secara tepat sebesar 64.4% dan sebagian populasinya terklasifikasi ke dalam populasi Labuan sebesar 18.3%. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh populasi Cirebon dan Gresik yang menunjukkan bahwa 19.8% populasi A. pilula Cirebon salah terklasifikasi sebagai populasi Gresik, dan 17.4% populasi A. pilula Gresik salah terklasifikasi sebagai populasi Cirebon. Analisis diskriminan menunjukkan hasil yang serupa dengan analisis klaster, yaitu terdapat kemiripan karakter morfometrik antara populasi Labuan dan Rembang serta antara populasi Cirebon dan Gresik. Kemiripan karakter morfometrik A. pilula antar populasi menyebabkan terjadinya sharing component yang cukup besar. Berdasarkan analsis sharing component juga diketahui bahwa tidak terdapat tumpang tindih antara populasi Rembang dan Gresik yang terlihat dari nilai sharing component sebesar 0%. Hal ini mengindikasikan karakter morfometrik A. pilula di Pesisir Rembang berbeda dengan populasi A. pilula di Gresik. Analisis diskriminan dan analisis klaster berdasarkan karakter morfometrik pada keempat lokasi menunjukkan bahwa kemiripan karakter morfometrik dan pembentukan kelompok tidak mengikuti pola geografi yang ada. Hal ini disebabkan karakter morfometrik bivalvia mudah berubah akibat variasi lingkungan lokal tempat hidupnya. Hal yang sama juga dibuktikan oleh Krakau (2008) yang melakukan penelitian keragaman morfometrik bivalvia Cerastoderma edule di Pesisir Atlantik Eropa berdasarkan pola biogeografi. Krakau (2008) juga membuktikan bahwa tidak terdapat pola biogeografi pada cangkang C. edule. Hal ini diakibatkan karakter morfometrik kerang lebih dipengaruhi oleh variasi lingkungan lokal, seperti suhu (Laudien et al. 2003), salinitas (Eisma 1965), tipe sedimen (Newell dan Hidu 1982), predator (Dalziel dan Boulding 2005), periode pasang surut (De Montaudoin 1996), dan faktor lainnya.
25 Pengelolaan sumber daya A. pilula di pesisir Pulau Jawa Kajian keragaman morfometrik diperlukan dalam bidang pengelolaan sumber daya perikanan untuk mengetahui adanya penciri fenotip dari suatu stok sumber daya. Penelitian ini belum berhasil menemukan fenotip penciri dari masing-masing populasi A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik. Meskipun demikian, informasi keragaman morfometrik yang dikaitkan dengan plot arus dapat mengindikasikan bahwa keempat populasi merupakan empat unit stok yang berbeda. Berdasarkan plot arus yang dibuat, penyebaran dan konektiitas larva A. pilula antar keempat lokasi sulit terjadi akibat adanya barrier lingkungan dan jarak yang jauh antar lokasi. Menurut De Montaudoin (1996), jika antar populasi tidak dimungkinkan terjadinya pertukaran genotipe, maka keragaman morfometrik cenderung dipengaruhi oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan lokal. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diindikasikan bahwa keempat populasi A. pilula merupakan unit stok yang berbeda, sehingga di dalam pengelolaannya diperlukan manajemen yang berbeda pula. Hal ini dilakukan karena setiap unit stok memiliki karakteristik biologinya sendiri, sehingga pengelolaannya tidak dapat digabungkan dengan unit stok yang lain. Pengelolaan A. pilula perlu dilakukan di pesisir Pulau Jawa karena kerang ini merupakan kerang ekonomis yang dimanfaatkan masyarakat serta tingkat eksploitasinya yang terus meningkat. Hal ini dapat terindikasikan melalui ukuran panjang cangkang maksimum yang tertangkap dari keempat lokasi tidak mencapai ukuran 40 mm (Poutiers 1998; Satrioajie et al. 2013).
26
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Terdapat enam karakter morfometrik yang memiliki perbedaan signifikan antar keempat lokasi (Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik), yaitu panjang ligamen, tinggi cangkang kanan, tinggi cangkang kiri, tinggi umbo cangkang kanan, simetri cangkang kanan dan simetri cangkang kiri. Belum ditemukan penciri fenotip untuk masing-masing populasi pada penelitian ini. Analisis morfometrik dan plot arus mengindikasikan bahwa populasi A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik adalah unit stok yang berbeda sehingga pengelolaannya harus dipisahkan.
Saran Studi mengenai karakteristik habitat A. pilula di Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik perlu dilakukan untuk mengetahui variasi lingkungan yang berpengaruh terhadap keragaman morfometrik cangkang A. pilula di masingmasing populasi. Selain itu, data keragaman morfometrik A. pilula di lokasi Pesisir Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik sebaiknya dilengkapi dengan data keragaman genetik untuk memastikan konektivitas antar lokasi.
27
DAFTAR PUSTAKA Afiati. 2007. Hermaphroditism in Anadara granosa (L.) and Anadara antiquata (L.) (bivalvia: Arcidae) from Central Java. Journal of Coastal Development. 10(3):171-179. Akhrianti I, Bengen DG, Setyobudiandi I. 2014. Distribusi spasial dan preferensi habitat bivalvia di pesisir perairan Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6(1):171-185. Akmal AT. 2013. Perbedaan jarak antar gigi pada alat tangkap garuk terhadap hasil tangkapan kerang gelatik (Anadara pilula) di perairan Blanakan, Subang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Benton MJ, Diamond SA, Guttman SI. 1994. A genetic and morphometric comparison of Helisoma trivolvis and Gambusia holbrooki from clean and contaminated habitats. Ecotoxicology and Environmental Safety. 29:20-37. Broom MJ. 1982. Size-selection, consumption rates and growth of the gastropods Natica maculosa (Lamarck) and Thais carinifera (Lamarck) preying on the bivalve Anadara granosa (L.). Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 56:213-233. Butet NA. 2013. Plastisitas fenotip kerang darah Anadara granosa L. dalam merespon pencemaran lingkungan: studi kasus di perairan Pesisir Banten. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cadrin SX. 2000. Advances in morphometric identification of fishery stocks. Rev. Fish Biol. Fish. 10:91-112. Cypraeidae). Journal of Molluscan Studies.72:31-38. Cadrin SX, Friedland KD. 2005. Morphometric Outlines. Di dalam: S. X. Cadrin Friedland KD, Waldmann JR, editor. Stock identification methods: applications in fishery science. London (UK): Elsevier Academic Press. Hlm 173-183. Cheung MS, Wang WX. 2008. Analyzing biomagnification of metals in different marine food webs using nitrogen isotopes. Marine Pollution Bulletin. 56:2082-2088. Dalziel B, Boulding EG. 2005. Water-borne cues from a shell-crushing predator induce a more massive shell in experimental populations of an intertidal snail. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 317:25-35. Dare PJ, Bell MC, Walker P, Bannister RCA. 2004. Historical and current status of cockle and mussel stocks in The Wash. The Wash (UK): CEFAS Lowesto. 85hlm. De Montaudouin X. 1996. Factors involved in growth plasticity of cockles Cerastoderma edule (L.), identified by field survey and transplant experiments. Journal of Sea Research. 36:251-265. Dolorosa RG, Dangan-Galon F. 2014. Species richness of bivalves and gastropods in Iwahig River-Estuary, Palawan, the Philippines. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 2:207-215. Eisma D. 1965. Shell characteristics of Cardium edule L. as indicators of salinity. Netherlands Journal of Sea Research 2:493-540. Evseev GA, Lutaenko KA. 1998. Bivalves of the subfamily Anadarinae (Arcidae) from Vietnam. Malacological Review. 7:1-37.
28 Faulkner P. 2010. Morphometric and taphonomic analysis of granular ark (Anadara granosa) dominated shell deposits of Blue Mud Bay, northern Australia. Journal of Archaeological Science. 37:1942-1952. Feng Y, Li Q, Kong L, Zheng X. 2011. COI-based DNA barcoding of Arcoida species (Bivalvia: Pteriomorphia) along the coast of China. Molecular Ecology Resources. 11:435-441. Filgueira R, Labarta U, Fernández-Reiriz M J. 2008. Effect of condition index on allometric relationships of clearance rate in Mytilus galloprovincialis Lamarck, 1819. Revista de Biología Marina y Oceanografía. 43(2): 391-398. Gaspar B, Miguel N, Miguel S, Paulo, Carlos CM. 2002. Shell morphometric relationship of the most common bivalve species (Mollusca:Bivalvia) of the Algarve coast (southern Portugal). Hydrobiologia. 477:73-80. Griffiths RJ. 1981. Population dynamics and growth of the bivalve Choromytilus meridionalis (Kr.) at different tidal levels. Estuarine, Coastal and Shelf Science. 12:101-118. Hossen MF, Hamdan S, Rahman MR. 2014. Cadmium and lead in blood cockle (Anadara granosa) from Asajaya, Sarawak, Malaysia. The Scientific World Journal. 2014: 1-4. Hutomo M, Moosa MK. 2005. Indonesian marine and coastal biodiversity: present status. Indian Journal of Marine Sciences. 34(1):88-97. Irie T. 2006. Geographical variation of shell morphology in Cypraea annulus (Gastropoda: Cypraeidae). Journal of Molluscan Studies. 72:31-38. Ivell R. 1981. A quantitative study of a Cerastoderma-Nephthys community in the Limfjord, Denmark, with special reference to production of Cerastoderma edule. Journal of Molluscan Studies. 47:147-170. Jahangir S, Siddiqui G, Ayub Z. 2014. Temporal variation in the reproductive pattern of blood cockle Anadara antiquata from Pakistan (northern Arabian Sea).Turkish Journal of Zoology. 38:263-272. Jensen KT. 1992. Dynamics and growth of the cockle, Cerastoderma edule, on an inter-tidal mudflat in the Danish Wadden Sea: effects of submersion time and density. Netherlands Journal of Sea Research. 28:335-345. Jensen KT. 1993. Density-dependent growth in cockles (Cerastoderma edule): evidence from interannual comparisons. Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom.73:333-342. Kawecki TJ, Ebert D. 2004. Conceptual issues in local adaptation. Ecological Letters. 7:1225-1241. Krakau M. 2008. Biogeographic patterns of the marine bivalve Cerastoderma edule along European Atlantic coasts. [Disertasi]. Kiel (DE): University of Kiel. Kumar SK, Tamura, Nei M. 1993. MEGA. Molecular Evolutionary Genetics Analysis. Version 3.0 [Internet]. Pennsylvania (US). [diunduh pada Agustus 2015]. Tersedia pada: http://www.megasoftware.net/MEGA-v1.01.pdf Laudien J, Flint NS, Van der Bank FH, Brey T. 2003. Genetic and morphological variation in four populations of the surf clam Donax serra (Roding) from southern African sandy beaches. Biochemical Systematics and Ecology. 31:751-772. Levitan DR. 1988. Density-dependent size regulation and negative growth in the sea urchin Diadema antillarum Philippi. Oecologia. 76:627-629.
29 Li B, Morrison RJ. 2011. Analysis of macrobenthic assemblages of Lake Illawarra, New South Wales, Australia. Transitional Waters Bulletin. 5:85-94. Lozouet P, Plaziat JC. 2008. Mangrove Environments and Molluscs: Abatan River, Bohol and Panglao Islands, Central Philippines. Hackenheim (DE): ConchBooks. Lutaenko KA. 2011. Status of The Knowledge of The Indo-Pacific Anadarinae (Mollusca: Bivalvia). Di dalam: Lutaenko, editor. Proceedings of the Workshop Coastal Marine Biodiversity and Bioresources of Vietnam And Adjacent Areas to The South China Sea; 2011 November 24-25; Nha Trang, Vietnam (VN): Asia-Pacific Network for Global Change Research. hlm 95101. Mariani S, Piccari F, De Matthaeis E. 2002 Shell morphometry in Cerastoderma spp.(Bivalvia: Cardiidae) and its significance for adaptation to tidal and non-tidal coastal habitats. Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom 82:483-490. Meyer E, Manahan DT. 2010. Gene expression profiling of genetically determined growth variation in bivalve larvae (Crassostrea gigas). Journal of Experimental Biology. 213:749-758. Miura O, Chiba S. 2007. Effects of trematode double infection on the shell size and distribution of snail hosts. Parasitology International. 56:19-22. Mudjiono, Kastoro WW. 1997. Density, biomass and distribution of cockle, Potiarca pilula (Reeve, 1844) in The Bay of Miskam, West Java. Indonesia. Phuket Marine Biological Center Special Publication. 17(1):193-197. Mzighani S. 2005. Fecundity and population structure of cockles, Anadara antiquata L. 1758 (Bivalvia: Arcidae) from a sandy/muddy beach near Dar es Salaam, Tanzania. Western Indian Ocean Journal Marine Science. 4(1):77–84. Newell CR, Hidu H. 1982. The effects of sediment type on growth rate and shell allometry in the soft shelled clam Mya arenaria L. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology.65:285-295. [NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2015. Ocean surface current analysis-real time. [diacu 18 Agustus 2015]. Tersedia dari: http://www.oscar.noaa.gov/. Okera W. 1976. Observations on some population parameters of exploited stocks of Senilia senilis (= Arca senilis) in Sierra Leone. Marine Biologi. 38:217229. Pigllucci M. 1996. How organisms respond to environmental changes: from phenotypes to molecules (and vice versa). Trends in Ecology and Evolution 11:168-173. Poutiers JM. 1998. Bivalves (Acephala, Lamellibranchia, Pelecypoda). Di dalam: Carpenter KE dan Niem V H. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. Volume 1. Seaweeds, Corals, Bivalves, and Gastropods. Rome, Italia. Rome (IT): FAO. hlm 123-362. Preston SJ, Roberts D. 2007. Variation in shell morphology of Calliostoma zizyphinum (Gastropoda: Trochidae). Journal of Molluscan Studies. 73:101– 104.
30 Ricker WE. 1973. Linear regression in fisheries research. Journal of the Fisheries Research Board of Canada. 30: 409-434. Sanpanich K. 2011. Marine bivalves occurring on the east coast of the Gulf of Thailand. ScienceAsia. 37:195-204. Satrioajie WN, Anggoro S, Irwani. 2013. Karakteristik morfometri dan pertumbuhan kerang bulu Anadara pilula. JurnaI Ilmu Kelautan. 18(2):7983. Shanks AL. 2009. Pelagic larval duration and dispersal distance revisited. Biological Bulletin. 216:373-385. Soares AG, Scapini F. Brown AC, McLachlan A. 1999. Phenotypic plasticity, genetic similarity and evolutionary inertia in changing environments. Journal of Molluscan Studies. 65:136-139. Solem A. 1959. Marine mollusca of the New Hebrides. Pacific Science. 13:253268. Suwanjarat J, Pituksalee C, Thongchai S. 2009. Reproductive cycle of Anadara granosa at Pattani Bay and its relationship with metal concentrations in the sediments. Songklanakarin Journal Science Technology. 31(5):471-479. Tamura K, Dudley J, Nei M, Kumar S. 2011. Mega 5: molecular evolutionary genetics analysis using maximum likelihood, evolutionary distance, and maximum parsimony methods. Journal Molecular Biology and Evolution. 28 (10): 2731–2739. T rnowsk , ołowicz M, Chenuil A, Feral JP. 2009. Comparative studies on the morphometry and physiology of European populations of the lagoon specialist Cerastoderma glaucum (Bivalvia). Oceanologia. 51:437–458. Thomas S. 2013. Allometric relationships of short neck clam Paphia malabarica from Dharmadom estuary, Kerala. Journal of Marine Biological Association of India. 55 (1):50-54. Zolotarev V. 1996. The Black Sea ecosystem changes related to the introduction of new mollusk species. Marine Ecology. 17:227-236.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil uji MANOVA satu arah pada karakter morfometrik Anadara pilula antar lokasi Uji MANOVA
Pengaruh Intersep Pillai's Trace
F
dB dB Eror Hipotesis
Sig.
.99
61146.75
8
345.00
.00
.00
61146.75
8
345.00
.00
Hotelling's Trace
1417.89
61146.75
8
345.00
.00
Roy's Largest Root
1417.89
61146.75
8
345.00
.00
Pillai's Trace
.77
14.93
24
1041.00
.00
Wilks' Lambda
.36
17.68
24
1001.21
.00
Hotelling's Trace
1.45
20.74
24
1031.00
.00
Roy's Largest Root
1.19
51.67
8
347.00
.00
Wilks' Lambda
Lokasi
Nilai
32 Lampiran 2 Hasil uji ANOVA dan uji t dari regresi antara log panjang dan log bobot total dari Anadara pilula di Pesisir Labuan OUTPUT Statistik Regresi R R2 Adjusted R2 Galat baku Obserfasi
0.91 0.82 0.82 0.05 100.00
ANOVA db Regresi Sisa Total
Intersep Slope
1 98 99
Jumlah Kuadrat Fhitung Kuadrat Tengah 1.14 1.14 453.63 0.25 0.00 1.39
Koefisien Galat baku t hitung -3.05 0.17 -18.16 2.71 0.13 21.30
F Signifikan 0.00
p 0.00 0.00
Uji t nilai b terhadap 3 Hipotesis : H0 H1 thit
: b=3 (isometrik) : b≠3 (alometrik)
Tolak H
Tolak H
0
0
Gagal tolak H 0
-2.28
2.25 2.28
=(2.71-3)/0.13 =-2.25 │- . 5 │ 2.25 ttab (0.025;98) = 2.28 Keputusan : thit < ttab , Gagal tolak H0 Kesimpulan : Pola pertumbuhan A. pilula populasi Labuan adalah isometrik (pertumbuhan panjang cangkang sama dengan pertumbuhan bobot total)
33 Lampiran 3 Ringkasan hasil uji ANOVA dan uji t regresi antara log panjang dan log bobot total dari Anadara pilula di Pesisir Cirebon, Rembang, dan Gresik Ringkasan hasil ANOVA Statistik Regresi r R2 Fhit F sig Kesimpulan
Cirebon 0.95 0.91 1083.9 0.00 Log P berpengaruh terhadap logL
Lokasi Rembang Gresik 0.97 0.93 0.95 0.87 1882.96 237.5 0.00 0.00 Log P berpengaruh Log P berpengaruh terhadap logL terhadap logL
Ringkasan hasil uji t Statistik Regresi b Sb tstat ttab Kesimpulan
Cirebon 2.85 0.08 -1.69 2.27 Gagal Tolak H0 (Isometrik)
Lokasi Rembang 2.88 0.06 -1.83 2.27 Gagal Tolak H0 (Isometrik)
Gresik 2.58 0.16 -2.47 2.34 Tolak H0 (Alometrik negatif)
34 Lampiran 4 Hasil uji ANOVA dan uji t dari regresi antara panjang cangkang dengan tebal cangkang total dari Anadara pilula di Pesisir Cirebon OUTPUT Statistik regresi R R2 Adjusted R2
0.93 0.86 0.86
Galat baku Observasi
0.81 106.00
ANOVA Jumlah Kuadrat
db Regresi Sisa Total
1 104 105
408.48 68.22 476.70
Intersep Slope
Koefisien 0.81 0.80
Galat baku 0.69 0.03
Kuadrat Tengah
Fhitung
408.48 0.66
622.70
t hitung 1.18 24.95
p 0.24 0.00
F Signifikan 0.00
Uji t nilai b terhadap 1 Hipotesis : H0 H1
: b=1 (isometrik) : b≠1 (alometrik)
Tolak H
Tolak H
0
0
Gagal tolak H
thit
0
6.39 =(0.80-1)/0.03 =-6.39 │-6. 9 │ 6.39
-2.27
2.27
ttab (0.025;104) = 2.27 Keputusan : thit > ttab , Tolak H0 Kesimpulan : Pola pertumbuhan A. pilula populasi Cirebon adalah alometrik negatif (pertumbuhan panjang cangkang lebih dominan dibandingkan pertumbuhan tebal cangkang)
35 Lampiran 5 Ringkasan hasil uji ANOVA dan uji t dari regresi antara panjang cangkang (P) dengan tebal cangkang (L) dari Anadara pilula di Pesisir Labuan, Rembang, dan Gresik Ringkasan hasil ANOVA Statistik Regresi R R2 Fhit F sig Kesimpulan
Labuan 0.91 0.83 507.69 0.00 P berpengaruh terhadap L
Lokasi Rembang 0.96 0.93 1134.06 0.00 P berpengaruh terhadap L
Gresik 0.85 0.72 115.58 0.00 P berpengaruh terhadap L
Ringkasan hasil uji t Statistik Regresi B Sb tstat ttab Kesimpulan
Lampiran 6
Lokasi Rembang
Labuan 0.76 0.03 -6.99 2.27 Tolak H0 Alometrik
Gresik
0.87 0.02 -5.20 2.27
0.65 0.06 -5.76 2.32 Tolak H0 Alometrik
Tolak H0 Alometrik
Hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Cirebon dan Gresik pada hubungan linier panjang cangkang-tebal cangkang Lokasi Label
Lokasi
2 3
Cirebon Gresik
N 106 46
36 Lampiran 6 (Lanjutan) Uji nilai slope Variabel Dependen:tebal Jumlah kuadrat 504.697a 6.16 2.89 241.31 2.42 90.87 50667.06 595.56
Sumber Model terkoreksi Intersep Lokasi Panjang Lokasi*panjang Eror Total Total terkoreksi
db 3 1 1 1 1 148 152 151
Kuadrat tengah 168.23 6.16 2.89 241.31 2.42 .61
F 274.01 10.03 4.71 393.04 3.94
Sig. 0.00 0.00 0.03 0.00 0.05
Interaksi antara faktor lokasi dan panjang signifikan (p<0.05), sehingga diambil kesimpulan terdapat perbedaan laju pertumbuhan relatif tebal antara A. pilula yang berasal dari Cirebon dan Gresik.
Lampiran 7
lokasi
Hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Cirebon dan Labuan pada hubungan linier panjang cangkang-tebal cangkang
1 2
Lokasi Value Label Labuan Cirebon
N 100 106
Uji nilai slope Variabel Dependen:tebal
Sumber Model terkoreksi Intersep Lokasi Panjang Lokasi*panjang Eror Total Total terkoreksi
Jumlah kuadrat 637.80a 2.76 .23 584.39 .25 111.31 64991.25 749.11
db 3 1 1 1 1 202 206 205
Kuadrat tengah 212.601 2.763 .231 584.397 .259 .551
F 385.79 5.01 .41 1060.46 .47
Sig. .00 .02 .51 .00 .49
37 Lampiran 7 (Lanjutan) Interaksi antara faktor lokasi dan panjang tidak signifikan (p>0.05), sehingga diambil kesimpulan tidak terdapat perbedaan laju pertumbuhan relatif tebal antara A. pilula yang berasal dari Cirebon dan Labuan. Uji nilai intersep Variabel Dependen:tebal Jumlah kuadrat 637.54a 2.51 .06 631.48 111.57 64991.25 749.11
Sumber Model terkoreksi Intersep Lokasi Panjang Eror Total Total terkoreksi
db 2 1 1 1 203 206 205
Kuadrat tengah 318.77 2.51 .06 631.48 .55
F 579.96 4.57 .12 1148.89
Sig. .00 .03 .72 .00
Pengaruh faktor lokasi tidak signifikan (p>0.05), sehingga diambil kesimpulan tidak terdapat perbedaan ukuran tebal cangkang antara A. pilula yang berasal dari Cirebon dan Labuan pada ukuran panjang cangkang yang sama.
Lampiran 8
Ringkasan hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik pada hubungan linier panjang cangkang-tebal cangkang Uji nilai slope
Lokasi Cirebon
Rembang
Gresik
b Fhit Sig. b Fhit Sig. b Fhit Sig.
Labuan 0.76 vs 0.80 0.47 0.49 0.76 vs 0.87 6.72 0.01 0.76 vs 0.65 2.78 0.09
Cirebon
Rembang
0.80 vs 0.87 3.91 0.05 0.80 vs 0.65 3.93 0.05
0.87 vs 0.65 10.96 0.00
* nilai sig.≤ 0.05, disimpulkan terdapat perbedaan laju pertumbuhan relatif tebal cangkang antar wilayah
38 Lampiran 8 (Lanjutan) Uji nilai intersep antar lokasi Lokasi Cirebon
Gresik
Labuan 1.47 vs 0.81 0.12 0.73 1.47 vs 4.33 10.03 0.00
a Fhit Sig. a Fhit Sig.
*nilai sig.≤ 0.05, disimpulkan terdapat perbedaan ukuran tebal cangkang pada panjang cangkang yang sama antar wilayah
Lampiran 9
Ringkasan hasil uji ANCOVA antara populasi Anadara pilula Labuan, Cirebon, Rembang, dan Gresik pada hubungan linier panjang cangkang-tinggi cangkang Uji nilai slope
Lokasi Cirebon
Rembang
Gresik
b Fhit Sig. b Fhit Sig. b Fhit Sig.
Labuan 0.84 vs 0.84 0.01 0.93* 0.84 vs 0.88 1.45 0.23* 0.84 vs 0.82 0.10 0.75*
Cirebon
Rembang
0.84 vs 0.88 1.71 0.19* 0.84 vs 0.82 0.01 0.93*
0.88 vs 0.82 1.32 0.25*
* nilai sig. ≥ 0.05, disimpulkan tidak terdapat perbedaan laju pertumbuhan relatif tinggi cangkang antar wilayah
Uji nilai intersep antar lokasi Lokasi Cirebon
Rembang
Gresik
a Fhit Sig. a Fhit Sig. a Fhit Sig.
Labuan 2.27 vs 2.31 1.98 0.16 2.27 vs 1.15 7.37 0.01* 2.27 vs 2.92 5.72 0.02*
Cirebon
Rembang
2.31 vs 1.15 15.73 0.00* 2.31 vs 2.92 85.51 0.00*
1.15 vs 2.92 17.08 0.00*
*nilai sig.≤ 0.05, disimpulkan terdapat perbedaan ukuran tinggi cangkang pada panjang cangkang yang sama antar wilayah
39 Lampiran 10 Output analisis diskriminan Uji nilai tengah grup Wilks' Lambda
F
df1
df2
Sig.
L/P
0.98
1.70
3
352
0.16
PL/P
0.89
14.72
3
352
0.00
TI/P
0.94
7.74
3
352
0.00
TA/P
0.96
4.52
3
352
0.00
TUI/P
0.99
1.45
3
352
0.22
TUA/P
0.95
6.59
3
352
0.00
SI/P
0.73
42.55
3
352
0.00
SA/P
0.79
32.03
3
352
0.00
Hasil uji Box M Box's M F
.
Approx.
134.737 1.54
df1
84
df2
118667.98
Sig.
.001
40 Lampiran 10 (Lanjutan) Variabel yang dianalisis Step 1 2
3
4
5
6
7
SI/P SI/P TI/P SI/P TI/P TUA/P SI/P TI/P TUA/P SA/P SI/P TI/P TUA/P SA/P PL/P SI/P TI/P TUA/P SA/P PL/P L/P SI/P TI/P TUA/P SA/P PL/P L/P TA/P
Tolerance
F to Remove
Wilks' Lambda
1 0.76 0.76 0.61 0.76 0.72 0.44 0.75 0.44 0.31 0.44 0.73 0.44 0.31 0.90 0.44 0.52 0.38 0.30 0.89 0.34 0.33 0.19 0.33 0.28 0.89 0.34 0.17
42.55 72.53 31.27 87.27 27.62 19.97 15.94 23.71 32.10 14.60 17.11 14.92 31.43 13.72 11.17 17.17 9.14 23.29 14.83 10.95 7.43 20.32 12.24 27.71 10.61 10.69 6.70 5.12
0.94 0.73 0.86 0.61 0.58 0.50 0.53 0.56 0.49 0.46 0.45 0.51 0.45 0.44 0.43 0.41 0.45 0.43 0.41 0.40 0.42 0.40 0.45 0.39 0.39 0.38 0.38
41 Lampiran 10 (Lanjutan) Koefisien fungsi kanonikal diskriminan Function 1
2
3
L/P
8.57
-2.01
-35.92
PL/P
8.87
20.30
6.68
TI/P
27.59
7.67
55.23
TA/P
-18.20
8.18
-43.91
51.03
-64.99
60.96
SI/P
-40.65
7.28
-11.68
SA/P
-34.83
9.58
20.55
-8.24
-22.69
.59
TUA/P
(Constant)
Grup centroid Function lokasi
1
2
3
Labuan
-.59
.59
-.11
Cirebon
.76
-.01
.38
Gresik
2.04
-.19
-.48
-1.11
-.47
-.06
Rembang
42
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yuyun Qonita lahir di Arso 28 Juni 1992, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari ibu bernama Romelah dan ayah bernama Sumbono. Penulis mulai mengikuti pendidikan SMA di SMAN 1 Sentani dan lulus pada tahun 2010. Penulis lulus seleksi menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 sebagai mahasiswa Departemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa program magister pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2014. Kegiatan di luar akademik, penulis aktif dalam organisasi Forum for Scientific Studies (FORCES) IPB tahun 2010-2011 sebagai anggota Departemen Community Development, Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) IPB tahun 20112012 sebagai Sekretaris Umum II, HIMASPER tahun 2012-2013 sebagai sekretaris Umum I. Kegiatan akademik di luar perkuliahan yang pernah dilakukan oleh penulis adalah menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika dan asisten Ekologi Perairan tahun 2012-2013, asisten mata kuliah Kualitas Air tahun 2013-2014, asisten mata kuliah Dasar-dasar Biologi Populasi tahun 2013-2014 dan Koordinator asisten mata kuliah Metode Statistika 2013-2014. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan ilmiah seperti First International Symposium on Marine Biotechnology and Ocean Conservation sebagai poster presentator tahun 2014, dan oral presentator dalam miniworkshop Enhancing Marine Biodiversity tahun 2014, serta sebagai oral presentator dalam International Conference on Bioscience (IcoBio) 2015.