KEPRIBADIAN TOKOH “ YOSHIHIDE” DALAM CERITA PENDEK JIGOKU HEN KARYA RYUUNOSUKE AKUTAGAWA (Pendekatan Psikoanalisis)
Oleh : NURDIANA SAHRIRRAHMAN H1F050092
UNIVERSITAS PADJAJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA JATINANGOR AGUSTUS, 2012
KEPRIBADIAN TOKOH “ YOSHIHIDE” DALAM CERITA PENDEK JIGOKU HEN KARYA RYUUNOSUKE AKUTAGAWA Oleh : Nurdiana Sahrirrahman*
ABSTRACT The short story is one of the literary work. A short story has a theme, a moral message and the writing style in itself, according to the propensity and ability of its author. Jigoku Hen tells stories about human selfishness, the desire to create a perfect work, where the main character here is Yoshihide. He was a painter, who at one time required to complete a painting of a curtain of hell. Various kinds of methods are used to obtain the perfection of the painting.
The approach used is the theory of Psychoanalysis by Sigmund Freud and use the description method of analysis. This paper analyzes the main character's own characteristique the Yoshihide. Further research is to analyze the personality of the character Yoshihide internal and external impact.
ABSTRAK Cerpen adalah salah satu karya sastra. Sebuah cerpen memiliki tema, pesan moral dan gaya penulisan tersendiri, sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan pengarangnya. Cerpen Jigoku Hen berkisah tentang keegoisan manusia, dalam keinginannya untuk membuat karya yang sempurna, dimana tokoh utama disini adalah Yoshihide. Ia adalah seorang pelukis, yang pada suatu ketika diminta untuk
*
Merupakan mahasiswa S1 sastra jepang UNPAD yang telah lulus sidang pada tanggal 30 Mei 2012
menyelesaikan sebuah lukisan tirai neraka. Berbagai macam cara untuk mendapatkan kesempurnaan dari lukisan tersebut. Teori yang digunakan adalah Pendekatan Psikoanalisa oleh Sigmund Freud dan menggunakan metode deskripsi analisis. Karya tulis ini menganalisis karaketristik tokoh utamanya itu sendiri yaitu Yoshihide. Penelitian selanjutnya adalah menganalisis kepribadian tokoh Yoshihide yang membawa dampak internal dan eksternal.
Kata Kunci
: Sastra, cerpen, Akutagawa, psikoanalisis, kepribadian, Id-Ego-Super Ego.
PENDAHULUAN Sastra adalah ungkapan pribadi dari seseorang manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan media bahasa. Secara sederhana sastra itu dapat dikatakan sebagai ungkapan rasa estetis dengan memakai bahasa “indah” sebagai alat ekspresinya (L.Tengsoe Tjahjono, 1988: 29). Karya sastra adalah pekerjaan yang menghasilkan kesenian dan dapat menciptakan suatu keindahan, baik dengan lisan, maupun tulisan, yang juga dapat menimbulkan rasa keharuan dan menyentuh perasaan kerohanian seseorang. Selain itu, karya sastra tidak hanya berbentuk benda konkret saja, seperti tulisan, tetapi dapat juga berwujud tuturan (speech) yang telah tersusun dengan rapi dan sistematis. Salah satu jenis karya fiksi adalah cerpen, sebuah cerpen memiliki tema, pesan moral dan gaya penulisan tersendiri, sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan pengarangnya.Salah satu cerpen yang akan penulis teliti adalah jigokuhen atau dalam judul bahasa ingrisnya dikenal dengan hell's screen karya Ryuunosuke Akutagawa. Diceritakan dengan Gaya narasi yang menarik, cerita yang menarik serta tema yang sedikit berbau horror. ISI
Psikologi sastra tidak bermaksud untuk memecahkan masalah-masalah psikologis praktis karena tujuan psikologi sastra adalah memhamai aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Meskipun demikian bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dari kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca (Ratna, 2006:343). Pada umumnya aspek-aspek kemanusiaan merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh-tokoh aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Dalam analisis, pada umumnya yang menjadi tujuan adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga, dan seterusnya. Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut. Mimpi memiliki 2 isi: isi manifes dan isi laten. Isi manifes adalah gambar-gambar yang masih diingat saat bangun, yang muncul dalam pikiran saat berusaha mengingatnya. Isi laten, disebut juga ‘pikiran mimpi’, adalah sesuatu yang tersembunyi. Isi mimpi laten adalah teks asli yang keadaanya yang primitif harus disusun kembali melalui gambar yang sudah diputarbalikkan yang disajikan oleh mimpi manifes. Penafsiran mimpi laten (pekerjaan mimpi) – sastra: 1.
Figurasi Mimpi difigurasikan dalam bentuk gambar.
2.
Kondensasi Menggabungkan beberapa pikiran mimpi
3.
Pemindahan Kebalikan dari kenyataan.
4.
Simbolisasi Dihubungkan melalui hubungan analogis Keempatnya bertujuan untuk menyamarkan hasrat yang tidak bisa
terwujud di alam nyata karena adanya sensor. Ini yang disebut represi. Ini dianalogikan kepada penulis yang terbatas oleh kekangan penguasa terhadap tulisannya (sastra). Dalam figurasi terdapat 1.
Kondensasi. Penulis menggambarkan seorang tokoh dari gabungan
beberapa orang yang pernah ditemuinya. 2.
Pemindahan/peralihan. Penulis menggunakan hal yang berbeda
dengan apa yang dimaksud sebenarnya (substitusi). 3.
Simbolisasi. Menggunakan sebuah penanda untuk hal tertentu
(metafora). Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia (Boeree, 2004, 426). Carl Jung adalah pemikir paling awal memperkenalkan suatu teori karakteristik, dimana sebuah bawaan seseorang yang menentukan berbagai karakteristik yang disebut temperamen. Hans Eysenck adalah ahli psikolog pertama yang memberikan karakteristik sebagai sesuatu yang lebih matematis. Ia membuat suatu perhitungan analisa faktor untuk menemukan faktor apa dalam karakteristik yang sangat berpengaruh, analisis ini disebut EPQ (Eysenck Personality Questionnaire). Kepribadian menurut Yinger adalah keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi. Sedangkan menurut M.A.W Bouwer kepribadian
adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang. Id (Das Es) adalah sistem kepribadian yang asli yang dimana bagian sepenuhnya berada dalam tingkat kesadaran manusia. Id berfungsi untuk mengusahakan segera terlangsungkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan, yang dicurahkan dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Id berisi nafsu-nafsu, energi, insting, libido, dan menjadi penggerak utama tingkah laku manusia. Fungsi Id memiliki prinsip kehidupan yang asli atau yang pertama yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle). Ego (Das Ich) berkembang dari Id, dimana hadir untuk memajukan tujuan-tujuan Id dan bukan untuk mengecewakannya, dan bahwa seluruh dayanya berasal dari Id. Ego (Das Ich) tidak pernah berpisah dari Id dan tidak pernah bebas sama sekali dari Id. Ego (Das Ich) timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Ego (Das Ich) bekerja berdasarkan prinsip kenyataan dan beroperasi dengan proses sekunder. Sistem kepribadian ketiga dan yang terakhir dikembangkan adalah superego. Superego adalah cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian. Superego lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata., dan superego itu menuju ke arah kesempurnaan daripada ke arah kenyataan atau kesenangan. Superego muncul akibat persentuhan dengan manusia lain (aspek sosial). Cerpen Jigokuhen Ringkasan Cerita Yoshihide merupakan seorang pelukis terkenal, bukan hanya karena hasil karyanya yang menakjubkan, juga dikarenakan fisiknya yang jelek, juga karakternya yang mengundang kebencian orang. Pada suatu hari Yoshihide diminta untuk melukis tirai yang memperlihatkan neraka. Setelah menerima
tugas tersebut Yoshihide terobsesi dengan pekerjaannya melukis, dan dikarenakan mengharapkan hasil yang maksimal dan sempurna, sampai sampai Yoshihide melakukan hal hal tidak lazim, sampai pada akhirnya dia meminta untuk disediakan sebuah kereta aristocrat terbakar yang berisikan seorang manita bangsawan. Penokohan Tokoh Utama : Yoshihide Tokoh Tambahan : Tuan Horikawa, anak perempuan Yoshihide, “Aku” Latar Cerita Latar Tempat : Kediaman Tuan Horikawa, studio lukis, yoshihide, Yukige Latar Waktu : sekitar awal musim gugur sampai akhir musim dingin Alur Cerita Alur cerita dalam Cerpen “Jigoku hen” ini adalah alur maju. Sudut Pandang Dalam Cerpen Jigoku hen ini, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama “aku” tokoh tambahan. Tema dan Amanat Tema : Seni untuk Seni Amanat : amanat dari Cerpen “Jigoku hen” Ini antara lain : 1.
Bersungguh sungguh dalam suatu pekerjaan
2.
Kadang untuk mencapai kesempurnaan, pengorbanan dibutuhkan
3.
Ciri khas, dan originalitas hasil karya akan dihargai
4.
Kasih sayang orang tua
5.
Kasih sayang anak terhadap orang tua
6.
Ada kalanya, kita bisa memilih untuk tidak sempurna, dan tidak harus berkorban.
ANALISIS Id Tokoh yoshihide muncul ketika dirinya diminta untuk melukis lukisan mengenai neraka. Id Yoshihide mengharapkan dirinya untuk mendapatkan hasil lukisan yang sempurna. Ego Tokoh Yoshihide muncul saat dia melakukan hal tak terpikirkan kepada muridnya. Demi tercapainya keinginannya untuk menghasilkan lukisan yang sempurna, Yoshihide bisa elakukan hal tak terpikirkan kepada murid muiridnya. Super Ego Tokoh Yoshihide muncul ketika lukisan mengenai neraka itu telah rampung. Terlihatnya Super Ego Yoshihide pada saat Lukisan Tirai neraka telah selesai, Super ego muncul saat Yoshihide menyadari kesalahannya, dan berusaha membayar kesalahannya dengan cara membunuh dirinya sebagai balasan moral dirinya terhadap apa yang telah ia lakukan. Dampak Internal kepribadian Yoshihide •
Dampak dari Id adalah, munculnya determinasi dari yoshihide untuk menghasilkan lukisan yang sempurna
•
Dampak dari Ego adalah, munculnya kekejaman, dan ketidak pedulian terhadap sekitar, saat dia membuat lukisan.
•
Dampak dari Super Ego adalah, munculnya rasa bersalah dalam dirinya, dan akhirnya memutuskan untuk membunuh dirinya.
Dampak external kepribadian yoshihide •
dampak dari Id adalah, masyarakat melihat dirinya yang terobsesi dengan lukisan tirai neraka.
•
dampak dari Ego adalah, para muridnya merasakan penderitaan, dikarenakan hal hal aneh yang dilakukan oleh Yoshihide saat dia melukis tirai neraka.
•
Dampak dari Super ego adalah, saat dia berhasil menyelesaikan lukisannya banyak orang yang mengagumi lukisannya, meskipun tidak akan pernah lagi melihat sosok yoshihide yang telah mati.
KESIMPULAN 1. Yoshihide merupakan tokoh utama yang struktur kepribadiannya
berubah ketika ia kehilangan seorang anak yang sangat di cintainya. Id dalam tokoh utama bermula ketika “Yoshihide”
merasa harus
menciptakan karya yang sempurna saat dia diminta untuk melukis Lukisan Tirai Neraka oleh Tuan horikawa. Proses yang terjadi dalam diri tokoh “Yoshihide” adalah proses primer. Ego dalam diri Yoshihide disini sangat bergejolak tinggi terbukti dari ia melakukan apapun demi kesempurnaannya itu, dimulai dari merantai muridnya, dan memelihara binatang menyeramkan sebagai acuan untuk melukis neraka. Disini ego menjalankan tugasnya yaitu prinsip kenyataan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok. Dalam hal ini objeknya adalah murid muridnya yang diperlakukan tidak lazim, serta menemui Tuan Horikawa untuk menyediakan kereta terbakar sebagai acuan untuk di lukis. Sedangkan fungsi superego yaitu menekan dorongan-dorongan Id, dalam diri tokoh Yoshihide fungsi itu tidak berhasil karena sampai pada saat lukisan itu berakhir, tidak pernah sekalipun Yoshihide, dalam pelampiasan Id nya memperhatikan lingkungan, maupun norma di sekitarnya, Super Ego muncul saat lukisan tersebut selesai, dengan dia membunuh dirinya sendiri, sebagai pembayaan atas keegoisannya saat membiarkan anaknya mati terbakar demi mendapatkan gambaran sempurna dari kereta yang terbakar.
2. Sedangkan dampak yang timbul dari kepribadian Yoshihide dapat
disimpulkan. Dampak internal yang terjadi dari segi Id ialah ia menjadi orang yang kejam, yang mampu melakukan apapun, terasuk merantai muridnya, dan mengumpankan muridnya kepada burung elang, demi mendapatkan gambaran sempurna untuk acuan lukisannya. Dari segi Ego ialah timbul kerendahan diri saat ada hal yang tidak mampu dia sediakan sendiri, akhirnya dia merendahkan dirinya untuk meminta disediakan kereta terbakar berisikan seorang wanita aristocrat, yang tidak dapat ia sediakan sendiri kepada Tuan Horikawa. Dari segi Superego ialah ia yang pada dasarnya mencintai Putrinya, malah rela membiarkan putrinya tersebut terbakar dalam kereta, dan ia hanya memandanginya, merekam semuanya untuk dijadikan acuan dalam melukis, dan kemudian rasa bersalahnya muncul dan akhirnya dia menebusnya dengan mebunuh dirinya. Sedangkan dampak eksternal yang terjadi dari segi Id orang orang bisa melihat bagaimana cara kerja Yoshihide dalam melukis, apa yang membuatnya dapat menghasilkan lukisan yang sempurna, juga dapat terlihat sisi kejam dan tidak berperasaan dari Yoshihide. Dari segi Ego ialah ia memperlihatkan kepada yang lainnya, dibalik kesombongannya, Yoshihide pun ternyata memiliki kekurangan, ketidak mampuan. Dari Super Ego ialah, masyarakat dapat melihat dan menikmati hasil lukisan yang sempurna dari yoshihide, juga pengertian akan rasa bersalah Yoshihide saat dia membunuh dirinya.
DAFTAR SUMBER 1.
Hall, Calvin, S. Pengantar ke Dalam Ilmu Jiwa Sigmund Freud, Penterjemah S. Tasrif.
2.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi.
3.
Tjahjono, Liberatus tengsoe. Sastra Indonesia (Pengantar Teori dan Apresiasi).
4.
Akutagawa, Ryuunosuke. Idol Book for Junior. Tokyo.
5.
Boeree, C.G. Personality Theories. Penterjemah; Inyiak Ridwan Muzir.
6.
Hall, Calvin S., dan Gaarder Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (Klinis).
7.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian.
8.
Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.