KEPEMIMPINAN KELUARGA DALAM AL-QUR'AN (KAJIAN SURAT AL-NISA' [4]: 34) Taufik Rokhman Pemerhati Islam dan Gender
[email protected] Abstract: The rijal word is a symbol of leadership (alqowwam) for nisa'. Rijal top leadership Nisa 'is based on the primacy (al-fadhalah) and financial support (nafaqah). The use of the word rijal and nisa' in this paragraph is semantically not emphasize the biological significance of the reference to sex, but the leadership of a person's character and social function. Semiotic elements in the lexicon rijal, qowwamun and the masculine pronoun hum ( )هﻢdemonstrate leadership character (al-qawwam) is generally more dominant in the self-contained men from the women. It is by no means a necessity leadership of men over women in the family.
Keywords: Rijal, Nisa', Women, Leadership. Abstrak : Rijal kata adalah simbol kepemimpinan (alqowwam) untuk nisa'. Rijal kepemimpinan atas Nisa 'didasarkan pada keutamaan (al-fadhalah) dan dukungan keuangan (nafaqah). Penggunaan kata Rijal dan nisa 'dalam ayat ini semantis tidak menekankan signifikansi biologis referensi seks, tapi kepemimpinan karakter seseorang dan fungsi sosial. Unsur semiotik dalam leksikon Rijal, qowwamun dan maskulin ganti hum ( )هﻢmenunjukkan karakter kepemimpinan (al-qawwa m) umumnya lebih dominan pada laki-laki mandiri dari perempuan. Hal ini tidak berarti kepemimpinan kebutuhan lakilaki atas perempuan dalam keluarga. Kata Kunci: Rijal, Nisa, Perempuan, Kepemimpinan. sebuah ayat al-Qur'an terutama ayat
Pendahuluan Diskursus
kepemimpinan
dalam
berikut:
relasi antara laki-laki dan perempuan perspektif Islam selalu dirujuk pada Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
| 139
"اﻟﺮﺟﺎل ﻗﻮاﻣﻮن ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺴﺎء ﺑﻤﺎ ﻓﻀﻞ اﷲ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ وﺑﻤﺎ اﻥﻔﻘﻮا ﻣﻦ
pertama atas golongan kedua. Pemahaman ini merupakan interpretasi klasik yang masih melihat makna secara tekstual.
"...اﻣﻮاﻟﻬﻢ
Namun studi yang mendalam terhadap
Ayat ini secara literal berarti, “Kaum laki-
ayat ini dapat mengantarkan kepada
laki itu adalah pemimpin bagi kaum
kemungkinan adanya makna konotasi lain
wanita,
dari leksikon yang sama. Analisis tekstual
oleh
karena
Allah
telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
merupakan
atas sebagian yang lain (wanita), dan
sebuah
karena
telah
komprehensif yang tidak hanya melihat
menafkahkan sebagian harta mereka....
bahasa dari satu dimensi. Selanjutnya
(QS. Al-Nisa` [4]: 34).
diperlukan suatu kajian diskursif semiotik
mereka
(laki-laki)
Penerjemahan Alquran secara literal
dan
langkah
pertama
menuju
yang
lebih
penafsiran
hermeunetik
untuk
mendapatkan
merupakan suatu penafsiran tekstual yang
suatu
hanya melihat makna alquran dari satu
relevan dengan konteks saat ini.
bentuk
penafsiran
yang
lebih
sudut pandang yang sempit. Penerjemahan Alquran
menghilangkan
banyak
keistimewaan Alquran yang memiliki kehalusan unsur-unsur semantik yang ditemukan
Aspek sejarah suatu ayat alquran tidak bisa dilepaskan dari asbab an nuzul.
struktur gramatikal, serta kompeleksitas
Asbab an nuzul adalah peristiwa yang
gaya bahasa. Pemilihan leksikon dan
melatar belakangi turunnya ayat Alquran.
struktur bahasa Alquran yang kompleks
Dalam kitab Ahkam al Quran karya Ibnu
ini merupakan paradigma tersendiri bagi
Araby, dijelaskan bahwa ayat ini turun
ahli tafsir dalam membaca dan memahami
disebabkan
Alquran,
mempengaruhi
perempuan yang datang kepada Nabi
pemahaman terhadap doktrin teologi dan
melaporkan suaminya yang menampar
hukum agama (Saeed, 2006 : 112-113).
wajahnya dan dia menginginkan keadilan.
yang
pemilihan
A. Aspek Historis
leksikon,
Ayat
pada
Pembahasan
dapat
ini
membahas
tentang
qawwamah yang sering diartikan sebagai kepemimpinan disebabkan keutamaan
140 |
rijal karena
yang
nisa
yang
kelebihan
atau
atas dimiliki
golongan
oleh
peristiwa
seorang
Nabi mengatakan bahwa dia memiliki qishos
untuk
membalas
pukulan
suaminya. Kemudian turun ayat yang berbunyi
"وﻻ ﺗﻌﺠﻞ ﺑﺎﻟﻘﺮأن ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ان
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
"ﻳﻘﻀﻰ اﻟﻴﻚ وﺣﻴﻪ
(QS. T}aha [20]: 114)
yang membuat Nabi menahan wanita tersebut untuk tidak membalas pukulan suaminya hingga akhirnya turun ayat ini
asbab an nuzul tersebut merupakan gambaran konteks sosial masyarakat Arab ketika ayat ini diturunkan yang dibangun di atas sistem patriarkhi. Hal yang
(Araby, t.t : 530) Dalam kitab Ruh al Ma’ani juga disebutkan bahwa ayat ini turun karena peristiwa seorang pembesar Anshor yang bernama Sa’ad bin Robi’ bin ‘Amru telah menampar istrinya yang bernama Habibah binti Zaid bin Abi Zuhair karena berani malawan suaminya. Dengan ditemani bapaknya
latar belakang turunnya ayat ini. Peristiwa
wanita
tersebut
menemui
Rasulullah untuk melaporkan kejadian tersebut. Nabi memerintahkannya untuk
demikian ini perlu dipahami karena konteks sosial saat itu berbeda dengan saat ini, sedangkan bentuk teks ayat tersebut masih
sama.
Untuk
mendapatkan
pemahaman yang mendalam suatu ayat, diperlukan kajian terhadap kondisi sosial bangsa Arab menjelang dan ketika ayat itu diturunkan. Dengan begitu misi Alquran dari ayat ini dapat dipahami secara utuh (Saeed, 2006 : 116)
membalasnya, tetapi tidak lama kemudian ketika dia akan berangkat menemui Saad,
B. Analisis Bahasa Terdapat beberapa leksikon utama
Nabi memintanya untuk kembali lalu bersabda, “Ini Jibril telah datang kepadaku dengan
membawakan
Allah”.
Maka Rasul pun membacakan
ayat
ini
kemudian
menginginkan
sesuatu
sebuah
wahyu
berkata,
“Kita
tetapi
Allah
menginginkan yang lain dan kehendak Allah itu lebih baik” (Al-Alusy, t.t : 23).
pada ayat ini yang perlu dianalisa untuk menemukan kemungkinan adanya makna lain. Ini dilakukan terlebih dahulu supaya dapat
mengembangkan
suatu
bentuk
interpretasi yang sesuai dengan konteks saat ini, tanpa meninggalkan unsur-unsur linguistik yang terdapat pada ayat ini.
Selain kedua riwayat ini terdapat Makna Rijal ( )اﻟﺮﺟﺎلdan Nisa`
riwayat lain yang memiliki alur kejadian
1.
yang mirip walaupun terdapat perbedaan
()اﻟﻨﺴﺎء
pada nama-nama sahabat yang terlibat dalam peristiwa tersebut (al-Tabari, 1981 : 291). Perbedaan nama-nama sahabat tidak perlu diperdebatkan karena persamaan
Kata rijal dalam berbagai tafsir diartikan sebagai laki-laki, atau lebih tepatnya orang yang berkelamin
laki-laki.
Dalam
alur peristiwa sudah cukup menjelaskan Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
| 141
terminologi Alquran selain kata rijal
biologis
yang digunakan untuk menunjukkan
cakupan makna semantik yang lebih
makna laki-laki, juga terdapat kata
luas.
dzakar yang berkonotasi dengan
Dalam
tetapi
kamus
memiliki
al-Muhit,}
untsa. Mengartikan rijal dengan
seseorang laki-laki dapat dikatakan
laki-laki
menyamakannya
sebagai rajul jika dia telah melewati
dengan dzakar merupakan suatu
usia baligh, yaitu setelah dia mimpi
bentuk penerjemahan yang naif,
basah dan dapat dikatakan sebagai
karena
orang
dan
hal
tersebut
menghilangkan
akan
unsur-unsur
dewasa.
Seorang
dapat
dikatakan sebagai rajul jika dia telah
semantik yang terdapat pada kata
memiliki
rijal yang tidak dimiliki oleh kata
(kedewasaan) (Fayruzaba, 1980 :
dzakar. Secara semantik rijal adalah
369).
kata jama’ (plural) dari kata rajul.
disampaikan dalam kamus Lisan al
Kata ini berantonim dengan kata
Arab. Disebutkan dalam Lisan al
nisa’ yang biasa diartikan dengan
Arab rajul merupakan kata sifat dan
perempuan (Abdurahman, 2011 :
tidak
340).
kepada laki-laki. Orang Arab zaman Terdapat
perbedaan
yang
dulu
sifat
rajuliah
Hal yang senada juga
harus sering
melulu
menunjuk
menggunakan
kata
cukup mendasar antara kata rijal
rajulani untuk menunjukkan kepada
dengan dzakar. Kata rijal yang
dua orang suami istri, seolah yang
digunakan dalam ayat ini memiliki
dimaksud adalah rajul dan rajulah.
cakupan makna yang lebih luas dari
Kata rajul juga dapat disandingkan
pada dzakar yang digunakan dalam
pada perempuan seperti al untsa
ayat
rajulah,
lainnya.
Kata
dzakar
meskipun
mayoritas
menekankan makna biologis yang
pemakaiannya merujuk kepada laki-
menunjukkan kepada jenis kelamin.
laki.
adalah
Dzakar
manusia
yang
Seorang
memiliki
2011
menyamai
:
340). kata
Berbeda
dengan
perempuan
dapat
dikatakan sebagai rajulah jika dia
berkelamin laki-laki (Abdurahman,
kelebihan
dan
dapat
laki-laki dalam ilmu
memiliki
pengetahuan dan keahlian lainnya.
imbuhan-imbuhan makna yang tidak
Sayyidah Aisyah disebut dengan
hanya menunjukkan kepada arti
rajulah al-ra’yi karena memiliki
dzakar,
142 |
saja,
rijal
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
kepandaian,
kecerdasan
dan
makna ini sejalan dengan kata
pengetahuan luas yang melebihi
qawwamun yang terletak setelah
umumnya laki-laki (Manzu, t.t. :
kata rijal pada ayat ini yang berarti
1596). Karena itulah rajul dapat
pemimpin, yang mana sifat rajuliah
diartikan sebagai suatu sifat yang
(kedewasaan) merupakan salah satu
melekat
syarat yang harus dimiliki oleh
pada
diri
seseorang
sehingga orang yang memiliki sifat
seorang pemimpin.
tersebut dijuluki dengan kata itu
Lawan kata rijal adalah nisa
(Manzu, t.t. : 1989). Kata rijal juga
yang juga disebutkan dalam ayat ini.
dapat berasal dari kata rijl yang
Kata nisa’ merupakan kata jamak
berarti kaki, yang dari sini kata rijal
dari niswah, bisa juga jamak dari
dapat diartikan dengan orang yang
kata mar`ah yang tidak selafal
berjalan. Kata al-rujlah yang juga
dengannya.
pecahan dari kata tersebut berarti
perempuan, merupakan antonim dari
kuat berjalan kaki, begitu juga kata
kata
rijal berarti shalb, orang yang tahan
merupakan bentuk tunggal dari nisa’
banting (Manzu, t.t. : 1989).
dapat diasalkan dari kata nasiya
rijal.
Nisa’ Kata
dapat
niswah
berarti yang
Berbagai pengertian di atas
yang berarti lupa. Kata nasiya
membawa kita kepada pengetahuan
tersebut memiliki beberapa bentuk
bahwa kata rijal tidak harus berarti
mashdar (bentuk makna asli) yaitu
laki-laki, dan kalaupun diartikan
nisyun, nisyanun, niswah, nisawah
laki-laki maka tidak sembarangan
dan nasawah. Penisbatan kata nisa’
laki-laki. Setidaknya secara bahasa
dengan kata niswy dan naswah
laki-laki dapat dikatakan rijal jika
menunjukkan kepada orang yang
sudah mencapai usia dewasa dan
meninggalkan pekerjaan (Manzu, t.t.
telah melewati masa remajanya.
: 4415-4417).
Dengan begitu orang tersebut telah memiliki (rajuliyah) intelektual
sifat-sifat serta dan
Dari analisa leksikon ini kita
kedewasaan
dapat melihat kata rijal dan nisa’
kemampuan
dari dimensi sosiologi fungsional.
penalaran
yang
Dari
dimensi
ini
makna
rijal
matang, sehingga lebih bijak dalam
merujuk kepada usaha dan aktivitas
menimbang setiap keputusan yang
seseorang di ruang publik. Seorang
diambil. Pengartian rijal dengan
yang lebih aktif di luar rumah dapat
Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
| 143
disebut
sebagai
sosiologis
meskipun
adalah
wanita.
secara
langsung mengarah kepada makna
biologisnya
zauj. Begitu juga kata nisa’ yang
rijal Begitu
juga
maknanya didominasi perempuan
sebaliknya seorang laki-laki yang
juga mengarah kepada istri. Tetapi
memilih pekerjaan rumah, secara
dipilihnya kata rijal dan nisa`
sosiologis
menunjukkan adanya makna implisit
dapat
sebagai
nisa’
biologis
dia
dikategorikan
walaupun
secara
yang ingin disampaikan lewat kedua
laki-laki.
kata ini. Makna ini akan kelihatan
Dilihat dari dimensi ini kata rijal
lebih jelas bila kedua kata tersebut
dan nisa’
dibaca secara komprehensif dengan
seorang
tidak hanya merujuk
kepada makna biologis semata. Dari
keseluruhan struktur ayat.
segi struktur kalimat, kata rijal dan
Analisa
bahasa
terhadap
nisa` keduanya berbentuk ma’rifah
kata rijal dan nisa` ini menunjukkan
dengan tambahan الyang dalam
bahwa
gramatikal bahasa Arab disebut alif
sebagai kaum laki-laki dan nisa`
lam ma’rifah. Alif lam ma’rifah ini
sebagai
berfungsi menunjukkan bahwa kata
memandang makna fungsionalnya
tersebut
sangat
sudah
dikenal
dan
penerjemahan kaum kurang
kata
wanita tepat.
Ini
rijal tanpa akan
diketahui. Dengan demikian dapat
menghilangkan
diketahui dari konteks turunnya ayat
semantik lain yang juga terkandung
dan kandungan keseluruhan struktur
di dalam kata tersebut. Dipilihnya
kalimat bahwa rijal merujuk pada
kata
suami dan nisa` merujuk pada istri
digunakannya kata dzakar dan untsa
(Abdurahman, 2011 : 341).
ataupun zauj dan zaujah merupakan
Perlu diperhatikan juga bahwa
unsur-unsur
rijal dan nisa` dan tidak
salah
satu
rahasia
pemilihan
penggunaan kata rijal dan nisa` dan
leksikon
tidak digunakannya kata zauj dan
menunjukkan keluasan makna yang
zaujah yang secara langsung dapat
terkandung di dalamnya.
dalam
Alquran
yang
merujuk kepada pasangan suami istri, mengisyaratkan suatu makna semiotika tertentu. Kata rijal yang secara dominan merujuk kepada laki-laki ini memang secara tidak
144 |
2. Makna Qawwamun ()ﻗﻮاﻣﻮن Qawwamun
merupakan
bentuk jamak (plural) yang bentuk tunggalnya adalah qawwam, dapat
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
dikatakan juga qayyim, yaitu pada
qawwam dengan ahlu qiyam yang
wazan fa’al dan fa’il dari kata qama.
dapat diartikan sebagai penanggung
Secara bahasa qayyim berarti sayyid
jawab, yaitu bertanggung jawab
atau tuan, sais al-amr atau yang
mengurus
berkuasa
jawab
mengurusi
perkara.
istrinya,
bertanggung
membimbingnya
dan
Qayyim al qaum adalah orang yang
menanggung segala kebutuhannya
memimpin dan mengurusi perkara
(At-Tabry,
mereka. Adapun qayyim al-mar’ah
menambahkan
adalah
zaujuha
kepemimpinan suami atas istrinya
karena
dia
atau
suaminya,
memiliki
mengaturnya
dan
hak
memenuhi
t.t.,
290).
Al-Razi bahwa
mencakup kekuasaannya mengatur, membimbing
serta
menjamin
kebutuhannya. Qayyim juga dapat
perlindungan dan keamanannya (Al-
diartikan lurus seperti al-millah al-
Razi,
qayyimah atau agama yang lurus
menurut al-Alusy, kepemimpinan
(benar) (Manzu, t.t. : 174)..
suami
Ibnu
90-91).
atas
istrinya
Sedangkan layaknya
menafsirkan
kepemimpinan para penguasa atas
qawwam pada ayat ini dengan amin
rakyatnya yang memiliki hak penuh
alaiha yang dapat diartikan orang
untuk memerintah dan melarang(Al-
yang dipasrahi, yang menjaganya
Alusy, t.t., 23).
dan
Arabi
t.t.,
memberinya
aman,
Penafsiran klasik di atas ini
kebutuhannya
menunjukkan adanya bias gender
keadaannya
dan dominasi kaum laki-laki atas
(Araby, t.t : 530). Ibnu Katsir
perempuan. Di sini terlihat sekali
menafsirkan kata qawwam di ayat
pengaruh kultur sosial saat itu yang
ini dengan pemimpin, pembesar,
didominasi oleh kaum laki-laki.
penguasa
Meskipun
mengurusi serta
rasa
segala
memperbaiki
senantiasa
dan
pendidik mengurusi
membimbingnya.
Dia
yang
begitu
dari
beberapa
dan
penafsiran klasik tersebut dapat
juga
disimpulkan bahwa kata qawwam
menafsirkan kata qawwam dengan
menunjukkan
umara’ (penguasa kota atau daerah)
makna yang hampir berdekatan,
yang harus ditaati selama dalam
yaitu
ketaatan kepada Allah (Kasir, 2000 :
pengayom, pembimbing dan juga
20). Al-T{abari menafsirkan kata
tuan dan penguasa. Tetapi perlu
Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
kepada
pemimpin,
beberapa pelindung,
| 145
diingat bahwa kata qawwam yang
“Oleh
berasal dari kata kerja qama yang
melebihkan sebagian mereka (laki-
berarti berdiri tidak mengisyaratkan
laki)
suatu makna kekuasaan deposit
(wanita), dan karena mereka (laki-
yang semena-mena. Sebaliknya kata
laki) telah menafkahkan sebagian
tersebut merujuk pada seseorang
harta mereka”. Ungkapan tersebut
yang
terdiri dari dua prasa, yaitu
"ﺑﻤﺎ
"ﻓﻀﻞ اﷲ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ
dan
berdiri
dengan
untuk
orang
cara
lain
melindungi,
membimbing dan mengasihi. Jika yang
dimaksud
otokrasi
atau
semena-mena
adalah
penguasaan bagi
suami
karena atas
Allah
sebagian
telah
yang
lain
peran
""ﺑﻤﺎ اﻥﻔﻘﻮا ﻣﻦ اﻣﻮاﻟﻬﻢ
yang
disambungkan dengan kata sambung
atas
( وdan). Fungsi huruf
yang
بyang
istrinya maka terdapat kata lain yang
terletak pada awal ungkapan ini
lebih tepat seperti kata musaithirun
adalah sebagai sababiyah, yaitu
dan muhaiminun (Al-Faruqy, 1997 :
berfungsi menerangkan sebab atau
108). Pemilihan kata qowwam ini
alasan pada ungkapan sebelumnya.
menunjukkan
Kedua prasa ini adalah keterangan
yang
bahwa
diinginkan
pemimpin
oleh
Alquran
yang
menjelaskan
sebab
adalah kepemimpinan yang bersifat
ungkapan
membimbing,
kepemimpinan rijal atas nisa’ (Al-
mengayomi,
melindungi, memperhatikan
kebutuhan yang dipimpinnya, dan
sebelumnya
pada yaitu
Alusy, t.t, 23). Menurut al-Razi kedua prasa
bukan sebagai penguasa dengan
tersebut
merupakan
alasan
otoritas penuh yang dapat memaksa
kepemimpinan rijal atas nisa`, yaitu
dengan semena-mena.
keutamaan yang diberikan oleh Allah kepadanya dan harta yang
3. Makna Al-fadhalah(keutamaan) Ungkapan yang menunjukkan
mengartikan
prasa
yang
kedua
makna al-fadhalah tersebut lebih
secara semantik merupakan bagian
"ﺑﻤﺎ ﻓﻀﻞ اﷲ
dari prasa pertama. Prasa yang
lengkapnya berbunyi,
ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ وﺑﻤﺎ اﻥﻔﻘﻮا ﻣﻦ " اﻣﻮاﻟﻬﻢyang secara literal berarti,
146 |
diberikan kepada nisa`. Al-Razi
kedua menerangkan prasa yang pertama, terkandung
karena dalam
makna
yang
prasa
kedua
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
terdapat pada prasa pertama yang
karena mahar dan nafaqoh yang
merupakan salah satu unsur yang
mereka berikan untuk memenuhi
menyusun
kebutuhan istrinya (Al-Tabary, t.t. :
maknanya
secara
keseluruhan. Pada penafsiran ini
22).
harta yang diberikan pihak suami
Muhammad Abduh membagi
kepada istrinya, baik yang berupa
kelebihan laki-laki atas perempuan
mahar maupun nafaqoh merupakan
menjadi dua yaitu fithri dan kasbi.
salah satu kelebihan yang dimiliki
Kelebihan fithri ini dapat dilihat
oleh laki-laki (Arazy, t.t., 91).
dalam penciptaan laki-laki yang
Para ahli tafsir klasik maupun
diciptakan lebih kuat, lebih indah
kontemporer masih banyak yang
dan lebih sempurna. Kesempurnaan
memandang ungkapan ini sebagai
fisik ini diikuti oleh kesempurnaan
petunjuk keutamaan dan keunggulan
akal. Dengan kesempurnaan akal
kaum laki-laki atas perempuan.
dan kekuatan fisik yang dimiliki
Dalam ayat ini tidak disebutkan
oleh laki-laki membuatnya lebih
secara jelas kelebihan rijal atas nisa’
mampu mencari nafkah, berkarya
menyebabkan
dan bertindak dalam berbagai hal.
para
memberikan
penjelasan
berbeda-beda
sesuai
penafsir yang
Kelebihan
dalam
kemampuan
dengan
mencari nafkah tersebut disebut
masing-masing.
dengan kelebihan kasbi, yang mana
Sebagian dari mereka menganggap
karena kelebihan kasbi inilah kaum
kelebihan tersebut bersifat fisik,
laki-laki
mental, intelektual, peran agama
menanggung
atau
melindungi dan memimpin mereka
prespektifnya
kesemuanya
sekaligus.
Ini
seperti pendapat Ibnu Arabi, lakilaki
memiliki
kelebihan
atas
diberi
kewajiban
nafkah
wanita,
(Ilyas, 2005 : 181). Alquran
tidak
menyebut
perempuan dalam tiga hal yaitu,
keutamaan rijal atas nisa’ secara
kesempurnaan akal, kesempurnaan
eksplisit
sehingga
menimbulkan
dalam ibadah dan ketaatan, serta
berbagai
ragam
penafsiran.
pengorbanan harta yang berupa
Penafsiran ini berkisar kelebihan
mahar dan nafaqoh yang diberikan
fisik, intelektual dan agama yang
kepada istrinya (Araby, t.t, 531).
kesemuanya dianggap merujuk pada
Menurut Thobari kelebihan suami
kelebihan laki-laki. Uraian para
Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
| 147
mufassir tentang keutamaan ini
yang independen, yang terlepas dari
tampaknya
yang lainnya. Dengan kata lain
telah
pembicaraan
memperluas
seputar
laki-laki
bahwa
proposisi
yang
bertama
sebagai jenis kelamin dan bukan
bukan proposisi yang kedua, begitu
dalam konteks laki-laki sebagai
juga sebaliknya. Dalam ayat ini
suami.
alasan rijal dijadikan pemimpin atas
Karena
itulah
sebagian
keutamaan-keutamaan dikemukakan
yang
tidak
karena
nisa’
dua
sebab,
yaitu
punya
keutamaan (afdhaliah) yang Allah
relevansinya dengan posisi laki-laki
berikan kepada rijal dan nafkah
sebagai pemimpin rumah tangga
yang mereka berikan terhadap nisa’.
(Ismail, 2003 : 273). Pembacaan
yang
terhadap ungkapan
teliti
"ﺑﻤﺎ ﻓﻀﻞ اﷲ
ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ وﺑﻤﺎ اﻥﻔﻘﻮا ﻣﻦ "اﻣﻮاﻟﻬﻢ
membawa kepada tanda-
Kata ganti orang (dhamir)
هﻢ
(mereka laki-laki) pada ungkapan
tanda semantik lain dalam ayat
"ﺑﻤﺎ ﻓﻀﻞ اﷲ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ
tersebut. Ungkapan tersebut terdiri
" وﺑﻤﺎ اﻥﻔﻘﻮا ﻣﻦ اﻣﻮاﻟﻬﻢmuncul dua
dari
dua
proposisi
yang
disambungkan dengan kata sambung وyang dalam bahasa Arab berfungsi sebagai
‘athof
(kata
sambung).
Setiap proposisi dalam ungkapan tersebut juga diawali dengan huruf بyang berfungsi sebagai sababiyah atau menerangkan sebab atau alasan pada ungkapan sebelumnya (AlAlusy, t.t., 23). Keberadaan huruf ' athof yang menyambungkan dua proposisi tersebut dan adanya huruf yang mengawali kedua proposisi itu menunjukkan
bahwa
kedua
proposisi tersebut memiliki makna
148 |
4. Dhamir هﻢ
kali, yaitu yang melekat pada kata ba’dh yang pertama dan pada kata amwal.
Keberadaan
dhamir
muzakkar (maskulis) pada ayat ini menunjukkan bahwa kaum laki-laki secara
umum
lebih
dominan
memiliki sifat-sifat kepemimpinan dan lebih mampu mencari nafkah. Meskipun demikian hal ini tidak menutup kemungkinan perempuan dapat memiliki sifat-sifat tersebut. Ini dapat dilihat tidak munculnya dhomir ( هﻦkata ganti mereka perempuan) pada kata ba’dh yang kedua.
Sekiranya
Allah
hanya
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
memberikan
keutamaan
dan
dari zaman ke zaman, bahkan mungkin
untuk
dari pertama kali manusia diciptakan.
golongan laki-laki saja, niscaya
Kontinuitas ini dengan sendirinya telah
bunyi
demikian,
mengarahkan jalan pikiran manusia dan
" ﺑﻤﺎ
memelihara pertautan konteks kultural
kemampuan
menafkahi
ayatnya
tidak
melainkan dapat berbunyi,
ﻓﻀﻞ اﷲ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﻀﻬﻦ وﺑﻤﺎ "..اﻣﻮاﻟﻬﻢ
ﻣﻦ
اﻥﻔﻘﻮا
dengan
sekarang
dengan
konteks
masa
lalu
(Ismail, 2003 : 33). Hal yang demikian ini membuat ayat ini sering ditafsirkan
memunculkan dhomir hinna, atau
sebagai
dengan secara tegas menyebut kata
dalam keluarga. Ayat ini dianggap sebagai
rijal dan Nisa`
"ﺑﻤﺎ ﻓﻀﻞ اﷲ
ini tidaklah
mutlak
dan
permanen, dimana perempuan juga memiliki potensi yang sama untuk memimpin. pemilihan
Meskipun leksikon
demikian
dan
bentuk
gramatikal bahasa yang maskulin dapat
ditafsirkan
juga
sebagai
isyarat bahwa laki-laki memiliki sifat-sifat
ayat normatif kepemimpinan laki-laki berita,
menunjukkan
kepemimpinan laki-laki di dalam keluarga
sistem patriarkhi
yang tidak hanya sekedar kabar atau
"اﻟﺮﺟﺎل ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺴﺎء. Hal
pengesahan
dan
dari pada kaum hawa.
telah
bersifat
menjadi
perintah (Ilyas, 2005 : 286). Dengan menjadikan ayat ini sebagai ayat normatif yang menjamin kepemimpinan laki-laki dalam
keluarga,
maka
tertutuplah
kemungkinan perempuan untuk berperan sebagai kepala keluarga. Padahal dalam beberapa situasi dan kondisi tertentu perempuan
memiliki
kelebihan
suaminya
sehingga
lebih
atas
mampu
memimpin keluarganya.
potensi
kepemimpinan yang lebih dominan
tetapi
Menurut Ilyas mengutip dari Asghar Ali Engineer kepemimpinan laki-laki dalam keluarga bersifat kontekstual dan bukan normatif. Kepemimpinan keluarga
C. Dominasi
Kepemimpinan
Laki-
Laki Dalam Keluarga Dominasi kepemimpinan laki-laki terlihat jelas pada kehidupan dan pranata sosial sehari-hari yang merupakan suatu sistem patriarkhi yang telah diwariskan
dapat
berubah
mengikuti
perubahan
konteks sosial. Menganggap ayat ini sebagai pernyataan normatif hanya akan mengikat perempuan untuk mengakui kepemimpinan
laki-laki
pada
semua
zaman dan keadaan, padahal zaman dan
Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
| 149
keadaan selalu berubah. Dalam beberapa
kepemimpinan tertinggi dalam keluarga
peristiwa, suami tidak memiliki integritas
sebaiknya dipegang oleh suami karena
pribadi maupun kemampuan finansial
berbagai alasan yang bersifat material
seperti yang disyaratkan Alquran (Ilyas,
maupun immaterial (Ismail, 2003 : 276).
2005 : 277).
Menurut Nashruddin Baidan sifat-
Kedua hal tersebut adalah sebab
sifat kepemimpinan tampak lebih dominan
kepemimpinan laki-laki atas perempuan di
pada diri laki-laki dari pada perempuan.
dalam keluarga seperti diterangkan dalam
Ini dapat dilihat dari segi kemampuan
"ﺑﻤﺎ ﻓﻀﻞ اﷲ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ وﺑﻤﺎ
fisik, intelektual, emosional maupun dalan
"اﻥﻔﻘﻮا ﻣﻦ اﻣﻮاﻟﻬﻢ. Awalan huruf
بyang
berfungsi sebagai sababiyah menerangkan sebab atau alasan ungkapan sebelumnya. Ini berarti karakteristik prasa sebelum kata bi yaitu
اﻟﺮﺟﺎل ﻗﻮاﻣﻮن ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺴﺎء
ditentukan
berdasarkan
lebih kuat, berani, lebih tahan dan tabah menghadapi tantangan, serta memiliki beberapa keahlian. Dengan keunggulan fisik tersebut laki-laki lebih mampu mencari
nafkah
untuk
membiayai
yang
kehidupan keluarga. Ini sesuai dengan
diuraikan setelah kata bi. Dengan kata lain
ketentuan mahar pernikahan dan nafaqoh
rijal menjadi pemimpin bagi nisa’ jika
keluarga dalam islam yang dibebankan
disertai dua keadaan yang diuraikan
kepada laki-laki. Walaupun sebenarnya
berikutnya
wanita
yaitu
apa-apa
ketentuan agama. Secara fisik laki-laki
kesanggupan
memiliki
kemampuan
untuk
membuktikan kelebihannya dan dukungan
mencari nafkah, tetapi apa yang mereka
finansial. Jika kedua kondisi ini tidak
upayakan menjadi hak milik mereka
dipenuhi
sendiri
maka
laki-laki
bukanlah
dan
tidak
diwajibkan
ikut
pemimpin bagi wanitanya (Muhsin, 1994 :
menanggung kebutuhan keluarga (Baidan,
93).
1999 : 23-240).
Karena itulah Nurjannah Ismail
berpandangan jika pasangan suami istri
secara
memiliki kemampuan yang setara dapat
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan
menerapkan
secara
tentram sebagai pelindung dan pengayom
kolektif dalam keluarga. Meskipun hal ini
seluruh anggota keluarga (Ismail, 2003 :
dapat menimbulkan problematika apabila
274). Hal ini berbeda dengan fisik
tidak
perempuan yang tampak lebih lemah dan
tercapai
kepemimpinan
kata
sepakat
dan
musyawarah mengalami kebuntuan. Jika ini
150 |
terjadi
maka
secara
fisik
juga
Kelebihan laki-laki berperan
dalam
lembut.
umum
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Secara psikologi laki-laki memiliki
pernikahan laki-laki adalah subyek yang
tabiat yang berbeda dengan wanita. Laki-
dapat
laki lebih mengedepankan nalar dan
wanita adalah obyek pernikahan yang
kekuatan
sedangkan
harus disertai walinya. Pembayaran mahar
mengedepankan
dan nafaqoh keluarga juga diwajibkan
intelektual,
perempuan emosional
lebih yang
dibangun
atas
sifat
menikahkan
dirinya
sedangkan
bagi laki-laki dan lain sebagainya (Fakih,
kelembutan dan kehalusannya. Hal ini
1996
tidak
pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak
menunjukkan
bahwa
laki-laki
:
172-173).
Atas
dasar
memiliki kemampuan intelektual yang
heran
lebih baik dari pada wanita, tetapi bila
keluarga lebih didominasi oleh kaum
terjadi benturan antara nalar dan rasa,
adam.
jika
kepemimpinan
di
dalam
laki-laki lebih mendahulukan nalar dari
Dominasi kepemimpinan keluarga
pada rasa. Sebaliknya perempuan lebih
oleh kaum adam diisyaratkan pada ayat ini
mendahulukan rasa dari pada nalar.
lewat penggunaan leksikon dan struktur
Sebenarnya
memiliki
gramatikal bahasa yang maskulin. Hal
kemampuan kognitif yang setara, yaitu
tersebut dapat dilihat pada penggunaan
sama-sama berpotensi untuk berkembang
kata rijal, qowwamun dan kata ganti hum
tergantung pendidikan dan lingkungan
yang
masing-masing. Bahkan ada sebagian
gramatikal bahasa juga ditujukan untuk
wanita
menerangkan
keduanya
yang
memiliki
kecerdasan
semuanya
maskulin.
keutamaan
Struktur
(al-fadhalah)
melebihi umumnya laki-laki. Tetapi pada
rijal> (kata maskulin) atas nisa’ (kata
umumnya perempuan lebih emosional
feminim).
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga
gramatikal yang maskulin ini dibarengi
pada saat yang bersamaan emosionalnya
keluasan dan kelonggaran makna yang
dapat
memungkinkan dilakukannya penafsiran
mengalahkan
kekuatan
intelektuallitasnya (Ismail, 2003 : 274).
Leksikon
dan
struktur
dari berbagai dimensi, sehingga kata-kata
Perbedaan fisik, intelektual dan
tersebut tidak dilihat dari sudut pandang
emosional ini berpengaruh pada ketetapan
biologis semata tetapi lebih dari fungsi
dan norma-norma agama islam di dalam
sosialnya.
pernikahan.
hak
membantah penafsiran ayat ini sebagai
mentalak sedangkan wanita tidak. Laki-
pengesahan sistem patriarkhi yang mutlak
laki dapat melakukan poligami dengan
dan permanen di dalam keluarga.
Laki-laki
memiliki
Hal
yang
demikian
ini
syarat-syarat yang ketat. Dalam prosesi
Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
| 151
perkembangan
Penutup Teks Alquran tetap sama sedangkan konteks
selalu
berubah,
akan
tetapi
konteks
yang
melingkupinya, tanpa harus menyalahi kode-kode linguistik. Ini dapat dilihat
keluasan makna Alquran memperlihatkan
pada
bahwa dirinya tetap relevan dengan
qawwamun yang memiliki cakupan makna
berbagai konteks tersebut. Secara tidak
yang lebih luas dari pada kata-kata lain
langsung Alquran menunjukkan realitas-
yang bersinonim dengannya.
saat
yang
sama
menunjukkan
rijal,
nisa’
ataupun
Alquran tidak melarang sistem
realitas yang tidak dapat dipungkiri, tetapi pada
kata-kata
patriarkhi yang berlangsung saat ayat ini
kemungkinan terjadinya perubahan atau
turun
munculnya realitas lain. Dalam ayat ini
aturannya. Pada saat yang sama alquran
Alquran menggambarkan realitas saat itu,
juga
menggariskan
kepemimpinan wanita dalam konteks-
aturan-aturannya,
tetapi
secara kasat mata menunjukkan realita
Dalam penafsiran klasik, QS. AlNisa` [4]: 34
dianggap sebagai ayat
menggariskan
menunjukkan
aturan-
kemungkinan
konteks tertentu. Laki-laki lebih dominan dalam
lain yang kemungkinan muncul di lain waktu.
tetapi
kepemimpinan
karena
tetapi
tertutup
tidak
pembawaannya kemungkinan
kepemimpinan wanita. Pemilihan leksikon
sistem
dengan makna yang longgar tidak secara
patriarkhi dalam keluarga secara mutlak
langsung menunjuk kepada jenis kelamin,
dan permanen. Akan tetapi unsur-unsur
tetapi mencakup makna-makna lain yang
semantik pada teks ayat ini yang ditandai
menunjukkan karakter dan fungsi sosial.
dengan pemilihan leksikon dan struktur
Hal
gramatikal yang sangat teliti membantah
kepemimpinan
hal tersebut. Penggunaan leksikon dan
normatif, yang secara sepihak menutup
bentuk gramatikal yang maskulin pada
kemungkinan kepemimpinan wanita.
normatif
yang
melegalkan
ini
mengisyaratkan tersebut
bahwa tidak
ayat
bersifat
salah satu sisi menggambarkan pranata sosial pratriarkhal saat itu. Pada sisi yang
DAFTAR PUSTAKA
lain hal ini menunjukkan potensi dan dominasi sifat-sifat kepemimpinan kaum
Abdurrahman, dkk., 2011, Al Qur’an &
adam dari pada kaum hawa. Kolonggaran
Isu-isu Kontemporer ,Yogyakarta:
makna teks membuat ayat ini selalu dapat
eLSAQ Press.
diinterpretasikan 152 |
sesuai
dengan MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Alusy, Syihabuddin Sayyid Mahmud, t.t
Ruh al Ma’any fi Tafsir al Qur'an al-‘Adzim wa as Sab’u al Matsany, Beirut:
Idarah
al-Tiba’ah
al-
Pelayanan Publik, Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji. Ismail, Nurjannah, Perempuan dalam Pasungan, Yogyakarta: LkiS, 2003 Katsir, Isma'il Ibnu, 2000, Tafsir al
Muniriyah. 'Araby, Ibnu al-, t.t Ahkam al Qur'an,
Qur`an al ‘Adzim, Giza: Maktabah
Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah.
Aulad al Syeikh li at Turats.
Baidan, Nashruddin, 1999, Tafsir bi Al-
Manzur, Ibnu, t.t., Lisan al-‘Arab, Kairo:
Ra’yi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dar al Ma’arif.
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan
Muhsin, Amina Wadud, 1994, Wanita di
Haji, 2005, Kualitas Pelayanan
dalam Alquran, Terj. Yaziar
Publik.
Radianti, Bandung: Pustaka.
Fakih,
Mansour,
Feminisme:
1996,
Membincang
Diskursus
Gender
Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti.
Razy, Muhammad al-, 1981, Tafsir al-
Fakhru al-Razy, t.tmp.: Dar al Fikr. Saeed, Abdullah, 2006, Interpreting the Qur’an Towards a Contemporary
Faruqy, Lamya’, 1997, ‘Ailah Masa Depan Kaum Wanita, Terj. Masyhur Abadi,
Surabaya:
Pustaka
Approach, New York: Taylor & Francis Group. Tabary, Muhammad bin Jarir al-, t.t.,
Tafsir al-Tobary Jami’ al Bayan ‘an
Progressif. Fayruzabady, Muhammad bin Ya’qub, 1980, Al-Qamus al-Muhit, Kairo:
Ta’wil Ayat al Quran, Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyah.
al-Haiah al-Mis}riyah al-‘Ammah li al-Kitab. Ilyas,
Yunahar,
2005,
Konstruksi
Pemikiran
Gender
Dalam
Pemikiran
Mifassir,
Jakarta:
Peningkatan
Kualitas
Program
Kepemimpinan Keluarga dalam Al-Qur’an (Taufiq Rokhman)
| 153