JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 40-45
KEPEMILIKAN BUKU KIA DAN KETERATURAN ANTENATAL CARE Herawati Mansur, Sumiatun Poltekkes Kemenkes Malang, Jl Besar Ijen No 77 C Malang email:
[email protected]
Abstract: Book of KIA as a tool for the integration of maternal and child health services. If every pregnant woman has a book and know how to exploit it KIA, every pregnant woman can be tracked his health. The purpose of research to determine ownership of the picture book the KIA and the regularity of Antenatal Care. The design used is the type of descriptive study with survey design. The entire population of pregnant women registered in the III trimester regester BPM “L” and “S” in September 2013 as much as 82 pregnant women, the sampels are 36 pregnant women with taking sample techniques i.e. puposive sampling, the variable research is the ownership of KIA’s book and the regularity of the ANC, the data were analyzed by descriptive. Results of the study found that of all respondents who have book KIA 80,6% and who do not have the book KIA amounting to 19.4%. And from all respondents 38,9% do pregnancy examination (ANC) regularly and 61,1% of respondents do not do pregnancy examination (ANC) regularly, it is likely because most respondents is that second pregnancy. So advised on midwives always give an explanation of the contents of the KIA to pregnant women and culture, belief, conviction, values belonging to pregnant women regarding pregnancy screening should not be performed before age 4 months of pregnancy. Keywords: book of KIA, antenatal care, regulare Abstrak: Buku KIA sebagai alat integrasi pelayanan kesehatan ibu dan anak. Jika ibu hamil memiliki buku KIA dan tahu cara memanfaatkannya, ibu hamil dapat terpantau kesehatannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kepemilikan buku KIA dan keteraturan Antenatal Care. Desain penelitian adalah deskriptif dengan desain survey. Diperoleh sampel 36 ibu hamil dengan teknik samplingnya puposive sampling, data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari seluruh responden yang memiliki buku KIA 80,6% dan yang tidak memiliki buku KIA sebesar 19,4%. Dari seluruh responden 38,9% melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur, 61,1% responden tidak melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur, hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar responden merupakan kehamilan yang ke 2 dan faktor budaya, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang dimiliki ibu hamil mengenai pemeriksaan kehamilan yang tidak boleh dilakukan sebelum usia kehamilan 4 bulan. Kata kunci: Buku KIA, antenatal care, teratur
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian. Buku KIA merupakan instrumen pencatatan sekaligus penyuluhan (edukasi) bagi ibu dan keluarganya. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan, semakin rendah angka kematian ibu berarti pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan ibu bersalin semakin baik. Upaya yang dilakukan pemerintah dengan menempatkan program KIA sebagai program prioritas melalui fokus strategi making pregnancy safer (MPS). 40
ISSN 2301–4024
40
Mansur, Buku KIA dan ANC
kesehatan Ibu dan Anak termasuk gizi, yang dapat membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5 tahun (Balita). Semua Ibu Hamil diharapkan memakai buku KIA dan buku ini selanjutnya digunakan sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Setiap kali anak datang ke fasilitas kesehatan, baik itu ke Bidan, Puskesmas, Dokter praktek, klinik atau Rumah Sakit, untuk penimbangan, berobat, kontrol, atau imunisasi, buku KIA harus dibawa agar semua keterangan tentang kesehatan anak tercatat pada buku KIA. Rendahnya akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas adalah salah satu faktor yang sangat memengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi. Namun dengan buku KIA dan stiker P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) diharapkan akan tercipta banyak tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang klinis dan komunikasi. Tenaga kesehatan yang terampil tentu akan dapat membantu ibu dan suami termasuk keluarganya agar mampu membuat perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi sehingga ibu dan bayi selamat. Dalam penanganan pasien gawat darurat buku KIA memudahkan pasien rujukan mendapatkan pelayanan. Pertama pasien dibawa ke IGD, setelah mendapatkan penanganan pasian bisa langsung dibawa ke ruang bersalin/ ruang perawatan. Sementara buku KIA digunakan untuk registrasi, ini karena buku KIA sudah memuat semua informasi dan identitas ibu dan keluarga, serta catatan semua hal kesehatan ibu dan anak yang menjadi pasien. Setelah bayi lahir buku KIA masih dapat digunakan untuk memantau tumbuh kembang anak mulai kapan jadwal imunisasi bayi sampai sejumlah informasi tentang bagaimana menstimulasi perkembangan anak hingga nanti bayi berusia 5 tahun. Departemen Kesehatan menjadikan Buku KIA sebagai program nasional. Saat ini, seluruh provinsi di Indonesia berupaya meningkatkan penggunaan Buku KIA. Pencetakan dan penerapan Buku KIA berasal dari Pemerintah Pusat dan Daerah, Organisasi Profesi, Lembaga ISSN 2301–4024
Donor (Bank Dunia, ADB, EU, GTZ, USAID, UNICEF, UNFPA, WFP, WVI, PCI, ADRA, Save the Children, JICA, dll.), serta Lembaga Swadaya Masyarakat (Depkes RI, 2009). Pemerintah mempunyai harapan yang sangat tinggi terhadap Buku KIA. Buku KIA merupakan gabungan kartu-kartu kesehatan Ibu dan Anak, dimulai dari KMS ibu hamil, KMS balita, Kartu Keluarga Berencana, Kartu perkembangan anak, dll. Buku KIA digunakan juga sebagai alat untuk melakukan penyuluhan dan komunikasi yang efektif kepada masyarakat, serta mudah digunakan. Buku ini digunakan sebagai pelayanan yang berkesinambungan mulai dari rumah, posyandu, poskesdes, pustu, puskesmas, serta rumah sakit. Dengan buku KIA pemeriksaan dapat dilakukan dimana saja, mulai dari posyandu, poskesdes, pustu, puskesmas, rumah sakit dan klinik-klinik swasta sesuai dengan registrasi kohort ibu hamil. Manfaat buku KIA adalah mengurangi keterlambatan pengendalian resiko tinggi, mengurangi dampak infeksi, kepatuhan terhadap standar pelayanan kebidanan dan mengurangi 3 keterlambatan dalam rujukan ke Rumah Sakit. Indikator derajat kesehatan masyarakat diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH) yang terkait erat dengan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan status gizi bayi dan Balita. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI secara nasional pada tahun 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2015 dapat mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun AKI di Indonesia telah mengalami penurunan, namun masih menduduki peringkat tertinggi di Asia Tenggara. Sementara itu AKB tahun 2007, 34 per 1000 kelahiran hidup, diharapkan pada tahun 2015 dapat mencapai 23 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKB), adalah 44 per 1000 kelahiran hidup, diharapkan pada tahun 2015 dapat mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Pencapaian tahun 2015 merupakan target komitmen global Millenium Development Goals (MDG’s) (Depkes RI, 2009). Angka kematian yang tinggi menurut Wiknjosastro (2006) disebabkan dua hal pokok 41
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 40-45
yaitu masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab akibat dan penanggulangan komplikasikomplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, nifas serta kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik untuk semua ibu hamil, salah satunya yaitu pelayanan antenatal care. Pelayanan ANC penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. Kualitas pelayanan antenatal dapat diukur antara lain dari jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat kunjungan, serta intervensi gizi bagi ibu hamil. Ruang lingkup dalam pembahasan kualitas pelayanan antenatal yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah persiapan persalinan yaitu mengenai tempat melakukan persalinan, transportasi, penolong persalinan, biaya serta donor darah. Kualitas pelayanan antenatal selanjutnya adalah mengenai informasi tentang perilaku sehat, termasuk kepemilikan buku KIA. Hasil penelitian Riskesdas 2010 secara nasional, ibu yang memiliki buku KIA dan dapat menunjukkan 29,1%. Sedangkan untuk propinsi Jawa Timur ibu hamil yang memiliki buku KIA dan dapat menunjukkan sebanyak 42,1%, disimpan ditempat lain 47,3% dan tidak memiliki 10,7% (Kemenkes RI, 2010). Diharapkan apabila setiap ibu hamil memiliki buku KIA dan tahu cara memanfaatkannya, setiap ibu hamil dapat terpantau kesehatannya. Mengingat penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatannya dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas, maka Pemerintah Kabupaten/Kota harus melaksanakan dan menerapkan penggunaan Buku KIA (Depkes RI, 2009). Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa setiap kali ibu dan anak datang ke tempat-tampat pelayanan kesehatan dimana saja untuk mendapatkan pelayanan KIA. Pemeriksaan rutin saat hamil atau
42
antenatal care salah satu cara mencegah terjadinya komplikasi terhadap kehamilan. Kunjungan antenatal minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14–28 minggu), dan dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28–36 dan setelah minggu ke 36), dan pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu. Antenatal care adalah salah satu cara untuk menyiapkan baik fisik maupun mental ibu di dalam masa kehamilan dan kelahiran serta menemukan kelainan dalam kehamilan dalam waktu dini sehingga dapat ditangani secepatnya. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan kecacatan dan kematian baik ibu maupun janin. Berbagai permasalahan selama kehamilan, imunisasi dan status gizi ibu hamil dapat terekam dengan baik dan digunakan sebagai alat pemantauan menuju persalinan adalah dengan menggunakan buku KIA. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepemilikan buku KIA dan keteraturan antenatal care di BPM “L” dan “W”. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi kepemilikan buku KIA pada ibu hamil, 2) mengidentifikasi keteraturan antenatal care pada ibu hamil. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain survey yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang akurat Kepemilikan Buku KIA dan keteraturan antenatal care pada ibu hamil di Bidan Praktik Mandiri (BPM). Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu hamil trimester III yang datang untuk periksa di BPM “ L” dan “W” pada bulan Desember 2013 s/d Januari minggu pertama 2014 sejumlah 82 ibu hamil, besar sampel 36 yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel 1) ibu yang bersedia menjadi responden, 2) ibu yang memeriksa kehamilannya di BPM “L” dan “W” pada bulan Desember 2013
ISSN 2301–4024
Mansur, Buku KIA dan ANC
s/d Januari minggu pertama 2014, 3) ibu hamil trimester III (sesudah minggu ke 38). Penelitian ini dilakukan di BPM “L” dan “W” serta pengambilan data penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2013 sampai dengan minggu pertama Januari 2014. HASIL PENELITIAN Data umum menampilkan usia, pendidikan, pekerjaan, gravida, informasi yang diperoleh tentang buku KIA, sumber informasi. Sedangkan data khusus akan menggambarkan data tentang kepemilikan buku KIA dan keteraturan ANC. Berdasarkan hasil penelitian umur responden menunjukkan sebagian besar (32,89%) umur responden 20-35 tahun dan sebagian kecil (2,5%) umur responden <20 tahun. Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian didapatkan 55% pendidikan responden adalah pada tingkat menengah yaitu SMA, dan sebagian kecil berpendidikan SD yaitu sebesar 3%, 25% nya adalah SMP dan 17% PT. Sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa (67%), 25% responden pekerja swasta dan sisanya (8%) sebagai wiraswasta. Dilihat dari frekuensi gravida responden didapatkan sebagian besar (44%) merupakan kehamilan ke 2, 36% adalah kehamilan 1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (80,6%) memiliki buku KIA dan (19,4%) tidak mempunyai buku KIA. Dan dari hasil yang telah didapatkan diketahui bahwa (61,1%) responden tidak teratur melakukan antenatal care dan (38,9%) yang teratur melakukan antenatal care. PEMBAHASAN Program pemberian buku KIA adalah pemberian buku KIA pada saat ibu melakukan pelayanan antenatal, kemudian buku tersebut diisi oleh tenaga kesehatan. Setelah melakukan pengisian, buku KIA tersebut dibawa pulang oleh ibu dan dan dianjurkan untuk dibawa setiap periksa hamil. Dari hasil penelitian didapatkan seluruh responden yang memiliki buku KIA 80,6% dan yang tidak memiliki buku KIA sebesar 19,4%.
ISSN 2301–4024
Buku KIA dapat menjadi sarana yang efektif untuk memberikan pengetahuan yang baik bagi ibu. Fungsi buku KIA yang lain adalah sebagai pencatatan medis, sehingga berbagai permasalahan selama kehamilan, imunisasi dan status gizi dapat terekam dengan baik dan dapat digunakan sebagai alat pemantau menuju persalinan. Menurut Sulani (2009) dengan adanya buku KIA, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol kesehatan ibu. Penggunaan buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti, kesakitan dan gangguan gizi yang sering kali berakhir dengan kecacatan atau kematian. Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan buku KIA. Manfaat buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun, sedangkan manfaat buku KIA secara khusus adalah 1) untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak, 2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan paket (standar) pelayanan KIA, 3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, 4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya (Depkes, 2003). Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal dipelayanan kesehatan. Ibu hamil yang memiliki buku KIA menaruh kepercayaan yang besar kepada tenaga kesehatan, mereka selalu menceritakan apa yang dirasakan selama hamil dan menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga kesehatan untuk membantu menanggulangi permasalahan tersebut.
43
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 40-45
Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor manusia memegang peranan penting dalam memengaruhi pemanfaatan buku KIA. Dari seluruh responden yang memiliki buku KIA seluruhnya pernah membaca isi buku KIA, yang diketahui oleh responden tentang isi buku KIA antara lain: tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil, senam hamil, perawatan diri selama hamil, persiapan persalinan, tanda persalinan, tanda bahaya pada ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian dari 36 responden 38,9% responden melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur dan 61,1% responden melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) tidak teratur. Menurut Saifudin (2002), kunjungan antenatal minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14–28 minggu), dan dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28–36 dan setelah minggu ke 36), dan pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan dari 36 responden, sebanyak 58,3% tidak melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama, responden baru memeriksakan kehamilannya pada bulan ke empat (trimester kedua). Hal ini dapat memengaruhi kehamilan karena pertama kali ibu mendapatkan pelayanan antenatal merupakan saat yang paling penting karena berbagai faktor resiko dan komplikasi bisa dapat segera diketahui seawal mungkin sehingga komplikasi dapat segera dikurangi atau dihilangkan. Antenatal care merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal. Antenatal care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi
44
yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. Asuhan Antenatal penting unuk menjamin proses alamiah kelahiran berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan Tujuan dari asuhan antenatal care adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi, selain itu untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu. Disamping tujuan di atas, antenatal care juga bertujuan untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kesehatan bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Banyak faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan kunjungan antenatal care, diantaranya adalah paritas, paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2006). Berdasarkan data gravida/kehamilan dari responden merupakan salah satu faktor responden tidak melakukan antenatal care secara teratur. Hasil penelitian menunjukkan 16 responden (44%) merupakan kehamilan yang ke dua. Hal ini disebabkan karena ibu sudah mempunyai pengalaman tentang kehamilan sehingga kemungkinan tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya yang kedua ini. Menurut Nursalam (2001) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
ISSN 2301–4024
Mansur, Buku KIA dan ANC
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Namun hasil penelitian ini meskipun sebagian besar responden (89%) berumur 20–30 tahun dimana umur tersebut merupakan masa seseorang sudah memasuki fase usia dewasa muda, dimana pada fase ini seseorang sudah mempunyai kebiasaan berfikir rasional, cenderung takut akan suatu akibat dari tindakan dan akan berperilaku sesuai dengan informasi yang dia terima, namun hasil penelitian ini menunjukkan lebih banyak responden yang tidak melakukan ANC secara teratur. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan antenatal care. Hasil penelitian menunjukan dari 36 responden (55%) berpendidikan SMA, dimana pendidikan SMA berada pada jenjang pendidikan tingkat menengah. Menurut Budiono (2002), proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku, yang berpendidikan tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proporsional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya (Maulani, 1999). Meskipun sebagian besar responden berpendidikan pada jenjang menengah akan tetapi tidak melakukan antenatal care secara teratur. PENUTUP Simpulan dari penelitian ini antara lain: 1) sebagian besar responden (80,6%) memiliki buku KIA, dan 2) keteraturan responden melakukan antenatal care secara tidak teratur (61,1%) hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar responden merupakan kehamilan yang ke 2 dan faktor budaya, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
ISSN 2301–4024
yang dimiliki ibu hamil mengenai pemeriksaan kehamilan yang tidak boleh dilakukan sebelum usia kehamilan 4 bulan. Bidan yang merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan kebidanan secara langsung, sebaiknya selalu memberi informasi tentang fungsi dan manfaat buku KIA sehingga ibu termotivasi untuk membaca isi buku KIA sehingga meningkatkan pengetahuannya dan akan melakukan antenatal care secara teratur. Karena berdasarkan hasil penelitian persentase ibu yang memiliki buku KIA lebih besar akan tetapi sebagian besar belum melakukan antenatal care secara teratur. BPM atau tempat pelayanan KIA sebaiknya mempunyai program rutin misalnya satu kali setiap bulan untuk memberikan promosi kesehatan khususnya tentang Buku KIA dan antenatal care, sehingga ibu akan memahami tentang isi dari Buku KIA. DAFTAR PUSTAKA Budiono. 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Depkes RI. 2009.Pedoman Umum Manajemen Penerapan Buku KIA. Jakarta: Depkes RI Depkes RI. 2003. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes RI dan JICA Depkes RI. 2003. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku KIA. Jakarta: Depkes RI dan JICA Kemenkes RI. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbangkes Maulani RF. 1999. Pencegahan Kematian Ibu. Jakarta: Binarupa Aksara Nursalam. 2001. Metodologi Riset keperawatan. Jakarta: Sagung Seto Saifuddin. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sulani F. 2009. Buku KIA sebagai alat integrasi kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo
45