KEPEKAAN MAHASISWA TERHADAP NILAI‐NILAI BUDAYA DAN SOSIAL KEBANGSAAN DALAM MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Oleh : Dra. Fauzul Asni, SJ Dosen Mata Kuliah Umum Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Disampaikan dalam Seminar Tingkat Jurusan Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Padang UPT MKU UNP Jum’at 25 November 2011
KEPEKAAN MAHASISWA TERHADAP NILAI‐NILAI BUDAYA DAN SOSIAL KEBANGSAAN DALAM MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Disampaikan dalam seminar tingkat jurusan UPT MKU UNP Jum’at 25 November 2011 A. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini di negara kita banyak terjadi demo-demo yang diiringi tindakan anarkis seperti penjarahan dan lain-lain. Contoh tindakan anarkis yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa UNHAS (Makassar: 11 Mei 2010) mereka yang mengatasnamakan Solidaritas Mahasiswa Anti-Kekerasan Akademik (Somasi) ini menuntut pencabutan skorsing terhadap tiga mahasiswa Teknik Geologi. Awalnya aksi berlangsung aman. Namun, sekitar 30 menit kemudian, aksi berubah menjadi anarkis. Aksi tersebut diawali dengan pembakaran ban di Gedung Rektorat Unhas. Saat api membesar, petugas keamanan kemudian berusaha memadamkan api. Upaya keamanan kampus kemudian tidak diterima oleh mahasiswa, dan mengakibatkan bentrok. Dua mahasiswa dan dua petugas keamanan terluka sehingga dilarikan ke RS Wahidin Sudirohusodo. Mereka terluka di bagian kepala karena terkena lemparan batu dan pukulan kayu. Para mahasiswa juga melakukan aksi pengrusakan Gedung Rektorat lantai I. Mereka memecahkan
kaca dengan balok, martil dan batu.
(http://www.inilah.com/read/detail/528971/) Tindakan tersebut dapat menyebabkan perpecahan bangsa dan merupakan ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demo-demo ini dilakukan bukan hanya dikalangan masyarakat biasa saja, lebih mirisnya mahasiswa sebagai kaum intelektual juga ikut terlibat dalam demo yang diiringi tindakan anarkis. Jika hal tersebut tidak cepat disikapi dan diatasi dikhawatirkan akan membawa pada perpecahan bangsa, yang akan mengancam keamanan dan kesatuan, bangsa Indonesia. Kalau negara tidak aman, pembangunan dan kemajuan dalam segala hal tentu akan mendapat hambatan, proses dan tujuan pendidikan pun tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Menyikapi hal tersebut kepekaan sosial dan nilai-nilai budaya yang telah mengakar bagi bangsa Indonesia yang telah mulai runtuh harus dibangkitkan kembali untuk tercapainya kerukunan dan kedamaian menuju masyarakat adil dan makmur,
1
terwujudnya pemerataan dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Nilai-nilai budaya dan humanis dan kepekaan sosial mahasiswa sebagai komponen bangsa perlu dibina dan ditata kembali sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
B. PERMASALAHAN Kehidupan Hedonisme telah merambah semua lapisan masyarakat, nilainilai perjuangan dan patriotisme sudah mulai luntur. Sebab kehidupan materialisme sudah menjajah di semua lini kehidupan, sulit untuk memprediksi kapan berhentinya. Perlunya menata kembali program-program pendidikan di antaranya dengan menjadikan bidang studi Ilmu Sosial Budaya Dasar sebagai bidang studi yang penting dan menjadi salah satu prioritas guna menumbuh-kembangkan kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai sosial dan budaya yang tinggi dan bertanggung jawab.
C. PEMBAHASAN 1. Pengertian Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar identik dengan basic humanisties. Humanities berasal dari kata latin humanus yang artinya manusiawi, berbudaya, dan halus (refined). Dengan mempelajari ilmu budaya dasar diharapkan seseorang menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus. Ilmu budaya dasar bukanlah ilmu tentang berbagai budaya, melainkan pengertian dasar dan pengertian umumnya tentang konsep-konsep dan teori-teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan. Perdebatan terhadap berbagai masalah budaya, baik dengan menggunakan suatu keahlian (disiplin) ataupun dengan
menggunakan
pendekatan
berbagai
keahlian
(interdisipliner).
(M.Munandar Soelaeman; 2007) Ilmu Sosial Dasar bukanlah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, melainkan suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling mendasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, dan masalah-masalah yang terwujud daripadanya. Ilmu sosial dasar, sebagai suatu mata kuliah, menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Masalah dilihat dengan kerangka pendekatan yang
2
melihat
sasaran studinya sebagai suatu masalah objektif, dan yang dilihat juga dengan kacamata subjektif (Parsudi Suparlan, 1981). Diharapkan gabungan kacamata objektif dan subjektif ini akan mewujudkan adanya kepekaan mengenai masalah sosial yang disertai dengan penuh rasa tanggung jawab dan kepribadian yang kuat dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah, intelektual dan makhluk sosial, sebagai warga negara Indonesia yang peduli terhadap keutuhan hidup bangsa Indonesia.
2. Pentingnya Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Sosial Dasar dalam kehidupan mahasiswa Pentingnya Mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dipelajari oleh mahasiswa karena merupakan salah satu usaha pendidikan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar
dan
pengertian
umum
tentang
konsep-konsep
yang
dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.di samping itu ilmu tersebut di harapkan dapat mengantisipasi efek derasnya arus globalisasi yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai sosial dan budaya Indonesia. Bahkan nilai-nilai budaya yang datang dari luar nyaris menghilangkan identitas budaya Indonesia. Sebab generasi muda cenderung mengadopsi budaya asing daripada memelihara budaya sendiri. Dengan wawasan yang diperoleh, pengetahuan mahasiswa dapat dipergunakan untuk mencari pemecahan masalahmasalah sosial yang terjadi baik terhadap permasalahan yang terjadi pada dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini menjadi amat penting karena situasi dan kondisi sekarang memperlihatkan kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya menurun secara drastis. Pentingnya mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dipelajari oleh mahasiswa karena perlunya mempersiapkan mahasiswa sedini mungkin guna menghadapi realitas budaya tersebut agar para mahasiswa tidak terperosok ke dalam pola pikir memilah-milah budaya menurut etnis atau suku masing-masing yang bisa mengakibatkan dampak negatif bagi terselenggaranya integrasi masyarakat. Demikian pula masyarakat dan negara menuntut terciptanya cendikiawan yang tidak hanya dibekali keahlian tertentu, tetapi memiliki sikap dan ‘kata hati’ untuk
3
mengabdi kepada sesama demi terwujudnya harkat kemanusiaan. Dua mata kuliah ini sekarang sudah disatukan menjadi ISBD berdasarkan KEPMEN 232/U/200 dan KEPMEN 045/U/2000. ISBD sebagai mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) salah satu misinya adalah menumbuh kembangkan daya kritis, kreatif, kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya sebagai bekal hidup bermasyarakat baik selaku individu dan makhluk sosial.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya kepekaan sosial a. Fungsi Agama tidak tercermin dalam sikap dan prilaku Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain : 1) berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh manusia untuk berbuat kebaikan dan melarang manusia untuk melakukan kejahatan. 2) berfungsi sebagai penyelamat: agama dapat menyelematkan manusia baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. 3) berfungsi sebagai perdamaian: nilai-nilai keagamaan pada umumnya adalah bertujuan untuk mewujudkan hidup berbangsa dan bernegara yang aman dan damai. 4) sebagai sosial kontrol: jika agama dipahami oleh seseorang akan dapat dijadikan sebagai introspeksi diri dalam melakukan kebaikan-kebaikan dalam hidup berbangsa dan bernegara. 5) sebagai pemupuk rasa solidaritas: agama sangat dibutuhkan untuk mendorong kepekaan sosial di tengah-tengah masyarakat. Namun sangat disayangkan, kondisi sekarang memperlihatkan fungsi agama tersebut
tidak dipahami dan tidak teraplikasi dalam sikap dan prilaku
sebagian besar mahasiswa. Contohnya ; kurangnya kepedulian terhadap sesama teman, interaksi sosial budaya yang cenderung berprilaku tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang diinginkan (pancasilais).
b) Tatakrama yang menyimpang dari kaedah dan norma
4
Tatakrama berarti adat dan sopan santun, basa-basi yang pada dasarnya berpengaruh terhadap tindakan dan prilaku, misalnya; dalam bertegur sapa, bercakap-cakap hendaknya sesuai dengan kaidah atau norma-norma tertentu. Tatakrama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat yang terdiri dari aturan-aturan yang apabila dipatuhi diharapkan dapat menciptakan interaksi sosial yang tertib dan efektif dalam masyarakat. Dengan interaksi sosial yang sesuai dengan kaedah dan norma tersebut diharapkan dapat memupuk kepekaan sosial terhadap prilaku mahasiswa dalam mewujudkan sikap yang baik agar terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa dan negara. Namun tatakrama yang telah disebutkan di atas belum terwujud sebagaimana yang diharapkan. Dalam kenyataannya terlihat mahasiswa tidak dapat bersikap terbuka, berpikiran logis dan dewasa, tidak sopan dalam berpakaian dan bercakap-cakap dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap tidak ditanamkan sejak dini kemungkinan besar akan memicu masalah-masalah yang menggoyahkan kesatuan dan persatuan bangsa seperti: - disharmonisasi yang dapat diamati dalam realita sekarang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Disharmonisasi di bawa oleh virus paradoks yang ada dalam globalisasi. - Prilaku diskriminatif yang menonjol di dalam berbagai kelompok masyarakat, yang dapat menimbulkan masalah-masalah lain yakni kesenjangan dalam berbagai bidang. Hal ini mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
c. Kurangnya perhatian keluarga terhadap pembinaan moral anak Keluarga merupakan tempat anak mendapatkan pendidikan pertama dan pendidikan dalam keluarga akan terus berlanjut hingga anak dewasa. Kurangnya perhatian keluarga terhadap pembinaan moral anak, biasanya terjadi dalam keluarga yang broken home, keluarga yang ayah dan ibunya bekerja di luar rumah, keluarga yang orang tuanya berpendidikan rendah sehingga meenyebabkan mereka tidak mampu mengkomunikasikan nilai moral terhadap anak, dan keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kurangnya perhatian keluarga terhadap pembinaan moral anak bisa menyebabkan anak kurang bahkan lebih jauhnya tidak
5
memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya, sebagai generasi muda harapan bangsa hal ini dapat menjadi ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Pengaruh teman sebaya Sebagai makhluk sosial, setiap anak memiliki teman. Kelompok sebaya atau teman sejawat (peer group) mempunyai peranan penting dalam penyesuaian diri anak (mahasiswa), Pergaulan anak dengan teman-temannya sangat berpengaruh terhadap sikap, pandangan, dan prilaku sehari-hari anak. Pengaruh pergaulan anak dengan teman-temannya akan berdampak positif manakala sikap dan prilaku temannya bernilai positif pula, sebaliknya akan berdampak negatif bila sifat dan tabi’at temannya sangat buruk atau jelek. Sedangkan intensitas pergaulan anak lebih sering dengan teman-temannya baik di sekolah, kampus, maupun di lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Abbas As-Syafah (1997, hlm.102) “Kebiasaan merokok lebih banyak dipengaruhi oleh teman sebaya”. Bukan suatu hal yang mustahil bila perobahan nilai dan prilaku buruk lainnya disebabkan pula oleh pengaruh teman sebaya. e. Pengaruh Negatif Media Komunikasi Setiap hari manusia mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi, munculnya informasi dalam berbagai wajah, kadang justru menimbulkan kebingungan bagi individu dalam memilih dan menentukan arah yang akan dipilihnya. Demikian
juga
tayangan-tayangan
yang
tidak
mendidik
seperti
kepincangan dalam penerapan hukum, kekerasan dalam berbagai lini, budaya asing yang mendominasi. Tayangan-tayangan tersebut bila ditonton oleh anak hingga remaja tanpa bimbingan dan arahan orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap merosotnya kepekaan sosial dan budaya dalam mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
6
4. Pemecahan Masalah Dari faktor-faktor penyebab kurangnya kepekaan terhadap nilai-nilai sosial budaya mahasiswa dapat kita temukan beberapa alternatif pemecahan masalahnya antara lain: a. Meningkatkan pemahaman agama dan rasa beragama mahasiswa, sehingga nilai-nilai yang terdapat dalam agama dipahami oleh mahasiswa, yang kemudian diterapkan dalam sikap dan tindakan kehidupan sehari-hari. Sehingga fungsi agama sebagai penyelamat, edukatif, perdamaian, sosial kontrol dan pemupuk rasa solidaritas berjalan sebagaimana mestinya. b. Meluruskan penyimpangan tatakrama, dengan memberikan teguran, masukan yang positif dan pembelajaran bagaimana tatacara bertegur sapa yang baik, berbicara yang santun, bersikap santun, berinteraksi sesuai dengan kaedah dan norma. c. Orang tua sebagai pilar utama pendidikan, tidak boleh lengah dalam memberi perhatian, cinta dan kasih sayang
terhadap anak. Penting bagi orang tua
menanamkan nilai-nilai moral sejak dini terhadap anak, sebagai bekal anak menghadapi masa depannya. Sehingga ketika remaja dan dewasa anak-anak tersebut mamiliki karakter yang baik, bertanggung jawab, memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya. d. Keluarga, kampus, sekolah, masyarakat hendaknya bekerjasama dalam mengontrol, mengatur
dan mengarahkan
kelompok-kelompok remaja
(mahasiswa), pergaulan remaja dengan teman sebaya berdasarkan prinsipprinsip pendidikan dan psikologi, agar pergaulan remaja dengan
teman-
temannya tidak menyimpang dari seharusnya, sehingga remaja tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang sesat seperti pergaulan bebas, seks di luar nikah, narkoba dan lain sebagainya. e. Lembaga yang terkait dalam mengatur media komunikasi hendaknya meningkatkan
peranannya
sebagai
sosial
kontrol.
Seperti
melakukan
pengawasan, menyeleksi hal-hal yang bersikap negatif, bertindak tegas bagi yang menyimpang. Menjadi filter, sehingga dapat mengantisipasi prilaku-prilaku menyimpang yang dapat merusak nilai-nilai sosial dan budaya akibat informasi yang bersifat negatif
7
Selain alternatif pemecahan masalah yang disebutkan di atas, beberapa cara lain yang dapat kita lakukan untuk mengatasi dan meminimalkan masalah yang timbul akibat kurangnya kepekaan sosial dan budaya mahasiswa dalam mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia antara lain : a. Bersikap tidak diskriminatif b. Berpikir rasional, positif, sehat dan masuk akal. c. Bersaing secara sehat antara sesama warga dalam memupuk persatuan dan kesatuan. d. Semangat religius harus ditanamkan sejak dini. e. Meningkatkan semangat nasionalisme dalam mengisi kemerdekaan. f. Menanamkan dan meningkatkan semangat pluralisme atau kebersamaan. g. Menanamkan dan meningkatkan semangat humanisme dengan setiap insani. h. Berjiwa besar dan saling menghargai dalam menyikapi perbedaan yang terdapat dalam masyarakat. i. Meningkatkan rasa kecintaan terhadap bangsa dan tanah air. j. Memupuk rasa persaudaraan di antara sesama masyarakat. k. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi efektif untuk menghindari pikiranpikiran negatif yang dapat menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat. l. Keterbukaan, kedewasaan bersikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran sosial dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan demi terwujudnya sebuah bangsa yang bhineka tunggal ika. Seharusnya di perguruan tinggi kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat juga diperoleh dari mata kuliah pendidikan sejarah perjuangan bangsa sebab di dalamnya terdapat kajian dimana mahasiswa akan dapat menerima , memahami dan mengaplikasikan nilainilai nasionalitas seperti ; - cinta bangsa dan tanah air - rela berkorban - saling menghargai - memupuk kerjasama Teraplikasinya nilai-nilai di atas dalam kehidupan dapat menunjang terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
8
C. PENUTUP Kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya di kalangan mahasiswa semakin menipis, hal ini lebih jauhnya dapat mengancam pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa. Menipis/kurangnya kepekaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; karena fungsi agama tidak/belum tercermin dalam sikap dan tingkah laku mahasiswa, tatakrama yang menyimpang dari kaedah dan norma, kurangnya perhatian keluarga terhadap pembinaan nilai dan moral anak, pengaruh negatif teman sebaya, dan informasi dari berbagai media komunikasi yang dalam berbagai wajah justru menimbulkan kebingungan serta kurangnya sosial kontrol instansi terkait terhadap informasi yang mendatangkan efek negatif. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan meminimalisasikan masalah yang timbul akibat menipis/kurangnya kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya antara lain; a) meningkatkan pemahaman dan rasa beragama mahasiswa, b) meluruskan penyimpangan tatakrama, c) orang tua hendaknya menanamkan nilai-nilai moral sejak dini dan melakukan pembinaan moral berkelanjutan, d) terjalinnya kerjasama yang baik antara keluarga, kampus, sekolah, dan masyarakat dalam mengontrol, mengatur dan mengarahkan pergaulan mahasiswa, e) instansi/lembaga yang terkait dengan media komunikasi meningkatkan fungsinya sebagai filter dan sosial kontrol terhadap berbagai informasi.
9
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Mutahim, Awan. 2003. Dinamika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Kaelan & Ahmad Zubaida. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma Abdul Syani. 1992. Sosiologi Sistematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara Bambang. 1988. Manusia, Nilai, Moral dan Hukum. (http/bambang1988 wordpress com/2009/04/13 manusia moral dan hukum diakses 10 April 2011 Setiadi, Ely M. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:Kencana Zuchdi, Damiyati. 2009. Humanisasi Pendidikan, Bumi Aksara. Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti. Jakarta: Bumi Aksara Raga Maram, Rafael. 2000. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Redi Sanuju. Ilmu Budaya Dasar dan kebudayaan Suhendar, Pien Supiah. 1993. Ilmu Budaya Dasar Suatu Studi dan Aplikasi Mustapa, M. Habib, Ilmu Budaya Dasar Kumpulan Essay – Manusia dan Budaya. Ahmadi, Abu. 1998. Ilmu Sosial Dasar
10