Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
HASIL PENELITIAN
KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN TAWAR DI KALIMANTAN TENGAH Density and Diversity of Macrozoobnthos in Several Types of Freshwater in Central Kalimantan Linda Wulandari, Putir Shinta Sherly, Yulintine dan Yuli Ruthena Laboratorium Limnologi, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya (UNPAR). (Diterima/Received : 06 September 2013, Disetujui/Accepted: 25 November 2013)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman makrozoobenthos pada beberapa tipe perairan tawar di Kalimantan Tengah. Berdasarkan hasil penelitian tentang makrozoobenthos pada 10 lokasi perairan tawar di Kalimantan Tengah ditemukan 19 jenis makrozoobenthos yang termasuk ke dalam phylum Annelida dan Nematoda serta kelas Insekta. Komposisi jenis makrozoobenthos menunjukkan jenis dari kelompok Insekta mengisi sebanyak 68,4% dari total jenis, keberadaan kelompok ini jauh lebih banyak dari pada Annelida (26,3%) dan Nematoda (5,3%). Jenis makrozoobenthos yang ditemukan dengan kepadatan individu tertinggi adalah Chironomus sp. dari Chironomidae dan diikuti oleh Pristina sp. dari Naididae. Sedangkan jenis makrozoobenthos yang ditemukan dengan kepadatan individu rendah adalah Limnodrilus sp., Traverella sp., Neurocordulia sp., Prionoxystus sp., Ormosia sp., Limnophila sp., Neureclipsis sp., dan Nygolaimus sp. Total kepadatan makrozoobenthos pada 10 lokasi berkisar antara 30 - 991 Ind/m2, dan nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0 – 1,775. Berdasarkan kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, menunjukkan bahwa beberapa tipe perairan tersebut tergolong ke dalam ekosistem perairan dengan tingkat keanekaragaman jenis makrozoobenthosnya rendah sampai sedang. Kata kunci : Komposisi Jenis, Kepadatan, Keanekaragaman
ABSTRACT The aim of this study was to analyze the density and diversity of macrozoobenthos in several types of freswater in Central Kalimantan. Based on the research result about macrozoobenthos in 10 locations, there was found 19 macrozoobenthos species belonging to phylum Annelida and Nematoda and to class of Insecta. Species composition of macrozoobenthos showed that Insecta occupied 68.4% from total of species higher than Annelida (26.3%) and Nematoda (5.3%). In terms of macrozoobenthos species, the highest density was Chironumus sp. from Chironomidae followed by Pristina sp. from Naididae, whereas macrozoobenthos species were found with lower density such as Limnodrilus sp., Traverella sp., Neurocordulia sp., Prionoxystus sp., Ormosia sp., Limnophila sp., Neureclipsis sp., dan Nygolaimus sp. Total density of macrozoobenthos in 10 locations ranged from 30 to 991 Individuals/m2, and diversity index ranged from 0 to 1.775. Based on the criteria of Shannon-Wiener diversity index, the several types of freshwater were categorized into aquatic ecosystems with species diversity index ranging from low to intermediate. Keyword : Species Composition, Density, Diversity
dimanfaatkan sekitar 40-50%. Khusus untuk wilayah Palangka Raya, luas perairan umumnya mencapai sekitar 57.362.91 Ha, yang terdiri dari danau 1.300 Ha, sungai 10.000 Ha dan rawa 46.000 Ha (Badan Pusat Statistik, 2009). Menurut Laporan Tahunan DKP Propinsi KalTeng (2002), di dalam perairan umum Kalimantan Tengah terkandung potensi produksi yang
PENDAHULUAN Provinsi Kalimantan Tengah memiliki perairan umum dengan luasan sekitar 2.333.077 Ha dimana 2.267.800 Ha merupakan daerah perairan tawar yang terdiri dari rawa seluas 1.811.500 Ha, sungai 323.500 Ha (59 buah sungai) dan danau seluas 132.800 Ha (111 buah danau) yang secara keseluruhan sudah
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
- 701 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
diperkirakan mencapai sekitar 130.000 ton per tahun dan sekitar 87.984,7 ton per tahun yang sudah dimanfaatkan. Namun dalam pemanfaatannya, perlunya upaya konservasi yaitu dengan menjaga atau melestarikan sumberdaya perikanan dengan melakukan pengelolaan terhadap perairan umum di Kalimantan Tengah baik sungai, danau maupun rawa. Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya. Kehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tetapi juga pada dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas, karena ketersediaan nutrien juga terbatas. Oleh karena itu hewan yang hidup di air dalam, hanyalah hewanhewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien juga terbatas, sekaligus bersifat bertoleran (Isnaeni, 2002). Salah satu organisme yang ditemukan hidup pada substrat/sedimen di dasar perairan adalah organisme benthos yang merupakan makro avertebrata air dengan ukuran > 0,5 mm, dan sebagian diantaranya peka terhadap perubahan lingkungan (Rosenberg and Resh, 1993). Menurut Hariyadi et al., 1992 ; Odum, 1994 organisme benthos merupakan salah satu sumber makanan penting bagi ikan dan organisme perairan lainnya. Hewan benthos juga berperan dalam mendaur ulang bahan-bahan organik dan membantu proses mineralisasi sehingga dapat digunakan untuk menduga tingkat kesuburan perairan. Informasi tentang keberadaan makrozoobenthos di beberapa sungai di Kalimantan Tengah menunjukkan keanekaragaman makrozoobenthos di Sungai Kahayan lebih rendah dibandingkan Sungai Rungan dan Sebangau (Welsiana et al., 2006). Menurut hasil penelitian Wulandari (2010) di Sungai Kahayan Kota Palangka Raya menunjukkan presentase makrozoobenthos yang paling banyak di isi oleh kelompok Diptera yaitu sebesar 77, 17 % dan diikuti oleh Oligochaeta sebesar 21, 30 %, Ephemeroptera 0,90 %, Odonata 0,24 %, Pelecypoda 0,21 % dan komposisi terkecil oleh kelompok Trichoptera sebesar 0,18 %. Kepadatan dan keanekaragaman makrozoobenthos di beberapa danau di Kalimantan Tengah menunjukkan kepadatan makrozoobenthos berkisar antara 22040 – 38220 Ind/m2, dengan tingkat keanekaragaman tergolong rendah di Danau Tahai (Winata, 2003), dan kepadatan makrozoobenthos berkisar antara 176 – 1154 Ind/m2, dengan tingkat keanekaragaman
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
tergolong sedang di Danau Panganen (Pujiantoro, 2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman makrozoobenthos di berbagai tipe perairan tawar di wilayah Kalimantan Tengah.
METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan yaitu dimulai dari bulan Maret sampai Mei 2012. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan pada beberapa lokasi yaitu beberapa tipe perairan tawar yang tersebar di wilayah Kalimantan Tengah yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Tipe Perairan Tawar di Kalimantan Tengah.
2.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan metode yang digunakan seperti yang terdapat pada Tabel 2. 3. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel pada setiap lokasi dilakukan dengan metode secara Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel pada setiap lokasi dilakukan pada titik yang dianggap penting dan dapat mewakili kondisi masing-masing tipe perairan tawar. Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan 1 (satu) kali periode sampling dengan 3 (tiga) ulangan pada pada tiap-tiap lokasi perairan tawar tersebut di atas, sehingga diperoleh 30 sampel makrozoobenthos selama masa pengamatan. Identifikasi jenis makrooobenthos dilakukan di Laboratorium Limnologi Jurusan Perikanan Universitas Palangka Raya. Identifikasi taksa
- 702 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
makrozoobenthos dilakukan dengan menggunakan berbagai literatur yang berkaitan dengan deskripsi dan identifikasi makrozoobenthos antara lain :The Fauna of British India (Stephenson, 1923), Aquatic Oligochaeta of the world ( Brinkhurst and Jamieson, 1971), The Freshwater Invertebrates of North America (Pennak, 1978), Ecology and Clasification of North America Freshwater Invertebrates (Thorp and Covich, 1991), An Introduction to The Aquatic Insects of North America (Merrit and Cummins, 1996), Guide to The Freshwater Oligochaetes of North America (Kathman and Brinkhurst, 1999), Record of Ten Freshwater Oligochaete Species (Annelida, Clitellata) From Sumatra, Java and Kalimantan Indonesia (Ohtaka et al., 2006).
Indeks Keanekaragaman (H’) Rumus keanekaragaman menurut Shannon Wiener dalam Krebs (1989) adalah sebagai berikut :
Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman S = Jumlah jenis/spesies pi = ni/N (Jumlah total individu ke – i/ jumlah total individu) Menurut Krebs (1989), kriteria keanekaragaman adalah sebagai berikut : = Keanekaragaman rendah H’ 1 1
Tabel 2. Alat dan Bahan Serta Metode Pengambilan Sampel Parameter Fisika, Kimia dan Makrozoobenthos pada Beberapa Tipe Perairan di Wilayah Kalimantan Tengah
H’
penelitian
3 = Keanekaragaman sedang
3 = Keanekaragaman tinggi Data yang diperoleh dianalisis dalam bentuk tabulasi dan grafik kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan literatur pendukung. H’
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komposisi Jenis Makrozoobenthos Berdasarkan hasil penelitian tentang makrozoobenthos pada 10 lokasi perairan tawar di Kalimantan Tengah ditemukan 19 jenis makrozoobenthos dengan komposisi 5 jenis dari phylum Annelida, 13 jenis dari kelompok Insekta dan 1 jenis dari phylum Nematoda. Phylum Annelida yang ditemukan merupakan family Naididae yang terdiri dari Limnodrilus sp., Pristina sp., Stephensoniana sp., Dero digitata dan Aulophorus furcatus. Sementara itu buntuk kelompok Insekta yang ditemukan terdiri dari 5 ordo yaitu ordo Ephemeroptera, Odonata, Tricoptera dan Diptera. Makrozoobenthos dari ordo Ephemeroptera yang ditemukan antara lain : family Leptophlebidae yaitu Traverella sp., dari ordo Odonata antara lain : Neurocordulia sp., ordo Lepidoptera antara lain : family Cossidae yaitu Prionoxystus sp., ordo Tricoptera antara lain : family Polycentropodidae yaitu Neureclipsis sp., dan Phylocentropus sp., ordo Diptera antara lain : family Tipulidae yaitu Limnophila sp., dan Ormosia sp., family Chironomidae yaitu Chironomus sp., Polypedilum sp., Procladius sp., family Ceratopogonidae yaitu Culicoides sp., Dasyhelea sp., serta phylum Nematoda yaitu Nygolaimus sp. Komposisi jenis makrozoobenthos pada lokasi penelitian tersebut di atas menunjukkan keberadaan jenis dari kelompok Insekta (68,4%) jauh lebih banyak dari pada Annelida
4. Analisis Data Kepadatan Rumus kepadatan menurut Odum (1994) adalah sebagai berikut : N=
Keterangan : N = Kelimpahan (individu/ ) N = Jumlah individu yang ditemukan dalam Ekman Grab ) A = Luas Ekman Grab ( 10000
= Konversi dari
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
ke
- 703 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
(26,3%) dan Nematoda (5,3%). Sedangkan komposisi jenis dari kelompok Insekta menunjukkan ordo Diptera mengisi 53,8% dari total jenis di kelompoknya, yang artinya ordo Diptera memiliki jumlah jenis lebih besar dibandingkan ordo lainnya. Tingginya komposisi jenis makrozoobenthos dari ordo Diptera kemungkinan disebabkan karena kelompok organisme tersebut lebih dapat beradaptasi dengan baik pada perubahan kondisi lingkungan perairan, hal ini sesuai dengan pendapat Wetzel, 2000 yang menyatakan kelompok Diptera merupakan komponen dominan organisme dasar, dan terdapat pada berbagai tipe perairan, memiliki jumlah jenis yang banyak serta dapat beradaptasi dengan baik. Penyebaran jenis makrozoobenthos yang ditemukan di Sungai Kahayan, Sungai Sebangau, Sungai Rungan, Sungai Katingan, Danau Lais, Danau Tahai, Danau Tasik Tanjung, Rawa Kalampangan, Rawa Katimpun dan Rawa Kereng Humbang cenderung tidak merata (Tabel 3). Dari kelompok Insekta, jenis makrozoobenthos yang paling banyak ditemukan adalah Chironomus sp. dari Chironomidae, jenis ini juga terdapat hampir disetiap lokasi penelitian. Menurut Wiederholm, 1983 dan Epler, 1992, Chironomidae merupakan sebuah group penting dalam kelomppok Insekta karena memiliki kelimpahan yang besar, keanekaragaman yang tinggi dan terdapat pada berbagai tipe ekosistem perairan. Jenis makrozoobenthos lainnya yang juga ditemukan dengan kepadatan yang tinggi adalah Pristina sp. dari Naididae. Sedangkan yang paling sedikit yaitu dari jenis Limnodrilus sp., Traverella sp., Neurocordulia sp., Prionoxystus sp., Ormosia sp., Limnophila sp., Neureclipsis sp., dan Nygolaimus sp.
Sungai Sebangau diduga karena dipengaruhi oleh parameter kualitas air, hal ini sesuai dengan pernyataan Wilhm, 1975 yang menyatakan bahwa perubahan-perubahan kualitas air sangat mempengaruhi kehidupan makrozoobenthos, baik komposisi maupun ukuran populasinya. Diantara parameter fisika dan kimia perairan di Sungai Sebangau menunjukkan nilai yang sangat rendah yaitu 2,66. Menurut Effendi, 2003 nilai pH perairan dapat berpengaruh terhadap komunitas biologi perairan termasuk organisme benthos dimana pada nilai pH ≤ 4,5 dapat menyebabkan penurunan kepadatan, komposisi dan keanekaragaman organisme perairan, dan hal ini akan semakin berpengaruh jika ketersediaan oksigen terlarut diperairan sangat minim.
2. Kepadatan Makrozobenthos Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dengan mengkonversikan luasan bukaan Ekman Grap, nilai total kepadatan makrozoobenthos yang diperoleh di Sungai Kahayan, Sungai Sebangau, Sungai Rungan, Sungai Katingan, Danau Lais, Danau Tahai, Danau Tasik Tanjung, Rawa Kalampangan, Rawa Katimpun dan Rawa Kereng Humbang dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan gambar 1 tersebut, menunjukkan nilai total kepadatan makrozoobenthos pada 10 lokasi berkisar antara 30 - 991 Ind/m2. Kepadatan makrozoobenthos pada beberapa sungai di Kalimantan Tengah menunjukkan nilai kepadatan pada Sungai Kahayan, Sungai Rungan, Sungai Katingan lebih tinggi dibandingkan Sungai Sebangau, dengan nilai kepadatan tertinggi pada Sungai Katingan. Rendahnya kepadatan makrozoobenthos di
Kepadatan makrozoobenthos pada Danau Lais (DAS Kahayan) dan Danau Tahai (DAS Rungan) relatif sama dimana nilai kepadatan makrozoobenthos pada kedua danau ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Danau Tasik Tanjung (DAS Katingan). Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tipe subtrat dasar perairan yaitu lumpur serasah. Hal ini seseuai dengan penyataan Susanto dalam Dahuri et al., 1997 dimana tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis hewan benthos disuatu perairan. Substrat berupa lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme yang hidup didalamnya harus dapat beradaptasi pada keadaan ini Sedangkan kepadatan makrozoobenthos pada beberapa rawa di Kalimantan Tengah menunjukkan keberadaan makrozoobenthos pada Rawa Katimpun dan Rawa Kereng Humbang lebih tinggi dibandingkan dengan Rawa Kalampangan. Sama halnya dengan rendahnya
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Gambar 1. Kepadatan Makrozoobenthos di beberapa tipe perairan tawar di wilayah Kalimantan Tengah Selama Masa pengamatan. Keterangan : 1. Kh : Kahayan 6. Th : Tahai 2. Sbg : Sebangau 7. TT : Tasik Tanjung 3. Rg : Rungan 8. Kl : Kalampangan 4. Ktg : Katingan 9.Ktp : Katimpun 5. Ls : Lais 10. KH : Kereng Humbang
- 704 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
kepadatan makrozoobenthos di Sungai Sebangau, perbedaan tingkat kepadatan yang cukup besar antara Rawa tersebut di atas juga kemungkinan dipengaruhi oleh parameter kualitas air yaitu pH perairan.
relatif lebih banyak dibandingkan dengan Danau Lais. Keanekaragaman terendah terdapat pada Danau Tasik Tanjung, hal ini diduga karena pengaruh parameter kualitas air yaitu pH perairan. Sedangkan keanekaragaman makrozoobenthos pada Rawa di Kalimantan Tengah menunjukkan Rawa Katimpun dan Rawa Kereng Humbang lebih tinggi dibandingkan Rawa Kalampangan. Rendahnya nilai keanekaragaman Rawa Kalampangan disebabkan juga oleh parameter kualitas air yaitu pH, dimana pH pada Rawa Kalampangan ditemukan sangat rendah dengan nilai 2,89. Tidak meratanya jumlah individu untuk setiap spesies berhubungan dengan pola adaptasi masingmasing spesies, terhadap ketersediaan tipe substrat dan makanan, kondisi lingkungan serta adanya predator. Menurut Pratiwi (2004), bahwa tingkat keanekaragaman jenis benthos pada suatu perairan merupakan cerminan variasi dari toleransinya terhadap kisaran parameter lingkungan, dimana komunitas pada lingkungan yang kurang baik dicirikan oleh keanekaragaman jenis yang rendah dan adanya perubahan struktur komunitas dari yang mantap menjadi tidak mantap. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai indek keanekaragaman≥ 1 di Sungai Rungan dan Katingan, Danau Tahai dan Rawa Katimpun, hal ini menunjukkan komunitas makrozoobenthos pada tipe perairan tawar tersebut cenderung lebih stabil dibandingkan perairan pada lokasi lainnya, hal ini seseuai dengan pendapat Stirn (1981) dan Odum (1994) yang menyatakan bahwa komunitas yang stabil cenderung mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan tidak ada dominasi jenis. Lebih lanjut Soegianto (1994) menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas tersebut disusun oleh sangat sedikit jenis dan jika ada jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
3. Keanekaragaman Makrozoobenthos Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman pada beberapa tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah yang berkisar antara 0 – 1,775 (Gambar 2). Setelah di bandingkan dengan kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dalam Krebs (1989), menunjukan bahwa beberapa tipe perairan tersebut tergolong kedalam perairan dengan tingkat keanekaragaman jenis makrozoobenthosnya rendah sampai sedang.
Gambar 2. Keanekaragaman (H’) Makrozoobenthos di beberapa tipe perairan tawar di wilayah Kalimantan Tengah Selama Masa pengamatan. Keterangan singkatan masing-masing lokasi sama dengan yang terdapat pada Gambar 1. Keanekaragaman jenis makrozoobenthos pada Sungai Rungan, Katingan dan Kahayan lebih tinggi dari Sungai Sebangau. Diantara tiga sungai ini keanekaragaman tertinggi terdapat pada sungai Rungan yang berarti jenis makrozoobenthos pada Sungai Rungan relatif lebih banyak atau tinggi dibandingkan Sungai Katingan dan Sungai Kahayan. Dilihat dari nilai indeks keanekaragaman Sungai Rungan lebih tinggi dari Sungai Katingan, walaupun kepadatan makrozoobenthos pada Sungai Katingan lebih tinggi dari Sungai Rungan, hal ini disebabkan karena pada Sungai Katingan jumlah individu dari tiap-tiap jenis makrozoobenthos lebih banyak dibandingkan Sungai Rungan. Keanekaragaman makrozoobenthos pada Danau Lais (DAS Kahayan) dan Danau Tahai (DAS Rungan) lebih tinggi dari Danau Tasik Tanjung (DAS Katingan). Dimana nilai keanekaragaman tertinggi terdapat pada Danau Tahai karena jumlah jenis makrozoobenthos yang ditemukan pada Danau Tahai
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
4. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Berdasarkan data hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air yang dilaksanakan secara insitu menunjukkan Kualitas air di beberapa tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah selama masa penelitian menunjukkan suhu rata-rata perairan berkisar antara 21,3 – 28,53oC, dengan suhu rata-rata 25,27oC. Berdasarkan nilai suhu tersebut menunjukkan masih dalam keadaan normal untuk kehidupan organism perairan termasuk makrozoobenthos, hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003), dimana kisaran suhu yang baik untuk kehidupan organisme perairan adalah 20oC – 30oC. Sedangkan pada suhu 35oC –
- 705 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
40oC akan dapat mematikan organisme dasar perairan antara lain makrozoobenthos. Kedalaman perairan berkisar antara 0,4 m – 6,3 , dengan kedalaman.rata-rata 1,69 m. Kedalaman tertinggi terdapat pada Danau tasik Tanjung dan terendah terdapat pada rawa Kalampangan. Kekeruhan perairan berkisar antara 104 -766 NTU, dengan kekeruhan rata-rata 398 NTU. Kekeruhan tertinggi terdapat di Sungai Kahayan dan terendah di danau Tahai. Nilai kekeruhan yang cukup tin ggi di Sungai Kahayan menyebabkan tingkat kecerahan perairan relative rendah. Menurut Effendi (2003), kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu system osmoregulasi organisme aquatik. Derajat keasaman perairan berkisar antara 2,17 – 6,61, dengan pH rata-rata perairan 4,64. Nilai pH tertinggi terdapat di Sungai Katingan dan terendah terdapat di Sungai Sebangau dan Rawa Kalampangan. Cenderung rendahnya nilai pH di Sungai Sebagau dan Rawa Kalampangan kemungkinan besar disebabkan oleh kontribusi dari pada Rawa gambut yang berada di sekitar perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusnaedi (2006), bahwa pada dasarnya air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau dataran rendah yang mempunyai ciri-ciri umum yaitu intensitas warna yang tinggi (kuning atau merah kecoklatan), pH rendah antara 2-5, rasanya masam, kandungan zat organiknya, tinggi serta rendahnya konsentrasi partikel dan kation. Oksigen terlarut perairan berkisar antara 4,41 – 10,22 mg/L, dengan DO rata-rata perairan 7,479 mg/L. Berdasarkan nilai oksigen terlarut tersebut menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut tersebut masih mampu mendukung kehidupan organisme aquatic, hal ini didasari oleh pernyataan Pescod dalam Purwaningsih (1992), bahwa kandungan oksigen terlarut 2 mg/L sudah cukup mendukung kehidupan biota aquatik. Jenis substrat yang sangat dominan terdapat pada tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah yaitu lumpur berserasah, tanah gambut dan berserasah, liat berpasir, pasir berserasah. Menurut Welch dan Lindell (1980), substrat dasar perairan terdiri dari bermacam – macam tipe, dan tipe substrat mempunyai pengaruh pula terhadap keberadaan makrozoobenthos.
Nilai total kepadatan jenis makrozoobenthos di beberapa tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah berkisar antara 30 sampai 991 Ind/m2. Kepadatan jenis makrozoobenthos yang ditemukan paling tinggi untuk masing-masing tipe perairan adalah Sungai Katingan untuk tipe perairan sungai, danau Tahai untuk tope danau, dan rawa Katimpun untuk tipe rawa. Keanekaragaman makrozoobenthos yang ditemukan di beberapa tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah berkisar antara 0 – 1.775 dengan nilai terendah pada Rawa Kereng Humbang dan nilai tertinggi pada Danau Tahai. Hal ini menunjukkan keanekaragaman (H’) makrozoobenthos di beberapa tipe perairan tersebut tergolong dengan keanekaragaman rendah sampai sedang. Kualitas air di beberapa tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah selama masa penelitian menunjukkan suhu rata-rata perairan adalah 25,27 , kedalaman rata-rata perairan 1,69 m, kekeruhan ratarata 398 NTU, pH rata-rata perairan 4,641, kecerahan rata-rata perairan 10,9 oksigen terlarut rata-rata perairan 7,479 mg/L dan jenis substrat yang sangat dominan terdapat pada tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah yaitu pasir, liat, lumpur dan berserasah. Berdasarkan nilai rata-rata kualitas perairan tersebut menunjukkan bahwa kualitas perairan di beberapa tipe perairan di wilayah Kalimantan Tengah masih cukup baik untuk kehidupan organisme perairan. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada laboratorium Limnologi Jurusan Perikan Universitas Palangka Raya dan staf laboratorium atas penyediaan fasilitas penelitian serta telah membantu penulis dan tim dalam kegiatan sampling di lapangan dan analisa sampel di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2009. Kalimantan Tengah Dalam Angka Tahun 2008. BPS Propinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya.
KESIMPULAN
Brinkhurst, R.O and B. G.M., Jamieson. 1971. Aquatic Oligochaeta in The World. Northumberland Press Limited. Toronto.
Makrozoobenthos yang ditemukan di beberapa tipe perairan tawar di wilayah Kalimantan Tengah terdiri dari 3 (tiga) group yaitu Annelida, Insekta dan Nematoda.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Dahuri, R. Suryadiputra, I.N.N., Zairion, Sulistiono. 1997. Metode dan teknik analisis biota air.
- 706 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
Materi Kursus Penyusun Amdal (27 Oktober – 1 Desember 1997). Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian. IPB.
Pennak, R.W. 1978. The Freshwater Invertebrates of North America. The Ronald Press Company. New York.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). 2002. Laporan Tahunan 2002. Dinas Kelautan dam Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya.
Pratiwi, N.T.M. 2004. Studi Kualitas Perairan Sungai Berdasarkan Indikator Keberadaan Makrozoobenthos (Studi Kasus 1996-2001). Manajemen Bioregional Jabodetabek : Profil & Strategi Pengelolaan Sungai dan Aliran Air. Pusat Penelitian Biologi – LIPI.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Epler, J. H. 1992. Identification Manual for the Larva Chironomidae (Diptera) of Florida. Florida Department of Environmental Protection.
Pujiantoro, D., 2011. Struktur Jenis Makrozoobenthos di Perairan Danau Panganen Desa Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. (Skripsi) (tidak dipublikasikan) Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Palangka Raya.
Haraguchi, A. 2007. Effect of Sulfuric Acid Discharge on River Water Chemistry in Peat Swamp Forest in Central Kalimantan, Indonesia. Limnology 2007 8:175-182.
Rosenberg, D.M., and V. H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates. Chapman and Hall. New York.
Haryadi, S, B., Widigdo dan I.N.N., Suryadiputra. 1992. Limnologi. Metoda Analisa Kualitas Air. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Soegianto, A. 2004. Metode Pendugaan Pencemaran Perairan dengan Indikator Biologis. Airlangga University Press. Surabaya.
Isnaeni, W. 2002. Fisiologi Hewan. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Stephenson, J. 1923. The Fauna of British India. Tailor and Francis. London.
Kathman, R and R. D., Brinkhurst. 1999. Guide to The Freshwater Oligochaetes of Nort America. College Grove Tennessee 37046. USA.
Stirn, J. 1981. Manual of Method in Aquatic Environment Research. FAO Fisheries Tech Nicalpaper.
Krebs, C. J. 1989. Ecology Methodology. Harper Collin Publisher. Canada.
Thorp, H. J and A. P., Covich. 1991. Ecology and Clasification of North America Freshwater Invertebrates. Academic Press Inc. California. USA.
Kusnaedi, 2006. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Penebar Swadaya. Jakarta.
Welsiana, S, Yulintine, T., Septiani, L., Wulandari, Trisliana, Yurenfrie and A., Haraguchi. 2006. Macrozoobenthos of Several Rivers and Canals of Central Kalimantan. JSPS-LIPI Core University Program, “Environmental Management of wetland Ecosystem in Southeast Asia” Annual Report.
Merrit, R. W and K. W. Cummins. 1996. An Introduction to The Aquatic Insects of North America. Third Edition Kendall Hunt Publishing Company. Iowa. Odum,
E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. (Terjemahan) Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Wetzel, R. G. 2000. Limnology (Lake and River Ecosytem). Third Edition Academic Press. San Diego.
Ohtaka, A, Y., Sudarso and L., Wulandari. 2006. Record of Ten Freshwater Oligochaete Species (Annelida, Clitellata) From Sumatra, Java and Kalimantan Indonesia. Treubia 2006 34:37-57.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
Wiederholm, T. 1983. Chironomidae of the Holarctic Region. Keys and Diagnoses. Part 1. Larvae. Entomologica Scandinavica. Supplement no 19.
- 707 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
Wilhm, J. L. 1975. Biological Indicator of Pollution, in River Ecology (Witton. Ed). Blackwell Scientific Publication. Oxford. Winata. 2002. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Danau Tahai Kota Palangka Raya. Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Palangka Raya. Palangka Raya. Wulandari, L., Yulintine, and T., Septiani. 2006. The Seasonal Changes in Abundance and Diversity of Macrozoobenthos of Lakes in the Vicinity of Sigi Village, Central Kalimantan, Indonesia. JSPS-LIPI Core University Program, “Environmental Management of Wetland Ecosystem in Southeast Asia” Annual Report. Wulandari, Mangalik, A., Rahman, M., dan Haris, A. 2010 Analisis Pencemaran dan Struktur Komunitas`Makrozoobenthos di Sungai Kahayan Kota Palangka Raya. EnviroScienteae, Jurnal ilmiah bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol. 6, Nomor 1 : 23-31.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
- 708 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 701-709
Linda Wulandari dkk. : Kepadatan dan .....
Tabel 3. Total Jenis, Kepadatan (N) dan Keanekaragaman (H’) jenis makrozoobenthos yang ditemukan di beberapa tipe perairan tawar di Kalimantan Tengah
.
Keterangan singkatan masing-masing lokasi sama dengan yang terdapat pada Gambar 1.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
- 709 -
ISSN: 1907-736X