1
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI PULAU TERNATE
FADILA TAMNGE
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
2
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI PULAU TERNATE
FADILA TAMNGE
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
3
RINGKASAN FADILA TAMNGE. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Pulau Ternate. Dibimbing Oleh YENI ARYATI MULYANI dan ANI MARDIASTUTI. Pulau Ternate yang tercatat sebagai kawasan Endemic Bird Area (EBA) dengan nomor ID 171 (Chan et al. 2004) memiliki beberapa tipe habitat diantaranya hutan pantai, mangrove, hutan primer, kebun campuran tua, danau, permukiman, dan Ruang Terbuka Hijau yang dapat dikembangkan sebagai kantong-kantong atau habitat burung. Ketersediaan tipe habitat yang beraneka ragam akan mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman jenis burung yang ada pada suatu lokasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan habitat burung, (2) mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung, dan (3) mengidentifikasi komposisi guild burung. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data atau informasi sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam pengembangan Kota Ternate. Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat (kebun campuran tua, hutan pantai, danau, permukiman, dan Ruang Terbuka Hijau) di Pulau Ternate pada bulan Januari-Februari 2012. Kondisi vegetasi dan habitat digambarkan menggunakan data kualitatif yang dikumpulkan secara langsung, pengumpulan data burung menggunakan metode IPA, dan pengelompokkan guild merujuk pada Faaborg (1988) dan Coates dan Bishop (1997). Analisis data profil habitat dan guild dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisis keanekaragaman jenis burung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kesamaan komunitas burung. Tercatat 51 jenis burung dari 17 suku yang ditemukan di Pulau Ternate. Terdapat 11 jenis burung yang tidak ditemukan serta 22 jenis baru jika dibandingkan dengan hasil Widodo et al. (2011). Keanekaragaman jenis burung tertinggi ditemukan di habitat danau, sedangkan habitat RTH merupakan habitat dengan keanekaragaman jenis burung terendah. Habitat dengan nilai H’ tertinggi yaitu habitat danau (H’=2,56) sedangkan yang terendah yaitu habitat RTH (H’=0,89). Habitat dengan nilai E tertinggi yaitu permukiman (E=0,76), sedangkan yang terendah yaitu habitat RTH (E=0,43). Habitat dengan kesamaan komunitas burung tertinggi adalah permukiman dan RTH (IS=0,54) yang dipengaruhi oleh keberadaan jenis vegetasi dan kesamaan karakteristik habitat. Guild tertinggi berdasarkan jumlah jenis dan individu burung yaitu dari kelompok pemakan serangga sedangkan guild dengan jumlah jenis dan individu burung terendah yaitu dari kelompok grup burung lain. Ada beberapa kebijakan dalam pengelolaan yang dapat diimplementasikan, yaitu (1) mempertahankan habitat bagi berbagai jenis burung, (2) penanaman jenis-jenis vegetasi yang digemari oleh burung, (3) monitoring berkala, dan (4) pengembangan kegiatan berbasis lingkungan hidup. Kata kunci: Keanekaragaman burung, Habitat, Guild, Pulau Ternate.
4
ABSTRACT FADILA TAMNGE. Birds Diversity at Several Habitat in Ternate Island. Under Supervision of YENI ARYATI MULYANI and ANI MARDIASTUTI. Ternate Island is a small island that has not been studied intensively for it bird community. The objectives of this research were (1) to describe the habitat of birds, (2) to examine bird diversity, and (3) to examine guild composition. The research was conducted at five habitats (mix planting, coastal forest, lake area, residential area, and open spaces (OS)) in January- February 2012. A descriptive analysis was used to describe the habitat profile and guild, whilst bird diversity was analyzed using Shannon-Wienner diversity index and Jaccard index of similarity. A total of 51 bird species from 17 families was recorded. The highest diversity was in the lake area (H’= 2,56) and the lowest diversity was in OS (H’= 0,89). The highest similarity index was between residential area and OS (IS= 0,54). The most dominant guild was insectivores and the most dominant bird was Passer montanus. Recommended management implication are: (1) provide and maintain bird habitat, (2) planting a favourite vegetation for birds, (3) intensive monitoring, and (4) develop an environmental education programs. Key words: Bird diversity, habitat, guild, Ternate Island.
5
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Pulau Ternate” adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi ataupun lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Fadila Tamnge E34070022
6
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Pulau Ternate Fadila Tamnge E34070022
Mengetahui, Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc. NIP. 19610411 198703 2 001
Prof.Dr. Ir. Ani Mardiastuti,M.Sc. NIP. 19590925 198303 2 002
Mengetahui Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003 Tanggal Lulus :
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim. Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala karunia, curahan rahmat dan kekuatan serta kasih sayang-Nya yang maha luas sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Karya ilmiah yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Pulau Ternate” dengan pembimbing Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sebagai ujian akhir dari masa perkuliahan, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tidak lupa, penulis juga memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun selama ini.
Bogor, Februari 2013
Penulis
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Fadila Tamnge dilahirkan di Ternate pada tanggal 8 Maret 1989 sebagai anak pertama dari 4 bersaudara pasangan Bapak Riswan Rosita dan Ibu Ruslia Tamnge. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 di Taman Kanakkanak Al-Chairaat dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar SDN 1 Bastiong pada tahun 1995-2001, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Ternate hingga tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima sebagai siswa non-test di SMAN 1 Ternate dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Selama kuliah di IPB penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan, diantaranya menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (tahun 2008-sekarang). Penulis adalah anggota HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata), Kelompok Pemerhati Burung (KPB) “Perenjak” (tahun 2008 - 2010). Penulis juga tergabung sebagai anggota dalam Komunitas Seni Masyarakat Rumput Fakultas Kehutanan (tahun 2009 - 2010). Penulis pernah menjabat sebagai sekretaris dalam Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Tengah (tahun 2009 dan 2010). Pengalaman lapangan penulis meliputi praktikum Ekologi Satwaliar di Taman Nasional Way Kambas Lampung tahun 2008, Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Rawa Danau Banten tahun 2009, RAFFLESIA di Cagar Alam Burangrang Purwakarta tahun 2010, SURILI di Taman Nasional Manupeu Tanadaru Nusa Tenggara Timur tahun 2009, SURILI di Taman Nasional Sebangau Palangkaraya Kalimantan Tengah tahun 2010. Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Pangandaran-Gunung Sawal, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan pada tahun 2011
iii
penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Pulau Ternate” dibawah bimbingan Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.
iv
UCAPAN TERIMA KASIH Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan kekuatan-Nya yang maha luas sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penghargaan dan terimakasih yang pertama penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta (mama dan papa) atas doa dan kasih sayang serta dukungan moril dan materi yang telah diberikan. Kepada Abubakar Tamnge (alm) dan Norma Duwila (alm) atas kasih sayang dan pelajaran hidup kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing atas arahan, bimbingan, dan dorongan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Ibu Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si yang telah menjadi moderator saat seminar skripsi, Bapak Dr. Soni Trison, S.Hut, M.Si yang telah bersedia sebagai penguji pada ujian komprehensif serta Ibu Resti Meilani, S.Hut, M.Si yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis. 3. Nursjafani, M. Viktor Tamnge, dan Mukhlis Tamnge atas kasih sayang dan doanya selama ini. Untuk saudara dan saudariku tersayang M. Fadhli Ramadhan Rosita, M. Gifran Tamnge, Nurul Maghfira Amelia Rosita, dan spesial untuk Nurul Salsabhilla Rosita yang selalu menyempatkan diri menemani penulis selama penelitian. 4. Ibu Ratna, Ibu Titin, Pak Acu, dan Ibu Evan serta segenap staf tata usaha Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak membantu persiapan administrasi dari awal penelitian hingga proses ujian komprehensif. 5. Indah Sulistin, Reza Pradipta, Agus Prayitno, Sri Gosleana, Windy Mardiqa dan Hadi Surono atas bantuannya dalam pembuatan peta dan sketsa profil pohon. 6. Rifnaldi, Ino, Kak Dev, Iduks, Mba Asty dan Ko Bas sebagai partner dan teman di lokasi penelitian.
vv
7. Anindya Gitta, Brigitta Prita, Meli Maria Ulpah, dan Choirunnisa Wihda Desyanti atas beberapa cobaan yang disuguhkan, mengatasi cobaan tersebut dan akhirnya kita tumbuh bersama. 8. Fadhillah Iqra, Fela Aditina, Resi Nurlinda, Destian Nori, Asih Ratnasih, dan Adam Febriansyah atas semangat, doa, dan motivasinya. 9. Insan Kurnia, S.Hut M.Si, Lina K Dewi, S.Hut, Hari Poernomo, S.Hut, dan Dera Syafrudin, S.Hut atas masukan, diskusi, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi. 10. KPB 44 dan 45 “Perenjak” Zulfikri, Aditya Wahyu, Tutia Rahmi, Aronika, Rahmat Hidayat, Faid, Dahlan, Nayunda, Hireng, Muthia, Setiawan, Arya Metananda, Septiani Dian Arimukti, Eko Okta, Rama Wisnu, Aditya Kuspriyangga, Dwi Meylinda, dan Annieke Stevani atas ilmu, moment, dan pengalaman berharga. 11. Keluarga Besar HIMAKOVA, terima kasih atas ilmu dan pengalaman berorganisasi. Beberapa hal yang sempat menjengkelkan dan melelahkan adalah sesuatu yang indah. 12. Didith Prahara, S.H atas kasih sayang dan motivasinya. 13. Teman-teman seperjuangan KSHE 44 “KOAK” dan FAHUTAN 44 atas kebersamaan selama ini serta menjadi ruang untuk pendewasaan diri dan persaudaraan. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih.
vi
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………………......... i DAFTAR ISI ……………………………………………………………………
vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...
ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………
xi
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………
1
1.1 Latar belakang …………………………………………………...
1
1.2 Tujuan ……………………………………………………………
2
1.3 Manfaat …………………………………………………………..
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..........
4
2.1 Habitat burung …………………………………………………...
4
2.2 Keanekaragaman jenis burung ………………………………….
4
2.3 Guild ……………………………………………………………..
8
2.4 Gangguan terhadap burung ………………………………………
9
2.5 Kota dan ruang terbuka hijau ……… …………………………..
10
BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ………………………..
12
3.1 Kondisi geografis ………………………………………………...
12
3.2 Kondisi fisik pulau ternate ………………………………………
12
3.2.1 Geomorfologi ………………………………………………
12
3.2.2 Topografi dan ketinggian wilayah …………………………
13
3.2.3 Iklim ………………………………………………………..
13
3.3 Kondisi Biotik Pulau Ternate ……………………………………
14
3.3.1 Flora ………………………………………………………..
14
3.3.2 Fauna ………………………………………………………
14
3.4 Kondisi Sosial Ekonomi …………………………………………
15
3.4.1 Kependudukan ……………………………………………..
15
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………………
16
4.1 Lokasi dan waktu penelitian ……………………………………..
16
vii
BAB V
4.2 Alat ………………………………………………………………
19
4.3 Alat yang dikumpulkan ………………………………………….
19
4.4 Metode pengumpulan data ………………………………………
19
4.4.1 Profil Habitat ………………………………………………
19
4.4.2 Keanekaragaman jenis burung …………………………….
20
4.4.3 Guild burung ……………………………………………….
20
4.5 Analisis Data ……………………………………………………..
21
4.5.1 Analisis profil habitat ……………………………………...
21
4.5.2 Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis burung …..
21
4.5.3 Indeks kesamaan komunitas burung ………………………
22
4.5.4 Analisis guild ………………………………………………
22
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………...
24
5.1 Hasil ……………………………………………………………...
24
5.1.1 Deskripsi habitat …………………………………………...
24
5.1.2 Keanekaragaman jenis burung ……………………………
37
5.2 Pembahasan ……………………………………………………...
46
5.2.1 Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di
46
pulau ternate …………………………………………….. 5.2.2 Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis burung ......
52
5.2.3 Indeks kesamaan komunitas burung ……………………..
53
5.2.4 Keanekaragaman guild di lokasi penelitian ………………..
53
5.2.5 Status burung dilindungi …………………………………...
56
5.2.6 Implementasi terhadap kebijakan pengelolaan ……………
57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………...
59
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………..
59
6.2 Saran …………………………………………………………….
60
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
61
LAMPIRAN ……………………………………………………………….........
65
viii
DAFTAR TABEL No 1
Halaman Jenis-jenis burung yang dijumpai pada observasi 26 Juli-12 Agustus 2009 di Pulau Ternate ........................................................
2
5
Jenis-jenis burung hasil survei Burung Indonesia di Pulau Ternate (Januari 2011-Februari 2012) ……………………………….…….
6
3
Deskripsi habitat di lokasi penelitian ..............................................
16
4
Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ...……..
21
5
Jenis burung yang ditemukan di habitat kebun campuran tua ……..
26
6
Jenis burung yang ditemukan di habitat hutan pantai …………......
29
7
Jenis burung yang ditemukan di habitat danau …………...……….
32
8
Jenis burung yang ditemukan di habitat permukiman ........
35
9
Jenis burung yang ditemukan di habitat RTH …………….
37
10
Kekayaan jenis burung pada lima tipe habitat di Pulau Ternate …..
38
11
Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener (H’) dan indeks kemerataan (E) pada lima tipe habitat di Pulau Ternate ………....
39
12
Indeks Kesamaan komunitas burung pada lima tipe habitat …….
39
13
Jumlah jenis
burung
yang dilindungi
menurut
UU dan
CITES……………………………………………………………… 14
40
Pengelompokkan jenis guild burung berdasarkan kebiasaan hidup (Coates dan Bishop 1997) ………………………………………..
40
15
Jumlah jenis dan individu pada setiap guild …………………….
43
16
Jumlah individu dan spesies penyusun guild di habitat kebun campuran tua ………………………………………………………
44
17
Jumlah individu dan spesies penyusun guild di habitat hutan pantai
44
18
Jumlah individu dan spesies penyusun guild di habitat danau ......
45
19
Jumlah individu
20
dan spesies
penyusun
guild
di
habitat
permukiman ………………………………………………………..
45
Jumlah individu dan spesies penyusun guild di RTH ……………..
46
ix
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1
Peta batas administrasi Pulau Ternate …………………………….
2
Ilustrasi penggunaan kombinasi metode titik hitung dan metode
18
jalur (IPA) …………………………………………………………
20
3
Hierarki kategori guild komunitas burung di Pulau Ternate …........
23
4
(a) Tutupan tajuk yang jarang menyebabkan lantai kebun campuran tua di Desa Moya ditumbuhi semak belukar; (b) kebun campuran tua Desa jan dengan lantai kebun yang dipenuhi serasah; (c) plot pengamatan pertama di lokasi kebun campuran tua Desa Jati ………………………………………………………………….
25
5
Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Moya ..
25
.6
Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Jan ….
25
7
Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Jati ….
26
8
(a) Bibit Rhizophora sp yang ditanam oleh dinas perikanan Kota Ternate bersama masyarakat sekitar di pantai DesaTobololo; (b) sampah plastik buangan masyarakat di sepanjang pantai Desa Kulaba; (c) vegetasi Callophyllum inophyllum mendominasi pantai Desa Kastela ………………………………………………………
27
9
Profil vegetasi secara vertikal hutan pantai di Desa Kulaba ………
28
10
Profil vegetasi secara vertikal hutan pantai di Desa Tobololo …….
28
11
Profil vegetasi secara vertikal hutan pantai di Desa Kastela ………
28
12
(a) Vegetasi Syzigium cumini di sepanjang track pengamatan danau Tolire Besar; (b) track pengamatan di danau Ngade; (c) posisi danau Tolire Kecil yang dekta dengan pantai ........................
30
13
Profil vegetasi secara vertikal di danau Tolire Besar .......................
31
14
Profil vegetasi secara vertikal di danau Ngade ................................
31
15
Profil vegetasi secara vertikal di danau Tolire Kecil .......................
31
16
(a) Vegetasi dominan di Perumahan Ngade atas yaitu tumbuhan
33
x
hias; (b) sepanjang track di perumahan Ngade bawah masih didominasi oleh alang-alang; (c) taman di perumahan Jambula yang baru mengalami penghijauan ................................................... 17
Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Ngade Atas …..
33
18
Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Ngade Bawah ...
34
19
Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Jambula ............
34
20
(a) (b) Jalur hijau didominasi oleh vegetasi Samanea saman; (c) kondisi taman kota yang didominasi oleh tumbuhan hias dan palem ………………………………………………………………
36
21
Profil vegetasi secara vertikal di RTH hutan buatan …….………..
36
22
Profil vegetasi secara vertikal di RTH jalur hijau …..……………..
36
23
Profil vegetasi secara vertikal di RTH taman kota …………..…….
37
24
Jumlah keanekaragaman jenis burung pada setiap suku …………..
38
xi
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1
Daftar jenis burung yang dijumpai di Pulau Ternate …………..
2
Indeks keanekaragaman dan kemerataan burung pada lima tipe habitat ………………………………………………………….
3
74
Indeks keanekaragaman dan kemerataan burung di habitat danau ……………………………………………………………
6
74
Indeks keanekaragaman dan kemerataan burung di habitat hutan pantai …………………………………………………….
5
70
Indeks keanekaragaman dan kemerataan burung di habitat kebun campuran tua ……………………………………………
4
66
76
Indeks keanekaragaman dan kemerataan burung di habitat permukiman …………………………………………………….
77
7
Indeks keanekaragaman dan kemerataan burung di habitat RTH
78
8
Jumlah jam pengamatan pada lima tipe habitat ……………..
78
9
Jumlah individu burung per jam di habitat kebun campuran tua.
79
10
Jumlah individu burung per jam di habitat hutan pantai ………
79
11
Jumlah individu burung per jam di habitat danau …………….
80
12
Jumlah individu burung per jam di habitat permukiman …….....
81
13
Jumlah individu burung per jam di habitat RTH ……………….
81
14
Jenis burung dilindungi pada lima tipe habitat yang diteliti ….
82
15
Jenis burung yang dilindungi di habitat kebun campuran tua ….
84
16
Jenis burung yang dilindungi di habitat hutan pantai .................
84
17
Jenis burung yang dilindungi di habitat danau …………………
84
18
Jenis burung yang dilindungi di habitat permukiman …………
85
19
Jenis burung yang dilindungi di habitat RTH …………………..
85
20 Lay out danau Tolire Besar ……………………………………..
86
21
Lay out danau Tolire Kecil …………………………………….
87
22
Lay out danau Ngade …………………………………………..
88
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang memiliki nilai tinggi, baik ditinjau dari segi ekologi, ilmu pengetahuan, ekonomis, rekreasi, seni, dan kebudayaan. Burung perlu dilestarikan karena mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, diantaranya (1) mengendalikan serangan hama, (2) membantu proses penyerbukan, (3) memiliki nilai ekonomi, (4) memiliki suara yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan, (5) sebagai atraksi rekreasi, (6) merupakan sumber plasma nutfah, dan (7) sebagai objek untuk pendidikan dan penelitian (Hernowo 1989). Miller (2010) menyatakan bahwa burung berfungsi sebagai komponen integral dan sangat signifikan bagi ekosistem di seluruh dunia. Penelitian terhadap burung sangat penting karena burung juga merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya (Rombang & Rudyanto 1999). Mengingat peranan burung yang demikian besar bagi manusia dan ekosistem maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan (Arumasari 1989). Burung dapat hidup di berbagai tipe habitat. Berdasarkan tipe habitatnya, burung dapat dikelompokkan ke dalam burung perkotaan, daerah perkampungan, persawahan, padang rumput dan semak belukar, danau/rawa, daerah tepi sungai, daerah padang terbuka, hutan, hutan pegunungan, dan dataran tinggi (di atas 300 mdpl) (Ontario et al. 1991). Keanekaragaman habitat tersebut merupakan faktor penting yang berperan sebagai penyedia sumber makanan, tempat berlindung, tempat beristirahat, dan tempat bersarang bagi burung. Keberhasilan burung untuk hidup di suatu habitat ditentukan oleh keberhasilannya dalam memilih dan menciptakan relung khusus bagi dirinya. Keadaan ini tercipta melalui proses seleksi lingkungan dalam waktu yang panjang (Peterson 1980). Pulau Ternate yang tercatat sebagai kawasan Endemic Bird Area (EBA) dengan nomor ID 171 (Chan et al. 2004) memiliki beberapa tipe habitat misalnya hutan pantai, mangrove, hutan primer, kebun campuran tua, danau, permukiman, dan
2
ruang terbuka hijau (RTH) yang dapat dikembangkan sebagai habitat burung. Seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk di perkotaan berbagai jenis burung terancam kepunahan. Areal-areal bervegetasi yang merupakan habitat burung diubah menjadi wilayah permukiman, pertanian, dan industri. Oleh karena itu, dibutuhkan pembinaan habitat burung yang dapat memadukan kepentingan manusia dengan keperluan burung. Berdasarkan peranan tumbuhan dalam membentuk populasi dan penyebaran burung, usaha-usaha pengelolaan habitat burung di daerah perkotaan sebaiknya dilakukan melalui pengaturan ruang terbuka hijau. Perbedaan kondisi habitat akan berpengaruh terhadap keanekaragaman dan komposisi jenis burung. Data dan informasi yang tersedia dari Widodo (2011) tentang kajian ekologi burung pada tiga tipe habitat yaitu untuk mengetahui indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman burung di Pulau Ternate. Data lain yaitu hasil survei Burung Indonesia selama periode Januari 2011 - Februari 2012 yang dilakukan pada lima tipe habitat hanya untuk mengetahui daftar jenis burung tanpa menghitung keanekaragaman dan kelimpahan burung di Pulau Ternate. Penelitian ini dilakukan pada lima tipe habitat yang bertujuan untuk mengetahui nilai keanekaragaman dan
pengaruh tutupan tajuk terhadap komposisi burung.
Inventarisasi burung secara berkala dan terarah diperlukan sebagai bahan pertimbangan pemerintah Kota Ternate terkait pembangunan dan pengembangan kota.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mendeskripsikan habitat burung pada lima tipe habitat di Pulau Ternate, yaitu habitat kebun campuran tua, hutan pantai, danau, permukiman, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). 2. Mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung pada lima tipe habitat tersebut. 3. Mengidentifikasi komposisi guild burung pada lima tipe habitat tersebut.
3
1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai potensi keanekaragaman jenis burung di Pulau Ternate sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kota dalam pengembangan Kota Ternate.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Burung Secara umum, habitat satwa didefinisikan sebagai tempat hidup satwa. Habitat satwa harus dapat menyediakan keperluan dasar bagi satwa yaitu pakan, air, dan pelindung (Morrison et al. 1992). Habitat merupakan hasil interaksi antara berbagai komponen seperti komponen fisik dan komponen biologis (Alikodra 2002). Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Bailey (1984) menyatakan bahwa kelengkapan habitat terdiri dari berbagai jenis termasuk makanan, perlindungan dan faktor lain yang diperlukan oleh jenis satwa untuk bertahan hidup. Beberapa faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk beristirahat, bermain, berkembang biak, bersarang, bertengger, dan berlindung. Untuk hidup di dalam suatu habitat, burung memerlukan syarat-syarat tertentu seperti kondisi habitat yang cocok, baik, dan aman dari segala gangguan (Ontario et al. 1991). Hubungan antara habitat dengan satwaliar dapat terlihat pada sketsa profil vegetasi. Komposisi dari suatu profil habitat sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan tentang suatu hubungan antara derajat kelimpahan satwaliar dengan tipe habitatnya (Alikodra 2002).
2.2 Keanekaragaman Jenis Burung Pada tingkat yang paling sederhana, keanekaragaman didefinisikan sebagai jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas (Primack et al. 2007). Pengukuran terhadap keanekaragaman merupakan dugaan atas jenis-jenis penting pada suatu komunitas berdasarkan jumlah, biomassa, cover, dan produktivitas. Menurut Desmukh (1992) keanekaragaman lebih besar jika kelimpahan populasi satu sama lain merata. Keragaman jenis tidak hanya menyangkut kekayaan jenis, tetapi juga kemerataan dari kelimpahan individu tiap jenis. Menurut Mardiastuti (1999) keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi. Keanekaragaman
5
hayati dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkat yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman komunitas. Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati tersebut diperlukan untuk kelanjutan kelangsungan hidup di bumi dan penting bagi manusia. Kekayaan jenis burung di suatu tempat tidak tersebar merata tetapi tinggi di beberapa habitat tertentu dan rendah di habitat lainnya (Sujatnika et al. 1995). Krebs (1978) menyebutkan bahwa ada 6 faktor penting yang berkaitan dengan keanekaragaman jenis suatu komunitas yaitu waktu, keragaman, ruang, persaingan, pemangsaan dan kestabilan lingkungan serta produktivitas. Selain itu, stratifikasi tajuk juga merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung (Sayogo 2009). Penutupan tajuk, tinggi tajuk, dan keanekaragaman jenis pohon juga menentukan keanekaragaman jenis burung di suatu tempat. Berdasarkan hasil pengamatan Widodo (2011) di kawasan hutan pegunungan Gamalama (periode Juli - Agustus 2009) tercatat sebanyak 34 jenis burung dari 15 suku (Tabel 1). Tabel 1 Jenis-jenis burung yang dijumpai pada observasi 26 Juli - 12 Agustus 2009 di Pulau Ternate No
Famili
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Podicipedidae
Titihan telaga
Tachybaptus ruficollis
2
Pandionidae
Elang tiram
Pandion haliaetus
3
Megapodidae
Gosong kelam
Megapodius freycinet
4
Rallidae
Kareo zaitun
Amaurornis olivaceus
5
Columbidae
Uncal ambon
Macropygia amboinensis
6
Columbidae
Delimukan zamrud
Chalcophaps indica
7
Columbidae
Walik dada-merah
Ptilinopus bernsteinii
8
Columbidae
Pergam mata-putih
Ducula perscipillata
9
Psittacidae
Kakatua putih
Cacatua alba
10
Psittacidae
Kasturi ternate
Lorius garrulus
11
Psittacidae
Nuri kalung-ungu
Eos squamata
12
Psittacidae
Nuri bayan
Eclectus roratus
13
Cuculidae
Bubut alang-alang
Centropus bengalensis
14
Strigidae
Celepuk maluku
Otus magicus
15
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
16
Alcedinidae
Cekakak biru-putih
Halcyon diops
17
Alcedinidae
Cekakak sungai
Halcyon chloris
6
Tabel 1 Lanjutan No
Famili
Nama Lokal
Nama Ilmiah
18
Alcedinidae
Udang-merah kerdil
Ceyx lepidus
19
Meropidae
Kirik-kirik australia
Merops ornatus
20
Pittidae
Paok mopo
Pitta erythrogaster
21
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
22
Campephagidae
Kapasan halmahera
Lalage aurea
23
Corvidae
Gagak orru
Corvus orru
24
Monarchidae
Sikatan kilap
Myiagra alecto
25
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
26
Pachycephalidae
Kancilan
Pachycephala sp
27
Pachycephalidae
Kancilan emas
Pachycephala pectoralis
28
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis mysolensis
29
Meliphagidae
Myzomela remang
Myzomela obscura
30
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
31
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
32
Zosteropidae
Kacamata gunung
Zosterops montanus
33
Paseridae
Burung gereja erasia
Passer montanus
34
Estrildidae
Bondol-hijau muka-biru
Erythrura trichroa
Sumber: Widodo (2011)
Hasil survei Burung Indonesia di Pulau Ternate selama periode Januari 2011 Februari 2012 mencatat 63 jenis burung dari 35 suku (Tabel 2). Tabel 2 Jenis-jenis burung hasil survei Burung Indonesia di Pulau Ternate (Januari 2011-Februari 2012) No
Famili
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Hydrobatidae
Petrel-badai matsudaira
Ocean odroma matsudairae
2
Podicipedidae
Titihan telaga
Tachybaptus ruficollis
3
Sulidae
Angsa-batu coklat
Sula leucogaster
4
Ardeidae
Kuntul perak
Egretta intermedia
5
Ardeidae
Kuntul karang
Egretta sacra
6
Ardeidae
Kokokan laut
Butorides striata
7
Accipitridae
Elang tiram
Pandion haliaetus
8
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
9
Accipitridae
Elang-laut perut-putih
Haliaetus leucogaster
10
Accipitridae
Elang -alap nipon
Accipiter novaehollandiae
11
Accipitridae
Rajawali kuskus
Aquila gurneyi
12
Falconidae
Alap-alap sapi
Falco moluccensis
13
Megapodiidae
Gosong kelam
Megapodius freycinet
7
Tabel 2 Lanjutan No
Famili
Nama Lokal
Nama Ilmiah
14
Charadriidae
Cerek kernyut
Pluvialis fulva
15
Scolopacidae
Gajahan pengala
Numenius phaeopus
16
Scolopacidae
Trinil pantai
Actitis hypoleucos
17
Scolopacidae
Trinil ekor kelabu
Heteroscelus brevipes
18
Laridae
Dara laut biasa
Sterna hirundo
19
Columbidae
Walik raja
Ptilinopus superbus
20
Columbidae
Walik topi biru
Ptilinopus monacha
21
Columbidae
Walik kepala kelabu
Ptilinopus hyogastra
22
Columbidae
Uncal ambon
Macropygia amboinensis
23
Columbidae
Tekukur biasa
Fgereja erasia
24
Columbidae
Delimukan zamrud
Chalcophaps indica
25
Psittacidae
Nuri kalung ungu
Eos squamata
26
Psittacidae
Kasturi Ternate
Lorius garrulus
27
Psittacidae
Perkici dagu merah
Charmosyna placentis
28
Psittacidae
Kakatua putih
Cacatua alba
29
Psittacidae
Betet kelapa paruh besar
Tanygnathus megalorynchos
30
Cuculidae
Wiwik rimba
Cacomantis varoilosus
31
Cuculidae
Kakrakalo australia
Scythrops novaehollandiae
32
Cuculidae
Bubut alang-alang
Centropus bengalensis
33
Apodidae
Walet maluku
Collocalia infuscatus
34
Apodidae
Kapinis laut
Apus pacificus
35
Alcedinidae
Cekakak biru putih
Halcyon diops
36
Alcedinidae
Cekakak suci
Halcyon sancta
37
Alcedinidae
Cekakak pantai
Halcyon saurophaga
38
Meropidae
Kirik-kirik australia
Merops ornatus
39
Bucerotidae
Julang irian
Aceros plicatus
40
Hirundinidae
Layang-layang api
Hirundo rustica
41
Motacillidae
Kicuit batu
Motacilla cinerea
42
Campepagidae
Kapasan halmahera
Lalage aurea
43
Pycnonotidae
Cucak kutilang
Pycnonotus aurigaster
44
Pycnonotidae
Brinji emas
Alophoixus affinis
45
Sylviidae
Cikrak pulau
Phylloscopus pollocephalus
46
Muscicapidae
Sikatan burik
Muscicapa griseisticta
8
Tabel 2 Lanjutan No
Famili
Nama Lokal
Nama Ilmiah
47
Muscicapidae
Sikatan bodoh
Ficedula hyperythra
48
Monarchidae
Kehicap pulau
Monarcha cinerascens
49
Monarchidae
Sikatan kilap
Myiagra alecto
50
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
51
Rhipiduridae
Kipasan dada hitam
Rhipidura rufifrons
52
Pachycephalidae
Kancilan emas
Pachycephala pectoralis
53
Pachycephalidae
Kancilan tunawarna
Pachycephala griseonota
54
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
55
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
56
Zosteropidae
Kacamata gunung
Zosterops montanus
57
Meliphagidae
Myzomela remang
Myzomela obscura
58
Estrildidae
Bondol taruk
Lonchura molucca
59
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
60
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
61
Dicruridae
Srigunting lencana
Dicrurus bracteatus
62
Artamidae
Kekep babi
Artamus leucorynchus
63
Corvidae
Gagak orru
Corvus orru
Sumber: Burung Indonesia (Januari 2011- Februari 2012).
2.3 Guild Guild adalah kelompok jenis yang menggunakan sumberdaya pada kelas dan cara yang sama (Root 2001). Secara umum pengelompokan suatu jenis ke dalam guild dilakukan berdasarkan respons terhadap lingkungan atau lokasi, adaptasi terhadap pola hidup tertentu, kondisi umum, penyebaran geografis, dan tipe makanan (Root 2001). Selain itu, menurut Wiens (1989) secara umum pengelompokan suatu jenis ke dalam guild pada suatu komunitas dilakukan dengan dua cara yaitu a priori dan a posteriori. Pendekatan a priori dilakukan berdasarkan kriteria yang ditentukan secara subyektif sebelum dilakukan pengambilan dan analisis data. Pendekatan a posteriori sebaliknya dilakukan dengan mengelompokkan secara lebih obyektif berdasarkan hasil analisis terhadap pengamatan yang dilakukan.
9
Perubahan guild dalam suatu gradien lingkungan dapat diketahui melalui hubungan antar faktor - faktor lingkungan terhadap kepadatan populasi, laju reproduksi, dispersal, dan kemampuan menghindar dari predator (Root 2001). Pengamatan terhadap guild yang mendiami suatu daerah sangat dianjurkan sebagai indikator. Hal ini karena komposisi guild bisa mewakili aliran energi dan makanan dalam suatu ekosistem. Selain itu penghitungannya bisa dilakukan dari daftar jenis burung yang telah ada sebelumnya hingga membutuhkan lebih sedikit biaya (de Long dan Weerd 2006 dalam Novarino 2008).
2.4 Gangguan terhadap Burung Manusia mempunyai peranan yang sangat besar terhadap timbulnya gangguan terhadap burung (Alikodra 2002). Penyebab utama masalah gangguan terhadap satwaliar termasuk burung yaitu pertumbuhan penduduk yang membutuhkan lahan hutan lebih banyak untuk pembangunan sehingga mendesak kehidupan burung. Sutopo (2008) menambahkan bahwa terdapat empat jenis ancaman terhadap burung diantaranya (1) perusakan dan perubahan habitat, (2) perburuan dan perdagangan, (3) perusakan tempat berkembang biak, dan (4) pencemaran dan pestisida. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sujatnika et al. (1995) bahwa meningkatnya tekanan terhadap hidupan liar dan ekosistem alami antara lain disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah penduduk, ketidakpastian tata guna dan pengelolaan lahan, dan kebijakan ekonomi serta pembangunan. Selain itu, erat kaitannya dengan kemiskinan, tekanan penduduk, pemanfaatan sumberdaya dan lahan hutan serta pengembangan pertanian. Van Balen (1999) menjelaskan bahwa gangguan terhadap burung disebabkan oleh tekanan pertumbuhan populasi manusia sehingga berpengaruh juga terhadap kelimpahan dan distribusi burung-burung di hutan. Besarnya jumlah penduduk dan meningkatnya eksploitasi terhadap sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi, maka tidak dapat dipungkiri bahwa hutan didesak sampai ke puncak gunung yang paling tinggi, burung-burung diburu untuk dimakan, untuk olahraga atau dijual (MacKinnon et al. 1998).
10
2.5 Kota dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota adalah suatu pusat permukiman penduduk yang besar dan luas. Kota juga merupakan tempat pemusatan atau cabang kekuatan politik dan ekonomi serta menjadi motor pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Inoguchi et al. 1999). Menurut Irwan (2005) kota merupakan sebuah sistem yaitu sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara. Sedangkan perkotaan diartikan sebagai area terbangun dengan struktur jalan-jalan, sebagai suatu pemukiman yang terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu yang membutuhkan sarana dan pelayanan pendukung yang lebih lengkap dibandingkan dengan daerah pedesaan (Branch 1995). Menurut Simonds (1983) kawasan perkotaan merupakan suatu bentuk lanskap buatan manusia yang terjadi akibat manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya. Biasanya, ruang dalam kota dihubungkan melalui koridor yang dapat berupa pedestrian, jalan, jalur sungai, ataupun jalur hijau. Jalur hijau, taman lingkungan, kebun, pekarangan, areal rekreasi, lapangan rumput, makam, tepian sungai, kanal, dan lainnya merupakan bagian dari RTH kota (Prasetyo & Hernowo 1989). RTH tidak hanya merupakan salah satu bentuk ruang terbuka kota tetapi juga merupakan penjaga keseimbangan ekosistem kota. Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berbagai tumbuhan yang terdapat didalam suatu RTH yaitu tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants) dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya) sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan (Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2005). Tujuan dibentuk dan disediakannya RTH di wilayah perkotaan adalah untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan dan sebagai pengaman sarana lingkungan perkotaan serta untuk menciptakan keserasian lingkungan alam dan
11
lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan masyarakat. Selain tujuan pembentukannya, RTH juga memiliki fungsi dan manfaat. Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2005) fungsi dari RTH diantaranya sebagai (1) fungsi bioekologis, (2) fungsi sosial, (3) ekosistem perkotaan, dan (4) fungsi estetis. Sedangkan manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi menjadi (1) manfaat langsung (tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), dan (2) manfaat tidak langsung (intangible) seperti perlindungan tata air dan keanekaragaman hayati. Selain tujuan dan manfaat yang telah disebutkan, RTH kota juga merupakan salah satu komponen habitat berbagai jenis satwaliar terutama burung. Menurut Prasetyo dan Hernowo (1990), jenis-jenis burung yang umumnya dijumpai pada RTH kota di Pulau Jawa diantaranya cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), cabe jawa (Dicaeum trochileum), burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), perenjak jawa (Prinia familiaris), dan bondol jawa (Lonchura leucogastroides). Sedangkan beberapa jenis burung tipe perkotaan yaitu gereja erasia (Passer montanus), cinenen jawa (Orthotomus sepium), gelatik batu (Parus major), layang-layang batu (Hirundo tahitica), gagak hitam (Corvus macrorhynchus), dan perenjak jawa (Prinia familiaris) (Ontario et al. 1991).
12
BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Kondisi Geografis Kota Ternate merupakan ibukota Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate memiliki karakter sebagai kota pulau yang terdiri dari tujuh pulau yaitu Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Batang Dua, Pulau Tifure, Pulau Mayau, dan Pulau Gurida. Pulau Ternate paling pesat pertumbuhannya karena merupakan pulau utama sebagai pusat aktivitas ekonomi. Secara administrasi Pulau Ternate terbagi menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah, Kecamatan Ternate Selatan, dan Kecamatan Pulau Ternate. Secara geografis Pulau Ternate terletak di sebelah barat Pulau Halmahera dan di sebelah barat laut Pulau Tidore yaitu 0o75’LU-0o90’LU dan 127o07’BT-127o13’BT (Dewi 2006). 3.2 Kondisi Fisik Pulau Ternate 3.2.1 Geomorfologi Pulau Ternate berbentuk bulat kerucut atau strato volcano. Sebagian besar daerah di Pulau Ternate berbukit dan bergunung serta memiliki ciri topografis bervariasi dengan kemiringan diatas 40 derajat, yaitu seluas 51% dari luas wilayahnya. Pulau Ternate memiliki gunung vulkanis yaitu gunung Gamalama dengan tinggi 1715 m. Pulau Ternate terdiri dari pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah regosol dan rensina. Jenis tanah regosol yaitu jenis tanah yang khas berada di daerah vulkanis. Tanah regosol memiliki bahan induk utama batu pasir yang potensial untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan material bangunan. Adapun jenis tanah podsolik yaitu tanah batuan beku yang memiliki daya dukung terhadap beban bangunan yang sangat baik. Secara geomorfologi, terdapat lahan berkelerengan tinggi dengan luasan yang cukup besar sehingga sulit dikembangkan untuk kegiatan permukiman dan industri skala besar. Pengembangan lahan untuk perkotaan terbatas di wilayah pesisir meskipun tidak menutup kemungkinan untuk pengembangan reklamasi kawasan
13
pantai. Keberadaan gunung berapi Gamalama di tengah-tengah Pulau Ternate yang masih aktif dan sulit diprediksi keaktifannya menjadi pembatas dalam pengembangan lahan perkotaan. Pembangunan pusat-pusat permukiman masih terkonsentrasi di kawasan pantai dengan konsentrasi kepadatan tertinggi yaitu di bagian selatan (Dewi 2006).
3.2.2 Topografi dan Ketinggian Wilayah Tingkat ketinggian lahan dari permukaan laut di wilayah Pulau Ternate cukup bervariasi yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Kategori rendah (0-500 m) untuk permukiman, pertanian, perdagangan, dan pusat pemerintahan; kategori sedang (500-700 m) untuk hutan konservasi dan usaha kehutanan; kategori tinggi (>700 m) untuk hutan lindung. Ciri topografi atau kemiringan rendah terletak linear memanjang mengikuti beberapa pesisir pantai pada posisi 0-2 derajat seluas 54,96 km2 atau 22%. Daya dukung pengembangan ruang-ruang budidaya di Pulau Ternate hanya terbatas pada bagian pesisir dengan kemiringan sampai sekitar 25%. Dukungan lahan untuk fungsi permukiman hanya tersebar di bagian pesisir dengan kelandaian yang sesuai syarat untuk dijadikan perumahan (Dewi 2006).
3.2.3 Iklim Pulau Ternate adalah daerah kepulauan dengan ciri iklim tropis. Curah hujan bulan tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 546 mm dan terendah pada bulan Oktober 42 mm. Nilai rata-rata curah hujan bulanan adalah 184,68 mm dan rata-rata curah hujan tahunan sekitar 2.322,70 mm. Jumlah hari hujan rata-rata 202 hari dan nilai rata-rata hujan tertinggi pada bulan Januari dan November yaitu 20 hari hujan dan terendah bulan Agustus sebanyak 12 hari hujan (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Ternate 2004). Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angin di wilayah Pulau Ternate berkisar antara 2,9-5,2 knot dengan kecepatan terbesar bulanan berkisar antara 16-28 knot. Arah angin terbanyak dari Barat Laut yang terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, dan April. Sedangkan bulan Mei dan Juni angin terbanyak bertiup dari Barat
14
Daya serta pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober angin terbanyak bertiup dari arah Tenggara (Pancaroba), pada bulan November dan Desember angin kembali bertiup dari arah Barat Laut. Nilai rata-rata kelembaban tertinggi pada bulan-bulan yang curah hujannya tinggi, meskipun variasi tiap bulannya tidak tinggi. Kelembaban tertinggi pada bulan Februari, Maret, dan Desember 85% dan terendah pada bulan Juli dan Agustus yaitu 76% (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Ternate 2011).
3.3 Kondisi Biotik Pulau Ternate 3.3.1 Flora Jenis-jenis flora yang berada di Pulau Ternate bervariasi menurut ketinggian tempat. Ketinggian dibawah 100 mdpl atau kawasan disekitar tepi laut ditumbuhi dengan kelapa hijau (Cocos nucifera), waru laut (Hibiscus tiliaceus), ketapang (Terminalia catappa), nyamplung (Callophyllum inophyllum), dan rusa/bakaubakauan. Pada ketinggian 100-800 mdpl dapat dijumpai kawasan dengan habitat hutan tanaman perkebunan seperti cengkeh (Syzygium aromaticum), pala (Myristica fragrans), kayu manis (Cinnamomum burmanii), durian (Durio zibethinus), sengon (Parasarianthes falcataria), dan bambu (Bambusa sp). Pada ketinggian 800-1000 mdpl dijumpai area penghijauan dengan pohon linggua (Pterocarpus indicus), mahoni (Swietenia mahagoni), matoa (Pometia pinnata), pala (Myristica fragrans), nyatoh (Payena leerii), dan durian (Durio zibethinus) yang ditanam dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kota Ternate tahun 2007/2008. Sedangkan diatas ketinggian 1000-1460 mdpl mulai ditemukan tumbuhan asli seperti kelapa hutan (Borrassodendron sp), rufu, paku-pakuan, limo-limo, dan gusale (Widodo 2011).
3.3.2 Fauna Beberapa jenis fauna yang terdapat di Pulau Ternate yaitu biawak (Varanus salvator), ular (Phyton sp), soa-soa, kuskus mata biru (Phalanger matabiru), beberapa jenis kelelawar, dan kupu-kupu (Nursjafani 2006). Selain itu tentunya burung-burung yang hidup di kawasan Pulau Ternate memiliki keunikan tersendiri
15
karena adanya Gunungapi Gamalama. Berdasarkan hasil observasi Burung Indonesia, terdapat 63 jenis burung dari 35 suku yang ditemukan di Pulau Ternate. Sedangkan berdasarkan penelitian Widodo (2011), jenis-jenis burung yang umumnya dijumpai selama dilakukannya observasi di sekitar kaki gunung Gamalama Pulau Ternate yaitu Walet sapi (Collocalia esculenta), perling maluku (Aplonis mysolensis), burung madu hitam (Leptocoma sericea), dan nuri kalung ungu (Eos squamata). Jumlah jenis burung yang dijumpai di sekitar kaki gunung Gamalama Pulau Ternate yaitu 34 jenis atau sekitar 25% dari total jenis burung yang seharusnya terdapat di Ternate.
3.4 Kondisi Sosial Ekonomi 3.4.1 Kependudukan Jumlah penduduk Pulau Ternate berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara tahun 2011 sebanyak 185.705 jiwa atau 17,88% dari jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara. Kota Ternate yang memiliki luas 133,74 km2 dengan jumlah penduduk 185.705 jiwa mempunyai kepadatan penduduk sekitar 60,01 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik 2011). Perkembangan penduduk di Pulau Ternate selama lima tahun terakhir mengalami kecenderungan peningkatan khususnya di wilayah Kecamatan Kota Ternate Selatan dan Kecamatan Kota Ternate Utara. Peningkatan ini disebabkan faktor urbanisasi, migrasi, maupun dari kawasan Pulau Halmahera akibat konflik etnis beberapa waktu lalu dan migrasi dari regional lain yaitu Sulawesi, Ambon, Papua bahkan dari Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. Meningkatnya arus urbanisasi dan migrasi juga disebabkan oleh semakin terbukanya arus transportasi laut yang menghubungkan Kota Ternate dengan kawasan sekitarnya dan beberapa kota lainnya (Dewi 2006).
16
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan (RTH kota, yang meliputi taman kota, jalur hijau, dan hutan buatan) di Pulau Ternate (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Januari - Februari 2012 (Tabel 3). Waktu pengamatan dilakukan pada pagi (Pukul 06.15-09.15 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-18.00 WIB). Jumlah hari pengamatan pada setiap habitat sudah meliputi kegiatan pengamatan burung dan habitat. Tabel 3 Deskripsi habitat di lokasi penelitian Tipe Habitat
Deskripsi Habitat
Hutan pantai
Jenis vegetasi
∑ Jalur
Ulangan
3
3
∑ Hari
Plot Contoh Hutan
pantai
Desa
dominan: nyamplung,
Kastela,
hutan
pantai
waru laut, dan kelapa.
Desa Tobololo, dan hutan
Panjang jalur pantai
pantai Desa Kulaba.
9
rata-rata ± 1-2,5 km. Kebun
Kebun masyarakat
campuran tua
secara turun temurun
3
3
Desa Moya, Desa Jan, dan
3
Desa Jati.
sejak tahun 1955 di sekitar kaki Gunung Gamalama. Permukiman
Perumahan baru
3
3
Perumahan Ngade atas,
dengan jenis
perumahan Ngade bawah,
vegetasi: tumbuhan
dan perumahan Jambula.
9
obat, hias, penghasil buah, & alang-alang. Luas lokasi 24 ha. RTH
Terletak di pusat kota. Luas lokasi ± 3 ha. Panjang jalur 2-3 km
3
3
Taman kota, jalur hijau, dan hutan buatan.
9
17
Tabel 3 Lanjutan Tipe Habitat
Deskripsi Habitat
∑ Jalur
Ulangan
Habitat danau
Merupakan lokasi
3
3
∑ Hari
Plot Contoh Danau
Laguna,
danau
wisata setiap akhir
Tolire besar, dan danau
pekan. Terdapat jenis
Tolire kecil.
vegetasi jamblang, kelapa, sagu, mangga. Luas lokasi ± 8 ha.
9
18
Gambar 1 Peta batas administrasi Pulau Ternate.
19
4.2 Alat Alat yang digunakan yaitu binokuler, GPS, kamera digital, handycam, alat perekam suara, tally sheet, dan buku panduan lapang burung-burung di kawasan Wallacea (Coates & Bishop 2000).
4.3 Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: 1. Karakteristik habitat (profil pohon secara vertikal) yang meliputi jenis vegetasi, topografi habitat, kondisi tutupan tajuk, dan jarak tanam antar vegetasi. 2. Jenis burung dan kekayaan jenis burung. 3. Komposisi guild burung pada setiap tipe habitat. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi bioekologi burung dan kondisi umum lokasi penelitian.
4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Profil Habitat Analisis profil habitat meliputi jenis pohon, profil pohon, dan deskripsi habitat. Pengukuran dilakukan terhadap tinggi pohon, tinggi total, tinggi bebas cabang, tutupan tajuk, dan kedudukan vegetasi serta deskripsi habitat untuk mengetahui komponen penyusun habitat yang mendukung kehidupan burung. Tutupan tajuk digambarkan dalam bentuk profil pohon secara vertikal. Profil pohon secara vertikal dibuat dengan mengukur tinggi tajuk dan tinggi bebas cabang dari suatu pohon. Panjang sumbu-x profil pohon pada suatu habitat bervariasi tergantung dari keanekaragaman jenis pohon pada habitat tersebut, jika pada habitat atau lokasi penelitian tersebut memiliki komposisi jenis pohon yang beranekaragam (heterogen) maka panjang jalur dari sketsa tutupan tajuk yaitu 100 m, yaitu pada habitat hutan pantai. Namun jika jenis pohon atau vegetasi di habitat tersebut cenderung homogen maka panjang jalur dari pembuatan sketsa tutupan tajuk yaitu hanya 30-40 m, yaitu pada habitat kebun campuran tua, danau, permukiman, dan RTH. Tujuan dari
20
pembuatan profil pohon pada setiap habitat yaitu untuk melihat kondisi habitat pada lokasi penelitian secara melintang.
4.4.2 Keanekaragaman Jenis Burung Untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi jenis burung digunakan metode kombinasi metode titik hitung dan metode jalur. Pada setiap tipe habitat dibuat jalur atau mengikuti jalur yang sudah ada dengan panjang jalur 1000 m. Titiktitik pengamatan berjarak 100 m dengan radius pengamatan 50 m dan mencatat semua burung yang terdeteksi di dalam radius pengamatan selama 10 menit. Diperlukan waktu lima menit untuk berjalan ke titik pengamatan selanjutnya (Gambar 2). Pengamatan pada setiap jalur penelitian dilakukan sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda. Identifikasi burung menggunakan bantuan buku panduan lapang Coates dan Bishop (1997), sedangkan penamaan burung dan famili mengikuti Sukmantoro et al. (2007).
r = 50 m
100 m 1000 m Gambar 2 Ilustrasi penggunaan kombinasi metode titik hitung dan metode jalur (IPA).
4.4.3 Guild Burung Semua kelompok jenis burung yang berhasil diidentifikasi seperti jenis burung pemangsa (misal: elang), burung yang tidak menghuni tajuk bawah (misal: walet dan layang-layang) dan jenis burung penghuni tajuk (misal: kancilan emas) dimasukkan kedalam analisis. Pengelompokan kategori guild dilakukan melalui telaah pustaka. Jenis burung yang teridentifikasi dibagi kedalam tujuh kategori guild
21
dan merujuk pada Faaborg (1988), sedangkan penjelasan masing-masing guild per jenis burung mengikuti Coates & Bishop (1997).
4.5 Analisis Data 4.5.1 Analisis Profil Habitat Profil habitat dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat hubungan antara komposisi burung dengan vegetasi pada setiap habitat yang menjadi lokasi penelitian.
4.5.2 Indeks Keanekeragaman Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan (E) Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung keanekaragaman jenis burung : H’ = - ∑ pi ln pi Keterangan : H’ pi ln
= = =
Indeks keanekaragaman jenis Proporsi nilai penting Logaritma natural
Tabel 4 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Nilai Indeks Shannon-Wiener <1
Kategori Keanekargaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap jenis rendah dan kestabilan komunitas rendah. Kenekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang. Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi dan kestabilan komunitas tinggi.
1-3 >3
Untuk mengetahui proporsi kelimpahan jenis burung digunakan indeks kemerataan (index of evennes) yaitu : E = H’/ln S Keterangan : E H’ S ln
= = = =
Indeks kemerataan Indeks keanekaragaman jenis Jumlah jenis Logaritma natural
22
4.5.3 Indeks Kesamaan Komunitas Burung (IS) Untuk melihat kesamaan komunitas jenis burung antar lokasi penelitian maka yang digunakan adalah indeks kesamaan jenis, dengan rumus : IS =
Keterangan : a = jumlah jenis yang hanya terdapat pada lokasi 1 b = jumlah jenis yang hanya terdapat pada lokasi 2 c = jumlah jenis yang terdapat pada lokasi 1 dan 2 Untuk melihat tingkat kesamaannya, digunakan dendogram dari komunitas burung antar lokasi penelitian. Penggunaan dendogram ini akan mempermudah dalam melihat hubungan antar lokasi.
4.5.4 Analisis Guild Analisis komposisi guild burung pada setiap habitat dilakukan dengan cara mengecek perilaku makan, makanan utama dan tempat mencari makan dari setiap jenis burung. Kemudian setiap jenis burung pada setiap tipe habitat dikelompokkan berdasarkan kategori guild burung. Komposisi guild pada setiap habitat akan dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat keterkaitan antara sumberdaya jenis dengan sumberdaya pakan yang mendukungnya (Gambar 3).
23
Guild
Coastal & interior waterbirds (CIW)
Seabird (SB)
SwB
AF
LW
Carnivores and Scavengers (CS)
SSMB
AI
FI
Frugivores (F)
Nectarivores (N)
Insectivores (I)
GI
WF
Other Bird Group (OBG)
OBG
Keterangan: SB: Burung laut, CIW: burung pesisir pantai & burung pedalaman, SwB: Burung perenang, AF: mencari mangsa sambil terbang di atas air, LW: mencari mangsa di sungai, SSMB: mencari mangsa di area peralihan (danau & pantai) & area berlumpur, CS: burung pemakan daging dan bangkai hewan, I: pemakan serangga, AI: pemakan serangga di atas tajuk, FI: pemakan serangga sambil melayang, GI: pemakan serangga di dahan pohon, N: pemakan madu, F: pemakan buah, WF: pemakan buah secara luas, OWF: pemakan buah (dunia lama), OBG: grup burung lain.
Gambar 3 Hirarki kategori guild komunitas burung di Pulau Ternate.
24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Deskripsi Habitat 5.1.1.1 Kebun Campuran Tua Kebun campuran tua merupakan kebun masyarakat yang sudah ada sejak tahun 1955 di sekitar kaki gunung Gamalama dan sudah turun temurun diwariskan kepada anak cucu. Menurut keterangan penduduk setempat sebagian besar tanaman yang berada di kebun campuran tua telah berumur lebih dari 30 tahun. Penduduk menanami
beberapa daerah yang terbuka dengan tanaman
palawija ataupun sayur-sayuran. Tutupan tajuk pada habitat kebun campuran tua jarang hingga rapat. Kondisi kebun yang tutupan tajuknya rapat menyebabkan cahaya matahari tidak dapat menyentuh lantai kebun sehingga tidak ada satu tanaman pun yang tumbuh, lantai kebun hanya dipenuhi dengan serasah daun, sedangkan pada kondisi kebun yang tutupan tajuknya jarang masih ada cahaya matahari yang menyentuh lantai kebun dan dibawahnya masih terdapat beberapa jenis tumbuhan dan semak belukar (Gambar 4). Vegetasi masing-masing lokasi penelitian, yaitu di kebun campuran tua Desa Moya (Gambar 5), Desa Jan (Gambar 6), dan Desa Jati (Gambar 7) digambarkan menggunakan profil pohon secara vertikal. Topografi habitat kebun campuran tua bergelombang hingga curam (3040%) dengan ketinggian 200-700 mdpl. Jenis-jenis vegetasi di kebun campuran tua masyarakat berupa cengkeh (Syzygium aromaticum), pala (Myristica fragrans), durian (Durio zibethinus), manggis (Garcinia mangostana), kayu manis (Cinnamomum burmanii) dan akasia (Acacia mangium). Jenis-jenis vegetasi yang ditanam oleh masyarakat merupakan jenis-jenis penghasil buah untuk kebutuhan komoditas saat musim panen tiba. Jarak tanam pohon cengkeh 23 meter, jarak tanam pohon pala 2 meter, dan jarak tanam pohon durian ± 3 meter, sedangkan jarak tanam jenis pohon lain seperti kayu manis, akasia dan manggis ± 1-1.5 meter.
25
(a) (b) (c) Gambar 4 (a) Tutupan tajuk yang jarang menyebabkan lantai kebun campuran tua di Desa Moya ditumbuhi semak belukar; (b) kebun campuran tua Desa Jan dengan lantai kebun yang dipenuhi serasah; (c) plot pengamatan pertama di lokasi kebun campuran tua Desa Jati.
Gambar 5 Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Moya.
Gambar 6 Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Jan.
26
Gambar 7 Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Jati. Sebanyak 13 jenis burung dari 10 suku ditemukan di habitat kebun campuran tua (Tabel 5). Jenis burung yang paling banyak ditemukan yaitu jenis Collocalia esculenta. Tabel 5 Jenis burung yang ditemukan di habitat kebun campuran tua No
Nama Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Jumlah perjumpaan (ind) 2
Ind/27Jam
1
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
2
Columbidae
Uncal ambon
3
Apodidae
Walet sapi
Macrophygia amboinensis Collocalia esculenta
2
0.07
4
Alcedinidae
Udang merah kerdil
Ceyx lepidus
42
1.56
1
0.04
5
Hirundinidae
Layang-layang api
Hirundo rustica
8
0.30
6
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
8
0.30
7 8
Monarchidae
Sikatan kilap
Myiagra alecto
2
0.07
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
16
0.60
9
Rhipiduridae
Kipasan dada hitam
Rhipidura rufifrons
1
0.04
10
Meliphagidae
Myzomela remang
Myzomela obscura
1
0.04
11
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
10
0.40
12
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
5
0.18
13
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
2
0.07
105
3.89
Total
0.07
5.1.1.2 Hutan Pantai Habitat hutan pantai di lokasi penelitian memiliki ketinggian tempat berkisar antara 0-8 mdpl. Hutan pantai pada ketiga lokasi penelitian memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu topografi yang datar dan kondisi lantai berupa tanah berpasir dan berbatu. Salah satu dari lokasi penelitian yaitu di hutan
27
pantai Desa Tobololo merupakan lokasi penanaman mangrove oleh Dinas Perikanan Kota Ternate yang bekerjasama dengan masyarakat sejak bulan Desember 2011. Penanaman mangrove sepanjang ±1 km di hutan pantai Desa Tobololo bertujuan untuk meminimalisasi dampak abrasi dan gelombang pasang, selain itu juga untuk berkembangbiaknya biota laut seperti ikan, udang, dan kepiting sehingga dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi (Gambar 8). Habitat hutan pantai pada desa Kulaba dan Tobololo memiliki tutupan tajuk jarang, sedangkan pada Desa Kastela memiliki tutupan tajuk yang rapat. Beberapa jenis vegetasi yang tumbuh disekitar habitat hutan pantai yaitu nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminalia catappa), waru laut (Hibiscus
tiliaceus),
kedondong
utan
(Spondias
pinnata),
kayu
telur
(Xanthophyllum axecelsum), kelapa (Cocos nucifera), dan pisang (Musa paradisiaca). Jenis vegetasi nyamplung, ketapang dan kelapa mendominasi habitat hutan pantai. Vegetasi masing-masing lokasi penelitian, yaitu di hutan pantai Desa Kulaba (Gambar 9), Desa Tobololo (Gambar 10), dan Desa Kastela (Gambar 11) digambarkan menggunakan profil pohon secara vertikal.
(a) (b) (c) Gambar 8 (a) Bibit Rhizophora sp yang ditanam oleh Dinas Perikanan Kota Ternate bersama masyarakat sekitar di pantai Tobololo; (b) sampah plastik buangan masyarakat di sepanjang pantai Kulaba; (c) vegetasi Calophyllum inophyllum mendominasi pantai Kastela.
28
Gambar 9 Profil vegetasi secara vertikal hutan Pantai di Desa Kulaba.
Gambar 10 Profil vegetasi secara vertikal hutan pantai di Desa Tobololo.
Gambar 11 Profil vegetasi secara vertikal hutan pantai di Desa Kastela.
29
Sebanyak 25 jenis burung dari 17 suku ditemukan di habitat hutan pantai. (Tabel 6). Jenis Fregata ariel merupakan jenis burung dengan individu terbanyak yang ditemukan di habitat hutan pantai. Tabel 6 Jenis burung yang ditemukan di habitat hutan pantai Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
∑
Ind/36Jam
1
Fregatidae
Cikalang kecil
Fregata ariel
130
3.61
2
Laridae
Dara laut batu
Sterna anaethetus
22
0.61
3
Phalacrocoracidae
Pecuk padi hitam
Phalacrocorax sulcirostris
4
0.11
4
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
3
0.08
5
Ardeidae
Kuntul karang
Egretta sacra
6
0.17
6
Ardeidae
Kokokan laut
Butorides striatus
1
0.03
7
Ardeidae
Kowak malam merah
Nycticorax caledonicus
1
0.03
8
Accipitridae
Elang tiram
Pandion haliaetus
3
0.08
9
Scolopacidae
Trinil ekor kelabu
Heteroscelus brevipes
29
0.80
10
Scolopacidae
Gajahan kecil
Numenius minutus
1
0.03
11
Scolopacidae
Gajahan timur
Numenius madagascariensis
26
0.72
12
Columbidae
Walik dada merah
Ptilinopus bernsteinii
1
0.03
13
Columbidae
Walik topi biru
Ptilinopus monacha
1
0.03
14
Cuculidae
Wiwik rimba
Cacomantis variolosus
1
0.03
15
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
27
0.75
16
Alcedinidae
Cekakak pantai
Halcyon saurophaga
6
0.17
17
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
5
0.14
18
Corvidae
Gagak orru
Corvus orru
5
0.14
19
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
57
1.58
20
Artamidae
Kekep babi
Artamus leucorynchus
2
0.06
21
Sturnidae
Perling maluku
Aplonis mysolensis
7
0.19
22
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
11
0.30
23
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
10
0.28
24
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
20
0.56
25
Ploceidae
Burung gereja erasia Total
Passer montanus
11
0.30
390
10.83
No
5.1.1.3 Danau Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil terletak 10 km dari pusat kota Ternate. Letak kedua danau ini bersebelahan yaitu sekitar 200 meter, sedangkan Danau Ngade terletak ± 5 km dari pusat kota Ternate. Luas Danau Tolire Besar, Tolire Kecil, dan Ngade secara berturut-turut yaitu 5 ha, 1 ha, dan 2 ha. Topografi pada lokasi penelitian yaitu datar hingga bergelombang dan terletak pada ketinggian 0-200 mdpl (Gambar 12).
30
Danau Tolire Besar menyerupai mangkuk raksasa, terletak di kaki gunung Gamalama, bersebelahan dengan kebun kelapa milik masyarakat, dan dekat dengan pantai (Lampiran 20). Danau Tolire Kecil berbatasan langsung dengan pantai dan terletak di sisi barat Pulau Ternate, namun airnya tetap tawar (Lampiran 21). Sedangkan Danau Ngade terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Di sekitar Danau Ngade terdapat kebun masyarakat dan sedikit lapangan penggembalaan sapi (Lampiran 22). Jarak Danau Ngade dengan pantai sekitar 100 m. Ketiga danau tersebut juga merupakan lokasi wisata di Pulau Ternate yang ramai dikunjungi setiap hari libur dan akhir pekan karena keindahan alam dan cerita legenda yang menarik dari ketiga danau tersebut. Habitat danau memiliki tutupan tajuk yang jarang. Jenis-jenis vegetasi di sekitar habitat danau yaitu jamblang (Syzygium cumini), kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxylon sagu), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Vegetasi masing-masing lokasi penelitian, yaitu di danau Tolire Besar (Gambar 13), Ngade (Gambar 14), dan Tolire Kecil (Gambar 15) di gambarkan menggunakan profil vegetasi secara vertikal.
(a)
(b)
(c)
Gambar 12 (a) Vegetasi Syzygium cumini di sepanjang track pengamatan Danau Tolire Besar; (b) track pengamatan di Danau Ngade; (c) posisi Danau Tolire kecil yang dekat dengan pantai.
31
Gambar 13 Profil vegetasi secara vertikal di Danau Tolire Besar.
Gambar 14 Profil vegetasi secara vertikal di Danau Ngade.
Gambar 15 Profil vegetasi secara vertikal di Danau Tolire Kecil.
32
Sebanyak 30 jenis burung dari 17 suku ditemukan di habitat danau (Tabel 7). Jenis Collocalia esculenta dan Rhipidura leucophrys merupakan jenis burung dengan individu terbanyak yang ditemukan di habitat danau. Tabel 7 Jenis burung yang ditemukan di habitat danau Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
∑
Ind/36Jam
1
Fregatidae
Cikalang kecil
Fregata ariel
6
0.17
2
Podicipediadae
Titihan telaga
Tachybaptus ruficollis
24
0.67
3
Ardeidae
Kuntul perak
Egretta intermedia
8
0.22
4
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
3
0.08
5
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
16
0.44
6
Accipitridae
Elang laut perut putih
Haliaeetus leucogaster
2
0.06
7
Accipitridae
Elang hitam
Ictinaetus malayensis
1
0.03
8
Columbidae
Tekukur biasa
Fgereja erasia
2
0.06
9
Columbidae
Pergam mata putih
Ducula perspicillata
1
0.03
10
Columbidae
Walik kepala kelabu
Ptilinopus hyogastra
1
0.03
11
Psittacidae
Kakatua putih
Cacatua alba
8
0.22
12
Psittacidae
Betet kelapa paruh besar
Tanygnathus megalorynchos
1
0.03
13
Psittacidae
Nuri bayan
Eclectus roratus
1
0.03
14
Psittacidae
Nuri pipi merah
Geoffroyus geoffroyi
1
0.03
15
Cuculidae
Wiwik rimba
Cacomantis variolosus
1
0.03
16
Cuculidae
Karakalo australia
Scythrops novaehollandiae
1
0.03
17
Apodidae
Walet polos
Collocalia vanikorensis
27
0.75
18
Apodidae
Walet maluku
Collocalia infuscatus
10
0.28
19
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
95
2.64
20
Alcedinidae
Cekakak biru putih
Halcyon diops
1
0.03
21
Alcedinidae
Cekakak suci
Halcyon sancta
1
0.03
22
Meropidae
Kirik-kirik australia
Merops ornatus
34
0.94
23
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
14
0.39
24
Hirundinidae
Layang-layang api
Hirundo rustica
2
0.06
25
Corvidae
Gagak orru
Corvus orru
4
0.11
26
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
49
1.36
27
Pachycephalidae
Kancilan emas
Pachycephala pectoralis
1
0.03
28
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
8
0.22
29
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
38
1.056
30
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
15
0.42
376
10.44
No
Total
5.1.1.4 Permukiman Topografi lokasi penelitian datar hingga bergelombang dan terletak pada ketinggian < 150 mdpl (Gambar 16). Jenis-jenis vegetasi yang terdapat di sekitar perumahan umumnya yaitu pohon peneduh seperti pohon beringin (Ficus
33
benjamina), tumbuhan hias seperti aglonema (Aglonema sp), kaktus (Ferocactus pilosus), kamboja (Plumeria acuminata), tumbuhan penghasil buah seperti jambu biji (Psidium guajava), pepaya (Carica papaya), dan mangga (Mangifera indica), tumbuhan obat seperti daun mangkok (Nothopanax scutellarium) dan kunyit (Curcuma
longa), serta alang-alang.
Tutupan tajuk di habitat permukiman tergolong terbuka karena ketiga lokasi merupakan perumahan baru sehingga beberapa taman disekitar perumahan belum sempat mengalami penghijauan. Pada beberapa sudut lokasi perumahan juga masih terlihat adanya lahan kosong yang ditumbuhi alang-alang. Vegetasi masing-masing lokasi penelitian yaitu di Desa Ngade Atas (Gambar 17), Ngade Bawah (Gambar 18), dan Jambula (Gambar 19) di gambarkan menggunakan profil vegetasi secara vertikal.
(a)
(b)
(c)
Gambar 16 (a) Vegetasi dominan di perumahan Ngade atas yaitu tumbuhan hias; (b) sepanjang track pengamatan di perumahan Ngade bawah masih didominasi oleh alang-alang; (c) taman di perumahan Jambula yang baru mengalami penghijauan.
Gambar 17 Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Ngade atas.
34
Gambar 18 Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Ngade bawah.
Gambar 19 Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Jambula. Jenis burung yang ditemukan di habitat permukiman sebanyak sembilan jenis dari delapan suku (Tabel 8). Jenis Passer montanus merupakan jenis burung dengan individu terbanyak yang ditemukan pada habitat permukiman. Jenis ini tercatat dalam jumlah yang banyak sedang bertengger, bermain dan mencari makan di hamparan lahan kosong yang ditumbuhi alang - alang disekitar lokasi pengamatan. Selain itu ditemukan jenis Padda oryzivora yang sebenarnya berdasarkan Fieldguide (buku panduan lapang) Sumatera, Jawa dan Bali, jenis burung ini hanya ditemukan di Pulau Jawa. Hal ini diduga karena adanya kegiatan introduksi oleh masyarakat di Pulau Ternate.
35
Tabel 8 Jenis burung yang ditemukan di habitat permukiman ∑
Ind/36Jam
Collocalia esculenta
117
3.25
Layang-layang api
Hirundo rustica
24
0.67
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
81
2.25
4
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
63
1.75
5
Artamidae
Kekep babi
Artamus leucorynchus
14
0.39
6
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
7
0.19
7
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
17
0.47
8
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
205
5.69
9
Estrildidae
Gelatik jawa
Padda oryzivora
4
0.11
532
14.78
No
Nama Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Apodidae
Walet sapi
2
Hirundinidae
3
Total
5.1.1.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Topografi pada lokasi penelitian yaitu datar (< 8 %) karena terletak pada pusat Kota Ternate dengan ketinggian < 30 mdpl (Gambar 20). Ketiga lokasi penelitian terletak pada kawasan pantai reklamasi. Habitat RTH memiliki tutupan tajuk yang jarang pada taman kota dan jalur hijau serta tutupan tajuk yang rapat pada hutan buatan. Beberapa jenis vegetasi yang terdapat pada habitat RTH yaitu jenis tumbuhan pelindung seperti trembesi (Samanea saman). Tumbuhan ini memiliki tajuk yang lebar, percabangan melebar kesamping dan rindang sehingga dapat memberikan keteduhan dan menahan silau matahari. Tumbuhan khas tepi pantai yaitu nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminalia catappa), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus), tumbuhan hias seperti glodogan tiang (Polyalthia longifolia), kamboja (Plumeria acuminata), alamanda (Allamanda cathartica), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), dan palem-paleman. Vegetasi masing masing lokasi penelitian, yaitu di hutan buatan (Gambar 21), jalur hijau (Gambar 22), dan taman kota (Gambar 23) di gambarkan dengan menggunakan profil vegetasi secara vertikal.
36
(a) (b) (c) Gambar 20 (a) (b) Jalur hijau yang di dominasi oleh vegetasi Samanea saman; (c) kondisi taman kota yang didominasi oleh tumbuhan hias dan palem.
Gambar 21 Profil habitat secara vertikal di RTH hutan buatan.
Gambar 22 Profil habitat secara vertikal di RTH jalur hijau.
37
Gambar 23 Profil habitat secara vertikal di RTH taman kota. Jumlah jenis burung yang ditemukan di habitat RTH sebanyak delapan jenis dari delapan suku (Tabel 9). Passer montanus merupakan jenis dengan individu terbanyak di habitat RTH. Sedangkan jenis yang paling sedikit ditemukan yaitu Haliaetus leucogaster. Jenis ini teramati sedang melintas diatas pantai dan masuk dalam radius pengamatan. Tabel 9 Jenis burung yang ditemukan di habitat RTH No
Nama Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
∑
Ind/36Jam
1
Fregatidae
Cikalang kecil
Fregata ariel
5
0.12
2
Accipitridae
Elang laut perut putih
Haliaetus leucogaster
1
0.03
3
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
10
0.23
4
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
34
0.94
5
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
5
0.12
6
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis mysolensis
4
0.11
7
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
5
0.12
8
Ploceidae
Burung gereja erasia Total
Passer montanus
207 271
5.75 7.53
5.1.2 Keanekaragaman Jenis Burung 5.1.2.1 Kekayaan, Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Jenis Burung Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode IPA pada lima tipe habitat (kebun campuran tua, hutan pantai, danau, permukiman, dan RTH) di Pulau Ternate ditemukan 51 jenis burung dari 17 suku. Habitat danau memiliki jumlah jenis burung yang paling banyak yaitu 30 jenis dari 17 suku, sedangkan habitat yang memiliki jumlah jenis burung paling sedikit adalah RTH yaitu delapan jenis dari delapan suku (Tabel 10).
38
Tabel 10 Kekayaan jenis burung pada lima tipe habitat di Pulau Ternate ∑ Ind (Ekor)
Jumlah Jenis
Suku
Kebun campuran tua
105
13
10
Pantai
390
25
17
Danau
376
30
17
Permukiman
532
9
8
RTH
271
8
8
Habitat
Setiap suku yang dijumpai diwakili oleh satu hingga enam jenis burung, dengan sebagian besar suku hanya diwakili oleh satu jenis burung. Suku dengan jumlah jenis burung paling banyak adalah suku Columbidae (6 jenis) dan Ardeidae (5 jenis) (Gambar 24).
Gambar 24 Jumlah keanekaragaman jenis burung pada setiap suku. Kekayaan dan keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat yang diamati (Tabel 11). Dari lima tipe habitat tersebut, tipe habitat yang memiliki indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi yaitu habitat danau (H’=2,56), sedangkan nilai indeks keanekaragaman jenis burung terendah yaitu habitat RTH (H’=0,89).
39
Tabel 11 Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener (H’) dan indeks kemerataan (E) pada lima tipe habitat di Pulau Ternate Tipe Habitat Kebun campuran tua
H' 1,92
E 0,74
Jumlah Jenis 13
Jumlah Suku 10
Hutan pantai
2,37
0,73
25
17
Danau
2,56
0,75
30
17
Permukiman
1,68
0,76
9
8
RTH
0,89
0,43
8
8
Tipe habitat yang memiliki indeks kemerataan burung tertinggi yaitu pada habitat permukiman (E=0,76), sedangkan indeks kemerataan burung terendah yaitu pada habitat RTH (E=0,43).
5.1.2.2 Indeks Kesamaan Komunitas Burung Indeks kesamaan komunitas burung tertinggi yaitu pada habitat permukiman dengan habitat RTH (IS=0,545), sedangkan indeks kesamaan komunitas burung terendah yaitu habitat hutan sekunder dengan hutan pantai (IS=0,187) (Tabel 12). Tabel 12 Indeks kesamaan komunitas burung pada lima tipe habitat Tipe Habitat Kebun campuran tua
Kebun campuran tua
Hutan pantai
Danau
Permukiman
RTH
0
0,187
0,194
0,375
0,312
0
0,222
0,307
0,269
0
0,218
0,222
0
0,545
Hutan pantai Danau Permukiman RTH
0
5.1.2.3 Status Burung Dilindungi Dalam penelitian ini kategori status perlindungan burung yang digunakan adalah UU No.5 tahun 1990, PP No. 7 tahun 1999 dan Appendix CITES. Terdapat 19 jenis burung dari 8 suku yang dilindungi menurut UU No. 5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999 serta 9 jenis burung dari 3 suku termasuk dalam daftar CITES (Appendiks I dan II) (Tabel 13).
40
Tabel 13 Jumlah jenis burung yang dilindungi menurut UU dan CITES No
Habitat
CITES
UU
1
Kebun campuran tua
1
5
2
Hutan pantai
2
10
3
Danau
4
7
4
Permukiman
0
1
5
Ruang Terbuka Hijau
1
2
5.1.2.4 Keanekaragaman Guild di Lokasi Penelitian Secara garis besar, komunitas burung di lokasi penelitian terbagi ke dalam tujuh kategori guild. Ketujuh guild tersebut terdiri dari burung laut (Seabird), burung pesisir pantai & burung pedalaman (Coastal And Interior Waterbirds), burung pemakan daging dan bangkai hewan (Carnivores and Scavengers), pemakan serangga (Insectivores), pemakan buah (Frugivores), pemakan madu (Nectarivores), dan grup burung lainnya (Other Bird Groups) (Tabel 14). Dari ketujuh kategori guild, tiga diantaranya memiliki sub kategori guild masingmasing yaitu burung pesisir pantai dan burung air memiliki empat sub kategori guild, burung pemakan serangga memiliki tiga sub kategori guild, dan burung pemakan buah memiliki dua sub kategori guild. Tabel 14 Pengelompokan jenis guild burung berdasarkan kebiasaan hidup (Coates dan Bishop 1997) No 1
Nama Jenis Fregata ariel
2
Phalacrocorax sulcirostris
3
Tachybaptus ruficollis
4
Sterna anaethetus
5
Pandion haliaetus
6
Egretta intermedia
7
Egretta garzetta
8
Egretta sacra
9
Butorides striata
10
Nycticorax caledonicus
Keterangan Kebiasaan Burung Makanan utama yaitu ikan terbang dan cumi-cumi. Memiliki kebiasaan merampok makanan lebih baik dari burung laut lainnya. Mencari makan ikan bersama/berkelompok. Setelah memangsa ikan, sering terlihat bertengger di pohon kering yang telah mati, di atas batu dll. Menyelam untuk mencari makanan di area kecil yg berair dan danau. Makanan berupa ikan kecil. Mencari makan berupa ikan dan plankton di area peralihan dan berlumpur. Jenis makanan berupa ikan. Mengintai mangsanya dari atas pohon kering yang telah mati. Bergerak perlahan ketika mencari makan. Makanan utama yaitu ikan. Biasanya terlihat diam ketika sedang makan. Mencari makan dengan berbagai teknik. Mencari makan dengan cara berjalan cepat, bergerak cepat, tetap berdiri dan lain sebagainya. Mencari makan dengan cara bersembunyi dan diam-diam mengintai mangsa. Termasuk burung nokturnal. Jenis yang dimangsa berupa ikan, amfibi, serangga dan larva, crustaceas, moluska, reptil, burung dan jenis mamalia kecil lainnya.
41
Tabel 14 lanjutan No 11
Nama Jenis Heteroscelus brevipes
12
Numenius minutus
13
Numenius madagascariensis
14
Haliastur indus
15
Haliaeetus leucogaster
16
Ictinaetus malayensis
17
Collocalia vanikorensis
18
Collocalia infuscatus
19
Collocalia esculenta
20
Hirundo rustica
21
Hirundo tahitica
22
Artamus leucorynchus
23
Halcyon diops
24
Halcyon saurophaga
25
Halcyon sancta
26
Ceyx lepidus
27
Merops ornatus
28
Myiagra alecto
29
Cacomantis variolosus
30
Padda oryzivora
31
Scythrops novaehollandiae
32
Aplonis mysolensis
33
Aplonis metallica
Keterangan Kebiasaan Burung Biasanya di daerah mangrove. Jenis makanan berupa crustaceans (shellfish), moluska, serangga, amfibi, dan reptil serta ikan kecil lainnya. Terlihat soliter dan dalam kelompok kecil. Jenis makanan berupa crustaceans (shellfish), moluska, serangga, amfibi, dan reptil serta ikan kecil lainnya. Mencari makan dengan cara memilih dan mengintai mangsa. Jenis makanan berupa crustaceans (shellfish), moluska, serangga, amfibi, dan reptil serta ikan kecil lainnya. Terlihat sendiri atau berpasangan dan terbang di atas kanopi pohon. Biasanya menangkap mangsanya dari air, makan sampah dan bangkai hewan lain, serangga, ikan dan lain lain. Memangsa ikan dari air, biasanya makan sampah atau bangkai hewan lain dan buah. Biasanya terlihat melayang di sekitar hutan dataran tinggi (ridge-tops). Mangsanya berupa reptil dan mamalia. Terbang di atas kanopi pohon. Merupakan jenis burung pemakan serangga Terbang melayang di atas kanopi pohon dan menyambar serangga yang berada di atas tajuk pohon. Tidak pernah terbang tinggi di atas kanopi pohon. Relatif terbang pelan. Merupakan jenis burung pemakan serangga. Terbang dengan cepat, mencari makan di bawah (substrat) atau air. Merupakan jenis burung pemakan serangga. Membuat sarang dibawah atau tepi bangunan dan merupakan jenis pemakan serangga. Jenis burung yang menyukai daerah terbuka, savana, dan semacam area kebun. Bertengger pada pohon kering yang telah mati di area terbuka, biasanya di sekitar area kebun, tepi hutan (bertengger di dahan/ranting pohon). Lebih sering terlihat di daerah peralihan antara danau dan laut. Jika terbang di sekitar pesisir pantai maka lebih memilih terbang rendah di atas air laut. Bertengger dan biasanya mengambil makanan dari substrat. Pada area pesisir pantai terkadang sering terlihat bersama jenis pemakan ikan lainnya Terkadang dijumpai di sekitar hutan kecil. Makanan berupa arthropoda dan biasanya mengambil makanan dari air/sungai di hutan. Terbang untuk memangsa serangga. Bertengger di area terbuka dan merupakan jenis pemakan lebah (ukuran kecil hingga sedang) dan serangga. Merupakan jenis pemakan serangga. Sering terlihat berpasangan (jantan dan betina). Merupakan jenis burung pemakan madu dan pemakan serangga sambil terbang. Jenis burung yang mencari makan di lantai (ground). Merupakan jenis burung pemakan biji-bijian. Makanan utama yaitu buah, khususnya buah lembut yang isinya biji-bijian kecil, termasuk serangga ukuran besar, reptil, burung dan mamalia yang berukuran kecil. Termasuk jenis pemakan. Beberapa individu lainnya mencari serangga di lantai (substrat) pada area yang berumput. Beberapa individu lainnya mencari serangga di lantai (substrat) pada area yang berumput.
42
Tabel 14 lanjutan No 34
Nama Jenis Pachycephala pectoralis
35
Rhipidura leucophrys
36
Rhipidura rufifrons
37
Fgereja erasia
38
Macropygia amboinensis
39
Ducula perspicillata
40
Ptilinopus bernsteinii
41
Ptilinopus monacha
42
Ptilinopus hyogastra
43
Cacatua alba
44
Tanygnathus megalorynchos
45
Eclectus roratus
46
Geoffroyus geoffroyi
47 48
Passer montanus Myzomela obscura
49
Leptocoma sericea
50
Cinnyris jugularis
51
Corvus orru
Keterangan Kebiasaan Burung Lebih sering terdengar suaranya daripada terlihat. Mencari makan di sekitar dahan pohon. Di dahan pohon yang sama biasanya terlihat sedang makan dengan jenis burung pemakan serangga lainnya. Merupakan jenis pemakan serangga dan terkadang mencari makan di lantai (substrat). Jenis pemakan serangga yang biasanya mencari makan mulai dari lantai hingga kanopi pohon. Lebih banyak mencari makan di lantai (substrat). Bertengger di pohon, kabel telepon, bangunan dan lain sebagainya. Jenis makanan berupa buah, biji-bijian dan atau invertebrata. Lebih sering terdengar suara (Calling). Jenis makanan yaitu buah-buahan yang berukuran kecil. Sering terlihat berasosiasi dengan jenis pigeon pemakan buah lainnya di satu pohon yang sama. Jenis makanan berupa buah-buahan dan jenis tumbuhan merambat yang menghasilkan buah. Kadang-kadang bertengger pada bagian bawah hingga pertengahan tajuk di hutan bersemak. Umum dan mudah untuk ditemui. Sering bertengger pada bagian tajuk pohon di pagi dan senja hari. Biasanya bertengger di tajuk pohon tapi kadang-kadang ditemukan bertengger di bagian pertengahan tajuk pohon atau biasanya di puncak pohon yang tinggi. Tergolong jenis burung yang terbang dengan cepat. Jenis makanan diperoleh dari pohon berbuah termasuk jenis pohon Sonneratia alba, Cannarium vulgare, dan Casuarinas. Tergolong jenis burung yang suka melakukan perjalanan ke pulau-pulau kecil disekitarnya. Lebih sering bertengger di tajuk pohon. Biasanya terbang berkilo-kilo meter dalam beberapa wilayah untuk mencari makanan. Terbang tinggi di atas tajuk dan hutan. Makanan utama untuk jenis burung "Parrot" yaitu buah dan biji-bijian. Mencari makan terutama di lantai/substrat. Cukup sulit untuk ditemui, tergolong jenis burung yang aktif dan merupakan jenis pemakan madu. Mencari makanan di sekitar tepi hutan, perdu, pekarangan, pepohonan di pedesaan, dll Mencari makan berupa arthropod dan madu di taman bunga, tepi hutan, daerah pertumbuhan sekunder, dll Tergolong jenis pemakan daging dan bangkai hewan. Jenis makanan berupa kodok, ular, serangga dan hewan domestikasi.
Kategori guild dengan jumlah jenis dan individu burung tertinggi yaitu pemakan serangga sedangkan guild yang memiliki jumlah jenis dan individu terendah adalah kategori grup burung lainnya. Berdasarkan jumlah individu, pemakan serangga merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian dengan jumlah total 806 individu (Tabel 15), sedangkan grup burung lainnya merupakan kelompok yang jumlah individunya paling sedikit.
43
Tabel 15 Jumlah jenis dan individu pada setiap guild No
Guild
A B 1 2 3 4
Burung laut Burung pesisir pantai & burung pedalaman Mencari mangsa sambil berenang Mencari mangsa sambil terbang di atas permukaan air Mencari mangsa di sungai Mencari mangsa di area peralihan antara danau-pantai & area berlumpur Pemakan daging dan bangkai hewan Pemakan Serangga Pemakan serangga di atas tajuk Pemakan serangga sambil melayang Pemakan serangga di bagian dahan pohon Pemakan buah Pemakan buah secara luas Pemakan buah (dunia lama) Pemakan madu Grup burung lain
C D 1 2 3 E 1 2 F G
Kode Guild SB
Jumlah Jenis 2
Jumlah Individu 145
SwB AF LW SSMB
1 2 5 3
24 25 22 56
CS
3
20
AI FI GI
6 6 8
525 45 236
WF OWF N OBG
10 1 3 1
19 440 106 9
5.1.2.4.1 Keanekaragaman Guild di Kebun Campuran Tua Komunitas burung di kebun campuran tua terdiri atas tujuh guild yaitu kategori burung pemakan daging dan bangkai hewan, pemakan serangga (pemakan serangga diatas tajuk, di dahan, dan sambil melayang), pemakan buah (pemakan buah secara luas dan pemakan buah dunia lama), pemakan madu, dan grup burung lainnya. Secara spesifik komunitas burung di kebun campuran tua di dominasi oleh kategori burung pemakan serangga terutama dari sub kategori pemakan serangga di atas tajuk dan pemakaan serangga di bagian dahan pohon (Tabel 16) dalam jumlah individu, sedangkan dalam jumlah jenis, tidak terjadi perbedaan jumlah yang signifikan dari ketujuh guild tersebut.
44
Tabel 16 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di habitat kebun campuran tua No
Kode Guild
1
CS
Jumlah Jenis 1
Jumlah Individu 2
2
AI
3
58
3
FI
1
2
4
GI
2
18
5
WF
1
2
6
OWF
1
2
7 N 3 16 Keterangan: CS: pemakan daging & bangkai hewan, AI: pemakan serangga di atas tajuk, FI: pemakan serangga sambil melayang, GI: pemakan serangga di bagian dahan pohon, WF: pemakan buah secara luas, OWF: pemakan buah (dunia lama), N: pemakan madu.
5.1.2.4.2 Keanekaragaman Guild di Hutan Pantai Komunitas burung di hutan pantai tersusun atas 10 guild (Tabel 17). Berdasarkan jumlah individu, burung pantai merupakan kategori guild yang paling banyak ditemukan yaitu jenis Fregata ariel, sedangkan berdasarkan jumlah jenis, kategori burung pesisir pantai dan burung air merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Tabel 17 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di habitat hutan pantai No
Kode Guild
Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1
SB
2
134
2
AF
2
25
3
LW
4
11
4
SSMB
3
56
5
AI
2
32
6
GI
5
78
7
WF
2
2
8
OWF
1
11
9
N
2
30
10 OBG 1 5 Keterangan: SB: burung laut, AF: mencari mangsa sambil terbang di atas permukaan air, LW: mencari mangsa di sungai, SSMB: mencari mangsa di areal peralihan antara danau-pantai & area berlumpur, AI: pemakan serangga di atas tajuk, GI: pemakan serangga di bagian dahan pohon, WF: pemakan buah secara luas, OWF: pemakan buah (dunia lama), N: pemakan madu, OBG: grup burung lain.
5.1.2.4.3 Keanekaragaman Guild di Danau Komunitas danau merupakan komunitas dengan komposisi guild terbanyak jika dibandingkan dengan komunitas atau habitat lainnya (Tabel 18). Terdiri atas 11 guild kecuali kategori burung pemangsa sambil terbang diatas
45
permukaan air (AF) dan burung yang mencari makan di area peralihan & area berlumpur (SSMB). Komunitas burung di danau di dominasi oleh kelompok pemakan serangga baik dalam jumlah jenis maupun individu. Tabel 18 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di habitat danau No
Kode Guild
Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1
SB
1
6
2
SwB
1
24
3
LW
2
11
4
CS
3
19
5
AI
4
121
6
FI
3
36
7
GI
2
2
8
WF
7
15
9
OWF
1
15
10
N
1
38
11 OBG 1 4 Keterangan: SB: burung laut , SwB: mencari mangsa sambil berenang, LW: mencari mangsa di sungai, CS: pemakan daging dan bangkai hewan, AI: pemakan serangga di atas tajuk, FI: pemakan serangga sambil melayang, GI: pemakan serangga di bagian dahan pohon, WF: pemakan buah secara luas, OWF: pemakan buah (dunia lama), N: pemakan madu, OBG: grup burung lain.
5.1.2.4.4 Keanekaragaman Guild di Permukiman Komunitas di permukiman merupakan komunitas dengan komposisi guild terendah jika dibandingkan dengan komunitas lainnya (Tabel 19). Meskipun hanya terdiri atas tiga jenis guild yaitu kelompok burung pemakan serangga di atas tajuk, pemakan serangga di bagian dahan pohon dan pemakan madu namun masing-masing jenis memiliki jumlah individu yang melimpah. Berbeda dengan jumlah jenis di setiap jenis guild yang hanya terdiri dari dua sampai empat jenis. Tabel 19 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di habitat permukiman No
Kode Guild
Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1
AI
3
222
2
GI
4
88
3 N 2 212 Keterangan: AI: pemakan serangga di atas tajuk, GI: pemakan serangga di bagian dahan pohon , N: pemakan madu.
5.1.2.4.5 Keanekaragaman Guild di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Komunitas RTH terdiri atas enam jenis guild yaitu burung laut, pemakan daging dan bangkai, pemakan serangga di atas tajuk, pemakan serangga di bagian
46
dahan pohon, pemakan buah (dunia lama), dan pemakan madu (Tabel 20). Jenis burung pemakan buah (dunia lama) merupakan guild dengan jumlah individu tertinggi, sedangkan jenis guild dengan jumah individu terendah yaitu burung pemakan daging dan bangkai hewan. Jenis Passer montanus merupakan jenis burung yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian. Tabel 20 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di habitat RTH No
Kode Guild
Jumlah Jenis
Jumlah Individu
1
SB
1
5
2
CS
1
1
3
AI
2
44
4
GI
2
9
5
OWF
1
207
6 N 1 5 Keterangan: SB: burung laut, CS: pemakan daging dan bangkai hewan, AI: pemakan serangga di atas tajuk, GI: pemakan serangga di bagian dahan pohon, OWF: pemakan buah (dunia lama), N: pemakan madu.
5.1.2.5 Gangguan Terhadap Burung Gangguan terhadap burung di lima tipe habitat terbagi atas dua yaitu gangguan langsung dan gangguan tidak langsung oleh manusia. Pada tipe habitat kebun campuran tua, bentuk gangguan secara langsung yaitu adanya perburuan burung oleh masyarakat sekitar untuk dikonsumsi atau dipelihara, sedangkan gangguan tidak langsung yaitu adanya rumah-rumah kebun masyarakat. Pada habitat hutan pantai bentuk gangguan oleh manusia yaitu secara tidak langsung seperti banyaknya sampah rumah tangga yang mengotori pantai. Pada habitat danau bentuk gangguan secara tidak langsung yaitu adanya kegiatan wisata setiap hari libur dan akhir pekan, sedangkan pada habitat perrmukiman dan RTH gangguan tidak langsung yang ditimbulkan yaitu kebisingan seperti suara mesin dari kendaraan dan aktivitas manusia lainnya.
5.2 Pembahasan 5.2.1 Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Pulau Ternate Terdapat 11 jenis burung yang tidak ditemukan serta 22 jenis baru jika dibandingkan dengan hasil Widodo (2011). Hasil penelitian Widodo pada periode 26 Juli-12 Agustus 2009 di Pulau Ternate berhasil ditemukan 34 jenis dari 24
47
suku dengan jumlah pencatatan 474 individu. Sedangkan pada penelitian ini berhasil ditemukan 51 jenis burung dari 17 suku dengan jumlah pencatatan sebanyak 1674 individu. Jumlah jenis ini 70% lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil Widodo. Tingginya jumlah jenis yang ditemukan diduga karena lamanya perbedaan waktu pengamatan. Penelitian oleh Widodo bersama pihak LIPI dilaksanakan selama 18 hari di enam lokasi yang mewakili tipe habitat kebun campuran tua, pantai dan danau. Pengamatan dilakukan pada pagi (07.00-10.00), siang (11.00-14.00), dan sore hari (15.00-18.00). Penelitian ini dilaksanakan selama 39 hari di 15 lokasi penelitian yang mewakili lima tipe habitat yaitu kebun campuran tua, pantai, danau, permukiman, dan RTH. Pengamatan dilakukan pada pagi (06.15-09.15) dan sore hari (16.00-18.00). Adanya perbedaan lama waktu pengamatan di lokasi membuktikan bahwa semakin lama waktu yang digunakan untuk melakukan pengamatan burung maka peluang untuk ditemukannya jenis baru semakin besar. Selain itu, kondisi angin yang kencang dan temperatur lingkungan yang rendah pada saat itu membuat burung-burung lebih banyak beristirahat dan diam. Data lain yaitu pemantauan burung secara berkala oleh Burung Indonesia (BI) periode Januari 2011 – Februari 2012. Tercatat 28 jenis burung yang tidak ditemukan dalam penelitian ini dan empat jenis diantaranya merupakan jenis baru. Kekayaan jenis burung di Pulau Ternate berdasarkan penelitian ini yaitu sekitar 80% dari total jenis burung hasil pantauan BI selama periode Januari 2011Februari 2012 (393 hari). Waktu pengamatan burung oleh BI dilakukan secara berkala di hampir seluruh lokasi Pulau Ternate termasuk habitat hutan primer dan mangrove yang tidak menjadi spot/lokasi pengamatan burung pada penelitian ini. Hal ini karena luasan habitat mangrove yang semakin berkurang seiring meningkatnya pengembangan wilayah reklamasi pantai dan habitat primer yang masih sangat mengkhawatirkan untuk dijadikan lokasi penelitian pasca erupsi Gunung Gamalama. Waktu pengamatan yang lebih lama dan cakupan habitat yang lebih bervariasi menyebabkan perbedaan data yang diperoleh dan kemungkinan peluang ditemukannya jenis baru lebih besar. Metode yang digunakan oleh BI yaitu metode present-absent. Metode ini hanya digunakan untuk mengecek jenis burung apa saja yang ada di Pulau Ternate tanpa melakukan
48
penghitungan terhadap keanekaragaman dan kelimpahan jenis burung. Sedangkan metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu pencatatan terhadap jumlah dan jenis burung yang nantinya akan diketahui nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis burung di Pulau Ternate. Pada habitat kebun campuran tua ditemukan 13 jenis burung dari 10 suku. Jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan Syafrudin
(2011) yang
menemukan jenis burung pada habitat perkebunan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung sebanyak 62 jenis dari 28 suku. Jenis tanaman yang terdapat di TNBBS yaitu tanaman kopi (Coffea robusta) dan cokelat (Theobroma cacao). Adanya perbedaan jumlah jenis burung yang signifikan diduga karena kondisi habitat kebun campuran tua yang terletak di sekitar kaki gunung Gamalama sebagian besar didominasi dengan tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) dan pala (Myristica fragrans). Kedua jenis tanaman ini tumbuh di sekitar kaki Gunung Gamalama cukup meluas (±200 - 800 mdpl) dan intensitas perawatan maupun pemanenan cukup teratur sehingga aktivitas manusia dimungkinkan kurang aman bagi burung. Struktur percabangan pala dan cengkeh bersifat homogen (cabang-cabang pohon menerus pada batang) sehingga terbatas bagi burung-burung yang memanfaatkannya. Selain itu, habitat kebun campuran tua memiliki kesamaan dengan hutan tanaman yaitu memiliki tutupan tajuk atau kanopi yang tidak variatif (tajuk berlapis - lapis) karena usia tanaman yang sama. Hal ini menyebabkan jenis burung yang memanfaatkan tajuk tersebut terbatas. Berdasarkan wawancara pribadi dengan guide, jenis vegetasi yaitu jenis akasia (Acacia mangium) yang biasanya dimanfaatkan sebagai pakan burung kakatua putih (Cacatua alba) pada saat penelitian sedang tidak berbuah. Terjadinya erupsi Gunung Gamalama pada tanggal 5 Desember 2011 hingga awal bulan Januari 2012 juga diduga menjadi penyebab rendahnya jumlah jenis burung yang ditemukan pada habitat ini. Pada saat penelitian di habitat kebun campuran tua yang berlangsung tanggal 14 - 16 Februari 2012 jumlah jenis burung yang ditemukan sangat rendah. Hal ini dikarenakan dua hari sebelum penelitian Gunung Gamalama sempat mengeluarkan debu vulkanik kembali dan terbawa angin ke arah utara kota sehingga menyelimuti lokasi penelitian. Debu vulkanik yang terbawa angin jatuh sebagai polutan di lokasi penelitian. Konsentrasi H2S
49
dan SO2 di udara dapat mengubah pola cuaca setempat dan membahayakan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya seperti burung. Dampak letusan juga dapat mempengaruhi kemampuan terbang, bertengger, aktivitas makan, dan migrasi burung. Jenis burung dengan individu terbanyak yang ditemukan di habitat hutan pantai yaitu Fregata ariel. Jenis ini banyak ditemukan ketika sedang melintas di atas habitat hutan pantai. Selain itu, adapun jenis burung Nycticorax caledonicus yang ditemukan di sekitar area berlumpur hutan pantai. Jenis burung ini merupakan jenis yang tidak umum, sering mengunjungi pulau-pulau kecil lepas pantai, daerah rawa, dan mangrove. Beberapa jenis burung migran lainnya yang ditemukan pada habitat ini yaitu
Sterna anaethetus, Heteroscelus brevipes,
Numenius minutus, Numenius madagascariensis, dan Cacomantis variolosus. Burung-burung migran di Pulau Ternate tercatat lebih dari 23 jenis, diantaranya terbanyak adalah suku Charadridae dan Scolopacidae. Namun selama penelitian pada habitat hutan pantai, jenis-jenis yang ditemukan hanya beberapa saja. Hal ini dimungkinkan karena masih belumnya burung-burung migran datang ke Pulau Ternate ataupun karena sebagian kawasan pantai tidak lagi memiliki area berlumpur yang menjadi tempat mencari pakan burung-burung migran. Salah satu lokasi dari habitat hutan pantai yaitu di Desa Tobololo sedang mengalami rehabilitasi kawasan yaitu penanaman mangrove oleh Dinas Perikanan Kota Ternate yang bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk mengurangi dampak abrasi dan gelombang pasang. Habitat danau merupakan lokasi dengan jumlah penemuan jenis burung tertinggi jika dibandingkan dengan empat tipe habitat lainnya. Habitat danau terletak di sekitar kaki gunung gamalama, berbatasan dengan kebun milik masyarakat, dan dekat dengan pantai (Lampiran 20). Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa habitat danau merupakan daerah peralihan (edge) atau daerah lalu lalang burung sehingga jenis burung yang ditemukan lebih banyak jika dibandingkan dengan habitat lainnya. Menurut Yoza (2006), daerah peralihan memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya sehingga jenis burung yang menempati daerah ini merupakan jenis burung yang menyukai daerah terbuka maupun tertutup. Di perairan danau terdapat
50
tumbuhan air seperti teratai yang dimanfaatkan oleh burung Tachybaptus ruficollis sebagai bahan sarang pada saat musim berbiaknya. Selain itu ditemukan jenis burung migran non wader yaitu Merops ornatus. Jenis ini merupakan burung migran dari Australia yang ditemukan berkelompok. Jenis burung lain yang khas di habitat danau yaitu Rhipidura leucophrys, Aplonis metallica, Haliastur indus, dan Egretta garzetta. Sedangkan jenis Eclectus roratus merupakan jenis paruh bengkok yang dilepasliarkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Konservasi Alam Maluku Utara (LSM KAMU) di sekitar danau setelah program rehabilitasi. Total jenis burung yang ditemukan di habitat permukiman yaitu 9 jenis burung dari 8 suku. Jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan penelitian Asmoro (2012) di perumahan Sentul City yang menemukan 42 jenis burung dari 24 suku. Rendahnya jumlah jenis burung yang ditemukan diduga karena luasan lokasi penelitian yang lebih sempit. Sentul City merupakan perumahan kelas atas dengan luasan mencapai 3000 ha, sedangkan luasan ketiga lokasi penelitian yang merupakan perumahan kelas menengah kebawah yaitu perumahan Griya Majang Asri (Desa Ngade=5 ha) dan perumahan Green Garden (Desa Ngade=11 ha dan Desa Jambula=8 ha). Selain itu, adanya perbedaan struktur dan komposisi vegetasi. Jenis vegetasi yang berada di Sentul City masih tergolong rimbun yaitu terdapat jenis vegetasi peneduh seperti trembesi, Pinus merkusi, dan sengon, sedangkan jenis-jenis vegetasi yang terdapat disekitar perumahan pada lokasi penelitian ini masih sangat minim dan didominasi oleh alang-alang. Hal ini dikarenakan lokasi penelitian merupakan perumahan baru sehingga belum ada penghijauan pada beberapa taman disekitar perumahan. Pada beberapa sudut perumahan juga masih terdapat areal kosong yang ditumbuhi alang-alang dan semak belukar. Berkurangnya luasan vegetasi tentunya akan berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati di habitat tersebut. Hal ini menyebabkan jenis vegetasi yang ada hanya akan mampu mendukung kehidupan jenis-jenis satwa tertentu. Hal ini dibuktikan dengan melimpahnya jenis Passer montanus di daerah permukiman. Alang-alang dan semak belukar yang terdapat di lokasi penelitian membuat jenis ini tertarik untuk singgah. Alang-alang dan semak belukar yang rapat merupakan tempat berlindung yang baik bagi jenis burung yang bertubuh
51
kecil dari serangan angin kencang, udara dingin, dan predator yang lebih besar (Rusmendro et al. 2009). Data lain dari hasil penelitian Ontario et al. (1991) di permukiman kota Jakarta (dengan cover tumbuhan < 20%) dan kota Bogor (permukiman kota) juga menunjukkan bahwa masing-masing lokasi memiliki jumlah jenis burung yang lebih banyak yaitu 28 dan 25 jenis jika dibandingkan dengan penelitian ini. Rendahnya jumlah jenis yang ditemukan pada habitat ini diduga karena luasan lokasi penelitian dan lamanya waktu pengamatan yang berbeda. Pada penelitian Ontario, 6 - 12 lokasi penelitian bisa mewakili satu tipe habitat sedangkan pada penelitian ini, satu tipe habitat hanya diwakili oleh tiga lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Ontario juga dilaksanakan selama enam bulan. Sedangkan penelitian ini hanya dilaksanakan selama dua bulan. Semakin luas plot lokasi dan lama waktu pengamatan, peluang untuk ditemukannya jenis baru juga semakin besar. Selain itu, komposisi jenis dan struktur vegetasi merupakan faktor penting yang berkaitan dengan kehadiran burung. Jenis vegetasi yang terdapat di pinggir jalan wilayah Bogor dan Jakarta cukup variatif seperti Pterocarpus indicus, Cannarium commune, Switenia macrophylla, Acacia auriculiformis, Samanea saman dan lain sebagainya, sedangkan jenis vegetasi yang terdapat di sekitar lokasi penelitian ini hanya berupa tumbuhan hias dan obat serta banyak di dominasi oleh alang-alang dan semak belukar. Hal menarik dari habitat ini yaitu ditemukannya jenis Padda oryzivora yang sebenarnya berdasarkan buku panduan lapang Sumatera, Jawa, dan Bali, jenis burung ini hanya ditemukan di Pulau Jawa. Hal ini diduga karena adanya kegiatan introduksi oleh masyarakat di Pulau Ternate. Introduksi merupakan usaha sadar atau tidak sadar memasukkan jenis hewan atau tumbuhan ke dalam suatu habitat yang baru. Masuknya jenis tersebut karena adanya hobi beberapa orang membawa jenis-jenis baru atau sengaja dibiakkan karena alasan seperti penanganan hama penyakit dan sebagainya. Habitat RTH merupakan habitat dengan jumlah jenis burung terendah jika dibandingkan dengan keempat habitat lainnya. Jenis vegetasi yang ada di habitat RTH yaitu jenis-jenis tumbuhan khas tepi pantai, pelindung, dan hias. Rendahnya jumlah jenis di habitat RTH diduga karena tidak terpenuhinya peranan vegetasi bagi burung diantaranya sebagai tempat mencari pakan karena jenis tumbuhan
52
yang ditanam bukan merupakan jenis tumbuhan penghasil buah namun lebih didominasi oleh jenis tumbuhan hias. Selain itu tidak terpenuhinya jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung, bersarang, dan berkembang biak. Faktor lain yang diduga menyebabkan rendahnya jumlah jenis di habitat ini yaitu lokasi penelitian yang tepat berada di pusat kota sehingga banyak gangguan oleh manusia. Widodo (2009) menyatakan bahwa habitat yang kondisinya baik dan jauh dari gangguan manusia serta didalamnya mengandung bermacam-macam sumber pakan, memungkinkan memiliki jenis burung yang banyak. Jenis-jenis burung yang ditemukan disekitar habitat RTH yaitu jenis-jenis burung perkotaan seperti Passer montanus dan Hirundo tahitica. Jenis-jenis yang ditemukan di perkotaan merupakan jenis-jenis burung yang bisa beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan. Beberapa jenis burung seperti Hirundo tahitica, Rhipidura leucophrys, Collocalia esculenta, dan Cinnyris jugularis adalah jenis burung yang ditemukan pada semua tipe habitat. Hal ini dikarenakan jenis-jenis burung tersebut memiliki mobilitas yang tinggi serta preferensi pakan yang bervariasi (alternatif pakan yang beragam). Ketersediaan alternatif pakan yang berlimpah pada tiap habitat menyebabkan interaksi dari segi kompetisi dan predasi antar jenis menjadi kecil sehingga beberapa jenis burung dapat tersebar dengan luas.
5.2.2 Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Jenis Burung Nilai indeks keanekaragaman burung yang diperoleh di Pulau Ternate yaitu 2.53. Menurut Odum (1971), nilai indeks keanekaragaman jenis burung tersebut dapat dikategorikan sedang karena berada dalam kisaran 1-3. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung yang didapatkan lebih rendah jika dibandingkan dengan
penelitian
Sulistyadi
(2011)
yang
mendapatkan
nilai
indeks
keanekaragaman sebesar 3.92 pada empat tipe habitat (kebun pala, kebun kelapa, mangrove, dan area permukiman) di Pulau Moti. Pulau Moti merupakan pulau kecil dengan luasan ± 24 km2 dan termasuk dalam wilayah Kecamatan Moti, Kabupaten
Ternate,
Provinsi
Maluku
Utara.
Rendahnya
nilai
indeks
keanekaragaman yang diperoleh dalam penelitian ini diduga karena perbedaan
53
struktur dan komposisi vegetasi, lokasi habitat yang teramati serta jumlah jenis yang ditemukan. Indeks kemerataan jenis burung yang diperoleh di Pulau Ternate yaitu sebesar 0,65. Menurut Odum (1971), nilai indeks kemerataan tersebut dapat dikatakan tinggi jika > 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi dominasi antar jenis yang ada dan keberadaannya juga relatif merata. Nilai yang semakin mendekati 1 menunjukkan bahwa kemerataan populasi jenis yang semakin tinggi. Jenis burung yang dapat tersebar dengan luas dan merata dapat dipengaruhi oleh ketersediaan alternatif pakan yang berlimpah pada tiap habitat sehingga menyebabkan interaksi jenis baik kompetisi maupun predasi antar jenis menjadi kecil.
5.2.3 Indeks Kesamaan Komunitas Burung Indeks kesamaan komunitas burung dapat digunakan untuk melihat kesamaan antar jenis burung pada setiap tipe habitat. Keberadaan jenis vegetasi dan habitat yang hampir sama menyebabkan habitat permukiman dan RTH memiliki kesamaan komunitas burung yang tinggi. Jenis-jenis burung yang ditemukan pada kedua lokasi tersebut merupakan jenis-jenis burung perkotaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan. Berbeda dengan jenis burung yang ditemukan pada habitat hutan pantai dan kebun campuran tua yang memiliki habitat kompleks dengan jenis-jenis burung yang secara spesifik memiliki mobilitas yang rendah dan preferensi pakan yang tidak variatif. Selain itu, menurut (Jokimaki & Jokimaki 2003) tingkat kesamaan komunitas burung juga dipengaruhi oleh luasan lokasi. Rata-rata jumlah jenis yang mendiami suatu kepulauan akan meningkat sebanding dengan ukuran kepulauan tersebut.
5.2.4 Keanekaragaman Guild di Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil identifikasi, komposisi guild di lokasi penelitian dengan total jumlah jenis dan individu terbanyak yaitu kategori burung pemakan serangga (I). Tingginya kategori pemakan serangga berkaitan dengan tersedianya vegetasi yang berperan sebagai tempat untuk menyediakan pakan burung yaitu serangga. Kondisi habitat yang lembab karena musim hujan pasca erupsi Gunung
54
Gamalama menyebabkan serangga berkembangbiak dengan baik. Selain burung pemakan serangga, kategori burung pemakan buah (F) juga termasuk kategori guild dengan jumlah individu terbanyak. Jenis burung Passer montanus yang termasuk dalam sub kategori pemakan buah (dunia lama) (OWF) merupakan jenis burung dengan kelimpahan individu terbanyak. Hal ini dikarenakan kebiasaan burung ini yang bergerak di dalam kelompok yang besar sehingga jenis ini gampang untuk ditemukan. Selain itu, jenis tersebut merupakan jenis burung perkotaan yang dekat dengan manusia sehingga gampang ditemukan. Biasanya di daerah-daerah terbuka seperti di hamparan alang-alang sekitar permukiman dan ruang terbuka hijau. Pada habitat kebun campuran tua, kelompok guild tertinggi berdasarkan jumlah individu dan jenis yaitu burung pemakan serangga di atas tajuk (AI). Jenis burung ini yaitu dari suku Apodidae dan Hirundinidae yang biasanya terbang di atas tajuk pohon sambil mengintai mangsa berupa serangga yang terdapat di atas tajuk-tajuk pohon. Beberapa jenis bahkan terbang beratus-ratus meter di atas tajuk pohon di udara. Selain kelompok tersebut, adapun kelompok burung pemakan serangga di bagian dahan pohon (GI). Hal ini mengindikasikan bahwa sinar matahari yang dapat menembus sampai ke bagian dalam tajuk pohon memungkinkan
terjadinya
produktivitas
pertumbuhan
pohon
sehingga
mengakibatkan serangga yang hidup pada bagian ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan oleh burung. Tingginya kategori burung laut (SB) terlihat dari banyaknya individu Fregata ariel dan beberapa individu Phalacrocorax sulcirostris yang teramati di habitat hutan pantai. Jenis Fregata ariel melayang-layang di udara, sedangkan Phalacrocorax sulcirostris sering terlihat bertengger di pohon Nyamplung (Callophyllum inophyllum). Keduanya sering terlihat meluncur, menyambar ikan terbang dan terjun ke permukaan air laut untuk menangkap mangsanya. Selain burung pantai, kelompok GI juga banyak ditemukan pada habitat ini. Hal menarik dari habitat ini yaitu adanya kelompok burung yang mencari mangsa di area peralihan antara danau dengan pantai dan area berlumpur (SSMB). Salah satu lokasi penelitian pada habitat ini yaitu hutan pantai Desa Tobololo masih memiliki area berlumpur (mudflat) yang dapat menyediakan sumberdaya untuk
55
beberapa jenis burung. Jenis burung dari suku Scolopacidae menyukai lokasi seperti tepian sungai, pantai, dan area berlumpur. Untuk kelompok guild ini, ikan bukanlah jenis makanan utama bagi mereka namun seperti serangga, invertebrata kecil lainnya, biji-bijian, dan vegetables matter adalah makanan yang penting (Faaborg 1988). Tutupan tajuk di habitat danau yang tergolong jarang menyebabkan banyaknya kelompok AI ditemukan di lokasi penelitian. Selain kelompok tersebut, kelompok pemakan madu (N) juga banyak ditemukan di habitat ini. Kelompok guild ini berasal dari suku Nectariniidae yang teramati bertengger di atas pohon kelapa (Cocos nucifera) dan masuk dalam plot pengamatan. Kebanyakan jenis burung pemakan madu memiliki warna yang mencolok, kaki yang sangat kecil dan panjang. Nektar atau madu merupakan makanan utama bagi jenis burung ini namun tidak menutup kemungkinan jenis makanan lain seperti serangga yang berada disekitar bunga dan buah yang lembut juga akan dipilih sebagai makanan. Menurut Faaborg (1988), burung pemakan madu yang masih muda biasanya selain memilih madu juga akan memilih serangga kecil sebagai makanan. Pada habitat permukiman, kelompok guild tertinggi berdasarkan jumlah individu di dominasi oleh kelompok AI. Kelompok guild tertinggi lainnya yaitu kelompok N dan kelompok guild yang terendah berdasarkan jumlah individu yaitu kelompok GI. Hal ini dimungkinkan karena disekitar perumahan lebih didominasi oleh tumbuhan hias dan tumbuhan berbunga lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh burung pemakan madu untuk mencari makan daripada jenis-jenis pohon yang bisa menyediakan serangga untuk kelompok GI. Kelompok GI merupakan jenis burung yang tergolong dinamis. Kelompok burung ini tidak hanya bergantung pada vegetasi atau teknik mencari makan di bagian dahan pohon namun kelompok ini juga mencari makan di atas tanah, kulit kayu, dan mencari mangsa sambil terbang. Salah satu contoh dari kelompok GI ini yaitu jenis Rhipidura leucophrys yang teramati dapat menempati semua bagian tajuk pohon di seluruh lokasi penelitian. Pada habitat RTH, kelompok guild tertinggi berdasarkan jumlah individu yaitu kelompok OWF. Jenis burung pada kelompok ini tidak hanya memilih buah
56
sebagai makanan namun juga memilih biji-bijian sebagai alternatif makanan. Jenis burung yang mendominasi kelompok ini yaitu Passer montanus. Jenis burung yang dapat berasosiasi dengan manusia ini tidak hanya ditemukan di RTH namun hampir di seluruh lokasi penelitian kecuali pada habitat kebun campuran tua. Sedangkan kelompok guild terendah berdasarkan jumlah individu yang ditemukan di RTH yaitu dari kelompok pemakan daging dan bangkai hewan (CS). Jenis dari kelompok ini yaitu Haliaetus leucogaster. Jenis ini tergolong pemakan ikan dan biasanya memungut bangkai ikan atau hewan lainnya yang telah mati dan terapung di atas permukaan laut. 5.2.5 Status Burung Dilindungi Dari hasil penelitian tercatat 24 dari 51 jenis burung yang ditemukan di Pulau Ternate adalah jenis-jenis yang dilindungi menurut UU No. 5 tahun 1990, PP No.7 tahun 1999, IUCN, dan CITES (Appendiks I dan II). Jenis-jenis burung yang dilindungi baik oleh pemerintah Indonesia maupun CITES mempunyai peranan penting di alam. Famili accipitridae yang merupakan top predator mempunyai fungsi sebagai penyeimbang ekosistem. Famili nectariniidae yang mencari makan pada vegetasi berbunga bermanfaat membantu penyerbukan bunga. Dan famili psittacidae dilindungi karena banyak dperdagangkan baik nasional maupun internasional sebagai burung peliharaan. Ada beberapa jenis burung endemik yang ditemukan di Pulau Ternate yaitu Ptilinopus monacha, Ptilinopus hyogastra, Cacatua alba, Collocalia infuscatus, dan Halcyon diops. Fauna endemik pada umumnya merupakan jenis yang cukup sensitif terhadap perubahan habitat karena kebanyakan jenis endemik mempunyai rentang habitat yang sempit dan dukungan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada aturan secara jelas oleh pemerintah namun banyak masyarakat di Pulau Ternate yang masih memelihara beberapa jenis burung yang dilindungi. Dari sejumlah kelompok kakatua dan nuri yang dipelihara, tingkat kematian dari total penangkapan Cacatua alba, Lorius garrulus, dan Eos squamata juga meningkat drastis (Lambert 1993). Kondisi ini menujukkan bahwa perlu adanya pengelolaan habitat dan program penyelamatan serta rehabilitasi terhadap jenis-jenis burung yang mobilitasnya rendah dan endemik agar semakin tidak tersingkirkan.
57
5.2.6
Implementasi Terhadap Kebijakan Pengelolaan Beberapa langkah pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Mempertahankan habitat bagi berbagai jenis burung yang ada di Pulau Ternate. Dari hasil penelitian, tercatat jenis burung yang paling banyak ditemukan yaitu pada habitat danau. Hal ini menunjukkan bahwa habitat danau memiliki kesesuaian ekologi bagi burung dibandingkan dengan habitat yang lain. Oleh karena itu komposisi vegetasi yang beragam dan ekosistem di habitat danau dapat dipertahankan sehingga resiko hilangnya habitat burung dapat di minimalisasi. 2. Penanaman jenis-jenis vegetasi yang digemari oleh burung Tercatat jenis burung yang paling sedikit ditemukan yaitu pada habitat permukiman dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya peranan vegetasi sebagai tempat mencari makan, berlindung, dan bersarang burung. Beberapa jenis tumbuhan yang bisa memikat burung untuk datang seperti jenis pohon buah yaitu akasia. Jenis tanaman hias seperti kenanga, dadap merah, kupu-kupu, dan kamboja serta jenis vegetasi peneduh seperti beringin, ki hujan, jarak pagar, sengon dan lainnya. Oleh karena itu, dalam upaya pengelolaan pengembangan daerah perkotaan sebagai habitat atau kantong-kantong burung sebaiknya pemilihan jenis vegetasi yang akan ditanam selain bernilai estetis juga dapat mengacu pada jenis-jenis vegetasi yang digemari oleh burung. 3. Monitoring berkala terhadap keberadaan jenis burung di Pulau Ternate Pembangunan dan reklamasi pantai di Pulau Ternate menyebabkan hilangnya beberapa habitat burung seperti
habitat mangrove dan area
berlumpur (mudflat). Hal ini menyebabkan keanekaragaman jenis burung di Pulau Ternate berkurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring secara berkala pada berbagai tipe habitat di Pulau Ternate sehingga data dan informasi jenis burung dapat menjadi bahan pertimbangan pembangunan dan pengembangan kota. Selain itu, perlu adanya patroli di sekitar hutan untuk menghindari adanya perburuan burung. Berdasarkan hasil wawancara, di
58
beberapa lokasi pada habitat kebun campuran tua masih ada warga yang melakukan perburuan burung untuk di konsumsi atau dipelihara. 4. Pengembangan kegiatan berbasis lingkungan hidup Kegiatan berbasis lingkungan yang dapat dilakukan yaitu pengamatan burung (birdwatching) di Pulau Ternate. Salah satu contoh habitat yang dapat dijadikan sebagai lokasi birdwatching yaitu habitat danau. Hal ini karena habitat danau memiliki keanekaragaman burung yang tinggi dan pemandangan yang indah. Kegiatan birdwatching perlu dipopulerkan sebagai bagian dari kepedulian terhadap konservasi alam khusunya burung.
59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Habitat kebun campuran tua memiliki tutupan tajuk yang jarang hingga rapat dengan vegetasi dominan yaitu cengkeh dan pala. Habitat hutan pantai memiliki tutupan tajuk yang terbuka hingga cukup rapat, vegetasi dominan pada habitat ini yaitu nyamplung, ketapang, waru laut, dan kelapa. Habitat danau memiliki tutupan tajuk tidak terlalu rapat, jenis vegetasi dominan yaitu jamblang, kelapa, dan sagu. Habitat permukiman memiliki tutupan tajuk yang sangat jarang, vegetasi dominan berupa tumbuhan hias seperti aglonema, kaktus, dan kamboja. Habitat RTH memiliki tutupan tajuk terbuka pada lokasi taman kota dan jalur hijau, sedangkan tutupan tajuk yang cukup rapat pada lokasi hutan buatan, vegetasi dominan yaitu trembesi, nyamplung, ketapang, dan glodogan tiang. Total jenis burung yang ditemukan yaitu sebanyak 51 jenis dari 24 suku pada lima tipe habitat yang teramati. Jumlah jenis burung tertinggi hingga terendah secara berturut-turut yaitu habitat danau 30 jenis, hutan pantai 25 jenis, kebun campuran tua 13 jenis, permukiman 9 jenis, dan RTH 8 jenis. Berdasarkan Indeks Shannon-Wiener (H’), habitat dengan keanekaragaman jenis burung tertinggi yaitu habitat danau (H’=2,56) dan keanekaragaman jenis burung terendah yaitu habitat RTH (H’=0,89). Sedangkan nilai kemerataan jenis burung tertinggi yaitu pada habitat permukiman dan nilai kemerataan terendah yaitu pada habitat
RTH.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tinggi
rendahnya
keanekaragaman jenis burung yaitu komposisi dan struktur vegetasi, gangguan terhadap burung baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung oleh manusia, serta erupsi Gunung Gamalama. Kelompok guild tertinggi berdasarkan jumlah individu di habitat kebun campuran tua, danau, dan permukiman yaitu kelompok burung pemakan serangga di atas tajuk (AI) dari famili Apodidae dan Hirundinidae. Kelompok guild tertinggi di habitat hutan pantai yaitu kelompok burung laut (SB) dari famili Fregatidae. Sedangkan pada habitat RTH, kelompok guild tertinggi berdasarkan
60
jumlah individu yaitu dari kelompok burung pemakan buah (dunia lama) (OWF) dari famili Ploceidae. Terdapat 19 jenis burung dari 8 suku yang dilindungi menurut UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 tahun 1999 serta 9 jenis burung dari 3 suku termasuk dalam daftar CITES. Selain dilindungi, beberapa jenis burung seperti Ptilinopus monacha, Ptilinopus hyogastra, Cacatua alba, Collocalia infuscatus, dan Halcyon diops merupakan jenis burung endemik yang ditemukan di Pulau Ternate.
6.2 Saran Perlu dilakukan penelitian secara berkala terkait keanekaragaman jenis burung pada setiap habitat di Pulau Ternate sehingga data dan informasi keberadaan jenis burung terus diperbaharui. Selain itu, upaya pembinaan habitat bagi burung dengan menghadirkan vegetasi yang banyak digemari burung juga sangat penting.
61
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Arumasari.(1989). Komunitas Burung pada Berbagai Habitat di Kampus UI, Depok [skripsi]. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Bailey JA. 1984. Principle of Life Management. New York: John Wiley. [BMG] Badan Metereologi dan Geofisika Kota Ternate. 2004. Data Curah Hujan, Hari Hujan, Suhu Udara, dan Kelembaban Udara Kota Ternate Tahun 2004. Ternate: BMG Kota Ternate. Branch MC. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan Penjelasan. Wibisono BH, penerjemah; Djunaedi A, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Comprehensive City Planning: Introduction and Explanation. Chan, Crosby MJ, Islam MZ, Tordoff AW. 2004. Important Bird Areas in Asia: Key Sites for Conservation. BirdLife Internasional. www.birdlife.org/datazone/info/ibasasia [30 Mei 2011]. Coates BJ, Bishop KD. 2000. Panduan Lapang Burung-Burung di Kawasan Wallacea: Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Kartikasari SN, Tapilatu MD, Rini D; Jakarta: BirdLife International-Indonesia Programme & Dove Publications Pty.Ltd. Terjemahan dari: A Guide to the Birds of Wallacea: Sulawesi, the Moluccas and Lesser Sunda Island, Indonesia. Desmukh I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dewi ES. 2006. Analisis Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Ternate Propinsi Maluku Utara [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pengembangan Sistem Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan. Bogor: Laboratorium Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Faaborg J. 1988. Ornithology: An Ecological Approach. New Jersey: PrenticeHall, Inc. Inoguchi T, Newman E, Paoletto G. 2003. Pendahuluan: Kota dan Lingkungan Menuju Kemitraan Berwawasan Ekologi. Di dalam: Inoguchi T, Newman E, Paoletto G, editor. Kota dan Lingkungan: Pendekatan Baru Masyarakat Berwawasan Ekologi. Jakarta: LP3ES.
62
Irwan ZD. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jokimaki K, Jokimaki MLK. 2003. Spatial Similarity of Urban Bird Communities: A Multiscale Approach. Journal of Biogeography 30: 11831193. Krebs CJ. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. 2nd ed. Institute of Animal Resource Ecology, The University of British Columbia. Lambert FR. 1993. The Status of and Trade in North Moluccan Parrots with particular emphasis on Cacatua alba, Lorius garrulus and Eos squamata. IUCN/SSC Trade Specialist Group. UK: IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge. Magurran AE. 2004. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princenton University Press. MacKinnon J, Phillips K, Van Balen B. 1998. Seri Panduan Lapangan BurungBurung Di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Cibinong: Birdlife International-Indonesia Program-Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI. Mardiastuti A. 1999. Keanekaragaman hayati: kondisi dan permasalahannya [abstrak]. Di dalam: Sarasehan Pendidikan Lingkungan Mengenai Keanekaragaman Hayati Untuk Guru-Guru SD se-Jawa Barat. Bogor: Yayasan BioCommunica. Miller. 2010. Peran Burung-Burung dalam Menjaga Ekosistem. www.ehow.com/facts_5452359-role-birds-maintaining-ecosystem.html [30 Mei 2011]. Morrison ML, Marcot BG, Mannan RW. 1992. Wildlife-Habitat Relationships: Concepts & Applications. Madison, Wisconsin: The University of Wisconsin Press. Novarino W. 2008. Dinamika Jangka Panjang Komunitas Burung Strata Bawah di Sipisang, Sumatera Barat [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nursjafani. 2006. Kajian Perkembangbiakan Burung Mamoa (Eulipoa wallacei) dengan Menggunakan Metode Tetasan Buatan di Kecamatan Galela Kabupaten Halmahera Utara [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Odum. 1971. Fundamental of Ecology: 2nd Ed. Philladelphia: Wb.Saunders CO.
63
Ontario J, Hernowo JB, Haryanto, Ekarelawan. 1991. Pola Pembinaan Habitat Burung di Kawasan Pemukiman Terutama di Perkotaan. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Peterson RT. 1980. Burung. Jakarta: Pustaka Alam Life, Tiara Pustaka. Prasetyo LB, Hernowo JB. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau di Kota Sebagai Pendukung Pelestarian Burung. Media Konservasi II (04): 61-71. Primack RB, Indrawan M, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rombang WM, Rudyanto. 1999. Daerah Penting Bagi Burung Jawa dan Bali. Bogor: PKA/BirdLife International-Indonesia Programme. Root RB. 2001. Guild. Di dalam: Levin SA, editor. Encyclopedia of Biodiversity. New York: Academy Press. Rusmendro H, Ruskomalasari A, Khadafi HB, Prayogo L, Apriyanti. 2009. Keberadaan jenis burung pada lima stasiun pengamatan di sepanjang daerah aliran sungai Ciliwung Depok-Jakarta. Vis Vitalis 2 (2): 50-64. Sayogo AP. 2009. Tipe Habitat di Taman Nasional Lore Lindu Provinsi Sulawesi Tengah [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Sekretaris Negara. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Sekretariat Negara. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York, Toronto, London: McGraw-Hill Book Company Inc. Sujatnika JP, Soehartono TR, Crosby MJ, Mardiastuti A. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik. Jakarta: PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, Muchtar M. 2007. Daftar Burung Indonesia No 2. Bogor: Indonesian Ornithologist. Sulistyadi E. 2011. Komunitas Burung Pulau Moti Ternate Maluku Utara. Di dalam: Maryono I, Sutrisno H, editor. Ekologi Ternate. Jakarta: LIPI Press. hlm 83-104. [SUSENAS] Survey Sosial Ekonomi Nasional. 2003. Data Sosial dan Ekonomi Kota Ternate. Ternate: BPSKota Ternate.
64
Sutopo. 2008. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Hutan Lindung KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Syafrudin D. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Propinsi Lampung [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas kehutanan IPB. Van Balen B. 1999.Bird of Fragmented Island, Persistence in the Forest of Java and Bali. Netherland: Waginengan University Press. Widodo W. 2011. Kajian Ekologi Burung di Hutan Gunung Gamalama, Ternate Maluku Utara. Di dalam: Maryanto I, Suryanto H, editor. Ekologi Ternate. Jakarta: LIPI Press. hlm. 69-82. Wiens JA. 1989. The Ecology of Bird Communities II. Cambridge: Cambridge University Press. Yoza D. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1 Daftar jenis burung yang dijumpai di Pulau Ternate Habitat dan Lokasi Penemuan Jenis Burung No
Suku dan Nama Jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
HP 1
2 v
D 3
1
2
v
v
KCT 3
1
2
P 3
1
2
RTH 3
1
2
3
v
v
v
1. Fregatidae 1
Cikalang kecil
Lesser Frigatebird
Fregata ariel
v
Bridled Tern
Sterna anaethetus
v
Little Grebe
Tachybaptus ruficollis
Little Black Cormorant
Phalacrocorax sulcirostris
2. Laridae 2
Dara laut batu
v
3. Podicipedidae 3
Titihan telaga
v
4. Phalacrocoracidae 4
Pecuk padi hitam
v
v
5. Ardeidae 5
Kuntul perak
Yellow-billed Egret
Egretta intermedia
6
Kuntul kecil
Little Egret
Egretta garzetta
v
v
7
Kuntul karang
Pacific Reef Egret
Egretta sacra
v
v
8
Kokokan laut
Little heron
Butorides striatus
v
9
Kowak malam merah
Nankeen Night Heron
Nycticorax caledonicus
v
10
6. Accipitridae Elang tiram
Osprey
Pandion haliaetus
v
11
Elang bondol
Brahminy Kite
Haliastur indus
12
Elang-laut perut-putih
White-bellied Sea Eagle
Haliaeetus leucogaster
13
Elang hitam
Black eagle
Ictinaetus malayensis
14
7. Scolopacidae Trinil ekor-kelabu
The Grey-tailed Tattler
Heteroscelus brevipes
15
Gajahan kecil
Little Curlew
Numenius minutus
v v
v
v
v
v v
v v
v v
67
Lampiran 1 (lanjutan) Habitat dan Lokasi Penemuan Jenis-Jenis Burung No
Suku dan Nama Jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
HP 1
16
Gajahan timur
Eastern Curlew
N. madagascariensis
17
8. Columbidae Tekukur biasa
Spotted Dove
Fgereja erasia
18
Uncal ambon
The Slender-billed Cuckoo-Dove
Macropygia amboinensis
19 20
Pergam mata-putih
Spectacled Imperial Pigeon
Ducula perspicillata
Walik dada-merah
Scarlet-breasted Fruit-Dove
Ptilinopus bernsteinii
21
Walik topi-biru
The Blue-capped Fruit Dove
Ptilinopus monacha
22
Walik kepala-kelabu
Grey-headed Fruit-dove
Ptilinopus hyogastra
D 2
v
3
1
KCT 2
3
1
2
P 3
RTH
1
2
3
1
2
3
v
v
v
v
v
v
v v v v
v v v
9. Psittacidae 23
Kakatua putih
White cockatoo
Cacatua alba
v
24
Betet-kelapa paruh-besar
Great-billed Parrot
Tanygnathus megalorynchos
v
25
Nuri bayan
Eclectus Parrot
Eclectus roratus
v
26
Nuri pipi merah
Red-cheeked Parrot
Geoffroyus geoffroyi
v
Brush Cuckoo Channel-billed Cuckoo
Cacomantis variolosus Scythrops novaehollandiae
10. Cuculidae 27 28
Wiwik rimba Karakalo australia
v
v v
11. Apodidae 29
Walet polos
Uniform Swiftlet
Collocalia vanikorensis
v
30
Walet maluku
Moluccan Swiftlet
Collocalia infuscatus
v
31
Walet sapi
Glossy Swiftlet
Collocalia esculenta
32
12. Alcedinidae Cekakak biru putih
Blue-and-white Kingfisher
Halcyon diops
v
v
v
v
v v
v
v
v
68
Lampiran 1 (lanjutan) Habitat dan Lokasi Penemuan Jenis-Jenis Burung No
Suku dan Nama Jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
HP 1
33
Cekakak pantai
White-headed kingfisher
Halcyon saurophaga
34
Cekakak suci
Sacred kingfisher
Halcyon sancta
35
Udang merah kerdil
Kingfisher variable dwarf
Ceyx lepidus
Rainbow Bee-eater
Merops ornatus
Barn swallow Pacific Swallow
Hirundo rustica Hirundo tahitica
D 2
v
3
1
KCT 2
3
1
2
P 3
RTH
1
2
3
1
2
3
v
v
v
v
v
v v v
v
13. Meropidae 36
Kirik-kirik australia
v
14. Hirundinidae 37 38
Layang-layang api Layanglayang batu
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
15. Corvidae 39
Gagak orru
Torresian crow
Corvus orru
40
16. Monarchidae Sikatan kilap
Shining flycatcher
Myiagra alecto
v
v
17. Rhipiduridae 41
Kipasan kebun
Willie-wagtail
Rhipidura leuchoprys
42
Kipasan dada-hitam
Rufous fantail
Rhipidura rufifrons
43
18. Pachycephalidae Kancilan emas
Australian Golden Whistler
Pachycephala pectoralis
v
v
v
v
v
v
v
v v
19. Artamidae 44
Kekep babi
White-breasted Woodswallow
Artamus leucorynchus
v
45
20. Sturnidae Perling maluku
Starling moluccan
Aplonis mysolensis
v
46
Perling ungu
Metallic starling
Aplonis metallica
v
v
v
v
v
69
Lampiran 1 (lanjutan) Habitat dan Lokasi Penemuan Jenis-Jenis Burung No
Suku dan Nama Jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
HP 1
47
21. Meliphagidae Myzomela remang
Dusky myzomela
Myzomela obscura
48
22. Nectariniidae Burung madu hitam
Black sunbird
Leptocoma sericea
v
49
Burung madu sriganti
Copper-throated Sunbird
Cinnyris jugularis
v
50
23. Ploceidae Burung gereja erasia
Sparrow tree
Passer montanus
D 2
3
1
KCT 2
3
1
P
2
3
v
v
v
v
v
RTH
1
2
3
v
v
v
v
v
v
v
v
1
2
3
v v v v
v
v
v
v
v
v
v v
v
24. Estrildidae 51 Gelatik jawa Javan sparrow Padda oryzivora v Keterangan : HP: Hutan Pantai (1: Desa Tobololo, 2: Desa Kulaba, 3: Desa Kastela), D: Danau (1: Tolire Besar, 2: Tolire Kecil, 3: Ngade), KCT: Kebun Campuran Tua (1: Desa Moya, 2: Desa jan, 3: Desa Jati), P: Permukiman (1: Desa Ngade atas, 2: Desa Ngade Bawah, 3: Desa Jambula), RTH: Ruang Terbuka Hijau (1: Taman kota, 2: hutan buatan, 3: jalur hijau).
v
70
Lampiran 2 Indeks Keanekaragaman dan kemerataan pada lima tipe habitat No
Nama jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
∑
pi
ln pi
pi ln pi
Di
1. Fregatidae 1
Cikalang kecil
Lesser Frigatebird
Fregata ariel
141
0.0842294
-2.4742114
-0.2084013
8.4229391
2
2. Laridae Dara laut batu
Bridled Tern
Sterna anaethetus
22
0.0131422
-4.3319288
-0.056931
1.3142174
3
3. Podicipedidae Titihan telaga
Little Grebe
Tachybaptus ruficollis
24
0.0143369
-4.2449174
-0.060859
1.4336918
4
4. Phalacrocoracidae Pecuk padi hitam
Little Black Cormorant
Phalacrocorax sulcirostris
4
0.0023895
-6.0366769
-0.0144246
0.2389486
5
5. Ardeidae Kuntul perak
Yellow-billed Egret
Egretta intermedia
8
0.004779
-5.3435297
-0.0255366
0.4778973
6
Kuntul kecil
Little Egret
Egretta garzetta
6
0.0035842
-5.6312118
-0.0201836
0.3584229
7
Kuntul karang
Pacific Reef Egret
Egretta sacra
6
0.0035842
-5.6312118
-0.0201836
0.3584229
8 9
Kokokan laut Kowak malam merah
Little heron Nankeen Night Heron
Butorides striatus Nycticorax caledonicus
1 1
0.0005974 0.0005974
-7.4229713 -7.4229713
-0.0044343 -0.0044343
0.0597372 0.0597372
Osprey Brahminy Kite White-bellied Sea Eagle
Pandion haliaetus Haliastur indus Haliaeetus leucogaster
3
0.0017921
-6.324359
-0.011334
0.1792115
11 12
Elang tiram Elang bondol Elang-laut perutputih
18
0.0107527
-4.5325995
-0.0487376
1.0752688
3
0.0017921
-6.324359
-0.011334
0.1792115
13
Elang hitam
Black eagle
Ictinaetus malayensis
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
The Grey-tailed tattler
Heteroscelus brevipes
29
0.0173238
-4.0556754
-0.0702596
1.7323775
6. Accipitridae 10
7. Scolopacidae 14
Trinil ekor-kelabu
H'
E
2.528123
0.6429896
71
Lampiran 2 (lanjutan) ∑
pi
ln pi
pi ln pi
Di
Numenius minutus
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
N. madagascariensis
26
0.0155317
-4.1648747
-0.0646874
1.5531661
Spotted Dove The Slender-billed Cuckoo-Dove Spectacled Imperial Pigeon Scarlet-breasted FruitDove
Fgereja erasia Macropygia amboinensis Ducula perspicillata
2 2
0.0011947 0.0011947
-6.7298241 -6.7298241
-0.0080404 -0.0080404
0.1194743 0.1194743
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
Ptilinopus bernsteinii
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
The Blue-capped Fruit Dove Grey-headed Fruitdove
Ptilinopus monacha
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
Ptilinopus hyogastra
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
No
Nama jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
15 16
Gajahan kecil
Little Curlew
Gajahan timur
Eastern Curlew
8. Columbidae 17 18
Tekukur biasa Uncal ambon
19
Pergam mata-putih
20
Walik dada-merah
21
Walik topi-biru
22
Walik kepala-kelabu 9. Psittacidae
23 24
Kakatua putih Betet-kelapa paruhbesar
White cockatoo Great-billed Parrot
Cacatua alba Tanygnathus megalorynchos
8 1
0.004779 0.0005974
-5.3435297 -7.4229713
-0.0255366 -0.0044343
0.4778973 0.0597372
25
Nuri bayan
Eclectus Parrot
Eclectus roratus
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
26
Nuri pipi merah
Red-cheeked Parrot
Geoffroyus geoffroyi
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
27
10. Cuculidae Wiwik rimba
Brush Cuckoo
2
0.0011947
-6.7298241
-0.0080404
0.1194743
28
Karakalo australia
Channel-billed Cuckoo
Cacomantis variolosus Scythrops novaehollandiae
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
Uniform Swiftlet
C. vanikorensis
27
0.016129
-4.1271344
-0.0665667
1.6129032
11. Apodidae 29
Walet polos
H'
E
72
Lampiran 2 (lanjutan) ∑
pi
ln pi
pi ln pi
Collocalia infuscatus
10
0.0059737
-5.1203862
-0.0305877
Di 0.5973716
Collocalia esculenta
291
0.1738351
-1.749648
-0.3041503
17.383513
Halcyon diops
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
Halcyon saurophaga Halcyon sancta Ceyx lepidus
6 1 1
0.0035842 0.0005974 0.0005974
-5.6312118 -7.4229713 -7.4229713
34
0.0203106
No
Nama jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
30
Walet maluku
Moluccan Swiftlet
31
Walet sapi
Glossy Swiftlet
32
12. Alcedinidae Cekakak biru putih
Blue-and-white Kingfisher White-headed kingfisher Sacred kingfisher Chameleon Dwarf Kingfisher
33 34 35
Cekakak pantai Cekakak suci Udang merah kerdil
-0.0201836
0.3584229
-0.0044343 -0.0044343
0.0597372 0.0597372
-3.8966107
-0.0791426
2.0310633
13. Meropidae 36
Kirik-kirik australia
Rainbow Bee-eater
Merops ornatus
37
14. Hirundinidae Layang-layang api
Barn swallow
Hirundo rustica
34
0.0203106
-3.8966107
-0.0791426
2.0310633
38
Layanglayang batu
Pacific Swallow
Hirundo tahitica
147
0.0878136
-2.4325387
-0.21361
8.781362
39
15. Corvidae Gagak orru
Torresian crow
Corvus orru
9
0.0053763
-5.2257467
-0.0280954
0.5376344
40
16. Monarchidae Sikatan kilap
Shining flycatcher
Myiagra alecto
2
0.0011947
-6.7298241
-0.0080404
0.1194743
41
17. Rhipiduridae Kipasan kebun
Willie-wagtail
Rhipidura leuchoprys
190
0.1135006
-2.1759472
-0.2469713
11.35006
42
Kipasan dada-hitam
Rufous fantail
Rhipidura rufifrons
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
43
18. Pachycephalidae Kancilan emas
Australian Golden Whistler
Pachycephala pectoralis
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
19. Artamidae
H'
E
73
Lampiran 2 (lanjutan) No 44
Nama jenis Kekep babi
Nama inggris White-breasted Woodswallow
Nama ilmiah Artamus leucorynchus
∑ 16
pi 0.0095579
ln pi -4.6503825
pi ln pi -0.0444481
Di 0.9557945
20. Sturnidae 45
Perling maluku
Moluccan starling
Aplonis mysolensis
7
0.0041816
-5.4770611
-0.0229029
0.4181601
46
Perling ungu
Metallic starling
Aplonis metallica
30
0.0179211
-4.0217739
-0.0720748
1.7921147
Dusky myzomela
Myzomela obscura
1
0.0005974
-7.4229713
-0.0044343
0.0597372
Black sunbird Copper-throated Sunbird
Leptocoma sericea
20
0.0119474
-4.427239
-0.0528941
1.1947431
Cinnyris jugularis
85
0.0507766
-2.98032
-0.1513305
5.0776583 26.284349
21. Meliphagidae 47
Myzomela remang 22. Nectariniidae
48
Burung madu hitam
49
Burung madu sriganti 23. Ploceidae
50
Burung gereja erasia
House sparrow
Passer montanus
440
0.2628435
-1.3361965
-0.3512106
51
24. Estrildidae Gelatik jawa
Java sparrow
Padda oryzivora
4
0.0023895
-6.0366769
-0.0144246
0.2389486
1674
1
-288.15735
-2.528123
100
Total
H'
E
74
Lampiran 3 Indeks keanekaragaman dan kemerataan pada habitat kebun campuran tua ∑ 2
pi 0.0190476
Macrophygia amboinensis
2
Collocalia esculenta
42
Udang merah kerdil
Ceyx lepidus
Hirundinidae
Layang-layang api
6
Hirundinidae
7
Monarchidae
8
No 1
Nama Suku Accipitridae
Nama lokal Elang bondol
Nama ilmiah Haliastur indus
ln pi -3.96081317
pi ln pi -0.07544406
Di 1.9047619
2
Columbidae
Uncal ambon
3
Apodidae
Walet sapi
0.0190476
-3.96081317
-0.07544406
1.9047619
0.4
-0.916290732
-0.36651629
40
4
Alcedinidae
1
0.0095238
-4.65396035
-0.04432343
0.952381
5
Hirundo rustica
8
0.0761905
-2.574518808
-0.19615381
7.6190476
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
13
0.0761905
-2.574518808
-0.19615381
7.6190476
Sikatan kilap
Myiagra alecto
2
0.0190476
-3.96081317
-0.07544406
1.9047619
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
16
0.152381
-1.881371628
-0.2866852
15.238095
9
Rhipiduridae
Kipasan dada hitam
Rhipidura rufifrons
1
0.0095238
-4.65396035
-0.04432343
0.952381
10
Meliphagidae
Myzomela remang
Myzomela obscura
1
0.0095238
-4.65396035
-0.04432343
0.952381
11
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
10
0.0952381
-2.351375257
-0.2239405
9.5238095
12
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
5
0.047619
-3.044522438
-0.14497726
4.7619048
13
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
2
0.0190476
-3.96081317
-0.07544406
1.9047619
105
1
-42.66222358
-1.91165906
100
Total
H' 1.9117
E 0.7453
Lampiran 4 Indeks keanekaragaman dan kemerataan di habitat hutan pantai Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
∑
pi
ln pi
1
Fregatidae
Cikalang kecil
Fregata ariel
130
0.3333333
2
Laridae
Dara laut batu
Sterna anaethetus
22
0.0564103
3
Phalacrocoracidae
Pecuk padi hitam
Phalacrocorax sulcirostris
4
4
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
5
Ardeidae
Kuntul karang
6
Ardeidae
Kokokan laut
No
pi ln pi
Di
-1.098612289
-0.3662041
33.333333
-2.875104286
-0.16218537
5.6410256
0.0102564
-4.579852378
-0.04697284
1.025641
3
0.0076923
-4.86753445
-0.03744257
0.7692308
Egretta sacra
6
0.0153846
-4.17438727
-0.06422134
1.5384615
Butorides striatus
1
0.0025641
-5.966146739
-0.01529781
0.2564103
H' 2.3687
E 0.73587
75
Lampiran 4 (lanjutan) No 7
Suku
8
Ardeidae Accipitridae
Nama lokal Kowak malam merah
Nama ilmiah Nycticorax caledonicus
∑ 1
pi 0.0025641
ln pi -5.966146739
pi ln pi -0.01529781
Di 0.2564103
Elang tiram
Pandion haliaetus
3
0.0076923
-4.86753445
-0.03744257
0.7692308
9
Scolopacidae
Trinil ekor kelabu
Heteroscelus brevipes
29
0.074359
-2.598850909
-0.19324789
7.4358974
10
Scolopacidae
Gajahan kecil
Numenius minutus
1
0.0025641
-5.966146739
-0.01529781
0.2564103
11
Scolopacidae
Gajahan timur
N. madagascariensis
26
0.0666667
-2.708050201
-0.18053668
6.6666667
12
Columbidae
Walik dada merah
Ptilinopus bernsteinii
1
0.0025641
-5.966146739
-0.01529781
0.2564103
13
Columbidae
Walik topi biru
Ptilinopus monacha
1
0.0025641
-5.966146739
-0.01529781
0.2564103
14
Cuculidae
Wiwik rimba
Cacomantis variolosus
1
0.0025641
-5.966146739
-0.01529781
0.2564103
15
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
27
0.0692308
-2.670309873
-0.18486761
6.9230769
16
Alcedinidae
Cekakak pantai
Halcyon saurophaga
6
0.0153846
-4.17438727
-0.06422134
1.5384615
17
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
5
0.0128205
-4.356708827
-0.05585524
1.2820513
18
Corvidae
Gagak orru
Corvus orru
5
0.0128205
-4.356708827
-0.05585524
1.2820513
19
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leuchoprys
57
0.1461538
-1.923095471
-0.2810678
14.615385
20
Artamidae
Kekep babi
Artamus leucorynchus
2
0.0051282
-5.272999559
-0.02704102
0.5128205
21
Sturnidae
Perling maluku
Aplonis mysolensis
7
0.0179487
-4.02023659
-0.07215809
1.7948718
22
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
11
0.0282051
-3.568251466
-0.10064299
2.8205128
23
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
10
0.025641
-3.663561646
-0.09393748
2.5641026
24
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
20
0.0512821
-2.970414466
-0.15232895
5.1282051
25
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
11
0.0282051
-3.568251466
-0.10064299
2.8205128
390
1
-104.1117321
-2.36865899
100
Total
H'
E
76
Lampiran 5 Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis burung di habitat danau Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
∑
pi
ln pi
pi ln pi
Di
1
Fregatidae
Cikalang kecil
Fregata ariel
6
0.0159574
-4.137829674
-0.0660292
1.5957447
2
Podicipediadae
Titihan telaga
Tachybaptus ruficollis
24
0.0638298
-2.751535313
-0.17562991
6.3829787
3
Ardeidae
Kuntul perak
Egretta intermedia
8
0.0212766
-3.850147602
-0.08191803
2.1276596
4
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
3
0.0079787
-4.830976855
-0.03854503
0.7978723
5
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
16
0.0425532
-3.157000421
-0.13434044
4.2553191
6
Accipitridae
Elang laut perut putih
Haliaeetus leucogaster
2
0.0053191
-5.236441963
-0.02785341
0.5319149
7
Accipitridae
Elang hitam
Ictinaetus malayensis
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
8
Columbidae
Tekukur biasa
Fgereja erasia
2
0.0053191
-5.236441963
-0.02785341
0.5319149
9
Columbidae
Pergam mata putih
Ducula perspicillata
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
10
Columbidae
Walik kepala kelabu
Ptilinopus hyogastra
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
11
Psittacidae
Kakatua putih
Cacatua alba
8
0.0212766
-3.850147602
-0.08191803
2.1276596
12
Psittacidae
Betet kelapa paruh besar
Tanygnathus megalorynchos
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
13
Psittacidae
Nuri bayan
Eclectus roratus
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
14
Psittacidae
Nuri pipi merah
Geoffroyus geoffroyi
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
15
Cuculidae
Wiwik rimba
Cacomantis variolosus
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
16
Cuculidae
Karakalo australia
Scythrops novaehollandiae
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
17
Apodidae
Walet polos
Collocalia vanikorensis
27
0.0718085
-2.633752277
-0.18912583
7.1808511
18 19
Apodidae
Walet maluku Walet sapi
Collocalia infuscatus Collocalia esculenta
10 95
0.0265957 0.2526596
-3.62700405 -1.375712252
-0.09646287 -0.34758687
2.6595745 25.265957
Cekakak biru putih
Halcyon diops
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
No
20
Apodidae Alcedinidae
21
Alcedinidae
Cekakak suci
Halcyon sancta
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
22
Meropidae
Kirik-kirik australia
Merops ornatus
34
0.0904255
-2.403228619
-0.21731323
9.0425532
23
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
14
0.037234
-3.290531814
-0.1225198
3.7234043
24
Hirundinidae
Layang-layang api
Hirundo rustica
2
0.0053191
-5.236441963
-0.02785341
0.5319149
H'
E
2.5644
0.75397
77
Lampiran 5 (lanjutan) No 25
Suku Corvidae
Nama lokal Gagak orru
Nama ilmiah Corvus orru
∑ 4
pi 0.0106383
ln pi -4.543294782
pi ln pi -0.04833292
Di 1.0638298
26
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leuchoprys
49
0.1303191
-2.037768845
-0.2655603
13.031915
27
Pachycephalidae
Kancilan emas
Pachycephala pectoralis
1
0.0026596
-5.929589143
-0.01577018
0.2659574
28
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
8
0.0212766
-3.850147602
-0.08191803
2.1276596
29
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
38
0.1010638
-2.292002984
-0.2316386
10.106383
30
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
15
0.0398936
-3.221538942
-0.12851884
3.9893617
376
1
-132.7874261
-2.56439022
100
Total
H'
E
Lampiran 6 Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis burung di habitat permukiman ∑
pi
ln pi
pi ln pi
Di
Collocalia esculenta
117
0.21992
-1.514469555
-0.333069432
21.9924812
Layang-layang api
Hirundo rustica
24
0.04511
-3.098589659
-0.139786
4.5112782
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
81
0.15226
-1.882194335
-0.286574701
15.2255639
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leuchoprys
63
0.11842
-2.133508763
-0.252652354
11.8421053
5
Artamidae
Kekep babi
Artamus leucorynchus
14
0.02632
-3.63758616
-0.095725952
2.63157895
6
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
7
0.01316
-4.33073334
-0.056983333
1.31578947
7
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
17
0.03195
-3.443430145
-0.110034422
3.19548872
8
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
205
0.38534
-0.95363351
-0.367471559
38.5338346
9
Estrildidae
Gelatik jawa
Padda oryzivora
4
0.00752
-4.890349128
-0.036769542
0.7518797
532
1
-25.88449459
-1.679067295
100
No
Nama Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Apodidae
Walet sapi
2
Hirundinidae
3
Hirundinidae
4
Total
H'
E
1.67907
0.76418
78
Lampiran 7 Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis burung di habitat RTH ∑ 5
pi 0.01845
ln pi -3.992680908
pi ln pi -0.073665699
Di 1.84501845
Haliaetus leucogaster
1
0.00369
-5.602118821
-0.020672025
0.36900369
Collocalia esculenta
10
0.0369
-3.299533728
-0.121754012
3.6900369
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
34
0.12546
-2.075758296
-0.26042724
12.5461255
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
5
0.01845
-3.992680908
-0.073665699
1.84501845
6
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis mysolensis
4
0.01476
-4.21582446
-0.062226191
1.47601476
7
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
5
0.01845
-3.992680908
-0.073665699
1.84501845
8
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
207
0.76384
-0.269400028
-0.205777881
76.3837638
271
1
-27.44067806
-0.891854448
100
No 1
Nama Suku Fregatidae
Nama lokal Cikalang kecil
Nama ilmiah Fregata ariel
2
Accipitridae
Elang laut perut putih
3
Apodidae
Walet sapi
4
Hirundinidae
5
Total
Lampiran 8 Jumlah jam pengamatan pada lima tipe habitat Tipe Habitat
∑ pengamatan (jam)
∑ ind (ekor)
∑ jenis
∑ suku
KCT
27
105
13
10
Pantai
36
390
25
16
Danau
36
376
30
17
Permukiman
36
532
9
8
RTH
36
271
8
8
H' 0.89185
E 0.42889
79
Lampiran 9 Jumlah individu burung per jam di habitat kebun campuran tua No
Nama Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
∑
ind/27jam
1
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
2
0.0740741
2
Columbidae
Uncal ambon
Macrophygia amboinensis
2
0.0740741
3
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
42
1.5555556
4
Alcedinidae
Udang merah kerdil
Ceyx lepidus
1
0.037037
5
Hirundinidae
Layang-layang api
Hirundo rustica
8
0.2962963
6
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
8
0.2962963
7
Monarchidae
Sikatan kilap
Myiagra alecto
2
0.0740741
8
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
16
0.5925926
9
Rhipiduridae
Kipasan dada hitam
Rhipidura rufifrons
1
0.037037
10
Meliphagidae
Myzomela remang
Myzomela obscura
1
0.037037
11
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
10
0.3703704
12
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
5
0.1851852
13
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
2
0.0740741
105
3.8888889
Total
Lampiran 10 Jumlah individu burung per jam di habitat hutan pantai Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
∑
ind/36jam
1
Fregatidae
Cikalang kecil
Fregata ariel
130
3.6111111
2
Laridae
Dara laut batu
22
0.6111111
3
Phalacrocoracidae
Pecuk padi hitam
Sterna anaethetus Phalacrocorax sulcirostris
4
0.1111111
4
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
3
0.0833333
5
Ardeidae
Kuntul karang
Egretta sacra
6
0.1666667
6
Ardeidae
Kokokan laut
Butorides striatus
1
0.0277778 0.0277778
No
7
Ardeidae
Kowak malam merah
Nycticorax caledonicus
1
8
Accipitridae
Elang tiram
Pandion haliaetus
3
0.0833333
9
Scolopacidae
Trinil ekor kelabu
Heteroscelus brevipes
29
0.8055556
10
Scolopacidae
Gajahan kecil
Numenius minutus
1
0.0277778 0.7222222
11
Scolopacidae
Gajahan timur
N. madagascariensis
26
12
Columbidae
Walik dada merah
Ptilinopus bernsteinii
1
0.0277778
13
Columbidae
Walik topi biru
Ptilinopus monacha
1
0.0277778
14
Cuculidae
Wiwik rimba
Cacomantis variolosus
1
0.0277778 0.75
15
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
27
16
Alcedinidae
Cekakak pantai
Halcyon saurophaga
6
0.1666667
17
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
5
0.1388889
18
Corvidae
Gagak orru
Corvus orru
5
0.1388889
19
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leuchoprys
57
1.5833333 0.0555556
20
Artamidae
Kekep babi
Artamus leucorynchus
2
21
Sturnidae
Perling maluku
Aplonis mysolensis
7
0.1944444
22
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
11
0.3055556
23
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
10
0.2777778
Cinnyris jugularis
20
0.5555556
24
Nectariniidae
Burung madu sriganti
80
Lampiran 10 (lanjutan) No
Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
∑
ind/36jam
25
Ploceidae
Burung gereja erasia Total
Passer montanus
11
0.3055556
390
10.833333
Lampiran 11 Jumlah individu burung per jam di habitat danau Suku Fregatidae
Nama lokal Cikalang kecil
Nama ilmiah Fregata ariel
∑ 6
ind/36jam 0.1666667
2
Podicipediadae
Titihan telaga
Tachybaptus ruficollis
24
0.6666667
3
Ardeidae
Kuntul perak
Egretta intermedia
8
0.2222222
4
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
3
0.0833333
5
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
16
0.4444444
6
Accipitridae
Elang laut perut putih
Haliaeetus leucogaster
2
0.0555556
7
Accipitridae
Elang hitam
Ictinaetus malayensis
1
0.0277778
8
Columbidae
Tekukur biasa
Fgereja erasia
2
0.0555556
9
Columbidae
Pergam mata putih
Ducula perspicillata
1
0.0277778
10
Columbidae
Walik kepala kelabu
Ptilinopus hyogastra
1
0.0277778
11
Psittacidae
Kakatua putih
Cacatua alba
8
0.2222222
12
Psittacidae
Betet kelapa paruh besar
Tanygnathus megalorynchos
1
0.0277778
13
Psittacidae
Nuri bayan
Eclectus roratus
1
0.0277778
14
Psittacidae
Nuri pipi merah
Geoffroyus geoffroyi
1
0.0277778
15
Cuculidae
Wiwik rimba
Cacomantis variolosus
1
0.0277778
16
Cuculidae
Karakalo australia
Scythrops novaehollandiae
1
0.0277778
17
Apodidae
Walet polos
Collocalia vanikorensis
27
0.75
18
Apodidae
Walet maluku
Collocalia infuscatus
10
0.2777778
19
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
95
2.6388889
20
Alcedinidae
Cekakak biru putih
Halcyon diops
1
0.0277778
21
Alcedinidae
Cekakak suci
Halcyon sancta
1
0.0277778
22
Meropidae
Kirik-kirik australia
Merops ornatus
34
0.9444444
23
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
14
0.3888889
24
Hirundinidae
Layang-layang api
Hirundo rustica
2
0.0555556
25
Corvidae
Gagak orru
Corvus orru
4
0.1111111
26
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leuchoprys
49
1.3611111
27
Pachycephalidae
Kancilan emas
Pachycephala pectoralis
1
0.0277778
28
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
8
0.2222222
29
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
38
1.0555556
30
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
15
0.4166667
376
10.444444
No 1
Total
81
Lampiran 12 Jumlah individu burung per jam di habitat permukiman ∑
ind/36jam
Collocalia esculenta
117
3.25
Layang-layang api
Hirundo rustica
24
0.6666667
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
81
2.25
4
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leuchoprys
63
1.75
5
Artamidae
Kekep babi
Artamus leucorynchus
14
0.3888889
6
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis metallica
7
0.1944444
7
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
17
0.4722222
8
Ploceidae
Burung gereja erasia
Passer montanus
205
5.6944444
9
Estrildidae
Gelatik jawa
Padda oryzivora
4 532
0.1111111 14.777778
No
Nama Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Apodidae
Walet sapi
2
Hirundinidae
3
Total
Lampiran 13 Jumlah individu burung per jam di habitat RTH Nama Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
∑
ind/36jam
1
Fregatidae
Cikalang kecil
Fregata ariel
5
0.1388889
2
Accipitridae
Elang laut perut putih
Haliaetus leucogaster
1
0.0277778
3
Apodidae
Walet sapi
Collocalia esculenta
10
0.2777778
4
Hirundinidae
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
34
0.9444444
5
Rhipiduridae
Kipasan kebun
Rhipidura leucophrys
5
0.1388889
6
Sturnidae
Perling ungu
Aplonis mysolensis
4
0.1111111
7
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
5
0.1388889
8
Ploceidae
Burung gereja erasia Total
Passer montanus
207 271
5.75 7.5277778
No
82
Lampiran 14 Jenis burung yang dilindungi pada lima tipe habitat No
Suku dan Nama Jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
Status perlindungan IU
1
CI
UU
1. Laridae Dara laut batu
Bridled Tern
Sterna anaethetus
AB
2. Ardeidae 2
Kuntul perak
Yellow-billed Egret
Egretta intermedia
AB
3
kuntul kecil
Little Egret
Egretta garzetta
AB
4
Kuntul karang
Pacific Reef Egret
Egretta sacra
5
Kokokan laut
Little heron
Butorides striatus
AB
6
Kowak malam merah
Nankeen Night Heron
Nycticorax caledonicus
AB
LC
AB
3. Accipitridae 7
Elang tiram
Osprey
Pandion haliaetus
II
AB
8
Elang bondol
Brahminy Kite
Haliastur indus
II
AB
9
Elang-laut perut-putih
White-bellied Sea Eagle
Haliaeetus leucogaster
II
AB
10
Elang hitam
Black eagle
Ictinaetus malayensis
II
AB
II
AB
4. Scolopacidae 11
Gajahan kecil
Little Curlew
Numenius minutus
12
Gajahan timur
Eastern Curlew
N. madagascariensis
The Blue-capped Fruit Dove
Ptilinopus monacha
NT VU
AB
5. Columbidae 13
Walik topi-biru 6. Psittacidae
14
Kakatua putih
White cockatoo
Cacatua alba
15
Betet-kelapa paruh-besar
Great-billed Parrot
Tanygnathus megalorynchos
II II
83
Lampiran 14 (lanjutan) No
Suku dan Nama Jenis
Nama inggris
Nama ilmiah
Status perlindungan IU
CI
UU AB
16
Nuri bayan
Eclectus Parrot
Eclectus roratus
II
17
Nuri pipi merah
Red-cheeked Parrot
Geoffroyus geoffroyi
II
7. Alcedinidae 18
Cekakak biru putih
Blue-and-white Kingfisher
Halcyon diops
19
Cekakak pantai
White-headed kingfisher
Halcyon saurophaga
20
Cekakak suci
Sacred kingfisher
Halcyon sancta
21
Udang merah kerdil
Chameleon Dwarf Kingfisher
Ceyx lepidus
AB
Dusky myzomela
Myzomela obscura
AB
DD
AB AB
LC
8. Meliphagidae 22
Myzomela remang 9. Nectariniidae
23
Burung madu hitam Black sunbird Leptocoma sericea AB 24 Burung madu sriganti Copper-throated Sunbird Cinnyris jugularis LC AB Keterangan : UU= UU No 5 tahun 1990 dan PP No 7 tahun 1999. LC= Least Concern, NT= Near Threatened, VU= Vulnerable, DD= Data Deficient II= Appendix 2.
84
Lampiran 15 Jenis burung yang dilindungi di habitat kebun campuran tua No
Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
Status perlindungan IUCN
CITES
UU
1
Nectariniidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
AB
2
Nectariniidae
Burung madu hitam
Leptocoma sericea
AB
3
Alcedinidae
Udang merah kerdil
Ceyx lepidus
4
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
AB II
5 Meliphagidae Myzomela remang Myzomela obscura Keterangan : UU= UU No 5 tahun 1990 dan PP No 7 tahun 1999, II= Appendix 2.
AB AB
Lampiran 16 Jenis burung yang dilindungi di habitat hutan pantai No
Suku
Nama lokal
Status perlindungan
Nama ilmiah
IU
CI
UU
1
Ardeidae
Kokokan laut
Butorides striatus
AB
2
Ardeidae
Kowak malam merah
Nycticorax caledonicus
AB
3
Ardeidae
Kuntul karang
Egretta sacra
AB
4
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
AB
5
Accipitridae
Elang tiram
Pandion haliaetus
6
Scolopacidae
Gajahan timur
Numenius madagascarensis
7
Scolopacidae
Gajahan kecil
Numenius minutus
8
Columbidae
Walik topi biru
Ptilinopus monacha
9
Alcedinidae
Cekakak pantai
Halcyon saurophaga
AB
10
Necrarinidae
Burung madu sriganti
Cinnyris jugularis
AB
II
AB AB
II
AB
NT
11 Necrarinidae Burung madu hitam Nevtarina aspasia AB Keterangan : UU= UU No 5 tahun 1990 dan PP No 7 tahun 1999, NT= Near Threatened, II= Appendix 2.
Lampiran 17 Jenis burung yang dilindungi di habitat danau No
Status perlindungan IU CI UU
Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Ardeidae
Kuntul perak
Egretta intemedia
AB
2
Ardeidae
Kuntul kecil
Egretta garzetta
AB
3
Accipitridae
Elang bondol
Haliastur indus
4
Accipitridae
Elang laut perut putih
Haliaetus leucogaster
5
Columbidae
Walik kepala kelabu
Ptilinopus hyogastra
6
Psittacidae
Kakatua putih Betet kelapa besar
Cacatua alba
7 8
Psittacidae Psittacidae
II
AB VU
paruh
Nuri bayan
II II
Tanygnathus megalorynchos Eclectus roratus
II II
9
Psittacidae
Nuri pipi merah
Geoffroyus geoffroyi
10
Alcedinidae Alcedinidae
Cekakak biru putih
Halcyon diops
DD
Cekakak suci
Halcyon sancta
LC
11
AB
AB AB
AB 12 Nectariniidae Burung madu sriganti Cinnyris jugularis Keterangan : UU= UU No 5 tahun 1990 dan PP No 7 tahun 1999. LC= Least Concern, VU= Vulnerable, DD= Data Deficient II= Appendix 2.
85
Lampiran 18 Jenis burung yang dilindungi di habitat permukiman No
Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
Status perlindungan IU
1
Nectariniidae
Burung madu sriganti
CI
Cinnyris jugularis
UU AB
Lampiran 19 Jenis burung yang dilindungi di habitat RTH No
Suku
Nama lokal
Nama ilmiah
Status perlindungan IU
1 2
Accipitridae Nectariniidae
Elang laut perut putih Burung madu sriganti
Haliaetus leucogaster Cinnyris jugularis
CI
UU
II
AB AB
86
Lampiran 20 Lay out Danau Tolire Besar
87
Lampiran 21 Lay out Danau Tolire kecil
88
Lampiran 22 Lay out Danau Ngade