1
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC), TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN LAMPUNG
DERA SYAFRUDIN
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
2
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC), TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN LAMPUNG
DERA SYAFRUDIN
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
3
RINGKASAN SKRIPSI DERA SYAFRUDIN. E34051073. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Dibimbing oleh JARWADI BUDI HERNOWO dan ANI MARDIASTUTI. Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kawasan yang dikenal dengan nama Tambling (Tampang-Belimbing) ini merupakan suatu kawasan konservasi yang menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan TWNC dikelola oleh PT. Adhiniaga Kreasinusa (AKN). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1). membandingkan keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat yaitu hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan dan padang rumput di TWNC, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2). mengidentifikasi perbedaan komposisi jenis burung antar tipe habitat, 3). mengetahui penyebaran lokal burung berkaitan dengan tipe habitat di TWNC. Penelitian ini dilakukan pada empat tipe habitat di TWNC yaitu hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan, dan padang rumput. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2009. Data yang diambil berupa data burung dan habitatnya. Data burung dikumpulkan dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon dan metode titik hitung atau IPA (Indeces Ponctuel d’Abundance). Data habitat dilakukan pendekatan dengan metode analisis vegetasi dan penggunaan habitat (habitat used). Data vegetasi diambil dalam petak berukuran 20 x 100 m. Selain itu dilakukan juga pencatatan pemanfaatan strata vegetasi oleh burung. Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman jenis burung antara habitat hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan, dan padang rumput pada tingkat kepercayaan 95%. Jenis vegetasi yang dominan pada habitat hutan pantai yaitu waru laut (Hibiscus tiliaceus) dengan INP 114.49%. Pada habitat hutan dataran rendah vegetasi yang dominan yaitu meranti (Shorea sp) dengan INP 66.71%. Habitat perkebunan merupakan kebun campuran dari tanaman kopi (Coffea robusta) dan cokelat (Thebroma cacao). Vegetasi di habitat padang rumput didominasi oleh jenis kerawatan/grinting (Cyonodon dactylon) dan suket dom-doman/rumput jarum (Andropogon aciculatus). Total jenis burung yang dijumpai pada empat tipe habitat adalah 116 jenis, terdiri atas 38 suku. Terdapat 28 jenis yang dilindungi PP No. 7 tahun 1999, 12 jenis termasuk IUCN (Critically Endangered dan Near Threatened) dan 19 jenis termasuk CITES (Appendix I dan II). Indeks keanekaragaman burung tertinggi adalah pada habitat perkebunan (H’=2.93). Indeks kemerataan di semua tipe habitat hampir tersebar merata. Lokasi yang memiliki kesamaan paling tinggi adalah hutan dataran rendah dengan habitat perkebunan (ISJ=0.54). Hasil Uji t menunjukkan bahwa empat habitat yang diteliti tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dalam hal keanekaragaman jenis burung, hal tersebut diduga karena ukuran sampel yang kecil dan luasan penelitian yang sempit. Jenis burung pada setiap tipe habitat memiliki tingkat dominansi berbedabeda. Burung di hutan pantai menyebar pada strata C sampai strata E. Penyebaran vertikal burung di hutan dataran rendah terdapat pada strata A sampai strata E.
4
Penyebaran vertikal burung di habitat perkebunan terdapat pada strata C sampai strata E. Di habitat padang rumput penyebaran burung hanya terdapat pada strata E. Aktivitas yang dilakukan oleh burung diantaranya bertengger, bersuara, terbang, dan berjalan. Aktivitas burung yang paling banyak ditemukan di hutan pantai, hutan dataran rendah, dan perkebunan adalah bertengger. Pada hábitat padang rumput aktivitas yang banyak ditemukan adalah berjalan. Kata kunci : TWNC, keanekaragaman jenis burung, penyebaran vertikal.
5
SUMMARY DERA SYAFRUDIN. E34051073. The Diversity of Bird Species at Several Habitat Types in Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung. Supervised by: JARWADI BUDI HERNOWO and ANI MARDIASTUTI. Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) is part of the Bukit Barisan Selatan National Park. The area called Tambling (Tampang-Belimbing) is a conservation area that conserve high biodiversity. TWNC is managed by PT Adhiniaga Kreasinusa (AKN). The purposes of this research are 1). to compare the diversity of bird species at several types of habitat in TWNC, those are coastal forest, lowland forest, plantation and grassland. 2). to identify the difference of bird species composition among types of habitat. 3). to know the local birds distribution related to the types of habitat in TWNC. This research was conducted from August to November 2009. Data of birds was collected using MacKinnon species list and point count method or IPA (Ponctuel Indices d'Abondance). Data of habitat was collected using vegetation analysis and habitat used approach. Data of vegetation was collected by sampling plot 20 x 100 m. T-test was used to determine differences in bird species diversity among the coastal forest, lowland forest, plantation, and grassland habitats at the 95% confidence level. The vegetation in the coastal forest habitat was dominated by beach hibiscus (Hibiscus tiliaceus) with Important Value Index (IVI) 114.49%. In the lowland forest habitat was dominated by meranti (Shorea sp) with IVI 66.71%. Vegetation in plantation habitat consisted of coffee (Coffea robusta) and cacao (Thebroma cacao). Grassland habitat is dominated by species kerawatan (Cyonodon dactylon) and rumput jarum (Andropoghon aciculatus). The total bird species found in four types of habitat were 116 species, comprising 38 families. Twenty-eight species are categorized as protected by Indonesian government regulation No. 7 of 1999, 12 species are listed in the IUCN (Critically Endangered and Near Threatened), and 19 species are listed in CITES (Appendix I and II). The highest bird Diversity Index was found in plantation habitat (H’=2.93). The Evenness Index in four habitat types are distributed evenly. The habitats that have the highest similarity are between lowland forest and plantation habitats (ISJ=0.54). T-test results shows that there is no significant differences among four habitats in terms of birds diversity, it was predicted because of small sample size and a narrow area of research. Bird species in each habitat type has a different level of dominance. Regarding vertical distribution, birds in coastal forest lived in C to E strata. Vertical distribution of birds in lowland forest was found in A to E strata. Vertical distribution of birds in plantation habitat was found from C to E strata. While in grassland habitat birds were only found in E strata. The common bird activities were perching, singing, flying, and walking. Bird activity that was mostly found at coastal forest, lowland forest, and plantation was perching. At grassland habitat, common bird activity was walking. Keywords: TWNC, bird diversity, vertical distribution.
6
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi ataupun lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Dera Syafrudin E34051073
7
8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Dera Syafrudin dilahirkan di Cianjur pada tanggal 26 Desember 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan bapak Ade Jajuli dan ibu Arkasih. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1992 di Taman Kanak-Kanak Nurul Hidayah. Penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar pada tahun 1993 di SDN Pasir Sarongge dan lulus pada tahun 1999, kemudian pada tahun 1999 melanjutkan ke MTs Negeri Ciherang dan lulus pada tahun 2002, setelah itu melanjutkan ke SMUN 1 Sukaresmi dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2006 diterima pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dengan minor Arsitektur Lanskap. Selama kuliah di IPB penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan. Penulis adalah anggota HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata), anggota Kelompok Pemerhati Burung (KPB) “Perenjak” dan pernah menjadi Ketua Panitia Seminar Nasional Burung Indonesia pada tahun 2008. Pengalaman lapangan penulis meliputi Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) I di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2007, RAFFLESIA II di Cianjur pada tahun 2008, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung pada tahun 2007, SURILI di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan Barat pada tahun 2008, Praktek Pengenalan Ekosistem hutan bertempat di Cilacap dan Baturraden, Praktek Umum Konservasi Ex-situ di Tumbuhan Obat Karyasari dan Kebun Binatang Ragunan, sedangkan pada tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.ScF dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.
9
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua tercinta (Bapak Ade Jajuli dan Ibu Arkasih), adik-adikku Adhitya NF, Reza Khamarullah dan Lulu NA yang memberikan doa, dorongan serta semangat selama kegiatan penelitian sampai selesai penelitian. 2. Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.ScF dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, semangat, nasehat dan bimbingannya, serta kesabarannya dalam membimbing penulis. 3. Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan, Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram Massijaya, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan, Dr. Ir. Supriyanto sebagai dosen penguji dari Departemen Silvikultur. Terima kasih atas arahan dan masukan untuk penulis. 4. Pihak PT. Adhiniaga Kreasinusa atas kesediaannya memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di kawasan TWNC. Penghargaan penulis untuk pimpinan Artha Graha Bapak Tomi Winata atas dana penelitian yang diberikan, Ibu Hannalilies, Ibu Intan, dr Lia, dr Nola, A Gilang, Pak Dadiel DK, Mas Daniel dan seluruh staf TWNC atas bantuannya di lapangan. 5. Bapak Kurnia Rauf, Bapak Afrizal, Ibu Tri, Mas Dono, Mas Mardiansyah, Bapak Khoirudin, Bapak Endang, Bapak Fitrik beserta bapak dan ibu seluruh staf TNBBS atas izin dan bantuan selama penelitian. 6. Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. yang telah memfasilitasi penulis untuk mendapatkan bantuan akomodasi dan dana dari PT. Adhiniaga Kreasinusa. 7. Teman seperjuangan di TWNC (Farikhin, Arif, Berry, dan Lina) atas kebersamaan di lapangan melewati hari-hari penuh pelajaran berharga.
10
8. Bang Icuk, Bang Dede, Bang Kastari, Bang Hafizon, Bang Hendra, Bang Rofik, Bang Forhan, Bang Khoirudin, Bang Maruza, dan abang-abang Security Group Artha (SGA) lainnya yang telah menemani dan mendampingi penulis selama di lapang. 9. Keluarga besar HIMAKOVA dan KPB ”Perenjak”, khususnya periode kepengurusan tahun 2006-2008 atas segala kebersamaan, kekompakkan, serta pengalaman yang telah dilalui. 10. KPB Perenjak 42, Harri Purnomo S.Hut, Lina Kristina Dewi S.Hut, Muthia Ramadani S.Hut, Sopian Hidayat S.Hut, Bobi Riharno S.Hut, Bery Lira Rafiu, dan Wirama Hipananda atas kerjasama, masukan dan saran untuk penulisan skripsi ini. 11. Keluarga besar KSHE 42, atas segala kebersamaan, persaudaraan, suka duka, dan motivasi selama proses belajar serta semua hal yang telah dilakukan bersama hingga menjadi pengalaman dan pembelajaran hidup yang sangat berarti bagi penulis. 12. Keluarga besar DKSHE atas bantuannya yang sudah membantu penulis selama menimba ilmu di IPB. 13. Keluarga Nakama (Hyde, Marta, Mochan, Danu, & Steven), dan Kelurga Wisma Taman Surga (Farikhin, Harri, Budi, Iqbal, Fadli, & Willi) atas kebersamaannya melewati hari-hari penuh pengalaman dan kenangan. 14. Tia Nuralipah, S.HI atas kesabaran, kesetiaan, motivasi, semangat, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini apapun bentuknya.
Bogor, Februari 2011
Penulis
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada suri tauladan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Penelitian ini berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung” yang dibimbing oleh Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.ScF dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai jenis burung di kawasan TWNC. Oleh karena itu, penulis berusaha untuk mencari data mengenai keanekaragaman jenis burung pada empat tipe habitat di TWNC yaitu di hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan dan padang rumput. Pentingnya penelitian ini karena data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan manajemen kawasan di masa mendatang dan pelestarian satwaliar khususnya burung di TWNC. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi masyarakat luas serta pihak yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2011
Dera Syafrudin NIM. E34051073
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3 2.1 Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung .......................... 3 2.2 Penyebaran Burung ..................................................................... 5 2.3 Habitat Burung ........................................................................... 6 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 8 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 8 3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 9 3.3 Jenis Data ................................................................................... 9 3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 10 3.4.1 Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung .............. 10 3.4.2 Pemanfaatan Strata Vegetasi oleh Burung ..................... 10 3.4.3 Analisis Profil Vegetasi .................................................. 11 3.4.4 Analisis Vegetasi ............................................................ 11 3.5 Analisis Data .............................................................................. 12 3.5.1 Kekayaan Jenis Burung menggunakan Daftar Jenis MacKinnon ..................................................................... 12 3.5.1.1 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan (E’) ...................................... 12 3.5.1.2 Dominansi Jenis Burung ..................................... 13 3.5.1.3 Indeks Kesamaan Jenis (IS) ................................ 13 3.5.2 Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung ....................... 13 3.5.3 Jenis dan Struktur Pakan ................................................ 14 3.5.4 Analisis Profil Vegetasi................................................... 14 3.5.5 Analisis Vegetasi ............................................................ 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN .................................... 16 4.1 Letak dan Luas ............................................................................ 16 4.2 Topografi dan Geologi ............................................................... 16 4.3 Tanah dan Air ............................................................................. 17 4.4 Iklim ........................................................................................... 17 4.5 Sejarah dan Status Kawasan ....................................................... 18
iii
4.6 Potensi ........................................................................................ 18 4.6.1 Flora ............................................................................... 18 4.6.2 Fauna .............................................................................. 18 4.7 Masyarakat di Sekitar Kawasan ................................................. 19 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 20 5.1 Hasil ............................................................................................ 20 5.1.1 Habitat Burung ............................................................... 20 5.1.1.1 Habitat Hutan Pantai ........................................... 20 5.1.1.2 Habitat Hutan Dataran Rendah ........................... 21 5.1.1.3 Habitat Perkebunan ............................................. 23 5.1.1.3 Habitat Padang Rumput ...................................... 25 5.1.2 Burung ............................................................................ 26 5.1.2.1 Kekayaan Jenis Burung ...................................... 26 5.1.2.2 Komposisi dan Struktur Burung.......................... 28 5.1.2.2.1 Penyebaran Jenis Burung ..................... 28 5.1.2.2.2 Jenis dan Struktur Pakan ...................... 31 5.1.2.2.3 Status Burung....................................... 35 5.1.2.3 Dominansi dan Kelimpahan Jenis Burung .......... 36 5.1.2.4 Indeks Keanekaragaman Jenis Burung (H’) ....... 39 5.1.2.5 Indeks Kemerataan Jenis Burung (E’) ................ 40 5.1.2.6 Indeks Kesamaan Jenis Burung (ISJ) .................. 41 5.1.2.7 Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung............ 42 5.1.3 Penggunaan dan Pemanfaatan Vegetasi oleh Burung .... 42 5.1.3.1 Habitat Hutan Pantai .......................................... 42 5.1.3.2 Habitat Hutan Dataran Rendah ........................... 44 5.1.2.3 Habitat Perkabunan ............................................. 46 5.1.2.4 Habitat Padang Rumput ...................................... 47 5.2 Pembahasan ................................................................................ 48 5.2.1 Habitat Burung ............................................................... 48 5.2.2 Burung ............................................................................ 49 5.2.2.1 Kekayaan Jenis Burung ...................................... 49 5.2.2.2 Komposisi dan Struktur Burung.......................... 52 5.2.2.2.1 Penyebaran Jenis Burung ..................... 52 5.2.2.2.2 Jenis dan Struktur Pakan ...................... 53 5.2.2.2.3 Status Burung....................................... 57 5.2.2.3 Dominansi dan Kelimpahan Jenis Burung .......... 58 5.2.2.4 Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Kemerataan Jenis Burung (E’) ................ 59 5.2.2.5 Indeks Kesamaan Jenis Burung (ISJ) .................. 60 5.2.2.6 Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung............ 60 5.2.3 Penggunaan dan Pemanfaatan Vegetasi oleh Burung .... 60 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 63 7.1 Kesimpulan ................................................................................ 63 7.2 Saran ........................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64 LAMPIRAN ....................................................................................................... 67
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1.
Tipe habitat yang akan dilakukan pengambilan data ................................ 8
2.
Pemanfaatan strata burung secara vertikal (Richard 1964) dan (van Balen 1984) ............................................................................................... 11
3.
Penemuan jenis burung menurut lokasi penyebarannya .......................... 28
4.
Jenis burung dan jenis pakan burung yang ditemukan dilokasi penelitian .................................................................................................. 34
5.
Dominansi jenis burung pada empat tipe habitat ...................................... 36
6.
Dominansi jenis burung (dominan dan sub-dominan) pada keseluruhan tipe habitat................................................................................................. 36
7.
Jenis burung dominan dan sub-dominan pada tipe habitat hutan pantai .. 37
8.
Jenis burung dominan dan sub-dominan pada tipe habitat hutan dataran rendah ........................................................................................... 37
9.
Jenis burung dominan dan sub-dominan pada tipe habitat perkebunan... 37
10.
Jenis burung dominan dan sub-dominan pada tipe habitat padang rumput ....................................................................................................... 38
11.
Kelimpahan jenis burung (tertinggi dan terendah) pada setiap tipe habitat ....................................................................................................... 39
12.
Indeks kesamaan jenis (ISJ) burung pada empat tipe habitat di Tambling Wildlife Nature Concervation (TWNC) ................................... 41
13.
Nilai t hitung pada empat habitat yang diteliti .......................................... 42
14.
Penyebaran vertikal burung pada habitat hutan pantai ............................. 43
15.
Aktivitas yang dilakukan oleh burung di hutan pantai.............................. 44
16.
Penyebaran vertikal burung pada habitat hutan dataran rendah................ 45
17.
Aktivitas yang dilakukan oleh burung di hutan dataran rendah ................ 45
18.
Penyebaran vertikal burung pada habitat perkebunan .............................. 46
19.
Aktivitas yang dilakukan oleh burung di perkebunan............................... 47
20.
Penyebaran vertikal burung pada habitat padang rumput ......................... 47
21.
Aktivitas yang dilakukan oleh burung di padang rumput ......................... 48
v
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Peta kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) ............ 8
2.
Ilustrasi penggunaan kombinasi metode IPA dan metode jalur ............... 10
3.
Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi ... 12
4.
Vegetasi di habitat hutan pantai ............................................................... 21
5.
Profil vegetasi pohon di habitat hutan pantai ........................................... 21
6.
Vegetasi di habitat hutan dataran rendah ................................................. 22
7.
Profil vegetasi pohon di habitat hutan dataran rendah ............................. 23
8.
Vegetasi di habitat perkebunan ................................................................ 24
9.
Profil vegetasi pohon di habitat perkebunan ............................................ 24
10.
Habitat padang rumput ............................................................................. 25
11.
Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon di empat tipe habitat ................................................................................. 26
12.
Perbandingan jumlah jenis burung di setiap tipe habitat ......................... 27
13.
Jumlah keanekaragaman jenis burung pada setiap famili ........................ 27
14.
Penggunaan jenis pakan oleh burung di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) .............................................................................. 31
15.
Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat hutan pantai ................... 32
16.
Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat hutan dataran rendah ..... 32
17.
Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat perkebunan .................... 33
18.
Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat padang rumput ............... 33
19.
Jumlah jenis burung yang dilindungi pada empat tipe habitat penelitian . 35
20.
Perbandingan indeks keanekaragaman pada tiap-tiap tipe habitat ............ 40
21.
Perbandingan indeks kemerataan pada tiap-tiap tipe habitat .................... 40
22.
Dendrogam kesamaan jenis burung antar habitat ..................................... 41
23.
Pemanfaatan strata vegetasi oleh beberapa jenis burung pada tipe habitat hutan pantai ................................................................................... 43
24.
Pemanfaatan strata vegetasi oleh beberapa jenis burung pada tipe habitat hutan dataran rendah ..................................................................... 44
25.
Pemanfaatan strata vegetasi oleh beberapa jenis burung pada tipe habitat perkebunan .................................................................................... 46
26.
Struktur pakan berdasarkan struktur rantai makanan ................................ 56
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Analisis vegetasi hutan pantai (Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai) .......... 68
2.
Analisis vegetasi hutan dataran rendah (Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai) .......................................................................................................... 70
3.
Jenis burung yang dijumpai pada empat tipe habitat yang diteliti ............... 73
4.
Jenis burung yang dilindungi pada empat tipe habitat ................................. 77
5.
Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat hutan pantai ....................... 79
6.
Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat hutan dataran rendah ......... 80
7.
Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat perkebunan ........................ 81
8.
Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat padang rumput................... 82
9.
Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada empat tipe habitat ................................................................................ 83
10. Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat hutan pantai....................................................................... 86 11. Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat hutan dataran rendah ......................................................... 88 12. Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat perkebunan........................................................................ 90 13. Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat padang rumput .................................................................. 92 14. Nilai t hitung pada empat habitat yang diteliti ............................................. 94 15. Pemanfaatan strata burung pada tipe habitat hutan pantai ........................... 97 16. Pemanfaatan strata burung pada habitat hutan dataran rendah .................... 99 17. Pemanfaatan strata burung pada habitat perkebunan ................................... 101 18. Pemanfaatan strata burung pada habitat padang rumput ............................. 103
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang terletak di Provinsi Lampung. Kawasan yang dikenal dengan nama Tambling (TampangBelimbing) ini merupakan suatu kawasan konservasi yang menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan TWNC mempunyai areal luas ± 45.000 ha, termasuk ± 15.000 ha berupa cagar alam laut dan bagian lainnya berupa daratan berhutan dari luas lahan TNBBS sekitar 356.800 hektar. TWNC menjadi kawasan konservasi yang indah dan eksotik karena terletak diujung selatan pulau Sumatera. Pengelolaan kawasan Tambling dilaksanakan oleh PT. Adhiniaga Kreasinusa (Artha Group), melalui kerjasama operasional dengan pihak TNBBS. PT.
Adhiniaga
Kreasinusa
mengelola
kawasan
Tambling
dengan
memanfaatkannya sebagai kawasan wisata konservasi. Kegiatan wisata yang sudah dilaksanakan di kawasan ini adalah “safari malam” yaitu kegiatan menjelajahi hutan dan kawasan Tambling dengan menggunakan kendaraan Jip (Dewi, 2010). Untuk mengembangkan kegiatan wisata konservasi, pihak TWNC membutuhkan data dan informasi mengenai keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya. Berbagai data mengenai keanekaragaman satwaliar telah didapatkan di kawasan ini, namun data mengenai keanekaragaman jenis burung di kawasan ini masih sangat sedikit. Keberadaan suatu jenis burung dapat dijadikan sebagai indikator keanekaragaman hayati karena kelompok burung memiliki sifatsifat yang mendukung, yaitu hidup di seluruh habitat, peka terhadap perubahan lingkungan dan taksonomi serta penyebarannya telah cukup diketahui (Sujatnika et al, 1995). Kawasan TWNC memiliki berbagai tipe habitat, mulai dari hutan pantai sampai hutan hujan tropika dataran rendah. Dengan kondisi habitat yang beragam di TWNC, maka diduga akan berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis burung. Untuk mengetahui hal tersebut harus dilakukan suatu penelitian. Oleh karena itu, penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung pada berbagai tipe
2
habitat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen pengelolaan kawasan TWNC terutama untuk pengembangan potensi wisata.
1.2 Tujuan 1. Membandingkan keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat yaitu hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan dan padang rumput yang ada di kawasan TWNC, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2. Mengidentifikasi perbedaan komposisi jenis burung antar tipe habitat. 3. Mengetahui penyebaran lokal burung berkaitan dengan tipe habitat hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan dan padang rumput yang ada di kawasan TWNC.
1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa data dan informasi dasar mengenai keberadaan dan keanekaragaman jenis burung yang ada pada beberapa tipe habitat di kawasan TWNC sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan manajemen kawasan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung Menurut Sutopo (2008), informasi tentang kekayaan jenis burung dapat diperoleh dengan menggunakan metode daftar jenis. MacKinnon (1998), menyatakan bahwa daftar jenis burung menjadi jauh lebih berguna jika dapat menunjukkan kelimpahan jenis. Beberapa keuntungan dengan menggunakan daftar jenis yaitu tidak terlalu bergantung pada pengalaman dan pengetahuan pengamat, intensitas pengamatan, dan keadaan cuaca. Indeks kekayaan jenis Shannon-Wiener merupakan ukuran nisbah keanekaragaman yang paling sering digunakan oleh para ahli ekologi untuk mengukur keanekaragaman jenis satwaliar (Sutopo, 2008), karena menurut Magurran (1988) pertimbangan yang mendasari penggunaan indeks tersebut adalah kepekaan terhadap perubahan ukuran unit contoh (rendah sampai sedang), kemampuan mendeteksi perbedaan antara unit contoh atau lokasi (sedang sampai tinggi) dan kemudahan dalam proses perhitungan (semuanya sederhana). Keanekaragaman hayati (atau secara singkat disebut biodiversitas) dapat mempunyai arti yang berbeda. Menurut World Wildlife Fund (1989) diacu dalam Primack (2007), keanekaragaman hayati adalah jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka bantu menjadi lingkungan hidup. Keanekaragaman hayati dapat digolongkan
menjadi
tiga
tingkat,
yaitu:
keanekaragaman
spesies,
keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman komunitas. Ketiga tingkatan itu diperlukan untuk kelanjutan kelangsungan hidup di bumi dan penting bagi manusia (Purvis dan Hector, 2000 dalam Primack, 2007). Keanekaragaman (diversity) yaitu banyaknya jenis yang biasanya diberi istilah kekayaan jenis (species richnes) (Kreb, 1978). Kekayaan jenis merupakan nilai dari semua jenis yang ditemukan (Odum 1971 dalam Sutopo 2008), sedangkan Odum (1993) mengatakan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga kemerataan (evenness) dari kelimpahan individu tiap jenis. Pada dasarnya keanekaragaman tergantung pada dua variabel yaitu banyaknya jenis dan banyaknya distribusi individu jenis. Pengukuran keanekaragaman pada setiap tipe habitat digunakan untuk mengetahui
4
perbedaan jenis yang mengisi suatu habitat tertentu. Menurut Alikodra (2002), pengukuran
keanekaragaman
jenis
(diversity)
dipergunakan
untuk
membandingkan komposisi jenis dari ekosistem yang berbeda, misalnya perbandingan antara masyarakat mamalia kecil dari dua kawasan, perbedaan masyarakat burung di dalam dua macam hutan, atau jenis-jenis intevertebrata sebelum dan sesudah adanya proyek yang mengubah keadaan aliran sungai. Pada tingkat yang paling sederhana, keanekaragaman didefinisikan sebagai jumlah
spesies
yang
ditemukan
dalam
komunitas
(Primack,
2007).
Keanekaragaman dibedakan atas tiga ukuran meliputi kekayaan jenis (species richness), keanekaragaman jenis (diversity), dan kemerataan jenis (evenness). Pada umumnya kekayaan jenis dibuat dalam indeks keanekaragaman. Menurut Bibby et al. (2000), semakin tinggi indeks keanekaragaman jenis maka semakin tinggi pula jumlah jenis dan kesamarataan populasinya. Akan tetapi, bisa terjadi bahwa
komunitas
burung
yang
kekayaan
jenisnya
lebih
tinggi
dan
kesamarataannya lebih rendah memiliki indeks keanekaragaman yang sama dengan
komunitas
yang
keanekaragamannya
yang
lebih
rendah
dan
kesamarataannya tinggi. Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat, tergantung kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kreb (1978) menyebutkan bahwa ada enam faktor yang saling berkaitan yang menentukan naik turunnya keanekaragaman jenis suatu komunitas yaitu: waktu, heterogenitas, ruang, persaingan, pemangsaan, dan kestabilan lingkungan dan produktivitas. Menurut Kreb (1978), kelimpahan dapat dinyatakan sebagai jumlah organisme per unit area (kepadatan absolut), atau sebagai kepadatan relatif yaitu kepadatan dari satu populasi terhadap populasi lainnya. Kelimpahan relatif adalah perbandingan kelimpahan individu tiap jenis terhadap kelimpahan (jumlah) seluruh individu dalam suatu komunitas. Beberapa informasi lain dikumpulkan sebagai acuan dalam melakukan penelitian pada beberapa tipe habitat di TWNC. Berdasarkan informasi statistik TNBBS 2007, jumlah jenis burung yang baru diketahui pada kawasannya adalah sebanyak 450 jenis burung dengan jumlah jenis rangkong sebanyak 9 jenis. Selain itu, ada beberapa penelitian yang dilakukan pada sebagian habitat yang ada di
5
TWNC. Dewi (2010) melakukan penelitian di kawasan TWNC mengenai kekayaan jenis burung pada habitat perairan meliputi daerah sekitar Danau Menjukut, Danau Sei Leman, Saung Bajau, Muara Blambangan, Muara Way Tinggal, dan Muara Belimbing. Dari penelitian tersebut ditemukan 83 jenis burung yang terdiri atas 20 jenis burung air dan 63 jenis burung arboreal dan terrestrial. Imanudin (2009), melakukan penelitian tentang “Komunitas Burung Di Bawah Tajuk pada Hutan Primer dan Hutan Sekunder di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan” dengan menggunakan jala kabut di sebagian hutan primer dan hutan sekunder di Tambling. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 94 jenis burung, 51 jenis dari 18 famili berhasil tertangkap dan 43 jenis dari 24 famili tidak tertangkap tetapi hanya terlihat dan terdengar di kedua habitat tersebut.
2.2 Penyebaran Burung Penyebaran jenis burung di lokasi pengamatan sangat bergantung pada beberapa hal yang berhubungan dengan karakteristik setiap lokasi pengamatan. Diantara yang mempengaruhinya adalah tipe jalur/tipe habitat, panjang jalur, serta waktu dan metode pengamatan yang digunakan (HIMAKOVA IPB, 2005). Penyebaran burung di suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kebiasaan masa lalu (historical factors), penghalang geografi (geographical factors), iklim (terutama suhu, angin dan ketinggian tempat serta kelembaban udara), perilaku burung dan mobilitasnya (Pettingill, 1970 dalam Hernowo, 1985). Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat hutan maupun habitat bukan hutan seperti tanaman perkebunan, tanaman pertanian, pekarangan, gua, padang rumput, savana dan habitat perairan (Alikodra, 2002). Penyebaran jenis burung dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan tempat hidup burung, meliputi adaptasi burung terhadap perubahan lingkungan, kompetisi dan seleksi alam (Welty, 1982 dalam Dewi, 2005). Banyak spesies burung yang hanya menempati habitat tertentu atau tahapan tertentu dari suatu habitat (Primack et al. 1998). Pergerakan satwaliar baik dalam skala sempit maupun luas merupakan usaha untuk memenuhi tuntutan
6
hidupnya. Dalam membantu pergerakan tersebut maka diperlukan suatu koridor yang dapat menghubungkan dengan sumber keanekaragaman (Alikodra, 2002). Penyebaran
suatu
jenis
burung
disesuaikan
dengan
kemampuan
pergerakkannya atau kondisi lingkungan seperti pengaruh luas kawasan, ketinggian tempat dan letak geografis (Alikodra, 2002). Burung merupakan kelompok satwaliar yang paling merata penyebarannya, ini disebabkan karena kemampuan terbang yang dimilikinya.
2.3 Habitat Burung Habitat merupakan tempat makhluk hidup berada secara alami. Menurut Alikodra (2002), habitat didefinisikan sebagai kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwaliar, sedangkan menurut Odum (1993), habitat adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat ke mana seseorang harus pergi untuk menemukannya. Habitat juga menunjukkan tempat yang diduduki oleh seluruh komunitas. Pengertian lain dari habitat yang dinyatakan Alikodra (2002) yaitu suatu kawasan yang dapat memenuhi semua kebutuhan dasar dari populasi yang ada didalamnya. Satwaliar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Habitat yang sesuai bagi suatu jenis belum tentu sesuai untuk jenis lainnya, karena setiap jenis satwaliar menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda (Alikodra, 2002). Cara hidup burung sama halnya dengan hewan-hewan lain, sebagian besar ditentukan oleh ciri-ciri habitatnya. Ada spesies yang hidup pada berbagai macam tipe habitat, ada ada juga spesies yang hanya hidup pada habitat tertentu (DPR RI, 2003 dalam Sutopo, 2008). Alikodra (2002) mengatakan bahwa satwaliar dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik hutan maupun bukan hutan seperti tanaman perkebunan, tanaman pertanian (sawah dan ladang), pekarangan, gua, padang rumput, savana, dan habitat perairan (rawa, danau, sungai, laut, terumbu karang dan estuaria). Habitat yang baik adalah habitat yang dapat menyediakan kebutuhan hidup bagi satwaliar. Pada prinsipnya burung memerlukan tempat untuk mencari makan, berlindung, berkembangbiak, dan aman dari segala macam
7
gangguan. Hernowo (1985), mengatakan bahwa burung merupakan salah satu margasatwa yang terdapat hampir di setiap tempat, tetapi untuk hidupnya memerlukan syarat-syarat tertentu yaitu adanya kondisi habitat yang cocok, baik, serta aman dari segala macam gangguan. Habitat yang baik harus dapat menyediakan pakan, air, tempat berlindung, tempat beristirahat dan tidur malam, serta tempat untuk berkembangbiak baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas. Suatu wilayah yang sering dikunjungi burung disebabkan karena habitat tersebut dapat
mensuplai
makanan,
minuman
serta
berfungsi
sebagai
tempat
berlindung/sembungi, tempat tidur dan tempat kawin (Boughey 1973; Pyke 1983; Van Noordwijk 1985 dalam Alikodra 2002) Habitat dan satwaliar memang mempunyai suatu hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai suatu hubungan timbal-balik dalam keberadaannya. Untuk menggambarkan suatu hubungan tersebut dapat dilihat dengan membuat suatu profil habitat. Menurut Alikodra (2002), suatu sketsa dari profil vegetasi sepanjang garis transek berguna bagi satwaliar terutama untuk penelitian burung dan primata yang menempati suatu habitat hutan. Komposisi dari suatu profil habitat sangat bermanfaat, untuk membuat suatu kesimpulan tentang suatu hubungan antara derajat kelimpahan satwaliar dengan tipe habitatnya.
8
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Kabupaten Tanggamus, Lampung (Gambar 1). Lokasi plot penelitian didasarkan pada tipe habitat yang ada di TWNC. Pengamatan dilakukan di empat tipe habitat yaitu hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan dan padang rumput (Tabel 1). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus – 11 November 2009. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi (pukul 06.00-09.00 WIB) dan sore hari (pukul 15.00-17.00 WIB). Tabel 1 Tipe habitat yang akan dilakukan pengambilan data Tipe habitat
Jumlah jalur
Ulangan
Jumlah hari
Hutan pantai
3
3 kali
9
Hutan dataran rendah
3
3 kali
9
Perkebunan
3
3 kali
9
Padang rumput
3
3 kali
9
Gambar 1 Peta Kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC).
9
3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Binokuler, digunakan untuk membantu melihat objek lebih jelas. (2) Jam (Pengukur waktu), digunakan untuk mengetahui waktu perjumpaan dengan satwa. (3) Kamera digital, digunakan untuk mengambil gambar objek dan habitatnya. (4) Tape Recorder, digunakan untuk merekam suara dari objek. (5) Global Positioning System (GPS), digunakan untuk menentukan titik-titik jalur pengamatan. (6) Kompas, digunakan untuk menentukan arah jalur dalam analisis vegetasi. (7) Meteran untuk mengukur panjang jalur pengamatan. (8) Pita keliling, digunakan untuk mengukur diameter pohon. (9) Peta TN Bukit Barisan Selatan dan Peta Kawasan Tambling, digunakan untuk menentukan lokasi dan jalur pengamatan, serta mendukung data informasi mengenai kondisi habitat. Bahan yang digunakan : (1) Buku Panduan Lapang: Seri Panduan Lapang Burung-burung Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali, MacKinnon, 1998. (2) Tabel tally sheet, dan (3) Alat tulis.
3.3 Jenis Data Jenis data yang diambil meliputi data burung dan habitatnya. Data burung yang diambil mencakup jenis burung, jumlah individu, aktivitas, dan letak burung pada stratifikasi vegetasi. Komposisi jenis (melalui pendekatan jenis dominan, subdominan dan tidak dominan). Jenis-jenis burung yang dilindungi berdasarkan tiga kriteria yaitu PP No 7 tahun 1999, status IUCN, dan status perdagangannya menurut CITES. Data habitat yang diambil yaitu komposisi, struktur, profil vegetasi dan analisis vegetasi habitat.
10
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung Metode yang digunakan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi jenis burung adalah kombinasi antara metode titik hitung atau IPA (Indices Ponctuele d’Abundance – Indeks Kelimpahan pada Titik) dan metode jalur (transect) (Bibby et al. 2000). Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan diam pada titik tertentu kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung. Pada setiap tipe habitat dibuat jalur kerja yang panjangnya 1000 m dengan radius pengamatan 50 m dan jarak antar titik yaitu 100 m. Rentang waktu pengamatan dilakukan selama 15 menit, 10 menit untuk pengamatan disetiap titik dan 5 menit untuk berjalan ke titik pengamatan selanjutnya (Gambar 2). Setiap jenis burung yang dijumpai pada setiap titik dalam jalur pengamatan dicatat dengan segala bentuk aktivitasnya. Pengamatan ulang pada setiap jalur dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada hari yang berbeda.
r=50 m
100 m 1000 m
Gambar 2 Ilustrasi penggunaan kombinasi metode IPA dan metode jalur.
Selain itu digunakan juga daftar jenis Mackinnon. Daftar ini digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis burung. Menurut MacKinnon (1990) setiap daftar berisikan dua puluh jenis burung, jenis berikutnya meskipun sama dapat dicatat lagi pada daftar yang baru. Dalam penelitian ini setiap daftar akan berisi 10 jenis burung berbeda.
3.4.2 Pemanfaatan Strata Vegetasi oleh Burung Untuk mengetahui penyebaran jenis burung dan pemanfaatan strata vegetasi menurut struktur vegetasi, maka dilakukan penggambaran strata vegetasi yang ada di setiap tipe habitat yang diteliti. Selanjutnya dari data yang telah
11
diambil dibuat suatu kriteria mengenai tingkatan struktur hutan mengikuti Richard (1964) dan van Balen (1984) (Tabel 2). Untuk memudahkan pengambaran dalam pendeskripsian metode ini dilakukan modifikasi terhadap metode ini. Tabel 2 Pemanfaatan strata burung secara vertikal (Richard 1964) dan (van Balen 1984) No 1 2 3 4 5
Kriteria Strata E Strata D Strata C Strata B Strata A
Ketinggian Hutan (m) <1 1 – 4.9 5 – 19.9 20 – 30 > 30
3.4.3 Analisis Profil Vegetasi Pembuatan diagram profil habitat dilakukan dengan cara mengambil satu plot dengan ukuran unit contoh 10 x 50 meter yang mewakili tipe ekosistem hutan yang diamati (Idaman, 2007). Diagram profil dibuat dengan mengukur tajuk terlebar dan terpendek dari satu pohon berdasarkan arah mata angin dan dihitung azimutnya dari sumbu xy. Dalam setiap tipe ekosistem hutan terdapat 5 (lima) strata tajuk, yaitu strata A, B, C, D, dan E (Soerianegara dan Indrawan, 2008). Lapisan A, B, C merupakan lapisan tajuk untuk tingkat pertumbuhan pohon dan lapisan D merupakan lapisan perdu dan semak, sedangkan lapisan E adalah lapisan serasah tanah atau lantai. Profil ini digunakan untuk menentukan penyebaran vertikal oleh burung.
3.4.4 Analisis Vegetasi Untuk analisis vegetasi digunakan metode jalur berpetak dengan membuat petak contoh yang ukuran minimalnya 20 m x 100 m atau minimal 5 petak contoh. Petak contoh tersebut dibagi menjadi petak ukur sesuai tingkat pertumbuhan vegetasinya, yaitu : a. Petak ukur semai (2 m x 2 m), yaitu anakan dengan tinggi < 1,5 m dan tumbuhan bawah/semak/herba. b. Petak ukur pancang (5 m x 5 m), yaitu anakan dengan tinggi > 1,5 m dan diameter batangnya < 10 cm. c. Petak ukur tiang (10 m x 10 m), yaitu diameter batang antara 10 cm – 19,9 cm. d. Petak ukur pohon (20 m x 20 m), yaitu pohon yang diameter batangnya ≥ 20 cm.
12
d
d
c
c
b
b
a
a
Arah
a b c d
Gambar 3 Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi. 3.5 Analisa Data 3.5.1 Kekayaan Jenis Burung menggunakan Daftar Jenis MacKinnon Daftar jenis ini disajikan dalam bentuk grafik dengan sumbu X adalah jumlah daftar dan sumbu Y adalah jumlah jenis burung. Grafik ini dibuat untuk setiap tipe habitat. Peningkatan jumlah burung sejalan dengan peningkatan jumlah daftar, dan pada suatu saat titik kurva tersebut akan mendatar. 3.5.1.1 Indeks keanekaragaman dan Indeks kemerataan Indeks keanekaragaman jenis (H’) Shannon-Wiener (Krebs 1978) digunakan untuk menghitung keanekaragaman jenis burung, dengan rumus : H’ = - ∑ pi ln pi Keterangan: H’ Pi ni N ln
= Indeks keanekaragaman jenis = Nilai perbandingan antara ni dan N atau Pi = ni/N = Jumlah individu burung pada jenis ke-i = Jumlah keseluruhan individu burung = Logaritma natural
Untuk melihat proporsi kelimpahan jenis burung dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan (Index of Evennes) yaitu: E
= H’/ln S
Keterangan : E H’ S ln
= Indeks Kemerataan = Indeks keanekaragaman jenis = Jumlah jenis = Logaritma natural
13
3.5.1.2 Dominansi Jenis Burung Untuk mengetahui jenis burung yang dominan di dalam kawasan penelitian, ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (van Helvoort 1981): Di = ni x 100% N Keterangan: Di = indeks dominansi suatu jenis burung ni = jumlah individu suatu jenis N = jumlah individu dari seluruh jenis Kriteria dominansi yaitu: Di = 0 – 2% Di = 2 – 5% Di = >5%
jenis tidak dominan jenis subdominan jenis dominan
3.5.1.3 Indeks Kesamaan Jenis (IS) Indeks kesamaan jenis (IS), untuk melihat kesamaan komunitas jenis burung antar lokasi penelitian. Indeks yang digunakan adalah indeks kesamaan jenis Jaccard (1901) (van Balen 1984; Krebs 1985), dengan rumus: IS
=
C a+b+c
Keterangan: a = jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 1 b = jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 2 c = jumlah jenis yang terdapat di lokasi 1 dan 2 Selanjutnya, untuk melihat tingkat kesamaannya, digunakan dendogram dari komunitas burung antar lokasi penelitian. Penggunaan dendrogram ini akan mempermudah dalam melihat hubungan antar lokasi.
3.5.2 Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah keanekaragaman jenis burung antara habitat hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan, dan padang rumput berbeda pada tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan keputusan hipotesa:
14
H0 :
tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat 1 dan tipe habitat 2.
H1 :
ada perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat 1 dan tipe habitat 2.
Jika t hitung < t tabel, maka terima H0 Jika t hitung > t tabel, maka tolak H0 dan terima H1, dengan: Penghitungan digunakan Software Minitab 14.
3.5.3 Jenis dan Struktur Pakan Analisis jenis dan struktur pakan burung berdasarkan MacKinnon (1993) yang menyatakan jenis pakan burung dapat dikelompokan menjadi tujuh kelompok yaitu serangga (insectivora), buah (frugivora), daging (carnivora), biji (granivora), ikan (piscivora), nektar (nectarivora) dan bagian tumbuhan lain seperti daun, kuncup, bunga dan/atau batang (herbivora). Selain memiliki jenis pakan yang tunggal (satu jenis pakan), burung juga memiliki kombinasi pakan.
3.5.4 Analisis Profil Vegetasi Pengukuran dilakuan terhadap kedudukan vegetasi, penutupan tajuk. Arah tajuk, tinggi tajuk, tinggi pohon, dan tinggi bebas cabang. Profil ini digunakan untuk mengetahui komponen penyusun habitat yang mendukung kehidupan burung.
3.5.5 Analisis Vegetasi Rumus yang digunakan pada analisis vegetasi yaitu: INP untuk tingkat pohon dan tiang diperoleh dengan persamaan INP = KR + DR + FR, sedangkan INP tingkat semai dan pancang diperoleh dengan persamaan INP = KR + FR. Rumus untuk INP tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: • Kerapatan Pohon/Ha
!"
' !
• Kerapatan Relatif KR '
!
( 100 %
15
• Frekuensi F
• Frekuensi Relatif FR
• Dominansi 56 -/Ha
!" " !" 011
2 " 2 "
( 100 %
89 !" 011
:1
• Dominansi Relatif DR :1
( 100 %
16
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) yang dikenal dengan nama Tambling merupakan wilayah bagian dari kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) terletak diujung selatan TNBBS. Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanggamus (Tampang) dan Kabupaten Lampung Barat (Belimbing), sedangkan menurut administrasi pengelolaan termasuk dalam wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) III Sukaraja TNBBS. Kawasan TWNC mempunyai areal luas ± 45.000 ha, termasuk ± 15.000 ha berupa cagar alam laut dan bagian lainnya berupa daratan berhutan dari luas lahan TNBBS yang sekitar adalah 356.800 hektar. Secara geofrafis TWNC terletak pada 5°43’5”-5o58” LS dan 104o27’9”-104o46’4” BT (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004). 4.2 Topografi dan Geologi Kawasan TWNC terletak diujung selatan dari TNBBS, sehingga memiliki topografi yang cukup datar, landai, bergelombang, beberapa bukit-bukit curam dengan ketinggian berkisar antara (-25-175) m dpl. Berdasarkan Peta Lereng dan Kemampuan Tanah Provinsi Lampung, kawasan Taman Nasional dan TWNC ini merupakan daerah yang labil karena terletak pada zona sesar utama Sumatera (Zona Sesar Semangka) (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004). Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menurut Peta Geologi Sumatera yang dibuat oleh Lembaga Penelitian Tanah (1965), terdiri dari batuan endapan (miosin bawah, neogen, paleosik tua, aluvium), batuan vukanik (recent, kuatener tua, andesit tua, basa intermediet) dan batuan plutonik (batuan asam). Batuan yang tersebar paling luas adalah batuan vulkanik yang berada di bagian tengah dan utara Taman Nasional (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004).
17
4.3 Tanah dan Air Berdasarkan peta tanah yang dibuat oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor (1976), tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu aluvial, rensina, latosol, podsolik merah kuning dan dua jenis andosol. Sebagian besar tanah di kawasan TNBBS adalah jenis Podsolik Merah Kuning yang labil dan rawan erosi. Sebagian besar sungai yang mengalir ke arah barat daya dan bermuara di Samudera Indonesia, sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk Semangka. Dibagian ujung selatan TWNC terdapat danau yang dipisahkan oleh pasir pantai selebar puluhan meter, yaitu Danau Menjukut (150 ha) yang bersebelahan dengan Danau Sei Leman. Sementara bagian tenggara, selatan dan barat Taman Nasional dikelilingi oleh perairan, yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan Samudera Indonesia (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004). 4.4 Iklim Kawasan TNBBS dikelompokkan menjadi dua zona iklim. Bagian Barat Taman Nasional mempunyai curah hujan antara 3000-3500 per tahun dan bagian Timur Taman Nasional antara 2500-3000 mm per tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, bagian barat kawasan TNBBS termasuk tipe iklim A (basah) dengan lebih dari 9 (sembilan) bulan basah per tahun dan di bagian timur termasuk tipe iklim B yang lebih kering dari tipe A dan mempunyai 7 (tujuh) bulan basah per tahun (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004). Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari bulan Juni sampai Agustus. Bulan agak kering adalah bulan September sampai Oktober. Jumlah hari hujan di musim penghujan rata-rata tiap bulannya 10-16 hari dan di musim kemarau 4-8 hari. Keadaan angin musim hujan lebih besar dari musim kemarau dan Taman Nasional mempunyai kelembaban udara antara 80% sampai 90% dan suhu berkisar 20o-28oC (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004).
18
4.5 Sejarah dan Status Kawasan Kawasan TWNC memiliki luas kawasan untuk pengelolaan ekowisata seluas 100 ha, dan kawasan pengelolaan hutan secara kolaboratif seluas ± 45.000 ha. Pengelolaan kawasan wisata Tambling mulanya dilaksanakan oleh PT Sac Nusantara di atas lahan seluas 100 hektar sesuai dengan SK Menteri Kehutanan Nomor: 415/Kpts-II/1992. Melalui kemitraan dengan PT. Sac Nusantara telah tersedia sarana dan prasarana yang cukup lengkap diantaranya dermaga, airstrip, shelter, cottage, guest house, kendaraan roda dua, roda empat, speed boat, motor laut, kuda, pondok kerja, pos jaga, dan jalan setapak. Pengelolaannya kini oleh PT. Adhiniaga Kreasinusa (Artha Group) melalui kerja sama operasional (KSO) dengan
menjadikan
kawasan
ini
sebagai
kawasan
konservasi
yang
pengamanannya dilaksanakan secara kolaboratif (Tambling Wildlife Nature Conservation, 2009). 4.6 Potensi 4.6.1 Flora Jenis tumbuhan yang umum dijumpai antara lain: ketapang (Terminalia cattapa.), keben (Baringtonia asiatica), nyamplung (Callophyllum inophyllum), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), cempaka (Michelia champaka), meranti (Shorea sp.), mersawa (Anisoptera curtisii), keruing (Dipterocarpus sp.) dan rotan (Calamus sp.) (Tambling Wildlife Nature Conservation, 2009). 4.6.2 Fauna Secara umum terdapat sedikitnya 118 jenis mamalia termasuk 7 jenis primata, 425 jenis burung termasuk 9 jenis rangkong, 51 jenis ikan dan 52 jenis herpetofauna (reptil dan amfibi) hidup dikawasan TNBBS (Statistik TNBBS, 2007). Mamalia yang hidup di kawasan TWNC antara lain beruang madu (Helarctos malayanus), badak sumatera (Dicerorhinos sumatrensis), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), tapir (Tapirus indicus), kancil (Tragulus javanicus kanchi), rusa sambar (Cervus unicolor), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus), ungko (Hylobates agilis), siamang (H. syndactylus syndactylus), simpai (Presbytis
19
melalophos fuscamurina), cecah (Presbytis melalophos), tarsius (Tarsius bancanus) dan kalong (Pteropus vampyrus). Reptil antara lain penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu belimbing (Dermochelis coriacea) (Tambling Wildlife Nature Conservation, 2009). 4.7 Masyarakat di Sekitar Kawasan Terdapat satu buah dusun encleave di kawasan pengelolaan kolaboratif BTNBBS dan TWNC yaitu dusun pengekahan yang termasuk didalam wilayah administrasi Desa Way Haru. Dua desa lainnya yang langsung berdampingan dengan kawasan adalah Bandar Dalam dan Tampang.
20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Habitat Burung 5.1.1.1 Habitat Hutan Pantai Pengamatan burung pada habitat hutan pantai dilakukan di daerah Sekawat, Danau Sleman, dan Blambangan dimana setiap lokasi terdiri dari satu jalur pengamatan. Habitat hutan pantai dilokasi penelitian memiliki ketinggian tempat berkisar antara 0-20 mdpl. Hutan pantai pada ketiga lokasi penelitian mempunyai karakteristik yang hampir sama yaitu topografi yang landai dan kondisi lantai hutan berupa tanah berpasir. Pada daerah Sekawat dan Danau Sleman mempunyai penutupan tajuk yang cukup rapat, sedangkan pada daerah Blambangan daerahnya agak terbuka. Vegetasi yang terdapat pada habitat hutan pantai
yaitu
waru
laut
(Hibiscus
tiliaceus),
nyamplung
(Callophyllum
inophyllum), keben (Barringtonia asiatica), cemara laut (Casuarina equisetifolia), bayur (Sterculia sp), jambuan (Eugenia sp), dan ketapang laut (Terminalia sp). Pada habitat hutan pantai ini dilakukan analisis vegetasi pada tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai. Pada tingkat pohon, Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah jenis waru laut (Hibiscus tiliaceus) sebesar 114.49 % dan INP terendah adalah jenis ketapang laut (Terminalia sp) yaitu 19.63 %. INP tertinggi pada tingkat tiang dan pancang adalah jenis waru laut (Hibiscus tiliaceus) dengan INP masing-masing yaitu 162.27% dan 102.63%, sedangkan INP tertinggi pada tingkat semai adalah jenis nyamplung (Callophyllum inophyllum) sebesar 141.07%. Indeks nilai penting (INP) tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Stratifikasi vegetasi pada habitat hutan pantai terdapat tiga strata vegetasi yaitu strata C (5-20 m), strata D (1-4.9 m), dan strata E (<1 m). Pada strata C terdapat jenis pohon Ketapang laut (Terminalia sp) dan Keben (Barringtonia asiatica). Pada strata D terdapat jenis nyamplung (Callophyllum inophyllum), dan pada strata E terdapat jenis waru laut (Hibiscus tiliaceus). Pada Gambar 4 merupakan kondisi vegetasi habitat hutan pantai dan peta profil tingkat pohon dapat dilihat pada Gambar 5.
21
Gambar 4 Vegetasi di habitat hutan pantai.
Gambar 5 Profil vegetasi pohon di habitat hutan pantai.
5.1.1.2 Habitat Hutan Dataran Rendah Pengamatan burung pada habitat hutan dataran rendah dilakukan di Tanjung Mas, Duku Satu dan Way Sleman Atas dimana setiap lokasi terdiri dari satu jalur. Topografi pada lokasi penelitian habitat ini sebagian besar adalah datar dengan sedikit bergelombang dan habitat ini memiliki ketinggian tempat berkisar
antara 45-70 mdpl. Habitat hutan dataran rendah yang dijadikan lokasi penelitian merupakan perpaduan antara hutan primer dan hutan sekunder, karena jalur yang dilewati pada saat pengamatan terdapat vegetasi dengan tajuk yang rapat (hutan primer) dan ada juga vegetasi dengan tajuk yang jarang. Vegetasi yang terdapat
22
pada habitat hutan dataran rendah yaitu meranti (Shorea sp), keruing
(Dipterocarpus sp), medangan (Litsea sp), kayu amplas/amplasan (Sterculia rubiginosa), dan laban (Vitex quinana), selain itu juga ada jenis lain seperti jahe hutan (Zingiber sp), dan pisang hutan (Musa sp). Pada tingkat pohon, Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dimiliki oleh
jenis meranti (Shorea sp) sebesar 66.71 % dan INP terendah dimiliki oleh jenis kayu pancal kijang (Dryopetes ovalis) sebesar 7.84 %. INP tertinggi pada tingkat tiang adalah jenis amplasan (Sterculia rubiginosa) dengan INP 60.92%. Pada tingkat pancang INP tertinggi adalah jenis pepasang (Quersus sp.) sebesar 41.43%, dan pada tingkat semai adalah jenis medangan (Litsea sp) dengan INP 56.11%. Indeks nilai penting (INP) tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Stratifikasi vegetasi pada habitat hutan dataran rendah terdapat lima strata vegetasi yaitu strata A(>30 m), strata B (20-30 m), strata C (5-20 m), strata D (14.9 m), dan strata E (<1 m). Pada strata A terdapat jenis meranti (Shorea sp), kayu
amplas/amplasan (Sterculia rubiginosa), pohon keruing (Dipterocarpus sp). Pada strata B terdapat jenis damar mata kucing (Shorea javanica). Pada strata C terdapat jenis medangan (Litsea sp). Pada strata D terdapat jenis amplasan
(Sterculia rubiginosa), dan pada strata E terdapat jenis meranti (Shorea sp). Pada Gambar 6 merupakan kondisi kondisi vegetasi habitat hutan dataran rendah dan peta profil tingkat pohon dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 6 Vegetasi di habitat hutan dataran rendah.
23
Gambar 7 Profil vegetasi pohon di habitat hutan dataran rendah. 5.1.1.3 Habitat Perkebunan Pengamatan di jalur kebun dilakukan di daerah Sekawat, Tanjung Mas, dan Pulau-pulau. Habitat perkebunan di lokasi penelitian merupakan kebun campuran yaitu tanaman kopi (Coffea robusta) dan cokelat (Thebroma cacao). Pada area ini terdapat pohon dadap (Erythrina crista) yang digunakan sebagai tanaman peneduh untuk tanaman kopi dan cokelat. Selain itu, terdapat tanaman lain yang ditanam seperti pohon sengon (Paraserianthes falcataria) dan pohon jengkol (Pithecollobium labatum). Untuk pohon jengkol ditanam di tepi tanaman pokok atau berada di sepanjang jalur tepi jalan. Habitat ini terletak pada
24
ketinggian 27-117 mdpl. Tanaman kopi mempunyai jarak tanam 2-3 meter, tanaman cokelat mempunyai jarak tanam 3-4 meter, sedangkan pohon dadap mempunyai jarak tanam ±6 meter. Jalur pengamatan pada daerah Pulau-pulau mempunyai karakteristik yang cukup berbeda dengan jalur pengamatan di daerah Sekawat dan Tanjung Mas karena jalur kebun kebun yang ada di daerah Pulau-pulau merupakan kebun yang sudah lama ditinggal pemilikinya dan sudah banyak ditumbuhi oleh semak belukar. Stratifikasi vegetasi pada habitat perkebunan terdapat tiga strata vegetasi yaitu strata C, strata B, dan strata E. Strata Strata C terdapat jenis dadap (Erythrina
crista), sengon (Paraserianthes falcataria) dan jengkol (Pithecollobium labatum), starata D yaitu jenis kopi (Coffea robusta) dan cokelat (Thebroma cacao). Pada
Gambar 8 merupakan kondisi vegetasi habitat perkebunan dan dan peta profil tingkat pohon dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 8 Vegetasi di habitat perkebunan.
Gambar 9 Profil vegetasi pohon di habitat perkebunan.
25
5.1.1.4 Habitat Padang Rumput Pengamatan di padang rumput dilakukan di daerah Belimbing karena
daerah ini mempunyai hamparan rumput yang cukup luas. Jalur 1 dan 3 yang digunakan adalah padang rumput sepanjang airstrip. Jalur dua adalah padang rumput yang berada diantara kawasan Belimbing dan Panimbangan. Habitat padang rumput memiliki topografi yang datar datar dan berada pada ketinggian tempat
berkisar antara 0-15 mdpl. Vegetasi
di
habitat
padang
rumput
didominasi
oleh
jenis
kerawatan/grinting (Cyonodon dactylon) dan suket dom-doman/rumput jarum (Andropogon aciculatus). aciculatus). Selain itu, terdapat jenis lain seperti meniran (Phyllantus niruri), katelan (Commelina nudiflora L), wudelan (Cyperus kyllingia), rumput teki biasa (Cyperus rotundus), paitan (Axonopus compressus), krokot (Portulaca oleracea), patikan kebo (Euphorbia hirta), dan semanggi gunung (Oxalis corniculata). Selain jenis rumput terdapat juga jenis semak belukar ditepi padang rumput seperti alang-alang (Imperata cylindrica). Pada
Gambar 10 merupakan kondisi vegetasi habitat padang rumput dan jenis vegetasi yang mendominasi habitat tersebut (kerawatan).
a
b
Gambar 10 Habitat padang rumput a). kondisi vegetasi habitat di padang rumput, b). jenis vegetasi yang mendominasi padang rumput yaitu kerawatan (Cyonodon dactylon).
26
5.1.2 Burung 5.1.2.1 Kekayaan Jenis Burung Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon pada empat tipe habitat, total jenis burung yang dijumpai adalah 116 jenis, terdiri atas 38 suku (Lampiran 3). Berikut adalah grafik kekayaan jenis burung yang diperoleh dengan menggunakan metode daftar jenis MacKinnon dari empat tipe habitat pada areal penelitian (Gambar 11). 70 65
64
Jumlah jenis
60 5253
50 40 30 20 10 0 1 3 5 Hutan pantai
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 Daftar keHutan dataran rendah Perkebunan
Padang rumput
Gambar 11 Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon di empat tipe habitat. Berdasarkan metode IPA, habitat yang memiliki jumlah jenis burung paling banyak adalah habitat perkebunan, sebanyak 62 jenis burung dari 28 famili, habitat hutan dataran rendah memiliki jumlah jenis burung sebanyak 54 jenis burung dari 25 famili, habitat padang rumput memiliki jumlah jenis burung sebanyak 47 jenis burung dari 27 famili, sedangkan habitat hutan pantai memiliki jumlah jenis burung sebanyak 44 jenis burung dari 22 famili (Gambar 12).
27
Jumlah jenis burung
70
62
60
54
50
47
44
40 30
28
25
22
27
20 10 0 Hutan dataran rendah
Hutan pantai
Perkebunan
Padang rumput
Tipe habitat Jenis
Suku
Gambar 12 Perbandingan jumlah jenis burung di setiap tipe habitat. Suku dengan jumlah jenis burung paling banyak adalah dari suku Cuculidae sejumlah 10 jenis, kemudian suku Accipitridae (7 jenis), Columbidae (7 jenis), Silviidae (6 jenis), Alcenidae, Picidae, Pycnonotidae, dan Nectariniidae
masing-masing sebanyak 5 jenis. Suku jenis burung yang lain berkisar antara 1-4 jenis yang ditemukan dilokasi penelitian. Pada Gambar Gambar 13 disajikan jumlah jenis burung pada setiap suku. 12 10 Jumlah jenis
10 7
7
8
6
6
5
5
4
4 4
4
3 2
2
1
5 3
2 1
1
4
2 1
5 4
3
3
2 2 1
1
2 1
3
3
2 2 2 1
0
Suku
Gambar 13 Jumlah keanekaragaman jenis burung pada setiap suku.
1
28
5.1.2.2 Komposisi dan Struktur Burung 5.1.2.2.1 Penyebaran Jenis Burung Berdasarkan hasil analisa penyebaran lokal jenis burung terdapat 3 jenis burung yang hanya dijumpai pada habitat hutan pantai, 9 jenis burung pada habitat hutan dataran rendah, 11 pada habitat perkebunan, dan habitat padang rumput sebanyak 9 jenis burung, selengkapnya tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Penemuan jenis burung menurut lokasi penyebarannya Tipe habitat Jenis Burung Jumlah Hanya pada satu habitat Egretta sacra Aethopiga siparaja 3 Hutan Pantai (HP) Pitta granatina Ninox scutulata Dicrurus hottentottus Hemiprocne comata Platysmurus leucopterus Hutan dataran Lacedo pulchella Lanius cristatus 9 rendah (HDR) Reinwardtipicus validus Arachnothera flavigaster Hemipus hirundinaceus Spizaetus cirrhatus Orthotomus sericeus Geopelia striata Anthreptes malaccensis Cuculus sepulcralis Dicaeum trigonostigma 11 Perkebunan Aegithina tiphia Zosterops palpebrosus Chloropsis sonnerati Lonchura leucogastroides Gerygone sulphurea Elanus caeruleus Cisticola juncidis Amaurornis phoenicurus Motacilla cinerea Padang rumput Caprimulgus macrurus Lanius schach 9 (PR) Buceros rhinoceros Lonchura punctulata Lalage nigra Gallus gallus Pycnonotus aurigaster Treron vernans Pycnonotus goiavier Cacomantis merulinus Pycnonotus simplex Collocalia esculenta Dicrurus paradiseus Pada empat tipe Todirhampus chloris Orthotomus ruficeps 17 habitat Merops viridis Prinia familiaris Megalaima haemachepala Nectarinia jugularis Hirundo tahitica Dicaeum cruentatum Pycnonotus melanicterus Pada dua tipe habitat Gallus gallus Chloropsis cyanopogon Treron vernans Pycnonotus melanicterus Cacomantis merulinus Pycnonotus aurigaster Phaenicophaeus tristis Pycnonotus goiavier Phaenicophaeus chlorophaeus Pycnonotus simplex Phaenicophaeus curvirostris Pycnonotus brunneus Collocalia esculenta Dicrurus macrocercus 27 HP dan HDR Todirhampus chloris Dicrurus paradiseus Merops viridis Orthotomus atrogularis Aceros undulatus Orthotomus ruficeps Megalaima haemachepala Prinia familiaris Picus miniaceus Nectarinia jugularis Dendrocopus moluccensis Dicaeum cruentatum Hirundo tahitica Keterangan: HP = Hutan Pantai, HDR = Hutan Dataran Rendah, PR = Padang Rumput
29
Tabel 3 Lanjutan Tipe habitat
Jenis Burung Jumlah Gallus gallus Hirundo tahitica Treron vernans Chloropsis cyanopogon Macropygia ruficeps Pycnonotus melanicterus Streptopelia chinensis Pycnonotus aurigaster Cacomantis merulinus Pycnonotus goiavier Phaenicophaeus chlorophaeus Pycnonotus simplex Phaenicophaeus curvirostris Pycnonotus brunneus Collocalia esculenta Dicrurus paradiseus 31 HP dan Kebun Todirhampus chloris Copsychus saularis Merops viridis Orthotomus atrogularis Aceros undulatus Orthotomus ruficeps Anthracoceros albirostris Prinia familiaris Megalaima haemachepala Nectarinia jugularis Picus puniceus Dicaeum cruentatum Dendrocopus moluccensis Lonchura maja Hirundo rustica Fregata andrewsi Megalaima haemachepala Haliaeetus leucogaster Picus miniaceus Gallus gallus Hirundo tahitica Treron vernans Pycnonotus melanicterus Ducula bicolor Pycnonotus aurigaster Macropygia ruficeps Pycnonotus goiavier Streptopelia chinensis Pycnonotus simplex Cacomantis merulinus Dicrurus paradiseus 29 HP dan PR Eudynamys scolopacea Copsychus saularis Centropus sinensis Orthotomus ruficeps Centropus bengalensis Prinia familiaris Collocalia esculenta Nectarinia jugularis Todirhampus chloris Dicaeum cruentatum Merops viridis Lonchura maja Anthracoceros albirostris Spilornis cheela Eurylaimus ochromalus Ictinaetus malayensis Hirundo tahitica Gallus gallus Pericrocotus flammeus Treron vernans Chloropsis cyanopogon Ducula aenea Chloropsis cochinchinensis Chalcophaps indica Pycnonotus melanicterus Cacomantis merulinus Pycnonotus aurigaster Surniculus lugubris Pycnonotus goiavier Phaenicophaeus chlorophaeus Pycnonotus simplex Phaenicophaeus curvirostris Pycnonotus brunneus 40 HDR dan Kebun Collocalia esculenta Dicrurus sumatranus Hemiprocne longipenis Dicrurus paradiseus Halcyon smynensis Corvus enca Todirhampus chloris Orthotomus atrogularis Merops viridis Orthotomus ruficeps Aceros undulatus Prinia familiaris Megalaima mystacophanos Gracula religiosa Megalaima haemachepala Nectarinia jugularis Dendrocopus moluccensis Arachnothera longirostra Corydon sumatranus Dicaeum cruentatum Gallus gallus Hirundo tahitica Treron vernans Pycnonotus melanicterus 25 HDR dan PR Chalcophaps indica Pycnonotus aurigaster Keterangan: HP = Hutan Pantai, HDR = Hutan Dataran Rendah, PR = Padang Rumput
30
Tabel 3 Lanjutan Tipe habitat
Jenis Burung Jumlah Cacomantis merulinus Pycnonotus goiavier Surniculus lugubris Pycnonotus simplex Collocalia esculenta Dicrurus paradiseus Halcyon smynensis Corvus enca Todirhampus chloris Orthotomus ruficeps Merops viridis Prinia familiaris HDR dan PR Megalaima rafflesii Gracula religiosa Megalaima haemachepala Nectarinia jugularis Picus miniaceus Dicaeum cruentatum Pitta guajana Microhierax fringillarius Pycnonotus melanicterus Gallus gallus Pycnonotus aurigaster Treron vernans Pycnonotus goiavier Macropygia ruficeps Pycnonotus simplex Streptopelia chinensis Dicrurus paradiseus Chalcophaps indica Irena puella Cacomantis merulinus Corvus enca Surniculus lugubris Copsychus saularis 30 Kebun dan PR Collocalia esculenta Orthotomus ruficeps Halcyon smynensis Prinia familiaris Todirhampus chloris Motacilla flava Merops viridis Gracula religiosa Anthracoceros albirostris Nectarinia jugularis Megalaima haemachepala Dicaeum cruentatum Hirundo tahitica Lonchura maja Phaenicophaeus chlorophaeus Chloropsis cyanopogon Phaenicophaeus curvirostris Pycnonotus brunneus 7 HP-HDR-Kebun Aceros undulatus Orthotomus atrogularis Dendrocopus moluccensis Picus miniaceus 1 HP-HDR-PR Copsychus saularis Lonchura maja 2 HP-Kebun-PR Chalcophaps indica Corvus enca Surniculus lugubris Gracula religiosa 5 HDR-Kebun-PR Halcyon smynensis Keterangan: HP = Hutan Pantai, HDR = Hutan Dataran Rendah, PR = Padang Rumput
Jenis yang ditemukan pada empat tipe habitat penelitian sebanyak 17 jenis burung. Jenis-jenis tersebut berasal dari 13 suku berbeda, yaitu suku Phasianidae (Gallus gallus), suku Columbidae (Treron vernans), suku Cuculidae (Cacomantis merulinus), suku Apodidae (Collocalia esculenta), suku Alcenidae (Todirhampus chloris), suku Meropidae (Merops viridis), suku Capitonidae (Megalaima haemachepala), suku Hirundinidae (Hirundo tahitica), suku Pycnonotidae (Pycnonotus melanicterus, P. aurigaster, P. goiavier dan P. simplex), suku Dicruridae (Dicrurus paradiseus), suku Silviidae (Orthotomus ruficep dan Prinia familiaris), suku Nectariniidae (Nectarinia jugularis), dan dari suku Dicaeidae (Dicaeum cruentatum).
31
5.1.2.2.2 Jenis dan Struktur Pakan Burung memanfaatkan jenis pakan yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terdapat 7 kelompok burung berdasarkan jenis pakannya di empat tipe habitat penelitian yaitu burung pemakan serangga (insectivora),
pemakan biji (granivora), pemakan daging (carnivora), pemakan buah (frugivora), pemakan nektar (nectarivora), pemakan ikan (piscivora), dan pemakan bagian tumbuhan lainnya (herbivora). Secara umum jenis burung dilokasi penelitian penelitian didominasi oleh jenis-jenis burung pemakan serangga (insectivora) sebanyak 86 jenis (74,14%), pemakan biji
(granivora) sebanyak 12 jenis (10.34%), pemakan daging (carnivora) (carnivora) sebanyak 18 jenis (15.52%), pemakan buah (frugivora) sebanyak 37 jenis (31.90%),
pemakan nektar (nectarivora) nectarivora) sebanyak 9 jenis (7.76%) dan pemakan ikan (piscivora) sebanyak 13 jenis (11.21%), dan pemakan daun (herbivora (herbivora) sebanyak 2 jenis (1.72%) (Gambar 14). Jumlah jenis burung 2
13 9
Insectivora Granivora Carnivora 37
86
Frugivora Nectarivora Piscivora Herbivora
18 12
Gambar 14 Penggunaan jenis pakan oleh burung di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC). Pada habitat hutan pantai, didominasi oleh jenis burung pemakan serangga
(insectivora) sebanyak 33 jenis (75%), pemakan buah (frugivora (frugivora) sebanyak 18 jenis (40.91%), pemakan biji (granivora), pemakan daging (carnivora) dan
pemakan ikan (piscivora) masing-masing sebanyak 4 jenis (9.09%), dan pemakan nektar (nectarivora) sebanyak 3 jenis (6.82%) (Gambar 15).
32
Jumlah jenis burung 4
3
Insectivora Granivora 18
33
Carnivora Frugivora Nectarivora Piscivora
4 4
Gambar 15 Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat hutan pantai.
Pada habitat hutan dataran rendah, didominasi oleh jenis burung pemakan
serangga (insectivora) insectivora) sebanyak 45 jenis (83.33%), pemakan biji (granivora) sebanyak 2 jenis (3.70%), pemakan daging (carnivora) sebanyak 8 jenis (14.81%), pemakan buah (frugivora) sebanyak 22 jenis (40.74%), pemakan nektar
(nectarivora) sebanyak 4 jenis (7.41%) dan pemakan ikan (piscivora) sebanyak 3 jenis (5.56%) (Gambar 16).
Jumlah jenis burung 3
4
Insectivora Granivora
22
Carnivora 45
Frugivora Nectarivora Piscivora
8 2
Gambar 16 Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat hutan dataran rendah. Pada habitat perkebunan, didominasi oleh jenis burung pemakan serangga
(insectivora) sebanyak 46 jenis (74.19%), pemakan biji (granivora (granivora) dan pemakan daging (carnivora) 8 jenis (12.90%), pemakan buah (frugivora) sebanyak 26 jenis
33
(41.94%), pemakan nektar (nectarivora) sebanyak 6 jenis (8.67%) dan pemakan
ikan (piscivora) sebanyak 3 jenis (4.84%) (Gambar 17). Jumlah jenis burung 3
6
Insectivora Granivora 26
46
Carnivora Frugivora Nectarivora Piscivora
8 8
Gambar 17 Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat perkebunan. Pada habitat padang rumput, didominasi oleh jenis burung pemakan
serangga (insectivora) insectivora) sebanyak 34 jenis (72.34%), pemakan biji (granivora) dan pemakan daging (carnivora) 6 jenis (12.77%), pemakan buah (frugivora) sebanyak 9 jenis (40.43%), pemakan nektar (nectarivora) sebanyak 2 jenis (4.56%) dan pemakan ikan (piscivora) sebanyak 4 jenis (8.51%) (Gambar 18).
Jumlah jenis burung 2
4
Insectivora Granivora 19 34
Carnivora Frugivora Nectarivora Piscivora
6 6
Gambar 18 Penggunaan jenis pakan oleh burung di habitat padang rumput.
34
Jenis burung dan jenis pakan burung disajikan secara lengkap pada tabel 4. Tabel 4 Jenis burung dan jenis pakan burung yang ditemukan dilokasi penelitian Jenis pakan Insectivora
Granivora
Carnivora Frugivora
Nectarivora
Piscivora C dan P I dan C
I dan F
Keterangan :
Jenis burung Jumlah Centropus sinensis Hemipus hirundinaceus 42 Centropus bengalensis Lalage nigra Caprimulgus macrurus Pericrocotus flammeus Caprimulgus affinis Dicrurus macrocercus Collocalia esculenta Dicrurus hottentottus Hemiprocne longipenis Dicrurus sumatranus Hemiprocne comata Dicrurus paradiseus Harpactes duvaucelii Stachyris erythroptera Merops viridis Copsychus saularis Picus puniceus Enicurus leschenaulti Picus miniaceus Zoothera adromedae Meiglyptes tristis Gerygone sulphurea Dendrocopus moluccensis Orthotomus atrogularis Reinwardtipicus validus Orthotomus ruficeps Corydon sumatranus Orthotomus sericeus Cymbirhynchus macrorhynchus Prinia familiaris Eurylaimus ochromalus Cisticola juncidis Pitta granatina Motacilla cinerea Pitta guajana Motacilla flava Hirundo rustica Lanius cristatus Hirundo tahitica Lanius schach Streptopelia chinensis Lonchura punctulata 5 Geopelia striata Lonchura maja Lonchura leucogastroides Elanus caeruleus Ictinaetus malayensis 4 Spilornis cheela Spizaetus cirrhatus Treron vernans Aceros undulatus 8 Ducula aenea Anthracoceros albirostris Ducula bicolor Buceros rhinoceros Chalcophaps indica Buceros bicornis Anthreptes malaccensis Arachnothera longirostra 5 Nectarinia jugularis Arachnothera flavigaster Aethopyga siparaja Fregata andrewsi Ardea cinerea 4 Ardea sumatrana Ardea purpurea Haliaeetus leucogaster Ichthyophaga ichthyatus 2 Microhierax fringillarius Ketupa ketupu 5 Phaenicophaeus curvirostris Ninox scutulata Otus lempiji Cuculus saturatus Aegithina tiphia 22 Cacomantis merulinus Chloropsis cyanopogon Cuculus sepulcralis Chloropsis sonnerati Surniculus lugubris Chloropsis cochinchinensis Eudynamys scolopacea Pycnonotus melanicterus Phaenicophaeus tristis Pycnonotus aurigaster Phaenicophaeus chlorophaeus Pycnonotus goiavier Megalaima rafflesii Pycnonotus simplex Megalaima mystacophanos Pycnonotus brunneus Megalaima australis Irena puella Megalaima haemachepala Platysmurus leucopterus C = Carnivora, F = Frugivora, G = Granivora, I = Insectivora, N = Nectarivora, P = Piscivora, H = Herbivora
35
Tabel 4 Lanjutan Jenis pakan I dan N I dan P G dan F F dan H I, C, dan P
I, G, dan H I, G, dan F I, G, dan C I, G, dan P I, C, dan F I, F, dan N Keterangan :
Jenis burung Jumlah Dicaeum cruentatum 3 Pronochilus percussus Dicaeum trigonostigma 1 Alcedo meninting 1 Macropygia ruficeps 1 Loriculus galgulus 5 Halcyon smynensis Egretta sacra Todirhampus chloris Pelargopsis capensis Lacedo pulchella 1 Rollulus rouloill Gracula religiosa Gallus gallus 3 Aplonis panayensis Argusianus argus 1 Amaurornis phoenicurus 1 Corvus enca 1 Zosterops palpebrosus 1 C = Carnivora, F = Frugivora, G = Granivora, I = Insectivora, N = Nectarivora, P = Piscivora, H = Herbivora
5.1.2.2.3 Status Burung Status jenis burung berhubungan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan kelestarian jenis. Dalam penelitian ini kategori kategori status perlindungan burung yang digunakan adalah PP No. 7 tahun 1999, IUCN, dan Appendix CITES. Dalam pengamatan ditemui 28 jenis burung dari 10 suku yang dilindungi
menurut PP No. 7 tahun 1999, 12 jenis dari 10 suku termasuk dalam kategori kelangkaan IUCN dan 19 jenis dari 8 suku termasuk dalam daftar CITES (Appendiks I & II) (Gambar 19; Lampiran 4). 14 12 12 10
11
11
9 8
8
7 6
6
6 4
4
4
3 2
2 0 Hutan pantai
Hutan dataran rendah PP No. 7 Th 1999
Perkebunan IUCN
Padang rumput
CITES
Gambar 19 Jumlah jenis burung yang dilindungi pada empat tipe habitat penelitian.
36
Di hutan pantai ditemukan 10 jenis burung yang statusnya dilindungi (Lampiran 5). Di hutan dataran rendah terdapat 18 jenis burung yang dilindungi pemerintah (Lampiran 6). Di perkebunan terdapat 16 jenis burung dilindungi pemerintah (Lampiran 7). Di padang rumput terdapat 12 jenis burung yang dilindungi pemerintah (Lampiran 8). 5.1.2.3 Dominansi dan Kelimpahan Jenis Burung Analisis dominansi burung digunakan untuk melihat bagaimana komposisi jenis burung yang dominan, sub-dominan, dan tidak dominan dalam komunitas burung yang diamati. Hasil analisis dominansi terhadap jumlah jenis burung yang ditemukan pada setiap tipe habitat ditunjukkan pada Tabel 5. Pada habitat hutan pantai jumlah jenis burung yang dominan sebanyak 5 jenis, habitat hutan dataran rendah 4 jenis, habitat perkebunan 6 jenis, dan habitat padang rumput 5 jenis. Tabel 5 Dominansi jenis burung pada empat tipe habitat Tipe habitat Hutan pantai Hutan dataran rendah Perkebunan Padang rumput
Dominan 6 5 6 5
Jenis burung Sub-dominan Tidak dominan 5 33 6 43 5 51 4 38
Jumlah 44 54 62 47
Jenis paling dominan pada empat tipe habitat yang diteliti adalah pergam laut (Ducula bicolor) dari suku Columbidae dengan nilai dominansi sebesar 25.90%. Terdapat lima jenis burung termasuk dalam kategori dominan dari 94 jenis secara keseluruhan (5.32%), jenis yang masuk dalam kategori subdominan sebanyak enam jenis (6.38 %), dan sisanya sebanyak 64 jenis burung (88.30%) merupakan jenis yang tidak dominan (Lampiran 9). Nilai dominansi dan sub-dominansi pada empat tipe habitat yang diteliti tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Dominansi jenis burung (dominan dan sub-dominan) pada empat tipe habitat Kategori Dominnasi Dominan
Sub-dominan
Jenis Burung Treron vernans Ducula bicolor Collocalia esculenta Pycnonotus aurigaster Pycnonotus simplex Ducula aenea Hirundo tahitica Pycnonotus melanicterus Pycnonotus goiavier Dicrurus paradiseus Prinia familiaris
Suku Columbidae Columbidae Apodidae Pycnonotidae Pycnonotidae Columbidae Hirundinidae Pycnonotidae Pycnonotidae Dicruridae Silviidae
Nilai Dominansi 6,47 25,9 14,7 8,09 6,66 2,69 2,05 4,11 4,13 2,81 4,36
37
Jenis yang masuk dalam kategori dominan dan sub-dominan pada hutan pantai diantaranya (Tabel 7), tabel lengkap lihat lampiran 10. Tabel 7 Jenis burung dominan dan sub-dominan pada tipe habitat hutan pantai Kategori Dominansi Dominan
Sub-dominan
Jenis burung Collocalia esculenta Todirhampus chloris Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus simplex Prinia familiaris Treron vernans Pycnonotus goiavier Dicrurus paradiseus Copsychus saularis Orthotomus ruficeps
Suku Apodidae Alcedinidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonoyidae Silviidae Columbidae Pycnonotidae Dicruridae Turdidae Silviidae
Nilai Dominansi 21,48 5,86 10,81 9,82 18,31 5,86 3,61 2,96 3,61 2,68 3,61
Jenis yang masuk dalam kategori dominan dan sub-dominan pada hutan dataran rendah diantaranya (Tabel 8), tabel lengkap lihat lampiran 11. Tabel 8 Jenis burung dominan dan sub-dominan pada tipe habitat hutan dataran rendah Kategori Dominansi Dominan
Sub-dominan
Jenis burung Ducula aenea Collocalia esculenta Pycnonotus melanicterus Pycnonotus simplex Dicrurus paradiseus Treron vernans Phaenicophaeus chlorophaeus Megalaima rafflesii Pycnonotus aurigaster Prinia familiaris Gracula religiosa
Suku Columbidae Apodidae Pycnonotidae Pycnonotidae Dicruridae Columbidae Cuculidae Capitonidae Pycnonotidae Silviidae Sturnidae
Nilai Dominansi 15,44 26,22 5,46 7,72 9,76 2,69 3,93 2,69 2,04 2,91 2,40
Jenis yang masuk dalam kategori dominan dan sub-dominan pada habitat perkebunan diantaranya (Tabel 9), tabel lengkap lihat lampiran 12. Tabel 9 Jenis burung dominan dan sub-dominan pada tipe habitat perkebunan Kategori Dominansi Dominan
Sub-dominan
Jenis burung Treron vernans Collocalia esculenta Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus simplex Prinia familiaris Geopelia striata Cacomantis merulinus Todirhampus chloris Pycnonotus goiavier Dicaeum cruentatum
Suku Columbidae Apodidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Silviidae Columbidae Cuculidae Alcenidae Pycnonotidae Dicaeidae
Nilai Dominansi 5,15 16,48 8,52 18,26 8,14 8,46 2,16 2,09 2,61 2,86 3,62
38
Jenis yang masuk dalam kategori dominan dan sub-dominan pada habitat padang rumput diantaranya (Tabel 10), tabel lengkap lihat lampiran 13. Tabel 10 Jenis burung dominan dan sub-dominan pada rumput Kategori Dominansi Dominan
Sub-dominan
Jenis burung Treron vernans Ducula bicolor Collocalia esculenta Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Hirundo tahitica Pycnonotus simplex Prinia familiaris Lonchura maja
tipe habitat padang
Suku Columbidae Columbidae Apodidae Pycnonotidae Pycnonotidae Hirundinidae Pycnonotidae Silviidae Ploceidae
Nilai Dominansi 15,94 89,49 15 10,70 10,78 4,88 3,94 5,19 6,37
Jenis yang memiliki kelimpahan terbesar pada empat tipe habitat penelitian adalah pergam laut (Ducula bicolor) dari suku Columbidae dengan nilai kelimpahan 0.26, sedangkan 10 jenis burung lainnya mempunyai nilai kelimpahan terendah dengan nilai 0.0001, yaitu elang brontok (Spizaetus cirrhatus), kareo padi (Amaurornis phoenicurus), kangkok ranting (Cuculus saturatus), cabak maling (Caprimulgus macrurus), cekakak batu (Lacedo pulchella), rangkong badak (Buceros rhinoceros), paok delima (Pitta granatina), srigunting jambulrambut (Dicrurus hottentottus), remetuk laut (Gerygone sulphurea), dan burungmadu sepah-raja (Aethopyga siparaja) (Lampiran 1). Kelimpahan terbesar pada tipe habitat hutan pantai adalah jenis walet sapi (Collocalia esculenta) suku Apodidae dengan nilai kelimpahan 0.22. Kelimpahan terbesar pada tipe habitat hutan dataran rendah adalah jenis walet sapi (Collocalia esculenta) suku Apodidae dengan nilai kelimpahan 0.26. Kelimpahan terbesar pada tipe habitat perkebunan adalah jenis cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) suku Apodidae dengan nilai kelimpahan 0.16. Kelimpahan terbesar pada tipe habitat padang rumput adalah jenis pergam laut (Ducula bicolor) dengan nilai kelimpahan 0.89. Kelimpahan jenis burung (tertinggi dan terendah) pada setiap tipe habitat tersaji pada Tabel 11.
39
Tabel 11 Kelimpahan jenis burung (tertinggi dan terendah) pada setiap tipe habitat Kategori kelimpahan Hutan pantai Tertinggi Terendah
Jenis Burung
Suku
Nilai kelimpahan
Collocalia esculenta Streptopelia chinensis Cuculus saturatus Eudynamys scolopacea Phaenicophaeus tristis Phaenicophaeus curvirostris Centropus sinensis Centropus bengalensis Pitta granatina Dicrurus macrocercus Orthotomus atrogularis
Apodidae Columbidae Cuculidae Cuculidae Cuculidae Cuculidae Cuculidae Cuculidae Pittidae Dicruridae Silviidae
0.22 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007
Hutan dataran rendah Tertinggi Collocalia esculenta Terendah Collocalia esculenta Surniculus lugubris Phaenicophaeus tristis Lacedo pulchella Halcyon smynensis Pericrocotus flammeus Dicrurus macrocercus Dicrurus hottentottus Dicrurus sumatranus Perkebunan Tertinggi Pycnonotus aurigaster Terendah Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Amaurornis phoenicurus Surniculus lugubris Pericrocotus flammeus Chloropsis cyanopogon Irena puella Gerygone sulphurea Arachnothera longirostra Padang rumput Tertinggi Ducula bicolor Terendah Surniculus lugubris Eudynamys scolopacea Centropus sinensis Caprimulgus macrurus Buceros rhinoceros Megalaima rafflesii Pitta guajana Irena puella
Apodidae Apodidae Cuculidae Cuculidae Alcenidae Alcenidae Campephagidae Dicruridae Dicruridae Dicruridae
0.26 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007 0.0007
Pycnonotidae Accipitridae Accipitridae Accipitridae Accipitridae Turnicidae Cuculidae Campephagidae Chloropseidae Oriolidae Silviidae Nectariniidae
0.18 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006
Columbidae Cuculidae Cuculidae Cuculidae Caprimulgidae Bucerotidae Capitonidae Pittidae Oriolidae
0.89 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004
5.1.2.4 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Jenis Burung Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang menunjukkan tinggi rendahnya keanekaragaman komunitas. Dari empat tipe habitat tersebut, tipe habitat yang memiliki indeks keanekaragaman jenis burung paling tinggi yaitu
40
tipe habitat perkebunan sebesar 2.93, indeks keanekaragaman pada habitat hutan pantai sebesar 2.60, indeks keanekaragaman pada habitat hutan dataran rendah sebesar 2.76, sedangkan indeks keanekaragaman jenis burung terkecil terdapat pada tipe habitat padang rumput yaitu 2.53 (Gambar 20). 3
2,93
2,9 2,76
Jumlah
2,8 2,7
2,6
2,6
2,53
2,5 2,4 2,3 Hutan pantai
Hutan dataran rendah
Perkebunan
Padang rumput
Tipe habitat
Gambar 20 Perbandingan indeks keanekaragaman pada tiap-tiap tipe habitat.
Nilai indeks kemerataan jenis burung (E) tertinggi yaitu di habitat perkebunan (E=0.71), pada habitat hutan pantai nilai kemerataannya sebesar 0.68, pada hutan dataran rendah nilai kemerataannya sebesar 0.69, 0.69, sedangkan nilai kemerataan jenis burung terendah yaitu habitat padang rumput sebesar 0.66
Jumlah
(Gambar 21). 0,72 0,71 0,7 0,69 0,68 0,67 0,66 0,65 0,64 0,63
0,71 0,69 0,68
0,66
Hutan pantai
Hutan dataran rendah
Perkebunan
Padang rumput
Tipe habitat
Gambar 21 Perbandingan indeks kemerataan pada tiap-tiap tipe habitat.
41
5.1.2.5 Indeks Kesamaan Jenis Burung Jenis burung yang tercatat pada setiap tipe habitat memiliki kesamaan jenis burung yang ditemukan di habitat lainnya. Indeks kesamaan jenis burung digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan jenis burung yang ditemukan pada seluruh tipe habitat. Hasil analisis menunjukan bahwa indeks kesamaan jenis burung tertinggi adalah antara tipe habitat hutan dataran rendah dengan habitat perkebunan (ISJ=0.54), dan tipe habitat yang memiliki indeks kesamaan jenis burung terendah adalah antara tipe habitat hutan dataran rendah dengan padang rumput (ISJ=0.33) (Tabel 12). Tabel 12 Indeks kesamaan jenis (ISJ) burung pada empat tipe habitat di Tambling Wildlife Nature Concervation (TWNC) No
Jumlah Jenis Pada
Lokasi
a
b
c
IS
1
Hutan pantai
Hutan dataran rendah
17
27
27
0,38
2
Hutan pantai
Perkebunan
13
31
31
0,41
3
Hutan pantai
Padang rumput
15
16
29
0,48
4
Hutan dataran rendah
Perkebunan
12
22
40
0,54
5
Hutan dataran rendah
Padang rumput
28
22
25
0,33
16
30
0,38
6 Perkebunan Padang rumput 32 Keterangan: a = jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 1, b = jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 2, c = jumlah jenis yang terdapat di lokasi 1 dan 2
Untuk lebih jelasnya hubungan kesamaan jenis antar tipe habitat tersebut dapat dilihat pada dendogram di bawah ini (Gambar 22). Hutan dataran rendah 0.54 Perkebunan
0.38
Hutan pantai
0.33
Padang rumput 1
IS
Gambar 22 Dendrogam kesamaan jenis burung antar empat tipe habitat.
0
42
5.1.2.6 Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung Perhitungan dengan menggunakan uji t diperlukan untuk melihat sejauh mana suatu komunitas jenis memiliki perbedaan atau persamaan dengan komunitas lain. Komunitas jenis burung yang dibandingkan yaitu komunitas pada tiap habitat. Parameter yang dibandingkan adalah indeks keanekaragaman jenis (H’) pada masing-masing habitat disetiap jalur pengamatan. Berdasarkan uji t, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal keanekaragaman jenis burung antar empat habitat yang diteliti (Tabel 13, Lampiran 14). Tabel 13 Nilai uji beda keanekaragaman jenis burung pada empat habitat penelitian Habitat
Hutan pantai
Hutan pantai 0 Hutan dataran rendah Perkebunan Padang rumput Keterangan: * : All values in column are identical ns : non significat s : significant
Hutan dataran rendah 0.67 ns 0
Perkebunan ns
1.60 0.66 ns 0
Padang rumput 1.27 ns 1.43 ns 1.93 ns 0
5.1.3 Penggunaan dan Pemanfaatan Vegetasi oleh Burung Penyebaran burung secara vertikal pada tiap-tiap tipe habitat berkaitan dengan stratifikasi vegetasi. Setiap strata memiliki kemampuan yang dapat mendukung kehidupan jenis burung tertentu. Burung memanfaatkan strata vegetasi untuk melakukan aktivitas seperti mencari makan, tempat berisrahat, dan tempat berlindung. Dalam penelitian ini jenis aktivitas yang ditulis adalah aktivitas terbang, bertengger, suara, dan berjalan.
5.1.3.1 Habitat Hutan Pantai Burung-burung di hutan pantai menyebar pada strata C sampai strata E (Gambar 23). Jenis burung yang dijumpai pada strata E (0-1m) sebanyak dua jenis antara lain ayam-hutan merah (Gallus gallus) dan paok delima (Pitta granatina). Pada Strata D (1-4.9m) ditemukan jenis burung sebanyak 10 jenis. Pada strata C (5-20m) ditemukan jenis burung sebanyak 24 jenis, dan pada tipe diatas strata C (>20m) ditemukan jenis burung sebanyak 8 jenis. Selengkapnya tersaji pada Table 14.
43
>C C
D E Gambar 23 Pemanfaatan strata vegetasi oleh beberapa jenis burung pada tipe habitat hutan pantai. Tabel 14 Penyebaran vertikal burung pada habitat hutan pantai Strata E Strata D
Strata C
Strata > C
Gallus gallus Centropus sinensis Centropus bengalensis Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Treron vernans Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Cuculus saturatus Cacomantis merulinus Eudynamys scolopacea Phaenicophaeus tristis Fregata andrewsi Egretta sacra Haliaeetus leucogaster
Pitta granatina Pycnonotus simplex Pycnonotus brunneus Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Todirhampus chloris Merops viridis Megalaima haemachepala Picus puniceus Picus miniaceus Dendrocopus moluccensis Collocalia esculenta Aceros undulatus Anthracoceros albirostris
Prinia familiaris Lonchura maja
Chloropsis cyanopogon Pycnonotus melanicterus Dicrurus macrocercus Dicrurus paradiseus Copsychus saularis Nectarinia jugularis Aethopyga siparaja Dicaeum cruentatum Hirundo rustica Hirundo tahitica
Jenis-jenis burung yang dijumpai umumnya memanfaatkan strata vegetasi di TWNC sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas yang dilakukan oleh burung tersebut diantaranya terbang, bertengger, bersuara, dan berjalan. Pada hutan pantai sebanyak 8 jenis burung memanfaatkan strata > C untuk beraktivitas dengan aktivitas tertinggi yaitu terbang (75%). Pada strata C dimanfaatkan 24 jenis burung dengan aktivitas yaitu bertengger (87.5%) dan terbang (29.17%). Terdapat 10 jenis pada strata D dengan aktivitas tertinggi yaitu bertengger (100%). Pada strata E terdapat 2 jenis burung yang memanfaatkan dengan aktivitas tertinggi yaitu berjalan (100%) (Tabel 15; Lampiran 15).
44
Tabel 15 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di hutan pantai Strata
Jumlah Jenis Burung
>C C D E
8 24 10 2
Aktivitas (%) Terbang 75 29,17 30 0
Bertengger 50 87,5 100 0
Bersuara 0 25 20 50
Berjalan 0 0 0 100
5.1.3.2 Habitat Hutan Dataran Rendah Penyebaran vertikal burung di hutan dataran rendah terdapat pada strata A sampai strata E (Gambar 24). Jenis burung yang dijumpai pada tipe diatas strata A sebanyak 4 jenis. Jenis burung yang dijumpai pada strata A (>30m) sebanyak 3 jenis. Pada strata B (20-30m) ditemukan sebanyak 11 jenis burung. Jenis burung yang ditemukan pada strata C (5-20m) sebanyak 26 jenis. Pada strata D (1-4.9m) ditemukan sebanyak 8 jenis burung dan pada strata E (0-1m) ditemukan sebanyak dua jenis burung. Selengkapnya tersaji pada Table 16. >A
A
B
C
D E Gambar 24 Pemanfaatan strata vegetasi oleh beberapa jenis burung pada tipe habitat hutan dataran rendah.
45
Tabel 16 Penyebaran vertikal burung pada habitat hutan dataran rendah Strata E Strata D
Strata C
Gallus gallus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Treron vernans Chalcophaps indica Phaenicophaeus tristis Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris
Pitta guajana Pycnonotus brunneus Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps Merops viridis Picus miniaceus Corydon sumatranus
Ninox scutulata
Pericrocotus flammeus
Lacedo pulchella
Chloropsis cyanopogon
Halcyon smynensis Todirhampus chloris Strata B
Ducula aenea
Strata A > Strata A
Cacomantis merulinus Surniculus lugubris Megalaima rafflesii Hemiprocne longipenis Spilornis cheela Ictinaetus malayensis
Prinia familiaris Lanius cristatus Dicrurus macrocercus Dicrurus hottentottus Dicrurus sumatranus
Eurylaimus ochromalus
Dicrurus paradiseus
Hemipus hirundinaceus
Nectarinia jugularis Arachnothera longirostra Arachnothera flavigaster
Chloropsis cochinchinensis Pycnonotus melanicterus Megalaima mystacophanos Megalaima haemachepala Dendrocopus moluccensis Reinwardtipicus validus Hemiprocne comata Collocalia esculenta Hirundo tahitica
Dicaeum cruentatum Platysmurus leucopterus Corvus enca Gracula religiosa Aceros undulatus
Habitat hutan dataran rendah digunakan oleh 54 jenis burung yang memanfaatkan habitat ini untuk beraktivitas. Pada strata E digunakan oleh dua jenis burung untuk aktivitas berjalan (100%). Sebanyak 8 jenis burung memanfaatkan strata D dengan aktivitas tertinggi bertengger (100%). Strata C dimanfaatkan oleh 26 jenis untuk bertengger (96.15.%), terbang (19.23%), dan bersuara (15.38%). Sebanyak 11 jenis burung memanfaatkan strata B dengan aktivitas tertinggi bersuara (63.64%), bertengger (54.55%), dan terbang (27.27). Sebanyak 3 jenis burung memanfaatkan bagian strata A dengan aktivitas terbang (100%), dan tengger (100%). Adapun diatas strata A sebanyak 4 jenis burung memanfaatkannya dengan aktivitas terbang (100%) dan bersuara (25%) (Tabel 17; Lampiran 16). Tabel 17 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di hutan dataran rendah Strata >A A B C D E
Jumlah Jenis Burung 4 3 11 26 8 2
Aktivitas (%) Terbang 100 100 27.27 19.23 37.50 0
Bertengger 0 100 54.55 96.15 100 0
Bersuara 25 0 63.64 15.38 25 0
Berjalan 0 0 0 0 100
46
5.1.3.3 Habitat Perkebunan Burung-burung di perkebunan menyebar pada strata C sampai strata E (Gambar 24). Jenis-jenis burung yang dijumpai pada tipe strata E (0-1m) sebanyak empat jenis antara lain jenis ayam-hutan merah (Gallus gallus), kareo padi (Amaurornis phoenicurus), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), dan bondol haji (Lonchura maja). Jenis burung yang dijumpai pada tipe strata D (14.9m) sebanyak 10 jenis. Jenis burung yang dijumpai pada tipe strata C (5-20m) sebanyak 34 jenis dan 14 jenis burung yang dijumpai pada tipe diatas strata C (> 20m). Selengkapnya dapat dilihat pada Table 18. >C
C D E Gambar 25 Pemanfaatan strata vegetasi oleh beberapa jenis burung pada tipe habitat perkebunan. Tabel 18 Penyebaran vertikal burung pada habitat perkebunan Strata E Strata D
Strata C
> Strata C
Gallus gallus Amaurornis phoenicurus Chalcophaps indica Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Treron vernans Ducula aenea Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Geopelia striata Cacomantis merulinus Cuculus sepulcralis Surniculus lugubris Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Halcyon smynensis Todirhampus chloris Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Collocalia esculenta
Lonchura leucogastroides Lonchura maja Pycnonotus brunneus Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps Orthotomus sericeus Merops viridis Picus puniceus Dendrocopus moluccensis Corydon sumatranus Eurylaimus ochromalus Pericrocotus flammeus Aegithina tiphia Chloropsis cyanopogon Chloropsis sonnerati Chloropsis cochinchinensis Pycnonotus melanicterus Dicrurus sumatranus Hemiprocne longipenis Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Megalaima mystacophanos Megalaima haemachepala
Prinia familiaris Motacilla flava
Dicrurus paradiseus Irena puella Copsychus saularis Gerygone sulphurea Anthreptes malaccensis Nectarinia jugularis Arachnothera longirostra Dicaeum trigonostigma Dicaeum cruentatum Zosterops palpebrosus
Hirundo rustica Hirundo tahitica Corvus enca Gracula religiosa
47
Habitat perkebunan dimanfaatkan oleh 62 jenis burung. Pada strata E aktivitas bertengger (50%), dan berjalan (50%). Strata D dimanfaatkan 10 jenis burung dengan aktivitas tertinggi bertengger (90%). Strata C dimanfaatkan 34 jenis burung untuk terbang (20.58%), bertengger (94.12%) dan bersuara (35.29%), sedangkan diatas strata C sebanyak 14 jenis burung memanfaatkannya dengan aktivitas terbang (71.43%), bertengger (14.28%) dan bersuara (28.57%) (Tabel 19; Lampiran 17). Tabel 19 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di perkebunan Strata
Jumlah Jenis Burung
>C C D E
14 34 10 4
Aktivitas (%) Terbang 71.43 20.58 40 0
Bertengger 14.28 94.12 90 50
Bersuara 28.57 35.29 20 0
Berjalan 0 0 0 50
5.1.3.4 Habitat Padang Rumput Jenis-jenis burung pada habitat padang rumput menyebar pada strata > E sampai strata E. Pada strata E ditemukan 12 jenis burung, sedangkan jenis yang dijumpai diatas strata E sebanyak 35 jenis. Selengkapnya tersaji pada Table 20. Tabel 20 Penyebaran vertikal burung pada habitat padang rumput Strata E
> Strata E
Gallus gallus Caprimulgus macrurus Halcyon smynensis Pitta guajana Fregata andrewsi Elanus caeruleus Haliaeetus leucogaster Microhierax fringillarius Treron vernans Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Chalcophaps indica Cacomantis merulinus Surniculus lugubris Eudynamys scolopacea
Lalage nigra Orthotomus ruficeps Prinia familiaris Cisticola juncidis Centropus sinensis Centropus bengalensis Collocalia esculenta Todirhampus chloris Merops viridis Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Megalaima rafflesii Megalaima haemachepala Picus miniaceus Hirundo tahitica Pycnonotus melanicterus
Motacilla flava Motacilla cinerea Lonchura punctulata Lonchura maja Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Dicrurus paradiseus Irena puella Corvus enca Copsychus saularis Lanius schach Gracula religiosa Nectarinia jugularis Dicaeum cruentatum
Habitat padang rumput dimanfaatkan oleh 47 jenis burung untuk melakukan berbagai aktivitas. Pada strata E sebanyak 12 jenis burung memanfaatkan untuk terbang (16.67%), bertengger (33.33%) dan berjalan (75%). Adapun diatas strata E sebanyak 35 jenis burung memanfaatkan untuk terbang (68.57%), bertengger (40%), bersuara (11.40%) dan berjalan (17.50) (Tabel 21; Lampiran 18).
48
Tabel 21 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di hutan padang rumput Strata
Jumlah Jenis Burung
>E E
35 12
Aktivitas (%) Terbang 68,57 16.67
Bertengger 40 33.33
Bersuara 11.40 0
Berjalan 0 75
5.2 Pembahasan 5.2.1 Habitat Burung Kawasan TWNC terletak diujung selatan wilayah TNBBS. Secara umum kawasan TWNC memiliki topografi yang cukup datar, landai, bergelombang, dan beberapa bukit-bukit curam. Kawasan TWNC merupakan kawasan dataran rendah dengan ketinggian tempat berkisar antara (0-175) mdpl. Dengan kondisi kawasan pada dataran rendah berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis burung, umumnya komposisi komunitas cenderung lebih kompleks dan keanekaragaman jenis burungnya lebih tinggi bila dibanding dengan kawasan dataran tinggi (Primack et al., 1998).
Kondisi vegetasi pada habitat hutan pantai memiliki tiga strata vegetasi. Pada strata C terdapat jenis burung cekakak sungai (Todirhampus chloris) dan cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), strata D terdapat jenis burung seperti cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) dan perenjak jawa (Prinia familiaris), dan strata E terdapat jenis burung seperti ayam-hutan merah (Gallus gallus) dan paok delima (Pitta granatina). Di habitat ini juga sering terlihat jenis burung air seperti kuntul karang (Egretta sacra) dan elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster). Hasil dari analisis vegetasi ditemukan bahwa pada tingkat pohon didominasi oleh jenis waru laut (Hibiscus tiliaceus). Kondisi vegetasi pada habitat hutan dataran rendah memiliki lima strata vegetasi. Pada strata A terdapat jenis burung dari suku Bucerotidae seperti julang emas (Aceros undulatus), strata B terdapat jenis burung takur warna-warni (Megalaima
mystacophanos)
dan
takur
ungkut-ungkut
(Megalaima
haemachepala). Strata C terdapat jenis burung pergam hijau (Ducula aenea) dan cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), strata D terdapat jenis burung seperti cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) dan perenjak jawa (Prinia familiaris), dan strata E terdapat jenis burung seperti paok pancawarna (Pitta guajana). Jenis
49
vegetasi pada habitat hutan dataran rendah didominasi oleh jenis meranti (Shorea sp). Kondisi habitat perkebunan berbeda dengan habitat hutan pantai maupun habitat hutan dataran rendah. Kondisi vegetasi pada habitat ini cenderung homogen sehingga kondisi tutupan tajuk relatif terbuka. Kondisi vegetasi pada habitat perkebunan memiliki tiga strata vegetasi. Pada strata C terdapat jenis burung perkutut jawa (Geopelia striata) dan merbah cerukcuk (Pycnonotus gioavier), strata D terdapat jenis burung seperti cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) dan strata E terdapat jenis burung seperti ayam-hutan merah (Gallus gallus) dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus). Pada umumnya jenis-jenis burung yang menempati habitat perkebunan merupakan jenis burung yang menyukai daerah terbuka dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap keberadaan manusia. Kondisi vegetasi di habitat padang rumput hanya memiliki satu strata saja yaitu strata E dengan jenis burungnya adalah kicuit kerbau (Motacilla flava), kicuit batu (Motacilla cinerea), dan ayam-hutan merah (Gallus gallus). Vegetsai padang rumput didominasi oleh jenis kerawatan/grinting (Cyonodon dactylon) dan suket dom-doman/rumput jarum (Andropogon aciculatus). Habitat ini sebenarnya merupakan landasan tempat pendaratan pesawat terbang (airstrip) sehingga intensitas gangguan terhadap keberadaan jenis burung cukup tinggi akibat adanya aktivitas tersebut. Jenis-jenis burung yang ditemukan pada habitat ini sebagian besar adalah jenis burung yang menetap pada habitat hutan pantai maupun hutan dataran rendah. Hal ini disebabkan karena habitat ini letaknya saling berbatasan atau berdekatan.
5.2.2 Burung 5.2.2.1 Kekayaan dan Keanekaragaman Jenis Burung Berdasarkan metode daftar jenis MacKinnon (List species) dengan metode titik hitung atau IPA didapatkan jumlah jenis yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena dalam penggunaan metode daftar jenis MacKinnon pengamat tidak hanya mencatat jenis-jenis yang dijumpai di dalam jalur pengamatan, tetapi juga mencatat jenis burung yang ada diluar jalur sekitar kawasan TWNC,
50
sedangkan metode IPA, pengamatan terbatas pada jalur sepanjang satu kilometer pada empat habitat yang diteliti. Waktu pencatatan juga berpengaruh dalam mendapatkan jumlah jenis. Pencatatan dengan metode daftar jenis MacKinnon dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari, sedangkan metode titik hitung atau IPA pencatatan hanya dilakukan pada pagi dan sore hari. Jenis-jenis yang dijumpai dengan metode daftar jenis MacKinnon tetapi tidak dijumpai dengan metode IPA antara lain, cangak laut (Ardea sumatrana), cangak abu (Ardea cinerea), cangak merah (Ardea purpurea), elang-ikan kepalakelabu (Ichthyophaga ichthyatus), puyuh sengayan (Rollulus rouloil), kuau raja (Argusianus argus), serindit melayu (Loriculus galgulus), celepuk reban (Otus lempiji), beluk ketupa (Ketupa ketupu), cabak kota (Caprimulgus affinis), luntur putri (Harpactes duvaucelii), raja-udang meninting (Alcedo meninting), pekaka emas (Pelargopsis capensis), rangkong papan (Buceros bicornis), takur tenggeret (Megalaima australis), caladi batu (Meiglyptes tristis), sempur-hujan sungai (Cymbirhynchus macrorhynchus), tepus-merbah sampah (Stachyris erythroptera), meninting besar (Enicurus leschenaulti), anis hutan (Zoothera adromedae), perling kumbang (Aplonis panayensis) dan pentis pelangi (Pronochilus percussus). Secara keseluruhan temuan banyaknya jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon (Gambar 11), kurva penemuan jenis burung masih menunjukkan bahwa kurva tersebut masih terus naik. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kemungkinan ditemukan jenis baru pada setiap tipe habitat yang diteliti bila waktunya ditambah. Berdasarkan informasi statistik TNBBS (2007), jumlah jenis burung yang baru diketahui di kawasan ini adalah sebanyak 450 jenis burung dengan jumlah jenis rangkong sebanyak 9 jenis. Hal ini berarti bahwa hanya 25.78% jenis burung yang ditemukan pada penelitian ini di kawasan TWNC dan 44.44% dari jenis rangkong. Pada penelitian ini suku jenis yang paling banyak ditemukan adalah suku Cuculidae sebanyak 10 jenis, kemudian suku Accipitridae dan Columbidae masing-masing sebanyak tujuh jenis. Jenis burung rangkong (suku bucerotidae) pada lokasi penelitian ditemukan sebanyak empat jenis. Suku Cuculidae banyak ditemukan karena burung ini tersebar pada semua tipe habitat yang diteliti. Suku
51
jenis ini memiliki sebaran luas dikawasan hutan dataran rendah dan menyukai habitat terbuka seperti hutan sekunder dan perkebunan (MacKinnon, 1998). Pada
kawasan
TWNC
terdapat
pula
penelitian
lain
tentang
keanekaragaman jenis burung. Dewi (2010), melakukan penelitian mengenai kekayaan jenis burung pada habitat perairan (Danau Menjukut, Danau Sei Leman, Saung Bajau, Muara Blambangan, Muara Way Tinggal, dan Muara Belimbing) dengan jenis yang ditemukan sebanyak 83 jenis burung yang terdiri atas 20 jenis burung air dan 63 jenis burung arboreal dan terrestrial. Adapun Imanudin (2009), melakukan penelitian tentang “Komunitas Burung Di Bawah Tajuk pada Hutan Primer dan Hutan Sekunder di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan” dengan menggunakan jala kabut di sebagian hutan primer dan hutan sekunder di Tambling dengan jenis yang ditemukan sebanyak 94 jenis burung, 51 jenis dari 18 famili berhasil tertangkap dan 43 jenis dari 24 famili tidak tertangkap tetapi hanya terlihat dan terdengar di kedua habitat tersebut. Jenis burung yang dijumpai pada tipe habitat hutan pantai sebanyak 44 jenis burung dan 22 suku. Jumlah ini paling sedikit jika dibandingkan dengan tiga habitat lainnya yang diteliti. Pada habitat hutan dataran rendah, jenis burung yang dijumpai sebanyak 54 jenis dari 25 suku. Jumlah ini lebih banyak bila dibandingkan dengan Purnomo (2009) yang menemukan jenis burung pada habitat hutan dataran rendah sebanyak 50 jenis dari 23 suku. Hal ini diduga karena adanya perbedaan jenis vegetasi pada habitat yang diteliti dan kerapatan antar pohon juga berbeda. Bila dibandingkan dengan tiga tipe habitat yang lainnya, tipe habitat perkebunan merupakan lokasi pengamatan yang paling banyak dijumpai jenis burungnya yaitu 62 jenis dari 28 suku. Hal ini berbanding lurus dengan penelitian Sayogo (2009) di Taman Nasional Lore Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah yang menjumpai jenis burung paling banyak pada habitat kebun dibanding dengan hutan primer. Habitat perkebunan pada lokasi penelitian letaknya berbatasan dengan hutan dataran rendah dan hutan pantai. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa habitat ini merupakan daerah peralihan (edge) sehingga jenis burung yang ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan habitat lainnya.
52
Pada habitat padang rumput dijumpai sebanyak 47 jenis burung dan 27 suku. Kebanyakan jenis burung yang dijumpai pada habitat ini bukan jenis yang biasa hidup di padang rumput tetapi jenis burung hutan yang sedang melakukan aktivitas terbang. Hal ini disebabkan karena habitat ini berbatasan dengan hutan pantai sehingga kebanyakan burung terlihat dari aktivitas lalu lalang burung tesebut. Kekayaan jenis burung yang tinggi di TWNC, menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki salah satu fungsi penting bagi kelestarian jenis dan habitat burung. Keanekaragaman jenis burung yang tinggi juga didukung oleh tipe habitat yang mampu menyediakan pakan dan kebutuhan lain bagi burung.
5.2.2.2 Komposisi dan Struktur Burung 5.2.2.2.1 Penyebaran Jenis Burung Penyebaran jenis terkait dengan tipe habitat dilokasi penelitian berkaitan dengan karakteristik suatu habitat. Setiap habitat memiliki suatu karakteristik untuk dapat mendukung dan menunjang kehidupan burung baik dalam hal makan, ruang, dan pola pemanfaatan habitat. Selain itu penyebaran jenis burung juga berkaitan dengan tingkat dominansi suatu jenis burung. Menurut Hernowo (1985), terdapat hubungan antara penyebaran jenis burung dengan tingkat dominansi jenis burung, dimana jenis yang memiliki penyebaran dan dominansi tinggi jenis tersebut akan lebih survival terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Terdapat jenis burung yang dijumpai di berbagai tipe habitat, namun ada pula jenis burung yang ditemukan pada habitat tertentu saja. Jenis yang dijumpai di empat tipe habitat penelitian ini adalah ayam-hutan merah (Gallus gallus), punai gading (Treron vernans), wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), walet sapi (Collocalia esculenta), cekakak sungai (Todirhampus chloris), kirik-kirik biru (Merops viridis), takur ungkut-ungkut (Megalaima haemachepala), layang-layang batu (Hirundo tahitica), cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), merbah corokcorok (Pycnonotus simplex), srigunting batu (Dicrurus paradiseus), cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), perenjak jawa (Prinia familiaris), burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) dan cabai merah (Dicaeum cruentatum). Adapun
53
jenis yang hanya ditemukan pada habitat hutan pantai adalah kuntul karang (Egretta sacra), paok delima (Pitta granatina) dan burung-madu sepah-raja (Aethopyga siparaja). Jenis yang ditemukan hanya di hutan dataran rendah adalah punguk cokelat (Ninox scutulata), tepekong rangkang (Hemiprocne comata), cekakak batu (Lacedo pulchella), pelatuk kundang (Reinwardtipicus validus), jinjing batu (Hemipus hirundinaceus), srigunting jambul-rambut (Dicrurus hottentottus), tangkar kambing (Platysmurus leucopterus), bentet cokelat (Lanius cristatus) dan pijantung tasmak (Arachnothera flavigaster). Jenis yang ditemukan hanya di perkebunan adalah elang brontok (Spizaetus cirrhatus), perkutut jawa (Geopelia striata), wiwik uncuing (Cuculus sepulcralis), cipoh kacat (Aegithina tiphia), cica-daun besar (Chloropsis sonnerati), remetuk laut (Gerygone sulphurea), cinenen merah (Orthotomus sericeus), burung-madu
kelapa
(Anthreptes malaccensis), cabai bunga-api (Dicaeum trigonostigma), kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) dan bondol jawa (Lonchura leucogastroides). Jenis yang ditemukan hanya di padang rumput adalah elang tikus (Elanus caeruleus), kareo padi (Amaurornis phoenicurus), cabak maling (Caprimulgus macrurus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), kapasan kemiri (Lalage nigra), cici padi (Cisticola juncidis), kicuit batu (Motacilla cinerea), bentet kelabu (Lanius schach) dan bondol peking (Lonchura punctulata). Jenis burung yang menempati semua habitat ini mungkin jenis-jenis burung tersebut memiliki rentang habitat yang luas dan kemudahan untuk beradaptasi pada setiap tipe habitat yang berbeda (Sayogo, 2009). Selain itu, jenis ini dapat dijumpai pada bebagai tipe habitat dikarenakan jenis ini memiliki jumlah individu yang cukup banyak, sebaliknya jenis-jenis yang hanya dijumpai pada satu lokasi tertentu mungkin karena jenis tersebut memiliki tingkat adaptasi tertentu terhadap suatu habitat. Adaptasi yang dimaksud baik berupa jenis vegetasi atau faktor makanan. Selain itu jenis tersebut memiliki jumlah individu yang sedikit.
5.2.2.2.2 Jenis dan Struktur Pakan Burung memerlukan pakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Burung memiliki tingkat kesukaan terhadap jenis pakan tertentu, sehingga dalam
54
memenuhi kebutuhan pakan, burung akan mencari habitat yang mampu menyediakan jenis pakan yang sesuai. Burung memiliki preferensi terhadap suatu makanan, jika di suatu tempat tidak memenuhi kebutuhannya maka burung akan memilih tempat lain yang memiliki sumber pakan yang melimpah (Dewi, 2005) Di TWNC jenis burung pemakan serangga (insectivora) mendominasi dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Sebanyak 86 jenis burung (74.14%) memanfaatkan serangga sebagai pakan dimana 42 jenis (30%) diantaranya merupakan pemakan serangga sejati atau hanya memanfaatkan serangga sebagai pakannya. Jenis pemakan serangga merupakan jenis terbanyak dikarenakan serangga merupakan jenis pakan yang melimpah di alam sehingga mudah didapatkan oleh semua jenis burung (Darmawan, 2006). Serangga yang dimakan oleh burung dapat berupa serangga air, serangga yang hidup pada vegetasi, ulat maupun larva. Kelompok pemakan serangga memiliki fungsi yang sangat penting bagi keseimbangan lingkungan yaitu sebagai pengendali populasi hama serangga di alam. Jenis burung pemakan buah (frugivora) merupakan jenis burung terbanyak kedua setelah jenis burung pemakan serangga yaitu sebanyak 37 jenis atau 31.90%. Menurut Bibby et al. (2000), kelimpahan burung pemakan buah mungkin dapat dihubungkan dengan kelimpahan pohon yang sedang berbuah. Jenis burung pemakan buah memanfaatkan buah dari vegetasi yang ada di habitat penelitian. Jenis burung pemakan buah sejati di TWNC yaitu punai gading (Treron vernans), pergam hijau (Ducula aenea), pergam laut (Ducula bicolor), delimukan zamrud (Chalcophaps indica), julang emas (Aceros undulatus), kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris), rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan rangkong papan (Buceros bicornis). Biasanya jenis-jenis burung tersebut makan pada pohon-pohon yang tinggi. Buah yang biasa dimakan oleh burung frugivora yaitu dari jenis Ficus sp. Pemanfaatan vegetasi berbuah ini berbeda antar jenis burung. Untuk jenis berukuran kecil biasanya memanfaatkan buah yang juga berukuran kecil seperti cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) yang memanfaatkan buah yang berukuran kecil. Adapun untuk jenis burung Bucerotidae biasanya memanfaatkan buah Ficus sp. yang memiliki buah besar dengan tajuk vegetasi lebar. Selain itu juga terdapat jenis burung yang memanfaatkan buah sebagai salah
55
satu jenis pakannya yaitu tuwur asia (Eudynamys scolopacea), kadalan kera (Phaenicophaeus tristis), kadalan selaya (P. chlorophaeus), takur tutut (Megalaima rafflesii), takur warna-warni (M. mystacophanos), takur ungkutungkut (M. haemachepala) dan gagak hutan (Corvus enca). Jenis burung yang jenis pakannya daging (carnivora) yang ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak 18 jenis atau 15.52%. Jenis pemakan daging murni sebanyak empat jenis yaitu dari suku accipitridae (Elanus caeruleus, Ictinaetus malayensis, Spilornis cheela dan Spizaetus cirrhatus). Selain itu juga ditemukan jenis burung pemakan daging dan ikan yaitu Haliaeetus leucogaster dan Ichthyophaga ichthyatus. Jenis burung pemakan ikan (piscivora) sebanyak 13 jenis (11.21%). Jenis pemakan ikan murni yaitu jenis-jenis dari suku Ardeidae sebanyak empat jenis, sedangkan jenis piscivora yang juga termasuk jenis pakan lainnya adalah dari suku Ardeidae (Egretta sacra), suku Accipitridae (Haliaeetus leucogaster dan Ichthyophaga ichthyatus), suku Turnicidae (Amaurornis phoenicurus), dan suku Alcedinidae (Alcedo meninting, Pelargopsis capensis, Lacedo pulchella, Halcyon smynensis dan Todirhampus chloris). Jenis burung pemakan biji (granivora) sebanyak 12 jenis (10.34%). Jenis burung yang merupakan pemakan biji murni yaitu tekukur biasa (Streptopelia chinensis),
perkutut
jawa
(Geopelia
striata),
bondol
jawa
(Lonchura
leucogastroides), bondol peking (Lonchura punctulata) dan bondol haji (Lonchura maja). Adapun jenis burung pemakan biji kombinasi adalah uncal kouran (Macropygia ruficeps), puyuh sengayan (Rollulus rouloill), ayam-hutan merah (Gallus gallus), tiong emas (Gracula religiosa), perling kumbang (Aplonis panayensis), kuau raja (Argusianus argus) dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus). Burung kelompok pemakan madu (nectarivora) memanfaatkan vegetasi yang berbunga. Ditemukan lima jenis burung penghisap madu murni, semuanya berasal dari suku Nectariniidae, sedangkan jenis nectarivora yang juga termasuk jenis pakan lainnya adalah dari suku Dicaidae dan Zosteropidae. Terdapat dua jenis burung yang memanfaatkan tumbuhan lainnya yaitu serindit melayu (Loriculus galgulus) dan puyuh sengayan (Rollulus rouloill),
56
walapun keduanya bukanlah pemakan tumbuhan murni. Bagi jenis burung yang memanfaatkan lebih dari satu jenis pakan dengan tidak ada atau hilangnya satu jenis pakan tidak banyak berpengaruh bagi kelangsungan hidupnya. Namun hal ini sangat berpengaruh bagi jenis burung yang hanya dapat memanfaatkan satu jenis pakan, hilangnya pakan akan langsung memusnahkan jenis tersebut (Noerdjito et al. 2005). Jika struktur pakan diatas dikelompokkan menjadi tiga kelompok jenis pakan yaitu herbivora, insectivora, dan carnivora maka jumlah masing-masing jenis menjadi 60, 86 dan 31. Bila struktur tersebut digambarkan berdasarkan struktur dalam rantai makanan maka akan terlihat seperti Gambar 26. Dari gambar tersebut dapat dilihat gambar struktur pakan yang mendekati sebuah piramida makanan yang stabil. Burung pemakan serangga (insectivora) mendominasi pada keempat habitat yang diteliti. Hal ini berbanding lurus dengan penelitian Darmawan (2006), Dewi (2006), Idaman (2007) dan Sayogo (2009) yang mendapatkan jenis burung insectivora adalah jenis burung yang mendominasi dibanding jenis burung lainnya. Menurut Wunderle (2005) dalam Dewi (2006), menyatakan bahwa jenis burung pemakan serangga (insectivora) biasanya merupakan jenis yang dominan terdapat di hutan tropis.
Carnivora Insectivora Herbivora
Gambar 26 Struktur pakan berdasarkan struktur rantai makanan Keanekaragaman vegetasi yang ada di TWNC sangat mendukung ketersediaan jenis pakan yang ada, sehingga burung memiliki banyak pilihan untuk memanfaatkan satu atau lebih jenis pakan yang tersedia. Dengan demikian rentang habitat yang disediakan TWNC sangat bervariasi dalam hal ketersediaan jenis pakan.
57
5.2.2.2.3 Status Burung Identifikasi jenis burung yang dilindungi dalam penelitian ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999, IUCN dan CITES Appendiks. Dari 116 jenis burung yang dijumpai pada empat tipe habitat yang diteliti, terdapat 38 jenis atau 22.89% merupakan jenis yang dilindungi berdasarkan tiga kategori diatas. Bila dikelompokan lagi berdasarkan aturan perlindungan, sebanyak 28 jenis atau 24.14% jenis burung yang dilindungi PP No. 7 tahun 1999, 12 jenis atau 10.34% jenis burung masuk kategori IUCN, dan 19 jenis atau 16.38% jenis yang masuk dalam CITES Appendiks, pembagiannya adalah dua jenis CITES Appendiks I dan 17 jenis CITES Appendiks. Pada tipe habitat hutan pantai, terdapat 10 jenis burung yang dilindungi atau 22.72% dari 44 jenis yang dijumpai meliputi 9 jenis termasuk dalam PP No. 7 tahun 1999 (Lampiran 12). Dua jenis masuk daftar IUCN yaitu cikalang christmas (Fregata andrewsi) dan cica-daun kecil (Chloropsis cyanopogon), dan empat jenis masuk daftar CITES Appendiks terbagi satu jenis CITES Appendiks I yaitu cikalang christmas (Fregata andrewsi) dan tiga CITES Appendiks II yaitu elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), julang emas (Aceros undulatus), dan kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris) Pada tipe habitat hutan dataran rendah, terdapat 18 jenis burung yang dilindungi atau 33.33% dari 54 jenis yang dijumpai meliputi 11 jenis termasuk dalam PP No. 7 tahun 1999, 6 jenis masuk daftar IUCN dan 6 jenis masuk daftar CITES Appendiks II (Lampiran 13). Pada tipe habitat perkebunan, terdapat 16 jenis burung yang dilindungi atau 25.81% dari 62 jenis yang dijumpai meliputi 12 jenis termasuk dalam PP No. 7 tahun 1999, empat jenis masuk daftar IUCN dan 7 jenis masuk daftar CITES Appendiks II (Lampiran 14). Pada tipe habitat padang rumput, terdapat 12 jenis burung yang dilindungi atau 25.53% dari 47 jenis yang dijumpai meliputi 11 jenis termasuk dalam PP No. 7 tahun 1999, tiga jenis masuk daftar IUCN dan delapan jenis masuk daftar CITES Appendiks terbagi satu jenis CITES Appendiks I dan tujuh CITES Appendiks II (Lampiran 14). Banyaknya jenis burung dilindungi yang ditemukan saat penelitian mengindifikasikan bahwa TWNC adalah tempat yang memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan jenis burung-burung tersebut.
58
5.2.2.3 Dominansi dan Kelimpahan Jenis Burung Setiap tipe habitat penelitian memiliki kelimpahan dan jumlah individu yang berbeda. Perbedaan ini dimungkinkan karena perbedaan kemampuan burung untuk memanfaatkan habitat yang ada di TWNC (Darmawan, 2006). Kelimpahan jenis burung berbanding lurus dengan dominansi jenis burung. Semakin melimpah suatu jenis burung maka burung tersebut akan semakin mendominasi pada suatu habitat. Hal ini juga disebutkan oleh HIMAKOVA (2005), bahwa kelimpahan jenis burung berbanding lurus dengan dominansi jenis burung. Semakin melimpah suatu jenis burung (memiliki nilai kelimpahan tinggi) maka kemungkinannya untuk menjadi jenis yang dominan juga semakin tinggi, sebaliknya jika suatu jenis burung dengan kelimpahannya rendah maka akan termasuk yang tidak dominan. Pada habitat hutan pantai jenis burung yang dominan yaitu jenis walet sapi (Collocalia esculenta), cekakak sungai (Todirhampus chloris), cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), merbah corok-corok (Pycnonotus simplex) dan perenjak jawa (Prinia familiaris). Kelimpahan jenis burung paling tinggi berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener adalah walet sapi (Collocalia esculenta). Pada habitat hutan dataran rendah, jenis burung yang dominan adalah pergam hijau (Ducula aenea), walet sapi (Collocalia esculenta), cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), merbah corok-corok (Pycnonotus simplex) dan srigunting batu (Dicrurus paradiseus). Walet sapi (Collocalia esculenta) merupakan jenis yang melimpah pada habitat ini. Pada habitat perkebunan, jenis burung yang dominan dan memiliki kelimpahan paling tinggi adalah cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), selain itu jenis lain yang mendominasi adalah punai gading (Treron vernans), walet sapi (Collocalia esculenta), cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), merbah corok-corok (Pycnonotus simplex) dan perenjak jawa (Prinia familiaris). Pada habitat padang rumput jenis yang dominan dan memiliki kelimpahan paling tinggi adalah pergam laut (Ducula bicolor). Jenis burung lainnya yang mendominasi adalah punai gading (Treron vernans), walet sapi (Collocalia esculenta), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier).
59
Secara umum jenis burung yang mendominasi pada empat tipe habitat adalah pergam laut (Ducula bicolor), kemudian walet sapi (Collocalia esculenta), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), merbah corok-corok (Pycnonotus simplex) dan punai gading (Treron vernans) (Lampiran 9). Menurut Darmawan (2006), tingginya kelimpahan jenis burung disebabkan karena kebiasaan burungburung tersebut yang melakukan aktivitas secara berkelompok, sehingga memiliki nilai dominansi yang tinggi, selain itu jumlah individu dari jenis-jenis burung tersebut paling banyak jumlahnya dibanding dengan jenis burung lainnya, dan burung-burung tersebut mampu memanfaatkan habitat baik hutan, bukan hutan maupun riparian. Hal ini terkait dengan makanan, aktivitas dan perilaku harian yang mampu memanfaatkan semua jenis penutupan lahan.
5.2.2.4 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Jenis Burung Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 2.53 sampai 2.93. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung yang didapatkan lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Sayogo (2009) yang mendapatkan nilai indeks keanekaragaman sebesar 3,1 sampai 3,5 untuk beberapa lokasi pengamatan di Taman Nasional Lore Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh dalam penelitian ini diduga disebabkan oleh perbedaan jenis vegetasi dan lokasi habitat yang diteliti, serta jumlah jenis yang ditemukan. Kemerataan jenis burung dalam suatu habitat dapat ditandai dengan tidak adanya jenis-jenis yang dominan. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka kemerataan jenis pada komunitas tersebut memiliki nilai maksimum, tetapi apabila jumlah individu pada masing-masing jenis berbeda jauh maka menyebabkan kemerataan jenis memiliki nilai minimum (Santosa, 1995). Nilai kemerataan (E) jenis burung yang didapatkan pada hutan pantai sebesar 0.68, hutan dataran rendah sebesar 0.69, perkebunan sebesar 0.71 dan padang rumput sebesar 0.66. Nilai kemerataan jenis burung pada habitat perkebunan yang didapatkan sebesar 0.71, nilai tersebut dikatakan cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemerataan di kawasan tersebut seimbang, dengan tidak adanya jenis yang sangat menonjol.
60
5.2.2.5 Indeks Kesamaan Jenis Burung Terdapat kesamaan jenis burung yang ditemukan pada setiap habitat di lokasi penelitan. Indeks kesamaan jenis dapat digunakan untuk melihat kesamaan antar jenis burung di setiap tipe vegetasi. Indeks kesamaan jenis burung yang paling tinggi ditemukan pada tipe habitat hutan dataran rendah dengan perkebunan (ISJ= 0.54). Hal ini menunjukkan bahwa jenis burung antara hutan dataran rendah dengan perkebunan hampir sama. Hal ini diduga karena letak antara kedua habitat yang saling berbatasan yang menyebabkan kemungkinan lalu-lalang burung antara kedua habitat tersebut. Indeks kesamaan antar hutan pantai dengan padang rumput juga relatif tinggi (ISJ= 0.48). Hal tersebut terjadi karena hutan pantai dan padang rumput saling berbatasan. Sedangkan nilai indeks kesamaan jenis yang terendah adalah antara habitat hutan dataran rendah dengan padang rumput (IS= 0.33).
5.2.2.6 Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung Berdasarkan
uji
t-student
(tabel
5)
dengan
membandingkan
keanekaragaman jenis burung antar tipe habitat, yaitu habitat hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan dan padang rumput menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman jenis burung pada empat habitat ini tidak berbeda nyata, walaupun tampak perbedaan dalam struktur vegetasi antar tipe habitat. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis yang ditemukan tidak jauh berbeda antar tipe habitat. Hal ini terjadi karena tiap tipe habitat memiliki letak yang bersebelahan satu sama lain dan luasan tipe habitat yang diteliti tidak begitu luas.
5.2.3 Penggunaan dan Pemanfaatan Strata Vegetasi oleh Burung Bila dilihat dari penyebaran vertikal atau stratifikasi habitat, dari pengamatan pada hutan pantai memiliki strata E sampai C, hutan dataran rendah memiliki strata E sampai diatas A, perkebunan memiliki strata E sampai diatas C dan padang rumput hanya memiliki strata E. Perbedaan strata ini karena struktur pada setiap habitat yang diteliti berbeda ketinggian pohonnya, sehingga mempengaruhi stratifikasi pada tiap habitat yang diamati. Burung menggunakan stratifikasi ini untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai kebutuhannya. Setiap
61
jenis burung memiliki aktivitas yang berbeda dalam menggunakan dan memanfaatkan strata yang pada setiap tipe habitat. Penyebaran vertikal jenis burung pada habitat hutan pantai menunjukkan bahwa strata C merupakan bagian yang banyak dimanfaatkan oleh 24 jenis burung untuk hinggap serta berkicau (bersuara) dan strata E paling sedikit dimanfaatkan oleh burung, hanya dua jenis burung yang memanfaatkan, yaitu ayam-hutan merah (Gallus gallus) dan paok delima (Pitta granatina). Strata C pada habitat hutan dataran rendah paling banyak dimanfaatkan oleh burung. Sebanyak 26 jenis burung menggunakannya untuk bertengger serta berkicau. Strata E paling sedikit dimaafaatkan oleh burung, hanya dua jenis burung yang memanfaatkan, yaitu ayam-hutan merah (Gallus gallus) dan paok pancawarna (Pitta guajana). Pada habitat perkebunan, strata C dimanfaatkan sebanyak 34 jenis burung untuk bertengger serta berkicau dan strata E paling sedikit dimanfaatkan hanya empat jenis burung. Pada habitat padang rumput, diatas strata E dimanfaatkan oleh 35 jenis burung dan strata E dimanfaatkan oleh 12 jenis burung. Pemanfaatan stratifikasi oleh burung paling banyak digunakan untuk bertengger dan bersuara. Pada strata D (1-4.5 m) dan strata bawah atau strata E (01 m) banyak digunakan oleh jenis burung arboreal (hidup ditanah) dan jenis burung lapisan bawah seperti ayam-hutan merah (Gallus gallus) yang terdapat pada hutan pantai, hutan dataran rendah, perkebunan dan padang rumput. Selain itu ditemukan juga jenis pengguna lapisan ini seperti puyuh sengayan (Rollulus rouloil), kuau raja (Argusianus argus), kareo padi (Amaurornis phoenicurus), cabak maling (Caprimulgus macrurus), cabak kota (Caprimulgus affinis), paok delima (Pitta granatina) dan paok pancawarna (Pitta guajana) untuk mencari makan. Strata B dan C banyak digunakan oleh jenis pemakan buah-buahan dan serangga. Hal ini disebabkan karena pada strata ini tersedia sumber pakan tersebut dan secara umum strata ini digunakan oleh burung untuk makan dan istirahat. Jenis-jenis burung yang memanfaatkan strata ini antara lain: kangkok ranting (Cuculus saturatus), wiwik kelabu (C. merulinus), wiwik uncuing (C. sepulcralis), kedasi hitam (Surniculus lugubris), tuwur asia (Eudynamys scolopacea), kadalan kera (Phaenicophaeus tristis), kadalan selaya (P.
62
chlorophaeus), takur tutut (Megalaima rafflesii), takur warna-warni (M. mystacophanos), takur tenggeret (M. australis), takur ungkut-ungkut (M. haemachepala), cipoh kacat (Aegithina tiphia), cica-daun kecil (Chloropsis cyanopogon), cica-daun besar (C. sonnerati), cica-daun sayap-biru (C. cochinchinensis), cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), cucak kutilang (P. aurigaster), merbah cerukcuk (P. goiavier), merbah corok-corok (P. simplex), merbah mata-merah (P. brunneus), kacembang gadung (Irena puella) dan tangkar kambing (Platysmurus leucopterus). Adapun strata A (>30 m) banyak digunakan oleh jenis burung berukuran besar seperti jenis dari suku Bucerotidae dan suku Accpitridae. Secara umum strata ini digunakan oleh burung untuk bertengger. Selain itu ada juga jenis burung seperti tepekong jambul (Hemiprocne longipenis) dan tepekong rangkang (H. comata) memanfaatkan strata ini untuk mengintai mangsa yaitu berburu serangga yang sedang terbang. Aktivitas tertinggi burung pada hutan pantai yaitu bertengger (pada strata C) dan terbang. Hal ini disebabkan karena pada saat pengamatan, habitat ini memiliki pohon-pohon yang cukup terbuka sehingga mudah untuk melihat burung. Aktivitas tertinggi burung pada habitat hutan dataran rendah yaitu bertengger, terbang dan bersuara. Pohon-pohon pada habitat ini tidak terlalu rapat sehingga burung yang dijumpai lebih banyak dalam aktivitas bertengger. Habitat perkebunan digunakan oleh burung untuk bertengger, terbang dan bersuara. Pada habitat padang rumput, aktivitas burung yang dijumpai yaitu jalan, terbang dan bertengger.
63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Keanekaragaman jenis burung tertinggi dilihat dari nilai keanekaragaman jenis berdasarkan indeks Shannon Weinner (H’) adalah tipe habitat perkebunan yaitu 2.93. Tipe habitat hutan pantai 2.60, hutan dataran rendah 2.76 dan tipe habitat yang memiliki nilai kekayaan jenis terendah adalah tipe habitat padang rumput yaitu 2.53. Keanekaragaman jenis ini berkaitan dengan struktur dan komposisi vegetasi disetiap habitat. Selama penelitian dijumpai sebanyak 44 jenis burung di hutan pantai, 54 jenis burung di hutan dataran rendah, 62 jenis burung di perkebunan dan 47 jenis burung di hutan padang rumput. 2. Pada setiap tipe habitat terdapat perbedaan komposisi jenis burung yaitu burung insektivora pada habitat hutan pantai sebanyak 33 jenis, hutan dataran rendah sebanyak 45 jenis, perkebunan sebanyak 46, dan padang rumput sebanyak 34 jenis. 3. Berdasarkan status perlindungannya terdapat 28 jenis burung yang dilindungi PP No. 7 tahun 1999, 12 jenis burung termasuk IUCN (Critically Endangered dan Near Threatened) dan 19 jenis burung termasuk CITES (appendix I dan II). 4. Berdasarkan penyebaran lokal jenis burung, jenis yang ditemukan pada empat tipe habitat ada 17 jenis burung (18.09%) dan hanya ditemukan pada satu habitat sebanyak 32 jenis burung (34.04%).
6.2 Saran Penelitian keanekaragaman jenis burung di kawasan TWNC perlu dilakukan secara berkala pada setiap musim atau tahun, terutama pada setiap tipe habitat lain yang berbeda sehingga data dan informasi keberadaan jenis burung dapat diperbaharui dan dapat diketahui keseluruhan jumlah jenis burung yang terdapat di kawasan TWNC.
64
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 1997. Teknik Pengelolaan Satwaliar Dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Fakultas Kehutanan – IPB _____________. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Fakultas Kehutanan - IPB van Balen B. 1984. Bird Counts and Bird Observation in the Neighbourhood of Bogor. The Netherlands: Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningan. Wageningen. Bibby C, Martin J, Stuart M. 2000. Teknik-Teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung. Birdlife Indonesia Programme. Bogor. Darmawan MH. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dewi TS. 2005. Kajian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Lanskap Hutan Tanaman Pinus (Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu) [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dewi RS. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Taman Nasional Gunung Ceremai [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Dewi LK. 2010. Kekayaan Jenis Burung pada Habitat Perairan sebagai Potensi Wisata Birdwatching di Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Provinsi Lampung [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2004. 50 Taman Nasional di Indonesia. Pusat Informasi Konservasi Alam. Bogor. Hernowo JB. 1985. Studi Pengaruh Tamanan Pekarangan Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Daerah Pemukiman Penduduk Perkampungan di Wilayah Tingkat II Bogor [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Htan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [HIMAKOVA IPB] Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor, 2004. Laporan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) 2004: Eksplorasi Ilmiah Keanekaragaman Hayati Satwa Indikator Kesehatan Lingkungan Hutan dan Tumbuhan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung.
65
[HIMAKOVA IPB] Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor, 2005. Laporan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) 2005: Studi Ilmiah Hubungan Keanekaragaman Hayati dengan Masyarakat Adat sebagai Dasar Pengembangan dan Pengelolaan Ekowisata Taman Nasional Betung Kerihun, Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. van Helvoort B. 1981. Bird Population in The Rural Ecosystem of West Java. Netherlands: Nature Conservation Departement. Idaman DW. 2007. Keanekaragaman Burung-Burung Terestrial di Suaka Margasatwa Pulau Rambut [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Imanuddin. 2009. Komunitas Burung Di Bawah Tajuk pada Hutan Primer dan Hutan Sekunder di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, Conservation International, and Nature Serve. 2001. Categories & Criteria. http://www.iucnredlist.org/static/categories_criteria_3_1 [21 April 2010]. Kreb, CJ. 1978. Ecology: The experimental Analysis of Distribution and Abundance. Second Edition. Institute of Animal Resource Ecology. The Univercity of Britrish Columbia. MacKinnon, J., K. MacKinnon., G. Child, J. Thorsell. 1990. Pengelolaan kawasan yang dilindungi di dareah Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. MacKinnon J. 1993. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. MacKinnon J, Phillipps K, van Balen B. 1998. Seri Panduan Lapangan BurungBurung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Birdlife International-Indonesia Program – Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI. Magurran A. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Croom Helmed Limited. Noerdjito N. & I. Maryanto. 2001. Jenis-jenis Hayati yang dilindungi Perundangundangan Indonesia. Balitbang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslitbang Biologi – LIPI dan Nature Conservancy, Cibinong. Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gajah Mada Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
66
Primack RB, Supriatna J, & Indrawan M. 2007. Biologi Konservasi Edisi Revisi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Richard PW. 1964. The Tropical Rain Forest an Ecological Study. Cambridge: London: Cambridge at The University Press. Santosa Y. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwaliar. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tidak Dipublikasikan. Sayogo AD. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Taman Nasional Lore Lindu Provinsi Sulawesi Tengah [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Soehartono T, Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Jakarta: Japan International Cooperation Agency (JICA). Soerianegara I dan Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: IPB Press. Sujatnika JP, Soehartono TR, Crosby MJ, Mardiastuti A. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayat Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik. Jakarta: PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Sutopo. 2008. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Hutan Lindung KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2008. Statitik BBTNBBS Tahun 2007. http://www.tnbbs.net/dokumen/STATISTIK2007_edit1.pdf/ 18 Agustus 2010. Tambling Wildlife Nature Conservation. 2009. Tambling Wildlife Nature Conservation The Corner of The Earth, Southern Tip of Sumatera Island. http://www.twnc.info/ [Juni 2009].
67
LAMPIRAN
68
Lampiran 1 Analisis vegetasi hutan pantai (Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai) Pohon Nama Jenis
Nama Ilmiah
∑ individu
∑ petak
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
lbds
D
DR (%)
INP (100%)
1
Keben
Barringtonia asiatica
4
4
20
10,81
0,8
19,05
0,52
1,3
8,97
38,82
2
Ketapang laut
Terminalia sp
3
2
15
8,11
0,4
9,524
0,12
0,29
2
19,63
3
Waru laut
Hibiscus tiliaceus
17
5
85
45,95
1
23,81
2,59
6,48
44,71
114,49
No
4
Jambu-jambuan
Eugenea sp
6
4
30
16,22
0,8
19,05
1,15
2,87
19,79
55,08
5
Nyamplung
Callophyllum inophyllum
3
3
15
8,11
0,6
14,29
0,40
1,01
6,97
29,36
6
Sawo-sawoan
#
4
3
20
10,81
0,6
14,29
1,01
2,52
17,41
42,52
185
100
4,2
100
5,79
14,5
100
300
37
Tiang Nama Jenis
Nama Ilmiah
∑ individu
∑ petak
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
lbds
D
DR
INP
1
Ketapang
Terminalia sp.
3
3
60
15,78
0,6
25
0,09
0,9
19,15
59,93
2
Waru laut
Hibiscus tiliaceus
12
5
240
63,15
1
41,67
0,27
2,7
57,44
162,27
No
3
Lelangka
#
1
1
20
5,27
0,2
8,33
0,02
0,2
4,25
17,85
4
Nyamplung
Callophyllum inophyllum
2
2
40
10,53
0,4
16,67
0,06
0,6
12,76
39,95
5
Jambu-jambuan
Eugenea sp.
1
1
20
5,27
0,2
8,33
0,03
0,3
6,40
20.00
380
100
2,4
100
0,47
4,7
100
300
19
Pancang Nama Jenis
Nama Ilmiah
∑ individu
∑ petak
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
INP
1
Waru laut
Hibiscus tiliaceus
10
5
800
52,63
1
50
102,63
2
Nyamplung
Callophyllum inophyllum
6
3
480
31,57
0,6
30
61,57
3
Lelangka
#
2
1
160
10,53
0,2
10
20,53
4
Jambu-jambuan
Eugenea sp.
1
1
80
5,27
0,2
10
15,27
1520
100
2
100
200
No
69
Lampiran 1 Lanjutan Semai No
Nama Jenis
Nama Ilmiah
∑ individu
∑ petak
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
INP
1
Nyamplung
Callophyllum inophyllum
33
5
16500
78,57
1
62,5
141,07
2
Waru laut
Hibiscus tiliaceus
4
1
2000
9,52
0,2
12,5
22,02
3
Jambu-jambuan
Eugenea sp
5
2
2500
11,91
0,4
25
36,91
21000
100
1,6
100
200
70
Lampiran 2 Analisis vegetasi hutan dataran rendah (Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai) Pohon Nama Jenis
Nama Ilmiah
∑ individu
∑ petak
K (ind/ha)
lbds(1/4.∏r₂)
KR (%)
F
FR (%)
D
DR
INP
1
Keruing
Dipterocarpus sp.
1
1
5
0,54
2,94
0,2
3,85
1,36
8,36
15,14
2
Medang telor
Litsea spp.
3
3
15
0,21
8,82
0,6
11,5
0,54
3,3
23,66
3
Meranti
Shorea sp.
6
4
30
2,18
17,6
0,8
15,4
5,47
33,7
66,71
4
Amplasan
Sterculia rubiginosa
5
4
25
1,05
14,7
0,8
15,4
2,62
16,1
46,21
5
Kayu kulut sabun
#
2
1
10
0,09
5,88
0,2
3,85
0,24
1,45
11,18
6
Kayu taba
#
1
1
5
0,09
2,94
0,2
3,85
0,25
1,51
8,29
7
Simpur
Dillenia indica
1
1
5
0,14
2,94
0,2
3,85
0,36
2,24
9,02
8
Kayu cempaka
Michelia sp.
1
1
5
0,48
2,94
0,2
3,85
1,2
7,42
14,21
9
Dadap hutan
Erythrina sp.
1
1
5
0,10
2,94
0,2
3,85
0,25
1,57
8,35
10
Kongki
#
1
1
5
0,16
2,94
0,2
3,85
0,39
2,4
9,19
11
Plampayan
#
1
1
5
0,05
2,94
0,2
3,85
0,12
0,77
7,55
12
Medang lada
Litsea spp
1
1
5
0,31
2,94
0,2
3,85
0,76
4,66
11,45
13
Kayu pancal kijang
Dryopetes ovalis
1
1
5
0,07
2,94
0,2
3,85
0,17
1,06
7,84
14
Pepasang
Quercus sp.
3
2
15
0,36
8,82
0,4
7,69
0,89
5,5
22,01
15
Bayur tembaga
Pterospermum spp.
5
2
25
0,52
14,7
0,4
7,69
1,31
8,08
30,48
16
Damar mata kucing
Shorea javanica
1
1
5
0,12
2,94
0,2
3,85
0,31
1,89
8,67
170
6,49
100
5,2
100
16,2
100
300
No
71
Lampiran 2 Lanjutan Tiang No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Jenis Plamplayan Suren Meranti Medangan Amplasan Kayu kulut sabun Bayur tembaga Dadap hutan
Nama Ilmiah # # Shorea sp. Litsea sp. Sterculia rubiginosa # Pterospermum spp. Erythrina sp.
∑ individu 2 1 2 2 3 1 3 1
∑ petak 2 1 2 2 2 1 1 1
K (ind/ha) 40 20 40 40 60 20 60 20 300
KR (%) 13,33 6,67 13,33 13,33 20 6,67 20 6,67 100
F 0,4 0,2 0,4 0,4 0,4 0,2 0,2 0,2 2,4
FR (%) 16,67 8,33 16,67 16,67 16,67 8,33 8,33 8,33 100
lbds 0,02 0,01 0,03 0,02 0,06 0,01 0,04 0,03 0,23
D 0,24 0,15 0,35 0,22 0,55 0,09 0,4 0,27 2,28
DR (%) 10,62 6,75 15,41 9,56 24,25 4,03 17,65 11,73 100
INP 40,62 21,75 45,41 39,56 60,92 19,03 45,98 26,73 300
KR (%)
F
FR (%)
INP
Pancang ∑ petak
K (ind/ha)
13
1
1040
20
0,2
7,143
27,14
12
2
960
18,46
0,4
14,29
32,75
Quercus sp.
13
3
1040
20
0,6
21,43
41,43
Simpur
Dillenia indica
10
2
800
15,38
0,4
14,29
29,67
5
Amplasan
Sterculia rubiginosa
7
3
560
10,77
0,6
21,43
32,2
6
Pancal Kijang
Dryopetes ovalis
1
1
80
1,538
0,2
7,143
8,681
7
Medangan
Litsea sp.
9
2
720
13,85
0,4
14,29
28,13
5200
100
2,8
100
200
No
Nama Jenis
Nama Ilmiah
1
Suru-suruan
#
2
Bayur tembaga
Pterospermum spp.
3
Pepasang
4
∑ individu
72
Lampiran 2 Lanjutan Semai Nama Jenis
Nama Ilmiah
∑ individu
∑ petak
K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
INP
1
Keruing
Dipterocarpus sp.
5
1
2500
11,11
0,2
8,33
19,44
2
Meranti
Shorea sp.
6
2
3000
13,33
0,4
16,67
30
3
Bandetan
#
5
1
2500
11,11
0,2
8,33
19,44
4
Simpur
Dillenia indica
2
1
1000
4,44
0,2
8,33
12,78
5
Medangan
Litsea sp.
14
3
7000
31,11
0,6
25
56,11
6
Amplasan
Sterculia rubiginosa
7
2
3500
15,56
0,4
16,67
32,22
7
Pulai
Alstonia sp.
2
1
1000
4,44
0,2
8,33
12,78
8
Bayur
Pterospermum spp.
4
1
2000
8,89
0,2
8,33
17,22
22500
100
2,4
100
200
No
73
Lampiran 3 Jenis burung yang dijumpai pada empat tipe habitat yang diteliti Tipe Habitat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Fregatidae Ardeidae
Cikalang christmas Cangak laut* Cangak abu* Cangak merah* Kuntul karang Elang tikus Elang-laut perut-putih Elang-ikan kepala-kelabu* Elang-ular bido Elang hitam Elang brontok Alap-alap capung Puyuh sengayan* Ayam-hutan merah Kuau Raja* Kareo padi Punai gading Pergam hijau Pergam laut Uncal kouran Tekukur biasa Perkutut jawa Delimukan zamrud Serindit melayu* Kangkok ranting Wiwik kelabu Wiwik uncuing Kedasi hitam Tuwur asia Kadalan kera
Fregata andrewsi Ardea sumatrana Ardea cinerea Ardea purpurea Egretta sacra Elanus caeruleus Haliaeetus leucogaster Ichthyophaga ichthyatus Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Rollulus rouloil Gallus gallus Argusianus argus Amaurornis phoenicurus Treron vernans Ducula aenea Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Geopelia striata Chalcophaps indica Loriculus galgulus Cuculus saturatus Cacomantis merulinus Cuculus sepulcralis Surniculus lugubris Eudynamys scolopacea Phaenicophaeus tristis
Christmas Frigatebird Great-bellied Heron Grey Heron Purple Heron Eastern Reef Egret Black-winged Kite White-bellied Fish-eagle Grey-headed fish-eagle Crested Serpent-eagle Black Eagle Changeable Hawk-eagle Black-thighed Falconet Crested partridge Red Jungle Fowl Great Argus White-breasted Waterhen Pink-necked Green Pigeon Green Imperial Pigeon Pied Imperial-pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Zebra-Dove Emerald Dove Blue-crowned Hanging Parrot Oriental Cuckoo Plaintive Cuckoo Brush Cuckoo Drongo Cuckoo Asian Koel Green-bellied Malkoha
Accipitridae
Phasianidae ÖAyam-hutan Turnicidae Columbidae
Psittacidae Cuculidae
HP
HDR
K
√
PR
LJ
√ √ √ √
√ √ √
√
√ √ √
√ √ √ √
√
√
√
√
√ √
√ √ √
√
√ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √ √
74
Lampiran 3 Lanjutan Tipe Habitat No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Suku
Strigiformes
Caprimulgidae Apodidae Hemiprocnidae Trogonidae Alcenidae
Meropidae Bucerotidae
Capitonidae
Picidae
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Kadalan selaya Kadalan birah Bubut besar Bubut alang-alang Celepuk reban* Beluk ketupa* Punguk coklat Cabak maling Cabak kota* Walet sapi Tepekong jambul Tepekong rangkang Luntur putri* Raja-udang meninting* Pekaka emas* Cekakak batu Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Kangkareng perut-putih Rangkong badak Rangkong papan* Takur tutut Takur warna-warni Takur tenggeret* Takur ungkut-ungkut Pelatuk sayap-merah Pelatuk merah Caladi batu*
Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Centropus sinensis Centropus bengalensis Otus lempiji Ketupa ketupu Ninox scutulata Caprimulgus macrurus Caprimulgus affinis Collocalia esculenta Hemiprocne longipenis Hemiprocne comata Harpactes duvaucelii Alcedo meninting Pelargopsis capensis Lacedo pulchella Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Buceros bicornis Megalaima rafflesii Megalaima mystacophanos Megalaima australis Megalaima haemachepala Picus puniceus Picus miniaceus Meiglyptes tristis
Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Greater Coucal Lesser Coucal Collared Scopsowl Buffy Fish-owl Brown Hawk-owl Caprimulgus macrurus Savanna Nightjar Glossy Swiftlet Grey-rumped Treeswift Whiskered Treeswift Scarlet-rumped Trogon Blue-eared Kingfisher Stork-billed Kingfisher Banded Kingfisher White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Rhinoceros Hornbill Great Hornbill Red-crowned Barbet Red-throated Barbet Blue-eared Barbet Coppersmith Barbet Crimson-winged Woodpecker Banded Woodpecker Buff-rumped Woodpecker
HP
HDR
K
√ √ √ √
√ √
√ √
PR
LJ
√ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √ √
75
Lampiran 3 Lanjutan Tipe Habitat No 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Suku
Eurylaimidae
Pittidae Hirundinidae Campephagidae
Chloropseidae
Pycnonotidae
Dicruridae
Oriolidae Corvidae Timaliidae Turdidae
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Caladi tilik Pelatuk kundang Madi kelam Sempur-hujan sungai* Sempur-hujan darat Paok delima Paok pancawarna Layang-layang api Layang-layang batu Jinjing batu Kapasan kemiri Sepah hutan Cipoh kacat Cica-daun kecil Cica-daun besar Cica-daun sayap-biru Cucak kuning Cucak kutilang Merbah cerukcuk Merbah corok-corok Merbah mata-merah Srigunting hitam Srigunting jambul-rambut Srigunting sumatera Srigunting batu Kacembang gadung Tangkar kambing Gagak hutan Tepus-merbah sampah* Kucica kampung
Dendrocopus moluccensis Reinwardtipicus validus Corydon sumatranus Cymbirhynchus macrorhynchus Eurylaimus ochromalus Pitta granatina Pitta guajana Hirundo rustica Hirundo tahitica Hemipus hirundinaceus Lalage nigra Pericrocotus flammeus Aegithina tiphia Chloropsis cyanopogon Chloropsis sonnerati Chloropsis cochinchinensis Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Pycnonotus brunneus Dicrurus macrocercus Dicrurus hottentottus Dicrurus sumatranus Dicrurus paradiseus Irena puella Platysmurus leucopterus Corvus enca Stachyris erythroptera Copsychus saularis
Sunda Woodpecker Orange-backed Woodpecker Dusky Broadbill Black-and-red Broadbill Black-and-yellow Brodbill Garnet Pitta Banded Pitta Barn Swallow Pacific Swalllow Black-winged Flycatcher-shrike Pied Triller Scarlet Minivet Common Iora Lesser Green Leafbird Greater Green Leafbird Blue-winged Leafbird Black-crested Bulbul Sooty-headed Bulbul Yellow-vented Bulbul Cream-vented Bulbul Red-eyed Bulbul Black Drongo Hair-crested Drongo Sumatran Drongo Greater Racket-tailed Drongo Asian Fairy-Bluebird Black Magpie Slender-billed Crow Chestnut-winged Babbler Oriental Magpie Robin
HP
HDR
K
√
√ √ √
√
√
√
PR
LJ
√ √
√ √ √ √
√ √
√ 1 1
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √
√
√
√
√
√ √
76
Lampiran 3 Lanjutan Tipe Habitat No
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
91 Meninting besar* Enicurus leschenaulti White-crowned Froktail 92 Anis hutan* Zoothera adromedae Sunda Thrush 93 Silviidae Remetuk laut Gerygone sulphurea Golden-bellied Gerygone 94 Cinenen belukar Orthotomus atrogularis Dark-necked Tailorbird 95 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Ashy Tailorbird 96 Cinenen merah Orthotomus sericeus Rufous-tailed Tailorbird 97 Perenjak jawa Prinia familiaris Bar-winged Prinia 98 Cici padi Cisticola juncidis Zitting Cisticola 99 Motacillidae Kicuit batu Motacilla cinerea Grey Wagtail 100 Kicuit kerbau Motacilla flava Yellow Wagtail 101 Laniidae Bentet coklat Lanius cristatus Brown Shrike 102 Bentet kelabu Lanius schach Long-tailed Shrike 103 Sturnidae Perling kumbang* Aplonis panayensis Asian Glossy Starling 104 Tiong emas Gracula religiosa Hill Myna 105 Nectariniidae Burung-madu kelapa Anthreptes malaccensis Brown-throated Sunbird 106 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis Olive-backed Sunbird 107 Burung-madu sepah-raja Aethopyga siparaja Crimson Sunbird 108 Pijantung kecil Arachnothera longirostra Arachnotera longirostra 109 Pijantung tasmak Arachnothera flavigaster Spectacled Spiderhunter 110 Dicaeidae Pentis pelangi* Pronochilus percussus Crimson-breasted Flowerpecker 111 Cabai bunga-api Dicaeum trigonostigma Orange-bellied Flowerpecker 112 Cabai merah Dicaeum cruentatum Scarlet-backed Flowerpecker 113 Zosteropidae Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Oriental White-eye 114 Ploceidae Bondol jawa Lonchura leucogastroides Javan Munia 115 Bondol peking Lonchura punctulata Scaly-breasted Munia 116 Bondol haji Lonchura maja White-headed Munia Keterangan: HP = Hutan Pantai, HDR = Hutan Dataran Rendah, K = Perkebunan, PR = Padang Rumput, LJ = Luar Jalur A = PP No. 7 tahun 1999, B = IUCN, C = Apendiks CITES * = Luar Jalur
HP
HDR
K
PR
LJ √ √
√ √
√ √
√
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√ √
√
√
√
√ √ √ √ √
√ √ √
77
Lampiran 4 Jenis burung yang dilindungi pada empat tipe habitat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Fregatidae Ardeidae Accipitridae
Cikalang christmas Kuntul karang Elang tikus Elang-laut perut-putih Elang-ikan kepala-kelabu Elang-ular bido Elang hitam Elang brontok Alap-alap capung Kuau Raja Serindit melayu Celepuk reban Beluk ketupa Punguk coklat Luntur putri Raja-udang meninting Pekaka emas Cekakak batu Cekakak belukar Cekakak sungai Julang emas Kangkareng perut-putih Rangkong badak Rangkong papan Takur tutut Takur warna-warni Sempur-hujan darat Paok delima Paok pancawarna Cica-daun kecil
Fregata andrewsi Egretta sacra Elanus caeruleus Haliaeetus leucogaster Ichthyophaga ichthyatus Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Argusianus argus Loriculus galgulus Otus lempiji Ketupa ketupu Ninox scutulata Harpactes duvaucelii Alcedo meninting Pelargopsis capensis Lacedo pulchella Halcyon smynensis Todirhampus chloris Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Buceros bicornis Megalaima rafflesii Megalaima mystacophanos Eurylaimus ochromalus Pitta granatina Pitta guajana Chloropsis cyanopogon
Christmas Frigatebird Eastern Reef Egret Black-winged Kite White-bellied Fish-eagle Grey-headed fish-eagle Crested Serpent-eagle Black Eagle Changeable Hawk-eagle Black-thighed Falconet Great Argus Blue-crowned Hanging Parrot Collared Scopsowl Buffy Fish-owl Brown Hawk-owl Scarlet-rumped Trogon Blue-eared Kingfisher Stork-billed Kingfisher Banded Kingfisher White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Rhinoceros Hornbill Great Hornbill Red-crowned Barbet Red-throated Barbet Black-and-yellow Brodbill Garnet Pitta Banded Pitta Lesser Green Leafbird
Phasianidae Psittacidae Strigiformes
Trogonidae Alcenidae
Bucerotidae
Capitonidae Eurylaimidae Pittidae Chloropseidae
Kategori dilindungi PP No.7 Thn 1999 IUCN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √
CITES I II √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √
78
Lampiran 4 Lanjutan No 31 32 33 34 35 36 37 38
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Dicruridae Corvidae Sturnidae Nectariniidae
Srigunting sumatera Tangkar kambing Tiong emas Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Burung-madu sepah-raja Pijantung kecil Pijantung tasmak
Dicrurus sumatranus Platysmurus leucopterus Gracula religiosa Anthreptes malaccensis Nectarinia jugularis Aethopyga siparaja Arachnothera longirostra Arachnothera flavigaster
Sumatran Drongo Black Magpie Hill Myna Brown-throated Sunbird Olive-backed Sunbird Crimson Sunbird Arachnotera longirostra Spectacled Spiderhunter
Kategori dilindungi PP No.7 Thn 1999 IUCN
CITES I II
√ √ √ √ √ √ √ √
√
79
Lampiran 5 Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat hutan pantai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Fregatidae Ardeidae Accipitridae Alcenidae Bucerotidae
Cikalang christmas Kuntul karang Elang-laut perut-putih Cekakak sungai Julang emas Kangkareng perut-putih Paok delima Cica-daun kecil Burung-madu sriganti Burung-madu sepah-raja
Fregata andrewsi Egretta sacra Haliaeetus leucogaster Todirhampus chloris Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Pitta granatina Chloropsis cyanopogon Nectarinia jugularis Aethopyga siparaja
Christmas Frigatebird Eastern Reef Egret White-bellied Fish-eagle Collared Kingfisher Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Garnet Pitta Lesser Green Leafbird Olive-backed Sunbird Crimson Sunbird
Pittidae Chloropseidae Nectariniidae
Kategori dilindungi PP No.7 Thn 1999 IUCN √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √
√ √
CITES I II √
80
Lampiran 6 Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat hutan dataran rendah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Accipitridae
Elang-ular bido Elang hitam Punguk coklat Cekakak batu Cekakak belukar Cekakak sungai Julang emas Takur tutut Takur warna-warni Sempur-hujan darat Paok pancawarna Cica-daun kecil Srigunting sumatera Tangkar kambing Tiong emas Burung-madu sriganti Pijantung kecil Pijantung tasmak
Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Ninox scutulata Lacedo pulchella Halcyon smynensis Todirhampus chloris Aceros undulatus Megalaima rafflesii Megalaima mystacophanos Eurylaimus ochromalus Pitta guajana Chloropsis cyanopogon Dicrurus sumatranus Platysmurus leucopterus Gracula religiosa Nectarinia jugularis Arachnothera longirostra Arachnothera flavigaster
Crested Serpent-eagle Black Eagle Brown Hawk-owl Banded Kingfisher White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Wreathed Hornbill Red-crowned Barbet Red-throated Barbet Black-and-yellow Brodbill Banded Pitta Lesser Green Leafbird Sumatran Drongo Black Magpie Hill Myna Olive-backed Sunbird Arachnotera longirostra Spectacled Spiderhunter
Strigiformes Alcenidae
Bucerotidae Capitonidae Eurylaimidae Pittidae Chloropseidae Dricruridae Corvidae Sturnidae Nectariniidae
Kategori dilindungi PP No.7 Thn 1999 IUCN √ √ √ √ √ √
CITES I II √ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √ √
√ √ √ √
√
81
Lampiran 7 Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat perkebunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Accipitridae
Elang-ular bido Elang hitam Elang brontok Alap-alap capung Cekakak belukar Cekakak sungai Julang emas Kangkareng perut-putih Takur warna-warni Sempur-hujan darat Cica-daun kecil Srigunting sumatera Tiong emas Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Pijantung kecil
Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Halcyon smynensis Todirhampus chloris Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Megalaima mystacophanos Eurylaimus ochromalus Chloropsis cyanopogon Dicrurus sumatranus Gracula religiosa Anthreptes malaccensis Nectarinia jugularis Arachnothera longirostra
Crested Serpent-eagle Black Eagle Changeable Hawk-eagle Black-thighed Falconet White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Red-throated Barbet Black-and-yellow Brodbill Lesser Green Leafbird Sumatran Drongo Hill Myna Brown-throated Sunbird Olive-backed Sunbird Arachnotera longirostra
Alcenidae Bucerotidae Capitonidae Eurylaimidae Chloropseidae Dricruridae Sturnidae Nectariniidae
Kategori dilindungi PP No.7 Thn 1999 IUCN √ √ √ √ √ √ √ √
CITES I II √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√
82
Lampiran 8 Jenis burung yang dilindungi pada tipe habitat padang rumput No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Suku
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Fregatidae Accipitridae
Cikalang christmas Elang tikus Elang-laut perut-putih Alap-alap capung Cekakak belukar Cekakak sungai Kangkareng perut-putih Rangkong badak Takur tutut Paok pancawarna Tiong emas Burung-madu sriganti
Fregata andrewsi Elanus caeruleus Haliaeetus leucogaster Microhierax fringillarius Halcyon smynensis Todirhampus chloris Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Megalaima rafflesii Pitta guajana Gracula religiosa Nectarinia jugularis
Christmas Frigatebird Black-winged Kite White-bellied Fish-eagle Black-thighed Falconet White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Anthracoceros albirostris Rhinoceros Hornbill Red-crowned Barbet Banded Pitta Hill Myna Olive-backed Sunbird
Alcenidae Bucerotidae Capitonidae Pittidae Sturnidae Nectariniidae
Kategori dilindungi PP No.7 Thn 1999 IUCN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √
CITES I II √ √ √ √ √ √ √ √
83
Lampiran 9 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada empat tipe habitat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Suku Fregatidae Ardeidae Accipitridae
Phasianidae Turnicidae Columbidae
Cuculidae
Strigiformes Caprimulgidae Apodidae Hemiprocnidae
Nama Lokal Cikalang christmas Kuntul karang Elang tikus Elang-laut perut-putih Elang-ular bido Elang hitam Elang brontok Alap-alap capung Ayam-hutan merah Kareo padi Punai gading Pergam hijau Pergam laut Uncal kouran Tekukur biasa Perkutut jawa Delimukan zamrud Kangkok ranting Wiwik kelabu Wiwik uncuing Kedasi hitam Tuwur asia Kadalan kera Kadalan selaya Kadalan birah Bubut besar Bubut alang-alang Punguk coklat Cabak maling Walet sapi Tepekong jambul
Nama Ilmiah Fregata andrewsi Egretta sacra Elanus caeruleus Haliaeetus leucogaster Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Gallus gallus Amaurornis phoenicurus Treron vernans Ducula aenea Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Geopelia striata Chalcophaps indica Cuculus saturatus Cacomantis merulinus Cuculus sepulcralis Surniculus lugubris Eudynamys scolopacea Phaenicophaeus tristis Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Centropus sinensis Centropus bengalensis Ninox scutulata Caprimulgus macrurus Collocalia esculenta Hemiprocne longipenis
Nama Inggris Christmas Frigatebird Eastern Reef Egret Black-winged Kite White-bellied Fish-eagle Crested Serpent-eagle Black Eagle Changeable Hawk-eagle Black-thighed Falconet Red Jungle Fowl White-breasted Waterhen Pink-necked Green Pigeon Green Imperial Pigeon Pied Imperial-pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Zebra-Dove Emerald Dove Oriental Cuckoo Plaintive Cuckoo Brush Cuckoo Drongo Cuckoo Asian Koel Green-bellied Malkoha Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Greater Coucal Lesser Coucal Brown Hawk-owl Caprimulgus macrurus Glossy Swiftlet Grey-rumped Treeswift
Σ 30 8 3 20 8 3 1 3 54 1 577 240 2308 56 25 34 8 1 47 4 3 2 2 75 16 2 10 2 1 1307 23
pi 0,0034 0,0009 0,0003 0,0022 0,0009 0,0003 0,0001 0,0003 0,0061 0,0001 0,0647 0,0269 0,2587 0,0063 0,0028 0,0038 0,0009 0,0001 0,0053 0,0004 0,0003 0,0002 0,0002 0,0084 0,0018 0,0002 0,0011 0,0002 0,0001 0,1465 0,0026
ln pi -5,695 -7,017 -7,997 -6,1 -7,017 -7,997 -9,096 -7,997 -5,107 -9,096 -2,738 -3,615 -1,352 -5,071 -5,877 -5,57 -7,017 -9,096 -5,246 -7,71 -7,997 -8,403 -8,403 -4,779 -6,323 -8,403 -6,793 -8,403 -9,096 -1,921 -5,961
Di 0,336 0,09 0,034 0,224 0,09 0,034 0,011 0,034 0,605 0,011 6,469 2,691 25,87 0,628 0,28 0,381 0,09 0,011 0,527 0,045 0,034 0,022 0,022 0,841 0,179 0,022 0,112 0,022 0,011 14,65 0,258
H' 0,0192 0,0063 0,0027 0,0137 0,0063 0,0027 0,001 0,0027 0,0309 0,001 0,1771 0,0973 0,3498 0,0318 0,0165 0,0212 0,0063 0,001 0,0276 0,0035 0,0027 0,0019 0,0019 0,0402 0,0113 0,0019 0,0076 0,0019 0,001 0,2814 0,0154
E 0,623
84
Lampiran 9 Lanjutan No 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Suku Alcenidae
Meropidae Bucerotidae
Capitonidae
Picidae
Eurylaimidae Pittidae Hirundinidae Campephagidae
Chloropseidae
Pycnonotidae
Nama Lokal Tepekong rangkang Cekakak batu Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Kangkareng perut-putih Rangkong badak Takur tutut Takur warna-warni Takur ungkut-ungkut Pelatuk sayap-merah Pelatuk merah Caladi tilik Pelatuk kundang Madi kelam Sempur-hujan darat Paok delima Paok pancawarna Layang-layang api Layang-layang batu Jinjing batu Kapasan kemiri Sepah hutan Cipoh kacat Cica-daun kecil Cica-daun besar Cica-daun sayap-biru Cucak kuning Cucak kutilang Merbah cerukcuk
Nama Ilmiah Hemiprocne comata Lacedo pulchella Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Megalaima rafflesii Megalaima mystacophanos Megalaima haemachepala Picus puniceus Picus miniaceus Dendrocopus moluccensis Reinwardtipicus validus Corydon sumatranus Eurylaimus ochromalus Pitta granatina Pitta guajana Hirundo rustica Hirundo tahitica Hemipus hirundinaceus Lalage nigra Pericrocotus flammeus Aegithina tiphia Chloropsis cyanopogon Chloropsis sonnerati Chloropsis cochinchinensis Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier
Nama Inggris Whiskered Treeswift Banded Kingfisher White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Rhinoceros Hornbill Red-crowned Barbet Red-throated Barbet Coppersmith Barbet Crimson-winged Woodpecker Banded Woodpecker Sunda Woodpecker Orange-backed Woodpecker Dusky Broadbill Black-and-yellow Brodbill Garnet Pitta Banded Pitta Barn Swallow Pacific Swalllow Black-winged Flycatcher-shrike Pied Triller Scarlet Minivet Common Iora Lesser Green Leafbird Greater Green Leafbird Blue-winged Leafbird Black-crested Bulbul Sooty-headed Bulbul Yellow-vented Bulbul
Σ 2 1 49 147 36 25 9 1 38 20 32 8 22 17 2 17 7 1 4 12 183 2 12 2 2 7 2 17 367 722 368
pi 0,0002 0,0001 0,0055 0,0165 0,004 0,0028 0,001 0,0001 0,0043 0,0022 0,0036 0,0009 0,0025 0,0019 0,0002 0,0019 0,0008 0,0001 0,0004 0,0013 0,0205 0,0002 0,0013 0,0002 0,0002 0,0008 0,0002 0,0019 0,0411 0,0809 0,0413
ln pi -8,403 -9,096 -5,204 -4,106 -5,513 -5,877 -6,899 -9,096 -5,458 -6,1 -5,63 -7,017 -6,005 -6,263 -8,403 -6,263 -7,15 -9,096 -7,71 -6,611 -3,887 -8,403 -6,611 -8,403 -8,403 -7,15 -8,403 -6,263 -3,191 -2,514 -3,188
Di 0,022 0,011 0,549 1,648 0,404 0,28 0,101 0,011 0,426 0,224 0,359 0,09 0,247 0,191 0,022 0,191 0,078 0,011 0,045 0,135 2,052 0,022 0,135 0,022 0,022 0,078 0,022 0,191 4,114 8,094 4,126
H' 0,0019 0,001 0,0286 0,0677 0,0222 0,0165 0,007 0,001 0,0233 0,0137 0,0202 0,0063 0,0148 0,0119 0,0019 0,0119 0,0056 0,001 0,0035 0,0089 0,0797 0,0019 0,0089 0,0019 0,0019 0,0056 0,0019 0,0119 0,1313 0,2035 0,1315
E 0,623
85
Lampiran 9 Lanjutan No 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Suku
Dicruridae
Oriolidae Corvidae Turdidae Silviidae
Motacillidae Laniidae Sturnidae Nectariniidae
Dicaeidae Zosteropidae Ploceidae
Nama Lokal Merbah corok-corok Merbah mata-merah Srigunting hitam Srigunting jambul-rambut Srigunting sumatera Srigunting batu Kacembang gadung Tangkar kambing Gagak hutan Kucica kampung Remetuk laut Cinenen belukar Cinenen kelabu Cinenen merah Perenjak jawa Cici padi Kicuit batu Kicuit kerbau Bentet coklat Bentet kelabu Tiong emas Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Burung-madu sepah-raja Pijantung kecil Pijantung tasmak Cabai bunga-api Cabai merah Kacamata biasa Bondol jawa Bondol peking Bondol haji
Nama Ilmiah Pycnonotus simplex Pycnonotus brunneus Dicrurus macrocercus Dicrurus hottentottus Dicrurus sumatranus Dicrurus paradiseus Irena puella Platysmurus leucopterus Corvus enca Copsychus saularis Gerygone sulphurea Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps Orthotomus sericeus Prinia familiaris Cisticola juncidis Motacilla cinerea Motacilla flava Lanius cristatus Lanius schach Gracula religiosa Anthreptes malaccensis Nectarinia jugularis Aethopyga siparaja Arachnothera longirostra Arachnothera flavigaster Dicaeum trigonostigma Dicaeum cruentatum Zosterops palpebrosus Lonchura leucogastroides Lonchura punctulata Lonchura maja
Nama Inggris Cream-vented Bulbul Red-eyed Bulbul Black Drongo Hair-crested Drongo Sumatran Drongo Greater Racket-tailed Drongo Asian Fairy-Bluebird Black Magpie Slender-billed Crow Oriental Magpie Robin Golden-bellied Gerygone Dark-necked Tailorbird Ashy Tailorbird Rufous-tailed Tailorbird Bar-winged Prinia Zitting Cisticola Grey Wagtail Yellow Wagtail Brown Shrike Long-tailed Shrike Hill Myna Brown-throated Sunbird Olive-backed Sunbird Crimson Sunbird Arachnotera longirostra Spectacled Spiderhunter Orange-bellied Flowerpecker Scarlet-backed Flowerpecker Oriental White-eye Javan Munia Scaly-breasted Munia White-headed Munia
Σ 594 8 2 1 2 251 2 3 13 60 1 4 78 3 389 10 2 9 2 4 53 2 23 1 16 8 2 135 13 18 32 171
pi 0,0666 0,0009 0,0002 0,0001 0,0002 0,0281 0,0002 0,0003 0,0015 0,0067 0,0001 0,0004 0,0087 0,0003 0,0436 0,0011 0,0002 0,001 0,0002 0,0004 0,0059 0,0002 0,0026 0,0001 0,0018 0,0009 0,0002 0,0151 0,0015 0,002 0,0036 0,0192
ln pi -2,709 -7,017 -8,403 -9,096 -8,403 -3,571 -8,403 -7,997 -6,531 -5,002 -9,096 -7,71 -4,739 -7,997 -3,132 -6,793 -8,403 -6,899 -8,403 -7,71 -5,126 -8,403 -5,961 -9,096 -6,323 -7,017 -8,403 -4,191 -6,531 -6,206 -5,63 -3,954
Di 6,659 0,09 0,022 0,011 0,022 2,814 0,022 0,034 0,146 0,673 0,011 0,045 0,874 0,034 4,361 0,112 0,022 0,101 0,022 0,045 0,594 0,022 0,258 0,011 0,179 0,09 0,022 1,513 0,146 0,202 0,359 1,917
H' 0,1804 0,0063 0,0019 0,001 0,0019 0,1005 0,0019 0,0027 0,0095 0,0336 0,001 0,0035 0,0414 0,0027 0,1366 0,0076 0,0019 0,007 0,0019 0,0035 0,0305 0,0019 0,0154 0,001 0,0113 0,0063 0,0019 0,0634 0,0095 0,0125 0,0202 0,0758
E 0,623
86
Lampiran 10 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat hutan pantai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku Fregatidae Ardeidae Accipitridae Phasianidae Columbidae
Cuculidae
Apodidae Alcenidae Meropidae Bucerotidae Capitonidae Picidae
Pittidae Hirundinidae Chloropseidae Pycnonotidae
Nama Lokal Cikalang christmas Kuntul karang Elang-laut perut-putih Ayam-hutan merah Punai gading Pergam laut Uncal kouran Tekukur biasa Kangkok ranting Wiwik kelabu Tuwur asia Kadalan kera Kadalan selaya Kadalan birah Bubut besar Bubut alang-alang Walet sapi Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Kangkareng perut-putih Takur ungkut-ungkut Pelatuk sayap-merah Pelatuk merah Caladi tilik Paok delima Layang-layang api Layang-layang batu Cica-daun kecil Cucak kuning
Nama Ilmiah Fregata andrewsi Egretta sacra Haliaeetus leucogaster Gallus gallus Treron vernans Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Cuculus saturatus Cacomantis merulinus Eudynamys scolopacea Phaenicophaeus tristis Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Centropus sinensis Centropus bengalensis Collocalia esculenta Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Megalaima haemachepala Picus puniceus Picus miniaceus Dendrocopus moluccensis Pitta granatina Hirundo rustica Hirundo tahitica Chloropsis cyanopogon Pycnonotus melanicterus
Nama Inggris Christmas Frigatebird Eastern Reef Egret White-bellied Fish-eagle Red Jungle Fowl Pink-necked Green Pigeon Pied Imperial-pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Oriental Cuckoo Plaintive Cuckoo Asian Koel Green-bellied Malkoha Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Greater Coucal Lesser Coucal Glossy Swiftlet Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Coppersmith Barbet Crimson-winged Woodpecker Banded Woodpecker Sunda Woodpecker Garnet Pitta Barn Swallow Pacific Swalllow Lesser Green Leafbird Black-crested Bulbul
Σ 6 8 15 4 51 17 17 1 1 5 1 1 8 1 1 1 304 83 3 2 5 3 5 2 4 1 8 11 2 153
pi 0,0042 0,0057 0,0106 0,0028 0,036 0,012 0,012 0,0007 0,0007 0,0035 0,0007 0,0007 0,0057 0,0007 0,0007 0,0007 0,2148 0,0587 0,0021 0,0014 0,0035 0,0021 0,0035 0,0014 0,0028 0,0007 0,0057 0,0078 0,0014 0,1081
ln pi -5,463 -5,175 -4,547 -5,869 -3,323 -4,422 -4,422 -7,255 -7,255 -5,645 -7,255 -7,255 -5,175 -7,255 -7,255 -7,255 -1,538 -2,836 -6,156 -6,562 -5,645 -6,156 -5,645 -6,562 -5,869 -7,255 -5,175 -4,857 -6,562 -2,224
Di 0,424 0,565 1,06 0,283 3,604 1,201 1,201 0,071 0,071 0,353 0,071 0,071 0,565 0,071 0,071 0,071 21,48 5,866 0,212 0,141 0,353 0,212 0,353 0,141 0,283 0,071 0,565 0,777 0,141 10,81
H' 2,60
E 0,68
87
Lampiran 10 Lanjutan No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Suku
Dicruridae Turdidae Silviidae
Nectariniidae Dicaeidae Ploceidae
Nama Lokal Cucak kutilang Merbah cerukcuk Merbah corok-corok Merbah mata-merah Srigunting hitam Srigunting batu Kucica kampung Cinenen belukar Cinenen kelabu Perenjak jawa Burung-madu sriganti Burung-madu sepah-raja Cabai merah Bondol haji
Nama Ilmiah Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Pycnonotus brunneus Dicrurus macrocercus Dicrurus paradiseus Copsychus saularis Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps Prinia familiaris Nectarinia jugularis Aethopyga siparaja Dicaeum cruentatum Lonchura maja
Nama Inggris Sooty-headed Bulbul Yellow-vented Bulbul Cream-vented Bulbul Red-eyed Bulbul Black Drongo Greater Racket-tailed Drongo Oriental Magpie Robin Dark-necked Tailorbird Ashy Tailorbird Bar-winged Prinia Olive-backed Sunbird Crimson Sunbird Scarlet-backed Flowerpecker White-headed Munia
Σ 139 42 259 3 1 51 38 1 51 83 4 2 15 2
pi 0,0982 0,0297 0,183 0,0021 0,0007 0,036 0,0269 0,0007 0,036 0,0587 0,0028 0,0014 0,0106 0,0014
ln pi -2,32 -3,517 -1,698 -6,156 -7,255 -3,323 -3,617 -7,255 -3,323 -2,836 -5,869 -6,562 -4,547 -6,562
Di 9,823 2,968 18,3 0,212 0,071 3,604 2,686 0,071 3,604 5,866 0,283 0,141 1,06 0,141
H' 2,60
E 0,68
88
Lampiran 11. Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat hutan dataran rendah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku Accipitridae Phasianidae Columbidae
Cuculidae
Strigiformes Apodidae Hemiprocnidae Alcenidae
Meropidae Bucerotidae Capitonidae
Picidae
Eurylaimidae Pittidae Hirundinidae
Nama Lokal Elang-ular bido Elang hitam Ayam-hutan merah Punai gading Pergam hijau Delimukan zamrud Wiwik kelabu Kedasi hitam Kadalan kera Kadalan selaya Kadalan birah Punguk coklat Walet sapi Tepekong jambul Tepekong rangkang Cekakak batu Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Takur tutut Takur warna-warni Takur ungkut-ungkut Pelatuk merah Caladi tilik Pelatuk kundang Madi kelam Sempur-hujan darat Paok pancawarna Layang-layang batu
Nama Ilmiah Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Gallus gallus Treron vernans Ducula aenea Chalcophaps indica Cacomantis merulinus Surniculus lugubris Phaenicophaeus tristis Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Ninox scutulata Collocalia esculenta Hemiprocne longipenis Hemiprocne comata Lacedo pulchella Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Megalaima rafflesii Megalaima mystacophanos Megalaima haemachepala Picus miniaceus Dendrocopus moluccensis Reinwardtipicus validus Corydon sumatranus Eurylaimus ochromalus Pitta guajana Hirundo tahitica
Nama Inggris Crested Serpent-eagle Black Eagle Red Jungle Fowl Pink-necked Green Pigeon Green Imperial Pigeon Emerald Dove Plaintive Cuckoo Drongo Cuckoo Green-bellied Malkoha Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Brown Hawk-owl Glossy Swiftlet Grey-rumped Treeswift Whiskered Treeswift Banded Kingfisher White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Red-crowned Barbet Red-throated Barbet Coppersmith Barbet Banded Woodpecker Sunda Woodpecker Orange-backed Woodpecker Dusky Broadbill Black-and-yellow Brodbill Banded Pitta Pacific Swalllow
Σ 7 2 5 37 212 2 6 1 1 54 9 2 360 19 2 1 1 6 2 21 37 12 12 13 4 2 15 3 3 22
pi 0,0051 0,0015 0,0036 0,0269 0,1544 0,0015 0,0044 0,0007 0,0007 0,0393 0,0066 0,0015 0,2622 0,0138 0,0015 0,0007 0,0007 0,0044 0,0015 0,0153 0,0269 0,0087 0,0087 0,0095 0,0029 0,0015 0,0109 0,0022 0,0022 0,016
ln pi -5,279 -6,532 -5,615 -3,614 -1,868 -6,532 -5,433 -7,225 -7,225 -3,236 -5,028 -6,532 -1,339 -4,28 -6,532 -7,225 -7,225 -5,433 -6,532 -4,18 -3,614 -4,74 -4,74 -4,66 -5,838 -6,532 -4,517 -6,126 -6,126 -4,134
Di 0,51 0,146 0,364 2,695 15,44 0,146 0,437 0,073 0,073 3,933 0,655 0,146 26,22 1,384 0,146 0,073 0,073 0,437 0,146 1,529 2,695 0,874 0,874 0,947 0,291 0,146 1,092 0,218 0,218 1,602
H' 2,76
E 0,69
89
Lampiran 11 Lanjutan No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Suku Campephagidae Chloropseidae Pycnonotidae
Dicruridae
Corvidae Silviidae
Laniidae Sturnidae Nectariniidae
Dicaeidae
Nama Lokal Jinjing batu Sepah hutan Cica-daun kecil Cica-daun sayap-biru Cucak kuning Cucak kutilang Merbah cerukcuk Merbah corok-corok Merbah mata-merah Srigunting hitam Srigunting jambul-rambut Srigunting sumatera Srigunting batu Tangkar kambing Gagak hutan Cinenen belukar Cinenen kelabu Perenjak jawa Bentet coklat Tiong emas Burung-madu sriganti Pijantung kecil Pijantung tasmak Cabai merah
Nama Ilmiah Hemipus hirundinaceus Pericrocotus flammeus Chloropsis cyanopogon Chloropsis cochinchinensis Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Pycnonotus brunneus Dicrurus macrocercus Dicrurus hottentottus Dicrurus sumatranus Dicrurus paradiseus Platysmurus leucopterus Corvus enca Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps Prinia familiaris Lanius cristatus Gracula religiosa Nectarinia jugularis Arachnothera longirostra Arachnothera flavigaster Dicaeum cruentatum
Nama Inggris Black-winged Flycatcher-shrike Scarlet Minivet Lesser Green Leafbird Blue-winged Leafbird Black-crested Bulbul Sooty-headed Bulbul Yellow-vented Bulbul Cream-vented Bulbul Red-eyed Bulbul Black Drongo Hair-crested Drongo Sumatran Drongo Greater Racket-tailed Drongo Black Magpie Slender-billed Crow Dark-necked Tailorbird Ashy Tailorbird Bar-winged Prinia Brown Shrike Hill Myna Olive-backed Sunbird Arachnotera longirostra Spectacled Spiderhunter Scarlet-backed Flowerpecker
Σ 2 1 4 15 75 28 5 106 2 1 1 1 134 3 3 1 9 40 2 33 3 15 8 8
pi 0,0015 0,0007 0,0029 0,0109 0,0546 0,0204 0,0036 0,0772 0,0015 0,0007 0,0007 0,0007 0,0976 0,0022 0,0022 0,0007 0,0066 0,0291 0,0015 0,024 0,0022 0,0109 0,0058 0,0058
ln pi -6,532 -7,225 -5,838 -4,517 -2,907 -3,893 -5,615 -2,561 -6,532 -7,225 -7,225 -7,225 -2,327 -6,126 -6,126 -7,225 -5,028 -3,536 -6,532 -3,728 -6,126 -4,517 -5,145 -5,145
Di 0,146 0,073 0,291 1,092 5,462 2,039 0,364 7,72 0,146 0,073 0,073 0,073 9,76 0,218 0,218 0,073 0,655 2,913 0,146 2,403 0,218 1,092 0,583 0,583
H' 2,76
E 0,69
90
Lampiran 12 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat perkebunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Suku Accipitridae
Phasianidae Turnicidae Columbidae
Cuculidae
Apodidae Hemiprocnidae Alcenidae Meropidae Bucerotidae Capitonidae Picidae Eurylaimidae Hirundinidae
Nama Lokal Elang-ular bido Elang hitam Elang brontok Alap-alap capung Ayam-hutan merah Kareo padi Punai gading Pergam hijau Uncal kouran Tekukur biasa Perkutut jawa Delimukan zamrud Wiwik kelabu Wiwik uncuing Kedasi hitam Kadalan selaya Kadalan birah Walet sapi Tepekong jambul Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Kangkareng perut-putih Takur warna-warni Takur ungkut-ungkut Pelatuk sayap-merah Caladi tilik Madi kelam Sempur-hujan darat Layang-layang api
Nama Ilmiah Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Gallus gallus Amaurornis phoenicurus Treron vernans Ducula aenea Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Geopelia striata Chalcophaps indica Cacomantis merulinus Cuculus sepulcralis Surniculus lugubris Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Collocalia esculenta Hemiprocne longipenis Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Megalaima mystacophanos Megalaima haemachepala Picus puniceus Dendrocopus moluccensis Corydon sumatranus Eurylaimus ochromalus Hirundo rustica
Nama Inggris Crested Serpent-eagle Black Eagle Changeable Hawk-eagle Black-thighed Falconet Red Jungle Fowl White-breasted Waterhen Pink-necked Green Pigeon Green Imperial Pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Zebra-Dove Emerald Dove Plaintive Cuckoo Brush Cuckoo Drongo Cuckoo Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Glossy Swiftlet Grey-rumped Treeswift White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Red-throated Barbet Coppersmith Barbet Crimson-winged Woodpecker Sunda Woodpecker Dusky Broadbill Black-and-yellow Brodbill Barn Swallow
Σ 1 1 1 1 2 1 81 28 18 22 34 3 33 4 1 13 6 259 4 15 41 8 2 2 8 6 3 9 2 4 4
pi 0,0006 0,0006 0,0006 0,0006 0,0013 0,0006 0,0515 0,0178 0,0115 0,014 0,0216 0,0019 0,021 0,0025 0,0006 0,0083 0,0038 0,1648 0,0025 0,0095 0,0261 0,0051 0,0013 0,0013 0,0051 0,0038 0,0019 0,0057 0,0013 0,0025 0,0025
ln pi -7,36 -7,36 -7,36 -7,36 -6,667 -7,36 -2,966 -4,028 -4,47 -4,269 -3,834 -6,261 -3,864 -5,974 -7,36 -4,795 -5,568 -1,803 -5,974 -4,652 -3,647 -5,281 -6,667 -6,667 -5,281 -5,568 -6,261 -5,163 -6,667 -5,974 -5,974
Di 0,064 0,064 0,064 0,064 0,127 0,064 5,153 1,781 1,145 1,399 2,163 0,191 2,099 0,254 0,064 0,827 0,382 16,48 0,254 0,954 2,608 0,509 0,127 0,127 0,509 0,382 0,191 0,573 0,127 0,254 0,254
H' 2,93
E 0,71
91
Lampiran 12 Lanjutan No 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Suku Campephagidae Chloropseidae
Pycnonotidae
Dicruridae Oriolidae Corvidae Turdidae Silviidae
Motacillidae Sturnidae Nectariniidae
Dicaeidae Zosteropidae Ploceidae
Nama Lokal Layang-layang batu Sepah hutan Cipoh kacat Cica-daun kecil Cica-daun besar Cica-daun sayap-biru Cucak kuning Cucak kutilang Merbah cerukcuk Merbah corok-corok Merbah mata-merah Srigunting sumatera Srigunting batu Kacembang gadung Gagak hutan Kucica kampung Remetuk laut Cinenen belukar Cinenen kelabu Cinenen merah Perenjak jawa Kicuit kerbau Tiong emas Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Pijantung kecil Cabai bunga-api Cabai merah Kacamata biasa Bondol jawa Bondol haji
Nama Ilmiah Hirundo tahitica Pericrocotus flammeus Aegithina tiphia Chloropsis cyanopogon Chloropsis sonnerati Chloropsis cochinchinensis Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Pycnonotus brunneus Dicrurus sumatranus Dicrurus paradiseus Irena puella Corvus enca Copsychus saularis Gerygone sulphurea Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps Orthotomus sericeus Prinia familiaris Motacilla flava Gracula religiosa Anthreptes malaccensis Nectarinia jugularis Arachnothera longirostra Dicaeum trigonostigma Dicaeum cruentatum Zosterops palpebrosus Lonchura leucogastroides Lonchura maja
Nama Inggris Pacific Swalllow Scarlet Minivet Common Iora Lesser Green Leafbird Greater Green Leafbird Blue-winged Leafbird Black-crested Bulbul Sooty-headed Bulbul Yellow-vented Bulbul Cream-vented Bulbul Red-eyed Bulbul Sumatran Drongo Greater Racket-tailed Drongo Asian Fairy-Bluebird Slender-billed Crow Oriental Magpie Robin Golden-bellied Gerygone Dark-necked Tailorbird Ashy Tailorbird Rufous-tailed Tailorbird Bar-winged Prinia Yellow Wagtail Hill Myna Brown-throated Sunbird Olive-backed Sunbird Arachnotera longirostra Orange-bellied Flowerpecker Scarlet-backed Flowerpecker Oriental White-eye Javan Munia White-headed Munia
Σ 25 1 2 1 2 2 134 287 45 128 3 1 29 1 7 3 1 2 16 3 133 3 16 2 11 1 2 57 13 18 6
pi 0,0159 0,0006 0,0013 0,0006 0,0013 0,0013 0,0852 0,1826 0,0286 0,0814 0,0019 0,0006 0,0184 0,0006 0,0045 0,0019 0,0006 0,0013 0,0102 0,0019 0,0846 0,0019 0,0102 0,0013 0,007 0,0006 0,0013 0,0363 0,0083 0,0115 0,0038
ln pi -4,141 -7,36 -6,667 -7,36 -6,667 -6,667 -2,462 -1,701 -3,553 -2,508 -6,261 -7,36 -3,993 -7,36 -5,414 -6,261 -7,36 -6,667 -4,588 -6,261 -2,47 -6,261 -4,588 -6,667 -4,962 -7,36 -6,667 -3,317 -4,795 -4,47 -5,568
Di 1,59 0,064 0,127 0,064 0,127 0,127 8,524 18,26 2,863 8,142 0,191 0,064 1,845 0,064 0,445 0,191 0,064 0,127 1,018 0,191 8,461 0,191 1,018 0,127 0,7 0,064 0,127 3,626 0,827 1,145 0,382
H' 2,93
E 0,71
92
Lampiran 13 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis burung pada tipe habitat padang rumput No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku Fregatidae Accipitridae
Phasianidae Columbidae
Cuculidae
Caprimulgidae Apodidae Alcenidae Meropidae Bucerotidae Capitonidae Picidae Pittidae Hirundinidae Campephagidae Pycnonotidae
Nama Lokal Cikalang christmas Elang tikus Elang-laut perut-putih Alap-alap capung Ayam-hutan merah Punai gading Pergam laut Uncal kouran Tekukur biasa Delimukan zamrud Wiwik kelabu Kedasi hitam Tuwur asia Bubut besar Bubut alang-alang Cabak maling Walet sapi Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Kangkareng perut-putih Rangkong badak Takur tutut Takur ungkut-ungkut Pelatuk merah Paok pancawarna Layang-layang batu Kapasan kemiri Cucak kuning Cucak kutilang
Nama Ilmiah Fregata andrewsi Elanus caeruleus Haliaeetus leucogaster Microhierax fringillarius Gallus gallus Treron vernans Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Chalcophaps indica Cacomantis merulinus Surniculus lugubris Eudynamys scolopacea Centropus sinensis Centropus bengalensis Caprimulgus macrurus Collocalia esculenta Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Megalaima rafflesii Megalaima haemachepala Picus miniaceus Pitta guajana Hirundo tahitica Lalage nigra Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster
Nama Inggris Christmas Frigatebird Black-winged Kite White-bellied Fish-eagle Black-thighed Falconet Red Jungle Fowl Pink-necked Green Pigeon Pied Imperial-pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Emerald Dove Plaintive Cuckoo Drongo Cuckoo Asian Koel Greater Coucal Lesser Coucal Caprimulgus macrurus Glossy Swiftlet White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Anthracoceros albirostris Rhinoceros Hornbill Red-crowned Barbet Coppersmith Barbet Banded Woodpecker Banded Pitta Pacific Swalllow Pied Triller Black-crested Bulbul Sooty-headed Bulbul
Σ 24 3 5 2 43 408 2291 21 2 3 3 1 1 1 9 1 384 33 13 23 2 1 1 11 7 1 125 12 5 274
pi 0,0094 0,0012 0,002 0,0008 0,0168 0,1594 0,8949 0,0082 0,0008 0,0012 0,0012 0,0004 0,0004 0,0004 0,0035 0,0004 0,15 0,0129 0,0051 0,009 0,0008 0,0004 0,0004 0,0043 0,0027 0,0004 0,0488 0,0047 0,002 0,107
ln pi -4,67 -6,749 -6,238 -7,155 -4,087 -1,836 -0,111 -4,803 -7,155 -6,749 -6,749 -7,848 -7,848 -7,848 -5,651 -7,848 -1,897 -4,351 -5,283 -4,712 -7,155 -7,848 -7,848 -5,45 -5,902 -7,848 -3,019 -5,363 -6,238 -2,235
Di 0,94 0,12 0,2 0,08 1,68 15,9 89,5 0,82 0,08 0,12 0,12 0,04 0,04 0,04 0,35 0,04 15 1,29 0,51 0,9 0,08 0,04 0,04 0,43 0,27 0,04 4,88 0,47 0,2 10,7
H' 2,53
E 0,66
93
Lampiran 13 Lanjutan No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Suku
Dicruridae Oriolidae Corvidae Turdidae Silviidae
Motacillidae Laniidae Sturnidae Nectariniidae Dicaeidae Ploceidae
Nama Lokal Merbah cerukcuk Merbah corok-corok Srigunting batu Kacembang gadung Gagak hutan Kucica kampung Cinenen kelabu Perenjak jawa Cici padi Kicuit kerbau Kicuit batu Bentet kelabu Tiong emas Burung-madu sriganti Cabai merah Bondol peking Bondol haji
Nama Ilmiah Pycnonotus goiavier Pycnonotus simplex Dicrurus paradiseus Irena puella Corvus enca Copsychus saularis Orthotomus ruficeps Prinia familiaris Cisticola juncidis Motacilla flava Motacilla cinerea Lanius schach Gracula religiosa Nectarinia jugularis Dicaeum cruentatum Lonchura punctulata Lonchura maja
Nama Inggris Yellow-vented Bulbul Cream-vented Bulbul Greater Racket-tailed Drongo Asian Fairy-Bluebird Slender-billed Crow Oriental Magpie Robin Ashy Tailorbird Bar-winged Prinia Zitting Cisticola Yellow Wagtail Grey Wagtail Long-tailed Shrike Hill Myna Olive-backed Sunbird Scarlet-backed Flowerpecker Scaly-breasted Munia White-headed Munia
Σ 276 101 35 1 3 19 2 133 10 6 2 4 4 4 55 32 163
pi 0,1078 0,0395 0,0137 0,0004 0,0012 0,0074 0,0008 0,052 0,0039 0,0023 0,0008 0,0016 0,0016 0,0016 0,0215 0,0125 0,0637
ln pi -2,227 -3,233 -4,292 -7,848 -6,749 -4,903 -7,155 -2,957 -5,545 -6,056 -7,155 -6,461 -6,461 -6,461 -3,84 -4,382 -2,754
Di 10,8 3,95 1,37 0,04 0,12 0,74 0,08 5,2 0,39 0,23 0,08 0,16 0,16 0,16 2,15 1,25 6,37
H' 2,53
E 0,66
94
Lampiran 14 Uji statistik pada empat habitat yang diteliti Two-Sample T-Test and CI: Hutan Dataran Rendah; Hutan Pantai Two-sample T for Hutan Dataran Rendah vs Hutan Pantai N
Mean
Hutan Da 3
StDev SE Mean
2,563
0,325
Hutan Pa 3 2,4377 0,0255
0,19 0,015
Difference = mu Hutan Dataran Rendah - mu Hutan Pantai Estimate for difference: 0,126 95% CI for difference: (-0,397; 0,648) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,67 P-Value = 0,541 DF = 4 Both use Pooled StDev = 0,231
Kesimpulan : karena t hitung (0,67) < t table (2,447) maka dengan tingkat kepercayaan 95% terima H0, bahwa tidak ada perbedaan keanekaragaman burung pada habitat hutan pantai dan hutan dataran rendah.
Two-Sample T-Test and CI: Perkebunan; Hutan Pantai Two-sample T for Perkebunan vs Hutan Pantai N
Mean
Perkebun 3
StDev SE Mean
2,738
0,324
Hutan Pa 3 2,4377 0,0255
0,19 0,015
Difference = mu Perkebunan – mu Hutan Pantai Estimate for difference: 0,300 95% CI for difference: (-0,221; 0,822) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,60 P-Value = 0,185 DF = 4 Both use Pooled StDev = 0,230
Kesimpulan : karena t hitung (1,60) < t table (2,447) maka dengan tingkat kepercayaan 95% terima H0, bahwa tidak ada perbedaan keanekaragaman burung pada habitat hutan pantai dan perkebunan.
95
Lampiran 14 Lanjutan Two-Sample T-Test and CI: Hutan Pantai, Padang Rumput Two-sample T for Hutan Pantai vs Padang Rumput N
Mean
StDev SE Mean
Hutan Pa 3 2.4377 0.0255
0.015
Padang R 3
0.30
2.058
0.517
Difference = mu Hutan Pantai - mu Padang Rumput Estimate for difference: 0.380 95% CI for difference: (-0.450, 1.210) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.27 P-Value = 0.272 DF = 4 Both use Pooled StDev = 0.366
Kesimpulan : karena t hitung (1,27) < t table (2,447) maka dengan tingkat kepercayaan 95% terima H0, bahwa tidak ada perbedaan keanekaragaman burung pada habitat hutan pantai dan padang rumput.
Two-Sample T-Test and CI: Perkebunan; Hutan Dataran Rendah Two-sample T for Perkebunan vs Hutan Dataran Rendah N
Mean
StDev SE Mean
Perkebun 3
2,738
0,324
0,19
Hutan Da 3
2,563
0,325
0,19
Difference = mu Perkebunan – mu Hutan Dataran Rendah Estimate for difference: 0,175 95% CI for difference: (-0,561; 0,911) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,66 P-Value = 0,546 DF = 4 Both use Pooled StDev = 0,325
Kesimpulan : karena t hitung (0,66) < t table (2,447) maka dengan tingkat kepercayaan 95% terima H0, bahwa tidak ada perbedaan keanekaragaman burung pada habitat hutan dataran rendah dan perkebunan.
96
Lampiran 14 Lanjutan Two-Sample T-Test and CI: Hutan Dataran Rendah, Padang Rumput Two-sample T for Hutan Dataran Rendah vs Padang Rumput N
Mean
StDev SE Mean
Hutan Da 3
2.563
0.325
0.19
Padang R 3
2.058
0.517
0.30
Difference = mu Hutan Dataran Rendah – mu Padang Rumput Estimate for difference: 0.506 95% CI for difference: (-0.473, 1.485) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.43 P-Value = 0.225 DF = 4 Both use Pooled StDev = 0.432
Kesimpulan : karena t hitung (1,43) < t table (2,447) maka dengan tingkat kepercayaan 95% terima H0, bahwa tidak ada perbedaan keanekaragaman burung pada habitat hutan dataran rendah dan padang rumput.
Two-Sample T-Test and CI: Perkebunan, Padang Rumput Two-sample T for Perkebunan vs Padang Rumput N
Mean
StDev SE Mean
Perkebun 3
2.738
0.324
0.19
Padang R 3
2.058
0.517
0.30
Difference = mu Perkebunan - mu Padang Rumput Estimate for difference: 0.680 95% CI for difference: (-0.298, 1.659) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.93 P-Value = 0.126 DF = 4 Both use Pooled StDev = 0.431
Kesimpulan : karena t hitung (1,93) < t table (2,447) maka dengan tingkat kepercayaan 95% terima H0, bahwa tidak ada perbedaan keanekaragaman burung pada habitat perkebunan dan padang rumput.
97
Lampiran 15 Pemanfaatan strata burung pada tipe habitat hutan pantai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku Fregatidae Ardeidae Accipitridae Phasianidae Columbidae
Cuculidae
Apodidae Alcenidae Meropidae Bucerotidae Capitonidae Picidae
Pittidae Hirundinidae Chloropseidae Pycnonotidae
Nama Lokal Cikalang christmas Kuntul karang Elang-laut perut-putih Ayam-hutan merah Punai gading Pergam laut Uncal kouran Tekukur biasa Kangkok ranting Wiwik kelabu Tuwur asia Kadalan kera Kadalan selaya Kadalan birah Bubut besar Bubut alang-alang Walet sapi Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Kangkareng perut-putih Takur ungkut-ungkut Pelatuk sayap-merah Pelatuk merah Caladi tilik Paok delima Layang-layang api Layang-layang batu Cica-daun kecil Cucak kuning
Nama Ilmiah Fregata andrewsi Egretta sacra Haliaeetus leucogaster Gallus gallus Treron vernans Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Cuculus saturatus Cacomantis merulinus Eudynamys scolopacea Phaenicophaeus tristis Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Centropus sinensis Centropus bengalensis Collocalia esculenta Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Megalaima haemachepala Picus puniceus Picus miniaceus Dendrocopus moluccensis Pitta granatina Hirundo rustica Hirundo tahitica Chloropsis cyanopogon Pycnonotus melanicterus
Nama Inggris Christmas Frigatebird Eastern Reef Egret White-bellied Fish-eagle Red Jungle Fowl Pink-necked Green Pigeon Pied Imperial-pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Oriental Cuckoo Plaintive Cuckoo Asian Koel Green-bellied Malkoha Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Greater Coucal Lesser Coucal Glossy Swiftlet Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Coppersmith Barbet Crimson-winged Woodpecker Banded Woodpecker Sunda Woodpecker Garnet Pitta Barn Swallow Pacific Swalllow Lesser Green Leafbird Black-crested Bulbul
Posisi Burung >C >C >C E C C C C C C C C C C D D >C C C >C >C C C C C E >C >C C C
Aktivitas TB TB, TG TB, TG S, JL TB, TG TB TB TB, TG TG TG, S TG TG TG TG TG TG TB TG, S TG TG TG S TG TG TG JL TB TB TG TB, TG
98
Lampiran 15 Lanjutan No Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Inggris 31 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Sooty-headed Bulbul 32 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Yellow-vented Bulbul 33 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex Cream-vented Bulbul 34 Merbah mata-merah Pycnonotus brunneus Red-eyed Bulbul 35 Dicruridae Srigunting hitam Dicrurus macrocercus Black Drongo 36 Srigunting batu Dicrurus paradiseus Greater Racket-tailed Drongo 37 Turdidae Kucica kampung Copsychus saularis Oriental Magpie Robin 38 Silviidae Cinenen belukar Orthotomus atrogularis Dark-necked Tailorbird 39 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Ashy Tailorbird 40 Perenjak jawa Prinia familiaris Bar-winged Prinia 41 Nectariniidae Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis Olive-backed Sunbird 42 Burung-madu sepah-raja Aethopyga siparaja Crimson Sunbird 43 Dicaeidae Cabai merah Dicaeum cruentatum Scarlet-backed Flowerpecker 44 Ploceidae Bondol haji Lonchura maja White-headed Munia Keterangan : Strata E (0-1m), Strata D (1-4.6m), Strata C (4.6-20m), Strata B (20-30m), Strata A (>30m) Suara (S), Bertengger (TG), Terbang (TB), Jalan (JL)
Posisi Burung D D D D C C C D D D C C C D
Aktivitas TB, TG TB, TG TB, TG TG TG TG, S TB, TG, S TG TG, S TG, S TB, TG TG TG, S TG
99
Lampiran 16 Pemanfaatan strata burung pada habitat hutan dataran rendah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku Accipitridae Phasianidae Columbidae
Cuculidae
Strigiformes Apodidae Hemiprocnidae Alcenidae
Meropidae Bucerotidae Capitonidae
Picidae
Eurylaimidae Pittidae Hirundinidae
Nama Lokal Elang-ular bido Elang hitam Ayam-hutan merah Punai gading Pergam hijau Delimukan zamrud Wiwik kelabu Kedasi hitam Kadalan kera Kadalan selaya Kadalan birah Punguk coklat Walet sapi Tepekong jambul Tepekong rangkang Cekakak batu Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Takur tutut Takur warna-warni Takur ungkut-ungkut Pelatuk merah Caladi tilik Pelatuk kundang Madi kelam Sempur-hujan darat Paok pancawarna Layang-layang batu
Nama Ilmiah Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Gallus gallus Treron vernans Ducula aenea Chalcophaps indica Cacomantis merulinus Surniculus lugubris Phaenicophaeus tristis Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Ninox scutulata Collocalia esculenta Hemiprocne longipenis Hemiprocne comata Lacedo pulchella Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Megalaima rafflesii Megalaima mystacophanos Megalaima haemachepala Picus miniaceus Dendrocopus moluccensis Reinwardtipicus validus Corydon sumatranus Eurylaimus ochromalus Pitta guajana Hirundo tahitica
Nama Inggris Crested Serpent-eagle Black Eagle Red Jungle Fowl Pink-necked Green Pigeon Green Imperial Pigeon Emerald Dove Plaintive Cuckoo Drongo Cuckoo Green-bellied Malkoha Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Brown Hawk-owl Glossy Swiftlet Grey-rumped Treeswift Whiskered Treeswift Banded Kingfisher White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Red-crowned Barbet Red-throated Barbet Coppersmith Barbet Banded Woodpecker Sunda Woodpecker Orange-backed Woodpecker Dusky Broadbill Black-and-yellow Brodbill Banded Pitta Pacific Swalllow
Posisi Burung >A >A E C B C B B C C C C >A A A C C C C A B B B C B B C C E >A
Aktivitas TB, S TB JL TB, TG TB, TG TB TG, S S TG TG TG TG TB TB, TG TB, TG TG TG, S TG, S TG TB, TG S S S TG TG TG TG TG JL TB
100
Lampiran 16 Lanjutan No Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Inggris 31 Campephagidae Jinjing batu Hemipus hirundinaceus Black-winged Flycatcher-shrike 32 Sepah hutan Pericrocotus flammeus Scarlet Minivet 33 Chloropseidae Cica-daun kecil Chloropsis cyanopogon Lesser Green Leafbird 34 Cica-daun sayap-biru Chloropsis cochinchinensis Blue-winged Leafbird 35 Pycnonotidae Cucak kuning Pycnonotus melanicterus Black-crested Bulbul 36 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Sooty-headed Bulbul 37 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Yellow-vented Bulbul 38 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex Cream-vented Bulbul 39 Merbah mata-merah Pycnonotus brunneus Red-eyed Bulbul 40 Dicruridae Srigunting hitam Dicrurus macrocercus Black Drongo 41 Srigunting jambul-rambut Dicrurus hottentottus Hair-crested Drongo 42 Srigunting sumatera Dicrurus sumatranus Sumatran Drongo 43 Srigunting batu Dicrurus paradiseus Greater Racket-tailed Drongo 44 Corvidae Tangkar kambing Platysmurus leucopterus Black Magpie 45 Gagak hutan Corvus enca Slender-billed Crow 46 Silviidae Cinenen belukar Orthotomus atrogularis Dark-necked Tailorbird 47 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Ashy Tailorbird 48 Perenjak jawa Prinia familiaris Bar-winged Prinia 49 Laniidae Bentet coklat Lanius cristatus Brown Shrike 50 Sturnidae Tiong emas Gracula religiosa Hill Myna 51 Nectariniidae Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis Olive-backed Sunbird 52 Pijantung kecil Arachnothera longirostra Arachnotera longirostra 53 Pijantung tasmak Arachnothera flavigaster Spectacled Spiderhunter 54 Dicaeidae Cabai merah Dicaeum cruentatum Scarlet-backed Flowerpecker Keterangan : Strata E (0-1m), Strata D (1-4.6m), Strata C (4.6-20m), Strata B (20-30m), Strata A (>30m) Suara (S), Bertengger (TG), Terbang (TB), Jalan (JL)
Posisi Burung C C C C C D D D D C C C C B B D D D D B C C C C
Aktivitas TG TG TG TG TB, TG TB, TG TB, TG TB, TG TG TG TG TG TB, TG, S TG TB, S TG TG, S TG, S TG TB, TG, S TG, S TG TG TB, TG
101
Lampiran 17 Pemanfaatan strata burung pada habitat perkebunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Suku Accipitridae
Phasianidae Turnicidae Columbidae
Cuculidae
Apodidae Hemiprocnidae Alcenidae Meropidae Bucerotidae Capitonidae Picidae Eurylaimidae Hirundinidae
Nama Lokal Elang-ular bido Elang hitam Elang brontok Alap-alap capung Ayam-hutan merah Kareo padi Punai gading Pergam hijau Uncal kouran Tekukur biasa Perkutut jawa Delimukan zamrud Wiwik kelabu Wiwik uncuing Kedasi hitam Kadalan selaya Kadalan birah Walet sapi Tepekong jambul Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Julang emas Kangkareng perut-putih Takur warna-warni Takur ungkut-ungkut Pelatuk sayap-merah Caladi tilik Madi kelam Sempur-hujan darat Layang-layang api Layang-layang batu
Nama Ilmiah Spilornis cheela Ictinaetus malayensis Spizaetus cirrhatus Microhierax fringillarius Gallus gallus Amaurornis phoenicurus Treron vernans Ducula aenea Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Geopelia striata Chalcophaps indica Cacomantis merulinus Cuculus sepulcralis Surniculus lugubris Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Collocalia esculenta Hemiprocne longipenis Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Aceros undulatus Anthracoceros albirostris Megalaima mystacophanos Megalaima haemachepala Picus puniceus Dendrocopus moluccensis Corydon sumatranus Eurylaimus ochromalus Hirundo rustica Hirundo tahitica
Nama Inggris Crested Serpent-eagle Black Eagle Changeable Hawk-eagle Black-thighed Falconet Red Jungle Fowl White-breasted Waterhen Pink-necked Green Pigeon Green Imperial Pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Zebra-Dove Emerald Dove Plaintive Cuckoo Brush Cuckoo Drongo Cuckoo Raffles's Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Glossy Swiftlet Grey-rumped Treeswift White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Wreathed Hornbill Anthracoceros albirostris Red-throated Barbet Coppersmith Barbet Crimson-winged Woodpecker Sunda Woodpecker Dusky Broadbill Black-and-yellow Brodbill Barn Swallow Pacific Swalllow
Posisi Burung >C >C >C >C E E C C C C C D C C C C C >C >C C C C >C >C >C >C C C C C >C >C
Aktivitas TB, S TB TB, S TG JL JL TB, TG TB, TG TB TB, TG, S TB, TG, S TB TG, S TG, S S TG TG TG TB TG, S TG, S TG TB TB S S TG TG TG TG TB TB
102
Lampiran 17 Lanjutan No Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Inggris 33 Campephagidae Sepah hutan Pericrocotus flammeus Scarlet Minivet 34 Chloropseidae Cipoh kacat Aegithina tiphia Common Iora 35 Cica-daun kecil Chloropsis cyanopogon Lesser Green Leafbird 36 Cica-daun besar Chloropsis sonnerati Greater Green Leafbird 37 Cica-daun sayap-biru Chloropsis cochinchinensis Blue-winged Leafbird 38 Pycnonotidae Cucak kuning Pycnonotus melanicterus Black-crested Bulbul 39 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Sooty-headed Bulbul 40 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Yellow-vented Bulbul 41 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex Cream-vented Bulbul 42 Merbah mata-merah Pycnonotus brunneus Red-eyed Bulbul 43 Dicruridae Srigunting sumatera Dicrurus sumatranus Sumatran Drongo 44 Srigunting batu Dicrurus paradiseus Greater Racket-tailed Drongo 45 Oriolidae Kacembang gadung Irena puella Asian Fairy-Bluebird 46 Corvidae Gagak hutan Corvus enca Slender-billed Crow 47 Turdidae Kucica kampung Copsychus saularis Oriental Magpie Robin 48 Silviidae Remetuk laut Gerygone sulphurea Golden-bellied Gerygone 49 Cinenen belukar Orthotomus atrogularis Dark-necked Tailorbird 50 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Ashy Tailorbird 51 Cinenen merah Orthotomus sericeus Rufous-tailed Tailorbird 52 Perenjak jawa Prinia familiaris Bar-winged Prinia 53 Motacillidae Kicuit kerbau Motacilla flava Yellow Wagtail 54 Sturnidae Tiong emas Gracula religiosa Hill Myna 55 Nectariniidae Burung-madu kelapa Anthreptes malaccensis Brown-throated Sunbird 56 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis Olive-backed Sunbird 57 Pijantung kecil Arachnothera longirostra Arachnotera longirostra 58 Dicaeidae Cabai bunga-api Dicaeum trigonostigma Orange-bellied Flowerpecker 59 Cabai merah Dicaeum cruentatum Scarlet-backed Flowerpecker 60 Zosteropidae Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Oriental White-eye 61 Ploceidae Bondol jawa Lonchura leucogastroides Javan Munia 62 Bondol haji Lonchura maja White-headed Munia Keterangan : Strata E (0-1m), Strata D (1-4.6m), Strata C (4.6-20m), Strata B (20-30m), Strata A (>30m) Suara (S), Bertengger (TG), Terbang (TB), Jalan (JL)
Posisi Burung C C C C C C D D D D C C C >C C C D D D D D >C C C C C C C E E
Aktivitas TG TG, S TG TG TG TB, TG TB, TG TB, TG TB, TG TG TG TG, S TG TB TB, TG, S TG, S TG TG, S TG TG, S TG TB TG TG, S TG TG TG TG TG TG
103
Lampiran 18 Pemanfaatan strata burung pada habitat padang rumput No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku Fregatidae Accipitridae
Phasianidae Columbidae
Cuculidae
Caprimulgidae Apodidae Alcenidae Meropidae Bucerotidae Capitonidae Picidae Pittidae Hirundinidae Campephagidae Pycnonotidae
Nama Lokal Cikalang christmas Elang tikus Elang-laut perut-putih Alap-alap capung Ayam-hutan merah Punai gading Pergam laut Uncal kouran Tekukur biasa Delimukan zamrud Wiwik kelabu Kedasi hitam Tuwur asia Bubut besar Bubut alang-alang Cabak maling Walet sapi Cekakak belukar Cekakak sungai Kirik-kirik biru Kangkareng perut-putih Rangkong badak Takur tutut Takur ungkut-ungkut Pelatuk merah Paok pancawarna Layang-layang batu Kapasan kemiri Cucak kuning Cucak kutilang
Nama Ilmiah Fregata andrewsi Elanus caeruleus Haliaeetus leucogaster Microhierax fringillarius Gallus gallus Treron vernans Ducula bicolor Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Chalcophaps indica Cacomantis merulinus Surniculus lugubris Eudynamys scolopacea Centropus sinensis Centropus bengalensis Caprimulgus macrurus Collocalia esculenta Halcyon smynensis Todirhampus chloris Merops viridis Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Megalaima rafflesii Megalaima haemachepala Picus miniaceus Pitta guajana Hirundo tahitica Lalage nigra Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster
Nama Inggris Christmas Frigatebird Black-winged Kite White-bellied Fish-eagle Black-thighed Falconet Red Jungle Fowl Pink-necked Green Pigeon Pied Imperial-pigeon Little Cuckoo-Dove Spotted Dove Emerald Dove Plaintive Cuckoo Drongo Cuckoo Asian Koel Greater Coucal Lesser Coucal Caprimulgus macrurus Glossy Swiftlet White-throated Kingfisher Collared Kingfisher Blue-throated Bee-eater Anthracoceros albirostris Rhinoceros Hornbill Red-crowned Barbet Coppersmith Barbet Banded Woodpecker Banded Pitta Pacific Swalllow Pied Triller Black-crested Bulbul Sooty-headed Bulbul
Posisi Burung >D >D >D >D E >D >D >D >D >D >D >D >D >D >D E >D E >D >D >D >D >D >D >D E >D E >D >D
Aktivitas TB TB, TG TB, TG TG JL TB, TG TB TB TB TB S S TG TG TG TB, JL TB TB, TG TB TG TB TB S S TG JL TB TG, JL TB TB, TG, JL
104
Lampiran 18 Lanjutan No Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Inggris 31 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Yellow-vented Bulbul 32 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex Cream-vented Bulbul 33 Dicruridae Srigunting batu Dicrurus paradiseus Greater Racket-tailed Drongo 34 Oriolidae Kacembang gadung Irena puella Asian Fairy-Bluebird 35 Corvidae Gagak hutan Corvus enca Slender-billed Crow 36 Turdidae Kucica kampung Copsychus saularis Oriental Magpie Robin 37 Silviidae Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Ashy Tailorbird 38 Perenjak jawa Prinia familiaris Bar-winged Prinia 39 Cici padi Cisticola juncidis Zitting Cisticola 40 Motacillidae Kicuit kerbau Motacilla flava Yellow Wagtail 41 Kicuit batu Motacilla cinerea Grey Wagtail 42 Laniidae Bentet kelabu Lanius schach Long-tailed Shrike 43 Sturnidae Tiong emas Gracula religiosa Hill Myna 44 Nectariniidae Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis Olive-backed Sunbird 45 Dicaeidae Cabai merah Dicaeum cruentatum Scarlet-backed Flowerpecker 46 Ploceidae Bondol peking Lonchura punctulata Scaly-breasted Munia 47 Bondol haji Lonchura maja White-headed Munia Keterangan : Strata E (0-1m), Strata D (1-4.6m), Strata C (4.6-20m), Strata B (20-30m), Strata A (>30m) Suara (S), Bertengger (TG), Terbang (TB), Jalan (JL)
Posisi Burung >D >D >D >D >D >D E E E E E >D >D >D >D E E
Aktivitas TB, TG, JL TB TB TB TB TB, TG TG, JL TG, JL TG, JL TG, JL TG, JL TG TB TB TB, TG TG TG