Sinyo, Y., & Jaida, I. (2013). Studi Kepadatan & Keanekaragaman Bentos di daerah Padang Lamun Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
ISSN : 2301-4678
STUDI KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS ORGANISME BENTOS PADA DAERAH PADANG LAMUN DI PERAIRAN PANTAI KELURAHAN KASTELA KECAMATAN PULAU TERNATE Yumima Sinyo(1) dan Jaida Idris(2) (1)
Staf Dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair Alumni Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair Email :
[email protected]
(2)
ABSTRAK Pengetahuan tentang biota laut di suatu perairan memiliki arti yang sangat penting karena berhubungan dengan tindakan pengelolaan dan pemanfaatannya. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan dan mendiami kedalaman tertentu. Perairan pantai Kastela merupakan bagian dari perairan Pulau Ternate yang memiliki keanekaragaman biota laut cukup tinggi, serta terdapat berbagai ekosistem yang didukung oleh kondisi substrat lingkungan yang bervariasi, sehingga perairan pantai Kastela memiliki berbagai jenis bentos laut seperti Mollusca dan Echinodermata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman jenis organisme bentos pada daerah padang lamun di perairan pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate, dengan menggunakan metode Line-transek yang dikombinasikan dengan metode kuadran. Berdasarkan hasil identifikasi jenis organisme bentos yang ditemukan pada kedua stasiun penelitian di Kelurahan Kastela, secara keseluruhan teridentifikasi sebanyak 11 famili yang terdiri dari 12 genus dan 17 spesies. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu jenis Littorina undulate dengan nilai 1,36 ind/m², dan yang terendah pada stasiun II yaitu jenis Haliotis ovina dengan nilai 0,12 ind/m². sedangkan nilai keanekaragaman dikategorikan sedang yaitu pada stasiun I dengan nilai H’ = 2,463 dan keanekaragaman pada stasiun II dengan nilai H’ = 2,633. Kata Kunci :Kepadatan,keanekaragaman, bentos, lamun
Pengetahuan tentang biota laut di suatu perairan memiliki arti yang sangat penting karena berhubungan dengan tindakan pengelolaan dan pemanfaatannya. Dengan mengetahui keanekaragaman jenis suatu biota laut maka dapat diketahui pula populasi biota laut yang ada di perairan tersebut.
yang sangat luas di daerah (Brotowidjoyo, dkk. 1995).
intertidal
Ekosistem padang lamun berfungsi sebagai penyuplai energi pada zona bentik, daun lamun yang tua didekomposisi oleh sekumpulan jasad renik sehingga menghasilkan bahan organik dalam bentuk nutrien. Nutrien tersebut tidak hanya bermanfaat bagi tumbuhan lamun, tetapi juga bermanfaat untuk pertumbuhan fitoplankton, zooplankton, dan ikan/udang (Dahuri, 2003).
Di perairan laut memiliki keanekaragaman jenis biota laut yang sangat tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti bahan makanan, bahan hiasan, dan komoditi ekspor. Salah satu biota laut yang ekonomis penting adalah bentos yang memiliki sebaran atau distribusi
Padang lamun di perairan Kastela masih sangat terjaga kelestariannya. Masyarakat sekitar pantai Kastela tidak
154
Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
ISSN : 2301-4678
membuang sampah ke laut. Masyarakat (nelayan) memanfaatkan padang lamun sebagai tempat mencari ikan dan beberapa jenis bentos seperti teripang, bulu babi, dan kerang–kerangan untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Tetapi karena fungsi lamun tidak banyak dipahami oleh masyarakat, akibatnya banyak padang lamun yang rusak karena aktivitas manusia.
METODE PENELITIAN
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan dan mendiami kedalaman tertentu. Hutabarat dan Evans (1985) mengemukakan bahwa organisme bentos mendiami daerah intertidal dengan kedalaman yang bervariasi. Dengan mempelajari berbagai jenis bentos, akan diketahui berbagai jenis mahluk hidup yang ada di perairan laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan sehingga tercipta keanekaragaman jenis bentos yang menghuni perairan (Susanto, 2000). Organisme bentos meliputi kelompok Bintang Laut, Bulubabi, Gastropoda, Teripang, Bivalvia, dan Bintang ular (Oemarjati dan Wardhana, 1990).
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; kantung plastik, kertas label, tali rafia, meteran rol, kamera digital, peralatan tulis, termometer raksa, salinometer, pH-meter, buku identifikasi, alkohol 70%, dan ayakan. Sampel dalam penelitian ini adalah jenis-jenis organisme bentos yang terliput dalam kuadran.
Tipe penilitian ini di lakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan secara sistematis dan karakteristik objek atau subjek yang di teliti secara tepat (Sukardi, 2009). Penelitian ini dilaksanakan di perairan pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate pada bulan November-Desember 2011.
Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data organisme bentos dilakukan dengan menggunakan metode Line-transect yang dikombinasikan dengan metode kuadran. Adapun prosedur kerjanya diperlihatkan sebagai berikut: 1. Menentukan lokasi penelitian (perairan pantai Kastela), dan menentukan dua stasiun penelitian. Stasiun 1 terletak di bagian Selatan, dan stasiun 2 terletak di bagian Utara Pantai Kastela. 2. Membuat lintasan pada masing-masing stasiun dengan menggunakan tali rafia, dan diletakkan tegak lurus arah laut, kemudian ditarik memanjang sejauh 100 meter searah garis pantai. 3. Pada masing-masing stasiun, dibuat lintasan sebanyak 5 lined, dan jarak antara lintasan 25 meter. 4. Setiap lintasan ditempatkan sebanyak 10 kuadran yang berukuran 1 x 1 meter. 5. Penempatan kuadran dilakukan secara sistematik dan jarak antara kuadran 10 meter. 6. Sampel bentos yang diperoleh di setiap kuadran diambil, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik berlabel, kemudian diidentifikasi mengacu pada buku panduan pengenalan bentos.
Dalam upaya mendukung penyediaan data base khususnya biota bentos di perairan Pulau Ternate khususnya, maka diperlukan penelitian-penelitian yang mengarah pada kajian spesifik, menyangkut keberadaan jenisnya. Dengan demikian hasil kajian yang diperoleh dapat menjadi basis data ekologi tentang jenis-jenis bentos di Kota Ternate (khususnya), dan Maluku Utara (umumnya). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui organisme bentos apa sajakah yang terdapat pada daerah padang lamun di perairan pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate dan bagaimana kepadatan dan keanekaragaman jenis organisme bentos yang ada di perairan pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate.
155
Sinyo, Y., & Jaida, I. (2013). Studi Kepadatan & Keanekaragaman Bentos di daerah Padang Lamun
Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
7.
8.
Pengukuran faktor lingkungan dilakukan dengan mengukur parameter fisiko-kimia, meliputi; suhu, salinitas, kuat arus dan pH. Seluruh hasil pengukuran dan pengamatan yang diperoleh, selanjutnya dimasukkan kedalam tabel pengamatan dan log-book.
kedua stasiun penelitian pada tanggal 14 November 2011 di Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate secara keseluruhan teridentifikasi sebanyak 11 famili yang terdiri dari 13 genus dan 22 spesies. Jumlah jenis yang ditemukan pada masing- masing stasiun yaitu stasiun I sebanyak 17 spesies dan stasiun II sebanyak 15 spesies.
ANALISIS DATA
Secara umum jenis organisme bentos yang ditemukan di perairan pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate, diklasifikasikan sebagai berikut:
Data yang dianalisis meliputi kepadatan dan keanekaragaman jenis bentos. Untuk menghitung kepadatan dan keanekaragaman jenis digunakan formula dari Ludwig dan Reynold (1988) sebagai berikut: 1. Kepadatan (D)
1. Phyllum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
D= Keterangan : D = Kepadatan setiap jenis (ind/ ) X = Jumlah individu per jenis (ind) A = Luas areal yang terukur dengan kuadran (
ISSN : 2301-4678
)
: : : : : : :
Mollusca Bivalvia Filibranchia Eutaxodontida Arcidae Anadara Anadara granosa
Gambar 1. Anadara granosa
Ciri-cirinya: Kerang darah (Anadara granosa), mempunyai cangkang yang terbentuk oleh mantel untuk membungkus organ bagian dalam dan letaknya menggantung di antara cangkang dan tubuh. Terdiri dari dua bagian, yakni belahan mantel bagian kanan dan kiri. Keduanya berhubungan satu sama lain di sepanjang garis punggung bagian tengah. Habitatnya biasa di temukan pada substrat berpasir dan berlumpur, serta membenamkan diri di kedua substrat tersebut.
1 . Keanekaragaman jenis s ni ni H ' ln i 1 N N Keterangan: H' = Indeks keanekaragaman jenis N = Jumlah individu total Ni = Jumlah individu ke – i S = Jumlah spesies
Kisaran indeks keanekaragaman jenis adalah sebagai berikut : H' < 1 : Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap jenis rendah H'< 3 : Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang H' > 3 : Keanekaragaman tinggi , penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi
2. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: Mollusca : Gastropoda : Prosoranchia : Mesogastropoda : Srombidae Gambar 2. Strombus marginatus : Strombus : Strombus marginatus Linne. 1758
Ciri-cirinya: Spesies ini berwarna putih bintik-bintik coklat, kadang-kadang berwarna putih berbintik hitam. Biasanya hidup pada tepian pantai dan melekat pada substrat berbatu dan berkarang,
HASIL PENELITIAN Identifikasi Jenis Bentos Berdasarkan hasil identifikasi jenis organisme bentos yang ditemukan pada 156
Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
ISSN : 2301-4678
kadangkala juga berada di celah-celah batuan dan terumbu karang. 3. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: Mollusca : Gastropoda : Prosobranchia : Neogastropoda Gambar 3. : Nassaridae Nassarius glans : Nassarius : Nassarius glans Linne. 1758
Ciri- cirinya: Spesies ini berwarna hitam bergaris-garis, dan terkadang berwana hitam ke abu-abuan. Hidup di atas substrat berpasir, dan menempel pada karang. 4. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: Mollusca : Gastropoda : Prosobranchia : Mesogastropoda Gambar 4. Bursa : Bursaidae bufonia : Bursa : Bursa bufonia Gmelin. 1791
Ciri- cirinya: Spesies ini memiliki cangkang yang tebal dan berat, mempunyai operculum yanng kasar dan tebal, berwana coklat, hidup di daerah pada substrat berkrang dan berbatu, dan biasanya menempel kuat pada substrat berbatu dan berkarang. 5. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: Molusca : Gastropoda : Prosobranchia : Mesogastropoda Gambar 5. Littorina undulata : Littorinidae : Littorina : Littorina undulata Linne. 1758
Ciri-cirinya: Spesies ini memiliki warna putih keabuabuan, dan ada juga yang berwarna kecoklatan. Ditemukan hidup pada substrat berpasir dan pasir berkarang.
6. Phylum Classis Subclassis Ordo Familis Genus Spesies
: Mollusca : Gastropoda : Prosobranchia : Archaeogastropoda Gambar 6. Holiotis : Haliotidae varia : Haliotis : Haliotis varia Linne. 1758
Ciri- cirinya: Spesies ini merupakan bahan makanan bergizi tinggi, Bentuk cangkangnya agak rata, mempunyai lubang-lubang yang berfungsi untuk menghembuskan air, cangkangnya berwarna kilap perak. Biasa di temukan menempel pada substrat berkarang dan berbatu. 7. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: Mollusca : Gastropoda : Prosobranchia : Mesogastropoda : Cypraeidae : Cypraea : Cypraea tigris
Gambar 7. Cypraea tigris
Ciri- cirinya: Spesies ini umumnya dikenal sebagai siput lautan besar. Ukurannya bisa mencapai 15 cm dan sisi atas atau punggung berwarna putih, putih pucat kebiruan, dengan bintik hitam nyaris melingkar coklat atau kehitaman. Kadang-kadang ada kabur garis merah sepanjang shell pada garis tengah pada permukaan dorsal. Sisi perut putih. 8. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: Mollusca : Gastropoda : Prosobranchia : Mesogastropoda : Cypraeidae : Cypraea : Cypraea annulus
Gambar 8. Cypraea annulus
Ciri-cirinya: Spesies ini memiliki bentuk warna yang bervariasi, ada yang berwarna putih kekuningan, putih bersih, dan putih kemerahan. Biasanya hidup di celah-celah batu karang, dan menempel pada batu, serta terkadang menempel pada daun lamun. 157
Sinyo, Y., & Jaida, I. (2013). Studi Kepadatan & Keanekaragaman Bentos di daerah Padang Lamun
Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
9. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: : : : : : :
Mollusca Gastropoda Prosobranchia Neogastropoda Gambar 9. Conus Conidae textile Conus Conus textile Linne. 1758
12. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
Ciri- cirinya: Spesies ini memiliki bentuk tubuh dengan cangkang melebar, berwarna hitam kecoklatan. Biasanya hidup pada celah batu karang dan batu, kadang-kadang hidup di pasir. 10.Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: Mollusca : Gastropoda : Prosobranchia : Neogastropoda : Conidae : Conus : Conus ebralus
: : : : : : :
Mollusca Gastropoda Prosobranchia Mesogastropoda Gambar 12. Cypraea Cypraidae Moneta Cypraea Cypraea Moneta Linne. 1758
Ciri- cirinya: Spesies ini memiliki bentuk warna yang bervariasi; ada yang berwarna putih kecoklatan, putih bersih, dan putih kemerahan. Biasanya hidup di celah-celah batu karang, dan menempel pada batu, dan kadang-kadang terhempas di tepi pantai. 13. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
Gambar 10. Conus ebralus
Ciri-cirinya: Spesies ini memiliki bentuk tubuh dengan cangkang melebar, berwarna putih berbintilbintil coklat kehitaman. Biasanya hidup pada celah batuan karang dan batu, kadang-kadang di pasir. 11.Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: : : : : : :
ISSN : 2301-4678
: : : : : : :
Echinodermata Holothuroidea Aspidochirotae Dactylochirotacea Aspidochirotacea Holothuria Holothuria edulis
Gambar 13. Holothuria edulis
Ciri-cirinya: Teripang ini memiliki bentuk tubuh bulat panjang, terdapat bintil-bintil halus, bagian punggung berwarna hitam ke ungu-unguan atau ke biru-biruan, sedangkan pada bagian perut terutama sekitar mulut dan duburnya berwarna merah atau ke merah-merahan. Hidup pada substrat karang berpasir.
Mollusca Gastropoda Prosobranchia Mesogastropoda Gambar 11. Littorinidae Littorina scabra Littorina Littorina scabra Linne. 1758
14. Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
Ciri-cirinya: Spesies ini memiliki bentuk cangkang yang kecil, berwarna hitam dan kadang-kadang hitam keabu-abuan. Mempunyai cangkang pada bagian permukaan dengan butiran atau duri-duri kecil halus. Hidup menempel pada karang dan batu, kadangkadang di atas permukaan pasir.
: : : : : : :
Mollusca Gastropoda Prosobranchia Mesogastropoda Gambar 14. Turbo Turbinidae marmoratus Turbo Turbo marmoratus Linne. 1758
Ciri-cirinya: Spesies ini mempunyai cangkang yang tebal dan kuat, berbentuk cembung ceperti mata cincin. Ditemukan pada substrat berbatu dan berkarang
158
Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
15.Phylum Classis Subclassis Ordo Familia Genus Spesies
: : : : : : :
ISSN : 2301-4678
Echinodermata Holothuroidea Aspidochirotacea Dactylochirotacea Gambar 15. Stichopus variegatus Aspidochirotacea Stichopus Stichopus variegatus
Ciri-cirinya: Teripang ini memiliki bentuk badan bulat panjang, terdapat bintil-bintil besar berwarna hitam, Bagian tubuhnya berwarna kuning berbintil-bintil hitam, Teripang ini dikenal dengan nama teripang gama. Hidup pada substrat perairan, karang berpasir dan berlumpur. 16.Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies
: : : : : :
Echinodermata Asteroidea Platyasterida Ophidiasteridae Protoreaster Cypraea annulus
Gambar 16. Cypraea annulus
Ciri-cirinya: Bintang laut ini biasa dikenal dengan nama bintang laut berduri. bintang laut jenis ini memiliki duri-duri pada setiap lengan tubuhnya. Ditemukan hidup pada substrat berpasir, dan kadang di daerah padang lamun. Memiliki warna tubuh yang bervariasi seperti kuning kecoklatan, merah, biru muda, dan abu-abu coklat. 17.Phylum : Mollusca Classis : Gastropoda Subclasssis : Prosoranchia Ordo : Mesogastropoda Familia : Srombidae Genus : Strombus Spesies : Strombus pippus
Gambar 17. Strombus pippus
Ciri-cirinya: Spesies ini berwarna kecoklatan. Biasanya hidup pada tepian pantai dan melekat pada substrat berbatu dan berkarang, kadangkala juga berada di celah-celah batuan dan celah terumbu karang.
4.3 Kepadatan Jenis dan Keanekaragaman Jenis Bentos 4.3.1 Kepadatan Jenis Bentos Berdasarkan hasil analisis kepadatan jenis bentos pada daerah padang lamun di perairan pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate, menunjukan bahwa pada stasiun I yang memiliki nilai kepadatan tertinggi adalah Littorina undulate dengan nilai 1,36 ind/m², sedangkan yang terendah adalah Litorina scabra dengan nilai 0,08 ind/m², sedangkan pada stasiun II, jenisjenis bentos yang memiliki nilai kepadatan tertinggi adalah Conus ebralus dengan nilai 0,66 ind/m², sedangkan yang terendah adalah Haliotis ovina dengan nilai 0,12 ind/m². Organisme yang memiliki nilai kepadatan tertinggi menunjukkan bahwa jenis organisme tersebut memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang ditempatinya, sehingga memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi (Odum, 1993). Lebih lanjut dinyatakan oleh Nybakken (1998), organisme yang memiliki nilai kepadatan tertinggi menunjukkan bahwa jenis tersebut memiliki kemampuan menempati ruang yang lebih luas sehingga kesempatan untuk berkembang semakin besar. Tingginya jenis organisme bentos pada kedua stasiun disebabkan tidak adanya aktifitas manusia dalam memanfaatkan jenis tersebut. Oemarjati dan Wardhana (1990) menyatakan bahwa kekayaan jenis biota laut khususnya jenis bentos pada suatu lokasi atau areal tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung sangat dipengaruhi oleh intensitas manusia yang hidup di areal tersebut dan luas wilayah rataan yang tersedia pada areal/lokasi tersebut. Selain itu, substrat tempat hidup organisme bentos juga sangat mendukung. Littorina undulate dan Conus ebralus ditemukan hidup pada substrat berpasir dan pasir berkarang (Dharma, 1988). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan antara lain habitat dan akifitas manusia. Sedangkan jenis yang rendah
159
Sinyo, Y., & Jaida, I. (2013). Studi Kepadatan & Keanekaragaman Bentos di daerah Padang Lamun
Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
menunjukkan bahwa jenis tersebut tidak mampu beradaptasi dan bersaing dengan jenis lainnya, sehingga tidak mampu untuk menempati ruang dan tidak mampu melipatgandakan hasilnya (Odum, 1993).
ISSN : 2301-4678
bentos sehingga ekosistem tersebut mengalami gangguan secara fisik dan biologis. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa indeks keanekaragaman (H’) bentos pada perairan pantai Kastela Kecamatan Pulau Ternate termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa biota yang hidup pada lokasi penelitian mempunyai keanekaramagan yang sedang. Indeks keanekaragaman dikatakan sedang karena komunitas pada perairan di Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate tersusun atas banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang hampir sama, hal ini disebabkan lokasi penelitian ini memiliki pantai yang masih alami dan sangat jarang dijamah oleh masyarakat di sekitar pantai, memiliki persediaan makanan yang cukup sehingga memungkinkan bentos dapat mempertahankan diri serta dapat berkembangbiak dengan baik.
Keanekaragaman Jenis Bentos Berdasarkan hasil analisis dari kedua stasiun penelitian, terlihat bahwa keanekaragaman jenis pada stasiun I dengan nilai H’ = 2,463 dan keanekaragaman pada stasiun II dengan nilai H’ = 2,633. Berdasarkan nilai keanekaragaman jenis yang diperoleh pada lokasi penelitian tersebut, menunjukkan bahwa stasiun II memiliki nilai keanekaragaman jenis bentos yang lebih tinggi dari pada di stasiun I. Perbedaan indeks keanekaragaman jenis ini disebabkan oleh bervariasinya jumlah spesies dan individu yang ditemukan di setiap lokasi penelitian. Hal ini ditunjukkan secara keseluruhan pada kedua stasiun penelitian bahwa jumlah spesies bentos pada stasiun I sebanyak 17 spesies dan stasiun II sebanyak 15 spesies.
Biota yang hidup pada lokasi penelitian ini masih memiliki kompleksitas tinggi, dimana di dalam komunitas selalu terjadi interaksi antar spesies. Menurut Irwan (1997), indeks keanekaragaman (H’) dikatakan tinggi jika H’ = 1,6-3,0 menunjukkan keanekaragaman tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas maka indeks keanekaragaman dalam penelitian ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman bentos yang berada pada daerah padang lamun di Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate termasuk dalam kategori sedang.
Indeks keanekaragaman tergantung pada variasi jumlah spesies yang terdapat dalam suatu habitat. Tingginya indeks keanekaragaman pada stasiun I ini memiliki beberapa spesies yang kemelimpahannya hampir sama. Hal ini seperti dikemukakan oleh Dahuri (2003), suatu komunitas mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika kelimpahan spesiesnya relatif sama dan juga memiliki jumlah individu yang lebih banyak.
4.4 Parameter Lingkungan Perairan Berdasarkan hasil pengukuran parameter lingkungan, menunjukkan bahwa suhu, salinitas dan pH permukaan air laut pada kedua stasiun penelitian dilakukan secara bersamaan pada saat pengambilan sampel bentos. Suhu perairan di stasiun I 33 0C, salinitas 32 ‰ dan pH 8, sedangkan pada stasiun II, suhu perairan 31 0C, salinitas 30 o /oo dan pH 8,3. Kisaran suhu, salinitas dan pH pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Indeks keanekaragaman ditentukan oleh dua faktor penting yaitu jumlah individu dan jumlah individu dari masing-masing spesies sehingga jumlah individu sangat menentukan indeks keanekaragaman. Apabila individu yang ada pada suatu habitat menyebar secara merata, maka indeks keanekaragaman spesies pada habitat tersebut cenderung akan tinggi pula. Sedangkan rendahnya indeks keanekaragaman bentos yang menempati daerah tersebut, disebabkan karena banyaknya aktifitas penduduk yang memanfaatkan jenis 160
Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
ISSN : 2301-4678
Tabel 1. Pengukuran parameter lingkungan pada stasiun I dan II. Stasiun I
Stasiun II
Suhu (°)
33
31
untuk kehidupan organisme laut yakni antara 27-34 ‰. Di perairan pantai, salinitas bisa turun rendah karena terjadi pengenceran oleh air tawar, misalnya oleh air sungai yang mengalir ke laut (Nontji, 1987).
pH
8
8,3
Kesimpulan
Salilitas( ‰)
32
30
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Jenis bentos yang ditemukan pada daerah padang lamun di pesisir pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate sebanyak 11 famili, yang terdiri dari 14 genus dan 17 spesies. 2. Hasil analisis kepadatan jenis bentos menunjukkan bahwa hasil kepadatan tertinggi pada stasiun I yaitu 1,36 ind/m² dan yang rendah pada stasiun II yaitu 0,66 ind/m². 3. Keanekaragaman jenis bentos pada daerah padang lamun di pesisir pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate dikategorikan sedang, dimana stasiun I yaitu H'= 2,463 sedangkan keanekaragaman jenis stasiun II yaitu H'= 2,633.
Parameter
Sumber : Hasil penelitian (2011)
Dari hasil pengukuran tiga parameter lingkungan di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa suhu permukaan air laut secara umum termasuk dalam kisaran suhu yang cocok dengan kondisi hidrologis bentos. Suhu air dan pH merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota, baik aktifitas metabolisme, pergerakan, maupun penyebaran organisme bentos. Suhu perairan yang cocok untuk kehidupan organisme di laut yakni antara 27-37 0C, sehingga hasil pengukuran suhu air di perairan pantai Kastela masih dalam kisaran yang dapat memberikan toleransi terhadap biota untuk bertahan hidup dan menunjukkan bahwa lingkungan sekitar perairan pantai Kastela masih alami. Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi penelitian, memperlihatkan rata-rata pH pada perairan pantai Kastela tidak terlalu besar dan sesuai untuk kehidupan organisme bentos. pH digunakan untuk menyatakan hubungan keeratan dengan konsentrasi ion hidrogen. Selain itu, pH juga merupakan indikasi asam atau basa suatu perairan (Odum, 1993). Menurut Hutabarat dan Evans (1985), pH air normal adalah 7,2-8,1. Dengan kisaran pH air yang demikian, dikatakan masih layak untuk semua kebutuhan hidup organisme perairan. Organisme bentos umumnya memerlukan pH antara 6,5-8,5 untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.
Saran 1. Perlu adanya kerjasama masyarakat serta instansi terkait untuk melestarikan bentos pada daerah tersebut, agar kelestarian bentos pada daerah padang lamun pada pesisir pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate dapat dipertahankan, yaitu dengan mengurangi segala bentuk usaha yang dapat merusak padang lamun yang ada pada pesisir pantai Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate. 2. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dan kajian secara mendalam tentang bentos, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Pengukuran salinitas perairan di pantai Kastela di semua titik pengamatan menunjukkan kisaran nilai yang masih dalam batas toleransi. Pada saat pengumpulan data dilakukan, cuaca dalam keadaan baik dan tidak terjadi hujan. Salinitas yang optimum 161
Sinyo, Y., & Jaida, I. (2013). Studi Kepadatan & Keanekaragaman Bentos di daerah Padang Lamun Jurnal ßIOêduKASI Vol 2 No (1) September 2013
ISSN : 2301-4678
Mann, K.H. 2000. Ecology of Coastal Water : With Implication for Management. Blackwell Science, Inc. Massachusets. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. diterjemahkan dari Fundamental of Ecology oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Oemarjati, B. dan Wardana. 1990. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Avertebrata Air. UI-Press. Jakarta. Ramli, D. 1989. Ekologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Romimohtarto, K. dan. Juwana. S. 2001. Biologi Laut. Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta . Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Institut Pertanian Bogor. Bogor Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif metode Analisis Populasi Komunitas. Usaha Nasional. Surabaya Soewigyono, P. 1989. Avertebrata Air. Lembaga Sumberdaya Informasi. IPB. Bogor. Sukardi. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Yusron, D. 1992. Sumberdaya Teripang di Maluku ‘LON-LIPI . Ambon.
DAFTAR PUSTAKA Barnes, R. D. 1994. Invertebrata Zoology. Academic Press. New York. Bengen, D. G. 2004. Sinopsis : Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Brotowidjoyo, M., dan Tribawono. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta. Dahuri. R. 2003. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. IPB. Bogor. Desmukh, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Terjemahan Kuswata Kartawinata dan Sarkat Danimiharja. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Dharma. B. 1988. Siput dan Keong Indonesia (Indonesia Shells). PT. Sarana Graha. Jakarta Hadi, N.1994. Enaknya Bulu Babi. Techner Media Informasi Perikanan. PT. Longmen Indo-Nusantara. Jakarta. Hurtabarat, dan Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta. Irwan, D. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem & Komunitas Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta. Jasin, A. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya. Surabaya Krebs, C.J. 1985. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Third Edition. Harper and Row Publisher Inc. New York Ludwig, J. A., and Reynolds. 1988, Numerical Ecology. Jhon Willey and Sons Inc. Toronto.
162