KENTA INSIGHT Vol. 1 No. 1 Oktober 2015
Perkembangan Ekonomi Indonesia Eric Sugandi
Senior Economic Analyst
[email protected]
Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat di tahun 2015, namun inflasi terkendali Berdasarkan analisis fundamental, Rupiah seharusnya lebih kuat dari nilai saat ini
Paket kebijakan ekonomi pemerintah masih lebih banyak ditujukan pada sisi penawaran; stimulus untuk sisi permintaan juga dibutuhkan
Perekonomian Indonesia menghadapi tantangan berat di setahun awal masa pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla (Jokowi – JK). Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dari 5,0% year on year (y/y) di triwulan IV-2014 ke 4,7% y/y di triwulan I-2015 dan 4,7% y/y di triwulan II-2015. Tertekannya harga-harga komoditas di pasar
global memperburuk kinerja ekspor Indonesia dan memperlambat pertumbuhan investasi di propinsi-propinsi kaya sumber daya alam. Sementara itu, daya beli masyarakat tergerus akibat melambatnya aktivitas ekonomi dan kenaikan harga bahan bakar minyak di triwulan I – 2015. Pertumbuhan investasi terhambat oleh
melemahnya konsumsi masyarakat, pelemahan nilai tukar Rupiah (yang mengakibatkan kenaikan biaya produksi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada barang modal dan input yang diimpor), dan kebijakan
moneter ketat Bank Indonesia (BI). Di sisi lain, penyerapan anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastrukur masih lambat, sehingga dampak pengganda dari pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur tidak optimal dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan pertengahan September, pemerintah baru mampu menyerap 31% dari target 290 triliun Rupiah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dalam
APBNP 2015. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 akan berada pada angka 4,8%, lebih rendah dari 5,0% di sepanjang tahun 2014. Dengan asumsi bahwa harga-harga komoditas akan membaik dan proyek-proyek infrastruktur pemerintah sedang berjalan tahun depan, kami proyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% sepanjang tahun 2016.
BI rate, inflasi, dan suku bunga riil
Pertumbuhan PDB riil (% y/y) 6.0 5.5 5.0 4.0
Q1-2012 Q2-2012 Q3-2012 Q4-2012 Q1-2013 Q2-2013 Q3-2013 Q4-2013 Q1-2014 Q2-2014 Q3-2014 Q4-2014 Q1-2015 Q2-2015
4.5
Sumber: BPS
9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Inflasi (%, y/y)
BI rate (%)
Suku bunga riil (%)
Jan-15 Mar-15 May-15 Jul-15 Sep-15 Nov-15 Jan-16 Mar-16 May-16 Jul-16 Sep-16 Nov-16
6.5
Sumber: BI, BPS, proyeksi Kenta Institute
KENTA INSIGHT Vol. 1 No. 1 Oktober 2015
Kami memproyeksikan inflasi
Inflasi bukan merupakan masalah utama bagi perekonomian Indonesia tahun ini.
terbantu oleh base effect
Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,1% month-on-month (m/m) (atau inflasi
pada 3,5% y/y di akhir-2015,
Setelah berakhirnya tekanan dari sisi demand selama bulan Ramadan, ekonomi 6.8% y/y) di bulan September – dibandingkan inflasi 0.4% m/m (7.2% y/y) di bulan Agustus. Kami perkirakan inflasi di akhir tahun 2015 akan berada pada angka 3,5%
y/y, dibandingkan 8,4% y/y di akhir tahun 2014. Penurunan drastis angka y/y inflasi di akhir tahun ini sebenarnya lebih disebabkan oleh pengaruh base effect dan bukan karena penurunan tajam di berbagai komponen Indeks Harga Konsumen
(IHK). Inflasi inti (core inflation) cenderung stabil pada kisaran 4,7% - 5,0% dalam 9 bulan terakhir, sehingga dapat disimpulkan bahwa tekanan inflasi masih lebih
banyak datang dari komponen yang bergejolak (volatile items) maupun dari
komponen yang harganya diatur oleh pemerintah (administered price items). Kami memproyeksikan inflasi akan berada di angka 4,5% y/y di akhir tahun 2016, seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Kami memperkirakan BI akan
mempertahankan BI rate di 7,50% di tahun ini, namun akan
menurunkannya ke 7,00% di tahun 2016
BI masih melanjutkan kebijakan pengetatan moneter di tahun 2015 untuk mengendalikan inflasi dan menurunkan defisit neraca transaksi berjalan. BI rate
masih bertahan di angka 7,50% di bulan Oktober 2015. Suku bunga fasilitas simpanan overnight BI (FASBI) juga bertahan di 5,50%, dan suku bunga fasilitas pinjaman overnight BI (repo) tetap di 8,00% di bulan Oktober. Kebijakan moneter
ketat BI ini berdampak pada melambatnya laju pertumbuhan kredit perbankan dari 21,6% y/y di akhir tahun 2013, ke 11,6% y/y di akhir tahun 2014 dan 10,9% per Agustus 2015. Kami proyeksikan BI akan mempertahankan BI rate di angka 7,50%
per akhir tahun 2015, dan ada kemungkinan bahwa BI rate bisa diturunkan ke
7,00% tahun depan. Penurunan BI rate ini baru akan terjadi setelah US Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan (US Fed Fund Target Rate) yang kami perkirakan akan terjadi di semester I-2016. Rupiah
mengalami
tekanan
besar
sepanjang
tahun
ini,
dan
sempat
diperdagangkan pada kisaran 14.500 – 14.700 per USD di bulan September, Kami perkirakan Rupiah akan
sebelum menguat kembali ke kisaran 13.200 – 13.700 di minggu kedua dan ketiga
per USD di akhir tahun 2015, dan
dibandingkan dengan 12.440 per USD menurut kurs JISDOR di akhir tahun 2014.
bergerak pada kisaran 13.500 -13.800
Oktober. Rupiah mengalami tren pelemahan dalam sepuluh bulan terakhir, jika
12.500 – 12.800 di akhir tahun-2016
Menurut kami, nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental ekonomi
Indonesia saat ini seharusnya berada pada kisaran 12.800 – 13.300 per USD, sehingga pelemahan Rupiah sampai menembus 14.000 di bulan September lebih
KENTA INSIGHT Vol. 1 No. 1 Oktober 2015
disebabkan oleh faktor psikologis (di antaranya kekhawatiran para pelaku pasar
finansial tentang kemungkinan naiknya US FFTR, melemahnya kinerja ekonomi Tiongkok, dan ketidakmampuan pemerintahan Jokowi – JK menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia). Ketika US Federal Reserve memutuskan untuk
mempertahankan US FFTR di 0,25% di bulan September, tekanan dari faktor psikologis mereda, dan karenanya Rupiah berangsur bergerak ke nilai
fundamentalnya. Kami memperkirakan Rupiah akan berada pada kisaran 13.500 – 13.800 per USD di akhir tahun 2015, dan 12.500 – 12.800 di akhir tahun 2016.
Neraca perdagangan Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terus mencatat surplus sepanjang tahun ini. Surplus neraca perdagangan Indonesia di
Surplus neraca perdagangan
sebenarnya lebih merefleksikan perlambatan pertumbuhan
ekonomi Indonesia di tahun 2015
bulan September mencapai USD 1,0 milyar. Namun surplus neraca perdagangan sepanjang tahun ini lebih disebabkan oleh penurunan impor ketimbang perbaikan kinerja ekspor. Mengingat sekitar 90% dari impor Indonesia adalah berupa barang
modal dan bahan baku produksi, surplus neraca perdagangan ini lebih merefleksikan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Berkaitan dengan kinerja pemerintahan Jokowi – JK dalam setahun pertama, kami
melihat bahwa pemerintah belum efektif menggenjot pertumbuhan ekonomi walaupun kami tidak menafikan pengaruh pelemahan harga-harga komoditas
global dan pelemahan Rupiah. Kami mengapresiasi paket-paket kebijakan
Dampak dari paket kebijakan
ekonomi pemerintah ini baru mulai terlihat setelah satu triwulan
pemerintah, namun paket-paket ini lebih ditujukan kepada sisi penawaran dan
belum menyentuh sisi permintaan yang melemah akibat turunnya daya beli masyarakat. Insentif-insentif yang diberikan dari sisi penawaran baru akan efektif
sampai dengan satu semester
jika para pengusaha memanfaatkannya, padahal masih banyak perusahaan yang
sejak dikeluarkannya
mengalami penurunan laba akibat penurunan permintaan masyarakat dan
peningkatan biaya produksi akibat pelemahan Rupiah. Kami perkirakan dampak positif dari paket-paket kebijakan ini baru mulai terlihat setelah satu triwulan sampai dengan satu semester sejak dikeluarkannya.
Kami juga melihat bahwa pemerintah harus memperbaiki kinerja dalam beberapa Pemerintah kelemahan kebijakan,
harus
dalam
memperbaiki
perencanaan
koordinasi,
komunikasi publik
dan
hal berikut: (1) perencanaan ekonomi yang kurang matang dan cenderung untuk mengejar popularitas namun merugikan investor (misalnya penurunan harga
semen secara sepihak melalui corporate action PT Semen Indonesia tanpa ada sosialisasi terlebih dahulu dengan para produsen semen lainnya, dan
ketidakjelasan dalam penentuan pemenang tender kereta cepat Jakarta Bandung); (2) penetapan target-target dan janji-janji yang tidak realistis kepada
publik dan investor (misalnya penetapan asumsi pertumbuhan ekonomi di 5,8%
KENTA INSIGHT Vol. 1 No. 1 Oktober 2015
pada APBNP 2015 dan janji bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan “meroket”
di
bulan
September);
(3)
kurangnya
koordinasi
kebijakan
antarkementerian dan antara pemerintah pusat dan daerah (misalnya konflik
antara Gubernur DKI Jakarta dan Menteri Perikanan dan Kelautan tentang
reklamasi Teluk Jakarta); dan (4) komunikasi publik yang buruk (misalnya konflik
terbuka antara Menko Bidang Kemaritiman dan Menteri ESDM tentang operasi Freeport di Indonesia).
KENTA INSIGHT Vol. 1 No. 1 Oktober 2015
INDIKATOR EKONOMI INDONESIA
1 2 3
4 5 1
Indikator ekonomi utama
2010
2011
2012
2013
2014
2015P
2016P
755
893
919
913
889
870
900
7,0
3,8
3,7
8,1
8,4
3,5
4,5
USD-IDR (akhir tahun)
8.991
9.068
9.670
12.189
12.440
13.800
12.800
Neraca pembayaran (USD milyar)
2010
2011
2012
2013
2014
2015P
2016P
(1) Neraca perdagangan barang
31,0
33,8
8,7
5,8
7,0
17,0
24,0
-20,7
-26,5
26,5
13,6
24,9
26,5
13,6
13,2
3,8
Pertumbuhan PDB riil (setahun penuh, %) PDB nominal (USD milyar) Inflasi
Akhir tahun (% y/y)
Rata-rata tahunan (%)
BI rate (akhir tahun, %)
Neraca transaksi berjalan (setahun penuh) = (1)+(2)+ (3)+(4) (2) Neraca jasa
(3) Neraca pendapatan primer 2
(4) Neraca pendapatan sekunder
Neraca modal dan finansial (setahun penuh) = (A) + (B) (A) Neraca modal
(B) Neraca finansial = (i) + (ii) + (iii) + (iv) (i) Investasi langsung (net)
(ii) Investasi portofolio (net) (iii) Derivatif finansial (net) (iv) Investasi lainnya
3
Selisih perhitungan bersih (setahun penuh)
5
Cadangan devisa (akhir tahun)
4
Neraca pembayaran keseluruhan (setahun penuh) = 1 + 2 + 3
Keuangan pemerintah
1
Penerimaan pemerintah dan hibah (setahun penuh, IDR triliun)
3
Neraca fiskal pemerintah (setahun penuh, IDR triliun) = 1 + 2
2
4
Pengeluaran pemerintah (setahun penuh, IDR triliun) Sebagai % terhadap PDB nominal
Total utang pemerintah (akhir tahun, % terhadap PDB nominal)
6,4
5,1
6,50
5,1
-9,8
4,6 0,0
11,1 -0,1
6,2
5,3
6,00
1,7
5,75
-24,4
6,4
7,50
-29,1
5,0
6,4
7,75
-27,5
-10,6
-12,1
-10,0
4,2
4,1
4,2
5,2
0,0
11,5
0,1
-1,8
30,3
11,9
96,2
4,0
5,6
-9,8
2,3
-1,3
6,0
-26,6
6,4
7,50
-17,0
5,2
4,7
7,00
-12,0
-9,0
-10,0
5,0
5,0
-29,7
-30,0
22,0
44,7
27,1
29,1
24,9
21,9
44,6
27,1
29,1
9,2
10,9
26,1
26,0
24,0
0,1
13,7
0,0 1,9
-3,5
-0,3
110,1
112,8
0,2
-27,1
4,8
0,0
12,2 -0,3 -0,8 -0,2 -7,3
99,4
0,0
16,0 -0,2
0,0
18,0 0,1
-31,0
0,0
20,0 0,1
2,8
-17,0
-15,0
15,2
10,1
17,1
-1,9
111,9
0,0
105,0
0,0
112,0
2010
2011
2012
2013
2014
APBNP
RAPBN
995
1.211
1.338
1.439
1.550
1.762
1.848
-47
-84
-153
-212
-227
1.042 -0,7
24,5
1.295 -1,1
23,1
1.491 -1,9
23,0
1.651 -2,3
24,9
1.777 -1,9
24,7
2015
1.984
-223
-1,9
24,7
2016
2.121
-273
-2,1
25,8
KENTA INSIGHT Vol. 1 No. 1 Oktober 2015
1 2 3 4 5
Indikator perbankan dan keuangan
Pertumbuhan uang dalam arti luas (M2) (akhir tahun, % y/y) Pertumbuhan kredit perbankan (akhir tahun, % y/y)
Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (akhir tahun)
2 3 4
5
7
8
2 3 4 5
2014
2015P
2016P
22,8
24,6
23,1
21,6
11,6
11,0
13,0
15,4
16,4
15,0
12,8
11,9
13,0
13,0
4.274
5.227
4.900
5.300
Fitch
BB+
BBB-
BBB-
BBB-
BBB-
BBB-
BBB-
S&P
BB
BB+
BB+
BB+
BB+
BBB-
BBB-
Imbal hasil surat berharga pemerintah tenor 10 tahun (akhir tahun, %) Peringkat surat utang pemerintah
7,61
Ba2
6,03
Ba1
5,19
Baa3
8,45
Baa3
7,81
Baa3
8,50
Baa3
8,00
Baa3
Keterpaparan terhadap faktor -faktor internasional
2010
2011
2012
2013
2014
2015P
2016P
Neraca transaksi berjalan / PDB nominal (setahun penuh, %)
0,7
0,2
-2,7
-3,2
-3,1
-2,0
-1,3
Neraca pembayaran keseluruhan / PDB nominal (setahun penuh, %)
4,0
1,3
0,0
-0,8
1,7
1,2
1,9
Indeks keterbukaan perdagangan (%) = (ekspor + impor) / PDB nom. Neraca modal dan finansial / PDB nominal (setahun penuh, %)
Utang luar negeri berdasarkan debitor (akhir tahun, USD milyar) 1) Utang luar negeri pemerintah (USD milyar) 3) Utang luar negeri swasta (USD milyar)
47
3,5
1,5
50
2,7
49
2,4
48
5,0
45
3,1
46
3,2
225,4
252,4
266,1
293,7
305,0
325,0
11,8
6,2
9,9
9,3
5,9
5,0
5,0
106,9
112,4
116,2
114,3
123,8
130,0
140,0
83,8
106,7
126,2
142,6
163,9
170,0
180,0
42,9
46,8
54,6
56,3
59,3
57,0
60,0
202,4
B) Jangka. panjang, tenor ⩽dari 1 tahun (USD milyar)
159,5
A) Jangka pendek, tenor kurang dari 1 tahun (USD milyar)
50
202,4
Utang luar negeri atas jk. waktu sisa (akhir tahun, USD milyar)
225,4
252,4
266,1
293,7
305,0
325,0
178,6
197,7
209,8
234,4
248,0
265,0
21,8
24,6
28,0
26,4
37,1
35,0
33,0
6,1
0,9
0,0
0,3
0,1
0,0
0,0
Indikator sosial dan kesejahteraan
2010
2011
2012
2013
2014
2015F
2016F
PDB nominal per kapita (USD)
3.178
3.689
3.745
3.667
3.524
3.400
3.500
Utang luar negeri jk. pendek berdasar jk. waktu sisa / cadev (%)
44,6
Kepemilikan asing pada surat utang pemerintah yang dapat diperdagangkan dalam denominasi IDR (akhir tahun)
Sebagai % dari total kepemilikan oleh seluruh investor
Kepemilikan asing pada sertifikat Bank Indonesia (akhir tahun) Nilai (USD milyar)
Sebagai % dari total kepemilikan oleh seluruh investor
1
2013
4.317
Nilai (USD milyar)
9
2012
3.822
2) Utang luar negeri Bank Indonesia (USD milyar) 6
2011
3.704
Moody's
1
2010
Populasi (juta)
Angka pengangguran (%) Tingkat kemiskinan (%) Rasio Gini
30,5
27,4
237,6
7,1
13,3 0,38
42,5
30,8
0,1
242,0 6,6
12,5 0,41
48,5
33,0
0,5
245,4
6,1
11,7
0,41
56,6
32,5
4,1
248,8
6,3
11,5 0,41
53,0
38,1
2,1
252,2
6,1
11,0
0,41
Sumber: BPS, Bank Indonesia, Ministry of Finance, KSEI, IMF, World Bank, UNDP, proyeksi KENTA Institute
56,0
38,0
0,0
255,5 6,1
11,5 0,41
54,0
37,0
0,0
258,8 6,0
11,5
0,41
KENTA INSIGHT Vol. 1 No. 1 Oktober 2015
TIM ANALIS KENTA INSTITUTE Makmur Keliat, PhD (Senior Political Analyst)
Dr. Keliat menyelesaikan S1 (1986) dari Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. Memperoleh gelar PhD (1995) Ilmu Hubungan Internasional dari School of International Studies, Jawaharlal Nehru University, New Delhi, India. Dr. Keliat adalah pengajar senior di Departemen
Ilmu
Hubungan
Internasional,
FISIP
Universitas
Indonesia.
Sebelumnya, pada 1999, mengajar di Departemen Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya. Pernah menjabat Direktur Eksekutif Pacivis dan CEACoS di FISIP UI. Dr. Keliat saat ini menjabat sebagai Ketua Program Pascasarjana Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI.
Prof. Tirta Nugraha Mursitama, PhD (Senior Business Analyst)
Profesor (Guru Besar) Bisnis Internasional, Departemen Hubungan Internasional
BINUS University. Lulus sarjana hubungan internasional dari FISIP Universitas Indonesia (1999), Master of Management (2004) dan Ph.D bidang manajemen dari Graduate School of Management Gakushuin University, Jepang di tahun 2007.
Permah menjadi visiting scholar pada College of Business and Economics, Australian National University (ANU), Cheng Shiu University Taiwan, dan College
of Economics and Management Fujian Normal University China. Sekarang
menjabat Ketua Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII). Prof. Tirta telah banyak menulis sejumlah artikel jurnal internasional dan buku.
Eric Alexander Sugandi (Senior Economic Analyst) Eric memulai karirnya di dunia perbankan sebagai Management Associate di Citibank NA Jakarta (tahun 2000 – 2001), dilanjutkan sebagai Analis
Makroekonomi di Bank Mandiri (2002 – 2003), Peneliti Ekonomi di Universitas Indonesia (2003 – 2005), Senior Business Analyst di Synovate Business
Consulting (2006 – 2007), dan Senior Economist di Standard Chartered Bank
(2007 – 2015). Menamatkan pendidikan sarjana sosial di bidang hubungan internasional dari Universitas Indonesia (1999), magister ilmu ekonomi dari
Universitas Indonesia (2003), master of arts in economics dari University of Virginia
(2007). Saat ini berstatus sebagai kandidat doktor ilmu ekonomi dari Universitas Indonesia, sekaligus sedang menempuh pendidikan doktoral di bidang studi kebijakan internasional di Waseda University, Jepang.