Ken-Duren Wonosalam (Studi Deskriptif: Makna Ken-Duren Wonosalam pada Masyarakat Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang) Indra Sulistiyono E-mail:
[email protected] Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Abstrak Tradisi ini menarik untuk diteliti, karena Ken-Duren Wonosalam memiliki perbedaan yang unikdengan kenduri masyarakat pada umumnya. Dalam tradisi ini, tumpeng yang digunakan adalah tumpeng durian raksasa dengan tinggi ± 8 meter. Selain itu pola perilaku masyarakat dengan mengadakan acara Ken-Duren Wonosalam merupakan suatu perilaku simbolik dari masyarakat yang dapat diteliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan dipilih dengan cara purposie. Penelitian dilakukan di Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Teori simbolik C. Geertz dan teori fungsional dari Malinowski digunakan untuk menganalisa data yang didapatkan dalam penelitian. Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bagaimana bentuk pelaksanaan Ken-Duren Wonosalam, yaitu tumpeng hasil bumi 9 desa diarak dari Kantor Kecamatan menuju lokasi acara, kemudian tumpeng hasil bumi 9 desa tersebut mengitari tumpeng durian raksasa, selanjutnya doa dipanjatkan, setelah itu tumpeng hasil bumi 9 desa dan tumpeng durian raksasa dipurak bersama. Tradisi yang telah dijalankan oleh masyarakat Kecamatan Wonosalam selama 3 tahun ini memiliki makna untuk mengucap rasa syukur atas panen raya buah durian, selain itu adalah sebagai media promosi pariwisata yang dimiliki Kecamatan Wonosalam. Kata kunci: Ken-Duren Wonosalam, tradisi, tumpeng, promosi wisata Abstract This Tradition are interesting to study, because Ken-Duren in Wonosalam has the unique distinction with community kenduri in general. Tumpeng which used in this tradition, is a giant durian tumpeng with a height of 8 meters. Furthermore the behavioral patterns of society by holding Ken-Duren Wonosalam is a symbolic behavior of the community that can be studied. This research uses qualitative methods. The informants selected by purpose way. This research are carried out in the village Wonosalam, sub Wonosalam, Jombang district. Symbolic theory from C. Geertz and functional theory from Malinowski are used to analyze the data obtained in the research. From the research, it is known how to shape the implementation of Ken-Duren Wonosalam, is tumpeng crops of 9 villages marched from the district office to the location of the event, then the crops tumpeng of 9 villages around the giant durian tumpeng, and the next prayer being said, after that crops tumpeng of 9 villages and giant durian tumpeng dipurak together. A tradition which has been run by the community of sub district Wonosalam for 3 years, has meaning to give a gratitude for the harvest durian, otherwise it is a tourism promotion media which owned by sub district Wonosalam. Keyword: Ken-Duren Wonosalam, tradition, tumpeng, tourism promotion.
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 77
Perbedadaan-perbedaan
Pendahuluan
tradisi
tersebut
ragamnya
menjadikan negara kita sebagai negara
kebudayaan yang ada serta cara hidup
yang kaya akan keanekaragaman budaya
setiap suku
dan tradisi.
Dengan
beraneka
bangsa
dengan berbagai
macam bentuk sistem tindakannya dapat dijadikan
sebagai
objek
penelitian
sekaligus analisis bagi ilmu pengetahuan terutama ilmu antropologi. Oleh karena itu kebudayaan menjadi salah satu fokus kajian dalam ilmu antropologi untuk mempelajari
manusia.
Di
mana
kebudayaan merupakan hasil dari seluruh sistem gagasan atau ide, tindakan dari kehidupannya sehari-hari dan hasil karya manusia yang dijadikan sebagai milik manusia itu sendiri yang didapatkan melalui hasil belajar, bukan didapat secara langsung
saat
manusia
itu
lahir
(Koentjaraningrat, 1990: 180). Praktik-praktik
kebudayaan
Tradisi dalam masyarakat seringkali diwujudkan
yang
dijalankan oleh setiap masyarakat. Tradisi merupakan kegiatan dari suatu masyarakat yang dilakukan secara berualang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat itu sendiri (Endraswara, 2013: 7). Tradisi yang bermacam-macam dalam masyarakat juga menyesuaikan dengan lokasi dan lingkungan di mana tradisi tersebut tumbuh dan berkembang, oleh karena itu sering kali ditemui tradis-tradisi di
setiap
ritual-ritual
dan keyakinan yang mereka jalankan dalam kehidupan kelompok masyarakat itu sendiri. Ritual merupakan salah satu aktivitas kebudayaan. Ritual memiliki fungsi pemeliharaan atas apa yang telah mereka
dapat
pengharapan
serta
sebuah
untuk
bentuk
keselamatan,
kelancaran, kemudahan, sampai ungkapan rasa syukur atas hasil keberhasilan atau hasil baik yang dicapai. Ritual pada umumnya
dijalankan
oleh
kelompok
agama atau komunitas dengan tujuan
macam, seperti halnya sebuah tradisi yang
berbeda
betuk
kebudayaan sesuai dengan kepercayaan
simbolis (elib.unikom.ac.id).
dilakukan oleh masyarakatpun bermacam-
yang
dalam
Tradisi-tradisi dalam bentuk ritual slametan atau kenduren merupakan bentuk dari emosi keagamaan yang di miliki oleh setiap
masyarakat
pendukung
suatu
kebudayaan, di mana emosi tersebutlah yang mendorong seseorang melakukan tindakan–tidakan
yang
bersifat
religi.
Sehingga menyebabkan suatu tindakan maupun sebuah gagasan memiliki nilai sakral, apabila dihinggapi oleh suatu emosi keagamaan, tidak terkecuali seperti yang dilakukan oleh masyarakat petani
daerah. AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 78
durian
di
Kecamatan
Wonosalam
(Koentjaraningrat, 1990: 377).
syukur (Durkheim 1912, dalam Daniel L. Pals, 2001: 169).
Masyarakat petani seperti yang ada
Dalam Ken-Duren Wonosalam tidak
di Kecamatan Wonosalam juga memiliki
lepas juga adanya simbol-simbol yang
cara tersendiri untuk mensyukuri hasil
diwujudkan
panen yang mereka dapatkan. Dalam hal
perlengkapan
ini agama atau kepercayaan masyarakat
diwajibkan ada dalam pelaksanaanya.
setempat
dalam
Simbol-simbol itu seperti adanya tumpeng
bentuk
raksasa yang tersusun dari tumpukan buah
ungkapan syukur masyarakat petani atas
durian yang merupakan hasil bumi dari
hasil
terima.
Kecamatan Wonosalam sendiri. Selain itu
Keinginan masyarakat untuk melakukan
juga terdapat tumpeng-tumpeng kecil yang
suatu ritual ungkapan rasa syukur tidak
berisi hasil bumi dari tiap-tiap desa yang
terlepas juga dari sifat manusia yang
ada di Kecamatan Wonosalam yang turut
menganggap
mahluk
serta dalam upacara ritual Ken-Duren
religius, sehingga konsep tentang yang
Wonosalam, akan tetapi dalam setiap
sakral (the sacred), dalam hal ini adanya
tumpeng tersebut juga harus terdapat buah
hubungan antara manusia dengan Tuhan
durian
membuat mereka wajib untuk melakuakan
perlengkapan penyusun upacara seperti itu
suatu tindakan sebagai bentuk rasa syukur
membuat kenduren atau slametan di
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
Kecamatan Wonosalam berbeda dengan
kata lain seperti yang dikatakan Emile
acara serupa yang berada di daerah lain
Durkheim, bahwa agama di sini memiliki
yang umumnya hanya berisikan hasil
peran di masyarakat untuk membentuk
bumi, misalnya pada upcara Grebeg
“kesadaran
suatu
Gunungan Sekaten yang diadakan oleh
komunitas atau masyarakat mendapatkan
Sinuwun Paku Buwana di Surakarta.
hasil dari apa yang menjadi harapan
Gunungan
mereka, fikiran religius yang mereka
perlengkapan wajib yang harus ada dalam
dapatkan dari agama menuntun mereka
perayaan
untuk melakukan tindakan sakral guna
gunungan tersebut adalah hasil bumi dan
berkomunikasi dengan Tuhannya, dalam
ternak seperti sayur, buah, telur, dan
hal ini melakukan ritual ungkapan rasa
daging yang juga dipersembahkan kepada
turut
terbentuknya
tradisi
panen
yang
dirinya
kolektif”,
berperan sebagai
mereka
sebagai
di
mana
di
dalam
perlengkapan-
upacara
tersebut
dalamnya.
Sekaten
yang
Perlengkapan-
yang
merupakan
Sekaten, di mana penyusun
Tuhan sebagai ungkapan rasa syukur atas AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 79
nikmat
yang diberikan
(Wahyudiarto,
2006: 1).
makna-makna dari simbol yang ada dalam
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
bagaimana
bentuk dari Ken-Duren Wonosalam yang dijalankan oleh masyarakat Wonosalam serta
menjelaskan secara terperinci mengenai
simbol-simbol
digunakan
dalam
yang
ada
tradisi
dan
tersebut.
Ketertarikan untuk meneliti Ken-Duren Wonosalam di Kecamatan Wonosalam,
pelaksanaan
upacara
Ken-Duren
Wonosalam serta bagaimana bentuk acara dari upacara Ken-Duren Wonosalam. Oleh karena itu, penelitian dengan metode kualitatif
digunakan
dalam
upacara Ken-Duren
meneliti
Wonosalam
yang
diadakan oleh masyarakat Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Kabupaten Jombang adalah adanya sebuah
Dalam
pemilihan
informan,
“keunikan” yang dimiliki oleh masyarakat
ditentukan dengan cara purposie, yaitu
petani
menentukan
durian
Wonosalam
dengan
informan
mampu
masyarakat petani di daerah lain dari segi
menjawab
media
diangkat. Pada penelitian ini didapatkan 7
atau
penuyusun
perlengkapan-perlengkapan upacara
slametan
untuk
pertanyaan
yang penelitan
Informan
yang
mensyukuri hasil panen raya yang mereka
pertanyaan
penelitian
dapatkan. Selain itu juga untuk melihat
Teknik pengumpulan data yang akan
adanya perubahan makna ritual slametan
digunakan dalam penelitian upacara Ken-
pada masyarakat Kecamatan Wonosalam
Duren Wonosalam ada empat macam,
antara kenduri dan Ken-Duren Wonosalam
yaitu observasi, wawancara, studi literartur dan
Metode
dokumentasi.
yang
Untuk
menjawab diangkat.
penentuan
informan sudah ditentukan sesuai dengan
Dalam
penelitian
ini
yang
mengangkat tema mengenai tradisi yang ada masayarakat yaitu tentang upacara Ken-Duren Wonosalam yang merupakan sebuah media untuk mengungkapakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen raya yang didapatkan para petani durian
mampu
yang
selama
berlangsung.
masa
Penelitian
masa
tanam
ini
bersifat
deskriptif, karena dalam penelitian ini
kebutuhan akan data yang akan dicari dalam penelitian ini. Pada bagian analisa data digunakan untuk menganalisa atau mengolah data yang telah di dapatkan dari hasil penelitian di lapangan mengenai upacara ritual KenDuren Wonosalam. Hasil penelitian yang dianalisa
merupakan
data
dari
hasil
observasi, wawancara mendalam dengan informan serta studi literartur dari berbagai AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 80
sumber
ilmiah.
Metode-metode
pengumpulan data tersebut merupakan
Kecamatan Wonosalam yang saat itu dipimpin oleh Pak Camat Senen.
metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Dari hasi penelitian tersebut akan dijabarkan melalui hasil analisa berupa tulisan deskriptif, karena agar semua hasil informasi atau data yang diperoleh dapat tersampaikan secara jelas dan detail. Selain itu juga, teori sombolik dari Clifford Geertz digunakan untuk menjelaskan makna dari simbol-simbol yang digunakan masyarakat Kecamatan Wonosalam dalam upacara Ken-Duren Wonosalam dan digunakan juga teori fungsional
dari
Malinowski
untuk
menganalisa fungsi diadakannya upacara ritual Ken-Duren Wonosalam. Selain itu juga konsep-konsep dari Koenjtaraningrat mengenai empat komponen kehidupan religius
manusia
digunakan
untuk
menganalisa data dari hasil penelitian ini.
Ken-Duren Wonosalam dilangsungkan saat musiam panen durian antara bulan Februari dan Maret. Acara tersebut diawali dengan
ziarah
ke
makam
Mbah
Wonosegoro yang merupakan sesepuh desa,
kemudian
diadakannya
kontes
durian, kontes kambing etawa dan festival jaranan.
Kemudian
perwakalian
dari
9
pada
puncaknya
desa
membawa
tumpeng hasil bumi berkumpul di depan Kantor Kecamatan Wonosalam, setelah Bupati memberikan sambutan dan melepas arak-arakan tumpeng dari 9 desa tersebut menuju ke lokasi acara. Sesampai di lokasi acara, tumpeng dari 9 desa mengitari tumpeng raksasa setinggi ± 8 meter, kemudian dibacakan doa dan ujub oleh pemuka agama yang berasal dari Kantor MUI
dan
KUA
setempat.
Setelah
dibacakannya doa dan ujub, tumpeng
Data dan Analisis Data Ken-Duren Wonosalam merupakan sebuah bentuk kegiatan slametan yang dijlankan oleh masyarakat Kecamatan Wonosalam setiap tahunnya pada musim
durian raksasa dipurak atau dimakan bersama dengan para masyarakat yang hadir dalam acara Ken-Duren Wonosalam. Dalam
Ken-Duren
Wonosalam
panen raya buah durian. Ken-Duren
perlengkapan-perlengkapan
diwujudkan
Wonosalam pertama kali dilangsungkan
dalam
adalah pada tahun 2012. Awal mula
digunakan dalam acara tersebut. Adapun
diadakannya tradisi ini adalah adanya
perlengkapan yang digunakan dalam Ken-
lomba sinegritas kinerja kecamatan yang
Duren Wonosalam antara lain:
simbol-simbol
tertentu
yang
dilombakan di tingkat provinsi,, di mana Kabupaten
Jombang
diwakili
oleh AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 81
Untuk ziarah ke makam Mbah
telah dikabulkan oleh Tuhan
Wonosegoro
Yang Maha Esa.
1. Tumpeng hasil bumi, yang merupakan
tumpeng
tersusun
dari
Wonosalam
Untuk kenduri yang dilakukan
yang
panitia di malam hari sebelum
bumi
pelaksanaan
Kecamatan
Wonosalam
hasil
masyarakat
seperti
kacang
-
Ken-Duren
Tumpeng nasi, dalam acara
panjang, timun, terong, sawi,
kenduri yang dilakukan pada
mangga podang, salak, alpukat,
malam hari oleh panitia dan
tomat, pisang , rambutan, ubi
sebagian
kayu dan ubi jalar. Tumpeng
hadir,
tersebut
simbol
memiliki makna pengharapan
syukur
agar acara yang dilangsungkan
merupakan
ungkapan
rasa
masyarakat
Kecamatan
Wonosalam
atas hasil bumi
2. Tumpeng tumpeng
nasi, yang
merupakan berupa
nasi
adalah
keesokan
yang
simbol
yang
harinya
dapat
berjalan dengan lancar.
yang mereka dapatkan.
masyarakat
Untuk
pelaksanaan
Ken-Duren
Wonosalam 1. Tumpeng durian Raksasa, yang
lengkap dengan lauk pauknya
menyimbolkan
seperti ayam, urap-urap, mie,
Kecamatan Wonosalam yang
tempe dan tahu. Pada dasarnya
merupakan daerah penghasil
tumpeng menurut Pak Min (65)
buah
terbuat dari nasi kabuli yang
ungkapan
berarti hajatnya telah dikabuli
panen
atau dikabulkan serta adanya
diapatkan
pengharapan akan hajat yang
Kecmatan Wonosalam.
akan digelar nanti yaitu KenDuren
Wonosalam
dapat
identitas
durian
serta
rasa
buah oleh
bentuk
syukur
atas
durian
yang
para
petani
2. Tumpeng hasil bumi 9 desa, merupakan
simbol
dari
berjalan lancar. Jadi tumpeng
ungkapan
nasi pada dasarnya merupakan
masyarakat tiap desa akan hasil
simbol
bumi yang mereka dapatkan
dari
pengharapan
kepada Tuhan dan ungkapan
dari
syukur atas keinginan yang
masing.
desa
rasa
mereka
syukur
masing-
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 82
Selain simbol-simbol yang berupa perlengkapan-perlengkapan
ritual
yang
menigkatakan
kesejahteraan
ekonomi
masyarakat. Karena dengan adanya ritual
dapat dianalisa dengan teori simbolik dari
Ken-Duren
Geertz, fenomena lainnya yang dapat
Kecamatan
analisa adalah dalam rangkaian persiapan
menunjukkan potensi-potensi yang mereka
menuju acara Ken-Duren Wonosalam
miliki
masyarakat juga melakukan ziarah ke
Menengah
makam
yang
maupun potensi alam dan pariwisata yang
merupakan sesepuh Desa Wonosalam dan
dimiliki Kecamatan Wonosalam kepada
kenduri yang diadakan panitia sehari
para pengunjung acara tersebut.
Mbah
Wonosegoro
sebelum acara Ken-Duren Wonosalam dilangsungkan. merupakan
Kedua
usaha
acara
tersebut
masyarakat
untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan harapan agar acara yang akan mereka langsungkan keesokan hari akan berjalan lancar
tanpa
adanya
halangan
atau
malapetaka.
Wonosalam,
masyarakat
Wonosalam
baik
itu
hasil
(UKM)
dari
berusaha
Usaha setiap
Kecil desa
Ken-Duren Wonosalam merupakan sebuah serangkain acara slametan yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Wonosalam setiap tahun setelah panen raya buah durian. Acara tersebut bertujuan untuk mensyukuri hasil panen raya buah durian yang didapatkan oleh para petani durian. Selain itu Ken-Duren Wonosalam
Tindakan masyarakat Kecamatan
juga dijadikan media promosi potensi-
Wonosalam yang melakukan aktivitas
potensi yang dimiliki oleh Kecamatan
kebudayaan dalam bentuk Ken-Duren
Wonosalam, baik dari segi sumber daya
Wonosalam merupakan perilaku simbolis,
alam maupun potensi pariwisata yang ada.
di mana perilaku tersebut merupakan tindakan yang didasari adanya emosi keagamaan
yang
memdekatkan
diri
bertujuan dengan
untuk
Tuhannya
dengan cara bersama-sama mengucap syukur dengan melakukan kegiatan KenDuren Wonosalam.
Dari penjabaran mengenai bentuk dan tujuan dilaksanakannya Ken-Duren Wonosalam
dapat
menggunakan Malinowski setiap
teori yang
unsur
fungsinya
dijelaskan
dengan
fungsional menyatakan
dari bahwa
kebudayaan
memiliki
masing-masing
dalam
Dalam penafsiran lainnya, perilaku
masyarakat dan juga unsur kebudayaan
masyarakat Kecamatan Wonosalam yang
memiliki hubungan timbal balik. Manusia
mengadakan Ken-Duren Wonosalam dapat
menggunakan
dimaknai
memenuhi
sebagai
aktivitas
untuk
kebudayaan kebutuhan
hidup
untuk yang
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 83
mendasar. Kebutuhan hidup manusia ini
muncullah kebutuhan lain dari kebutuhan
saling berkaitan satu sama lain dengan
dasar
kebutuhan hidup yang lainnya. Apabila
Wonosalam yaitu adanya keinginan untuk
suatu tidakan manusia dapat memenuhi
mengenalkan potensi-potensi yang ada di
salah satu kebutuhan hidupnya, maka akan
Kecamatan Wonosalam yang salah satunya
tibul kebutuhan hidup lainnya yang harus
adalah sektor pariwisata melalui ritual
mereka penuhi (Koentjaraningrat, 1987:
Ken-Duren Wonosalam, dalam hal ini
167-171). Malinowski juga berangaapan
fungsi Ken-Duren Wonosalam sebagai
bahwa setiap unsur kebudayaan memiliki
peningkatan perekonomian masayarakat
manfaat bagi masyarakat di mana unsur
Kecamatan Wonosalam.
kebudayaan itu berada (Ihromi, 1996: 59). Teori
Jadi
masyarakat
ritual
Kecamatan
Ken-Duren
oleh
masyarakat
menjelaskan bahwa
Ken-
memiliki fungsi yang cukup penting bagi
Duren Wonosalam merupakan salah satu
masyarakat Kecamatan Wonosalam dalam
unsur kebudayaan dalam masyarakat yang
segi pemenuhan kebutuhan dasar manusia
mampu
dasar
dengan
manusia akan ketergantungan manusia
dengan
dengan Tuhannya. Dalam hal ini Ken-
Wonosalam
Duren Wonosalam merupakan bentuk
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu
pelaksanaan dari sistem kepercayaan yang
adanya keinginan masyarakat Kecamatan
ada dalam masyarakat dalam bentuk ajaran
Wonosalam
agama. Ken-Duren Wonosalam berfungsi
perekonomian
sebagai media yang digunakan masyarakat
pariwisata yang sedang dibangun juga
Kecamatan Wonosalam untuk mengucap
menjadi alasan diadakannya Ken-Duren
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Wonosalam dengan cara memperkenal
hasil panen raya buah durian yang mereka
kanpotensi-potensi
dapatkan. Selain itu juga Ken-Duren
Kecamatan Wonosalam.
memenuhi
kebutuhan
Wonosalam difungsikan sebagai media untuk
permohonan
permohonan
keselamatan
kesejahteraan
dan bagi
masyarakat Kecamatan Wonosalam. Setelah dasar
terpenuhinya
manusia
dengan
kebutuhan Tuhannya,
Kecamatan
dalam
dikemukakan
Malinowski
yang
pada
Tuhannya
Wonosalam
yang
diadakamnya untuk
diwujudkan Ken-Duren
mengucap
untuk mereka
syukur
meningkatan melalui
sektor
yang dimiliki oleh
Simpulan Ken-Duren Wonosalam merupakan bentuk
acara
komunal
yang
telah
dijalankan oleh mayarakat Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang sejak AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 84
tahun 2012. Acara terebut dijalankan oleh
bumi yang mereka dapatkan, selain itu
masyarakat Kecamatan Wonosalam setiap
tumpeng
panen raya buah durian antara bulan
pengharapan terhadap Tuhan YME.
Februari dan Maret, yang bertujuan untuk mensyukuri hasil panen raya buah durian yang masyarakat Kecamatan Wonosalam dapatkan.
Selain
itu,
Wonosalam
memiliki
masayarakat
Kecamatan
Ken-Duren fungsi
di
Wonosalam
sebagai media promosi pariwisata yang dimiliki oleh Kecamatan Wonosalam. Dalam
pelaksanaan
Ken-Duren
Wonosalam terdapat perlengkapan acara yang wajib ada dalam pelaksanaanya, yaitu tumpeng.
Tumpeng
dalam Ken-Duren
yang
diguanakan
Wonosalam adalah
tumpeng dalam bentuk tumpeng durian raksasa, tumpeng nasi dan tumpeng hasil bumi dari 9 desa yang di mana memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur terhadap terhadap Tuhan YME atas hasil
merupakan
sebuah
bentuk
Daftar Pustaka Endraswara, Suwardi. (2013). Pendidikan karakter dalam Foklor. Yogyakarta: Narasi. Ihromi. T. O. (1996). Pokok-pokok Ilmu Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. _____________. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press. L. Pals, Daniel. (2001). Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Penerbit Qalam. Wahyudiarto, Dwi. (2006). Makna Tari Canthangbalung dalam Upacara Grebeg Gunungan di Kraton Surakarta. Harmoni Jurnal Pengetahuan. Vol VII No.3/September-Desember 2006:1. Anonim. (2014). Definisi Ritual. elib.unikom.ac.id (Diakses pada 03 september 2014).
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 85