KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Jalan. Raya Kuningan-Cirebon KM.9 No. 1 Manislor Jalaksana Telp. (0232) 613152
KUNINGAN 45551
PENINGKATAN USAHA EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU, KEC PASAWAHAN KAB KUNINGAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI 2012
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN USAHA EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU, KEC PASAWAHAN KAB KUNINGAN
Sumber dana kegiatan ini berasal dari :
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) – 29 BTN. Gunung Ciremai Tahun 2011
Tim pelaksana: Eska Nata Suryana S. Hut, Nisa Syachera S. Hut, Agus Setia
Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Balai Taman Nasional Gunung Ciremai 2012
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PENINGKATAN USAHA EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIBUNTU, KEC PASAWAHAN KAB KUNINGAN
Kuningan,
November 2012
Diperiksa oleh,
Disusun oleh,
Pejabat Pembuat Komitmen
Penanggung Jawab
Murlan Dameria Pane, S. Hut NIP. 19710717 199803 2 001
Nisa Syachera Febriyanti, S. Hut NIP. 19860227 200901 2 007
Mengetahui dan Menyetujui, Kepala Balai Selaku Kuasa Pengguna Anggaran
Ir. Dulhadi NIP. 19610426 198802 1 001
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
i
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN
Hal. i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1
1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................
1
1.3 Sasaran dan Output.......................................................................
2
1.4 Ruang Lingkup...............................................................................
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
3
BAB III
KONDISI UMUM...................................................................................
9
BAB IV
PELAKSANAAN....................................................................................
10
4.1 Dasar Pelaksanaan.........................................................................
10
4.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan.......................................................
10
4.3 Metode Pelaksanaan......................................................................
10
4.4 Tim Pelaksana...............................................................................
11
4.5 Hasil Pembahasan Kegiatan............................................................
11
BAB V
PENGUKURAN KINERJA........................................................................
13
BAB VI
REKOMENDASI/KESIMPULAN................................................................
14
BAB VII
PENUTUP............................................................................................
15
Lampiran Dokumentasi Kegiatan Anggaran Biaya
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka implementasi kegiatan pemberdayaan masyarakat kepada masyarakat eks penggarap yang merupakan salah satu program prioritas Balai TNGC tahun 2010 s.d 2014, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) akan melaksanakan kegiatan usaha peningkatan ekonomi masyarakat dengan program yang mendukung kelestarian kawasan. adapun program yang dimaksud yaitu jasa lingkungan dan wisata alam, konservasi sumberdaya alam hayati dan perlindungan dan pengamanan kawasan. Pada tahun 2011, Balai TNGC telah memfasilitasi kegiatan usaha peningkatan ekonomi masyarakat di 22 (dua puluh dua) desa dengan beragam bidang kegiatan yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan. Dalam rangka penyelesaian permasalahan di lapangan dan penghargaan terhadap desa yang memiliki kepedulian tinggi dengan kesukarelaan ikut serta dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan maka pada tahun 2012, Balai TNGC akan memfasilitasi peningkatan usaha ekonomi masyarakat di 8 (delapan) desa penyangga lingkup Kab Kuningan dan Majalengka dengan pertimbangan usulan kegiatan yang mendukung kelestarian kawasan sebagaimana disebutkan diatas. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud pelaksanaan kegiatan peningkatan usaha ekonomi masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Memberikan alternatif mata pencahariaan masyarakat. 2. Mendorong peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan TNGC agar dapat terwujud interaksi yang harmonis antara masyarakat dengan pengelola. Sedangkan tujuan pelaksanaan kegiatan peningkatan usaha ekonomi masyarakat adalah : 1. Mendorong masyarakat sekitar kawasan TNGC dapat hidup secara mandiri dengan tidak ketergantungan terhadap kawasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. 2. Meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam upaya menjaga dan melestarikan kawasan TNGC
Hal 1
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab masyarakat sekitar kawasan dan pihak lainnya untuk ikut serta dalam upaya pelestarian kawasan TNGC. 1.3 Sasaran, Output dan Outcome Sasaran kegiatan peningkatan ekonomi adalah 8 (delapan) desa yang berada di sekitar penyangga TNGC. Output kegiatan ini adalah terciptanya/terlaksananya kegiatan usaha ekonomi produktif dari berbagai bidang berdasarkan hasil penggalian potensi sebanyak 8 (delapan) kali, sedangkan outcomenya adalah kelestarian kawasan dapat terwujud. 1.4 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup kegiatan adalah sebagai berikut : a.
Persiapan Pembentukan kelompok Masyarakat Desa Konservasi (apabila belum terbentuk kelompok) yang dilengkapi dengan surat pengesahan dari Kepala Desa dan verifikasi Resort Lingkup setempat.
b.
Pelaksanaan Pemberian
bantuan
berupa
kegiatan
usaha
ekonomi
produktif
masyarakat
berdasarkan usulan. c.
Pasca Monitoring dan evaluasi atas terlaksananya kegiatan tersebut.
Hal 2
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengkajian Keadaan Desa Secara Partisipatif (PRA) PRA adalah Sekumpulan teknik dan alat yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan (Chambers). Konsep PRA adalah : •
Kajian keadan Pedesaan Partisipatif dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Tim Pemberdayan Masyarakat
•
Dalam kajian Partisipatif, masyarakat diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan pengetahuannya
•
PRA dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, baik potensi maupun permasalahannya
•
Sebelum pelaksanan PRA, sudah diawali dengan proses sosialisasi pemberdayaan masyarakat agar masyarakat serta aparat desa telah memiliki pengertian yang baik terhadap pendekatan partisipatif ini
•
Peran orang atau Tim luar yang berasal dari lembaga atau instansi, terbatas sebagai fasilitator proses PRA
•
Teknik PRA hanyalah alat dalam proses pengalihan ketrampilan analisis kepada masyarakat
PRA terdiri dari sekumpulan teknik atau alat yang dapat dipakai untuk mengkaji keadan pedesaan. Teknik ini berupa visual (gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh masyarakat sendiri dan dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan mereka sendiri serta lingkungannya. Alat PRA yaitu: •
peta/sketsa desa dan usaha tani keluarga
•
transek
•
bagan perubahan dan kencendrungan
•
diagram venn
•
matrik rangking
•
sketsa usaha tani keluarga
•
diagram kegiatan rutin harian
•
kalender musim Hal 3
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
•
peta mobilitas
•
diagram alir
•
analisa kehidupan dan mata pencaharian
•
penelusuran alur sejarah
2.2 Bentuk Kegiatan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kegiatan
peningkatan
ekonomi
masyarakat
perlu
direncanakan
berdasarkan
penggalian potensi secara partisipatif sesuai dengan kebutuham masyarakat. Agar program pemberdayaan yang diberikan kepada masyarakat tepat guna dan memberikan peningkatan pendapatan, maka perlu adanya diversifikasi kegiatan dimana kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diberikan lebih bervariasi dan tidak hanya satu kegiatan saja sehingga satu kegiatan dapat menopang kegiatan yang lainnya. Berdasarkan hasil penggalian potensi yang dilakukan di beberapa desa penyangga, kegiatan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Budidaya ternak Budidaya ternak merupakan salah satu alternatif pengalihan kegiatan penggarapan lahan di dalam kawasan TNGC. Hasil tersebut berdasarkan permintaan yang disampaikan oleh masyarakat penggarap baik secara langsung maupun secara tertulis. Diantara hewan ternak yang diminati masyarakat adalah penggemukan domba, kambing dan sapi. Sehubungan dengan permintaan masyarakat tersebut, kami berupaya berkoordinasi kepada dinas terkait yang mempunyai kewenangan dalam memberikan bantuan tersebut. 2. Budidaya Hasil Hutan Non Kayu Ekonomi merupakan alasan dasar masyarakat sekitar kawasan tetap bergantung kepada kawasan TNGC untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu upaya peningkatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan TNGC adalah budidaya hasil hotan non kayu. Hasil hutan non kayu diantaranya adalah budidaya jamur merang dan lebah madu. Berdasarkan PP Nomor 68 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Kehutanan Kepada daerah, urusan yang diserahkan diantaranya persuteraan alam, perlebahan, pengelolaan hasil hutan non kayu dan pelatihan keterampilan masyarakat di bidang kehutanan.
Hal 4
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan telah mengembangkan usaha hasil hutan non kayu di sejumlah desa penyangga TNGC namun perlu dievaluasi lebih lanjut mengenai keefektifan pengembangan suatu usaha hasil hutan non kayu dengan agroekosistem pada masing-masing wilayah. Apabila telah sesuai maka perlu pengawasan secara intensif mengenai pengembangan kearah pemasaran sehingga produk yang dihasilkan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Bagi beberapa desa penyangga yang belum mengembangkan usaha hasil hutan non kayu maka perlu kajian lebih lanjut sehingga produk yang dihasilkan tepat guna dan berdaya guna sesuai dengan agroekosistem masing-masing wilayah. Kegiatan budidaya hasil hutan non kayu dapat juga dilakukan dengan budidaya tumbuhan berguna yang terdapat di dalam kawas 3. Pembibitan/persemaian Lahan kritis yang cukup besar di kawasan TNGC menghasilkan peluang usaha yang dapat
diperhitungkan,
salah
satunya
adalah
pembibitan/persemaian.
Pembibitan/persemaian yang dapat dilakukan adalah jenis tanaman lokal TNGC dan jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan kualitas yang tinggi. Jenis tanaman lokal yang dikembangkan dapat ditanam di dalam kawasan, sedangkan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan kualitas tinggi hanya dapat ditanam di lahan milik/hutan rakyat. Saat ini, bahan baku kayu yang dibutuhkan semakin lama semakin meningkat seiring dengan perkembangan populasi manusia yang semakin pesat sehingga dengan pembibitan jenis tanaman dengan nilai ekonomi dan kualitas tinggi memiliki sebagai pendukung pemasukan dana karena Jenis tanaman lokal TNGC diantaranya pohon Huru, Salam, Kedoya, Beringin, sedangkan jenis tanaman dengan nilai ekonomi dan kualitas tinggi diantaranya pohon Sengon, Gaharu dan Jati. Selain kegiatan tersebut diatas yang merupakan permintaan masyarakat, terdapat kegiatan lain yang dapat dikembangkan yaitu pertanian organik. Pola pertanian seperti ini sudah banyak dilakukan di berbagai daerah seperti Bandung, Malang, namun belum berkembang di Kabupaten Kuningan. Pertanian Organik Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini di beberapa daerah menunjukkan adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor
Hal 5
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
pertanian akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari. Pertanian organik kemudian dipercaya menjadi salah satu solusi alternatifnya. Pengembangan pertanian organik secara teknis harus disesuaikan dengan prinsip dasar lokalitas. Artinya pengembangan pertanian organik harus disesuaikan dengan daya adaptasi tumbuh tanaman/binatang terhadap kondisi lahan, pengetahuan lokal teknis perawatannya, sumber daya pendukung, manfaat sosial tanaman/ binatang bagi komunitas. Pertanian organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling bergantung dan menghidupi, dan manusia adalah bagian di dalamnya. Prinsip ekologi dalam pertanian organik didasarkan pada hubungan antara organisme dengan alam sekitarnya dan antarorganisme itu sendiri secara seimbang. Pola hubungan antara organisme dan alamnya dipandang sebagai satu - kesatuan yang tidak terpisahkan, sekaligus sebagai pedoman atau hukum dasar dalam pengelolaan alam, termasuk pertanian. Dalam pelaksanaannya, sistem pertanian organik sangat memperhatikan kondisi
lingkungan
dengan
mengembangkan
metode
budidaya
dan
pengolahan
berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sistem pertanian organik diterapkan berdasarkan atas interaksi tanah, tanaman, hewan, manusia, mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan dengan memperhatikan keseimbangan dan keanekaragaman hayati. Sistem ini secara langsung diarahkan pada usaha meningkatkan proses daur ulang alami daripada usaha merusak ekosistem pertanian (agroekosistem). Pertanian organik banyak memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia. Pertanian organik juga menjamin keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara, biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran. Bahan alami Pemanfaatan bahan-bahan alami lokal di sekitar lokasi pertanian seperti limbah produk pertanian sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik seperti kompos sangat efektif mereduksi penggunaan pupuk kimia sintetis yang jelas-jelas tidak ramah lingkungan. Demikian juga dengan pemanfaatan bahan alami seperti tanaman obat yang
Hal 6
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
ada untuk dibuat racun hama akan mengurangi penggunaan bahan pencemar bahaya yang diakibatkan pestisida, fungisida, dan insektisida kimia. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan. Di samping itu, banyak mikroorganisme di alam yang memiliki kemampuan mereduksi dan mendegradasi bahanbahan kimia berbahaya yang diakibatkan pencemaran dari bahan racun yang digunakan dalam aktivitas pertanian konvensional seperti racun serangga dan hama. Dengan kemajuan teknologi, pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan yang murah dan berteknologi sederhana (tepat guna) dan dapat dijangkau semua petani di Indonesia. Serangga hama dan musuh alami merupakan bagian keanekaragaman hayati. Serangga hama memiliki kemampuan berbiak yang tinggi untuk mengimbangi tingkat kematian yang tinggi di alam. Keseimbangan alami antara serangga hama dan musuh alami sering dikacaukan penggunaan insektisida kimia yang hanya satu macam. Pertanian organik bukan hanya baik bagi kesehatan, tetapi juga bagi lingkungan bumi. Beberapa ahli pertanian Amerika Serikat yakin pertanian organik merupakan cara baru mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan global. Laurie Drinkwater,
ahli
manajemen
tanah
dan
ekologi
Rodale
Institute
di
Kutztown,
Pennsylvania, AS bersama koleganya membandingkan pertanian organik dengan metode sebelumnya yang menggunakan pupuk kimia selama 15 tahun. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature (Desember 1998) jika pupuk organik digunakan dalam kawasan pertanian kedelai utama di AS, setiap tahun, karbon dioksida di atmosfer dapat berkurang 1-2%. Drinkwater mengatakan, pengurangan ini merupakan kontribusi yang sangat berarti. Selain itu negara-negara industri sepakat dalam pertemuan Bumi di Kyoto Jepang untuk mengurangi emisi karbondioksida sampai 5,2% dari tahun 1990 hingga tahun 2008-2012. Dalam penelitian ini juga ditemukan, pertanian organik menggunakan energi 50% lebih kecil dibandingkan dengan metode pertanian konvensional. Fakta mengungkapkan bahwa sistem pertanian organik adalah pertanian yang ramah lingkungan. Artinya, pelaku sistem pertanian organik telah berusaha tidak merusak dan menganggu keberlanjutan komponen-komponen lingkungan yang terdiri atas tanah, air, udara, tanaman, binatang, mikroorganisme, dan tentunya manusia.
Hal 7
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
Berdasarkan referensi tersebut, dengan adanya tekonologi ramah lingkungan dengan pertanian organik dapat meningkatkan produktivitas lahan pada lahan milik masyarakat sehingga dapat meninggalkan lahan garapan di dalam kawasan TNGC yang berfungsi konservasi, bukan pemanfaatan berbasis lahan. Selain itu, penjualan pertanian organik dipasaran saat ini mencapai harga maksimal karena masyarakat lebih memprioritaskan kealamian makanan yang dikonsumsinya. Selain itu juga disampaikan bahwa dengan pertanian organik dapat mengurangi serangan hama yang saat ini sering terjadi.
Hal 8
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
BAB III. KONDISI UMUM
Desa Cibuntu memiliki luas wilayah 1.072,8 ha. Mata pencahariaan mayoritas meliputi petani dan
peternak. Agama mayoritas islam dengan pendidikan Tamat SD. Adapun
komoditi perkebunan yaitu karet dan buah-buahan. Komoditi peternakan domba serta komoditi pertanian diantaranya padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar. Bidang usaha ekonomi meliputi industry makanan. Jumlah penduduk sebanyak 996 orang yang terdiri dari 491 orang laki-laki dan 505 orang perempuan.
Hal 9
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
BAB IV. PELAKSANAAN KEGIATAN 4.1 Dasar Pelaksanaan 1. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 2. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. 3. Peraturan Menteri Kehutanan No.70/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Delapan Kebijakan Proritas Kementerian Kehutanan. 4. Surat pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Taman Nasional
Gunung
Ciremai
Tahun
Anggaran
2012
Nomor
0190/029-
05.2.01/12/2012 tanggal 9 Desember 2011. 5. Surat Perintah Tugas Nomor PT.
/BTNGC/2011 tanggal
November 2012.
4.2 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Cibuntu pada tanggal 12-14 November 2012. 4.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan peningkatan usaha ekonomi produktif dilakukan melalui tahapan : a. Usulan kegiatan dari sasaran kegiatan melalui Resort Lingkup TNGC yang dilengkapi dengan persyaratan surat pengantar dan proposal. b. Pengkajian dan pemberian usulan kegiatan peningkatan ekonomi Lembaga MDK dan kelompok Masyarakat Desa Konservasi berdasarkan kajian ekologi, sosial dan ekonomi. Hasil pengkajian dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang didapat dari Lembaga MDK/kelompok Masyarakat Desa Konservasi perlu didiskusikan untuk memilih diantara pilihan yang ada berdasarkan prioritas kebutuhan. Pengkajian ini disesuaikan dengan penunjang lainnya seperti bahan, sarana prasarana dan anggaran yang tersedia. c. Pemberian bantuan sesuai dengan usulan Besaran kegiatan peningkatan usaha ekonomi masyarakat di Desa Cibuntu sebesar Rp 25.000.000 untuk pengolahan keripik nangka dan bibit tanaman produktif. Hal 10
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
d. Pendampingan Pendampingan dilakukan dalam rangka mempermudah pelaksanaan kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat. Pendampingan dilakukan selama 3 (tiga) hari yaitu pra pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. e. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat agar lebih optimal. Hasil monitong dan evaluasi menjadi bahan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya sehingga pelaksanaannya lebih baik. Monitoring dan evaluasi dilakukan tahun berikutnya untuk melihat perkembangan kegiatan. 4.4 Pelaksana Kegiatan Pelaksanaan kegiatan berdasarkan tahapan kegiatan adalah sebagai berikut : No
Lokasi/Tanggal/ Nama/NIP
Pangkat/ Golongan
Jabatan
A.
Desa Cibuntu, Resort Pasawahan SPTN Wil I Kuningan,12-14 November 2012
1
Eska Nata Suryana,S.Hut NIP. 19830413 200801 1 011 Nisa S.Febriyanti,S.Hut NIP. 19860227 200901 2 007 Agus Setia NIP. 19610817 198603 1 007
2 3
Penata Muda Tk I (III/b) Penata Muda Tk I (III/b) Penata Muda (III/a)
Penata Usaha Bahan Pengawetan Penyuluh Kehutanan Pertama Polhut Pelaksana Lanjutan
Ket
Ketua Tim Anggota Anggota
4.5 Hasil Pembahasan Kegiatan Kegiatan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari yang meliputi pra pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. 4.5.1 Pra pelaksanaan Pada tahap pra pelaksanaan diantaranya meliputi kegiatan persiapan kelompok masyarakat sebagai penerima kegiatan peningkatan usaha ekonomi produktif, jenis kegiatan yang disepakati dan persyaratan administrasi pengajuan anggaran yaitu NPWP dan buku rekening kelompok. Adapun persyaratan administrasi yang dimaksud adalah sebagai berikut : Nama kelompok
: Silutung Indah
No. NPWP
: 25.689.576.4-438.000
No Rekening
: BRI Unit Mandirancan Kuningan Rekening Nomor 4282-01-007469-53-2 atas nama Silutung Indah Hal 11
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
Selain itu, tim juga melakukan survey awal kepada pengusaha lokal yang sudah menjalankan bisnis pengolahan keripik sehingga menjadi rekomendasi dalam pemesanan peralatan. 4.5.2 Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan yaitu pembelian peralatan olahan keripik dan pendukungnya yaitu mesin kap 5 kg, stabilizer, pemasangan listrik 2200 watt dan bangunan rumah mesin. 4.5.3. Pasca Pelaksanaan Pada tahap pasca pelaksanaan, tim melakukan pengecekan apakah barang yang dibeli melalui dana kegiatan peningkatan usaha ekonomi produktif sesuai kesepakatan atau tidak dan bagaimana mekanisme kerja di kelompok sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan input yang tersedia.
Hal 12
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
BAB V. PENGUKURAN KINERJA
Indikator Kinerja
Satuan
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Realisasi
Masukan (Inputs) Apa yang kita perlukan 9 Metode CV 9 Alat dan bahan
Set
9 Dana
Rupiah
Rp 29.460.000
Rp 29.460.000
9 SDM
Orang
3
3
Keluaran Laporan dan bantuan fisik kegiatan
%
Hasil • Memberikan alternatif usaha
%
ekonomi bagi masyarakat eks penggarap • Melatih kemandirian
%
kelembagaan dan tingkat swadaya Manfaat • Terwujudnya harapan
%
masyarakat akan adanya alih profesi semenjak berhenti menggarap • terwujudnya kelestarian
%
kawasan TNGC Dampak Meminimalisir gangguan dan
%
ancaman terhadap kawasan
Hal 13
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
BAB VI. REKOMENDASI/KESIMPULAN
6.1 Rekomendasi Perlu penilaian terhadap pelaku usaha perihal pengaruh pemberdayaan masyarakat terhadap tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat dengan menilai pendapatan sebelum menerima kegiatan pemberdayaan masyarakat dan sesudah menerima kegiatan pemberdayaan masyarakat. Disamping itu, dapat dinilai perihal kontribusi masyarakat atau desa terhadap kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. 6.2 Kesimpulan 1.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Cibuntu berupa kegiatan pengolahan keripik dan pengadaan bibit tanaman produktif yaitu Nangka sebagai bahan baku pembuatan keripik.
2.
Kegiatan tersebut mendukung program Pemerintah Daerah Kab Kuningan yang menjadikan Desa Cibuntu menjadi Desa Wisata dimana kerapkali menjadi tujuan studi banding sehingga membutuhkan produk makanan olahan yang dapat dijadikan oleh-oleh/buah tangan.
Hal 14
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
BAB IV PENUTUP Demikian laporan kegiatan peningkatan usaha ekonomi produktif, diharapkan dengan adanya kegiatan ini, masyarakat eks penggarap dapat lebih mandiri dan akan memberikan pengaruh signifikan terhadap perlindungan dan pengamanan kawasan dari gangguan dan ancaman. Laporan ini juga sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan.
Hal 15
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 1. Contoh mesin yang akan dibeli
Gambar 2. Studi banding dan sharing pengalaman dari pengusaha olahan keripik
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
Gambar 3. Survei peralatan lain yang dibutuhkan
Gambar 4. Penandatanganan dokumen
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
Lampiran 2. Anggaran Biaya No 1
2
3
Uraian
Satuan
Volume
Belanja Bahan ATK, dokumentasi dan 1 kali pelaporan Bahan dan alat pembahasan 30 OH Bahan dan peralatan pertemuan 2 kali rutin kelompok Belanja Barang Non Operasional lainnya bahan dan peralatan 1 kali peningkatan usaha ekonomi masyarakat Belanja perjalanan lainnya Uang harian petugas 9 OH pendamping (3 orang x 3 hari x 1 desa)
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Cibuntu
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
300.000
300.000
30.000 522.500
900.000 1.055.000
25.000.000
25.000.000
245.000
2.205.000
TOTAL
29.460.000