KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh: IKHA JUNIANTI ARMININGTYAS F 100 110 071
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
i
KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh: IKHA JUNIANTI ARMININGTYAS F 100 110 071
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii
ABSTRAKSI KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI Ikha Junianti Arminingtyas
[email protected] Siti Nurina Hakim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Proses tumbuh kembang seorang anak berawal dari lingkungan keluarga. Orangtua merupakan lingkungan pertama yang bertanggung jawab memberikan pendidikan kepada anak-anaknya melalui proses pengasuhan termasuk dalam membentuk kemandirian. Pola asuh memiliki pengaruh tersendiri dalam membentuk kemandirian. Orangtua memiliki cara mengasuh anak yang berbedabeda, oleh karena itu akan menghasilkan kemandirian yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemandirian remaja ditinjau dari persepsi terhadap pola asuh orangtua pada siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII F, D, dan E SMP Negeri 3 Teras Boyolali yang berjumlah 88 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Metode analisis dengan teknik komparasi one way anova di dapatkan hasil F = 20,401 dengan p = 0,000 (p < 0,05) dan analisis post hoc mendapatkan hasil yang menunjukkan pola asuh demokratis dengan otoriter menunjukkan signifikansi sebesar 0,073, pola asuh demokratis dengan permisif sebesar 0,000, dan pola asuh otoriter dengan permisif sebesar 0,030. Artinya ada perbedaan kemandirian remaja ditinjau dari persepsi terhadap pola asuh orangtua pada siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali berdasarkan pola asuh demokratis dengan otoriter, pola asuh demokratis dengan permisif, dan pola asuh otoriter dengan permisif. Pola asuh demokratis merupakan tipe pola asuh orangtua yang memiliki kemandirian anak paling baik. Saran bagi siswa agar mempertahankan kemandirian yang telah dimiliki dan bagi orangtua diharapkan dapat membantu menjaga kemandirian yang telah dimiliki anak dengan cara menjalin komunikasi yang efektif dengan anak, dan menciptakan suasana yang harmonis antar anggota keluarga agar anak lebih bersikap terbuka terhadap orangtua. Kata kunci : kemandirian, pola asuh demokratis, pola asuh otoriter,pola asuh permisif.
v
Kemandirian
PENDAHULUAN Proses seorang
tumbuh
anak
kembang
sebagai kemampuan individu dalam
dari
bertingkah laku, merasakan sesuatu,
Orangtua
dan mengambil keputusan berdasar
merupakan lingkungan pertama yang
kehendaknya sendiri. Peningkatan
bertanggung
memberikan
tanggung jawab, kemandirian, dan
anak-anaknya
menurunnya tingkat ketergantungan
lingkungan
berawal
didefinisikan
keluarga.
jawab
pendidikan
kepada
melalui proses pengasuhan.
terhadap orang tua, adalah
Proses pengasuhan orangtua
satu tugas perkembangan yang harus
menjadi salah satu fungsi keluarga
di
dalam
(Fleming, 2005).
membentuk
kepribadian
seorang anak. selain itu, keluarga bertanggung
jawab
salah
penuhi
Papalia,
pada
Old
masa
dan
remaja
Feldman
mengubah
(2008) menyebutkan masa remaja
seorang bayi dalam beberapa tahun
merupakan masa transisi antara masa
menjadi seorang individu sosial yang
kanak-kanak dan masa dewasa yang
mampu
mengandung perubahan besar baik
berpartisipasi
dalam
masyarakat. Individu akan mampu
secara
berpartisipasi
psikososial. Perubahan psikososial
ketika
dalam
mampu
memutuskan
masyarakat
bertindak sesuatu
dan
fisik,
berdampak
kognitif
pada
maupun
terbentuknya
sesuai
kemandirian yang berkaitan dengan
kehendaknya sendiri atau dengan
status sosial sehingga remaja mulai
kata lain sudah menjadi individu
menjalankan
yang mandiri.
1
peran-peran
atau
aktivitas-aktivitas
baru
dalam
nantinya
kehidupannya.
anak
tumbuh
menjadi
remaja yang mandiri. Akan tetapi,
Berdasarkan hasil penelitian
nyatanya masih banyak orangtua
yang dilakukan oleh Ayu Winda
yang tidak melakukan hal tersebut
Utami Santosa dan Adijanti Marheni
sehingga masih ada remaja yang
dari
kurang mandiri (Kompas Online,
Program
Studi
Psikologi,
Fakultas
Kedokteran,
Udayana
menunjukkan
adanya
perbedaan
Universitas
2014).
bahwa
Menurut
kemandirian
kemandirian
Mu’tadin pada
tipe
pola
asuh.
dari
Kemandirian
pada
remaja
tidak
oleh pola asuh orangtua. Orangtua
terbentuk secara tiba-tiba, melainkan
pada masa peralihan ini seharusnya
harus dilakukan sejak dini karena
menerapkan pola asuh yang tepat
bekal kemandirian yang telah mereka
agar dapat mendidik anaknya untuk
dapatkan sejak dini akan membentuk
menjadi
mereka
untuk kedepannya.
pribadi
yang
serta
berawal
berdasarkan
menjadi
keluarga
anak
(2002)
pribadi
dipengaruhi
yang
mandiri
mandiri, cerdas, kuat dan percaya
Dariyo (2004) membagi pola
diri ketika mereka menginjak dewasa
asuh orangtua menjadi empat yakni
nanti, sehingga mereka telah siap
Otoriter, Permisif, Demokratis dan
menghadapi masa depannya dengan
Situasional.
Pola
baik. Orangtua bisa mulai melatih
mempunyai
ciri-ciri
anak
menekankan segala aturan orang
menyiapkan
keperluan
pribadinya sendiri sejak dini agar
tua
2
Asuh
Otoriter
diantaranya
harus ditaati oleh anak. Anak
harus menurut dan tidak boleh membantah
yang
pola asuh Demokratis. Orangtua
diperintahkan oleh orang tua. Jenis
yang menerapkan pola asuh ini
pola asuh ini apabila diterapkan oleh
memandang adanya kedudukan yang
orang tua akan membentuk seorang
sama antara orangtua dan anak.
anak yang kurang mandiri sebab
Dampak dari penerapan pola asuh ini
dalam hal ini, anak seolah-olah
akan membentuk seorang anak yang
menjadi robot, sehingga ia kurang
mandiri sebab orangtua dan anak
memiliki inisiatif, merasa
takut,
tidak dapat berbuat semena-mena,
pencemas,
anak diberi kepercayaan dan dilatih
tidak
terhadap
percaya
apa
Jenis pola asuh ketiga yakni
diri,
rendah diri, dan minder dalam
untuk
mempertanggungjawabkan
pergaulan.
segala
tindakannya, tidak munafik
Jenis pola asuh kedua ialah
dan jujur.
pola asuh Permisif. Sifat pola asuh ini
yakni
segala aturan
Jenis pola asuh keempat yakni
dan
pola asuh situsional, pada pola asuh
ketetapan keluarga di tangan anak.
ini orangtua tidak menerapkan salah
Orangtua menuruti segala kemauan
satu tipe pola asuh tertentu, tetapi
anak
kemungkinan orangtua menerapkan
sehingga
bertindak
cenderung
semena-mena,
melakukan diinginkan,
anak
apa dan
saja anak
bebas
pola asuh secara fleksibel, luwes
yang
dan disesuaikan dengan situasi dan
kurang
kondisi yang berlangsung saat itu.
disiplin terhadap aturan-aturan sosial
Tujuan
yang berlaku.
adalah
3
untuk
dari
penelitian
mengetahui
ini ada
tidaknya
perbedaan
kemandirian
Penelitian
ini
menggunakan
remaja ditinjau dari persepsi terhadap
skala kemandirian dan skala persepsi
pola asuh orangtua pada siswa SMP
terhadap pola asuh orangtua. Skala
Negeri 3 Teras Boyolali.
kemandirian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti
METODE PENELITIAN
dua
Penelitian
ini
variabel,
yaitu
sebagai
variabel
menggunakan
aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Baumrind
kemandirian
(dalam
2002)
emosi
persepsi terhadap pola asuh orangtua
autonomy),
kemandirian
sebagai
(behavioral
bebas.
dan
Steinberg,
kemandirian
variabel
tergantung
berdasakan
Subjek
yaitu
(emotional perilaku
autonomy),
dan
penelitian yang digunakan dalam
kemandirian nilai (value autonomy).
penelitian ini adalah siswa kelas VIII
Uji validitas dan reliabilitas
F, D, dan E SMP Negeri 3 Teras,
kemandirian menunjukkan sebanyak
Boyolali yang berjumlah 88 orang.
25 aitem yang valid dan 5 aitem yang
Teknik pengambilan sampel yang
gugur dari 30 aitem yang diujikan.
digunakan
ini
Koefisien validitas aitem-aitem yang
adalah cluster random sampling
valid berkisar antara 0,436 sampai
yaitu teknik pengambilan sampel
0,761 dengan batas kritis sebesar
dengan cara mengacak kelas yang
0,30 dan koefisien reliabilitas Alpha
menjadi
= 0,919.
dalam
bagian
penelitian
dari
populasi
penelitian.
skala
Skala Persepsi terhadap Pola Asuh
4
Orangtua
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
merupakan
perbedaan kemandirian remaja yang
adaptasi dan modifikasi skala pola
signifikan
asuh orangtua milik Utik Maya Sari
terhadap pola asuh orangtua pada
yang sebelumnya telah melakukan
siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali,
penelitian dengan judul Perbedaan
atau dengan kata lain hipotesis
Perilaku
penelitian
Asertif
pada
Remaja
ditinjau
dari
ada
persepsi
perbedaan
Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua
kemandirian remaja ditinjau dari
pada tahun 2007.Uji validitas dan
persepsi terhadap pola asuh orangtua
reliabilitas skala persepsi pola asuh
diterima.
menunjukkan sebanyak 26 aitem
Hasil
penelitian
ini
sesuai
yang valid dan dan 6 aitem yang
dengan pendapat Mu’tadin (2002)
gugur dari 32 aitem yang diujikan.
yang
Koefisien validitas aitem-aitem yang
kemandirian
valid berkisar antara 0,427 sampai
dari
0,798 dengan batas kritis sebesar
oleh pola asuh orangtua. Orangtua
0.30 dan koefisien reliabilitas Alpha
pada masa peralihan ini seharusnya
= 0,877.
menerapkan pola asuh yang tepat
menjelaskan pada
keluarga
bahwa
anak
serta
berawal
dipengaruhi
agar dapat mendidik anaknya untuk menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan dengan
teknik
one
way
pribadi
yang
mandiri
untuk kedepannya. Penelitian yang
anova
dilakukan oleh Ayu Winda Utami
diperoleh nilai F = 20,401 dengan p
Santosa dan Adijanti Marheni pada
= 0,000 (p < 0,05), artinya ada
tahun 2013 terhadap siswa SMP
5
Negeri
di
Denpasar
juga
eksternal
yang
dimulai
dari
membuktikan bahwa tipe pola asuh
lingkungan keluarga melalui pola
yang diterapkan oleh orang tua dan
pengasuhan
komunikasi antara orang tua dengan
kondisi pekerjaan orangtua, tingkat
anak
pendidikan orangtua, dan banyaknya
akan
berpengaruh
pada
kemandirian seseorang. Kemandirian
orangtua
sehari-hari,
anggota keluarga. remaja
Hasil uji beda dengan Post Hoc
tidak terbentuk begitu saja akan
Test yang dilakukan pada penelitian
tetapi berkembang karena pengaruh
ini,
dari beberapa faktor. Hurlock (2000)
kemandirian
menjelaskan ada beberapa faktor
dengan pola asuh demokratis dan
yang
siswa dengan pola asuh otoriter
dapat
perkembangan
pada
mempengaruhi kemandirian
diperoleh
hasil
remaja
rata-rata
pada
siswa
anak,
sebesar 6,388 dengan p = 0,073 (p >
salah satunya pola asuh orang tua.
0,05) hal ini menunjukkan tidak ada
Setiap
cara
perbedaan kemandirian remaja yang
berbeda-beda
signifikan antara siswa dengan pola
maka dari itu akan menghasilkan
asuh demokratis dan siswa pola asuh
kemandirian pada anak yang berbeda
otoriter.
orangtua memiliki
pengasuhan
yang
pula. Hal senada juga dikemukakan oleh
Steinberg
(2002)
Hasil uji beda tersebut tidak
bahwa
sesuai
dengan
pendapat
Dariyo
kemandirian yang menjadi tugas
(2004) dan
Hockenberry (2005)
perkembangan pada masa remaja
menyatakan
bahwa
dipengaruhi
otoriter merupakan pola asuh yang
beberapa
faktor
6
pola asuh
memberikan aturan
ketat
menginjak
disiplin
dapat
yang
masalah
bagi
semacam ini akan menjadi anak yang
perkembangan anak. Anak akan
kurang mandiri sebab anak akan
berperiilaku agresif, cederung tidak
tumbuh dengan sifat yang ragu-ragu,
akan patuh, bebas melakukan apa
lemah kepribadian dan tidak sanggup
saja
mengambil keputusan.
dan
penuh
menimbulkan
terlalu
seperti merokok
dan
seks
bebas. Begitu juga jika diberikan kebebasan tanpa
kendali
usia
dibesarkan
dewasa. dalam
Pendapat lain
Anak suasana
yang serupa
dan
dengan pendapat Dariyo (2004) dan
pengawasan yang tepat maka dapat
Hockenberry (2005) adalah pendapat
mengakibatan
yang
Hurlock (2000), menjelaskan bahwa
bersifat prematur pada anak yaitu
ciri-ciri orang tua yang menerapkan
kebebasan tanpa seimbang sehingga
pola asuh otoriter meliputi orang tua
anak akan bergantung pada orang
menerapkan peraturan yang ketat,
tua.
tidak
kebebesan
Selain itu, pola asuh yang bersifat
otoriter
kesempatan
untuk
mengemukakan pendapat, anak harus
ditandai
mematuhi segala peraturan yang
dengan penggunaan hukuman yang
dibuat oleh orang tua, berorientasi
keras, lebih banyak menggunakan
pada hukuman (fisik maupun verbal),
hukuman badan, anak juga diatur
dan orang tua jarang memberikan
segala
keperluan
hadiah ataupun pujian.
yang
ketat
diberlakukan
dan
juga
adanya
dengan
aturan
masih
tetap
Berbeda dengan pola asuh
sudah
otoriter, pola asuh demokratis adalah
meskipun
7
pola
asuh
yang
mengutamakan
dengan pola asuh demokratis dan
kepentingan anak, akan tetapi tidak
siswa dengan pola asuh permisif.
ragu-ragu mengendalikan mereka.
Hasil uji beda tersebut sesuai
Kedudukan antara orang tua dan
dengan pendapat Hurlock (2000)
anak
menjelaskan
sejajar.
diambil
Suatu
keputusan
bersama
mempertimbangkan
dengan kedua
bahwa
pola
asuh
demokratis ditandai dengan orang
belah
bersikap
realistis
terhadap
pihak. Orang tua dengan pola asuh
kemampuan anak, tidak berharap
ini
selalu
yang berlebihan yang melampaui
mendasari tindakanya pada rasio
kemampuan anak. Seorang anak
atau pemikiran-pemikiran. Orang tua
yang
tipe ini juga
pengasuhan demokratis akan menjadi
bersikap
rasional
bersikap
terhadap kemampuan berharap
realistis
tumbuh
dengan
pola
anak,
tidak
anak yang mandiri sebab orang tua
yang berlebihan
yang
tipe ini juga memberikan kebebasan
kemampuan
anak
kepada anak untuk memilih dan
melampaui (Papalia, 2008).
melakukan
Rata-rata kemandirian remaja pada siswa dengan
suatu
tindakan
dan
pendekatannya kepada anak bersifat
pola asuh
hangat.
demokratis dan siswa dengan pola
Sedangkan pola asuh permisif
asuh permisif = 16,638 dengan p =
ditandai dengan cara orang tua
0,000 (p < 0,01) hal ini menunjukkan
mendidik anak secara bebas, anak
ada perbedaan kemandirian remaja
dianggap
yang sangat signifikan antara siswa
atau muda, ia diberi kelonggaran
8
sebagai orang dewasa
seluas-luasnya untuk melakukan apa
Hasil tersebut sesuai dengan
saja yang dikehendaki. Seoarang
pendapat Baumrind (Mashoedi dan
anak yang tumbuh dengan penerapan
Markum, 2005) yang berpendapat
pola asuh permisif dari orang tuanya
bahwa orangtua yang menerapkan
akan
tidak
pola asuh permisif akan mempunyai
mandiri sebab kontrol orang tua
anak-anak yang tidak mandiri, tidak
terhadap anak sangat lemah, juga
bisa mengendalikan diri, agresif, dan
tidak memberikan bimbingan yang
kurang memiliki rasa ingin tahu.
cukup berarti bagi anaknya. Semua
Selain itu, orangtua yang permisisf
apa yang telah dilakukan oleh anak
tidak mengendalikan dan menuntut
adalah
terhadap anak.
menjadi
benar
anak
dan
yang
tidak
perlu
mendapatkan teguran, arahan atau
Pola asuh permisif ditandai
bimbingan.
dengan cara orang tua mendidik anak
Rata-rata kemandirian remaja
secara
bebas,
anak
dianggap
pada siswa dengan pola asuh otoriter
sebagai orang dewasa atau muda,
dan siswa engan pola asuh permisif =
ia
10,250 dengan p = 0,030 (p < 0,05),
luasnya untuk melakukan apa saja
hal ini menunjukkan ada perbedaan
yang dikehendaki. Seoarang anak
kemandirian remaja
yang cukup
yang tumbuh dengan penerapan pola
signifikan antara siswa dengan pola
asuh permisif dari orang tuanya akan
asuh otoriter dan siswa dengan pola
menjadi anak yang tidak mandiri
asuh permisif.
sebab kontrol orang tua terhadap anak
9
diberi
sangat
kelonggaran seluas-
lemah,
juga
tidak
memberikan
bimbingan
yang
Pendapat
yang
sama
juga
cukup berarti bagi anaknya. Semua
dijelaskan Gunarsa (2007) orang tua
apa yang telah dilakukan oleh anak
yang menerapkan pola asuh otoriter
adalah
perlu
menerapkan aturan dan batasan yang
mendapatkan teguran, arahan atau
mutlak harus ditaati, tanpa memberi
bimbingan.
kesempatan
benar
dan
tidak
Berbeda dengan pola asuh
berpendapat,
pada
anak
untuk
jika
anak
tidak
diancam
dan
permisif, pola asuh otoriter menurut
mematuhi
Santrock
dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat
(2003)
merupakan
akan
pengasuhan yang membatasi dan
menimbulkan
menghukum yang mendesak remaja
kebebasan pada anak, inisiatif dan
untuk mengikuti petunjuk orangtua.
aktivitasnya
Orangtua yang otoriter membuat
sehingga anak menjadi tidak percaya
batasan dan kendali yang tegas
diri pada kemampuannya.
terhadap
remaja
melakukan
dan
sedikit
hanya
akibat
hilangnya
menjadi
kurang,
Berdasarkan hasil analisis di
komunikasi
atas,
dapat
disimpulkan
verbal. Pola asuh ini sering berkaitan
perbedaan
dengan perilaku sosial remaja yang
remaja
tidak
yang
terdapat pada siswa dengan pola asuh
mempunyai
demokratis dan pola asuh permisif.
cakap.
orangtuanya
Remaja
otoriter
rata-rata
bahwa
yang
sangat
signifikan
kemampuan komunikasi yang rendah
Perbedaan
dan tidak mampu memulai suatu
remaja
kegiatan.
terdapat pada siswa dengan pola asuh
10
rata-rata
kemandirian
yang
cukup
kemandirian signifikan
otoriter dan pola asuh permisif,
yang telah diuraikan sebelumnya
sedangkan perbedaan kemandirian
dapat
remaja yang tidak signifikan terdapat
penelitian ini yaitu :
pada
siswa
dengan
kesimpulan
dari
asuh
Berdasarkan penelitian yang
demokratis dan siswa dengan pola
telah dilakukan dan hasil analisis
asuh otoriter.
yang telah diuraikan sebelumnya
Penelitian beberapa
ini
kelemahan
pola
ditarik
mempunyai
dapat
yang
penelitian ini yaitu :
bisa
ditarik
kesimpulan
dari
dijadikan bahan pertimbangan bagi
1. Ada perbedaan kemandirian
peneliti lain yang ingin mengambil
remaja ditinjau dari persepsi
tema
dengan
terhadap pola asuh orangtua
dalam
pada siswa SMP Negeri 3
penelitian diantaranya saat proses
Teras Boyolali. Orangtua yang
terdapat beberapa siswa yang kurang
menerapkan
pola
asuh
serius dan saling bekerja sama
demokratis
memiliki
anak
sehingga
dengan kemandirian lebih baik
yang
serupa
Kelemahan-kelemahan
data
yang
diperoleh
kemungkinan masih ada yang kurang
dibanding
sesuai
menerapkan pola asuh otoriter
dengan
keadaan
subjek
sebenarnya.
orangtua
yang
dan permisif. Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang
kemandirian
telah dilakukan dan hasil analisis
dibanding
11
anak
dengan
lebih
baik
orangtua
yang
menerapkan
pola
asuh
SARAN
permisif. 2. Ada
Berdasarkan kesimpulan yang perbedaan
tingkat
telah dikemukakan di atas, maka
kemandirian remaja antar jenis
peneliti memberikan beberapa saran
pola
yang diharapkan dapat memberikan
asuh.
kemandirian
Perbedaan remaja
yang
manfaat yaitu:
sangat signifikan terdapat pada siswa
dengan
pola
1. Bagi siswa, diharapkan dapat
asuh
mempertahankan
dan
demokratis dan siswa dengan
meningkatkan
pola asuh permisif. Perbedaan
yang telah dimiliki, dengan
kemandirian
yang
cara membiasakan diri untuk
cukup signifikan terdapat pada
tidak sepenuhnya bergantung
siswa dengan pola asuh otoriter
pada
dan siswa dengan pola asuh
teman-teman
permisif.
Perbedaan
melaksanakan tanggung jawab
kemandirian remaja yang tidak
ketika di rumah ataupun di
signifikan terdapat pada siswa
lingkungan sekolah.
remaja
dengan pola asuh demokratis
2. Bagi
orangtua,
orangtua,
kemandirian
guru,
atau dalam
diharapkan
dan siswa dengan pola asuh
dapat menerapkan pola asuh
otoriter.
yang demokratis pada anak, salah
satunya
dengan
cara
menjalin komunikasi efektif antara orangtua dengan anak,
12
dan menciptakan suasana yang
sebagainya.
harmoni antar anggota keluarga
diharapkan peneliti lain agar
agar anak dapat lebih bersikap
dapat belajar dari kelemahan
terbuka terhadap orangtua.
pada penelitian ini sehingga
3. Bagi sekolah diharapkan dapat ikut
berperan
menjaga
serta
kemandirian
hasil
dalam
Selain
penelitian
itu
selanjutnya
lebih sesuai dengan keadaan
yang
subjek yang sesungguhnya.
telah dimiliki siswa dengan cara mengembangkan proses belajar
mengajar
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
yang
demokratis,
memberikan
reward,
menciptakan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Fleming, M. (2005). Adolescent Autonomy: Desire, Achievement and Disobeying Parents between Early and Late Ado lescence. Australian Journal of Education and Developmental Psychology. Vol .5. 1-16.
kompetisi belajar yang positif. 4. Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian dengan tema serupa, diharapkan dapat
Gunarsa, S.D. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
melakukan penelitian dengan menggunakan
variabel
yang
mempengaruhi
kemandirian
lain
Hockenberry, J.M. (2005). Essential of pediatric nursing. Seventy edtion. USA :Mosby Company
seperti
kebudayaan, sistem pendidikan Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
di sekolah, sistem kehidupan di masyarakat
dan
lain
13
Mashoedi, S.F., Markum, M.E. (2005). Kaitan Antara Gaya Pengasuhan dengan Gaya Atribusi Mahasiswa dalam Prestasi Akademik. Phonesis. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Vol. 2. No. 3 (12-20)
Masa Hidup). Jilid 1: Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Sari, U. M. (2007). Perbedaan Perilaku Asertif pada Remaja ditinjau dari Pola Asuh Orangtua. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katholikn Soegijapranata.
Mu’tadin, Z. (2002). Mengenal kecerdasan emosional remaja. Retrieved Oktober 10, 2012, From Psikologi: http://www.epsikologi.com
Steinberg. J. R. (2002). Adolescence: sixth edition. USA: McGraw Hill Higher Education.
___________. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. Jurnal Penelitian. http : // www.epsikologi.com / remaja / 250602. Papalia, D. E., Ols, S.W., Feldman, R.D., (2008). Psikologi Perkembangan edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Qilla.
P. (2014). Melatih Kemandirian Anak sejak Dini. Artikel. http://kompas online.com
Santoso, A.W.U dan Marheni, A. (2013). Perbedaan Kemandirian Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orang Tua pada Siswa SMP Negeri di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 1, 5462. Denpasar : Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (Perkembangan
14