Kemanakah Sang Garuda Berkelana
Disusun oleh: Nama
: Aditya Rifa Kartika
Nim
: 11.11.5139
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
SEKOLAH TINGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2011
Kata Pengantar Segala puji bagi Allah SWT yang dengan kebesaran dan keagungan-Nya telah memberikan begitu banyak anugerah ilmu, rezeki, kasih dan sayang-Nya kepada seluruh alam sehingga tak satupun makhluk di dunia ini tercipta tanpa makna. Dengan penuh hormat kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Tahajuddin Sudibyo yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan pula. Kami berharap semoga makalah yang kami sajikan ini dapat menambah khasanah serta renungan bagi kita semua sehingga dapat memperbaiki sikap dan mental kita agar lebih baik di kehidupan mendatang serta dapat bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Yogyakarta, 7 Oktober 2011 Penyusun
(ADITYA RIFA KARTIKA)
i
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................. i Abstrak........................................................................................................ ii Bab I Pendahuluan ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
Bab II Pendekatan dan Pembahasan .................................................... 2 A. Pendekatan ................................................................................. 2 Fungsi Utama Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia.............................................................................. 2 1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia ................................................. 2 2. Pancasila Sebagai dasar Negara Republik Indonesia ............................................................. 2 3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadiaaan Bangsa ................................................................. 2 B.
Pembahasan.. ............................................................................ 3 1. Kebukuan Pancasila............................................................... 3 2. Pancasila Bagi Generasi Kita ................................................. 4 3. Saatnya Sang Garuda Mulai Bersiul ...................................... 7
Bab III Penutup ..................................................................................... 10 A . Kesimpulan .......................................................................... 10 B . Saran................ ..................................................................... 10 Daftar Pusataka ..................................................................................... 11
ii
Kemanakah Sang Garuda Berkelana
ABSTRAK Pancasila sudah menjadi barang biasa yang tidak dimaknai lagi. Sehingga dalam setiap persoalan Pancasila tidak dijadikan sebagai acuan, bahkan lima sila Pancasila hanya sebagai hafalan belaka bukan sebagai pemahaman ideologi kita. Apalagi pamong negara yang harusnya ngemong kita malah berebut harta dan kekuasaan semata dan tak bisa menjadi contoh bagi kita. Pancasila adalah landasan kita untuk bertindak dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun karena sering timbulnya gesekangesekan yang sudah tak memperdulikan pancasila lagi, maka kekerasan antara masyarakat dan oknum penegak hukum yang sebenarnya pengayom warga malah menjadi pertikaian. Sebagai warga yang baik kita seyogyanya turut serta dalam menjaga dan mentertibkan kecarut-marutan yang ada di negara kita. Karena semua massalah adalah bersumber dari perasaan ketidak adilan dan ketidak mampuan serta keinginan yang lebih dari yang dimilikinya tanpa adanya kerja keras. Oleh karena itu muncul kesenjangan yang begitu jauh antar personal penduduk kita. Maka sudah sepantasnya kita mawas diri dan tidak berkutat pada masalah individu yang tak kunjung selesai tanpa memperhatikan arus globalisasi yang mendera. Dengan demikian mari kita sambut kembali kedatangan Sang Garuda seperti saat kita menyambutnya pada momentum kemerdekaan semua rukun, adil, makmur dan sentosa.
iii
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Kita semua tahu bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa kita bangsa Indonesia yang menjadikan negara ini kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya. Dan sebagai warga Negara Indonesia sangatlah wajib untuk menjadi manusia pancasilais tanpa terkecuali bahkan pemuda masa kini yang merupakan penerus tongkat estafet para pendahulu. Tapi kenyataanya Benih Bangsa masa kini sebagian besar telah mengubur Pandangan hidup bangsa kita yaitu Pancasila bahkan diantara mereka hanya mengetahui bahwa Pancasila ada 5 tapi tidak mengetahui isi pancasila tersebut. Orang yang Pancasilais dikatakan katro,kuper (kurang pergaulan), wong deso dan lain sebagainya, sungguh suatu tantangan yang berat bagi Sang Garuda pada abad ini, Pada makalah yang bejudul “ Kemanakah Sang Garuda Berkelana” selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang dibimbing oleh Bapak Drs. Tahajuddin Sudibyo saya juga ingin mengetahui mengapa Pancasila sekarang semakin kabur di setiap pergerakkan zaman.
B. Rumusan Masalah Bagaimana perkembangan pardigma serta implementasi Pancasila di era sekarang ini ?
1
Bab II Pendekatan dan Pembahasan
A. Pendekatan Fungsi Utama Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia: 1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Dengan
pandangan
hidup
inilah
suatu
bangsa
akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang semakin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya 2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang. 3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal.
2
B. Pembahasan 1. Kebekuan Pancasila Memperingati hari Kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober kerap hanya menjadi seremonial yang hambar, karena semangat yang ditorehkan dalam sejarah tidak lagi dijiwai apalagi diamalkan oleh bangsa kita. Apakah Pancasila sudah kehilangan makna? Dalam berbagai survei tentang kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah dan Wakil Rakyat menunjukkan nilai pesimis (tidak percaya) hingga apatis (tidak peduli). Citra negatif ini bila tidak kunjung membaik dapat membawa kehancuran. Bila kita cukup membaca sejarah jatuhbangunnya bangsa-bangsa, seperti Romawi dan Persia, pesimisme dan apatisme rakyat pada pemerintahannya selalu mengawali runtuhnya sebuah peradaban. Membangun citra bukan dengan tebar pesona, melainkan dengan kerja nyata. Faktanya di kanan-kiri kita banyak tetangga yang hidup tidak layak dari sisi ekonomi; Banyaknya pengangguran, gaji yang minim, mahalnya akses menuju pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Sebenarnya kemiskinan tidak selalu menimbulkan keresahan, apabila ditopang bersamasama. Kemiskinan baru akan bergejolak tatkala dihadapkan dengan kemewahan hidup penguasa. Di tingkat atas, pemandangannya menyakitkan hati; DPR sudah tidak mewakili nurani rakyat, bahkan cuma memperalat rakyat, hukum tidak ditegakkan secara tegas dan adil, korupsi dan kejahatan berlalu lalang di depan hidung rakyat kecil tanpa bisa dicegah. Semua itu membuat rakyat bak hidup dengan hukum rimba: Siapa kuat dia menang. Di tengah ruwetnya realitas sosial ini, setiap warga negara mestinya kembali pada dasar negaranya, Pancasila. Kenyataannya, sebagai pijakan bangsa Pancasila seolah beku, tidak mampu memberikan solusi tuntas. Bahkan sepertinya tidak terpikir bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi berbagai permasalahan berdasarkan Pancasila. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia sudah sirna sejak lepasnya Timor timur, disusul Ambalat, Sipadan-Ligitan, dan terus bergejolaknya Negara Islam
3
Indonesia serta Papua Merdeka yang hingga kini belum tuntas sebagaimana tuntasnya GAM. Bahkan saat negeri ini didera isu terorisme, tidak satupun yang mengangkat nilai-nilai Pancasila ke permukaan. Dan jangan mengajak berdiskusi tentang Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Karena tidak ada yang percaya omong kosong ini. Terakhir, bagaimana pemerintah berharap bisa meyakinkan semua orang bahwa di Indonesia ada Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Sila Kelima, yang ternyata cuma di statistik saja.
2. Pancasila Bagi Generasi Kita Ketuhanan Yang Maha Esa tentu tanpa di jelaskan artinya bahwa adanya Tuhan dan merupakan pengakuan adanya agama di Negara yang entah pada kenyataanya nanti itu di syahkan oleh departemen-departemen yang terkait untuk melegalkan suatu agama, Agama tidak usah di legal atau di ilegalkan adalah merupakan sebuah keyakinan bahkan mengakui Tuhan tidak ada juga merupakan sebuah keyakinan. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sebuah kata tegas yang seorang anak SD juga akan gampang memahami dan mencerna kata-kata itu sambil makan ice cream kesukaannya sehingga pada kasus yang terjadi dilingkaran Monas dan Unas dengan gampang dikutuk oleh berbagai pihak Persatuan Indonesia seandainya dibuat sebuah danau maka tampunglah darah para pejuang Negara ini dari awal penjajahan sampai zaman penjajahan lagi maka akan tercipta berpuluh-puluh danau darah atas nama persatuan Indonesia rasa kerakyatan yang sekarang di nodai oleh ulah-ulah para wakil rakyat dengan kasus pornografi dan juga musyawarah-musyawarah yang entah menjadi permufakatan yang menguntungkan atau tidak untuk rakyat atau hanya menguntungkan oknum wakil rakyat itu sendiri dan dengan pemilu yang terlaksana di daerah-daerah menyebabkan beberapa gesekan-gesekan di antara anak negeri dan daerah apakah pantas untuk mengejawantahkan nilai ke-4 dari 5 dasar tersebut
4
Sejauh mana rasa keadilan sosial yang dirasakan sekarang apakah kemudian dengan kondisi jalanan yang ramai oleh kemacetan lalu lintas karena aksi massa menuntut haknya bercampur pengamen,pengemis dan ibu rumah tangga di angkutan yang tampak stress menunggu sampai pasar sambil berdoa semoga harga tidak naik. Rasa keyakinan terhadap Tuhan ditetapkan diurutan pertama pada dasar yang katanya merupakan pijakan utama bangsa ini artinya para perumus dasar-dasar tersebut mengakui adanya Tuhan yang dari zaman bahuela tuhan sudah diakui ada bahkan sebelum keyakinan itu terbentuk menjadi sebuah lembaga yang bernama agama. Agama sebagai sebuah lembaga tentu mempunyai aturan-aturan yang di tetapkan oleh agama tersebut oleh sebuah keyakinan baik melalui utusan atau Rasul yang diutus Tuhan atau melalui sebuah kesepakatan bersama yang akhirnya menyatakan terbentuknya sebuah agama dan artinya hak untuk yakin pada keyakinan yang dipeluk itu adalah hak yang paling pertama dan utama pada dasar Negara ini. Dalam diri seorang yang punya keyakinan kuat dan berpegang teguh pada keyakinannya maka dengan sendirinya akan merasa bahwa kebenaran adalah merupakan bagian dari dirinya dan tentu itu adalah kewajiban dari pemeluk keyakinan tersebut untuk membela kebenaran yang dianutnya. Kemudian pada sisi lain ada orang yang merasa sama dengan dirinya dan ada sebuah hal yang sangat wajar. Keyakinan yang mengejawantah menjadi agama yang kemudian agama tersebut diatur keberadaannya oleh pemerintah dengan undang-undang yang di akomodasi dari segenap kepentingan yang ada di bangsa ini dengan hukum warisan kolonial bila di konversi dengan kasus mutakhir yang terjadi di Monas di mana sekelompok orang yang berangkat dari keyakinan yang kuat menyerang kelompok yang merasa punya keyakinan kuat yang disinyalir oleh kelompok penyerang bahwa kelompok yang diserang membela sebuah kelompok yang mempunyai keyakinan yang berumur muda dan menunggu surat keputusan bersama dari menteri apakah dia boleh atau tidak.
5
Akhirnya lupakan persatuan Indonesia konflik tercipta dengan melupakan harga makanan dan kebutuhan pokok akibat BBM yang di naikkan oleh pemerintah yang menghasilkan anarkisme aparat kepolisian yang tentunya merupakan alat pemerintah dengan menyerang kampus Universitas Nasional yang menggunakan senjata,seragam dan alat yang dari ujung sepatu sampai kepala merupakan uang pajak rakyat. Dengan gagah berani juga mereka menyerang Mahasiswa di bawah sinar jalan dengan pencari berita yang membuat aksi tersebut juga terkenal di media dan para tokoh dan pembela hak asasi manusia mulai menginvestigasi kemungkinan pelanggaran HAM. Beberapa daerah juga bergejolak mahasiswa dan masyarakat bukan hanya dengan kasus anarkisme aparat tersebut tetapi dengan masalah kebijakan pemerintah yang diumumkan sebelumnya. Apa daya atau terpedaya oleh kabar berita oknum wakil rakyat juga membuat berita dengan permainan norak ala lelaki hidung belang dilokalisasi tetapi sekarang berdasi dan punya duit bermain dengan wanita cantik sekaligus menambah rekor berita buruk mereka dari oknum lain yang sebelumnya melakukan korupsi ,Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan yang wakil-wakil rakyat sendiri bernama DPR yang juga bersama presiden dipercaya oleh rakyat untuk saling bermusyawarah dan bermufakat mengeluarkan aksi dan reaksi masing-masing pada porsi yang telah di tetapkan.Baik oleh undang-undang maupun kondisi yang kian menggurita pada kondisi riil yang diberitakan oleh Media massa. Keadilan sosial untuk masyarakat bangsa ini tercipta oleh kabar berita yang cepat berubah dalam waktu dan tempo yang sesingkat-singkatnya sesuai dengan kepentingan sekelompok orang terkait dengan pesta pengalihan kekuasaan yang dalam waktu singkat juga akan di gelar. Ketika BBM di naikkan seiring dengan efek domino barang kebutuhan pokok yang naik maka ada riak-riak anatara Mahasiswa beberapa kelompok masyarakat yang menekan pemerintah untuk menurunkan harga BBM yang direspon oleh pernyataan mata-mata pemerintah bahwa ada kelompok kuat
yang
membonceng aksi tersebut,kemudian tiba-tiba terjadilah percikan kecil atas
6
nama agama yang memicu persiapan kelompok-kelompok untuk memulai perang kepada saudara se-bangsa,seolah bertepuk sebelah tangan beberapa tokoh dan orang dipemerintahan yang dengan malu-malu kucing juga bertepuk disebelah tangan berteriak maling tetapi terdengar sumbang dan hambar ataukah memang mereka sama-sama maling kemudian lari dari tanggungan dan tertuduhlah beberapa orang yang merasa benar dan dibenarkan oleh kondisi riil bangsa.
3. Saatnya Sang Garuda Mulai Bersiul Korupsi, teroris, anarkis, penggunaan narkoba, pembunuhan, asusila, sex bebas dan lain sebagainya ke semua perilaku anak bangsa kita ini merupakan tantangan sang garuda, dan mulai detik ini Saatnya sang garuda bangkit dari kebekuanya, saatnya kita terbangun dari keterpurukan mulai melakukan perubahan yang berawal dari diri sendiri kemudian masyarakat lalu bangsa. Kita patahkan pandangan Dunia tentang keterpurukan bangsa kita, dan ada banyak cara yang kita lakukan diantaranya sebagai berikut: a. Pertama, penanaman kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya itu memiliki makna strategis manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu telah terjadi proses pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Salah satu langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan Pancasila ke tengah rakyat Indonsia tidak lain melalui pembangunan kesadaran sejarah. Tegasnya Pancasila didekatkan kembali dengan cara menguraikannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan rakyat Indonesia, termasuk menjelaskannya bahwa secara subtansial Pancasila adalah merupakan jawaban yang tepat dan strategis atas keberagaman
7
Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.
b. Kedua, perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak. Janganlah sampai Pancasila ini sekadar wacana di atas mulut yang disampaikan secara berbusa-busa hingga menjadi basi sementara di lapangan penuh dengan perilaku hipokrit. Dengan demikian, penghayatan dan pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu conditio sine qua non bagi tetap tegaknyaa Pancasila sebagai ideologi bangsa. Salah satu tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya oleh para pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan rakyat dan penegakkan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa, terlebih Jawa dan luar Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera dijawab oleh bangsa ini. Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa dialam sejarah dewasa ini masih ada bagian dari bangsa ini yang secara mengenaskan masih hidup di alam prasejarah! Masalah penegakkan keadilan juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius para pengambil kebijakan. Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini sering menjadi kontraproduktif manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan pemilik uang. Jadilah hingga sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih merupakan pisau keadilan bermata ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat kebanyakan, dan tumpul atau bahkan kehilangan ketajamannya sama sekali manakala dihadapkan dengan para pemegang kekuasaan atau pemilik sumber-sumber ekonomi. Bila dua hal itu saja mampu dikedepankan bisa jadi bangsa yang besar ini tidak akan mudah tergoyahkan oleh berbagai tantangan dan ancaman yang ada, baik dari dalam maupun dari luar. Ancaman dari dalam bisa jadi akan
8
pupus dengan sendirinya manakala kesejahteraan rakyat terkondisikan pada keadaan yang baik dan keadilan dapat ditegakkan dengan seadil-adilnya. Ancaman dari luar, termasuk arus besar globalisasi sekalipun tidak akan menggeruskan Pancasila sebagai sebuah ideologi tetapi justru akan menjadikan Pancasila sebagai kekuatan yang mapu mewarnai arus besar globalisai. Terlebih karena globalisasi bagi bangsa ini bukanlah merupakan barang baru. Pada akhirnya, menjadi baik kiranya bila menyimak kembali apa yang pernah dikatakan oleh Roeslan Abdulgani (1986:12), “Pancasila kita bukan sekedar berintikan nilai-nilai statis, teapi juga jiwa dinamis. Kurang gunanya bagi kita, hanya secara verbal mencintai kemerdekaan, kalau kita tidak berani melawan penjajahan, baik yang tradisional-kuno maupun yang neokolonial. Kurang gunanya kita, secara verbal saja menjunjung tinggi sila Ketuhanan Yang Maha Esa kalau kita takut melawan kemusyrikan. Kurang gunanya kita, secara verbal saja mengagungkan sila Perikemanusiaan, kalau kita membiarkan merajalela situasi yang tidak manusiawi. Kurang faedahnya kita, secar verbal saja cinta Persatuan Indonesia, kalau kita membiarkan merajalelanya rasa nasionalisme dan patriotisme merosot dan membiarkan bangsa lain mengeksploitasi kebodohan dan kelemahan rakyat kita. Kurang manfaatnya kita cinta Sila Kerakyatan kalau kita membiarkan keluhan rakyat tersumbat. Kurang artinya kita ngobrol saja tentang sila Keadilan Sosial, kalau kitamembiarkan kepincangan sosial ekonomis merajalela
9
Bab III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pendapat diatas dapat disintesakan bahwa Pancasila saat ini menjadi beku ideologinya dan tak di hiraukan lagi terbukti setiap hari kita mengkonsumsi berita tentang korupsi, teroris, anarkis, penggunaan narkoba, pembunuhan, asusila, sex bebas dan lain sebagainya ke semua perilaku anak bangsa. Hal ini merupakan tantangan Sang Garuda Pancasila, Perlunya dilakukan terobosan baru untuk menjadikan anak bangsa ini menjadi manusia Pancasilais yaitu pertama penanaman kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan kedua perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak. B. Saran Melihat perkemabangan pancasila dewasa ini seharusnya kita terbangun dari keterpurukan mulai melakukan perubahan yang berawal dari diri sendiri kemudian masyarakat lalu bangsa. Kita patahkan pandangan dunia tentang keterpurukan bangsa. Kita kembalikan pandangan hidup yang tak dimiliki bangsa lain yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia serta menjadi tujuan bersama yaitu Pancasila agar Sang Garuda tetap dijiwa dan takkan kemana-mana untuk selamanya.
10
Daftar Pusataka
Moerdiono et.al.,1996.Pancasila sebagai Ideologi, BP-7Pusat:Jakarta Suwarno,PJ,1993.Pancasila
Budaya
bangsa
secara
Ilmiah
Indonesia,Kanisius:Yogyakarta Notonagoro,1971.Pancasila Populer,PancuranTujuh:Jakarta Yamin,Muhammad,1958.Sistema
Filsafat
Pantjasila,Kementerian
Penerangan R.I:Jakarta Darmodihardjo,Darji,d.k.k.,1979.Santiaji
Pancasila,Usaha
Nasional:Surabaya Driyarkara,1978.Percikan Filsafat,PT Pembangunan Jaya:Jakarta Oetojo,Oesman,1992.Pancasila Sebagai Ideologi.BP-7-Pusata:Jakarta Sumber-sumber dari internet yang relevan.
11