KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGUASAI MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII MTSS LAM UJOENG ACEH BESAR
Oleh: Roslina dan Siti Sarah
ABSTRAK
Menurut pernyataan guru bidang studi kepada peneliti pada saat observasi, bahwa hasil belajar siswa sebelumnya hampir semua siswa mendapatkan nilai rendah. Kemungkinan nilai itu terjadi juga pada materi bangun ruang. Permasalahan dalam skripsi ini ialah Bagaimana Kemampuan Siswa Dalam Menguasai Bangun Ruang Di Kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar?. Dengan tujuan untuk mengetahui Kemampuan Siswa Dalam Menguasai Bangun Ruang Di Kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsS Lam Ujoeng Aceh Besar sebanyak empat kelas, yaitu VIII-1, kelas VIII-2, kelas VIII-3 dan, kelas VIII-4. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII-1 sebanyak 20 siswa yang diambil secara acak. Data diperoleh dengan memberikan soal essay materi bangun ruang sebanyak lima soal dengan total skor 100. Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus statistik uji t pihak kiri dengan taraf signifikan = 0,05. Hasil penelitian menyatakan >− ( ) maka 0,56 > −1,729 yang berarti bahwa Kemampuan siswa dalam menguasai materi bangun ruang di kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar telah mencapai taraf berhasil. Kata Kunci: Kemampuan, Materi
ABSTRACT
According to the statement of subject teachers to the researcher at the time of observation, that results for students before nearly all students getting lower grades. Possible values took place in the wake of material space. Problems in this thesis is How Students Ability In Master Build Space In Class VIII MTsS Lam Ujong, Aceh Besar ?. With the aim to determine the ability of students in Master Build Space In Class VIII MTsS Lam Ujong, Aceh Besar. The population in this study were all students of class VIII MTsS Lam Ujoeng Aceh Besar four classes, namely VIII-1, VIII-2 and VIII-3, VIII-4. While the sample in this study is a class VIII-1 as many as 20 students drawn randomly. Data obtained by providing material essay wake up as much space as five questions with a total score of 100. Then the data is processed by using a statistical formula t test with significance level party left α = 0.05. The study states >− ( ) then 0,56 > −1,729, which means that the ability of students in mastering the material geometry in grade VIII MTsS Lam Ujong, Aceh Besar has reached the level of success. Keywords:Ability,Content
PENDAHULUAN Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan peserta didik, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal ini mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika seperti jujur, disiplin, tepat waktu dan tanggung jawab. Untuk
itu siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Materi pelajaran matematika yang diajarkan di SMP/MTs, salah satunya adalah bangun ruang. Bangun ruang dibagi atas lima cabang lagi yaitu, bangun ruang kubus, balok, Prisma, limas dan bola. Namun pada penelitian ini penulis membatasi hanya pada materi luas
permukaan dan volume kubus dan balok saja. Bangun ruang kubus dan balok merupakan materi matematika yang diajarkan di SMP kelas VIII tepatnya pada semester dua. Pada materi ini siswa diajarkan, mengenai volume bangun ruang, luas permukaan, panjang rusuk dan lainlain. Materi bangun ruang kubus dan balok sebenarnya bukanlah materi yang sulit dipahami, sebab bangun ruang kubus dan balok sangat erat kaitannya dengan kehidupan seharihari. Oleh karena itu tidak jarang kita temui dalam lingkungan kita. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak siswa yang tidak mampu menguasai materi bangun ruang kubus dan balok dengan baik. Pendapat siswa bahwa materi bangun ruang kubus dan balok sangat susah dipahami, sehingga mereka tidak mampu menyelesaikannya dan cenderung malas untuk mempelajarinya. Penyebab yang diduga dialami siswa dalam mempelajari materi bangun ruang kubus dan balok contohnya, pemahaman materi sebelumnya yang kurang baik yaitu materi bidang datar, konsep bangun ruang, prinsip matematika dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka timbul suatu pertanyaan “Bagaimana Kemampuan Siswa Dalam Menguasai Bangun Ruang Di Kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dibutuhkan suatu penelitian, oleh karena itu penulis membuat penelitian dengan judul “Kemampuan Siswa Dalam Menguasai Bangun Ruang Di Kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar”.
LANDASAN TEORI Pengertian Kemampuan Menurut Yandiyanto (2000:339) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan yang di capai, sedangkan Robins (dalam Yeni 2013) mendefinisikan kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan sesuai dengan bidangnya seperti bidang olahraga, matematika, kedokteran, musik, dan sebagainya. Dengan demikain, kemampuan dapat di artikan suatu keterampilan yang memadai yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas. Wujud kemampuan seseorang dalam pendidikan salah satunya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari proses yang dapat di ukur dan juga merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan dari kegiatan belajar, karena prestasi belajar adalah hasil yang telah di capai oleh peserta didik dari suatu
kegiatan belajar. Prestasi adalah kemampuan yang di capai seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu dan sebagai bukti nyata hasil usaha yang telah di kerjakan seseorang dalam bidang-bidang tertentu. Paerwadarmita (2000:268) mengartikan ” prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah di capai, di lakukan, di ajarkan, dan sebagainya”. Bila prestasi dikaitkan dengan usaha belajar, maka prestasi merupakan hasil dari kegiatan belajar yang telah diperoleh oleh seorang pelajar. Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah di capai oleh siswa, yaitu perubahan tingkah laku yang di nyatakan dalam bentuk skor (angka). Dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah tingkat keberhasilan siswa dalam bentuk angka tersebut di peroleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran di sekolah yang akan di pelajari. Kemampuan Siswa Menguasai Kubus dan Balok Kemampuan dapat diartikan suatu keterampilan yang memadai yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas. Dengan demikian, kemampuan menguasai materi bangun ruang adalah keterampilan siswa dalam menyelesaikan soalsoal bangun ruang secara memadai sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Wujud kemampuan siswa dalam menyelesaikan bangun ruang dapat di lihat dari hasil belajar bangun ruang. Jadi, kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang oleh siswa dapat di lihat dari proses belajarnya dalam memahami konsep tentang bangun ruang. Dalam hal ini, jika siswa dapat memahami bangun ruang dengan baik maka hasil belajar matematika juga menunjukkan hasil yang baik. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menguasai Materi Kubus dan balok Slameto (2003:54) menyatakan bahwa “faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan dalam dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal”. Faktor internal dan faktor eksternal akan dijelaskan seperti di bawah ini. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang timbul dalam diri manusia, dimana faktor ini merupakan untuk penerima dan penghalau pengaruh luar. Salah satu yang termasuk faktor internal adalah faktor psikologis yang meliputi:
a.
Intelegensi Setiap individu memiliki potensi seperti ingatan, pengertian dan potensi yang menghubung-hubungkan satu hal dalam belajar. Dalam pengertian sehari-hari intelegensi sering juga disebut dengan kecerdasan. Intelegensi yang dimiliki setiap individu merupakan suatu hal yang penting dalam belajar, seorang siswa atau anak didik yang mempunyai kecerdasan lebih tinggi tentu akan memperoleh prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas. Dari uraian di atas jelaslah bahwa intelegensi dapat berkembang terus atau mengalami kemunduran, namun kecerdasan merupakan faktor penting dalam membentuk prestasi yang lebih baik. b. Bakat Bakat merupakan kemampuan dasar terhadap sesuatu hal yang dibawa sejak seseorang dilahirkan. Masing-masing individu mempunyai bakat yang belum tentu sama dengan individu lainnya. c. Minat Minat adalah sesuatu yang dimiliki setiap individu sehingga merasakan adanya suatu kebutuhan. Dengan adanya minat, maka dalam diri individu itu timbul suatu keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan mengarahkan segala aktifitasnya dalam rangka untuk mencapai semua yang di inginkan. d Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang menjadi pembangkit keinginan untuk belajar. Menurut Slameto (1983:9) mengatakan bahwa “Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dari dalam maupun dari luar diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan perbuatan tersebut diarahkan kepada yang ingin di capai“. Dorongan itu berupa ganjaran, persaingan kerjasama atau bantuan dari orang tua dari secara langsung maupun secara tidak langsung dalam proses belajar anak. Ada dua jenis motivasi yang menyebabkan seseorang cenderung untuk berbuat yaitu: 1. Motivasi intrinsik yang merupakan dorongan yang bersumber dari dalam diri seseorang sehingga timbul keinginan untuk berbuat sesuatu. 2. Motivasi ekterinsik yaitu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang, rangsangan itu dapat berupa hadiah, hukuman maupun pujian yang diberikan oleh orang tua, guru lingkungan si anak didik. e. Sikap Thursthoen dalam Walgito (1990:108) menjelaskan bahwa “Sikap adalah gambaran
kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek”. Berkowitz dalam Azwar (2000:5) mengatakan bahwa “Sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi”. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri anak didik (siswa) yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ekstern ini dapat terdiri dari: a. Faktor Keluarga Tempat pertama seorang anak menerima pendidikan adalah di keluarga. Keluarga memegang peranan penting terhadap pendidikan anak. Keberhasilan seorang anak di sekolah sangat bergantung pada orang tuanya mendidik di rumah. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar. Purwanto, N (1997:86) mengatakan “Tingkat permulaan bagi pendidik anak-anak dilaksanakan dalam keluarga disebut sekolah”. Hal yang dijelaskan di atas menjelaskan pada dasarnya seorang anak membutuhkan kasih sayang yang menyebabkan keharmonisan keluarga menemukan prestasi belajar anak. Jika orang tua yang berpendidikan ia akan mengajari kembali anaknya apa yang anaknya pelajari di sekolah, sebaliknya jika orang tua tidak berpendidikan, orang tua itu tidak mengajarinya lagi karena mereka tidak mengerti tentang hal itu. b. Faktor Sekolah Sekolah merupakan lembaga formal tempat berlangsungnya pendidikan. Di sekolah anak didik secara khusus dibekali dengan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diproleh di rumah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan di dalam keluarga. Di lingkungan sekolah adalah dalam asuhan guru, anak belajar berbagai macam pengetahuan dan keterampilan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar antara lain:
1.
Kurikulum Kurikulum di artikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Menurut Slameto (2003:68) bahwa: “Kurikulum yang tidak baik misalnya kurikulum yang terlalu padat diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa”. 2. Disiplin Sekolah Disiplin sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar tata tertip sekolah, disiplin pegawai atau karyawan, dalam administrasi. Dalam hal ini disiplin sekolah dalam pengelolaan seluruh staf beserta siswasiswa harus terprogram. Menurut Purwanto, N (1997:109) bahwa “Disiplin sekolah akan menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, tenang dan tertip bagi para siswa dan menjadi dorongan pada mereka untuk meningkatkan prestasi belajar. 3. Guru Guru adalah salah satu dari sekian banyak unsur yang ikut menentukan berhasil tidaknya pendidikan siswa di sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi seseorang guru harus memiliki disiplin yang telah terstruktur. Mengajar bagi seorang guru hendaknya merupakan suatu pekerjaan yang disenangi sehingga kegiatan-kegiatan mengajar tidak dirasakan sebagai pekerjaan yang berat. Dengan demikian ia sanggup menciptakan situasi mengajar yang benar-benar menarik bagi siswa serta berusaha membimbing siswanya untuk menguasai materi pelajaran dengan baik. Di samping itu guru harus menguasai metode mengajar yang baik dan harus pula memiliki pengetahuan yang luas dalam bidangnya. 4. Fasilitas Belajar Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan guru. Dalam hal ini, Slameto (2003:70) mengemukakan bahwa “alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikannya kepada siswa, jika semua mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju”. Dengan adanya fasilitas yang memadai akan dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
c.
Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini juga terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Lingkungan ini sangat besar peranannya terhadap prestasi belajar anak, baik yang sifatnya kontruktif maupun bersifat deskruptif, artinya jika lingkungan masyarakat tidak baik, akan berpengaruh pada sikap anak yang tidak baik juga, hal ini anak disebabkan selalu teringat pada perbuatan yang dilakukan orang-orang disekitarnya. Jika lingkungan masyarakat dimana tempat tinggal anak adalah lingkungan orangorang terpelajar dan baik-baik, maka akan membawa pengaruh di lingkungan tempat tinggalnya. Demikian besarnya pengaruh lingkungan masyarakat terhadap prestasi belajar, maka kepada anak perlu adanya pengarahan dan bimbingan terhadap anak agar jangan sampai terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan masa depan anak.
METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di MTsS Lam Ujong Aceh Besar. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar. Sedangkan sampel sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel penelitian ini diambil satu kelas secara acak yaitu kelas VIII2 sebanyak 20 siswa. Untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menguasai Bangun ruang kubus dan balok, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian berupa soal tes yang diberikan dalam bentuk tes essay sebanyak 7 soal yang menyangkut permasalahan materi kubus dan balok diselesaikan selama 2 x 45 menit (2 jam pertemuan). Adapun skor perbutir soal adalah, soal nomor satu skornya adalah 12, soal nomor 2 skornya adalah 12, soal nomor tiga skornya adalah 16, soal nomor empat skornya adalah 9, soal nomor lima skornya adalah 17, soal nomor enam skornya adalah 19 dan, soal nomor tujuh adalah 14. Total skor maksimal adalah 100. Soal-soal tes tersebut diadaptasikan dari soalsoal latihan pada buku matematika untuk SMP/MTs kelas VIII. Tes ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan menguasai materi bangun ruang di kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar. Hipotesis yang akan diuji adalah: : = (Kemampuan siswa dalam menguasai materi bangun ruang
di kelas VIII MTS Lam Ujong Aceh Besar telah mencapai taraf berhasil.) ∶
<
(Kemampuan siswa dalam menguasai materi bangun ruang di kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar belum mencapai taraf berhasil.) Berdasarkan teori yang dikemukakan Sudjana (2005:227) disebutkan bahwa jika simpangan baku populasi tidak diketahui maka diambil taksirannya yaitu simpangan baku pada sampel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji normalitas data diperlukan untuk mengetahui populasi yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas sebaran data dikatakan berdistribusi normal jika < . Namun jika ≥ , maka data tidak berdistribusi normal. Dengan demikian diperoleh hasil normalitas = 5,5509 sedangkan dengan = 6 − 1 = 5 pada taraf signifikan = 0,05, , ( ) = 11,07, karena < yaitu 5,5509 < 11,07, maka dapat disimpulkan bahwa: Sebaran Data Nilai tes Kemampuan Siswa Dalam Menguasai Bangun Ruang Di Kelas VIII MTsS Lam Ujoeng Aceh Besar berdistribusi normal. Berdasarkan teori yang dikemukakan Sudjana (2005:227) disebutkan bahwa jika simpangan baku populasi tidak diketahui maka diambil taksirannya yaitu simpangan baku pada sampel. Sehingga statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji t dengan rumus:
=
√
Hipotesis menggunakan uji pihak kiri. Dalam hal ini tolak jika ≤− di dapat ( ) , dengan dari daftar distribusi Student t menggunakan peluang (1 − ) dan = ( − 1). Untuk >− diterima. ( ) , hipotesis Dari perhitungan statistik diperoleh S = 16,03; ̅ = 72,00; = 70 (nilai Kriteria Kelulusan Minimal) dan n = 20, sehingga − = √ = 0,56 Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa = 0,56 dengan nilai α= 0,05, = 19, daftar distribusi t menunjukkan t =
1,729 (ini didapat dari daftar distribusi t dengan jalan maju ke kanan dari 19 dan menurun dari 0,95, sehingga 0,56 > −1,729. Dengan demikian jelas bahwa diterima dan tolak. Kesimpulannya bahwa Kemampuan siswa dalam menguasai materi bangun ruang di kelas VIII MTsS Lam Ujoeng Aceh Besar telah mencapai taraf berhasil. Pembahasan Selanjutnya berdasarkan pengolahan data dan pengujian hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa Kemampuan siswa dalam menguasai materi bangun ruang di kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar telah mencapai taraf berhasil. Hal ini sesuai dengan hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa secara umum dalam menguasai materi bangun ruang sudah mencapai ketuntasan. Namun secara individu, masih terdapat beberapa siswa yang tidak mampu memahami materi bangun ruang. Untuk melihat hasil belajar siswa lebih jauh lagi, peneliti menelusuri hasil belajar siswa yang telah diberikan. Peneliti melihat bahwa hasil tes belajar siswa kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar materi bangun ruang kubus dan balok.
KESIMPULAN DAN SARAN – SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan tinjauan terhadap hipotesis diperoleh bahwa < yakni 0,56 > −1,729 yang berati bahwa Kemampuan siswa dalam menguasai materi bangun ruang di kelas VIII MTsS Lam Ujong Aceh Besar telah mencapai nilaii kriteria kelulusan minimal. Nilai rata-rata hasil tes siswa dalam menyelesaikan materi bangun ruang adalah 72.00. Artinya siswa tersebut telah mencapai angka nilai tes dari kriteria yang diterapkan yaitu 70 (KKM). Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka perlu kiranya penulis memberikan saran yang bermanfaat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 1. Diharapkan kepada guru bidang studi matematika untuk mengajarkan konsep dalam menyelesaikan soal-soal bangun ruang dengan tepat dan mudah dipahami siswa sehingga siswa mampu menyelesaikannya. 2. Hendaknya guru dapat memberikan Pekerjaan Rumah (PR) dan latihan untuk melatih pemaham dan konsep siswa dalam menyelesaikan bangun ruang.
3. Diharapkan kepada guru bidang studi matematika, menggunakan metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan materi yang di ajarkan sehingga siswa cepat memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin, 2000. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdikbud. 2006. Kurikulum menegah sekolah pertama. Jakara. KTSP. Endah Budi Rahajo, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika SMP. Pusat perbukuan. Departeman Pendidikan Nasional: Jakarta Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Nuhairini. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta. Kemendiknas. Paerdawarmita, W.J.S. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarat: Balai Pustaka. Permendiknas. 2006. Implementasi Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan. Jakarta. Depdiknas Purwanto Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Slameto. 2003. Faktor-faktor Mempengaruhi Belajar. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologis Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryabrata, S. 1983. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar Edisi 4. Jakarta: Raja Grafindo. Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Wilson Simangunsong dan Sukino. 2006. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta. Erlangga. Yandiyanto. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Yeni, Marlina. 2011. Kemampuan Siswa dalam Memahami Materi Limit Fungsi Aljabar bagi Siswa Kelas XI SMA Negeri Krueng Barona Jaya Lam Ujong Aceh Besar. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika Serambi Mekkah.
