KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI DI KABUPATEN BOGOR Sariyem
[email protected] Mahasiswa S2Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Abstrack:The aims of this research to determine the relationship of critical thinking ability and interest in reading with the ability to read critically on High Grade Elementary School in Bogor, with a total population of 431 students. The technique used to analyze the data is the correlation analysis using the formula r Product Moment. The results showed a positive correlation between: (1) Critical thinkingwith the ability to read critically; (2) Interest read with a critical reading skills; (3) critical thinking abillity and interest in reading with the ability to read critically. Thus, it can be concluded that there is a relationship between critical thinking and interest in reading with the ability to read critically. Keyword:Critical thinking ability, reading interest, critical reading competency, elementary school students.
Abtrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan berpikir kritis dan minat baca dengan kemampuan membaca kritis pada Siswa Kelas TinggiSD Negeri di Kabupaten Bogor, dengan jumlah populasi sebanyak 431 siswa. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis korelasi menggunakan rumus r Product Moment. Hasil penelitian menunjukan adanya korelasi positif antara: (1) Kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan membaca kritis; (2) Minat baca dengan kemampuan membaca kritis; (3) Kemampuan berpikir kritis dan minat baca dengan kemampuan membaca kritis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan minat bacadengan kemampuan membaca kritis. Kata Kunci: Kemampuan berpikir kritis, minat baca, kemampuan membaca kritis, siswa sekolah dasar.
Jantung dari program pengajaran
dan pengetahuan yang didapat dari
adalah membaca (Slavin, 2014: 163).
membaca
Membaca adalah aktivitas pencarian
melalui membaca kritis oleh siswa.
informasi
Membaca
secara
tertulis. Namun kebutuhan membaca
memahami
secara
bukanlah
melakukan
melalui sekedar
lambang-lambang memperoleh
perlu
diuji
validitasnya
kritis
adalah
mendalam
upaya-upaya
dan
analisis-
informasi tertulis. Siswa perlu menguji
evaluatif bacaan sebagai kebutuhan
kebenaran-kebenaran informasi yang
untuk
diperolehnya dari membaca. Informasi
tersebut otentik atau tidak. Melalui
329
menguji,
apakah
informasi
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
pengajaran
membaca, pendidik
mengarahkan siswanya, agar mampu dalam
memahami
isi
bacaan
kesesuaian teks yang dibaca pada aspekaspek tertentu
dan
Walaupun
kegiatan
membaca
memberikan penilaian. Membaca
sudah dikenalkan kepada anak sejak
memang telah masuk di segala aspek
masuk sekolah formal pertama kali,
kehidupan. Segala jenis infomasi bisa
faktanya
didapat
membaca
demikian, tingkat
dengan
membaca.
membaca
Namun
membutuhkan
pemahaman
kritis
di
siswa
dalam
berbagai
mata
pelajaran belum menunjukkan prestasi
agar
yang membanggakan. Sebagai contoh,
maksud dan makna yang diperoleh dari
di kalangan siswa kelas tinggi di
membaca tidak salah penafsiran.
beberapa SDN di Kabupaten Bogor,
Nurhadi
tertentu,
kemampuan
dikutip
kemampuan membaca kritis siswa tidak
148)berpendapat,
maksimal. Indikasinya dapat diketahui
tingkatan membaca secara sederhana
dari nilai capaian hasil evaluasi belajar
dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu
siswa yang sebagian besar masih jauh
membaca literal atau tersurat (reading
dari angka maksimal (100). Hal ini
on the lines), membaca tersirat (reading
menunjukkan
in the lines), dan membaca tersorot
membaca kritis di kalangan siswa belum
(reading
memadai.
(Priyatni,
sebagaimana
2014:
beyond
the
lines).
Pada
bahwa Banyak
kemampuan faktor
yang
tingkatan pertama, pembaca memahami
memengaruhi kondisi tersebut, antara
apa yang tersurat pada teks, tidak
lain: daya berpikir kritis dan minat baca
melibatkan reproduksi kritis terhadap
siswa
teks yang dibaca. Pada tingkatan kedua,
kondisi seperti ini, kemampuan berpikir
pembaca dituntut memiliki kemampuan
kritis tersebut dapat dijadikan alat untuk
berpikir kritis untuk menganalisis apa
memecahkan
yang dimaksudkan penulis di balik
tengah-tengah masyarakat. Termasuk
informasi yang tersurat, misalnya untuk
dalam memahami bacaan, kemampuan
menarik simpulan atau menemukan
berpikir kritis juga akan menentukan
implikasi.
ketiga,
sejauh mana pemahaman seseorang
pembaca dituntut untuk mengevaluasi
dalam memahami suatu konsep, cerita,
dan memberikan pertimbangan terhadap
ataupun dialetika ilmu dari bahan
teks yang dibaca dan mengaplikasikan
bacaan.
Pada
tingkatan
330
yang
masih
rendah.
berbagai
Dengan
Dalam
masalah
kekritisan
di
yang
Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Bogor Sariyem dimiliki, pemahaman siswa terhadap
alternatif;
bacaan akan semakin baik, karena
menyebutkan
dalam proses menalar tersebut akan
berpikiran terbuka; (3)melihat persoalan
menggunakan pengetahuan yang sudah
secara menyeluruh tanpa menyimpang
dimiliki,
termasukpengalaman-
dari inti persoalan; (4) mengambil dan
pengalamannya untuk menguji sebuah
mengubah sikap karena bukti dan
pandangan/konsep secara menyeluruh
alasan; dan (5) sadar akan perasaan,
dengan logika ilmiah yang sistematis.
tingkat
Berpikir
kecanggihan
kritis
membiasakan
siswa
(2)
ingin
sumber
pengetahuan, orang
tahu
dan
handal
serta
dan lain.
derajat Tingkat
untuk berpikir secara relfektif dan
berpikir kritis memiliki pengaruh yang
produktif, yaitu konsep berpikir yang
signifikan
tidak hanya melibatkan kemampuan
membaca kritis (Charles Temple, 2005:
imajinatif, dan juga bukan sekedar
20).
menebak
jawaban
yang
benar,
terhadap
Faktor
kemampuan
lainnya
yang
melainkan melibatkan evaluasi dan
mempengaruhi kemampuan membaca
bukti.
kritis Pada
minat
baca.
Minat
berpikir
kritis
merupakan salah satu dimensi dari
bertujuan
untuk
aspek afektif yang memiliki peran
membentuk anak didik agar mampu
penting dalam kehidupan seseorang,
berpikir netral, objektif, beralasan, logis,
khususnya dalam kehidupan belajar
jelas dan tepat. Dengan tujuan tersebut,
siswa. Minat menentukan arah belajar
siswa dilatih untuk membuat keputusan
yang
yang bijak, dengan memberikan alasan
belajarnya.Minat merupakan keadaan
mengenai
nilai
mental yang menghasilkan respons yang
sebuah pernyataan; dan mengambil
terarah kepada suatu situasi atau objek
tindakan dalam sebuah kondisi. Melalui
tertentu
proses itu diharapkan dapat ditanamkan
memberi
pada siswa kecenderungan berpikir
(satisfied) (Conny Semiawan,1982: 48).
kritis
critical
Hal ini menunjukkan bahwa minat
thinking, yakni: (1) mencari kejelasan
memiliki fungsi motivasi atau daya
tesis atau masalah dan alasan serta
penggerak yang mengarahkan seseorang
(critical
dasarnya
adalah
thinking)
atau
kebenaran
tentang
dispositions
of
331
berimplikasi
yang
pada
menyenangkan
kepuasan
hasil
dan
kepadanya
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
melakukan
kegiatan
tertentu
dan
spesifik.
Kegiatan
membaca
setidaknya
melibatkan tiga komponen dalam proses
Tinggi rendahnya minat baca
membaca, yaitu recording, decoding,
siswa dipengaruhi oleh beberapa hal,
dan meaning. Komponen (recording)
antara
merujuk
lain:
kurangnya
fasilitas
kepada
kata-kata
yang
(reosurces), pengaruh televisi, budaya
diasosiasikan ke dalam bunyi-bunyi
ngobrol (chating society), dan persepsi
sesuai dengan sistem tulisan yang
membaca buku bukan sebagai prioritas
digunakan,
(Yuliana, 2005: 45). Minat sebagai
merujuk kepada proses menerjemahkan
fungsi motivasi mendorong siswa untuk
rangkaian
grafis
kata-kata,
dan
membaca
karena
(meaning)
menitik
beratkan
pada
kepuasan.
Menurut
Hurlock,
minat
pemahaman anak kepada bacaan.Setiap
menjadi
sumber
motivasi
yang
proses membaca akan melibatkan tiga
mendorong orang untuk melakukan
komponen tersebut, sehingga tidak bisa
yang diinginkan (Hurlock, 1990: 214).
dipisahkan
Terlebih lagi dalam aktivitas membaca,
lainnya.Komponen-komponen membaca
semakin penting, karena setiap aspek
itulah
kehidupan
pembelajaran dalam proses pendidikan.
membaca.
bisa
memberi
melibatkan Pelajar
kegiatan
yang
penyandian
(decoding)
satu
dengan
yang menentukan efektivitas
menyadari
pentingnya membaca akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak yang
METODE Penelitian
ini
menggunakan
tidak menemukan keuntungan di dalam
pendekatan kuantitatif dengan metode
membaca (Harim: 2007, 67).
survei, yaitu penelitian yang ditujukan
Kemampuan
siswa
untuk mengkaji populasi besar maupun
dengan minat baca tinggi, lebih baik
kecil dengan menyeleksi dan mengkaji
daripada siswa yang mempunyai minat
sampel yang dipilih dari populasi itu
baca
dapat
untuk menemukan insidensi, distribusi,
tinggi
dan interelasi relatif dari variabel-
rendah,
disimpulkan minat
baca
membaca
sehingga
bahwa
semakin
siswa,
kemampuan
variabel
(Kerlinger, untuk
599).
membaca semakin tinggi. (Amiliya
Penelitian
Setiya Rina Harsono, Amir Fuady,
hubungan antara kemampuan membaca
Kundharu Saddhono , 2012 : 63 )
kritis sebagai variabel terikat (Y) yang
332
ini
2000:
mengetahui
Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Bogor Sariyem dimiliki siswa dengan variabel bebas
tersebut
yaitu berpikir kritis sebagai (X1) dan
gambar sebagai berikut :
minat
baca
sebagai
diteliti.Hubungan
(X2)
ketiga
dapat
diilustrasikan
pada
yang variabel
Konstelasi Masalah Penelitian
X1
Y
X2 Gambar 1. Populasi
target
penelitian
ini
sebanyak 18 butir soal pilihan ganda.
adalah siswa kelas tinggi yang diwakili
Pengukuran
oleh siswa kelas V SD Negeri di
gunakan instrument kuesioner sebanyak
Kelurahan
21
Citeureup, Sedangkan
Puspanegara,
Kecamatan
Kabupaten populasi
Adapun
terjangkaunya
instrument kuesioner sebanyak 18 butir
siswa. Berdasarkan
tersebut,
pernyataan.
meng-
pengukuran minat baca menggunakan
ketentuan Tabel Krejcie, diperlukan ketentuan
butir
kritis
Bogor.
adalah sebanyak 431 siswa, menurut sampel minimal
berpikir
maka
sampel
pernyataan. Analisis
deskriptif
menyajikan
tiga hal yaitu (a) penyajian data dalam bentuk
distribusi
frekuensi
dan
penelitian ini ditetapkan 203 siswa.
histogram, (b) ukuran pemusatan data
Pengambilan sampel dilakukan secara
digunakan untuk mengetahui gejala
proportionate random sampling sesuai
pusat meliputi mean (rerata, median dan
sebaran siswa kelas V di enam sekolah
modus, serta
sekelurahan Puspanegara, Kecamatan
data yaitu rentang skor varians, dan
Citeureup, Kabupaten Bogor
simpangan baku ( standar deviasi).
Pengukuran kemampuan membaca kritis menggunakan instrument tes 333
Penyajian
(c) ukuran penyebaran
analisis
deskriptif
dalam penelitian ini meliputi tiga
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
variabel yaitu: (Y) variabel kemampuan membaca kritis, (X1) variableberpikir
HASIL PENELITIAN
kritis, (X2) variabel minat baca. Masing-
Berdasarkan
hasil
perhitungan
masing variabel disajikan distribusi
validitas untuk variabel kemampuan
frekuensi
ukuran
membaca kritis diperoleh 18 butir valid,
ukuran
sehingga secara teoretik, skornya berada
dan
pemusatan
histogram,
data,
dan
penyebaran.
pada
Analisis Inferensial menyajikan
rentang
terendah
0
antara
0–18.
menunjukkan
Nilai
perkalian
tiga hal yaitu uji korelasi, korelasi
antara skor jawaban salah (0) dengan
ganda, dan uji signifikansi.
Analisis
jumlah butir pernyataan (18), sedangkan
Korelasi digunakan untuk mengetahui
skor 18 menunjukkan perkalian antara
seberapa erat hubungan antara variabel
skor jawaban benar (1) dengan jumlah
independen dengan variabel dependen.
butir pernyataan (18). Hasil penelitian
Analisis
menunjukkan
regresi
menaksirkan
digunakan
nilai
untuk
terendah
yang
y
diperoleh untuk variabel kemampuan
serta
membaca kritis adalah 1 dan nilai
taksiran perubahan y untuk setiap
tertinggi adalah 17 sehingga rentang
satuan perubahan variabel x. Pengujian
datanya adalah 16 (17 - 1). Untuk nilai
hipotesis pada penelitian ini dilakukan
rata-rata sebesar 12, modus = 11,
dengan melakukan uji thitung
dengan
median = 12, standar deviasi = 2,745,
akan
dan variannya = 7,536. Pada tabel 4.1
berdasarkan nilai
mencari
besarnya
variabel
nilai
variabel
x
thitungyang
dibandingkan dengan t.tabel. Koefisien
disajikan
determinasi untuk menyatakan besar
penelitian.
kecilnya
sumbangan
variabel
independen terhadap variabel dependen.
334
distribusi
frekuensi
skor
Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Bogor Sariyem Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Kritis Kelas Interval 1–2 3–4 5–6 7–8 9 – 10 11 – 12 13 – 14 15 – 16 17 – 18 Jumlah
Frek. Absolut 1 1 8 16 35 69 39 27 7 203
Frek. Relatif 0,49 0,49 3,94 7,88 17,24 33,99 19,21 13,30 3,45 100,00
Frek. Kumulatif 0,49 0,99 4,93 12,81 30,05 64,04 83,25 96,55 100,00
perkalian antara jumlah butir pernyataan Berdasarkan tabel tersebut terlihat
dengan skor alternatif jawaban tidak
skor variabel kemampuan membaca
setuju yaitu 1 (21x 1), sedangkan skor
kritis dominan pada kelas interval
tertinggi adalah63, merupakan perkalian
antara 11 – 12 (33,99%), kemudian
antara jumlah butir pernyataan dengan
diikuti skor pada kelas interval 13 – 14
skor alternatif jawaban setuju (21 x 3).
(19,21%), dan 9 – 10 (17,24%).
Hasil statistik deskriptif menunjukkan
Selanjutnya adalah skor yang berada
skor terendah atau minimum yang
pada kelas interval15 – 16 = 13,30%, 7
diperoleh untuk variabel kemampuan
– 8 = 7,88%, 5 – 6 = 3,94%, 17 – 18 =
berpikir kritis adalah 39, skor tertinggi
3,45%, dan skor terendah berada pada
(maksimum) 63, dan rentang datanya
kelas interval 1 – 2 dan 3 – 4, masing-
(range) = 24. Untuk nilai rata-rata,
masing sebanyak 0,49%.
modus dan mediannya masing-masing
Butir variabel
pernyataan
kemampuan
valid
untuk
berpikir kritis
sebesar
54,
54
dan
54.
Standar
deviasinya = 4,353 dan variannya =
berjumlah 21 butir pernyataan, sehingga
18,952.
Distribusi
skor kemampuan berpikir kritis secara
variabel
kemampuan
teoretik berada pada rentang antara 21 –
berdasarkan data yang diperoleh dapat
63. Skor terendah adalah 21 merupakan
dilihat pada tabel berikut
335
frekuensi
dari
berpikir kritis ini.
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Interval
Frek. Absolut
Frek. Relatif
Frek. Kumulatif
39 – 41
1
0,49
0,49
42 – 44
4
1,97
2,46
45 – 47
13
6,40
8,87
48 – 50
21
10,34
19,21
51 – 53
36
17,73
36,95
54 – 56
64
31,53
68,47
57 – 59
44
21,67
90,15
60 – 62
15
7,39
97,54
63 – 65
5
2,46
100,00
Berdasarkan
tabel
tersebut,
dengan skor alternatif jawaban tidak
diketahui mayoritas skor berpikir kritis
setuju, yaitu 1 (18 x 1), sedangkan skor
berada pada kelas interval antara 54 –
tertinggi
56, yaitu sebesar 31,53% dan diikuti
perkalian antara jumlah butir pernyataan
dengan data pada interval antara 57 – 59
(18) dengan skor alternatif jawaban
sebesar 21,67%. Kemudian skor yang
setuju
berada pada kelas interval antara 51 –
statistik deskriptif skor terendah atau
53 = 17,73%, 48 – 50 = 10,34%, 60 –
minimum
62 = 7,39%, 45 – 47 = 6,40%, 63 – 65 =
(maksimum) adalah 54, rentang datanya
2,46%, 42 – 44 = 1,97% dan 39 – 41 =
(range) adalah 24, nilai rata-rata = 48,
0,49%.
modus = 50 dan mediannya = 48.
adalah
(3).
Dari
54,
hasil
merupakan
perhitungan
adalah 30, skor tertinggi
Jumlah butir pernyataan valid
Selanjutnya untuk standar deviasinya
untuk variabel minat baca adalah 18,
sebesar 4,240 dan variannya = 17,974.
sehingga skor minat baca secara teoretik
Distribusi frekuensi dari variabel minat
berada pada rentang antara
baca berdasarkan data yang diperoleh
18 – 54.
Skor terendah adalah 18, merupakan perkalian antara jumlah butir pernyataan
336
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Bogor Sariyem Tabel 3.Distribusi Frekuensi Skor Minat Baca Kelas Interval
Frek. Absolut
Frek. Relatif
Frek. Kumulatif
30 – 32
1
0,49
0,49
33 – 35
1
0,49
0,99
36 – 38
6
2,96
3,94
39 – 41
11
5,42
9,36
42 – 44
26
12,81
22,17
45 – 47
47
23,15
45,32
48 – 50
62
30,54
75,86
51 – 53
39
19,21
95,07
54 – 56
10
4,93
100,00
Jumlah
203
100
Skor variabel minat baca sebagian
1,972. Kriteria pengambilan keputusan
besar berada pada interval 48 - 50, yaitu
untuk pengujian hipotesis adalah: jika t
sebanyak 30,54%, kemudian diikuti skor
hitung<
pada interval45 - 47 = 23,15%. Urutan
hubungan
selanjutnya adalah skor yang berada
kemampuan
pada kelas interval antara 51 – 53 =
Sebaliknya, jika thitung> ttabel (, df),
19,21%, 42 – 44 sebanyak 12,81%,39 –
berpikir kritis terdapat hubungandengan
41 = 5,42%, 54 – 56 = 4,93%, dan 36 –
kemampuan
38 = 2,96%. Sedangkan skor terkecil
karena nilai thitung 10,662 > ttabel (1,972),
berada pada kelas interval 30 – 32 dan
maka Ha diterima. Dengan demikian
33 –
dapat
35 masing-masing sebanyak
0,49%.
tabel
(, df), maka tidak terdapat berpikir
kritis
dengan
membaca
membaca
disimpulkan
kritis.
kritis.
bahwa
Oleh
terdapat
hubungan positif dan signifikan antara
Analisis hasil uji t yang digunakan untuk uji hipotesis menunjukkan hasil 10,662.
t
Adapun
nilai
t
tabel
berpikir
kritis
dengan
kemampuan
membaca kritis. Hasil
perhitungan
uji
t,
menggunakan taraf signifikansi = 5
menunjukkan nilai thitung sebesar 10,887,
dan degree of freedom sebesar 201 yaitu
sedangkan nilai ttabel meng-gunakan
337
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
taraf signifikansi = 5 dan degree of
membaca kritis memiliki nilai sebesar
freedom sebesar 201, yaitu 1,972. Oleh
8,839. Dari persamaan di atas juga
karena nilai thitung (10,887) > ttabel
diketahui
(1,972), maka Ha diterima, yang berarti
berpikir kritis = 0,182, dan minat
dapat
baca=0,222.
disimpulkan
bahwa
terdapat
koefisien Hal
regresi ini
variabel
menunjukkan
hubungan positif dan signifikan antara
bahwa setiap kenaikan satu satuan
minat
berpikir kritis dan minat baca akan
baca
dengan
kemampuan
diikuti kenaikan kemampuan membaca
membaca kritis. Dari
hasil
perhitungan
uji
signifikansi koefisien korelasi ganda
kritis sebesar 0,182 dari berpikir kritis dan 0,222 dari minat baca.
tersebut Fhitung = 107,314 lebih besar dari Ftabel = 4,712, sehingga dapat
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan
disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara berpikir kritis dan minat baca
bahwa
terhadap kemampuan membaca kritis
berpikir kritis dan minat baca dengan
adalah signifikan, sehigga Ha diterima,
kemampuan membaca kritis. Hal ini
dalam arti: terdapat hubungan positif
melengkapi dan memperkuat hasil
dan signifikan antara berpikir kritis dan
penelitian
minat baca secara bersama-sama dengan
menyatakan bahwa tingkat berpikir
kemampuan membaca kritis siswa.
kritis
Dari
koefisien
diketahui
koefisien
korelasi
dapat
determinasinya
sebesar 0,382 atau 38,2%. Ini berarti bahwa
38,2%
variasi
kemampuan
terdapat
sebelumnya
memiliki
signifikan
hubungan
pengaruh
terhadap
positif
yang yang
kemampuan
membaca kritis(Charles Temple, 2005: 20). Hasil peneletian yang relevan
membaca kritis dapat dijelaskan oleh
lainnya
berpikir kritis dan minat baca melalui
Kemampuan membaca siswa dengan
persamaan regresi Ŷ = -8,839 + 0,182X1
minat baca tinggi, lebih baik daripada
+ 0,222X2.
siswa yang mempunyai minat baca
Nilai konstanta sebesar -8,839 dapat
dijelaskan
variabel
berpikir
bacabernilai
0,
bahwa kritis maka
menyatakan
bahwa
rendah, sehingga dapat disimpulkan
saat
bahwa semakin tinggi minat baca
minat
siswa, kemampuan membaca semakin
kemampuan
tinggi (AmiliyaSetiya Rina Harsono,
pada dan
338
Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Bogor Sariyem Amir Fuady, Kundharu Saddhono,
SIMPULAN
2012: 63 )
Dari analisis dan pembahasan
Hal ini dapat dipahami karena
yang
sudah
disajikan
pada
bab
berpikir kritis merupakan proses ilmiah
sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal
dalam
berikut:
belajar
yang
melibatkankemampuanmengungkap,m enangkap,menganalisis,
1. kemampuan
menarik
berpikir
kritismemiliki hubungan positif dan
kesimpulan, dan mengambil manfaat
signifikan
dari proses tersebut. Seorang pelajar
membaca kritis siswa kelas tinggi
dengan daya pikir kritisnya diharapkan
SD
dapat mengerahkan potensi daya pikir
Bogorsebesar 0,364 atau 36,4%.
dan nalarnya dalam proses belajar
Dengan
sehingga
rendahnyakemampuan
memperoleh
manfaat
dengan
Negeri
di
kemampuan Kabupaten
demikian
tinggi membaca
pengetahuan kognitif, afektif, maupun
kritis siswa dapat dijelaskan oleh
psikomotoriknya..
variabel kemampuan berpikir kritis
Dengan memiliki kemampuan
sebesar 36,4%. Ini berarti bahwa
berpikir kritis dan minat baca yang
semakin
tinggi secara bersama-sama diharapkan
berpikir kritis siswa maka semakin
siswa memiliki kemampuan membaca
tinggi pula kemampuan membaca
kritis yang tinggi pula sehinggapada
kritisnya.
tahapan selanjutnya anak lebih hati-hati
tinggi
kemampuan
2. minat baca memiliki hubungan
dan kritis dalam menyikapi berbagai
positif
kejadian, fenomena atau persoalan
kemampuan membaca kritis siswa
terutama di zaman yang serba penuh
kelas
keterbukaan
ini,
Kabupaten Bogorsebesar 0,369 atau
dimana arus informasi sangat sulit
36,9%. Dengan demikian tinggi
dibendung
bisa
rendahnya kemampuan membaca
membaca serta menyaksikan kejadian-
kritis 36,9% diantaranya dijelaskan
kejadian positif maupun negatif yang
oleh variabel minat baca.Ini berarti
terjadi di seluruh belahan dunia secara
bahwa semakin tinggi minat baca
seperti sehingga
sekarang anak
cepat. 339
dan
signifikan
tinggi
SD
dengan
Negeri
di
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
siswa maka semakin tinggi pula
korelasi dapat diketahuikoefisien
kemampuan membaca kritisnya.
determinasinya sebesar 0,382 atau
3. kemampuan berpikikritis dan minat
38,2%. Ini berarti bahwa 38,2%
baca secara bersama-sama memiliki
variasi kemampuan membaca kritis
hubungan positif dan signifikan
dapat dijelaskan oleh kemampuan
dengan kemampuan membaca kritis
berpikir
siswa kelas tinggi SD Negeri di
bacamelalui persamaan regresiŶ
Kabupaten Bogor. Dari koefisien
= -8,839 + 0,182X1 + 0,222X2.
kritis
dan
minat
DAFTAR RUJUKAN Harsono, Amiliya Setiya Rina, Amir Fuady, Kundharu Saddhono.2012. “Pengaruh Strategi Know Want To Learn (KWL) dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa SMP Negeri Di Temanggung.” BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan Anak, Terjemahan Med Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga. Kerlinger, Fred N. and Howard B. Lee. 2000.Foundations of Behavioral Research. Forth Worth: Harcourt Collge Publishers. Priyatni,
Endah Tri.2014.“Pengemba ngan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif,” Litera, Volume 13, Nomor 1, April.
340
Rahim,Farida.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007 Semiawan, Conny. Memupuk Bakat dan Kreativitas Peserta Didik Sekolah Menengah. Jakarta: Rajawali, 1982. Slavin, Robert E.,.2007. et.al. Membaca Membuka Pintu Dunia, diterjemahkan Erick Stayawati & Rahmat Fajar. Jakarta: Erlangga. Temple, Charles.2005. “Critical Thinking and Critical Literacy.” Thinking Classroom, Volume 6, Number 2, April. Yuliana.2005. Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.