Kelompok pre school dan Balita Nama : 1. Era setyawati
(010112A029)
2. Fatmawati
(010112A033)
3. Dwi puji susilawati
(010112A023)
4. Amirudin Akbar
(010112A061)
5. Imam Arif purwanto (010112A042) 6. Susilawati
(010112A101)
7. Yusrinarti
(010112A115)
A. Pengertian Masa pra sekolah yaitu antara usia 3 sampai 6 tahun, dimana pertumbuhan fisik khususnya berat badan menglami kenaikan rata-rata 2 kg pertahunnya, dan tinggi badan bertambah sekitar 6,75 cm sampai 7,5 cm tiap tahunnya (Supartini, 2014). Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional, dalam pasal 1 ayat (14) disebutkan bahwa : “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (Widjaya, 2003). B. Batasan 1. Toodler Toddler adalah anak adalah anak anatara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar (Wong, 2009). 2. Pra Sekolah Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003). Wong dkk. (2009) menyebutkan bahwa batasan usia anak pra sekolah adalah antara 3 sampai 5 tahun. Anak pada usia ini telah memiliki kontrol fungsi tubuh yang baik, pengalaman periode perpisahan
yang pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental. Angel (1998) juga memberikan batasan pada anak usia pra sekolah yaitu antara 3-6 tahun. C. Karakteristik 1. Karakteristik Toddler a. Perkembangan Psikososial Erikson melihat periode 18 bulan sampai 3 tahun sebagai suatu waktu ketika tugas perkembangan berpusat pada Otonomy dan rasa malu dan ragu. Periode perkembangan Otonomi adalah suatu waktu saat anak mulai mengadakan kontak sosial. Toddler menjadi sangat ingin tahu dan banyak bertanya. Pada usia ini anak menjadi lebih kreatif, meskipun produk yang dihasilkan dari aktivitasnya mungkin tak sempurna. Respon stress yang biasa muncul pada toddler adalah separation anxiety dan regression. Misalnya, toddler menjadi sangat cemas ketika harus berpisah dari orang tuanya. Regresi atau kembali pada tingkatan perkembangan yang lebih awal dapat di lihat saat toddler “ngompol”, atau menggunakan bedak bayi. Perawat dapat membantu menjelaskan pada orang tua bahwa hal itu wajar dan itu menunjukkan bahwa toddler mulai mencoba untuk menentukan posisinya dalam keluarga. Selama usia toddler, kemampuan untuk mengerti
dan
mengekspresikan bahasa berkembang dengan pesat. Kemampuannya untuk mengerti
kata-kata
lebih
maju
dari
pada
kemampuannya
untuk
mengekspresikan kata dan ide. Saat usia 1 tahun, toddler sudah bisa mengenal nama mereka sendiri. b. Perkembangan Psikoseksual ( Fase Anal ) 1) Fokus tubuh : Area anal 2) Tugas perkembangan: Belajar untuk mengatur defekasi dan urinasi. 3) Krisis perkembangan: Toilet training 4) Ketrampilan koping yang umum: Temper tantrum, negativisme, bermain dengan feses dan urine, perilaku regresif, seperti menghisap ibu jari, mengeriting rambut menjadi simpul-simpul, menangis, iritabilitas, dan mencibir. 5) Kebutuhan seksual: Sensasi menyenangkan berhubungan dengan fungsi eksretori, anak mengeksplorasi tubuh secara aktif. 6) Bermain: Anak senang bermain dengan ekskreta ( feses ). 7) Peran orang tua: Membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang trelalu ketat atau overpermissive. c. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget, toddler berada pada tingkatan ke5 dan 6 dari fase sensorimotorik dan memulai fase prekonseptual sekitar usia 2 tahun. Pada tingkatan ke lima, toddler menyelesaikan masalahnya melalui proses trial-anderror. Pada tingkatan keenam, toddler dapat menyelesaikan masalah melalui pemikiran. Misalnya, ketika anak diberi mainan baru, toddler tidak akan segera mengambil mainan itu dan melihat bagaimana mainan itu bekerja, tetapi mereka akan memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan berfikir bagaimana mainan itu bekerja. Selama fase prekonseptual, sedapat mungkin toddler mengembangkan keterampilan kognitif dan intelektual. Mereka belajar tentang urutan waktu. Mereka mulai berfikir simbolik, contohnya: kursi mungkin diibaratkan sebagai tempat yang aman, sedangkan selimut identik dengan kenyamanan. d. Perkembangan Moral Menurut Kohlberg, tingkatan pertama dari perkembangan moral adalah prekonvensional ketika anak merespon pada label “baik” atau “buruk”. Selama tahun kedua kehidupan, anak mulai belajar mengetahui beberapa aktifitas yang mendatangkan pengaruh dan persetujuan. Mereka juga mengenal ritual-ritual tertentu, seperti mengulang bagian dari doa-doa. Saat usia dua tahun, toddler belajar pada perilaku orang tua mereka yang berkaitan dengan urusan moral. e. Perkembangan spiritual Tingkatan toddler pada perkembangan spiritual adalah Undiferensiasi. Toddler mungkin mengetahui beberapa praktek keagamaan, tapi utamanya mereka perlu belajar tentang pengetahuan dan reaksi emosional, daripada menentukan kepercayaan yang akan diikuti. Toddler mungkin akan mengulang beberapa doa saat akan tidur dan menyesuaikan diri pada ritual tertentu, sebab ini akan menghasilkan suatu pengaruh dan penghargaan. Respon orang tua ini meningkatkan rasa aman pada toddler. 2. Karakteristik kelompok Pra Sekolah Menurut Biechler dan Snowman, yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program play group (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak (TK). Karena pembahasan kali ini terfokus pada konsep preschool yang identik dengan TK, maka pembahasan dimensi perkembangan anak prasekolah lebih difokuskan pada usia 4-6 tahun, yang notabene adalah usia
anak TK. Adapun dimensi perkembangan anak prasekolah yang akan dibahas meliputi aspek fisik, motorik, kognitif, bahasa, emosi dan sosial. a.
Perkembangan fisik Pada awal usia 4 tahun umumnya kenaikan ukuran pertumbuhan fisiknya bersifat tetap. Proporsi tubuhnya rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun, tingginya sudah mencapai sekitar 100-110 cm. Setelah usia 3 tahun, ertumbuhan gigi susu sudah berhenti, lalu satu persatu akan tanggal dan digantikan oleh gigi tetap saat anak berusia 5 atau 6 tahun.
b. Perkembangan motorik Perkembangan motorik meliputi aspek motorik kasar dan motorik halus. Pada masa kanak-kanak awal, ketrampilan motorik kasar dan halus sangat pesat kemajuannya. Ketrampilan motorik kasar adalah koordinasi sebagian besar otot tubuh. Pada usia 4 tahun anak-anak telah mampu berlari dengan cepat, melambungkan dan menangkap bola. Sedangkan untuk aspek motorik halus, pada usia antara 4-5 tahun anak mulai belajar menggambar bentuk-bentuk tertentu yang sifatnya tidak lagi abstrak. Selain itu mereka sudah mampu memanipulasi objek kecil seperti kepingan-kepingan puzzle. c. Perkembangan kognitif Dalam perkembangan aspek kognitif ini, menurut pendapat Piaget, yang dikutip oleh George Morrison, anak berada pada tahapan pra-operasional, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1) Anak sudah mampu menggunakan simbol-simbol (bahasa, gambar, tanda atau isyarat, benda, dan lain-lain) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda atau peristiwa. 2) Anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Operasi di sini adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental, bukan fisik. 3) Anak masih cenderung berpikir satu dimensi. Contohnya ketika anak ditunjukkan dua gelas yang tingginya sama berisi cairan, anak akan menjawab bahwa isinya sama. Namun ketika air dimasukkan ke dalam gelas lain yang lebih pendek, anak akan menjawab bahwa isinya lebih banyak pada gelas yang semula. Ini membuktikan bahwa anak masih terpusat pada satu dimensi, yaitu tinggi.
4) Egosentrisme. Yang dimaksud dengan egosentris di sini bukanlah egois (selfishness), tapi merujuk pada bahwa seorang anak usia prasekolah cenderung berasumsi, memahami dan menafsirkan segala sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri. Dia beranggapan bahwa orang lain melihat apa yang dia lihat, berpikir sama dengan yang ia pikir. d. Perkembangan bahasa Pada usia prasekolah, perkembangan bahasa meningkat baik dalam kuantitas kosa kata, keluasan dan kerumitannya. Contohnya, anak hanya akan mengatakan “susu” untuk mewakili bahwa dia ingin minum susu. Namun pada usia prasekolah dia sudah bisa mengatakan, “Bu, aku ingin minum susu”. Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan ketrampilan bicara dan menggunakan bahasa dengan berbagai cara, seperti bertanya, menyanyi. Pada masa ini anak senang sekali menanyakan apapun yang belum pernak diketahuinya, “mengapa ini begini?, mengapa begitu?”, dan sebagainya. e. Perkembangan emosi dan sosial Emosi didefinisikan sebagai pengalaman yang menyertai penyesuaian batin yang menyeluruh dan keadaan mental dan fisiologis yang meluap-luap pada diri individu dan yang memperlihatkan sendiri pada tingkah laku yang jelas dan nyata. Beberapa jenis emosi yang berkembang antara lain rasa takut, cemas, marah, rasa ingin tahu yang besar, cemburu dan kasih sayang. f. Perkembangan sosial anak prasekolah Perkembangan sosial merupakan bagian dari berbagai bidang perkembangan lainnya, seperti perkembangan fisik, motorik, emosi, kognitif, dan sebagainya. Setidaknya ada 3 proses yang harus dilalui anak untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat : 1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial Setiap kelompok sosial mempunyai standar perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat, anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan standar tersebut. 2) Memahami peran sosial yang dapat diterima Sebagai contoh misalnya, peran bagi orang tua dan anak. Tentunya masing-masing pihak harus memainkan peran sosial yang telah ditentukan secara tidak tertulis oleh suatu kelompok sosial.
g. Perkembangan sikap sosial Memasuki dunia prasekolah, seorang anak mulai bergaul dalam lingkungan yang lebih luas dari lingkungan keluarganya, baik itu di lingkungan sekolahnya (preschool), maupun lingkungan dekat tempat tinggalnya. Pengembangan tersebut, menurut Coudry dan Siman, bergantung pada 4 faktor sebagai berikut: 1) Kesempatan yang penuh untuk belajar bermasyarakat. 2) Dalam keadaan bersama-sama anak tidak hanya mampu berkomunikasi
dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh orang lain. 3) Anak hanya akan belajar bersosialisasi hanya apabila mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. 4) Metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah penting.
D. Indikator Derajat Kesehatan Usia Pra Sekolah Menurut Depkes RI, 2006 ddidapatkan indikator derajat kesehatan usia pra sekolah antara lain meliputi : 1. Input : a) Kurangnya tenaga medis b) Pelayanan kesehatan yang kurang terjangkau c) Kurangnya sumber air bersih d) Status ekonomi
2. Proses : a) Kurangnya pengetahuan ibu dalam pemberian gizi seimbang b) Perilaku hidup yang kotor c) Kurangnya penyuluhan tenaga medis d) Sanitasi yang buruk e) Kurangnya kebersihan lingkungan f) Ventilasi udara yang buruk g) Polusi lingkungan h) Kurangnya pemenuhan gizi 3. Output : a) Angka kematian Balita b) Kurangnya status gizi pada balita ( gizi buruk ) c) Diare, ISPA E. Program – program kesehatan
Program – program kesehatan pada kelompok anak pra sekolah Menurut Depkes RI, 2006 :
1. UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang telah berdiri sejak tahun 1951 merupakan suatu kegiatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya penanggulangan penyakit gigi dan mulut. Hal ini disebabkan karena kegiatanya diarahkan kepada penanaman kebiasaan pelihara diri kesehatan gigi sejak dini Disebutkan dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :128/MENKES/SK/II/2004 Bab IV, bahwa upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya pengembangan Kesehatan yang penting dan wajib dalam upaya puskesmas melayani dan bersifat sebagai penunjang kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat dimulai sejak usia dini. Lingkup yang dilayani UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) 1) Lingkup kegiatan UKGS melayani setiap aspek pelayanan kesehatan gigi tiap – tiap sekolah di masing – masing kecamatan. 2) Kegiatan penyuluhan gigi di sekolah. Dilakukan setiap 3 bulan sekali dan bersamaan dengan kegiatan menggosok gigi bersama serta dilakukan di sekolah – sekolah. 2. Pemberian makanan tambahan (PMT) PMT maerupakan untuk memperbaiki asupan gizi peserta didik meningkatkan ketahanan fisik, minat dan kemampuan belajar dalam rangka menghasilkan insan Indonesia cerdas dan Kompetitif, Mendik. Tahapan usia TK dan SD merupakan “golden age” atau asupan gizi yang baik. jika anak belajar tidak mendapatkan asupan gizi yang baik, tentu sangat berdampak terhadap anak tersebut. a. Tujuan Pemberian Makanan Tambahan Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan
sumber zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, kelapa dan hasil olahannya. b.
Komposisi PMT Menurut Departemen Kesehatan RI seperti yang dikutip oleh Judiono (2003) bahwa prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah nilai gizi harus berkisar 200–300 kalori dan protein 5–8 gram, PMT berupa makanan selingan atau makanan lengkap (porsi) kecil, mempergunakan bahan makanan setempat dan diperkaya protein nabati/hewani, mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak, dan dikemas dengan baik, aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan. Pemberian makanan tambahan (PMT) diberikan dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu selama 100–160 hari.
3. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) CPTS merupakan salah satu program untuk anak prasekolah. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung atupun kontak tidak langsung (seperti dari handuk, gelas dan lain-lain). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang ataupun cairan tubuh lain (dari droplet, ingus, makanan/minuman terkontanimasi yng terdan lain-lain). Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan pakai sabun adalah diare, infeksi saluran pernapasan, infeksi cacing, infeksi mata dan infeksi kulit. 4. Kesehatan Lingkungan Menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kegiatan antara lain : a) Melaksanakan inspeksi sanitasi kesekolah dan lingkungan sekitar rumah tentang air bersih, kamar mandi atau WC, tempat-tempat pengelolaan makanan/minuman, dan pembuangan sampah. b) Pengawasan dan pemberian pada kelompok masyarakat mengenai pemakai air, tempat pengelolaan makanan/minuman.
c) Pembinaan tempat-tempat umum, agar masyarakat sadar bahwa kesehatan lingkungan itu penting untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Hurlock, Elizabeth B. 2002. PerkembanganAnak Edisi IV. Jakarta : Erlangga Widjaya , Ali Aksun. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: CV Duta Nusindo Singgih, Gunarsa. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Gunung Mulia DepkesRI. 2006. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Keluarga Supartini. 2014. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book. Morrison, George S. 1988. Early Childhood Education Today. Merril Publishing Company. Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta