Kelola 2008
Empowering women artists Tahun kedua, seniman perempuan berpeluang residensi
Inisiatif komunitas kreatif
Memanfaatkan perspektif kebudayaan
Magang internasional
Tujuh pekerja seni Indonesia berkesempatan terlibat dalam pengelolaan lembaga seni internasional.
Media informasi kegiatan Kelola.
dari kelola
SEMBILAN tahun sudah Kelola berkarya dan tetap konsisten menempatkan diri dalam aktivitas seni budaya. Di tengah pergolakan dan permasalahan kesenian bangsa, Kelola tetap pada rel cita-cita besarnya yaitu memajukan seni budaya Indonesia dan menjalin hubungan antar budaya lain atas dasar persamaan dan saling menghargai dapat terwujud dengan dukungan berbagai pihak. Kelola berharap, melalui pertukaran budaya terjadi interaksi, saling memahami perbedaan dan keunikan masing-masing. Sebab setiap kebudayaan memiliki cara pandang, tujuan, cita-cita, dan sistem nilai yang berbeda. Melalui pertukaran budaya, semua perbedaan tersebut tidak harus dipertentangkan. Kelola justru berharap terjadinya kerja sama antar budaya. Seniman perempuan yang berkarya melalui program Empowering Women Artists (EWA) telah memasuki tahun kedua pada tahun 2008. Program ini berusaha memfasilitasi seniman perempuan untuk berkarya dan menyampaikan gagasan estetiknya dan meraih posisi puncak dalam berkarya sebagai koreografer, sutradara teater ataupun komponis. Dalam program ini diharapkan seniman perempuan dapat mengatasi kendala kultural yang dihadapi dan mewujudkan potensinya sehingga menjadi inspirasi bagi seniman perempuan lain untuk terus melaju berkarya. Bersama dengan Dewan Kesenian Jakarta, Kelola bekerjasama menyelenggarakan program Hibah Cipta, suatu program kompetitif yang memberikan bantuan untuk produksi karya dan pementasan seni pertunjukan yang bertema perkotaan. Sayang sekali program yang kami anggap sangat berhasil ini tidak dilanjutkan lagi pada tahun 2009. Masih di tahun 2008, dari sekian banyaknya pekerjaan di bidang kesenian yang tidak nampak adalah mengembangkan jejaring. Hal ini sering diabaikan oleh pekerja seni. Oleh karena itu Kelola juga merasa wajib untuk memenuhi beberapa undangan antara lain ke Kamboja, Australia dan Jepang.
Dari hasil pertemuan tersebut, Kelola berhasil menggagas kerja sama lintas budaya untuk dilaksanakan pada tahun 2009, antara lain produksi teater dengan sutradara Hiroshi Koike, pimpinan Pappa Tarahumara di Tokyo (Jepang), serta lokakarya dengan Fred Frumberg, pendiri Amrita Performing Arts di Phnom Penh (Kamboja). Jejaring kerja profesional yang Kelola kembangkan melalui kerjasama antar budaya ini bertujuan meningkatkan kemampuan para seniman dan pekerja seni Indonesia agar berdaya saing di dunia internasional. Kelola juga merasa perlu untuk memperkenalkan generasi muda pada pekerjaan yang bisa dilakukan di sebuah lembaga nirlaba dibidang budaya. Kami berharap suatu hari dapat menumbuhkan minat anak muda untuk bekerja di sektor budaya. Seperti yang dilakukan oleh 8 orang siswa-siswi sekolah Bina Nusantara (Binus School Simprug) yang magang di Kelola dalam rangka Creativity Action Service (CAS). Mereka melakukan berbagai kegiatan antara lain mendata perpustakaan Kelola (buku dan audio), menerjemahkan data program di website, memasukkan data program ke dalam database dan menyusun transkrip hasil rekaman rapat Kelola. Terlaksananya berbagai program Kelola selama ini juga tidak terlepas dari adanya dukungan dana dari para donatur. untuk itu Kelola menyampaikan terimakasih atas dukungan lembaga donor, lembaga kesenian dan kebudayaan, seniman dan pekerja seni, dan individu maupun lembaga lain atas kerjasama yang terjalin baik selama ini. Semoga kerjasama ini dapat terus berlangsung.
3
28 14
16
10
12 dari kelola – Sembilan tahun Kelola berkarya memperluas kesempatan dan jejaring tentang kelola – Informasi tentang program-program yang dijalankan Kelola selama tahun 2008 hibah seni – Program pemberian hibah untuk seni pertunjukan yang dibagi ke dalam dua kategori: karya inovatif dan pentas keliling
magang nusantara – Program yang membuka kesempatan bagi para pekerja seni Indonesia untuk magang di 14 organisasi seni budaya di Indonesia, yang terdapat di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta magang internasional – Program yang membuka kesempatan bagi para pekerja seni Indonesia untuk megang di organisasi seni budaya di Australia
04. ruang baru 08. empowering women artists 12. peraih hibah seni 22. lokakarya manajemen organisasi budaya 24. peraih magang nusantara 29. organisasi tuan rumah 34. peraih magang internasional
lokakarya – Program pembelajaran bagi para pekerja seni mencakup pengelolaan seni maupun penciptaan karya artistik
4
5
tentang kelola 33
Yayasan Kelola, sebuah lembaga nirlaba berjangkauan nasional yang sejak bulan Mei 1999 menciptakan sebanyak mungkin peluang bagi masyarakat seni Indonesia untuk saling bertaut dan menjalin kerjasama secara nasional maupun internasional. Untuk memajukan seni budaya Indonesia dan menjalin hubungan antar budaya yang saling menghargai, Kelola menyediakan kesempatan belajar, pendanaan, serta akses informasi bagi masyarakat seni Indonesia. Kelola menyediakan kesempatan pembelajaran melalui beberapa program antara lain lokakarya manajemen seni, lokakarya manajemen organisasi budaya, dan berbagai lokakarya tematik. Kelola juga menaruh perhatian besar pada pemberdayaan sumber daya manusia dengan menyelenggarakan program Magang Nusantara, Magang Internasional, dan Professional Development. Selain program-program tersebut, Kelola juga memiliki program Hibah Seni yang diciptakan untuk memberikan peluang dan akses pendanaan bagi masyarakat seni Indonesia. Sementara akses informasi seni budaya dapat diperoleh melalui situs web www.kelola.or.id, buletin tahunan Lintas, serta Direktori Seni dan Budaya Indonesia.
Program-program ini terlaksana berkat dukungan dari HIVOS, The Ford Foundation, The Asian Cultural Council, The Asialink Centre, para donatur perorangan dan perusahaan dari dalam negeri. Kelola memiliki Pembina, Pengawas, dan Pengurus Yayasan yang terlibat secara aktif dalam memajukan kegiatannya. Program-program Kelola disusun sebagai tanggapan langsung terhadap kebutuhan nyata masyarakat seni. Dinamika yang terjadi dalam masyarakat seni akan merangsang Kelola untuk terus menerus melakukan penyesuaian terhadap program-programnya. Melalui beragam programnya itu, Kelola berupaya mendukung kehidupan kesenian Indonesia untuk terus tumbuh.
23
14
lintas
Kelola jl. Cikatomas II No.33, Kebayoran Baru Jakarta 12180 telepon : +62 (0) 21 739 9311 fax : +62 (0) 21 722 1284
[email protected] | www.kelola.or.id
6
adalah media informasi program yang terbit setahun sekali. Hadir untuk mengkomunikasikan berbagai program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kelola dalam kurun waktu satu tahun terakhir. penanggung jawab : Kelola foto-foto : dokumentasi Kelola sampul & desain : CarmentRino - emir hakim design
7
ruang baru
Empowering Women Artists Komitmen Biyan untuk Kesenian Indonesia
Wacana tentang kepemimpinan perempuan melebar seiring makin meluasnya kajian-kajian sosial pada tingkatan yang lebih praktis dalam kehidupan masyarakat. Khusus dalam seni pertunjukan, Kelola mendapatkan data bahwa perempuan yang memegang peranan penting seperti koreografer, komponis maupun sutradara hanyalah 25% dari penerima program kompetitif Hibah Seni Kelola. Dukungan pada seniman perempuan untuk berkarya melalui program Empowering Women Artists (EWA) sengaja diberikan selama 3 tahun berturut-turut, mulai tahun 2007, supaya mereka semakin terpacu untuk berkarya secara berkelanjutan.
Merayakan 25 Tahun Berkarya Biyan Wanaatmadja, melalui acara pergelaran koleksi 2008/2009-nya sekaligus merayakan 25 tahun berkarya sebagai perancang busana, ia berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan kesenian Indonesia melalui Kelola. Biyan melihat potensi para seniman Indonesia yang masih sangat membutuhkan kesempatan belajar dan pengalaman mengasah keterampilannya. Untuk itu, selama 3 tahun berturutturut, melalui pergelaran tahunannya, Biyan mendedikasikan hibah seni bagi seniman perempuan. Dengan kepedulian dan bantuan pendanaan Biyan Wanaatmadja, Kelola dan para seniman peraih Empowering Women Artists sangat terbantu sekaligus mengucapkan terima kasih atas dukungan dalam hal pengembangan kesenian Indonesia, khususnya seniman perempuan.
pergelaran busana, koleksi biyan
Karya peraih Empowering Women Artists, Hartati dan peraih Hibah Seni Kelola, kelompok musik Metadomus turut memeriahkan pergelaran busana Biyan, yang mewakili kreativitas ribuan peraih dukungan belajar Kelola di bidang seni tari, musik, teater, seni rupa dan film.
Strategic Planning Sebagai bagian dari pembelajaran organisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan organisasi dalam mengelola dan mengembangkan diri, Kelola merasa sangat perlu untuk melakukan Strategic Planning. Upaya Strategic Planning ini, didukung oleh HIVOS, dilaksanakan berdasarkan suatu kerangka kerja yang berkesinambungan mulai dari penyusunan kelengkapan organisasi, penyusunan rencana strategis, penyusunan struktur organisasi dengan ringkasan pekerjaannya serta penyusunan mekanisme kerja. Kelola melakukan kegiatan ini dalam empat tahapan yang diikuti oleh seluruh staf dan juga melibatkan Pengurusnya, didampingi oleh fasilitator dari Lembaga Manajemen PPM: L.H. Pranoto dan Iwan Tjardiwan pada 7 Januari hingga 8 April 2008.
8
stategic planning, lembaga manajemen ppm
Pada akhir periode program tahun 2007 dilakukan proses evaluasi yang menghasilkan poin-poin rekomendasi yang dijadikan sebagai titik pijak program tahun 2008 ini yaitu pendanaan, pendampingan dan residensi. Khusus untuk hal pendanaan dimaksudkan agar seniman penerima EWA fokus dalam mengerjakan karya dengan menggunakan dana yang diberikan oleh Kelola disesuaikan dengan besar atau kecilnya produksinya. Pendampingan diharapkan dapat membantu seniman dalam penggalian ide, pengembangan karya dan pendamping menjadi teman diskusi selama proses produksi dengan tujuan karya yang dihasilkan menjadi lebih baik. Sementara fasilitas residensi diharapkan dapat membantu seniman untuk memperluas wawasannya dengan bertemu dengan banyak orang agar menjadi lebih terbuka dan mendapat referensi untuk memperkaya konsep karya. Secara keseluruhan, fasilitas yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan karya yang dihasilkan, menjadi seniman lebih berpengalaman, sadar gender, berwawasan luas dan terus berkarya. Konsekuensi lain dari dilaksanakannya rekomendasi hasil evaluasi adalah ditiadakannya program kunjungan pra pertunjukan. Pada tahun 2007, tim pendamping melakukan kunjungan untuk menonton latihan dan melakukan diskusi dengan tim sebelum pertunjukan dimulai. Tahun ini program tersebut ditiadakan karena metode pendampingan yang ditetapkan tidak lagi melihat adanya kebutuhan kegiatan tersebut tetap berlangsung. Monitoring perkembangan proses kreatif dilakukan dengan perbincangan informal antara pengelola program dan tim pendamping dengan para seniman.
mala jiwa, shinta febriany
Berkaitan dengan metode pendampingan yang digunakan pada tahun kedua program, dan mengingat program ini terutama memberi kesempatan pada seniman terpilih untuk belajar dan mengembangkan potensinya sebagai seniman, maka proses menjadi lebih penting ketimbang presentasi pertunjukan. Rekomendasi untuk pendampingan tersebut diberikan kepada ketiga peraih dukungan Empowering Women Artists: Hartati, Shinta Febriany dan Tya Setyawati. Anggota Tim Pendamping pada tahun 2008 mengalami sedikit perubahan yaitu; Mella Jaarsma (perupa, Rumah Seni Cemeti), Myra Diarsi (aktivis perempuan), Yudi Ahmad Tajudin (sutradara Teater Garasi) dan Ags. Arya Dipayana (sutradara Teater Tetas). Hasil yang didapat dalam 2 tahun ini tidak seragam. Ada karya yang bisa dikatakan lebih baik dari karya di tahun pertama, namun ada yang mengalami penurunan di tahun kedua. Di sisi lain, mereka mulai memiliki perencanaan atas kerangka kerja produksinya dan mulai memahami kebutuhan – kebutuhan yang timbul dalam proses produksi. Selebihnya mereka juga lebih mengenal karakter tim pendukungnya, sehingga timnya menjadi lebih kompak. Hal eksternal lain yang selama ini jauh dari jangkauan pun mulai mereka perhitungkan, yaitu kebutuhan akan dokumentasi yang baik dan mempublikasi karyanya secara terencana. Dari beberapa kekurangan dan keberhasilan ini, Kelola mendapatkan masukan untuk lebih aktif dalam menjalin komunikasi antara seniman, pendamping dan Kelola sendiri.
9
ruang baru
Hartati, Koreografer, Jakarta
tsunami-tsunami, tya setiawati
Judul Karya : Cinta ‘Kita’. Koreografer : Hartati. Pentas di Teater Luwes, 17 dan 18 Oktober 2008. Karya tari tahun kedua Hartati sebagai peraih Empowering Women Artist berjudul Cinta ‘Kita’ ini menerapkan metode eksplorasi gerak. “Saya memilih jenis gerak keseharian yang dilakukan semua orang dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap perempuan yang akrab dipanggil Uni Tati oleh rekan-rekannya. Gerak yang ia maksudkan adalah menggaruk, menepis, mengusap, meniup, menjumput dan menadahkan tangan. Berangkat dari hal itu ia kemudian mengembangkannya menjadi rangkaian yang sesuai kebutuhan tema yang diangkat. Pemilihan tema gerak juga mewakili ungkapan lisan atau kata cinta yang sangat sulit didefinisikan. Semuanya dirasakan. Pada tahun sebelumnya, Hartati menciptakan karya berjudul Hari Ini dengan tiga repertoar yaitu Kini, Berpikir Positif dan Keridhaan. Ia selalu terkonsentrasi pada tema-tema khas perempuan moderen yang terbelah antara peran-peran tradisionalnya dengan aspirasiaspirasi eksistensial antara lain yang terinformasi oleh dunia profesi.
cinta kita, hartati
Tya Setiawati, Sutradara, Padangpanjang
Shinta Febriany, Sutradara, Makassar
Judul Karya : Tsunami-tsunami. Sutradara : Tya Setiawati. Pentas di Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat, 18 Juli 2008 dan Taman Budaya Provinsi Riau, 24 Juli 2008.
Judul Karya : Mala Jiwa. Sutradara : Shinta Febriany. Pentas di Societet de Harmonie, Makassar 25-26 Juli 2008. Secara tematik, karya teater Mala Jiwa ini berkisah tentang masyarakat yang mengalami depresi. Rangkaian produksi teater ini sudah dimulai sejak pertengahan Maret 2008, Shinta mengadakan lokakarya keaktoran yang bertujuan untuk menemukan jalan keluar atas persoalan klise yaitu ketiadaan aktor teater. Pentas Mala Jiwa juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun pertama, perempuan kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan ini membawakan karya teater yang dibuat tahun 2006, Kisah Tubuh: Yang Terasing dan Semu. Karya ini menguak problematika yang dialami tubuh (fisik dan non fisik) manusia hingga akhirnya manusia dibentuk oleh imaji bukan membentuk imaji. Ungkapan yang lebih tepat lagi, manusia terjebak, dengan kesadaran dan ketidaksadaran, oleh imaji yang hadir dalam kehidupannya.
10
mala jiwa, shinta febriany
Pada program Empowering Women Artists kali ini Tya memilih memainkan naskah Julie Hanson, seorang penulis Australia yang menawarkan naskah terbarunya. Sebelumnya karya ini juga pernah dipentaskan saat Woman Playwright International Conference, November 2006 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Saat itu Shinta Febriany juga ada dalam acara yang sama. Tsunami tsunami merupakan sebuah naskah monolog dengan Lauren sebagai tokohnya, seorang guru asal Australia yang datang ke Aceh untuk menjadi sukarelawan tsunami. Lauren menyaksikan berbagai peristiwa yang terjadi di Aceh pasca tsunami tersebut. Peristiwa yang menjadi catatan harian Lauren.
tsunami-tsunami, tya setiawati
Karya pertamanya yang mendapakan dukungan program Empowering Women Artists adalah Ketika Sel dan Tulang Bekerja. Naskah ini menceritakan ketimpangan peran gender dalam masyarakat, terutama dalam pembagian kerja. Ia adalah seorang sutradara yang berani mempertanyakan mengapa perempuan harus berperan lebih besar dalam rumah tangga. 11
peraih hibah seni 2008
Tim Seleksi Hibah Seni Kelola Tahun 2008 periode I dan II adalah: Amna S. Kusumo Direktur dan salah satu Pendiri Yayasan Kelola. Dikenal berpengalaman di bidang manajemen seni dan aktivis budaya. Dalam proses seleksi, beliau mewakili Kelola.
Program Hibah Seni Yayasan Kelola merupakan program dukungan dana kompetitif untuk kegiatan seni pertunjukan di Indonesia, yang sudah dimulai sejak tahun 2001. Melalui program ini, Kelola hendak mendorong praktik penyelenggaraan hibah kesenian yang lebih terbuka dan kompetitif bagi setiap seniman atau kelompok kesenian di Indonesia, selain juga ditujukan untuk mengembangkan kemampuan manajemen para Peraih Hibah. Dalam jangka panjang Hibah Seni juga dimaksudkan untuk bisa menjadi model bagi sistem pemberian bantuan dana di Indonesia.
Gunawan Maryanto Penulis, aktor dan sutradara Teater Garasi Yogyakarta. Karya-karya tulisnya berupa prosa dan puisi (dalam bahasa Jawa dan Indonesia) serta kritik seni pertunjukan terpublikasikan antara lain lewat Koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos. Helly Minarti Bekerja sebagai peneliti dan penulis lepas yang mengkhususkan diri pada masalah-masalah seni, kebudayaan, khususnya sejarah dan perkembangan tari. Ia kini sedang menyelesaikan studi S3 nya di Roehampton University, bidang kajian tari.
Laporan Tahunan Hibah Seni disusun setiap akhir tahun oleh koordinator program, yang menjelaskan proses program sejak awal publikasi hingga selesai. Program dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Tahun 2008 ini, jumlah keseluruhan pelamar Hibah Seni Kelola adalah 90 kelompok, sementara yang lolos seleksi 14 pelamar.
Iman Soleh Aktor dan sutradara, sejak tahun 1998 aktif di komunitas Celahcelah Langit Ledeng Bandung, sebuah tempat pertunjukan di ruang terbuka diantara penduduk, didalamnya bergabung senimanseniman yang melakukan penyelenggaraan seni tradisi dan modern, lokakarya juga kajian pertunjukan. Maya Hasan Lulusan jurusan Harp Performance di Willamette University USA ini pernah tergabung dalam The Salem Chambers Orchestra, USA. Saat ini, Ia merupakan pemain harpa yang sangat terkenal di Indonesia dan Ia pun mulai merambah dunia seni teater.
F. Dewi Ria Utari Selain sebagai wartawan budaya dan gaya hidup, ia juga aktif di dunia penulisan kritik tari. Pada Januari-Mei 2007, ia mendapat bantuan dana dari Asian Cultural Council di New York untuk meneliti sistem pengarsipan data seni pertunjukan di Lincoln Center Art Library. Juga pernah mengikuti pertemuan kritik tari Asia dan Eropa dalam International Dance Festival Ireland, Mei 2004. Jabatin Bangun Etnomusikolog dan Dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dengan bidang spesialisasi seni pertunjukan tradisi, dan telah melakukan berbagai penelitian di seluruh wilayah Indonesia. Sekarang beliau menjabat sebagai sekretaris Dewan Kesenian Jakarta periode tahun 2006 – 2009. Malhamang Zamzam Sutradara Bandar Teater Jakarta ini terbilang cukup senior di dunia teater. Aktivitas di luar grupnya pun banyak, seperti tergabung dalam Teater Sae dan Padepokan Bengkel Teater Rendra. Rachman Sabur Ia adalah pendiri Teater Payung Hitam dan telah menyutradarai sekitar 45 lakon, baik karyanya sendiri maupun karya sutradara dalam dan luar negeri. Beberapa karyanya pun telah dipentaskan di luar negeri, salah satunya yang berjudul Merah Bolong Putih Bolong dipentaskan di Australia. ..................................... Untuk melihat terselenggaranya pertunjukan, Kelola mengirim seorang pemantau ke tempat pertunjukan. Tugas pemantau ini memberikan penilaian kritis terhadap pementasan yang mendapat hibah. Penilaian tersebut menjadi bahan evaluasi bagi Kelola dalam memberikan hibah untuk periode berikutnya.
reach the shadow, yayasan gubang dance & music community
12
13
peraih hibah seni 2008
aku malas pulang ke rumah, bengkel mime teater
Karya Inovatif
Hayati karya koreografer : Chendra E Panatan, Jakarta Dipentaskan di Teater Utan Kayu- Jakarta, 18 dan 19 Desember 2008. Pemantau : Seno Joko Suyono
hayati, chendra e. panatan
14
Pentas Tari Hayati ini berhasil menjajaki kerjasama kolaborasi artistik antara koreografer Chendra E Panatan dan komposer grup musik METAdomus, Adrizaldi dan Nasrul Zein. Karya kolaborasi ini menjelajah media gerak yang bukan hanya gerak tari dan media bunyi yang bukan hanya bunyi musik. Penjelajahan artistik ini mampu menemukan materi gerak dan bunyi baru sehingga bisa dikatakan sebagai pencapaian inovatif dalam seni tari dan seni musik Indonesia walaupun karya ini bertolak dari konsep diam dan sunyi. Selain sukses menggandeng METAdomus, Hayati juga mampu menghadirkan penari-penari muda berbakat dari Maniratari, Solo dan Kreativitat Dance Indonesia, Jakarta.
Aku Malas Pulang Ke Rumah karya Bengkel Mime Theater. Yogyakarta Dipentaskan di Gedung Pertunjukan Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 23 dan 24 Mei 2008. Pemantau : Joned Suryatmoko Pentas ini bercerita tentang seorang salesman, Buchori yang merefleksikan susahnya hidup orang marginal di kota. Konflik yang berhasil dibingkai oleh Bengkel Mime dikemas dalam gerak-gerak akting pantomim, setara dengan permainan realis yang digarap secara eksploratif dalam drama konvensional. Untuk itulah, Bengkel Mime sengaja menghadirkan gerak sehari-hari yang tidak banyak mengalami stilisasi. Elemen konseptual realis seperti akting, ruang dan waktu terlihat mendapatkan perhatian khusus sehingga karya yang akhirnya berjudul Malas ini menjadi media bertemunya tubuh dan ruang.
surrounding 2, iwan gunawan
Surrounding 2
Memorabilia
karya Iwan Gunawan, Bandung
karya Melati Suryodarmo, Solo
Dipentaskan di Gedung Kesenian Dewi Asri, STSI Bandung, Jalan Buah Batu No 212, Bandung, 22 November 2008. Pemantau : Argus Firmansyah
Dipentaskan di Taman Budaya Surakarya, Solo, 8 dan 9 Agustus 2008. Pemantau : Mella Jaarsma
Surrounding 2 karya Iwan Gunawan ini ditampilkan kepada publik dengan menggandeng kelompok musik ensembel Bandung, Kyai Fatahillah. Karya ini menyajikan 8 kompisisi musik yaitu: Bubuka, Three Pieces fot Three Piano, Kulu Kulu 2004, Fonem, Kulanter, Ambience, Spektrum, Rhythm dan Whisper. Dua puluh musisi di atas pentas memainkan alat musik tradisional dan alat musik modern. Alat-alat musik yang mendominasi panggung ini ditata sedemikian rupa disertai penataan artistik penggunaan layar yang berfungsi sebagi media memunculan judul komposisi.
memorabilia, melati suryodarmo
Memorabilia menawarkan bentuk baru seni pertunjukan, ia berbeda dengan persepsi pertunjukan dan teater yang telah kita kenal. Memorabilia adalah bentuk seni pementasan yang didasarkan pada jalurjalur tradisi pertunjukan seni dalam lingkup seni rupa, yang menghadirkan tiga pelaku, beberapa media dan obyek visual dalam panggung. Konsep karya Memorabilia mucul dari Melati Suryodarmo dan didukung oleh Djarot Budidarsono dan Fitri Setyaningsih. Memorabilia pun berhasil menarik konsentrasi publik dan memancing penasaran penonton dengan perkembangan dan kejadian dalam waktu tiga jam.
15
peraih hibah seni 2008
Karya Inovatif
pesta boneka, dalam sebuah perjalanan, maria tri sulistyani
Perempuan Gerabah karya sutradara Nandang Aradea, Serang-Banten. Dipentaskan di Taman Kafe Kebun Oregano, Serang, Banten, 25 hingga 27 Agustus 2009. Pemantau : Gola Gong Nandang Aradea menangkap kegelisahan alam yang mana tanah liat dari Kampung Bumi Jaya kini diangkut para pengusaha untuk dibawa ke Bali. Ia melalui Perempuan Gerabah menghadirkan sebuah teater bisu.
perempuan gerabah, nandang aradea
Ia memulai karya dengan destrukturisasi bentuk panggung menyerupai abstrak gerabah dengan panggung hidrolik lingkar berdiameter 3,8 meter. Panggung ini dapat berputar secara motorik seperti halnya tempat pembuatan gerabah sebagai hasil transformatif dari bentuk “mesin” gerabah itu (perabot). Sementara penonton melingkar dan berjarak sangat dekat, sehingga terjalin cukup erat antara aktor di atas panggung dan penontonnya.
bungkusan hati di dalam kulkas, catur nugroho
16
Bungkusan Hati di Dalam Kulkas
Karya Bungkusan Hati di Dalam Kulkas dikolaborasikan dengan musik, tata cahaya dan naskah pertunjukan yang ditulis oleh Joned S sementara karakterkarakter wayang diciptakan oleh Eko Nugroho. Naskah ini mengangkat tentang cerita sederhana yang berbicara tentang konflik di wilayah personal. Sebuah kisah cinta segitiga yang melahirkan kekerasan. Karya ini berangkat dari keinginan untuk menjelajahi kemungkinan yang lain dari wayang, baik dalam hal bentuk maupun cerita. Mereka berhasil menghadirkan tokoh wayang yang sama sekali baru menggantikan wayang klasik. Bahkan, karakter ini bisa dibilang absurd, mereka berkepala awan mendung bahkan juga televisi.
Reach The Shadow
karya Dodong Kodir, Bandung
karya koreografer Hariyansa, Tenggarong, Kalimantan Timur.
Dipentaskan dua kali di Selasar Sunaryo Art Space Bandung, 19 November 2008 Pemantau: Agus Rakasiwi
karya Dalang Ki Catur Kuncoro, Yogyakarta Dipentaskan dua kali di Teater Salihara, 16 Desember 2008. Pemantau: Sigit A. Nugroho.
Harmoni Sampah
harmoni sampah, dodong kodir
Pesta Boneka, Dalam Sebuah Perjalanan karya Maria Tri Sulistyani, Yogyakarta Dipentaskan di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, 3-5 Desember 2008 Pemantau : Bambang Witjaksono Empat anak muda dari 4 negara yang diprakarsai oleh Maria Tri Sulistyani, pendiri dan direktur Papermoon ini merealisasikan Pesta Boneka dalam waktu 9 bulan. Nilai inovatif dari proyek ini adalah sistem kolaborasi yang dalam prosesnya pasti membutuhkan proses adaptasi. Mereka di antaranya adalah Anne Sophie (skenografer, animator berkebangsaan Perancis) dan Carla Pedroza (pemain teater boneka asal Meksiko). Selain itu, totalitas dalam mengemas pertunjukan ini sebagai sebuah pertunjukan dengan merujuk tema perjalanan dengan setting stasiun kereta api lengkap dengan berbagai aktivitas dan orang-orang yang ada di stasiun dihadirkan pula.
Dodong Kodir mengolah barang – barang bekas menjadi alat – alat musik. Kemudian Ia menciptakan beberapa repertoar melalui alat tersebut yang dikumpulkan dan dipentaskan dengan judul Harmoni Sampah. Hasilnya, sepuluh lagu dihantarkannya bersama Lungsuran Daur Contemporary Instrument dengan sempurna dan beragam warna musik jazz, funk, progressive, country, sunda dan salsa. Beberapa repertoarnya bahkan mengundang penonton bergoyang di kursinya masing-masing.
Dipentaskan dua kali di Taman Budaya Samarinda, Kalimantan Timur, 28 – 29 November 2008. Pemantau: Rusli. Yayasan Gubang Dance & Music Community membawakan sebuah karya tari kontemporer. Reach The Shadow adalah hasil kontemplasi kegelisahan batin tentang kondisi kehidupan sosial sekitar sebagai pembuka wawasan penonton yang selama ini hanya menonton tari tradisi. Selain itu Reach The Shadow adalah analisa ungkapan proses hasil kebudayaan yang bermuatan untur filosofi serta nilai yang tergambar dalam bentuk simbolis dengan berakar pada nilai budaya setempat dan dikaryakan oleh manusia itu sendiri dan berorientasi pada lingkungannya.
reach the shadow, hariyansa
17
peraih hibah seni 2008
regenerasi tari topeng mimi rasinah gaya indramayu, sanggar tari topeng mimi rasinah
Pentas Keliling
Kubangan karya Bambang Prihadi, Lab Teater Syahid, Jakarta. Dipentaskan di Academic Center Stain Metro Lampung, 5 November 2008, STSI Padang Panjang, 11 November 2008 dan Balai Kesenian Riau, 14 November 2008. Pemantau: Dodi Firmansyah, Kurniasih Zaitun dan Sesri Engla Sespita. Kubangan yang merupakan ide dari sutradara Bambang Prihadi, berkisah tentang tubuh dan ruang pencitraan yang tercampakkan dan memberontak dari disharmoni antara pikiran dan perasaan. Tubuh muncul, bergetar dalam ruang personal yang menyiksa dan ruang publik yang hampa. Cerita menyoal tentang kubangan yang sinonim dengan situasi mampet, beku, macet, mandul, keterpenjaraan, kebingungan, kekalutan, kepanikan, kekosongan, kesumpekan untuk melawan ketimpangan dan rezim pencitraan.
kubangan, lab teater syahid
18
Pertunjukan pun dikemas dengan panggung, tata musik dan tata cahaya seperti diskotik memberikan nuansa yang baru. “Pementasan ini pun berkesan di antara penggiat – penggiat teater, mahasiswa dan pelajar di Metro sebagai suplemen yang menawarkan banyak ide – ide visual pertunjukkan,” kata Dodi.
Regenerasi Tari Topeng Mimi Rasinah Gaya Indramayu karya Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, Indramayu. Dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, 20 Juni 2008, Taman Budaya Dago Tea House Bandung, 21 Juni 2008 dan Gedung Pertunjukan ISI Yogyakarta, 23 Juni 2008. Pemantau: Helly Minarti, Atang Supriatna dan Sri Qadariatin. Pertunjukan ini dipentaskan di 3 kota dengan menampilkan tari – tarian Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Tumenggung, Topeng Kelana dan Topeng Kelana Udeng. Namun pertunjukan ini tidak menampilkan Mimi Rasinah karena Ia terkena stroke dan digantikan oleh anak dan kedua cucunya. Tetapi di Yogya, Mimi Rasinah memberikan kejutan dengan menarikan tari topeng dengan duduk di kursi rodanya. Hal ini tidak terjadi pada pementasan sebelumnya di kota sebelumnya. Sebagian besar penonton yang terdiri dari pelaku seni (penari, dosen, peneliti) rupanya memiliki ikatan emosional dengan Mimi Rasinah.
el dan awake-ning, solo dance studio
El dan Awake - Ning karya koreografer Eko Supriyanto (Solo Dance Studio), Solo Dipentaskan di Teater Arena Dewi Asri STSI Bandung, 7 November 2008, Museum Ronggowarsito Semarang, 10 November 2008 dan di Gedung Pertunjukan Sawunggaling Surabaya 18 Desember 2008. Pemantau: Yunis Kartika, Khairuddin dan Sandiantoro. Awake – ning, adalah repertoar yang beranjak dari kepedulian Eko terhadap keadaan lingkungannya. Awake- ning yang bermakna ganda baik dari bahasa Inggris awake (bangun, membangunkan) yang mendapat gerund-ing maupun dari bahasa jawa awak (tubuh) yang ning (bersih) dimaksudkannya sebagai upaya untuk kelahiran (kebangkitan) kembali setelah tubuh ini dibersihkan dari segala kotoran dan nafsu. Sedangkan EL merupakan repertoar yang melakukan ekplorasi kreatif dalam kaitannya penemuan gerak melalui aktivitas lompat dan berputar. Ketiga pemantau mengatakan bahwa pertunjukan Solo Dance Studio memiliki beberapa kekurangan yaitu kostum yang terlalu sederhana dan kurangnya penggarapan dalam tata cahaya dan promosi yang masih minimalis. Hal terakhir mengakibatkan pentas karya El dan Awake-Ning tidak banyak diapresiasi penonton.
Tari Liuk Bapilin, Tari Kursi - Kursi, Tari Layang Magat Sari, Tari Kodrat dan Tari Rangguk Bedana karya Sri Purnama Syam, Jambi. Dipentaskan di Taman Budaya Bengkulu, 11 Oktober 2008, Taman Budaya Padang, 14 Oktober 2008 dan Taman Budaya Pekanbaru, 18 Oktober 2008. Pamantau S. Metron dan Harismanto. Untuk menyikapi tantangan dalam era globalisasi tentunya memerlukan kecerdasan, kesadaran, dan kearifan. Menyikapi hal itu maka timbul keinginan untuk menggelar beberapa karya tari baru yang berangkat dari tari tradisi sebagai proses kerja kreatif guna menawarkan sebuah karya tari baru untuk pelestarian seni tari yang bernilai. Hal diataslah yang membuat Sri Purnama mementaskan lima karyanya di tiga kota di Sumatera.
tari liuk bapilia, sri purnama syam
19
hibah cipta Program Hibah Cipta merupakan kerja sama antara Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Kelola yang bertujuan mendorong penciptaan karya seni yang bermutu, unggul dan diprioritaskan bagi karya seni pertunjukan dengan tema perkotaan. Program ini terbuka bagi seniman perorangan atau kelompok di Indonesia yang karyanya sudah teruji dan dilaksanakan secara kompetitif. Pengalaman menjalankan program Hibah Seni selama delapan tahun menyebabkan Dewan Kesenian Jakarta memilih Kelola sebagai mitra yang tepat agar program ini dapat terselenggara dengan baik. Keempat peraih hibah tersebut terpilih melalui seleksi yang dilakukan oleh panelis yang terdiri dari Ade Darmawan, Amna S. Kusumo, Arswendy Nasution, Eric Awuy, Fartishad I. Latjuba, Jabatin Bangun, Nur Zen Hae, Putu Wijaya, dan Renee Sari Wulan. Peraih Hibah Cipta ini diharapkan bisa membidik kehidupan perkotaan di Indonesia dan dunia yang terus bergeliat dengan segala problematikanya. Kemudian, bagaimana seniman seni pertunjukan secara khusus melihat perkembangan kota, memberi penilaian dan memotret persoalan yang terjadi di wilayah perkotaan. Berikut adalah karya-karya mereka yang lolos seleksi dari 47 pelamar.
je.ja.l.an, teater garasi
20
21
peraih hibah cipta 2008 je.ja.l.an, teater garasi
Hibah Cipta
an ordinary day, asep budiman
An Ordinary Day
The Crying Smile
Je.ja.l.an
Ringtone
karya Dario Fo oleh Asep Budiman
karya komposer M. Halim, Solo
karya Teater Garasi, Yogyakarta.
karya koreografer Mugiyono Kasido, Solo
Dipentaskan oleh Behindtheactors Bandung, Bandung. Pentas di CCF Bandung, 30-31 Januari 2008 Pemantau Arthur S. Nalan
Dipentaskan di Teater Arena TBS, 2 April 2008 dan di Teater Utan Kayu, 4 April 2008. Pemantau Suka Hardjana
Dipentaskan 16-17 Mei di Concert Hall, Yogyakarta dan 23 Mei 2008 di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta. Pemantau Nirwan Arsuka
Karya berjudul An Ordinary Day peraih Hibah Cipta ini memberi gambaran masyarakat urban kota besar yang terjebak pada gaya hidup yang hedonis. Gaya hidup dari pengaruh media ICT serta pernak-perniknya yang membuat Julia, tokoh dramatik mampu memberikan penggambaran dengan jitu. Setting yang ditata secara prinsip kolase yang memberi gambaran hiruk pikuknya dunia periklanan, media pembujuk serta pertelevisian digambarkan dengan setting simultan yang mulai membuat penonton penasaran. Ada hal-hal yang tak biasa dari setting simultan ini.
The Crying Smile atau diterjemahkan menjadi Suara-suara Dari Sudut Kota memilah karyanya dalam enam lagu - lagu kecil linear, pesan teks lirik disampaikan dengan bahasa Minang dan dikemas dalam sebuah permainan tematik bunyi yang terus berlangsung, yaitu permainan bentuk dalam diferensiasi pada pola tabuhan ritme, dinamik, colouratur bunyi dan eksplorasi teknik yang dikembangkan.
Pentas Je.ja.l.an Teater Garasi adalah pentas keberhasilan komposisi. Hampir seluruh unsur utama yang bermain dalam pementasan, dengan bagus dijalin menjadi bangunan pertunjukan yang kompak. Hampir seluruh unsur utama yang bermain dalam pementasan dengan bagus terjalin menjadi bangunan pertunjukan yang kompak. Komposisi Je.ja.l.an bergerak secara progresif dari sebuah keadaan dengan tingkat keacakan yang optimum, yang pada suatu tahapan meledak menjadi sebuah khaos yang diisolir, untuk kemudian dengan bertahap mengendap jadi renungan tentang bangsa. Garasi ingin mengikuti apa yang pernah dikerjakan Cornelius Escher dengan lithografi: mengganggu bahkan menghapus batas antara “realitas” dan “pentas”, antara kehidupan sehari-hari dan karya seni.
the crying smile, m. halim
22
Ini adalah inovasi menarik yang patut dicatat. Keenam lagu - lagu kecil yang masing-masing berdiri sendiri diolah menjadi sumber khasanah budaya rakyat tradisi Minang Dendang Saluang. Keenam lagu itu adalah Obat Pahit, Ciprata Kambing Hitam, Balago sa-Kandang, Becek dan Polisi Tidur, Gedung Angkuh dan Si Kembar Dalam Copy-an. Memang dari hasil pemantauan, ditemukan adanya kesenjangan antara tema dengan kenyataan karya musik (komposisi) yang dipresentasikan dalam bentuk pentas permainan.
Batas-batas memang luluh, dan suasana dalam gedung pertunjukan yang diisi oleh sekitar 200 manusia itu seperti mencangkok dan memindahkan kenyataan di luar gedung; seliweran orang dengan segala soal dan kesibukannya yang umum ditemui di pasar kaget atau pasar senggol, atau di sebuah hajatan rakyat yang tak jarang pestanya meluber hingga ke jalan.
Dipentaskan dua kali di Taman Budaya Surakarta, 28-29 Mei 2008. Pemantau Landung Simatupang dan Anastasia Melati. Pergelaran tari Ringtone terangkai dari 5 bagian yang masing-masing diberi sub-judul tersendiri. Yes dan OK (durasi sekitar 9 menit), Gaya Hidup/Life Style (sekitar 9 menit), Reg Spasi Love (sekitar 9 menit), Ritual HP (lebih-kurang 9 menit), dan Human Error (kira-kira 10 menit). Peralihan bagian ditandai dengan black-out sangat singkat, sekitar 3 detik. Dengan demikian keseluruhan durasi pementasan sekitar 50 menit. Tema perkotaan berhasil muncul dengan jelas, komunikatif, dan dalam suasana yang cukup variatif. Gerak tari dalam pergelaran ini terkesan ringan. Bukan ringan dalam pengertian tak punya bobot yang biasanya dikait-kaitkan dengan adiluhung. Ringan, dalam pengertian komunikatif karena menggunakan bahasa atau idiom yang aktual, tak jauh-jauh dari yang keseharian sehingga mudah diverifikasikan dengan apa yang tampak dalam kehidupan nyata.
ringtone, mugiyono kasido
23
lokakarya
Masih langkanya kesempatan bagi pengelola organisasi dan penggiat seni dan budaya di Indonesia untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan mengelola organisasi mereka sesuai prinsip manajemen menjadi titik tolak diluncurkannya program pelatihan ini. Manajemen Organisasi Budaya adalah sebuah model manajemen yang dirancang khusus untuk diterapkan pada organisasi seni dan budaya. Pendekatan serta konsepnya khas, berbeda dari model manajemen organisasi bisnis. Sepanjang kurun waktu 1999 – 2007, Kelola berkerjasama dengan Lembaga Manajemen PPM telah menyelenggarakan 19 (sembilan belas) lokakarya bertajuk Manajemen Organisasi Budaya dan 7 (tujuh) lokakarya bertajuk Manajemen Proyek Pertunjukan Seni. Kedua jenis lokakarya tersebut telah diikuti oleh 620 orang yang mewakili 319 organisasi seni dan budaya yang berasal dari 26 provinsi di Indonesia. Lokakarya ini telah diselenggarakan di 20 kota. Untuk periode 2008 ini, Kelola kembali bekerjasama dengan Lembaga PPM untuk menyelenggarakan Lokakarya Manajemen Organisasi Budaya pada tanggal 12 – 16 Mei 2008.
lokakarya manajemen organisasi budaya, di lppm - jakarta
Lokakarya Manajemen Organisasi Budaya (MOB) yang ke 20 (dua puluh) kali ini diikuti oleh 15 peserta yang terseleksi dari 44 pelamar.
lokakarya manajemen organisasi budaya, di lppm - jakarta
Peserta Lokakarya MOB 2008 adalah: Imam Tamaim - Banten, Joey Adi Citra Bangun - Jakarta, Devie Triasari - Yogyakarta, Edi Sumardi – Sulawesi Selatan, Budi Laksana - Lampung, Damar Ardi Atmaja Semarang, Martinus Makitulung – Tahuna, Sulawesi Utara, Fenny Yuli Yanti - Jambi, Anton Asmonodento - Yogyakarta, Adriani Al Hidayah - Makassar, Anandiani Jayanti Semarang, David - Lampung, Adinda Miranti - Jember, Dwi Hariningsih - Boyolali, dan Edi Supriyadi - Indramayu.
24
25
magang internasional 2008
Magang Internasional memberi kesempatan kepada pekerja seni Indonesia untuk terlibat dalam pengelolaan lembaga seni internasional. Sejak dimulai pada tahun 2000, jumlah peraih program kompetitif Kelola untuk Magang Internasional mencapai 30 orang. Mereka yang terseleksi adalah yang memiliki pengalaman minimal lima tahun di bidang seni yang digelutinya serta menguasai bahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan. Selama masa magang 3 - 4 bulan, tugas peserta Magang Internasional adalah mengamati bagaimana orang-orang di lembaga seni internasional mengelola isu yang dihadapi, melihat peluang, hingga sampai pada proses pengambilan keputusan. Bagaimana sebuah lembaga kesenian bertaraf internasional itu tumbuh dan berkembang? Jawabannya dapat dilihat pada informasi yang disajikan di berbagai media massa, termasuk di internet. Namun bagaimana lembaga itu mengelola berbagai isu, masalah, tantangan, kesempatan dan mengelola komunitasnya sehingga menjadi lembaga kesenian yang berkualitas? Jawabannya hanya dapat diperoleh melalui keterlibatan seseorang di dalam pengelolaan lembaga tersebut. Peserta Magang Internasional diseleksi oleh tim panelis yang terdiri dari Lulu Ratna, pendiri dan penggiat organisasi berbasis jaringan film pendek Indonesia Boemboe (www.boemboe.org, sejak tahun 2003) yang kini bekerja untuk Europe On Screen (sejak 2007); Ade Darmawan, Direktur dan pendiri Ruang Rupa artists’ initiative (2000) di Jakarta, ia juga merupakan anggota Dewan Kesenian Jakarta sejak 2006 dan juga anggota dewan penasihat Artcollaboratory-Belanda. Panelis dari Kelola diwakili oleh Linda Hoemar Abidin, salah satu pendiri Yayasan Kelola dan menjadi Ketua Pengurus. Ia juga seorang dosen Manajemen Seni di Institut Kesenian Jakarta yang menyelesaikan masternya di bidang Arts Management di Columbia University (New York – Amerika Serikat).
seno joko suyono di lincoln center, new york
26
27
peraih magang internasional
Pelamar Magang Internasional 2008 ada 28 orang, dan 7 pelamar berikut ini adalah yang lolos seleksi;
abdul hakim, footcray arts community & polyglot puppet theatre
Abdul Hakim, Makassar Ia yang juga dikenal dengan nama Aking berkesempatan magang di dua organisasi budaya di Melbourne, Australia, 30 Maret 2008 - 25 Mei 2008 yaitu Footcray Arts Community Center dan Polyglot Puppet Theater. Ia memutuskan untuk berkonsentrasi pada program art life yang diperuntukkan sebagai pendukung para penyandang cacat agar memiliki posisi di dalam masyarakat lewat pengembangan kompetensi seni. “Saya memilih program ini karena unik dan baru bagi saya, apalagi mereka juga respek saat saya menawarkan kerjasama workshop dasar-dasar teater untuk penyandang cacat,” katanya. Aking yang mempunyai latar belakang teater anak-anak merasa sangat bersyukur bisa magang di dua tempat sekaligus. “Karena saya bisa merasakan atmosfer kerja dari dua tempat yang berbeda pula,” ungkapnya.
Johan Didik, Yogyakarta Ia berkesempatan magang di Snuff Puppets Inc, Melbourne, Australia, 20 Oktober 2007 hingga 24 Desember 2007. Keberangkatannya diilhami oleh sangat sedikitnya pekerja seni yang bekerja di bidang manajemen panggung, artistik dan manajemen produksi. Keyakinannya, di Australia terdapat sebuah kelompok teater yang profesional dan sangat terkenal seperti Snuff Puppets Inc yang bisa menjawab keinginannya untuk belajar. “Mereka mempunyai sistem kerja yang baik, sangat fokus dan mempunyai etika kerja yang baik pula. Selain itu, setiap orang juga mempunyai kemampuan individual dalam setiap produksi sehingga kemampuan ini bisa mendorong tercapainya hasil yang baik,” kata Johan Didik dalam laporan Magang Internasional yang ditulisnya sepulang dari Austalia. Ia juga berharap kemampuannya sebagai stage manager akan bertumbuh. Seno Joko Suyono, Jakarta Sebagai jurnalis budaya Majalah TEMPO, Seno Joko Suyono lolos seleksi untuk mengikuti Magang Internasional di Lincoln Center, New York. Ia ingin belajar mengenai perkembangan teater kontemporer di New York. Untuk melengkapi pengetahuannya ia juga mendatangai berbagai museum seni rupa kontemporer dan melakukan observasi apakah seni rupa memberikan dan mempunyai pengaruh pada panggung teater. “Program ini sangat menguntungkan bagi saya. Sebagai penulis, sekembali dari Amerika saya merasa punya otoritas dan lebih percaya diri untuk menulis tentang teater dan seni,” ungkap Seno. Ia juga ingin selain sebagai jurnalis, nantinya akan bekerja sebagai peneliti pertunjukan teater. “Saya juga berharap bisa menghubungkan karya-karya teater Indonesia dengan sebuah teater kecil di New York seperti DUMBO (Down Under Manhattan and Brooklyn Bridge) Art Festival ,” katanya. 28
tri widyastuti setyaningsih, sydney film festival
Tri Widyastuti Setyaningsih, Jakarta Perempuan yang dikenal dengan nama Wiwid Setya peraih kesempatan Magang Internasional ini berkesempatan untuk meningkatkan kemampuannya di bilang film di Sydney Film Festival (SFF) dan Atlab Group. Magang ini berlangsung 17 Maret 2008 hingga 16 Mei 2008. “Saya ingin memperluas, menambah pengetahuan, kemampuan dan pengalaman, untuk itu saya mencoba untuk lebih proaktif untuk mendapatkan dukungan penyandang dana dengan menghadiri pelatihan dan terlibat dalam produksi film sekaligus festival berskala internasional,” jelasnya. Sebelumnya ia telah sembilan tahun bekerja di bidang film seperti di Alenia Pictures, PT Karya SET Film dan Christine Hakim Film juga mengajar di Institut Kesenian Jakarta jurusan film.
bambang witjaksono, charles darwin university tarlen handayani, brooklyn museum, etsy lab, new museum dan queen museum of art (qma)
Bambang Witjaksono, Yogyakarta Dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Seni Rupa, Bambang Toko atau Bambang Witjaksono mendapatkan kesempatan Magang Internasional di Charles Darwin University, 3 Agustus 2008 hingga 26 September 2008. Ia khusus belajar mengenai printmaking selanjutnya ia mendapatkan ilmu untuk menggores dan lithography. “Saya percaya bahwa kesempatan ini akan mendukung saya untuk menjadi printmaker yang lebih baik,” katanya. Nunuk Ambarwati, Yogyakarta Program Manager Jogja Gallery pun tak ingin ketinggalan kesempatan untuk mengikuti program Magang Internasional. Keterlibatan dan ketertarikannya pada dunia seni rupa mengantarkan Nunuk ke Nomad Art Gallery dan Museum of Northern Territory di Darwin, Australia. Ia menjalani program magang ini selama 4 Agustus hingga 7 September 2008. “Saya mendapatkan banyak kesempatan untuk mengetahui bagaimana pola pergerakan sebuah galeri komersial dan galeri privat. Hal yang membuat saya sangat menghargai pengalaman ini adalah di mana karya-karya printmaking berikut persoalan apresiasi atas tradisi sangat tinggi di sana,” jelasnya. Menurutnya pengalaman ini memberikan inspirasi yang kuat kepada saya akan harapan atas masa depan karya-karya printmaking perupa Indonesia yang tak kalah kualitasnya. Tarlen Handayani, Jakarta Pada saat Tarlen Handayani melamar program Magang Internasional, ia masih tergabung di Common Room Bandung, namun kini memutuskan untuk bergabung di Tobucil & Klabs sebagai Direktur Program. Ia berkesempatan untuk magang di Amerika selama 15 April hingga 15 Agustus 2008. Disana Tarlen banyak melakukan observasi program di Brooklyn Museum, Etsy lab, New Museum dan Queen Museum of Art (QMA). “Sebagai direktur program di Tobucil & Klabs, saya menjalankan serangkaian pembangunan komunitas dengan target latar belakang yang berbeda, dalam konteks ini adalah budaya dan profesi. Saya percaya kami telah melakukan strategi yang baik dalam pengembangan jejaring dan kemudian menjembatani komunikasi antara penonton, anggota komunitas dan programnya. Beberapa pengalaman memperkaya perspektif saya untuk membuat program yang komprehensif, inilah titik tolak saya untuk mengerti tentang permasalahan-permasalahan komunitas,” jelas Tarlen. Untuk itu, selama di Amerika, ia melakukan observasi pada 40 program dan tempat pertunjukan di beberapa kota, yaitu New York, Seattle dan San Fransisco.
nunuk ambarwati, nomad art gallery & museum of northern territory, darwin
29
magang nusantara
Program Magang Nusantara memberi kesempatan kepada pekerja seni atau pelaku seni untuk melihat dan belajar sambil bekerja serta mengembangkan jejaring di suatu organisasi yang profesional dan mempunyai reputasi yang cukup baik. Program tersebut dirintis oleh Kelola pertama kali pada tahun 2000 sebagai proyek-perdana, yang didukung pendanaannya dari Ford Foundation hingga tahun 2006. Untuk keberlanjutan program yang sangat diminati para praktisi seni Indonesia ini, pada tahun 2007, Kelola melakukan penggalangan dana melalui acara “Kelola Benefit Dinner”. Acara makan malam yang diakhiri dengan pementasan salah satu dari peraih Hibah Seni. Kelola sukses mengumpulkan dana untuk pelaksanaan program kompetitif Magang Nusantara. Tahun 2008 ini, Kelola melanjutkan kerjasama yang telah dijalin dengan baik selama 8 tahun sebelumnya dengan 14 Organisasi Tuan Rumah (OTR) di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta sebagai tempat magang yaitu: British Council, Centre Culturel Francais (CCF-Jakarta), Common Room (Bandung), Gedung Kesenian Jakarta, Goethe Institut, Japan Foundation, Kineforum, Teater Utan Kayu, Lembaga Indonesia Prancis (LIP), LPK Tari Natya Lakshita ”Didik Nini Thowok”, Rumah Seni Cemeti, Selasar Soenaryo Art Space (SSAS), Teater Garasi, Teater Koma, dan Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia-JiFFest. Sasaran yang diharapkan dari program magang adalah peserta bisa membagikan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti magang ke komunitas asalnya dan mengembangkan jejaring dengan komunitas yang lebih luas.
Tim seleksi beranggotakan 3 orang yang dipilih langsung oleh Koordinator Program dengan persetujuan Direktur Kelola. Untuk tahun 2008, tim seleksi terdiri dari: Lalu Roisamri Ia berkonsentrasi untuk mempelajari manajemen festival dengan magang di beberapa institusi, salah satunya di Sundance Film Festival, Amerika Serikat. Lalu memiliki pengalaman sebagai reporter, editor, project manajer, cinema coordinator, dan koordinator festival di berbagai festival film. Saat ini, Ia menjabat sebagai Direktur JiFFest. Nelden Djakababa Lulusan S1 Psikologi UI ini sekarang sedang memeprsiapkan tesis S3 – nya di negeri Belanda. Kesibukan lainnya Ia menjadi penulis dan konsultan yang bergerak di bidang seni budaya. Mira Tedja Sarjana teknik dan mantan penari yang memutuskan untuk berkonsentrasi pada manajemen seni pertunjukkan. Pengalaman merancang program-program tari di Balet Sumber Cipta dan Kreativitat Dance Indonesia telah membawanya berkenalan dengan seniman-seniman lintas disiplin. Saat ini merupakan anggota Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta periode 2006 – 2009.
prilia verawati, penerima magang di selasar sunaryo art space
30
31
peraih magang nusantara prilia verawati, penerima magang di selasar sunaryo art space
Peserta magang diberikan tugas untuk mengerjakan hal – hal yang teknis dalam mengoperasikan film yang akan ditayangkan, terlibat dalam kegiatan forum diskusi atau lokakarya dan persiapan sebuah pertunjukan yang diadakan di Lembaga Indonesia Prancis (LIP). Peserta – pun dituntut untuk bekerja dalam satu tim dan dilibatkan dalam rapat persiapan suatu kegiatan. Kebisaan bekerja di LIP yang selalu teliti dan penuh disiplin memberikan gambaran bagi peserta mengenai cara bekerja yang baik.
rostia marhamah, penerima magang di the british council
yuliansyah ariawan, penerima magang di japan foundation
32
Yuliansyah Ariawan-Semarang
magang di The British Council Periode Magang: 5 Mei – 5 Agustus 2008.
magang di Japan Foundation. Periode magang: 14 April - 14 Juli 2008.
Pemilihan the British Council sebagai OTR, karena ia ”tertarik” dengan kata-kata entrepreneur yang mereka sedikit uraikan pada formulir magang 2008, alasan lain karena ia juga ingin terjun ke dalam dunia entrepreneur dimana juga tidak lepas dari dunia kesenian. Di dunia seni rupa ia merasa belum banyak memiliki orang yang bisa menangani para seniman ataupun karya-karyanya untuk bisa berpameran. Ia berharap bisa mendapatkannya di OTR yang dipilihnya.
Ketika ia memulai magang, Japan Foundation sedang banyak acara dan pameran karena mereka tengah memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Jepang dan ia dituntut untuk segera menyesuaikan dengan berbagai kesibukan yang ada. Ariawan diikutkan di hampir setiap kegiatannya, seperti : Cinema Caravan di Universitas Pakuan Bogor, Workshop Kartun “Benny dan Mice” , KITA Project di Yogyakarta (JNM, Rumah Seni Cemeti, LIP, Mess 56 dan Kinoki, Workshop kartun “Benny dan Mice” di Hall JF, Seminar “Antartika”, shooting tentang Budaya Jepang di acara “Aku Perempuan” di GlobalTV dan pemutaran film-film Akira Kurosawa yang berjudul Tujuh Samurai dan Belum Dong!
“Sebagai project Assistant IYCE saya diberikan tugas untuk mengadakan asosiasi gathering, dimana organisasi yang saya hubungi adalah organisasi atau asosiasi yang bisa mendukung acara IYCE Award 2008 ini adalah yang bergerak dibidang Screen, Communication, Fashion, dan Interactive. Motivasi terbesar saya adalah kelak saya memiliki kemampuan untuk memanage perusahan sendiri. Untuk itu saya harus terus belajar dan bertemu dengan orang-orang baru,” ungkapnya.
magang di Lembaga Indonesia Perancis. Periode magang: 14 April - 14 Juli 2008.
Berikut ini adalah 14 orang peraih program kompetitif Magang Nusantara 2008 yang lolos proses seleksi dari 85 orang pelamar.
Rostia Marhamah-Bandung
Deny Handrianata Mahendra-Yogyakarta
theodora agni, penerima magang di common room
Prilia Verawati-Jakarta
Theodora Agni-Yogyakarta
magang di Selasar Sunaryo Art Space.
magang di Common Room
Periode magang: 1 Juli - 29 September 2008.
Periode magang: 1 Mei - 31 Juli 2008.
“Magang ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk bersinggungan langsung dengan seniman muda dan kurator yang terkait dengan program – program SSAS,” ungkap Prilia. Untuk itu, peserta magang nusantara dilibatkan dalam proses pembuatan buku 10 tahun SASS sebagai penyusun dokumentasi, membantu penyelenggaraan pameran dan pelaksanaan puncak acara. Keseluruhan kegiatan selama Magang memberikan gambaran bagi peserta tentang manajemen di dunia seni budaya.
Peserta diberikan tanggung jawab sebagai Program Officer (PO) untuk kegiatan – kegiatan Common Room seperti penyelenggaraan pemeran, konser musik dan festival Helar 2008. Sebagai program officer, peserta terlibat dari perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan. Selain itu, peserta juga membantu dalam urusan surat – menyurat dan notulensi, mengarsip dokumentasi atau kliping kegiatan Common Room dan Komunitas terkait, membuat review kegiatan Common Room dan pendataan koleksi perpustakaan.
deny handrianata mahendra, penerima magang di lembaga indonesia perancis
33
peraih magang nusantara
isa al awwam, peserta magang di lpk natya lakshita
taruna perkasa putra, magang di teater koma
Azwar, Padang
Taruna Perkasa, Jember
Lusyanne Erhid Salla, Makassar
magang di Jiffest Periode magang: 30 Oktober 2008 - 30 Januari 2009.
magang di Teater Koma, Periode magang: 1 November 2008 31 Januari 2009
magang di Centre Culturel Francais Periode magang: 15 Oktober 2008 – 5 Januari 2009
Peserta dilibatkan dalam proses produksi Teater Koma yang berjudul Republik Petruk. Keterlibatannya dimulai dari mempelajari dan membantu penjadwalan latihan, mengatur blocking pemain, mengecek kelengkapan set property dan hand property pementasan. Ia pun diminta membuat catatan atas apa yang didengar maupun dilihat. Hal ini bertujuan agar peserta mengerti dan tidak melupakan apa yang dia dapatkan selama magang di Teater Koma.
Mahasiswa Universitas Hasanudin Makasar, jurusan Sastra Perancis yang juga aktif dalam produksi film pendek dan film dokumenter ini tertarik untuk magang di Centre Culturel Francais, Jakarta. Ia ingin menjadi mitra kerja CCF sebagai salah satu lembaga kegiatan pendidikan bahasa dan budaya Perancis di Indonesia. Selebihnya, ia ingin membuka akses bagi orang-orang yang belajar bahasa Perancis di Makassar agar memperoleh informasi lebih banyak tentang bahasa dan budaya Perancis.
Peserta dilibatkan di JiFFest sebagai Asisten Manajer Program yang bertugas untuk membantu persiapan lokakarya, administrasi dan meng – update database festival film. Setelah festival berakhir, peserta ditugaskan untuk membantu membuat terjemahan teks film – film bahasa asing dan mentranskrip dokumentasi – dokumentasi acara In-Docs selama 1 bulan.
heryandi, peserta magang di gedung kesenian jakarta
Isa Al Awwam, Tidore, Maluku
Heryandi, Yogyakarta
Khoiri Abdilah, Semarang
magang di LPK Natya Lakshita Periode magang: 21 April - 21 Juli 2008.
magang di Gedung Kesenian Jakarta Periode magang: 1 Mei - 31 Juli 2008.
magang di Teater Garasi Periode Magang: 28 April - 26 Juli 2008.
Peserta mendapat kesempatan mempelajari tentang administrasi, pengelolaan sanggar tari dan terlibat dalam penggarapan karya baru serta dapat mengikuti kelas tari di LPK Natya Lakshita (LPKNL). Mereka bahkan melibatkan peserta dalam kegiatan besarnya, yaitu malam gala dinner yang diselenggarakan di Candi Borobudur dan memberikan peluang bagi peserta untuk mengikuti lokakarya-lokakarya tari yang diadakan di Yogyakarta.
Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) memberikan peserta tugas di bagian administrasi, namun tidak menutup kemungkinan untuk terlibat di bagian panggung. Di bagian administrasi, peserta membantu bagian humas dengan mengumpulkan kliping tentang GKJ dari media massa yang bertujuan untuk evaluasi GKJ. Sedangkan di bagian panggung, peserta mendapat kesempatan mempelajari tata panggung, tata cahaya, tata suara dari para teknisi GKJ.
khoiri abdillah, magang di teater garasi
34
azwar, peserta magang di jiffest
Teater Garasi (TG) mewajibkan peserta untuk mengikuti program Aktor Studio Lanjutan untuk menambah referensi tentang keaktoran secara sistematis dan terarah. Kemudian peserta pun dilibatkan untuk aktif menulis tentang pertunjukan – pertunjukan teater yang berlangsung di Yogyakarta dan dimasukkan ke publikasi Skana.
35
peraih magang nusantara
organisasi tuan rumah
Nurlaili, Yogyakarta, magang di Goethe Institute Periode magang: 2 September 29 November 2008.
nurlaili, magang di goethe institute
Magang di Goethe Institut memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempelajari sistem manajemen Goethe Institut. Peserta dilibatkan sebagai penterjemah teks film, pencari data tentang tempat – tempat yang akan digunakan oleh Goethe Institut, serta penanggung jawab pada acara film dan musik sekaligus mewakili Goethe Institut dalam berhubungan dengan pihak – pihak terkait dengan acara budaya. Goethe Institut – pun memberikan fasilitas kursus bahas Jerman gratis bagi peserta. Hal ini ditujukan agar peserta dapat berkomunikasi dengan pihak Goethe Institut maupun seniman atau tamu dari Jerman.
Dina Tri Astuti, Yogyakarta, magang di Kineforum Periode magang: 1 Mei - 31 Juli 2008.
dina tri astuti, magang di kineforum
36
Ada 3 bagian tugas dalam Kineforum, yaitu volunteer, publikasi dan programming/assistant programmer. Peserta dilibatkan dalam ketiga tugas tersebut, namun bekerja di bagian programmer memberikan kesan yang sangat dalam bagi peserta. Dimana peserta dapat belajar banyak karena ikut terlibat dalam riset program, menentukan tema, memilih film hingga mengurus perizinannya.
Albert Yonathan Setiawan, Bandung,
Tahun 2008 terdapat 14 organisasi yang menjadi mitra Kelola sebagai Organisasi Tuan Rumah dalam Program Magang Nusantara.
magang di Rumah Seni Cemeti Periode magang: 15 November 2008 – 4 Februari 2009 Albert yang sehari-hari bekerja di Galeri Soemardja FSRD ITB, pada program magang ini ingin memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman baru dalam hal pengelolaan galeri. Ia berminat pada galeri yang secara aktif menampilkan karya-karya seni rupa kontemporer yang juga memfasilitasi berbagai program lain yang memungkinkan komunikasi dan dialog antar seniman. Ia tertarik memilih Rumah Seni Cemeti dengan harapan dapat memperoleh kesempatan untuk membangun jejaring dengan seniman, pengelola galeri dan kurator.
Centre Culturel Français (CCF)
Jakarta
Lembaga pemerintah di bawah naungan Kementrian Luar Negeri Perancis ini, bertujuan memperkenalkan kebudayaan dan bahasa Perancis, serta menjalin kerja sama dan dialog budaya antara Perancis dan Indonesia. CCF juga menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam bidang sastra, ilmu pengetahuan, seni rupa dan seni pertunjukan. Kesempatan Magang yang ditawarkan adalah di divisi budaya dengan posisi sebagai Asisten Humas atau Asisten Teknis. www.ccfjakarta.or.id
Goethe Institut Goethe-Institut sebuah organisasi nirlaba yang bertugas melestarikan bahasa Jerman dan memacu peningkatan kerjasama budaya secara internasional. Bagian budaya Goethe-Institut berperan memajukan pengetahuan, pemahaman dan apresiasi terhadap kebudayaan Jerman, dengan mengadakan pameran, pertunjukan budaya dan diskusi seni. Bagian ini menerima peserta magang dalam pengorganisasian program-program budaya yang didatangkan dari Jerman ke Jakarta. www.goethe.de/jakarta
JiFFest JiFFest bertujuan untuk ikut terlibat aktif dalam mewujudkan industri film Indonesia yang sehat. Upaya yang dilakukan diantaranya dengan pengenalan dan pemahaman film sebagai bentuk ekspresi kesenian; mensosialisasikan film sebagai media komunikasi yang demokratis dalam kehidupan multikultur Indonesia; mengumpulkan, memelihara dan mempublikasikan berbagai data dan dokumentasi perfilman. Posisi magang yang ditawarkan adalah sebagai Asisten Manajer Festival. www.jiffest.org
Kineforum Salah satu program Komite Film Dewan Kesenian Jakarta ini, merupakan ruang pemutaran film pertama di Jakarta yang menawarkan pemutaran film Indonesia klasik sampai karya pembuat film kontemporer. Di ruang ini, film – film karya pembuat film dunia yang berasal dari arus utama maupun yang eksperimental dapat disaksikan. Semua film ini diputar di layar lebar dengan dukungan tata suara yang sesuai. Kesempatan magang yang ditawarkan adalah sebagai posisi Asisten Program. www.dkj.or.id 37
organisasi tuan rumah
organisasi tuan rumah Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) – Jakarta Sepanjang 15 tahun GFJA yang semula adalah galeri foto jurnalistik pertama kini menjadi institusi terbaik dan teraktif. Mereka mempunyai empat kegiatan utama yaitu pendidikan, pameran fotografi, konservasi foto sekaligus mengembangkan komunitas. GFJA juga sukses menjadi pusat komunitas karena menjadi pionir institusi pengembang kebudayaan yang mendukung pertukaran informasi sekaligus menghasilkan rasa keberpijakan pada sejarah, apresiasi dalam berkreasi dan diskusi kritis tentang fotografi. Sebagian besar alumni bekerja profesional di media besar Indonesia dan internasional. Posisi magang yang ditawarkan adalah sebagai Asisten Project Officer Pameran & Workshop Fotografi.
Teater Koma
Jakarta
Kelompok teater terkemuka pimpinan Nano Riantiarno yang berdiri pada tahun 1977 tetap konsisten berpentas sampai saat ini. Teater Koma menawarkan peluang magang sebagai Stage Manager dengan harapan akan muncul para stage manager yang lebih profesional di Indonesia.
The British Council Bertujuan membangun kemitraan yang setara dengan berbagai pemangku-kepentingan dari kalangan pemerintahan, industri, pendidikan serta media di Indonesia dan Inggris untuk saling berbagi “praktekterbaik” dalam pengembangan ekonomi kreatif. Program British Council bertujuan membantu Indonesia untuk mengidentifikasi potensi ekonomi dan kewirausahaan industri kreatif yang terpusat di di bidang kriya, disain, film, musik, rancangan busana, serta pengembangan jaringan sektor kreatif hingga mancanegara. Magang yang ditawarkan mencakup kegiatan penelitian untuk persiapan proyek Creative Cities 2008-2010 dan proyek-proyek industri kreatif lainnya. www.britishcouncil.org/indonesia
The Japan Foundation Merupakan lembaga nirlaba semi pemerintah Jepang yang khusus bergerak di bidang Pertukaran Seni & Budaya, Pertukaran Intelektual & Pengembangan Studi Jepang serta Pengajaran Bahasa Jepang. Menawarkan magang di bagian budaya untuk membantu melancarkan proses administrasi kegiatan. www.jpf.or.id
Bandung
Saung Angklung Udjo (SAU) - Bandung SAU adalah sanggar kesenian Sunda yang dibangun di atas sebuah landasan dan dedikasi yang tinggi untuk melestarikan kebudayaan dan kesenian Sunda. SAU menjadi tujuan wisata budaya terlengkap karena memiliki arena pertunjukan, pusat kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik bambu khususnya Angklung - kepada masyarakat melalui sarana pendidikan dan pelatihan. SAU didirikan tahun 1958 oleh Udjo Ngalagena dan isterinya, Uum Sumiati. SAU adalah tempat yang tepat untuk menikmati keunikan dominasi bambu. Posisi magang yang ditawarkan adalah untuk membantu divisi Sales & Marketing dan Administrasi Akademi.
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) SSAS adalah Lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pengkajian dan penyelenggaraan aktivitas seni-budaya: seni rupa, sastra, arsitektur, kriya, disain dan seni pertunjukan. Program yang diselenggarakan selalu memberikan penekanan pada pengkajian hubungan antara kegiatan seni rupa dengan masalah-masalah kebudayaan kontemporer secara umum yang dapat diteliti melalui berbagai lintasan disiplin. Posisi magang yang ditawarkan adalah Asisten Kurator. www.selasarsunaryo.com 38
Yogyakarta
Lembaga Indonesia Prancis Yogyakarta (LIP) LIP merupakan lembaga yang berada dibawah naungan Kementrian Luar Negeri Prancis dan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia. Memiliki misi pengajaran bahasa Prancis, pengenalan budaya Prancis dan berperan aktif dalam diskusi intelektual, menjalin kerjasama dengan para pelaku organisasi lokal dibidang perguruan tinggai, budaya, seni, sosial, Ilmiah dan teknologi. Kesempatan magang adalah sebagai Asisten Humas di divisi budaya dengan syarat mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. www.lipjogja.blogspot.com
LPK Tari Natya Lakshita “Didik Nini Thowok” Sanggar tari terkemuka di Indonesia ini kegiatan utamanya adalah pertunjukan tari, kursus tari dan pengelolaan sanggar tari. Diprioritaskan bagi calon pemagang adalah yang memiliki latar belakang tari atau penata tari. Magang yang ditawarkan untuk mempelajari pengelolaan sanggar tari dan administrasi siswa. www.didikninithowok.info
Yayasan Bagong Kussudiardja (YBK) YBK adalah lembaga nirlaba pengelola Padepokan Seni dan menjadi rumah budaya di Yogyakarta. YBK mendorong perkembangan kebudayaan dan pengembangan kreativitas masyarakat Indonesia, serta mewujudkan peran aktif masyarakat untuk terlibat di dalam dunia seni. Caranya dengan menjadikan seni media dialog dan pembelajaran yang merangsang kreativitas melalui presentasi karya seni pertunjukan, memfasilitasi pengembangan daya kerja kreatif, serta merencanakan dan membangun program yang meningkatkan penyertaan aktif masyarakat bersama dengan seni. Posisi magang yang ditawarkan adalah pengelolaan dan penyelenggaraan program.
Teater Garasi Teater Garasi merupakan sebuah komunitas kreatif yagn berupaya mencari bentuk-bentuk pengucapan seni teater yang segar dan membangun dialektiga kritis dengan lingkungannya. Dengan mengambil bentuk sebuah laboratorium, Teater Garasi menyelenggarakan beberapa aktifitas berupa kelas/training, workshop dan pementasan. Menawarkan magang bidang keaktoran. www.teatergarasi.org
39
professional development
temu peserta magang nusantara
Professional Development adalah program Kelola yang tidak melalui tahap seleksi sebagaimana program-program lainnya. Program ini ditujukan khusus untuk membantu seniman dan pekerja seni untuk meningkatkan kapasitasnya. Selain seniman dan pekerja seni dapat mengajukan proposal atas inisiatif sendiri, Kelola juga memungkinkan untuk mengundang mereka untuk mengikuti kegiatan tertentu dan disarankan mengajukan proposal. Kegiatan dapat berlangsung di dalam maupun di luar negeri.
Waktu pelaksanaan Magang Nusantara antar satu peserta dengan peserta yang lainnya berbeda-beda. Alasan inilah yang membuat sulit melakukan pembekalan atau orientasi peserta magang secara menyeluruh. Padahal kegiatan ini diperlukan untuk membekali calon peserta mengenai berbagai hal agar mereka cepat beradaptasi dengan lingkungan baru di Organisasi Tuan Rumah. Untuk menjalin kerja sama serta menambah wawasan peserta magang, Kelola memandang perlu untuk mengadakan pertemuan bagi semua peraih Magang Nusantara.
fenia felicia bakrie, KAMS (seoul)
Usai mengikuti kegiatan, diharapkan penerima professional development berbagi dengan komunitasnya, atau seniman sekaligus pekerja seni lain di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan muncul dampak berantai dari kegiatan yang telah diikuti. Manfaatnya pun dirasakan oleh banyak pihak. Selama tahun 2008, ada 22 orang pelamar professional development dan tiga orang yang diloloskan untuk mendapat bantuan melalui program ini. Selama ini, bentuk dan besarnya bantuan yang diberikan beragam, mulai dari bantuan dana untuk berkarya, biaya departure tax, airport tax, lokakarya, pembayaran honorarium, konsumsi atau asuransi perjalanan.
Penerima professional development; Hanindawan, ia mengajukan proposal Professional Development untuk penyelenggaraan Workshop Artistik Seni Pertunjukan. Workshop ini merupakan workshop teater dengan materi tata rias, manajemen panggung, tata artistik dan tata cahaya. Kegiatan berlangsung 10-12 Juni 2008 di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta. Peserta workshop berjumlah 40 orang terdiri dari pelaku seni pertunjukan (teater) yang tersebar dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Pemateri; Hartoyo dari ISI Solo untuk tata rias, Clink Sugiarto untuk tata panggung, dan Sony Sumarsono untuk tata cahaya.
tiarma sirait, OFA (beijing)
Fenia Felicia Bakrie, ia mendapatkan kesempatan untuk didukung oleh Kelola untuk mengikuti kegiatan Korea Arts Management Service (KAMS) yang berlokasi di Seoul. Program ini sepenuhnya didukung penuh oleh Kementerian Budaya, pariwisata dan Olahraga Korea. Saat itu ia tergabung dalam sebuah program utama KAMS yaitu Cultural Partnership Innitiative (CPI), Mei hingga November 2008. Tiarma Sirait, pemilik Poleng Studio, Bandung diundang ke Beijing untuk ikut serta dalam kegiatan pameran Olympic Fine Arts (OFA) 2008. Kehadirannya di sana adalah sebagai bentuk penghormatan dari panitia OFA atas terpilihnya karya lukis Tiarma yang bertajuk Won’t Ever Be sebagai salah satu karya seni yang ikut dipamerkan. OFA adalah pameran seni yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali yang tempatnya disesuaikan dengan tempat berlangsungnya Olympic Games.
40
orientasi, peserta magang kelola
Pada tanggal 14 – 15 Juli 2008 di Jakarta, Kelola mengadakan pertemuan antar peserta magang, dengan Organisasi Tuan Rumah dan Kelola untuk bisa saling mengenal satu sama lain, bertukar pengalaman tentang program magang, dan memberi gambaran kepada para peserta yang belum memulai kerja magang di Organisasi Tuan Rumah. Merupakan suatu kebanggaan bahwa empat belas praktisi seni muda berbakat yang lolos seleksi tahun ini, dan hadir pada ajang Temu Peserta ini, berkesempatan meningkatkan keterampilan sambil bekerja dan memperluas jejaring selama tiga bulan di lembaga seni terkemuka di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta berkat dukungan para kerabat Kelola melalui acara Benefit Dinner di tahun 2007.
41
inisiatif komunitas kreatif
Terima kasih dari Kelola
Pada Mei hingga Agustus 2008 diluncurkan Inisiatif Komunitas Kreatif, sebuah program percontohan yang unik dengan tujuan memanfaatkan perspektif kebudayaan dalam pemberdayaan masyarakat. Putaran pertama lokakarya pelatihan Komunitas Kreatif diselenggarakan di Jakarta, Solo, Padang dan Kupang. Komunitas kreatif merupakan kolaborasi yang luar biasa antara program PNPM, Bank Dunia dan Kelola dengan dukungan dana dari Japan Social Development Fund.
Semoga kerjasama yang telah terjalin baik dengan para lembaga donor, organisasi kesenian, seniman dan pekerja seni serta para sahabat Kelola dapat terus berlangsung demi keberlanjutan program program Kelola. Kelola terutama mengucapkan terima kasih kepada:
Komunitas Kreatif mengakui bahwa pembangunan sosial dan ekonomi berhubungan erat dengan kebudayaan. Memobilisasi nilai-nilai sosial dan ekonomi, dari kebudayaan dalam berbagai bentuknya yang berbeda-beda, dapat membantu memberdayakan dan memberikan manfaat kepada rakyat miskin atau yang termarjinalkan di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan berpikir asset based thinking, para pelatih dari Inspirit Innovation Circles mengajak peserta untuk mengidentifikasi dan memetakan kekuatan dan aset budaya di kecamatan mereka sekaligus mengembangkan strategi untuk memanfaatkan sumber daya tersebut untuk memenuhi kebutuhan lokal. Kebudayaan bukan hanya berarti kesenian. Kebudayaan dalam penerapannya secara umum dapat mengacu kepada nilai-nilai, perilaku masyarakat dan bagaimana dunia bekerja seperti; praktik-praktik sosial, ritual dan simbolis. Kebudayaan dan kemiskinan dapat dipahami dalam arti yang sangat berbeda. Kemiskinan bukan sekadar terbatasnya penghasilan dan pengeluaran. Bagi orang miskin, keluar dari kemiskinan antara lain membutuhkan visi untuk hidup dan solusi yang kreatit untuk mewujudkan visi tersebut.
lokakarya mengelola organisasi kreatif, jawa tengah
pengembangan seni sulam serta daya kreasinya oleh biyan, sumatera barat
42
Biyan Wanaatmadja HIVOS Japan Social Development Fund & The World Bank The Asian Cultural Council The Asialink Centre The Ford Foundation
yayasan kelola
Pembina Sal Murgiyanto Christine Hakim Amir Sidharta Gregory Churchill
Koordinator Program Meuthia Susanti
Pengawas Saiful Haq Manan
Staf Administrasi Riadhina Juliastuti
Pengurus Linda Hoemar Abidin Amalia Wirjono
Akunting Srie Redjeki Idahawati
Direktur Amna S. Kusumo
Tim IKK 2008
Manajer Administrasi Yuni Trisapto
Manajer Catharina Dwi Hastarini
Koordinator Komunikasi Retno Hemawati
Asisten Manajer Paul A.L
Staf Program Ari Murti Rahayu Pancarini
Pendamping Propinsi Jawa Tengah Tommy K.P Pendamping Propinsi Sumatera Barat Anthony Syamsir Pendamping Propinsi NTT Kabupaten TTS & Kupang Timoteus Dampur Pendamping Propinsi NTT Kab. Sumba Barat Khatarina Rambu Kareri Asisten Kantor Kiman
43
www.kelola.or.id