KELAS ONLINE CREATIVE INSTITUTE #5
Topik
: Advertising: Social Media Advertising
Narasumber : Yudha Yuliardi Moderator
: Nabella Rizki Al Fitri
Waktu
: 06 November 2016
A. Sekilas Tentang Pemateri Pemateri kita dalam kelas online Advertising kali ini merupakan salah satu pegiat media sosial yang sudah banyak pengalaman, muda dan sangat berbakat. Yudha Yuliardi. Yudha Yuliardi, desainer, fotografer, dan jurnalis berbakat, begitu orang-orang melabeli pria asli Pangkur, Ngawi ini. Berkat passion yang dimilikinya, beliau pun dipercaya untuk bergiat di berbagai media ataupun komunitas. Tercatat setidaknya beberapa media yang berbeda. Pecinta Kopi ini punya banyak sekali karya foto, tulisan, dan juga tips dalam mengelola media sosial sebagai bentuk optimalisasi untuk organisasi dan profesional. Salah satunya di Indepth Global Media, Jogjapos.com, Heymuslim.com, www.tuturma.ma. Dengan segundang pengalamannya, pasti beliau punya banyak bekal ilmu advertising yang bisa dibagi dengan kita. Mari belajar bersama!
A. Sesi Materi Kemarin saya ketemu Mas Choi dan Dek Vempi di Jogja. Dari obrolan ngalor ngidul kita akhirnya kita kepikiran bahwa Kampoeng ini perlu untuk melibatkan para warganya dalam aktivitas penyebaran isu-isu dan berbagai campaign yang dibuat. Seperti yang kemarin Mas Choi contohkan di group Kampoeng, misalkan ada satu campaign yang dibikin Kampoeng dan bisa melibatkan warganya untuk men-share melalui socmednya tentu hal ini sangat membantu penyebaran campaign. Ada 173 member group, misalkan masing-masing membagikan campaign apapun itu di satu socmednya sudah ada 173 konten tersebar. Padahal 1 orang bisa jadi punya banyak akun socmed bukan hanya FB, misal, punya Twitter, Path, IG, dll. Demikian juga dengan apa yang telah teman-teman di CI lakukan. Jika selama ini sudah diajarkan bagaimana membuat konten, di materi ini lebih ke bagaimana menyebarkan konten.
Member adalah buzzer. Anggota suatu organisasi adalah buzzer yang, harusnya, juga secara sukarela mau membagi konten aktivitas organisasinya. Ini yang selalu saya bilang kalau diminta berbagi soal beginian di organisasi. Kedua, beberapa tahun terakhir saya banyak terlibat di aktivitas media dan social media mulai dari iseng membuat jogjapos.com, diajak gabung sebagai Co-founder di situs yang setiap hari dikunjungi belasan ribu mamah-mamah muda yang bernama tuturma.ma, menjadi Chief Content Officer di sebuah startup milik PT Pelita Utama Keluarga dan mengerjakan beberapa proyek social media di Indepth Global Cendekia. Semoga beberapa kesibukan ini bisa menjadi alasan, yang hanya seorang saya, berhak menjadi pemateri di pamungkas Creative Institute. Tentu selain alasan belum nemu pembicara. � Jadi...Diskusi kita hari ini akan lebih fokus ke Digital Advertising. Wabilkhusus internet marketing via media sosial. Social media hanyalah alat. Pada mulanya adalah alat sosialisasi, berinteraksi, berbagi antar penggunanya, murni untuk kebutuhan individual. Lalu berkembang untuk kebutuhan bisnis, pelayanan publik dan juga politik. Dalam sebuah survey disebutkan 81% masyarakat percaya apa yang diberitakan oleh rekannya di Facebook, (data Facebook, 2013). Ini menarik, kita jadi bisa menjadi influencer bagi para friends dan follower kita. Lalu seperti apa konten yang menarik? 1. Menimbulkan keriuhan. Pembicaraan intensif tentang sebuah topic akan menarik perhatian & mempengaruhi.(trending topic, hashtag, viral content, ada dimana-mana). Insight: Melihat fenomena demo di Jakarta kemarin dari sudut media sangat banyak yang bisa kita dapatkan terkait rekayasa media. Bermula dari video lalu jadi perang komentar dan meme lalu berujung viral dan pembicaraan dimana-mana puncaknya demo ratusan ribu orang. Dan masih menyisakan hashtag-hastag yang jadi trending topic mulai dari #jakartadamai samapi #jaketpresiden. Menarik. 2. Mempengaruhi Kognisi Menyajikan konten berisi fakta cerdas, analisis, komparasi, link relevan. (trending topic, hashtag, komparasi data, link berita, infografis)
Figure 1 Info grafis yang bisa mencerdaskan audience kita
3. Mempengaruhi Emosi Menyajikan konten menyentuh hati & emosi.(testimonial, gambar & foto dramatis). Ini bukan berarti lebay ya. Ada beberapa foto yang diunggah ke medsos malah berujung hal positif, seperti kemarin ada netizen yang memoto kakek penjual nasi uduk di Jakarta. Jualannya gak laku, sudah malam dan si kakek sampai ketiduran. Habis foto itu disebar besoknya dagangan si kakek laris. Alhamdulillah....
Figure 2 Contoh konten yang mempengaruhi emosi
Figure 3 Dampak Positif Setelah viralnya foto sebelumnya
4. Mengajak terlibat dalam gerakan Berisi ajakan untuk terlibat dalam suatu gerakan. (Open recruitment, Crowd funding, Socmed Ambassador, Voluntary based Movement) Ini bisa dipakai sama KampoengEdukasi
Figure 4 Erix vokalis band pop punk asal Jogja membuat sebuah kelas animasi gratis di Jogja. Awalnya 10 muridnya sekarang jadi 100 kalau gak salah. Dia dapat dana dari mana? YouTubu. Boomb!
Figure 5 Menghimpun dana via socmed untuk membangun masjid di Jepang.
Kitabisa.com ini juga menggunakan FB untuk beriklan. Di Indonesia ada 88 juta pengguna Facbook. Dan menariknya sekarang ada FBAds yang memungkinkan persebaran konten kita lebih luas Kalau teman-teman pernah lihat konten seperti ini di newsfeed FB. Di bawah buka lapak ada tulisan bersponsor/sponsored. Itu artinya kontennta diiklankan. Kita bisa mengiklan di Facebook.
Figure 6 Contoh iklan di Buka Lapak
Dengan iklan ini persebaran konten akan lebih luas karena bisa menjangkau segmentasi yang lebih luas yang tidak like (contohnya) Bukalapak sekalipun.
B. Sesi Tanya Jawab 1. Untuk crowd funding, bagaimanakh cara membedakan "iklan" CF tersebut bukan hoax atau tipu2? Yang diperhatikan soal bikin crowdfunding sih pertama lembaganya, kedua yang jadi perhatian adalah rekeningnya harusnya pakar rekening lembaga. Yang sekarang lagi ngehits kitabisa.com. Nanti tim akan kroscek sebelum dibikin campaignnya. Kemarin Ridwan Kamil bikin campaign bantuan banjir Garut pakai ini. Sehari dapat 200 juta. 2. Kaitannya dengan hashtag, yang bagaimana yang menjadi fokus orang2? Lebih tepatnya akan menjadi fokus para pengguna medsos, kalo menarik, relatif. Hashtag ini muncul pertama di jaman Twitter ya. Pada awalnya sih hashtag itu jadi semacam penanda. Hingga kemudian fungsinya jadi berbeda setelahnya. Menurutku sih hashtag ini pada akhirnya tidak bisa dipisahkan dari konten. Tapi audience pada akhirnya memang lebih suka dengan bahasan hashtag yang unik. Apakah #hastag begini bs direncanakan dl atau itu sifatnya spontan utk menanggapi suatu isu riiil, contoh kita punya gerakan dan ingin mem booming kan salah satu hastag sbg bagian dr gerakan yg direncanakan apa yg perlu diperhatikan biar bs jadi trending topic?
Beberapa kali pengalaman trending topic itu dibuat dengan cara bikin hashtag atau kata tertentu dalam rentang waktu tertentu ditwitkan serentak oleh beberapa (banyak) akun. Jadi janjian gt ya?mmm kalau kampoeng ada 170 member di grup janjian bs trending topic g ya? 3. Terkait ini, dan warung yang jadi rame, bungkus seperti apa yang paling disukai, dibaca, direspek, dishare, apa musti ada kata2 "tolong share,", 1 share 1 nyawa, atau ada yg lbh mengena? Intinya di konten sih kalau kontennya menarik yang share banyak. Dua hari lalu saya bikin campaign yang kebetulan lagi ngehits. Sampai hari ini yang share udah 1000 orange lebih. Sudut foto? Sasaran target konten disertakan? Apa saja mas yang bikin isi konten itu luar biasa itu? Oya, kalau untuk yang sifatnya jualan pakai soft selling lebih menarik. Seperti kalau misalnya jualan obat pelangsing, kalau kontennya soal "beli produk saya" gitu jadi gak menarik jadinya hard selling. Beda kalau misalkan dengan soft selling berupa bikin tulisan tentang bahaya perut buncit dll. 4. Konten yg udah disampaikan mas yudha semuanya sangat menarik, tp menurut mas yudha konten yg paling efisien untuk menarik minat audience dalam waktu yg cukup lama lebih ke konten yg mana ya mas? Sebenarnya ini beda-beda, tergantung produk atau brandnya apa. Tapi apapun itu kalau sudah menyentuh hati susah lepasnya. #mendadakbaper (red: munkin perlu ada juga laporan donasi kali ya, contoh kitabisa.com selalu ada foto/video penyerahan donasi jadi bisa meyakinkan donatur) Nah, ini tadi yang lupa. Pengalaman pakai RZ untuk menyalurkan qurban saya, beberapa waktu setelah qurban saya dikirim foto penyembelihan dan pembagian + 10 kaleng kornet. (red: berarti kuncinya bagaimana kita kreatif yaa, lagi2 seperti yg ditulis mas Yudha di modul CONTENT IS KING) 5. Besok didaerah sya brada da kunjungan dr gubernur..nah itu klo mw rame n bnyak orang tau ttg sini gmna yaa caranya?apa bkin hashtag ja uda ckup.krn sini daerah tambang batu bara yg besar d indonesia tp brita2 yg diinfokan slalu daerah jawa bkn borneo Hashtag aja gak cukup. Oya, untuk beberapa isu yang seperti ini gak cukup hanya modal medsos. Harus ada keseimbangan gerakan antara serangan darat (lapangan ) dan udara (media). Seperti gerakan Bali Tolak Reklamasi dan Tambang Semen di Kendeng. 6. Sekarang khan banyak yg jualan on line..terutama fashion.menurut dek yudha..medsos apa yg paling efektif utk promosi produk fashion?
Plus mau diajari trik2 atau kata2 agar produk kita mampu bersaing dengan produk lain Fashion itu mengutamakan visual ya. Instagram lagi naik daun Mbak. Bisa pakai iklan atau endorsement untuk memperluas pasar. Facebook juga menarik sih. Pakai Fanpage yang bisa iklan Mbak. Banyak tutorial di internet kok.
Figure 7 Hasil survey APJII, IG peringkat 2 medsos yang paling banyak dikunjungi.
(red: munkin utk online bikin konten menarik dan banyak like bisa jadi awalan tapi kalau memang mau besar nanti awalan ini dilanjutkan dg gerakan offline dan onlinenya. Oya satu lagi ajang promosi gerakan change.id yg tanda tangan petisi itu juga oke kalau mau dicoba) 7. Gimana caranya punya banyak follower ( instan) selain nunggu di follow dulu karena mereka tertarik dg akun kita? Manfaat punya banyak follower atau likers itu untuk meningkatkan kepercayaan audience pada akun kita. Minimal orang jadi percaya meskipun palsu. Tapi ini penting untuk awalan, minimal orang percaya. Pun tak akan berpengaruh pada engagement. Karena follower yang banyak itu tak memiliki hubungan dan keinginan untuk folow akun kita. Caranya gimana? Sekarang banyak yang jual kok. Tinggal ganti username sesuai brand kita. 8. Dalam sebuah lembaga atau seperti mas yudha berpengalaman di berbagai pengelolaan media, bagaimana baiknya dalam mengelola sosmed terutama ttg pembagian jobdesknya? contoh ada yg PJ konten dll atau baiknya gimana? Konten dan publishing sendiri kalau timnya banyak. Kalau gak banyak bisa kok bikin + posting. Posting kan gampang.
C. Sesi Closing Statement Trend medsos ini kedepan akan semakin menarik, apapun bidang kehidupan kita kedepan tidak akan dipisahkan dengan media sosial. Semoga kita bisa menggunakan medsos untuk banyak hal kebaikan.