Keindahan Seni
Pendatang Baru
H
ari ini adalah hari pertama Fandi masuk ke kampus. Karena dia baru pulang dari Aussie, setelah tiga tahun menetap dan sekolah disana, bersama dengan keluarganya. Orangtuanya telah mendaftarkannya dikampus terbaik yang ada di Jakarta dan menyiapkan semuanya untuk keperluan Fandi selama dia disana. Walaupun udah terlambat masuk kuliah – karena saat ini kuliah udah berjalan selama tiga bulan – tapi itu gak membuat Fandi kuatir untuk masuk kuliah. Karena, dia udah siap untuk mengejar ketinggalannya dalam semua mata kuliah yang ada. Begitu tiba dikampus, dia mulai mencari kelas Seni. Banyak orang yang ngeliatnya disana, langsung ngerasa senang dan menyukainya. Karena tampangnya itu, bikin banyak cewek jadi naksir. Selain itu, dia juga terlihat ramah dan mudah senyum. Karena kebingungan, dia bertanya pada beberapa orang yang ditemuinya disana. “Sori, aku mau tanya. Ruangan Ka. Prodi Seni dan kelasnya ada dimana, ya?” tanyanya manis banget. Kebetulan saat itu, dia bertanya pada dua orang cewek. Jadi, mereka langsung terkesima ngeliatnya. “Itu… ada disebelah sana. Jalan lurus aja kedepan. Nanti, ada tulisannya ruang Ka. Prodi Seni. Kalau kelasnya, gak jauh dari situ.” ucap yang satunya. “Gampang kok dicari. Kamu disini baru, ya?” tanya yang satunya lagi.
1
Keindahan Seni
Elfriana Margareth
“Iya. Ya, udah. Aku kesana dulu. Makasih, ya.” ucap Fandi, sambil tersenyum. Lalu, dia bergegas pergi. Kedua cewek itupun mengangguk. Mereka bener-bener langsung tertarik ngeliatnya. “Ganteng banget, ya?” “Iya, ya? Kalau aku bisa punya cowok kayak gitu, aku pasti seneng banget. Gak bakalan aku lepas.” “Sama. Aku juga.” pergi.
Lalu, keduanya tertawa bersama sambil berlalu
Gak lama kemudian, Fandi menemukan ruangan itu dan segera bertemu dengan Ka. Prodi (Ketua Program Studi) dari kelas yang Fandi ambil – sekaligus dosen mata kuliah Seni – Bu Ema. Karena sang dosen yang akan membantunya untuk masuk kekelas baru itu. Setelah bertemu, begitu jam kuliah udah dimulai, Bu Ema masuk kekelas duluan. Lalu, memberitahu semua mahasiswanya. Kalau mereka punya temen baru. “Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Semoga kalian menyukainya.” ucap Bu Ema. Lalu, sang dosen mempersilahkan Fandi untuk masuk kedalam kelas. Terlihat banget, kalau mereka antusias dan pengen tau kayak apa mahasiswa baru itu. Gak lama kemudian, Fandi pun masuk. “Sekarang, silahkan perkenalkan diri kamu pada temen-temen kamu.” ucap Bu Ema lagi. “Halo, semua. Nama saya Fandi. Seneng bisa kenal sama kalian.” sapanya, dengan senyuman yang manis. Hampir semua temen disana keliatan seneng. Karena Fandi punya tampang yang enak diliat dan manis banget. Bahkan, mahasiswi cewek pun sampe gak berkedip ngeliatnya. Itu karena, dia ganteng banget. 2
Keindahan Seni “Halo, Fandi.” ucap mereka, balas menyapanya. Fandi seneng dengernya. Karena mereka menyambutnya dengan baik dan hangat. Lalu, sang dosen bicara dulu, sebelum menyuruhnya duduk. “Baiklah, Fandi. Selamat datang dikelas Seni dan selamat belajar. Karena kamu terlambat masuk kuliah selama tiga bulan, semua mata kuliah yang tertinggal itu bisa kamu tanyakan pada temen-temen kamu. Mengerti?” “Iya, Bu. Makasih.” “Oke. Silahkan duduk.” Lalu, Fandi segera menduduki salah satu bangku yang kosong dibagian tengah. Kebetulan, kelas Seni emang gak penuh, kalau dibandingin dengan kelas lainnya. Mahasiswanya cuma ada 19 orang aja dan sekarang, menjadi genap 20 orang karena udah ada Fandi. Dengan dominan cowok. Begitu Fandi duduk, beberapa mahasiswa cowok yang duduk dekat dengannya segera menyapa dan berkenalan dengannya. “Hai, Fan. Kenalin. Nama gue Luis.” “Gue Andre.” “Kalau gue, Toni.” “Seneng bisa kenal sama kalian.” ucap Fandi, sambil tersenyum. Mereka pun balas tersenyum padanya, setelah berjabatan tangan. Walaupun belum semua temen yang mengajaknya berkenalan, tapi Fandi udah cukup seneng. Karena beberapa diantara mereka, mau menyambutnya dengan baik dan ramah.
3
Keindahan Seni
Elfriana Margareth
Kemudian, mata kuliah Seni pun langsung dimulai. Semua mata kuliah yang berhubungan dengan musik, drama dan teater. Fandi sangat cepat menyesuaikan diri. Saat jam istirahat, dia bisa langsung pergi ke luar kelas bersama dengan temen-temennya. Ngobrol dan makan bareng. Disaat itu, temen-temennya yang lain – termasuk cewekcewek dikelasnya – juga udah kenalan dengannya. Tapi ternyata, ada beberapa temen dikelas yang keliatan gak suka padanya. Itu sempet ngebuat Fandi jadi ngerasa gak nyaman. Tapi, dia berusaha untuk menikmatinya. Sambil makan, Fandi ngobrol dengan Luis, Andre, dan Toni, dikantin. Mereka banyak bertanya padanya. Apalagi setelah mereka tau, kalau Fandi baru aja pulang dari Aussie. Luis.
“Jadi, lo sempet tinggal lama di Aussie?” tanya “Iya, tiga tahun. Gue sekolah SMA disana.”
Andre.
“Terus, kenapa lo gak nerusin disana aja?” tanya
“Iya, Fan. Bukannya, lebih enak diluar negeri daripada disini? Lagian, disana elo sama keluarga, kan? Kalau disini, elo sama siapa?” sambung Toni bertanya. “Disana, gue emang sama keluarga. Bahkan, kakak gue juga nerusin kuliah disana. Sedangkan disini, gue sendiri. Tapi gue pikir-pikir, kalau gue tetep disana, gue akan terus tergantung sama orangtua. Makanya, gue mutusin buat kuliah disini. Biar gue bisa belajar mandiri.” “Oh, gitu? Bagus juga sih. Tapi, apa nantinya elo gak kangen sama keluarga lo? Karena mereka disana dan elo disini sendirian.” ucap Luis.
4
Keindahan Seni “Gue pasti bisa. Yah, namanya juga mau belajar mandiri. Jadi, harus bisa.” Temen-temennya pun menghargainya. Karena menurut mereka, itu adalah hal yang baik. Sela-sela dari jam istirahat itu, Fandi berkeliling kampus. Karena dia pengen tau, ada apa aja disana. Dia ditemani oleh Andre. Dia memberitahu hampir keseluruhan tempat di kampus itu. Selain kantin tadi, ada juga Ruang Perpustakaan, Laboratorium, Lapangan Olahraga, Ruang Santai dan Belajar Mahasiswa, Aula, Klinik, sampe halaman belakang kampus. Bahkan, asrama yang disediakan kampus tempat mereka tinggal – yang letaknya gak jauh dari kampus – juga diberitahu. Dalam waktu singkat, Fandi pun bisa langsung mengingatnya. Membuat Andre jadi salut padanya. “Hebat lo, bisa inget semua itu dengan cepet. Sedangkan yang lain aja, perlu waktu beberapa hari buat inget.” ucapnya, memuji. “Ah, ini sih belum seberapa. Kalau dibandingin dengan saat sekolah di Aussie, ruangan dan tempat yang harus diinget, lebih banyak dari ini.” ucap Fandi. “Oh, ya? Pantes, gak heran lo jadi cepet inget. Oya, lo pilih tinggal di asrama atau pulang kerumah?” “Kayaknya, di asrama aja deh. Soalnya, kalau pulang kerumah pun, gak ada siapa-siapa disana. Jadi, mendingan disini aja.” “Pilihan tepat, Fan.” Sepanjang jalan Fandi dan Andre berkeliling, banyak orang yang memperhatikan mereka dan tersenyum. Sepertinya, mereka langsung suka pada Fandi dan penasaran pada cowok itu. Apalagi, karena mereka cewek. Sedangkan Andre, mereka udah mengenalnya.
5
Keindahan Seni
Elfriana Margareth
“Dre, siapa tuh? Kok aku baru liat.” tanya salah seorang cewek dikampus itu. Tapi, mereka beda kelas. “Iya, dia baru disini.” jawab Andre. “Oh, pantesan. Nama kamu siapa?” “Fandi. Aku dikelas Seni, bareng sama Andre.” pujinya.
“Iya. Kalau Andre sih, aku udah tau. Cakep, ya…” “Makasih.” “Dasar.” Andre cemburu.
“Aku Amel dan ini temenku, Lisa. Kita dari kelas Manajemen.” “Oh, seneng bisa kenal sama kalian.” ucapnya ramah, sambil tersenyum manis. “Kita juga seneng. Nanti kalau kita ketemu lagi, jangan lupa nyapa, ya…” “Pasti.” Lalu, kedua cewek itu bergegas pergi dengan senyuman lebar. Kayaknya, mereka seneng banget. Sedangkan Fandi cuma tersenyum aja, karenanya. Sebelum akhirnya mereka kembali kekelas, mereka ketemu dengan salah satu temen kelas mereka, disana. Fandi inget, kalau cowok itu sekelas dengannya. Tapi, cowok itu cuma diem dan berlalu gitu aja. Ngebuat Fandi jadi heran. “Dre, dia bukannya temen sekelas kita juga?” “Iya, Fan.” “Kenapa dia pergi gitu aja? Orangnya cuek, ya? Kayaknya, diantara semua temen dikelas yang udah gue kenal tadi, cuma dia aja yang belum.” 6
Keindahan Seni “Oh, dia emang begitu. Namanya Randi. Nanti juga, elo bakal kenal dia. Apalagi, kita gak cuma sekelas aja. Tapi juga, bakal tinggal bareng. Karena, dia juga diasrama. Itu kalau elo jadi masuk asrama.” “Oh, gitu? Oke.” Lalu, mereka bergegas kembali kekelas. Kemudian, mata kuliah berikutnya pun, segera dimulai. Cowok yang bernama Randi itu, cuek banget. Seolah-olah, dia nganggep gak ada Fandi disana. Begitu jam pulang tiba, Fandi dipanggil oleh Bu Ema ke ruangannya. Ternyata, Bu Ema mau bertanya padanya tentang pilihan untuk tinggal. “Orangtua kamu mendaftarkan kamu disini, untuk kuliah sekaligus tinggal di asrama. Tapi, tetep aja pilihan ada ditangan kamu sendiri. Ibu gak mau maksain kamu untuk tinggal. Karena sebelumnya, pernah ada kejadian. Orangtua ingin anaknya supaya ada di asrama, tapi sang anak memilih untuk pulang kerumah. Jadi, sekarang kamu boleh memilih. Supaya, gak ada rasa terpaksa.” ucap Bu Ema. “Gak, Bu. Saya gak akan milih. Saya ikut keputusan orangtua saya.” jawab Fandi. “Kamu yakin?” “Iya, Bu. Saya udah mutusin, tinggal diasrama aja bareng temen-temen.” “Oke. Kalau Ibu boleh tau, apa alasan kamu untuk kuliah di Jakarta dan tinggal di asrama? Bukankah, keluarga kamu semuanya ada diluar negeri? Dan setahu Ibu, kakak perempuan kamu juga kuliah disana, kan?” “Iya, Bu. Mereka emang diluar negeri. Kakak saya juga kuliah disana, bersama orangtua saya. Tapi, kalau saya tetep ada disana, saya gak akan pernah dewasa dan 7
Keindahan Seni
Elfriana Margareth
mandiri. Makanya, saya putusin untuk kuliah disini aja. Biar bisa belajar mandiri dan gak tergantung sama orangtua terus. Sedangkan pilihan tinggal di asrama, itu jauh lebih baik daripada sendirian dirumah, kan? Walaupun orangtua saya udah nyediain rumah untuk tinggal, tapi disana gak ada siapa-siapa. Paling cuma pembantu aja. Jadi, mendingan saya diasrama. Banyak temen.” “Pilihan yang baik dan alasan yang tepat. Bagus sekali, Fandi. Ibu suka dengernya. Kamu mau belajar mandiri, itu hal yang sangat bagus. Ibu dukung kamu.” “Makasih, Bu.” “Selain itu, melihat hasil nilai kamu selama sekolah di Aussie, semuanya bagus. Sepertinya, kamu anak yang sangat pintar. Karena kamu selalu dapet peringkat pertama dari seluruh kelas disekolah kamu. Kalau kamu bisa ngejar ketinggalan dan dapat nilai terbaik dikelas, Ibu gak akan heran lagi.” “Makasih, Bu. Saya cuma berusaha untuk jadi yang terbaik dan memberikan hal yang baik untuk orangtua, juga keluarga saya. Supaya, mereka bangga sama saya.” “Ibu yakin, kalau mereka udah sangat bangga sama kamu. Karena Ibu juga ikut bangga, punya anak didik yang pintar seperti kamu.” “Sekali lagi, makasih, Bu…” “Ya, udah. Kalau Ibu ngomong lagi, nanti kamu bakal bilang makasih lagi sama Ibu. Padahal, Ibu kan gak kasih apa-apa ke kamu.” Fandi cuma tersenyum, mendengarnya. “Oke. Kalau begitu, malam ini kamu udah bisa langsung masuk asrama. Soal kamar, biar nanti Ibu yang 8
Keindahan Seni akan cek. Kamu gak usah kuatir. Masih ada tempat buat kamu.” “Makasih banyak, Bu.” “Ibu tau, kamu pasti akan bilang begitu.” “Abis, aku mau bilang apa lagi?” “Iya, Ibu tau. Ibu rasa, semua orang bisa langsung menyukai kamu. Karena kamu orang yang menyenangkan. Ibu bener-bener senang punya anak didik seperti kamu. Bahkan orangtua kamu pun, pasti sangat bangga. Tapi, jangan bilang makasih lagi, ya. Kamu simpan aja buat besok. Oke?” “Oke.” Bu Ema dan Fandi pun sama-sama tersenyum. Kemudian, Bu Ema memberitahu aturan yang ada di asrama. Kalau udah masuk asrama, mereka gak bisa keluar-masuk gitu aja. Cuma boleh pulang kerumah, kalau pas akhir pekan aja atau liburan panjang tiba. Selebihnya, mereka harus tetap di asrama. Kalau mau keluar pun, harus liat waktu dan sikonnya. Gak bisa sembarangan. Gak boleh pulang terlambat. Kecuali, ada mata kuliah tambahan dikampus yang membuat telat pulang. “Apa kamu sanggup menjalaninya?” tanya Bu Ema lagi. “Sanggup, Bu.” jawab Fandi, lantang. “Bagus, Fandi. Itu yang mau Ibu denger dari kamu. Oke. Ibu gak perlu ragu atau kuatir sama kamu. Karena kamu pasti bisa cepet nyesuaiin diri di asrama, sama kayak dikelas. Temen-temen kamu disana, juga adalah temen-temen sekelas kamu sendiri. Jadi, kamu gak perlu kuatir. Asal jangan berharap, kalau kamu akan satu asrama dengan yang cewek. Karena, itu gak mungkin.” Bu
9
Keindahan Seni
Elfriana Margareth
Ema mengingatkan sambil tersenyum. Fandi pun kembali tersenyum. “Saya tau kok, Bu.” “Baiklah, Fandi. Kalau gitu, kamu boleh siap-siap.” “Iya, Bu. Makasih.” Sepulang kuliah, Fandi mengambil barang-barangnya yang udah dia taruh dirumah – sebelum dia masuk kuliah – untuk dia bawa buat ditaruh di asrama. Karena dia cuma akan pulang kerumah, disetiap akhir pekan aja. Orang dirumahnya pun udah tau soal itu. Lalu, Fandi bergegas kembali kekampus dengan membawa barang-barangnya tadi, dengan menggunakan mobilnya. Dia menyetir mobil sendiri. Setibanya dikampus, Bu Ema udah menunggunya. Lalu, mereka segera pergi ke asrama kampus. Karena Bu Ema udah menyiapkan tempat buat Fandi, disana. Begitu tiba diasrama, Bu Ema pun memberitahu pihak asrama dan juga semua orang yang ada disana, soal kedatangan Fandi. Mengetahuinya, mereka seneng banget. Karena selain kedatangan temen baru dikelas, mereka juga dapat temen baru diasrama. “Anak-anak, mulai malam ini, Fandi akan ikut tinggal diasrama ini bersama kalian. Semua aturan dan tata cara disini, boleh kalian ajarkan dan beritahu dia. Tapi ingat, semua harus sesuai dengan prosedur. Mengerti?” ucap Bu Ema. “Mengerti, Bu.” ucap mereka semua. “Baiklah, Fandi. Kamu bisa masuk, sekarang. Semoga kamu nyaman disini, ya. Kalau kamu butuh apaapa, bilang aja sama mereka. Pasti, mereka akan membantu kamu.” ucap Bu Ema pada Fandi.
10