perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEGIATAN BERMAIN PERAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK TAMAN KANAK KANAK LUAR BIASA YPALB KARANGANYAR TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh
WAGIYEM NIM. X5.107691
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Maryadi, M.Ag NIP 130906770
Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd NIP 132318024
commitiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
WAGIYEM, NIM. X5.107691. KEGIATAN BERMAIN PERAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN
MOTORIK
ANAK
TAMAN KANAK-KANAK LUAR BIASA YPALB KARANGANYAR TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Agustus 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik anak Taman Kanak-Kanak Luar Biasa Karanganyar tahun 2009 melalui bermain peran. Penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di tempat mengajar, dengan penekanan pada peningkatan praktik dalam proses pembelajaran bermain peran. Subjek penelitian adalah anak TKLB Karanganyar yang berjumlah 4 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik Non Ststistik yaitu dengan Analisis Alir. Hasil penelitian Tindakan Kelas, dapat disimpulkan bahwa dengan Kegiatan Bermain Peran dapat meningkankan Motorik Anak TKLB Karanganyar.
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT WAGIYEM, NIM.X5.107691 ACTIVITIES PLAY A ROLE IN EFFORTS TO ENHANCE MOTORIC DEVELOPMENT IN KINDERGARTEN CHILDREN EXTRAORDINARY KARANGANYAR DISTRICT IN 2009. theses, Surakarta: Teacher Training and Education Facultur. Sebelas Maret University, August 2009. This research aims to improving motor development in kindergarten children extraordinary Karanganyar in 2009 role-playing activities. Research methods used are classroom action research conducted at the place of teachers teaching with an emphasis on improving practice in learning to play a role. Subjects were children who were four TKLB Karanganyar students. Comparative descriptive analysis technique, meaning that an event or event that arise than later described into a single form of assessment data in the form of motor development. Classroom action research can be concluded that with role-playing activities used as a improve motor development in kindergarten children extraordinary Karanganyar.
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripasi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Jumat
Tanggal
: 1 Oktober 2010
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tanggan
Ketua
: Drs. A. Salim Choiri,M.Kes.
..................................
Sekretaris
: Dra. B. Sunarti, M.Pd.
..................................
Anggota I
: Drs. Maryadi, M.Ag.
..................................
Anggota II
: Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd.
..................................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Mencari ilmu itu wajib bagi tiap-tiap orang islam. (Terjemahan HR Ibnu Majah)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulisan persembahan kepada: 1. Orang tua tersayang 2. Suami tercinta 3. Anak tercinta 4. Almamater
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Selesainya skripsi ini banyak kendala dan hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan dan kendala tersebut dapat teratasi dan akhirnya dapat selesai. Untuk penulis mengucapkan banyak trima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd , Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta , yang telah memberi ijin penelitian ini. 2. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa, yang telah memberi ijin penyusunan skripsi. 3. Drs. Maryadi, M.Ag, selaku pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta petunjuk dalam penulisan skripsi. 4. Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd , selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Surakarta,
commit to user vii
Agustus 2009 Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN ABSTRAK HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PEMBAHASAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. PERUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PENELITIAN D. MANFAAT PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. TINJAUAN TENTANG TAMAN KANAK KANAK LUAR BIASA 2. TINJAUAN TENTANG MOTORIK 3. TINJAUAN TENTANG BERMAIN PERAN B. KERANGKA BERFIKIR C. PERUMUSAN HIPOTESIS BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. SETTING PENELITIAN B. SUBJEK PENELITIAN C. DATA DAN SUMBER DATA D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA E. VALIDITAS DATA F. TEKNIK DATA G. INDIKATOR KINERJA H. PROSEDUR PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PELAKSANAAN PENELITIAN B. HASIL PENELITIAN C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kegiatan bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk itu sendiri, yang ditekankan pada cara dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu (Moeslichatoen, 1999:24). Bermain dan perkembangan saling terkait, sehingga lingkungan anak-anak memungkinkan adanya kesempatan untuk bermain bebas. Bermain bisa dalam berbagai bentuk: bermain individu dengan benda, bermain yang tidak berstruktur dan assosiatif dengan anak lain, bermain peran yang lengkap dan interaktif dengan bantuan alat-alat dan bersama anak-anak lain, dan bermain yang lebih terstruktur dalam permainan kelompok jika anak-anak sudah mulai besar. Para ahli setuju bahwa anak-anak harus bermain untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan motoriknya dan belajar mengenai dunia sosial dan tempat anak di dalamnya. Anak-anak Luar biasa mengembangkan kemampuan sosialnya melalui interaksi dengan teman sebayanya. Anak luar biasa belajar mengenai peraturan-peraturan, bagaimana aturan dibuat dan artinya keadilan. Anak belajar bekerja sama dan berbagi. Anak membangun percaya diri dengan menantang diri sendiri, dengan berinteraksi dengan anak-anak lain dan dengan menguasai tantangan-tantangan pribadi, fisik, intelektual dan sosial. Para pengajar sekolah Taman Kanak-kanak Luar Biasa yang berpusat pada pendidikan anak mendukung kegiatan bermain, baik di lingkungan dalam maupun commit to user di luar kelas yang telah dipersiapkan menjadikannya sebagai pusat kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar. Pada pusat kegiatan ini, metodologi yang menggunakan pengalaman nyata berhubungan langsung dengan minat anak, pemahaman, latar belakang, dan lingkungan yang sesuai dengan kemampuan perkembangan setiap anak, dapat menjadi sebuah laboratorium bagi inisiatif, kreatifitas dan imajinasi anak untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan psikologis anak. Pusat kegiatan mempengaruhi perancangan dan pengaturan kelas. Meskipun demikian, kegiatan-kegiatan tidaklah terbatas pada pusat kegiatan tertentu. Wayang atau boneka, sebagai contoh, bisa saja dibuat di pusat kegiatan seni, tapi dipergunakan di pusat kegiatan balok tempat anak-anak membangun sebuah panggung kecil, atau di pusat bermain drama tempat anak-anak menyusun meja-meja sebagai pengganti panggung. Karena begitu luwesnya penggunaan material dapat dipastikan minat anak-anaklah yang menentukan isi program. Jadwal harian memberikan anak-anak luar biasa waktu dan kesempatan untuk memilih pusat kegiatan mana yang menarik bagi anak. Pada awalnya, anakanak yang belum pernah memiliki kesempatan melihat sedemikian banyaknya peralatan mungkin ingin segera berpindah-pindah dari suatu pusat ke pusat lain. Pada saatnya nanti, anak akan memusatkan diri pada tugas-tugas yang menarik bagi anak di pusat kegiatan yang dipilih. Bermain haruslah berdasarkan kemauan anak sendiri, sehingga anak-anak dapat pindah ke pusat kegiatan yang lain sesuai dengan kecepatan belajar anak Luar biasa. Dengan mengikuti petunjuk dari anak-anak, para orang dewasa memilihkan jenis permainan yang penting bagi kemampuan kognitif dan emosional bagi anak-anak. Stanley Greenspan, seorang psikolog anak yang telah mempelajari kebutuhan emosional anak-anak selama bertahun-tahun, menyarankan “waktu melantai” bagi para guru dan orang tua bersama-sama anakcommit to user anak, (Greenspan, dalam buku Moeslichatoen, 2003:3).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam hal ini dengan duduk di lantai bersama anak-anak, para guru dan orang tua dapat bergabung dengan kegiatan memberi dan menerima, yang memungkinkan untuk memimpin dan mengarahkan anak-anak untuk bermain. Bahan-bahan di pusat kegiatan merangsang dan menantang anak-anak luar biasa dapat mempergunakan semua perasaannya melalui eksperimen, investigasi, dan penemuan, anak-anak menguji gagasan dan memperoleh informasi dengan cara masing-masing anak. Beginilah cara anak mulai membangun kebiasaan untuk mencari dan memecahkan masalah, berfikir secara kritis, membuat pilihan-pilihan dan mengembangkan konsep. Ada sejumlah kegembiraan di pusat pembelajaran begitu anak-anak berinteraksi secara spontan dengan teman sebaya. Saat anak berkomunikasi dengan sesamanya dan dengan orang dewasa, anak mengembangkan kemampuan sosial. Saat anak bermain maka dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halusnya serta koordinasi mata. Bermain merupakan kegiatan yang nonserius dan segalanya ada dalam kegiatan yang dapat memberikan kepuasan bagi anak. Jadi kegiatan bermain dapat dismpulkan dari uraian diatas adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan bersenang-senang dan tanpa beban demi kepuasan hati. Pada masa kanak-kanak luar biasa dalam kegiatan bermain merupakan kegiatan yang utama, setiap hari dan sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan dengan bermain. Semua hal yang dilihat dan dimiliki dianggap sebagai mainan. Tahap bermain merupakan tahap yang harus dilalui anak, hal ini berguna dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembentukan fisik, mental, sosial, emosi anak, dan masih banyak hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan kegiatan bermain ini. Tahap bermain merupakan fase persiapan untuk meningkatkan ke fase perkembangan berikutnya, dalam setiap permainan yang dilakukan, anak akan menemukan kekuatan, keterampilan, minat pemikiran serta perasaannya. Melalui kegiatan bermain bersama anak akan mengembangkan tubuh, otot, gerakan, kemampuan berkomunikasi, berkonsentrasi dan mencoba kreatifitasnya (Moeslichatoen, 2003: 34). Di Taman kanak-kanak Luar Biasa sebagian besar kegiatan dilakukan adalah bermain. Bermain yang dilakukan dalam hal ini untuk belajar, bisa diartikan sebagai bermain sambil belajar. Jadi apapun materi yang akan disampaikan harus dilakukan dengan bermain. Kebanyakan anak normal dapat bermain atas kemauannya sendiri. Mereka mengambil inisiatif untuk bermain sendiri atau bermain bersama oranglain. Mereka tidak perlu didorong-dorong supaya bermain. Beberapa permainan dipelajarinya sendiri dengan melihat cara yang dilakukan orang lain. Lain halnya dengan anak terbelakang. Anak terbelakang, lebih lebih yang berat keterbelakangannya, banyak yang kurang berminat bermain. Kalaupun bermain, mereka lekas lelah, prestasinya pun tidak banyak. Sesungguhnya anak terbelakang itu bermacam-macam. Ada anak terbelakang yang kurang baik penglihatannya, ada yang agak tuli, ada yang sangat lambat reaksinya, atau yang kecil kepalanya. Kelainan-kelainan seperti itu dan beberapa kelainan yang lain sering terdapat pada anak terbelakang. akan tetapi ada pula anak terbelakang mempunyai pertumbuhan jasmani yang baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yang membedakan anak terbelakang dari anak yang normal ialah perkembangan kecerdasannya. Kecerdasan mereka demikian lambatnya sehingga sukar mengikuti pendidikan yang biasa diberikan kepada anak normal. Untuk mencapai prestasi yang sebaik-baiknya, yang sesuai dengan kapasitasnya, mereka membutuhkan pendidikan yang disebut pendidikan luar biasa. Anak terbelakang terdiri dari tiga kelompok, yaitu : a)
Mampu Didik. Anak ini mengalami kesukaran mengikuti hal-hal yang abstrak sehingga mengalami kesukaran pula dalam mengikuti pelajaranpelajaran tertentu,
b)
Mampu Latih. Anak ini lebih berat daripada mereka yang mampu didik. Anak mampu latih bukan hanya tidak mengikuti hal-hal abstrak saja, tetapi juga tidak akan dapat belajar membaca dan menulis. Sampai akan bergantung pada bantuan oranglain,
c)
Perlu rawat. Kelompok ini merupakan yang paling berat di antara semua anak terbelakang. Seumur hidup mereka akan selalu bergantung pada bantuan orang lain, juga dalam hal yang sangat sederhana, seperti menyuapkan makanan, minum dan menghindarkan diri dari panas matahari. Tiap-tiap kelompok anak terbelakang mempunyai cara sendiri-sendiri dalam bermain sesuai tingkat kecerdasannya. Bertolak dari kendala-kendala dan anggapan orang tua, penulis ingin
mengajak kepada masyarakat untuk memahami, mengenali dan menggali bahwa kegiatan bermain pada anak memiliki arti penting yang cukup besar untuk fase perkembangan anak berikutnya khususnya perkembangan motorik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Dengan menerapkan dan
melaksanakan
bermain sambil belajar
di
Taman Kanak-kanak Luar biasa, maka anak-anak akan merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan dan Taman Kanak-kanak merupakan tempat yang mengasikan serta tempat yang tidak membosankan. Tanpa didasari belajar sambil bermain bisa merangsang perkembangan kognitif, motorik, dan social. Pertumbuhan motorik meliputi fisik anak-anak gerakan badan, otot, tangan dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah:” Apakah melalui bermain peran dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak taman kanak kanak luar biasa YPALB Karanganyar?”.
C. Tujuan Penelitian Bahwa dengan kegiatan bermain peran dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak Taman Kanak-kanak Luar Biasa YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis
penelitian
ini bermanfaat untuk masukan dan
menambah wawasan dalam menjawab masalah-masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengupayakan perkembangan motorik anak Taman Kanakkanak Luar Biasa. 2. Manfaat Praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Bagi Anak Untuk
memberikan motivasi
atau dorongan dan semangat
dalam
mengupayakan meningkatkan perkembangan motorik melalui kegiatan bermain peran. b.
Bagi Guru Membantu guru untuk mengaplikasikan berbagai upaya dalam kegiatan bermain peran untuk meningkatkan perkembangan motorik anak Taman Kanak-kanak Luar Biasa.
c. Bagi Sekolah Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak Luar Biasa, karena dengan kegiatan bermain peran sambil belajar dapat menyenangkan sehingga dapat mengupayakan perkembangan kognitif dan motorik anak Taman Kanak-kanak Luar Biasa agar dapat tumbuh dan berkembang secara efektif dan sempurna. Untuk itu bagi semua pihak baik pemerintah, masyarakat, yayasan, dan lembaga yang terkait diharapkan membantu pada Taman Kanak-kanak Luar Biasa pengadaan sarana dan prasarana utamannya alat permainan yang memadai sesuai dengan kebutuhan Taman Kanak-kanak luar biasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Taman Kanak-kanak Luar Biasa Taman Kanak-kanak Luar Biasa merupakan pendidikan anak usia dini atau usia prasekolah. Jadi Taman Kanak-kanak adalah pendidikan usia dini rata-rata umumnya empat sampai enam tahun dan bukan merupakan pendidikan formal, (Wardani, 2003:127). Taman kanak-kanak adalah suatu tempat untuk menyelenggarakan sekolah untuk anak berusia empat sampai enam tahun. Dalam undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan dapat diselenggarakan pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan ketrampilan yang melandasi asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup (Mulyani Sumantri, 2005; 43). Di dalam PP RI No.27 tahun 1990 tentang pendidikan pra sekolah Bab I Pasal 1 Ayat 2 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan taman kanak-kanak (TK) adalah suatu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar.Lebih lanjut dijelaskan bahwa satuan pendidikan prasekolah meliputi taman kanakkanak, kelompok bermain, dan penitipan anak. Taman kanak-kanak terdapat dijalur pendidikan sekolah, sedangkan kelompok bermain dan penitipan anak terdapat dijalur pendidikan luar sekolah (Mulyani Sumantri, 2005: 44). Pembinaan segi pendidikan anak taman kanak-kanak, kelompok bermain, dan penitipan anak menjadi tanggung jawab Mentri pendidikan. Sedangkan usaha pembinaan kesejahteraan anak bagi kelompok bermain dan penitipan anak menjadi tanggungjawab Mentri Sosial. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik dengan sifatsifat alami anak yaitu anak berusia empat sampai enam tahun (Mulyani Sumantri, commit to user 2005: 44).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebanyakan anak normal dapat bermain atas kemauannya sendiri. Mereka mengambil inisiatif untuk bermain sendiri atau bermain bersama oranglain. Mereka tidak perlu didorong-dorong supaya bermain. Beberapa permainan dipelajarinya sendiri dengan melihat cara yang dilakukan orang lain. Lain halnya dengan anak terbelakang. Anak terbelakang, apalagi yang berat keterbelakangannya, banyak yang kurang berminat bermain. Kalaupun bermain, mereka lekas lelah, prestasinya pun tidak banyak. Sesungguhnya anak terbelakang itu bermacam-macam. Ada anak terbelakang yang kurang baik penglihatannya, ada yang agak tuli, ada yang sangat lambat reaksinya, atau yang kecil kepalanya. Kelainan-kelainan seperti itu dan beberapa kelainan yang lain sering terdapat pada anak terbelakang. akan tetapi ada pula anak terbelakang mempunyai pertumbuhan jasmani yang baik. Yang membedakan anak terbelakang dan anak yang normal ialah perkembangan kecerdasannya. Kecerdasan mereka demikian lambatnya sehingga sukar mengikuti pendidikan yang biasa diberikan kepada anak normal. Untuk mencapai prestasi yang sebaik-baiknya, yang sesuai dengan kapasitasnya, mereka membutuhkan pendidikan yang disebut pendidikan luar biasa. Ada tiga kelompok anak terbelakang yaitu : a)
Mampu Didik. Anak ini mengalami kesukaran mengikuti hal-hal yang abstrak sehingga mengalami kesukaran pula dalam mengikuti pelajaranpelajaran tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akan tetapi, sampai batas-batas tertentu mereka masih dapat belajar membaca. Mereka juga dapat belajar berhitung sekedarnya. b)
Mampu Latih. Anak ini lebih berat daripada mereka yang mampu didik. Anak mampu latih bukan hanya tidak mengikuti hal-hal abstrak saja, tetapi juga tidak akan dapat belajar membaca dan menulis. Sampai akan bergantung pada bantuan oranglain. Akan tetapi untuk urusan –urusan yang sederhana, seperti makan, berpakaian, dan beberapa pekerjaan sederhana, mereka masih dapat dilatih.
c)
Perlu rawat. Kelompok ini merupakan yang paling berat di antara semua anak terbelakang. Seumur hidup mereka akan selalu bergantung pada bantuan orang lain, juga dalam hal yang sangat sederhana, seperti menyuapkan makanan, minum dan menghindarkan diri dari panas matahari. Tiap-tiap kelompok anak terbelakang mempunyai cara sendiri-sendiri dalam bermain sesuai tingkat kecerdasannya. Dari uraian tersebut maka pendidikan taman kanak-kanak memiliki tujuan sebagai berikut : 1) Meletakkan dasar kearah perkembangan sikap perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan anak untuk hidup di lingkungan masyarakat. 2) Memberikan bekal kemampuan dasar bagi perkembangan anak. 3) Memberikan bekal untuk mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Searah tujuan tersebut maka taman kanak-kanak sebagai suatu tempat bagi anak untuk mendapatkan kesempatan bimbingan yang terarah pada perkembangan proses sosial anak melalui cara yang sesuai dengan sifat-sifat alami anak yaitu bermain. Oleh karena itu maka pendidikan taman kanak-kanak disediakan peluang bagi anak-anak untuk belajar seraya bermain atau bermain sambil belajar. Bermain adalah sifat yang melekat langsung pada kodrat anak, jika ada anak yang tidak mau bermain , itu menunjukkan adanya kelainan pada diri anak tersebut. 2. Tinjauan Tentang Perkembangan Motorik a. Pengertian Motorik Dalam perkembangan motorik anak menurut Mulyani Sumantri (2005:34) dalam buku psikologi perkembangan anak, unsur-unsur yang menentukan ialah otot, syaraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing perananya secara “interaksi positif “, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sumpurna keadaanya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya. Apa sebenarnya motorik itu. Ada tiga unsur yang memegang peranan, yaitu otot, otak dan saraf. Gerakan-gerakan tubuh yang dimotorik dengan kerjasama antara otot, otak, dan saraf-saraf dinamakan motorik. Jadi yang commitsesuatu to user yang ada hubungannya dengan dimaksud motorik adalah segala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gerakan-gerakan tubuh. Mula-mula bayi dapat menguasai otot-otot bibir, lidah, mata dan sebagainya, kemudian ia menguasai otot-otot leher dan bahunya. Anak yang berusia 3 bulan sudah dapat menggerak-gerakkan kepalanya mencari-cari sumber bunyi, mengikuti benda dengan matanya. Pada saat inilah ada artinya anak diberi alat mainan, misalnya balon berwarna yang digantungkan di atas ayunannya. Anak yang berusia 4 bulan, jika ditelungkupkan, mencoba-coba mengangkat kepalanya walaupun hanya beberapa detik. Selanjutnya ia menguasai lengan, tangan, tungkai dan kakinya. Latihan itu umumnya dicaricari sendiri, dilakukan dengan sukarela dan gembira. Anak yang berusia lima bulan dapat mengerakkan lengannya kearah tertentu, ke salah satu benda yang dilihatnya. Selanjutnya ia menguasai jarijarinya untuk memungut benda-benda yang kecil, dan akhirnya ia akan dapat memegang sesuatu. Ada kemungkinan batas-batas usia yang disebutkan di sini tidak sesuai dengan anak yang sedang diamati, sebab batas-batas usia itu sebenarnya sangat relatif. 1) Ciri-ciri gerakan motorik anak adalah a) Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan untuk maksudmaksud tertentu. b) Gerak yang dilakukan tidak sesuai untuk mengangkat benda. c) Gerak serta perhatikan anak yang bermain-main dengan botol susunya, kelihatan bahwa mulut, leher dan kepalanya turut bergerak semuanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gerakan-gerakan yang berlebihan merupakan ciri-ciri dari motorik yang masih muda. 2) Motorik anak-anak dibandingkan dengan motorik orang dewasa Motorik anak-anak jauh berbeda dengan motorik yang dimiliki orang dewasa. Perbedaan itu dapat kita lihat dalam 3 hal, yaitu : a) Cara memegang Ada perbedaan antara orang dewasa memegang benda/perkakas dengan cara anak memegang perkakas. Pada orang dewasa, perkakas dipegang dengan cara khas agar ia dapat mempergunakannya secara optimal. Sedangkan anak-anak asal memegang saja. b) Cara berjalan Perhatikan orang dewasa berjalan, mereka hanya mempergunakan otot-otot yang perlu saja. Sedangkan anak-anak berjalan seolah-olah tubuhnya ikut bergerak-gerak. c) Cara menyepak Perhatikan anak-anak menyepak bola, kedua belah tangannya mengaju ke depan dengan berlebih-lebihan. Banyak gerakan anak-anak yang kurang jelas tujuanya. Setelah mereka terus melatih motoriknya, di kemudian hari anak akan lebih terampil menguasai otot-ototnya. Semakin bertambah pengalamannya, semakin berkurang ia melakukan gerakan yang tidak jelas tujuanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Beberapa macam motorik Gerakan-gerakan itu tidak sama asal dan rupanya. Ada gerakan yang merupakan akibat dari kemauan, ada gerakan yang terjadi di luar kemauan dan biasanya kurang disadari karena ia berjalan otomatis. Karena banyak gerakan otomatis yang dilakukan anak-anak, agar lebih mudah mengenali gerakan-gerakannya, kita bagi gerakan-gerekan itu kedalam tiga golongan seperti berikut ini. a) Motorik statis Gerakan tubuh sebagai upaya untuk memperoleh keseimbangan, misalnya keserasian gerakan tangan dan kaki pada waktu kita sedang berjalan. b) Motorik ketangkasan Gerakan untuk melaksanakan tindakan yang berwujud ketangkasan dan keterampilan, misalnya gerak melempar, menangkap, dan sebagainya. c) Motorik penguasaan Gerakan untuk mengendalikan otot-otot, roman muka, dan sebagainya. 4) Peran motorik bagi perkembangan kepribadian Setelah
dalam
uraian
di
atas
diutarakan
tentang
jalan
perkembangan motorik, selanjutnya akan diselidiki peranan motorik bagi perkembangan kepribadian anak yang pada umumnya. Ketika anak itu masih bayi, ia belajar mengenal benda-benda yang commit to user dapat dijangkaunya dengan melalui mulutnya. Setelah ia pandai berjalan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
makin luas ruang yang dapat dikuasainya, semakin banyak hal yang harus dikenalnya. Anak berusia dua atau tiga tahun itu tidak puas lagi dengan hanya melihat-lihat atau meraba-raba benda saja. Anak itu makin bertambah kemampuanya. Setiap hari sejak mulai bangun sampai tidur, kelihatanya ia selalu sibuk mengerjakan sesuatu atau melakukan percobaan sehingga orang mengatakan masa ini sebagai masa pencoba. Ia tidak jemu-jemu melakukan percobaan, ia ingin tahu tentang bonekanya yang tertutup matanya jika boneka itu diletakkan, karena itu boneka diselidiki dengan cara mengangkat dan meletakkannya berulang-ulang. Ia ingin tahu tentang bola karet yang lunak rasanya, karena itu bola dilemparkannya berulangulang. Ia harus tahu bahwa ada benda yang mudah disobek-sobek dan sebagainya. Dalam hal-hal diatas motorik memegang peranan yang sangat penting, dengan bantuan motorik yang makin lama makin sempurna, anak itu lebih dapat menyempurnakan kesanggupananya mengenal. Ada anak yang terganggu perkembangan motoriknya. Motorik yang tak baik dapat menimbulkan perasaan kurang harga diri. Misalnya tangan yang selalu dapat menimbulkan perasaan kurang harga diri. Misalnya tangan yang selalu gemetar, kondisi seperti itu membuat ia tidak pandai menulis bagus. Agar perkembangan motorik itu dapat terlaksana dengan baik, ada beberapa anjuran yang bersifat praktis, misalnya memberi kesempatan untuk bermain, bergerak, dan membuat sesuatu dengan alat-alat permainannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Perkembangan Motorik Menurut Mulyani dalam buku psikologi perkembangan anak. perkembangan motorik merupakan proses perkembangan jasmani dan perkembangan rohani sudah dimulai sejak anak di dalam kandungan, biasanya sembilan bulan lamanya. Jadi perkembangan bukan dimulai dari saat lahirnya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan kemampuan itu akan terus bertambah sampai dengan umur 5 tahun. Pertumbuhan otak sangat bergantung pada kondisi kesehatan anak, untuk anak berumur 2 tahun berat badan yang ideal 10 kg, dan anak berumur 3 tahun berat badannya 11,5 kg. pertambahan berat badan itu dipengaruhi oleh keadaan gizi yang terkandung dalam kebutuhan makanan. Perkembangan rohani tak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani. Sungguhpun ada perbedaan antara keduanya, perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi pada seorang bayi. Pada saat lahir yang dapat dilakukan bayi ialah menggerakkan bibir dan lidahnya berupa gerakan menghisap dan meludah. Bila bayi diberi susu, air yang manis, dan sebagainya, ia menghisapisap. Bila diberi air jeruk yang masam, obat yang pahit, ia meludah-ludah mengeluarkan benda yang tidak enak rasanya itu. Pada saat lahirnya, bayi yang satu menunjukkan perbedaan-perbedaan dengan bayi lainnya, perbedaan keadaan tubuh dan perbedaan kesanggupan. Dalam hal keadaan tubuh umpamanya berbeda beratnya, panjangnya, rambutnya, dan sebagainya. Dalam hal kesanggupan umpamanya ia dapat menentang cahaya, dapat menggenggam, menangis untuk menyatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
perasaan
tak
digilib.uns.ac.id
senang,
dan
sebagainya.
Sedangkan
bayi
lain
baru
memperlihatkan kesanggupan semacam itu setelah ia berumur beberapa hari Bayi merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua kebutuhanya harus dipenuhi seperti yang diinginkannya, tetapi ia belum pandai menyatakan keinginan itu. Ia hanya pandai menangis. Bila ibu mendengar bayinya menangis, ibu yang pertama kali mempunyai bayi tentu merasa bingung, tidak mengerti apa yang harus diperbuatnya. 1) Pandangan tentang Masa Vital Prof. Kohnstamm, seorang ilmuan bengsa Belanda, menyebutkan masa ini dengan periode vital. Menurut arti harfiahnya kata “vital” diartikan “penting”. Jadi masa bayi dianggap sebagai masa perkembangan yang sangat penting. Anak mengalami perubahan yang pesat dalam perkembangan jasmani dan rohaninya. Untuk mengimbangi proses perkembangan yang pesat itu ia memerlukan pemenuhan kebutuhan seperti makanan sehat, pakaian yang bersih, perawatan yang teratur, dan sebagainya, sampai ia mencapai usia satu setengah tahun. Sejak ia lahir sampai kemudian berusia satu setengah tahun, ada yang mengatakan sampai usia dua tahun, kebanyakan ahli psikologi cenderung menyebut masa bayi. Khususnya di Negara “berkembang”, kelahiran bayi dianggap masih rawan karena presentase kematian pada saat-saat bayi dilahirkan masih mencapai angka sekitar 8%. Dan karena faktor sosial-ekonomi, pemenuhan kebutuhan akan perkembangan anak kurang mendapat perhatian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagian besar bayi menggunakan waktunya untuk tidur, waktu yang sebagian lagi digunakan untuk menyusui dan menyatakan keinginannya dengan cara menangis. Ternyata cara menangis juga berlainan, ada yang seakan-akan bersemangat, dan ada yang seakan-akan lesu saja. Ketika bayi lahir, dunia ini dimasukinya dengan salam tangis. Kalau ia tidak menangis, dukun, bidan, dokter yang menyambut kelahiranya akan memaksanya menangis. Tafsiran tentang“tangispertama” dibicarakan ilmuwan dalam psikologi perkembangan (Wardani, 2003:98) a) Imanuel Kant Kant mengemukakan pendapatnya secara filosofis. Ia menafsirkan tangis sebagai protes rohaniah manusia terhadap belenggu kepancainderaan yang dideritanya. Dalam hidupnya nanti ia akan tunduk kepada materi dan bergantung pada belas kasihan orang. b) Sigmund Freud Freud dan beberapa ahli psikoanalisis lain menafsirkan tangis itu sebagai suatu pernyataan ingin kembali ke alam embrio, alam yang digambarkan sebagai alam tenang, hangat, memberi rasa aman. Dengan lahirnya ia ke dunia ini, berakhirlah keadaan ideal sebelum itu. Kelahiran itu sendiri sangat mengejutkan dan menimbulkan rasa takut yang dinyatakan dengan menangis. c) Dr. Sis Heyster Heyster adalah seorang ahli kesehatan. Ia menanggapi kedua pendapat tokoh di atas itu sebagai pandangan yang fantastis dan subjektif. Anak yang baru lahir bukanlah otomat yang hanya dapat mengadakan reaksi refleksif. Menurut Heyster, tangis itu adalah tanda bahwa ia akan bereaksi yang disebabkan oleh dorongan yang datang dari dalam diri sendiri. Mengapa bidan atau dokter yang menyambut kelahirannya memaksanya menangis? Bidan, dokter, sebelumnya telah menyiapkan alat-alatnya kalau-kalau bayi yang akan lahir itu tidak menangis, umpamanya alat penyedot lender yang diperkirakan menutupi rongga pernafasan. Setelah bayi menangis, bidan merasa lega, diperkirakan dengan tangis itu paru-parunya segera berfungsi. Dari pendapat-pendapat para ahli, ada kemungkinan bayi itu menangis karena ia mengalami perasaan tak nyaman yang disebabkan commit dari to user oleh peralihan yang tiba-tiba alam kandungan (embrio) ke dunia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dirasakannya sebagai sangat dingin. Ternyata bayi itu akan berhenti menangis setelah ia dibersihkan dengan air hangat, kemudian dibalut dengan kain selimut. Demikianlah kita lihat bahwa tangis yang pertama itu mempunyai arti yang khusus, yaitu menjalankan alat pernafasan. Sesudah tangis yang pertama, kita dengar bayi itu terus menangis di dalam hidupnya. Merasa kurang senang sedikit, ia menangis. Ia suka menangis kalau lapar, haus, merasa sakit, pakaian sesak, merasa kedinginan untuk melahirkan rasa tak senang. Beberapa minggu setelah kelahiran, kedengaranya tangis itu berubah dari yang semula bunyinya serupa saja, sekarang kadangkadang bunyinya meninggi, kadang-kadang merendah, serta terdengar selingan-selingan sedikit. Ada tiga macam tangis : (a) Tangis untuk menyatakan rasa tak nyaman (tak senang). Tangis ini merupakan reaksi terhadap perangsangan yang tak menyenangkan, seperti lapar, haus, pakaian basah, dan sebagainya. (b) Tangis yang tidak disebabkan suatu hal tertentu (perangsangan tertentu) ketika bayi menangis dengan sendirinya tanpa suatu sebab. Tangis ini kita namakan tangis spontan, tangis untuk tujuan latihan pernafasan. (c) Tangis dengan selingan-selingan sedikit. Tangis ini kita namakan tangis manja, untuk maksud minta digendong atau ditimangtimang. 2) Perkembangan penghayatan dan pengamatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penghayatan panca indera dan penghayatan perasaan merupakan suatu kesatuan (totalitas) yang belum terpisah-pisah. Di antara keduanya yang terbanyak ialah perasaan tak suka. Mengenai pendengaranya, ia hanya mereaksi terhadap bunyi-bunyi yang keras seperti ember dijatuhkan, pintu dibanting, setelah itu ia tidur kembali. Indera peraba baru sedikit berkembang, umpamanya merasakan pemakaiannya yang ketat, tekanan kepalanya ke atas tempat tidur, gerakan ke atas atau ke bawah pada saat ia diangkat, sudah dapat dirasakan. Rasa lapar, dingin, celananya kotor, menimbulkan rasa tak nyaman yang membuat ia menangis. Setelah ia dimandikan, dibalut dengan kain, disusukan, kemudian ia tidur kembali. Pengamatan para anak kecil bersifat global. Yang mula-mula dilihat berupa kesan seluruhnya, kesan umum yang kabur. Kesan-kesan seluruhnya yang tampak samar-samar itu dalam bahasa Jerman disebut gestalt, yaitu totalitas yang mengandung arti yang penuh. Orang pertama yang dikenalnya hanya ibu, itupun pada saat-saat ibu menyusukannya. Sambil menyusu diperhatikanya wajah ibu, yang tampak hanya berupa kesan umum yang kabur. Kemudian, setelah berulang kali mengamati wajah-wajah dengan lebih baik, barulah tampak lebih jelas bagian-bagian wajah ibu seperti mata, hidung, mulutnya, dan sebagainya. Gestalt yang kabur itu sekarang mendapat struktur. Demikianlah pengamatan anak itu berkembang dari gelsalt berangsur-angsur menuju ke struktur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Jenis-jenis Keterampilan Motorik Menurut Mulyani Sumantri ( 2005:
61 ) dalam psikologi
perkembangan anak, perkembangan motirik bulan-bulan pertama, bayi hanya bisa mengenal gerakan. Suka benar ia bergerak walaupun secara tidak sadar, ia tak sengaja, dan tidak jelas tujuannya. Anak menggerak-gerakkan tubuhnya tanpa sebab perangsangan yang datang dari luar. Seluruh tubuhnya ikut bergerak, dan banyak di antara gerakan itu yang tidak perlu dilakukan. Agar lebih mudah mengenal bentuk gerakan-gerakan itu dikelompokkan ke dalam tiga bagian sebagai berikut ini, yaitu : 1) Macam-macam gerakan motorik a) Gerakan Instinktif Apa sebenarnya instink itu. Instink adalah kemampuan bertindak tepat, tidak mempergunakan pikiran, diperoleh dari dalam diri untuk memuaskan dorongan itu. Gerak instink yang pertama dimiliki ialah kepandaian mengisap. Ia perlu menyusu dan ia tahu caranya. Tidakkah menyusu itu satu gerakan yang sulit juga? Ada dorongan untuk memuaskan laparnya, instinknya menunjukkan bagian caranya. b) Gerakan refleks Gerakan refleks disebabkan oleh dorongan yang datang dari luar berbentuk perangsang. Perangsang itu menimbulkan reaksi seperti mata berkedip kalau silau, batuk kalau salah telan, muntah kalau merasa pahit, dan sebagainya. Pada orang dewasa, umpamanya, menyentuh jari tangan commit kalau tersentuh to user benda yang panas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reaksi-reaksi itu kita golongkan menjadi 2 bagian: 1) Reaksi yang bersifat positif. Misalnya gerakan untuk menyatakan rasa puas, ia mengisap-isap bila mulutnya tersentuh pada tetek ibunya. 2) Reaksi negatif. Gerakan yang dilakukan untuk menolak perangsang yang tidak menyenangkan, misalnya meludah-ludah kalau merasa pahit. c) Gerakan spontan (impulsif) Pada gerakan spontan, dorongan atau perangsangannya datang dari dalam diri sendiri, mulanya dirasakan sebagai tidak bertujuan, seperti menggoyang-goyangkan kaki yang tergantung, meremas-remas jarijari tangan, ingin menangis, dan sebagainya. 2) Menguasai (merebut) ruangan Semenjak lahir, usaha memperluas ruangan kanak-kanak melalui tahap-tahap yang bersamaan dengan kemajuan dirinya dan datangnya pengaruh-pengaruh dari luar. Yang dimaksud dengan “ruangan” ialah ruang yang dipenuhi atau diisi oleh suatu benda. Dalam usaha menguasai ruang, menurut William stern dalam bukunya Psycologie der Fruhen Kindhiet, 1994, mengemukakan adanya tiga tingkat sebagai berikut: a) Uhrraum, 0;0 s.d 0;6. Dalam usaha menguasai ruangan ini mulut menjadi alat yang utama untuk menyelidiki segala sesuatu. Raum dalam bahasa Jerman artinya ruang. Suatu benda yang ditemukan, ia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bawa ke mulut untuk deperiksa keadaanya. Hal ini seperti dapat membahayakan bagi keselamatan dirinya. b) Nahraum. Nah artinya dekat. Ruangan yang dapat dikuasai masih dekat, meliputi setengah meter dari letak kepalanya. Ia bergerak berbentuk setengah lingkaran dengan kepala sebagai titik pusatnya. Benda-benda yang dapat dicapainya cenderung untuk diraba-raba untuk mengenal sifat-sifatnya. Karena makin jauh ruangan yang termasuk dalam pengamatan, maka bertambahlah pengalamanya. c) Fernraum. Fern artinya jauh. Ruangan yang dapat dikuasai semakin jauh. Ia ingin mencapai benda-benda yang letaknya jauh. Hal ini mendorong untuk belajar merangkak, kemudian menatah walaupun dengan bantuan orang lain. Ia ingin memegang dan menyelidiki segala sesuatu. Mungkin benda itu tidak boleh dipegangnya sehingga ibu atau keluarganya salah terima, ia dianggap menggangu. Atau nakal. Sudah sewajarnyalah ibu-ibu mengetahui bahwa kenakalanya itu bukanlah bersifat atau bermaksud buruk. Bila perkembangan anak mencapai tingkat fernraum ini, maka sangat diperlukan bimbingan ataupun pengawasan yang lebih ketat lagi. 3) Belajar bermain Masa bayi berlangsung lebih kurang satu setengah tahun lamanya. Masa ini penuh dengan latihan-latihan, dan banyak kemajuan yang dapat dicapainya. Dalam kesempatan yang terbatas ini, tentu tidak semua kegiatan dapat kita bicarakan, yang terpenting ialah belajar berjalan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar berbicara. Untuk sementara lebih dahulu kita membicarakan belajar berjalan. Dalam penjelasan tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai dengan keadaan iklim tropis di Indonesia dalam sebuah “Daftar Kemajuan”
Menurut
Mulyani
Sumantri
dalam
buku
Psikologi
Perkembangan (2005 : 67 ) sebagai berikut: Umur 1 bulan. Bayi hanya bisa mengenal gerak. Setelah umurnya bertambah, ia mulai berlatih menggerak-gerakkan tubuhnya. Umur 2 bulan. Ia menggerakkan dan memutar kepalanya dengan susah payah. Umur 3 bulan. Ia belajar membalikkan badanya. Tetapi setelah tertelungkup,
seluruh
badan
dan
mukanya
terbenam
di
atas
pembaringannya. Umur 4 bulan. Pada waktu tertelungkup, ia mencoba mendongakkan kepalanya sedikit walaupun dalam waktu yang singkat sekali. Umur 5 bulan. Setelah mampu menegakkan kepalanya, ia mencoba mengangkat dadanya dengan menopangkan kedua kaki dan tanganya. Umur 6 bulan. Sudah ada keinginannya untuk merangkak. Jika ia sedang menelungkup, kita letakkan sepotong mainan didepannya, ia menggerakgerakkan kaki dan tangannya seolah-olah ia berenang, tetapi hasilnya belum tercapai karena otot-otot belum cukup kuat. Dengan bantuan diangkat sedikit badanya, ia dapat bergerak maju sedikit. Umur 7 bulan. Ia dapat duduk sendiri dan berbaring berbalik-balik. Umur 8 bulan. Ia dibantu belajar berdiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Umur 9 bulan. Ia dapat berdiri sendiri sambil berpegangan pada sisi-sisi meja dan kursi. Umur 10 bulan. Jika otot-ototnya, sudah cukup kuat serta syarafnya cukup matang, ia mulai berlatih merangkak. Umur 11 bulan. Ia melajar “merambat” dengan berpegangan pada perabot rumah tangga. Ayah membuatkan “alat berjalan” dari sepotong kayu pegangan yang ditusukkan mendatar kedalam sepotong bamboo. Bamboo dapat berputar tegak pada sepotong kayu yang dipancangkan lurus ke dalam tanah. Dengan bantuan alat berjalan itu ia dapat berlatih. Umur 12 bulan. Ia mencoba berdiri sendiri. Selanjutnya ia berjalan sendiri dan seterusnya sampai mencapai anak-anak. d. Bermain Peran Dalam Perkembangan Motorik Menurut Soetoto Pancaputro( 2003 : 78 ) anak,
bagi anak - anak yang
dalam buku permainan
tidak normal, permainan itu merupakan
perjalanan sejarah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya buku harian yang disusun oleh orang tua mengenai perkembangan anaknya sendiri. Di dalam catatan itu dikemukakan, mula-mula anak bermain dengan badannya sendiri, seperti dengan tangan dan kakinya sendiri. Kemudian anak-anak bermainmain dengan alat permainanya. Setelah mencapai umur tiga atau empat tahun, ia membutuhkan kawan untuk bermain bersama-sama. Walaupun pada mulanya mereka bermain secara sendiri-sendiri dengan alat permainanya masing-masing, setelah itu mereka akan bermain bersama-sama dengan kedudukan
yang sederajat
( Mulyani Soemantri,2003; commit to user
68).
Dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perkembangan selanjutnya, mereka bermain di bawah pimpinan salah seorang diantara mereka itu sendiri, namun dalam pelaksanaan kegiatan bermain itu, tampaknya mereka tidak akan mengalami kesulitan karena mereka telah mampu menaati pimpinannya. Bila masih ada anggapan orang tua mengatakan “permainan tidak ada gunanya, lebih baik anak-anak dilatih untuk melakukan pekerjaan yang berfaedah”, anggapan itu bertentangan dengan pandangan yang mengatakan bahwa fantasi anak paling banyak berkembang dalam kesempatan bermain
3
Tinjauan Tentang Bermain Peran
a. Pengertian Bermain peran Bermain peran merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang, dari anak-anak hingga orang dewasa, tak terkecuali para penyandang cacat. Pada masa anak-anak, bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya dan cenderung merupakan kebutuhan dasar yang hakiki. Bahkan para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak-anak identik dengan bermain, karena hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain. (Rusli,1997: 81) dalam bukunya psikologi perkembangan, menyatakan bahwa manusia cenderung menjadikan manusia sebagai kebutuhan dasar hakiki oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk bermain. Bermain dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi dan harmonisasi, sehingga seserorang bergairah. Kegairahan dapat commitcenderung to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memudahkan timbulnya inspirasi, sehingga anak-anak dapat mudah melakukkannya, tanpa ada paksaan dan hambatan. Melalui bermain anak-anak mudah mengikuti irama gerak sesuai dengan pola gerakan yang diharapkan. Bermain dapat mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan antusias dan dapat merangsang motivasi anak untuk melakukan kegiatan. (Yudi Hendrayana, 2003 :53 ). Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain (Soetoto Pancaputro, 2003 :82 ) dalam buku Permainan Anak. 1) Motivasi Intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh. 2) Pengaruh positif. Tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk dilakukan. 3) Bukan dikerjakan sambil lalu. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura. 4) Cara/tujuan. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri daripada keluaran yang dihasilkan. 5) Kelenturan. Bermain itu perilaku yang lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika menggunakan kelima kriteria tersebut, maka dapat dikatakan bahwa bila seseorang anak menggunakan mainan hewan-hewanan dengan cara yang lentur tanpa tujuan yang jelas dalam pikiranya, kegiatanya berpura-pura, menyenangkan bagi dirinya sendiri, dan melakukan kegiatan hanya untuk bergiat, maka dapat dikatakan ia sedang bermain. Apa pun batasan yang diberikan tentang pengertian bermain, bermain membawa harapan dan antisipasi
tentang dunia
yang memberikan
kegembiraan, dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah; suatu dunia anak-anak. Malalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak. ”Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak Taman Kanak-kanak. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup” ( Mulyani Soemantri, 2003 :67 ). a) Dengan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar, bermacam cara dan tehnik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya. b) anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur isi, mengukur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) anak dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia, dan sebagainya. d) anak dapat meningkatkan kepekaan emosinya dengan cara mengenakan bermacam
perasaan,
mengenalkan
perubahan
perasaan,
membuat
pertimbangan, menumbuhkan kepercayaan diri. e) dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Permainan merupakan cabang olahraga yang kita gunakan sebagai alat usaha pendidikan. Tiap kali kita menggunakan suatu alat pasti kita mengharapkan kegunaan alat itu dalam usaha kita untuk mencapai tujuan. Orang biasanya mengatakan bermain adalah bergerak sambil bersenangsenang. Dalam pengertian permainan termasuk bergerak, jadi permainan selalu diiringi oleh gerakan. Bukan hanya gerakan jasmani saja, tetapi gerakan (getaran jiwa juga. Para cerdik pandai tidak puas dengan pengertian permainan seperti dikatakan di atas itu. Banyak konsep tentang permainan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikemukakan oleh cerdik pandai, diantaranya dikemukakan oleh : (Mulyani Soemantri,2005; 43). 1) John Dewey, seorang tokoh filosof pendidikan, mengakui pentingnya bermain dalam kehidupan ini, ia berpendapat bahwa bermain adalah suatu pandangan atau suatu sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi. 2) J. Hizinga, dalam bukunya Homo Ludens mengatakan bahwa bermain adalah perbuatan atas kemauan sendiri yang dikerjakan dalam batas-batas tempat dan waktu yang telah ditentukan, diikuti oleh perasaan, sedangkan permainan adalah ke luar dari hidup biasa masuk ke dalam dunia anganangan dan sudah ditentukan aturan-aturannya. 3) Clarance Rainwater, yang mempunyai peranan besar dalam mengenal bermain dalam kehidupan masyarakat Amerika, sadar akan pentingnya bermain (play) sebagai cara dan hidup atau pengalaman hidup yang menyenangkan, dan dilakukan tidak untuk mendapatkan hasil semata-mata dan kegiatan tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya. 4) Josp Lee, sebagai Father of Playgrounds melihat bermain merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perkembangan tiap individu.
5) Lawrence
Jacks,
seorang
pendidik
dan
pengarang
dari
Inggris
mengutarakan, bahwa kepentingan, bermain juga terletak pada sifat atau unsur perangsang terhadap keinginan belajar atau pendidikan.
6) Jay Nas, mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang khususnya tidak ditujukan mencari nafkah, dan dapat digunakan untuk mengisi waktu luang secara kreatif.
7) Buitendyk, tidak mengatakan apa bermain/permainan itu, melainkan hanya menyebutkan prinsip-prinsip apa yang terdapat dalam pengertian permainan yaitu : a) bermain dengan sesuatu barang atau seseorang b) Kemungkinan bermain banyak sekali, tetapi ada batas-batas yang commit to dan userlapangan/tempat. menentukan, yaitu aturan-aturan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Dalam permainan terdapat sesuatu klimaks, mula-mula dari lemah kemudian makin lama makin kuat dan turun menjadi lemah kembali. d) Ada pertukaran antara ketegangan (spanning) dan kekendoran (otspanning). Bermain adalah belajar menyesuaikan diri dengan keadaan anak-anak bermain dalam daerah sekelilingnya dan dengan barang dalam daerah itu. Dengan jalan demikian anak-anak mengenal akan tabiat dan sifat-sifat lain daerah dan barang-barang itu. Mula-mula bayi bermain dengan bagian badan sendiri, kemudian dengan barang-barang yang dijumpainya dan diberikan kepadanya.
b. Fungsi bermain Peran Fungsi Bermain menurut Mulyani Soemantri ( 2005: 79 ) dalam bukunya Pendidikan Anak Usia Dini merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan motorik anak usia
dini . Fungsi bermain peran bagi anak
tersebut ada 8 yaitu; 1. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya meniru ibu masak di dapur, dokter mengobati orang sakit, dan sebagainya 2. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar di kelas, sopir mengendarai bus, petani menggarap sawah, dan sebagainya. 3. Untuk mecerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, ayah membaca koran, kakak mengerjakan tugas sekolah, dan sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya. 5. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadikan anak nakal, pelanggar lalu lintas, dan lain-lain 6. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota, dan sebagainya. 7. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya, semakin gemuk badannya, dan semakin dapat berlari cepat. 8. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias ruangan, menyiapkan, jamuan makan, pesta ulang tahun. Bermain menurut Mulyani Soemantri ( 2005 : 69 ) dalam bukunya Pendidikan Anak Pra Sekolah
juga berfungsi untuk mempermudah
perkembangan kognitif anak. Dengan bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu, dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Bermain juga meningkatkan perkembangan sosial anak. Dengan menampilkan bermacam peran, anak berusaha untuk memahami peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya setelah dewasa kelak. Fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi pekembangan motorik, kognitif dan sosial anak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fungsi bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik anak. Beberapa fungsi bermain yang lain menurut Mulyani Soemantri ( 2005 : 71) akan dibicarakan dibawah ini : 1. Mempertahankan Keseimbangan Kegiatan bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga. Setelah melakukan kegiatan bermain anak memperoleh keseimbangan antara kegiatan dengan menggunakan kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan. Bermain juga memberikan penyaluran dorongan emosi secara aman, misalnya melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima dalam kehidupan nyata. Dalam situasi bermain anak dapat berkhayal menjadi seorang presiden, seorang polisi, sopir, syah/ibu, bahkan menjadi pencuri, pemberontak, dan sebagainya. Dalam dunia nyata tingkah laku semacam ini tidak mengkin terjadi. Anak tidak dapat berbuat hal-hal menentang peraturan atau yang tidak lazim. Di dunia mereka harus berpakaian rapi, membersihkan diri sebelum makan, sopan terhadap orangtua, dan sebagainya. Sedangkan dalam kegiatan bermain anak dapat menyalurkan perasaan dengan sepuas-puasnya. 2. Menghayati Berbagai Pengalaman yang Diperoleh dari Kehidupan Seharihari Anak
yang
bermain
seolah-olah
ia
sedang
to userjual beli, atau sedang menyuntik perjalanan kereta api ataucommit melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasien, mengatur meja makan, atau membersihkan rumah, adalah kegiatan bermain yang didasarkan pada penghayatan terhadap peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi bermain sebagai sarana untuk menghayati kehidupan sehari-hari ini berguna untuk menumbuhkan kebiasaan pada anak, selain juga mengenal berbagai profesi contohnya bila orang sakit harus berobat ke puskesmas, bila sakit gigi berobat ke dokter gigi, untuk menyiapkan makanan harus belanja ke pasar terlebih dahulu dan seterusnya : situasi ini misalnya akan mendorong anak bermain sebagai dokter kecil, atau jadi ibu dengan kesungguhan hati dan penuh kegembiraan. Fungsi bermain yang satu ini juga memiliki nilai terapeutik. Misalnya, bila anak selalu dimanjakan dalam keluarga, ia mungkin tidak akan menyukai kehadiran anak lain di rumahnya. Kehadiran anak lain dapat dianggap merupakan saingan baginya atau ancaman berkurangnya kasih sayang yang akan diperolehnya. Bila ia diperkenankan bermain dengan boneka atau binatang peliharaan, ia dapat menyalurkan perasaan kasih sayangnya kepada boneka atau binatang tersebut sehingga ia dapat mengembangkan empati dari dalam dirinya. Permainan lain yang bersifat terapeutik adalah kegiatan menggambar, bermain dengan air, tanah, atau lilin. 3. Mengantisipasi Peran yang Akan Dijalani di Masa yang Akan Datang Meskipun anak berpura-pura memerankan seorang commit to user ibu/ayah, perawat, atau sopir truk, namun sebenarnya kegiatan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan upaya untuk mempersiapkan anak melaksanakan peran tersebut kelak. Berperan sebagai orang tua, berarti mencoba menghayati perilaku, perasaan, dan sikap sebagai orang tua, sehingga bila seorang anak laki-laki dengan bangga memerankan peran ayah, umpamanya memakai dasi, berangkat ke kantor, menerima tamu, berekreasi dengan anak-anak ia dapat merasa benar-benar sebagai ayah. 4. Menyempurnakan Keterampilan-Keterampilan yang Dipelajari Anak Taman Kanak-kanak merupakan pribadi yang sedang tumbuh. Dengan demikian anak selalu berusaha menggunakan kekuatan tubuhnya. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan geraknya. Pada usia 3 tahun anak baru mulai belajar mengendarai sepeda roda tiga dan mencoba untuk menguasai sepeda roda tiga tersebut.menginjak usia 4 tahun ia dengan mudah mengendarai sepeda roda tiga tersebut. Semakin bertambah usianya semakin mantap keterampilanya mengendarai sepeda roda tiga tersebut. Bahkan anak ingin mencoba mengendarai sepeda roda dua. Bukan hanya keterampilan gerak yang dimantapkan, tetapi juga interaksi sosial. Bermain merupakan latihan spontan untuk meningkatkan keterampilan tersebut. Contohnya anak usia Taman Kanak-kanak mulai menyadari tentang penerimaan sosial dan kebersamaan.: si A temanku, si B bukan temanku, si C boleh masuk, si D tidak boleh masuk. Dalam usia 5 tahun kemampuan mengadakan interaksi sosial bertambah : saya jadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sopirnya, kamu menjadi penumpangnya. Tono jadi penjual karcis, yang lain-lain jadi penumpangnya saja. Dengan bermain keterampilan kognitif anak juga ditingkatkan. Misalnya keterampilan berbahasa, berhitung, mengenal lingkungan sosial dan fisik, membandingkan, mengumpulkan dan membuat generalisasi. 5. Menyempurnakan Keterampilan Memecahkan Masalah Masalah yang dihadapi oleh anak sehari-hari dapat bersifat masalah emosional, sosial, maupun intelektual. Anak dapat menggunakan kegiatan bermain sebagai sarana untuk memecahkan persoalan intelektualnya. Dengan bermain anak dapat menyalurkan rasa ingin tahunya seperti bagaimana caranya memasak di udara terbuka, dan sebagainya. 6. Meningkatkan Keterampilan Berhubungan dengan Anak Lain Melalui kegiatan bermain anak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keterampilan bergaulnya seperti bagaimana menghindari pertentangan dengan teman, bagaimana tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, berbagai kesempatan menuntut hak dengan cara yang dapat diterima, mengkomunikasikan keinginan, dan bagaimana caranya mengungkapkan perasaan serta kebutuhannya.
c. Tujuan Bermain Peran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan bermain menurut Mulyani Soemantri ( 2005 : 51 ) , dalam buku pendidikan anak usia dini dibagi menjadi tiga sudut pandang. 1. Dipandang dari Sudut Kesehatan Tiap-tiap manusia mempunyai naluri untuk bergerak. Lebih-lebih pada anak-anak naluri untuk bergerak itu besar sekali. Gerakan itu sangat berguna untuk fungsi-fungsi rohani dan jasmani. Bergerak adalah sama pentingnya dengan makan, minum, tidur. Melarang anak bergerak berarti menahan, merintangi pertumbuhan rohani dan jasmaninya. Bergerak dalam permainan yang dijalankan dalam suasana gembira mempunyai pengaruh baik sekali bagi organ-organ dalam yang mendorong pertumbuhan. Oleh karena itu maka suasana gembira dalam latihan-latihan dan permainan-permaninan harus selalu diusahakan oleh guru. Angka-angka statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan berat dan tinggi badan di dalam waktu liburan itu lebih besar daripada waktu sekolah dan memberikan bukti yang nyata bagi pendapat di atas itu. Kesegaran jiwa dan kegembiraan bekerja nampak pula pada anak-anak sehabis hidup bebas orang bergembira dalam liburan. Permainan itu pada umumnya dilakukan di luar rumah, di dalam alam terbuka, dengan hawanya yang segar dan bersih. Lagi pula permainan itu dijalankan dengan pakaian yang tidak sempit menyekap, tetapi dengan celana pendek dan baju longgar, sehingga sebagian besar dari badan itu ikut mendapat pengaruh commit to userhawa yang sehat itu. Maka anak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sedang bermain itu boleh dikatakan “mandi hawa”, dan itu mempunyai pengaruh yang baik bagi kesehatan. Tetapi harus dijaga pula supaya anak-anak tidak mendapat akibat-akibat yang kurang baik seperti pingsan karena matahari atau terbakar kulitnya. Dalam permainan itu ada banyak sekali bergerak, suatu hal yang mempunyai pengaruh baik terhadap peredaran darah dan pernafasan. Luas pernafasan diperbesar, ruang dada diperbesar ke seluruh jurusan, dan paruparu berfungsi lebih baik. Semua alat-alat pernafasan menjadi terlatih. Jantung pun menjadi lebih kuat mempompa darah yang diperlukan di seluruh tubuh. Karena latihan-latihan tersebut, maka organ-organ tubuh kita, berfungsi lebih baik, dan pada gilirannya akan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan. Kulit sebagai pelindung bagian-bagian badan yang di dalam dan sebagai pengatur panas badan serta sebagai alat pengeluaran sisa-sisa pembakaran mendapat perhatian pula. Sehabis bermain-main semua peluh yang ada dibadan dihapus dan sel-sel yang mati yang masih melekat pada kulit harus dibersihkan dengan air dan sabun. Pertanyaannya sekarang ialah apakah kita harus mandi memakai air panas atau dingin. 2. Dipandang dari Sudut Pendidikan Anak-anak itu senang bermain. Permainan itu dilakukan dengan gembira, dan oleh karena itu segala sesuatu yang diajarkan di waktu itu, dapat ditangkapnya dengan mudah. Maka sebaiknya semua pelajaran commit user gembira, sambil bermain. kepada anak-anak diberikan dalamtosuasana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ahli-ahli Pendidikan seperti Gutsmuths, Montessori dan Frobel menganjurkan, supaya permainan itu menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani dan rohani. Umumnya anak-anak bermain dalam suasana jiwa bebas, lepas dari segala rintangan dan tekanan. Mereka seakan-akan mencerminkan jiwanya sehingga mudah untuk diketahui tabiat tiap anak. Maka tepat sekali, jika para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak yang sedang bermain adalah sebagai buku terbuka, yang mudah terbaca. Dalam permainan anak-anak itu seorang berhadapan dengan seorang atau seorang berhadapan dengan kelompok, atau kelompok berhadapan dengan kelompok. Dalam permainan seorang lawan seorang anak itu belajar memberi dan menerima; belajar mengukur kekuatan atau kecakapan sendiri dengan kekuatan/kecakapan orang lain, belajar bergaul dengan orang lain. Dalam permainan kelompok lawan kelompok akan timbul rasa persatuan, kerja sama karena serasa senasib sepenanggungan antar sesama kelompok, rasa tanggung jawab terhadap orang lain, menjunjung tinggi hak-hak orang lain, kerjasama untuk tujuan bersama, menyampaikan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang banyak. Permainan-permainan
yang
bersifat
pertandingan,
sifat
sportivitas dan fair play harus dipupuk sepenuhnya dengan menjunjung tinggi peraturan-peraturan. Di sini peraturan tidak tertulis yang harus diperhatikan umpamanya: kelompok yang satu boleh menolak permintaan kelompok regu yang lain untuk mengganti pemain. Rasa sportivitas disini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak akan menolak, tetapi mempergunakan hak menolak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kegembiraan itulah yang menolong untuk mencapai hasil yang lebih baik dan memuaskan. Sportivitas menghendaki supaya dapat menerima kekalahan atau mencapai kemenangan dengan ikhlas dan puas serta tiada merasa dendam dan sombong. Muka asam karena kalah atau mengejek-ejek karena senang, bukanlah tabiat seorang yang sportif. Bukan berarti tidak boleh gembira jika mendapat kemenangan, tetapi sikap terhadap lawan yang kalah itu harus demikian pula sehingga tidak melukai hati, dan tetap memelihara suasana baik. Semuanya itu dapat dicapai dengan mudah, apabila kedua belah pihak menginsafi bahwa dalam permainan itu bukanlah kemenangan semata-mata yang menjadi tujuan melainkan permainan yang baik, yang tinggi tingkatnya, tetapi berlangsung dalam suasana sehat gembira. Sebagai hiburan dan pengisi waktu luang yang baik. Bermain itu sungguh merupakan hal yang penting sekali. Waktu yang terluang hendaknya diisi dengan usaha yang bermanfaat dan berguna bagi kesehatan jiwa raga kita, dan menambah pengalaman-pengalaman yang berharga agar hidup kita ini bisa lebih berarti. 3. Dipandang dari Sudut Perkembangan Pribadi Bermain merupakan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa. Melalui bermacam-macam kegiatan commit to userdi sekolah, banyak fungsi-fungsi yang ada dalam olah raga permainan
perpustakaan.uns.ac.id
kejiwaan
digilib.uns.ac.id
dan
kepribadian
yang
dapat
dikembangkan,
misalnya:
keseimbangan mental, kecepatan proses berfikir, daya konsentrasi, keakraban bergaul, kepemimpinan dan masih banyak lagi. Fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian sangat mungkin dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan bermain. Hal ini disebabkan oleh karena didalam bermain banyak kejadian-kejadian yang melibatkan keaktifan kejiwaan dan kepribadian masing-masing pesertanya. Setiap peserta dalam suatu kegiatan selalu dituntut untuk bertingkah laku seperti apa yang dikehendaki oleh kehidupan di masyarakat sosialnya misalnya: kalau dalam kehidupan bermasyarakat dituntut adanya kejujuran, kerjasama, patuh pada mekna atau ketentuanketentuan lain yang telah disepakati bersama maka dalam kegiatankegiatan bermain dalam setiap pelakunya juga dituntut untuk kejujuran dapat kerjasama yang baik, sportif, tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang telah digariskan. Begitu pula kalau dalam kehidupan sehari-hari dituntut untuk selalu mematuhi etika hidup bersama, maka dalam bermain ada tuntutan yang serupa dengan masalah etika tadi, yaitu pada setiap peserta dalam suatu permainan, juga ada keharusan untuk mematuhi etika-etika yang ada dalam masing-masing permainan yang dilakukan tadi. Berdasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti di atas tidak berlebihanlah kalau dikatakan bahwa melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam permainan di sekolah banyak fungsi-fungsi kejiwaan dan sifat-sifat kepribadian yang dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditanamkan dan dikembangkan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh kehidupan bersama dalam masyarakat. Manfaat bermain bagi anak-anak tidak dapat diragukan lagi, karena bermain menjadi alat pendidikan yang utama bagi anak-anak. Adapun kegunaan bermain itu menurut Soemantri ( 2003 :82 ) dalam buku Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut: a) Permainan merupakan alat penting untuk menumbuhkan sifat sosial untuk bermasyarakat, karena dengan bermain, anak dapat mengenal bermacam-macam aturan dan macam-macam tingkah laku. b) Permainan merupakan alat untuk mengembangkan fantasi, bakat dan kreasi. c) Permainan dapat mendatangkan berbagai macam, antara lain perasaan senang dalam melakukan permainan. d) Permainan bersama dapat menumbuhkan rasa tnggung jawab dan disiplin karena anak harus mentaati peraturan-peraturan. Dengan singkat dapat disimpulkan bahwa dengan permainan anak akan mencapai kemajuan-kemajuan seperti: jasmani, sosial, intelek, rasa keindahan, dan lain-lainnya.
B. Kerangka Berpikir Dengan diterapkanya kegiatan bermain peran dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak luar biasa diupayakan agar dapat meningkatkan perkembangan motorik anak. Kerangka berfikir ini dapat digambarkan sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kondisi awal anak TK sebelum tindakan
Perkembangan motorik anak TK masih rendah
Pelaksanaan tindakan
Penerapan kegiatan bermain peran dalam pembelajaran secara berulangulang dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik
Kondisi akhir setelah tindakan
Perkembangan motorik anak TK luar biasa meningkat
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan pada kajian teori, kerangka berpikir dan kenyataan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : ” Dengan melalui kegiatan bermain peran dalam pembelajaran diduga dapat meningkatkan perkembangan motorik anak taman kanak kanak luar biasa YPALB Karanganyar?”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Luar Biasa Karanganyar. 2.
Waktu Penelitian
Waktu Penelitian tindakan kelas Taman Kanak-kanak Luar Biasa ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juni sampai 30 September 2009. Tabel 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas N Jenis kegiatan o 1 Penyusunan peoposal 2 Seminar proposal 3 Perbaikan proposal 4 Perizinan penelitian 5 Penyusunan RPP Lembar observasi Panduan wawancara 6 Pelaksanaan penelitian Siklus 1 Siklus 2 7 Analisis data 8 Penyusunan hasil laporan 9 Penyerahan laporan dan ujian B.
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
x x x x x
xx xx xx xx xx
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ditetapkan pada anak TK Luar Biasa Karanganyar dengan jumlah anak 4 terdiri dari 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan kegiatan bermain peran dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik anak.
C. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sumber data tersebut yaitu meliputi: 1. Sumber data primer, yaitu anak, guru, dan orang tua . 2. Sumber data sekunder, yaitu dokumen, tes hasil belajar, lembar observasi, kegiatan bermain peran.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan dokumentasi, tes dan observasi yang diuraikan sebagai berikut: 1. Dokumentasi, a. Pengertian Dokumentasi adalah pengumpulan,penilaian,pengolahan dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan atau pengumpulan buktidan keterangan dalam penyelidikan. b. Manfaat dari dokumentasi adalah: untuk mmencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan ,transkrip ,buku ,surat kabar ,majalah , prasasti ,notulen rapat agenda dan sebagainya. Untuk mencarivariabel yang sudah ditentukan serta dokumentasi merupaka sumber data tetap dan tidak berubah karena yang diamati bukan benda hidup melainkan benda mati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Jenis dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai sebelum diadakan penelitian yang meliputi : Nilai kegiatan selama apersepsi, nilai keaktifan selama kegiatan belajar mengajar, kreativitas dalam kegiatan, dan keberanian dalam melaksanakan tugas. 2. Tes a. Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan/laihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelektual, dan kemampuan bakat yang dimiliki individu atau kelompok. b.
Manfaat tes adalah untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian hasil atau perstasi belajar.
c. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam kegiatan bermain peran yang meliputi : 1) Keaktifan selama kegiatan apersepsi. 2) Keaktifan selama kegiatan belajar mengajar. 3) Keberanian dalam melaksanakan tugas. 4) Kemampuan dalam melaksanakan tugas. 3. Observasi a. Pengertian observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat pada suatu objek yang akan diteliti. Observasi yang dimaksud disini adalah pengamatan selama proses belajar mengajar bermain peran berlangsung untuk melihat perkembangan kemampuan motorik anak melalui : 1) Kesiapan anak dalam kegiatan bermain peran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Keaktifan anak dalam bermain peran. 3) Keberanian anak dalam bermain peran. 4) Keberanian anak dalam mengungkapkan gagasan. b. Manfaat dari observasi adalah : 1) Sebagai petunjuk mencatat data 2) Sebagai mengadakan pertimbangan dalam penilaian 3) Untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar E. Validitas Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode untuk menjamin dan mengembangkan validitas data. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Data yang berupa dokumen lebih mantap kebenarannya bila didukung dengan tindakan observasi, tes, dan wawancara dengan informan sebagai sumber data yang lain. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber data bisa teruji kebenarannya. Adapun trianggulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen, tes, wawancara, observasi. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelititan ini dilakukan dengan analisis model mengalir, meliputi tahap reduksi data, tahap penyajian data dan tahap ferifikasi penarikan kesimpulan. Analisis data dilakukan setiap selesai satu siklus baik hasil tes maupun hasil observasi, dengan melihat nilai pretes, proses dan nilai observasi pada siklus yang sedang dilaksanakan dibandingkan dengan siklus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebelumnya. Model analisis interaktif dapat ditunjukkan inseperti gambar di bawah ini.
Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan / verifikasi Sumber: HB Sutopo (1996: 87)
G. Indikator Kinerja Untuk mengukur keberhasilan tindakan kegiatan bermain peran dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik anak Taman Kanak-kanak Luar Biasa Karanganyar, peneliti perlu merumuskan indikator sebagai berikut : 1. Tumbuhnya semangat anak dalam mengikuti pembelajaran bermain peran. 2. Meningkatnya perkembangan motorik anak. 3. Meningkatnya kreativitas anak dalam bermain peran untuk perkembangan motorik anak. 4. Tumbuhnya motivasi anak dalam mengikuti kegiatan bermain peran. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini mencakup langkah-langkah : (1) persiapan; (2) studi/ survei awal; (3) pelaksanaan siklus; dan (4) penyusunan laporan. Pelaksanaan siklus meliputi : (a) perencanaan tindakan (planning); (b) pelaksanaan
tindakan(acting);
(c)
pengamatan
(observing);
(d)
refleksi
(reflecting). Banyaknya siklus yang direncanakan adalah dua siklus mengingat. Di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
samping itu melihat situasi dan kondisi penerapan tiga siklus penelitian dipandang cukup untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metodologi Action Research Mengacu pada teori Kemmis dan Taggart (dalamZaenal Aqib, 2006: 31).
Rencana I
Rencana II
Refleksi Siklus I Tindakan
Refleksi Siklus II Tindakan
Observasi
Rekomendasi
Observasi Gambar : tindakan penelitian Model Kemmis dan M.C Taggart (Zaenal Aqib, 2006: 31)
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK Taman Kanak-kanak Luar Biasa dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap secara garis besar mencakup langkah-langkah adalah sebagai berikut. Siklus I
Perencanaan
1. Anak mengambil peran sebagai
Memberikan materi
orang dewasa dan orang penting
pelajaran kegiatan
lainnya, seperti guru, dokter, polisi.
bermain peran secara
Dalam bermain peran anak bertindak
bebas untuk
sebagai pemeran atau penonton pada
mengupayakan
waktu yang sama. Anak menentukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perkembangan motorik
peran dengan menggunakan
kasar.
imajinasinya dan sering
Melalui pelajaran
berhubungan dengan yang lain
kegiatan bermain peran
dalam bermain. Seperti
secara bebas untuk
menggunakan bahasa dalam
mengupayakan
berkomunikasi
perkembangan motorik kasar. Tindakan
1. Apersepsi tentang kegiatan bermain peran 2. menjelaskan dan mengenalkan alat-alat untuk bermain peran serta melakukan kegiatan bermain peran. 3. membimbing anak untuk melakukan kegiatan bermain peran dengan menggunakan imajinasinya. 4. menjelaskan bagaimana cara melakukan kegiatan bermain peran
Pengamatan
Mengamati secara langsung anak dalam melakukan kegiatan bermain peran
Refleksi
1. Mengadakan evaluasi bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan bermain peran secara bebas dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar 2. mengambil kesimpulan perlu tidaknya tindakan diulang berdasarkan keberhasilan dari indikator peneliti yang telah ditetapkan 3. Jika belum berhasil tindakan diulang dengan siklus II Siklu II
Perencanaan
1. Anak mengambil peran sebagai orang dewasa dan orang penting lainnya, seperti guru, dokter, polisi. Dalam bermain peran anak bertindak sebagai pemeran atau penonton pada waktu yang sama. Anak menentukan peran dengan menggunakan imajinasinya dan sering berhubungan dengan yang lain dalam bermain. Seperti menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
Tindakan
1. Apersepsi tentang kegiatan bermain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peran 2. menjelaskan dan mengenalkan alatalat untuk bermain peran serta melakukan kegiatan bermain peran. 3. membimbing anak untuk melakukan kegiatan bermain peran dengan menggunakan imajinasinya. 4. menjelaskan bagaimana cara melakukan kegiatan bermain peran Refleksi
1. Mengadakan evaluasi bahwa kegiatan bermain peran secara bebas dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar 2. mengambil kesimpulan perlu tidaknya tindakan diulang berdasarkan keberhasilan dari indikator peneliti yang telah ditetapkan 3. Jika belum berhasil tindakan diulang dengan siklus II
Pembuatan tindakan
Laporan Membuat laporan penelitian setelah penelitian dianggap berhasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1.
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan motorik anak dalam KBM sebelum tindakan masih rendah, Keadaan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 1 Perolehan Kemampuan perkembangan motorik secara klasikal Sebelum Tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
●=
nilai baik sekali
√=
nilai baik (biasa-biasa)
○ = nilai kurang Frekuensi nilai : Baik sekali 2 anak Kurang 2 anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai sebelum tindakan 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62 60
Aktif selama apersepsi
Aktif selama KBM berlangsung
Kreatifitas anak dalam bermain peran
Keberanian anak dalam Mampu dalam melaksakan tugas melaksanakan tugas untuk peningkatan perkembangan motorik .
Grafik 1.Nilai perkembangan motorik sebelum tindakan.
Tabel 2 kemampuan perkembangan motorik secara klasikal sebelum tindakan No
Nilai rata-
Kegiatan siswa
rata
1.
Aktif selama apersepsi
7,5
2.
Aktif selama KBM berlangsung
6,8
3.
Kreatifitas anak dalam bermain peran
6,8
4.
Keberanian anak dalam melaksakan tugas
7,2
5.
Mampu dalam melaksanakan tugas untuk
6,8
peningkatan perkembangan motorik .
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa perkembanagn motorik anak dengan materi
bermain peran sebagai polisi
masih diperlukan tindakan
pembelajaran selanjutnya dengan materi cerita kegiatan polisi.
2. Deskripsi Hasil Siklus I a. Perencanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatankegiatan : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran latihan menulis siklus I ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap pertemuan RPP mencakup ketentuan : kompetensi dasar, materi pokok, indicator, skenario pembelajaran, media, sumber belajar dan system penilaian. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah : (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran dan latihan motorik kasar, kursi diatur sedemikian rupa sehingga guru dapat melakukan latihan motorik kasar dengan baik; (2) Mempersiapkan latihan motorik kasar sesuai dengan pembelajaran. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, yang meliputi : menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyediakan materi dan sumber belajar, melakukan appersepsi/ kegiatan awal, melakukan kegiatan inti, melakukan kegiatan akhir/penutup, , menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan dan melaksanakan kegiatan bermain peran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lembar Observasi / Pengamatan No
Aspek yang dinilai B
I
II
III
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) a. Kompetensi dasar b. Hasil belajar c. Indikator d. Tujuan perbaikan e. Langkah pembelajaran f. Sarana dan sumber belajar serta metode g. Evaluasi Kegiatan Guru 1. Kesiapan 2. Apersepsi 3. Penggunaan bahasa 4. Penggunaan materi 5. Penyajian 6. Penerapan /Penggunaan metode 7. Alokasi waktu 8. Penggunaan media/ alat pembelajaran Kegiatan Siswa 1. Kesiapan 2. Keaktifan 3. Keberanian bertanya 4. keberanian menjawab pertanyaan 5. Ungkapan/ gagasan 6. Kemampuan motorik 7. Hasil kesimpulan 8. Penggunaan media/ alat peraga
Hasil C
Keterangan K B = Baik C = Cukup K= Kurang
B C B B B
C
C
B B B C B C B C
C C B C B C B C
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I ini direncanakan berlangsung selama satu kali pertemuan, yakni Selasa,16 Juni 2009 di ruang kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pertemuan dilaksanakan selama 60 menit. Sesuai dengan scenario pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah kegiatan bermain peran sebagai polisi
yang mengatur lalulintas. Permainan
ini untuk
meningkatkan perkembangan motrik anak dan dapat mengembangkan imanjinasi dan kreativitas. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: a)
Guru memotivasi anak dengan mengajak anak untuk menyanyikan lagu secara bersama-sama dengan bertepuk tangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendorong anak agar bergembira dan tumbuh minat belajarnya.
b)
Guru menjelaskan mengenai alat peraga bapak polisi.
c)
Guru mendemonstrasikan
kegiatan bapak polisi dalam
mengatur lalu lintas. d)
Guru memberi kesempatan pada anak untuk menirukan gerakan tersebut
e)
Guru memberi motivasi pada anak yang tidak mau maju.
f)
Guru membagi tugas memerankan kegiatan sebagai bapak polisi yang sedang bertugas mengatur lalulintas..
g)
Guru mengevaluasi dan memberi nilai hasil kerja anak.
h)
Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses kegiatan yang telah berlangsung.
c. Observasi dan Interpretasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti mengamati proses pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan perkembangan motorik anak. Pada pertemuan pertama Selasa, 16 Juni 2009 selama 60 menit, guru mengajarkan materi pelajaran dengan dibantu menggunakan gambar polisi sebagai media pembelajaran. Dari kegiatan tersebut, diperoleh deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran dengan penggunaan alat peraga gambar polisi dalam kegiatan bermain peran untuk meningkatkan perkembangan motorik anak. 1)
Sebelum
mengajar
guru
telah
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dijadikan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2)
Guru melaksanakan pembelajaran bermain peran dengan cara mengajar secara konseptual. Artinya, guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal pembelajaran, guru mengajak anak untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran bermain peran dengan cara menyanyikan lagu
bapak Polisi secara bersama-sama disertai dengan
tepuk tangan, kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan inti. 3)
Kemudian guru memberi tugas untuk dilaksanakan oleh anak. Setiap anak mempunyai tugas yang berbeda-beda. Selanjutnya guru meminta dari setiap anak untuk maju melaksanakan tugasnya masing masing.
4)
Guru memberikan contoh cara memerankan polisi yang sedang mengatur lalaulintas dan anak diminta untuk bertanya apa yang belum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimengerti, setelah itu guru meminta anak untuk segera mengerjakan tugas memerankan sebagai polisi. 5)
Guru menunggui dan membantu anak yang tidak mau mengerjakan tugas.
6)
Guru memotivasi anak terlebih dahulu agar anak mau maju dengan sukarela dan tanpa dipaksa untuk memerankan sebagai bapak polisi yang melaksanakan tugas mengatur lalulintas.
7)
Guru meminta anak untuk memberikan pujian pada anak yang sudah maju memerankan tugasnya.. Guru memberikan hadiah bagi anak yang mempunyai hasil yang terbaik. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
dengan bermain peran, diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas serta perkembangan motorik anak selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: 1. Anak yang sudah mampu bermain peran
dengan baik sebesar 50%,
sedangkan 50% lainnya yaitu anak yang tidak suka bermain peran semaunya sendiri. 2. Anak yang mampu memperagakan bermain peran dengan baik (disertai peningkatan perkembangan motorik) sebesar 50%, sedangkan 50% anak yang lainnya memperagakan bermain peran dengan sesukanya. 3. Anak yang dapat memperagakan peran sebagai polisi yang sedang melaksanakan tugas lalulintas dengan tepat (mendapatkan nilai 70 ke atas) sebesar 50%, sedangkan 50% anak lainnya belum sempurna dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memerankan tugasnya. Hal ini disebabkan mereka malu dan kurang berani sebagai polisi. Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru : 1. Waktu yang disediakan untuk guru terlalu singkat, sehingga penyampaian materi tidak dapat maksimal. 2. Posisi guru lebih banyak berada di depan kelas, sehingga guru tidak dapat memonitor keadaan anak yang duduk di bagian belakang. Sedangkan dari sisi anak ditemukan beberapa kekurangan, yakni sebagai berikut : 1)
Pada awalnya, anak sudah tertarik dengan pembelajaran bermain peran sebagai polisi.. Namun, ada beberapa anak yang tidak menyukai kegiatan bermain peran melainkan lebih menyukai permainan dan menyanyi. Sehingga
ketika
guru
memberikan
penjelasan
mereka
tidak
memperhatikan dengan seksama. 2)
Pada dasarnya semua anak
sudah aktif dalam mengikuti pelajaran.
Namun, ketika mengerjakan tugas secara berkelompok ada beberapa anak yang tidak mau mengambil bagian untuk ikut mengerjakan atau memberikan pendapatnya, karena mereka sudah mempercayakan hasil pekerjaan kelompok pada teman yang lain. 3)
Masih ada beberapa anak yang tidak mau maju ke depan kelas memperagakan hasil pekerjaan, dikarenakan malu dan tidak terbiasa maju di depan kelas. Walaupun sudah banyak anak yang mau maju, tetapi ada beberapa anak yang memerankan tugasnya dengan bermain sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1. Sebaiknya guru tidak hanya berada di depan kelas saat memberikan penjelasan kepada anak. Guru juga harus memonitor anak yang berada di kursi bagian belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Agar anak menjadi lebih antusias pada materi pembelajaran, sebaiknya guru memberikan kebebasan bagi anak untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan imajinasinya, yang terpenting adalah pendapat tersebut masih berkaitan dengan kegiatan bermain peran. 3. Guru harus selalu memantau dan mengingatkan anak yang tidak mau memperhatikan atau berbicara sendiri dengan temannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3 Perolehan Nilai siklus I secara klasikal dalam pembelajaran bermain peran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
●=
nilai baik sekali
√=
nilai baik (biasa-biasa)
○ = nilai kurang Frekuensi = jumlah murid 4 Persentase = hasil akhir/rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siklus I 82 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62
Aktif selama apersepsi
Aktif selama KBM berlangsung
Kreatifitas anak dalam bermain peran
Keberanian anak dalam Mampu dalam melaksakan tugas melaksanakan tugas untuk peningkatan perkembangan motorik .
Grafik 2. Perkembangan Motorik secara klasikal Siklus I 3. Deskripsi Hasil Siklus II a. Perencanaan Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatankegiatan : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran kegiatan bermain peran pada siklus I ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap pertemuan RPP mencakup ketentuan : kompetensi dasar, materi pokok, indikator skenario pembelajaran, media/ sumber belajar dan system penilaian. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran to user adalah : (1) Ruang kelas. commit Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran dan latihan motorik kasar kursi diatur sedemikian rupa sehingga guru dapat melakukan latihan motorik kasar dengan baik; (2) Mempersiapkan latihan motorik kasar sesuai dengan pembelajaran. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, yang meliputi : menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan
materi
dan
sumber
belajar,
melakukan
informasi
pendahuluan, penampilan guru, pengelolaan waktu dan pengusaan materi, melaksanakan latihan motorik kasar, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan dan bermain peran sebagai polisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lembar Observasi / Pengamatan No
Aspek yang dinilai B
I
II
III
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) h. Kompetensi dasar i. Hasil belajar j. Indikator k. Tujuan perbaikan l. Langkah pembelajaran m. Sarana dan sumber belajar serta metode n. Evaluasi Kegiatan Guru 9. Kesiapan 10. Apersepsi 11. Penggunaan bahasa 12. Penggunaan materi 13. Penyajian 14. Penerapan /Penggunaan metode 15. Alokasi waktu 16. Penggunaan media/ alat pembelajaran Kegiatan Siswa 9. Kesiapan 10. Keaktifan 11. Keberanian bertanya 12. keberanian menjawab pertanyaan 13. Ungkapan/ gagasan 14. Kemampuan motorik 15. Hasil kesimpulan 16. Penggunaan media/ alat peraga
Hasil C
Keterangan K B = Baik C = Cukup K= Kurang
B B B B B B B
B B B C B B C B
B B B B C B B B
b. Pelaksanaan Tindakan II Tindakan II dilaksanakan Selasa, tanggal 7 Juli 2009 selama 60 menit di ruang kelas. Dalam kegiatan ini guru mengaplikasikan antara kegiatan bermain peran dengan perkembangan motorik kasar anak, serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berusaha mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran dengan materi bermain peran dalam siklus I. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1)
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan menyanyikan lagu “anak-anak” dengan judul bapak polisi dan sebagainya secara bersama-sama sambil bertepuk tangan dengan tujuan untuk mendorong anak agar bergembira dan tumbuh minat belajarnya.
2)
Guru meminta anak untuk mengumpulkan tugas yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya yaitu gambar polisi,dokter,guru dan sebagainya.
3)
Kemudian guru mengadakan tanya jawab kepada anak mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan hari itu, misalnya apakah anak suka dengan cerita,apakah anak suka jadi polisi atau guru atau dokter, apakah anak suka dengan cerita bergambar, dan sebagainya. Lalu guru menjelaskan tentang materi bermain peran yang dapat meningkatkan kemampuan perkembangan motorik anak.
4)
Setelah itu guru membagi anak diberi kesempatan untuk mengambil tugas memerankan sebagai polisi yang baru bertugas mengatur lalulintas.
5)
Anak diminta untuk mendengarkan cerita, kemudian menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
6)
Guru berkeliling untuk mengevaluasi dari tugas yang dilaksanakan dan apabila mengalami kesulitan, anak diperbolehkan untuk bertanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7)
digilib.uns.ac.id
Guru meminta dari tiap-tiap anak untuk maju mendemonstrasikan tugas yang diberikan oleh guru..
8)
Guru memberikan hadiah pada anak yang mempunyai hasil yang paling bagus serta membacakan hasil tersebut.
9)
Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan pada hari itu.
10)
Guru memberikan tugas kepada semua anak sebagai tugas mandiri, yang dikerjakan dirumah dan dikumpulkan pada pertemuan yang akan datang
c. Observasi dan Interpretasi Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, yaitu Selasa,21 Juli 2009 selama 60 menit peneliti mengambil posisi di dalam kelas. Pada siklus kedua guru mengawali tatap muka pada hari itu dengan mengajak anak untuk menyanyikan lagu anak-anak secara bersama-sama disertai dengan tepuk tangan. Guru memberikan apersepsi yaitu mengadakan tanya jawab dengan anak berkaitan dengan materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya, hal ini bertujuan untuk menyegarkan kembali ingatan anak. Guru juga memberikan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini, apakah anak suka dengan cerita bergambar dan sebagainya. Serta menjelaskan tentang materi bermain peran dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibantu menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran. Beberapa anak merespon dengan antusias. Guru membagi anak untuk mengambil tugas. Guru menjelaskan kegunaan bermain peran yang dapat meningkatkan perkembangan motorik anak, kemudian meminta anak untuk mulai menjawab pertanyaan. Setelah itu guru membagikan macam-macam gambar polisi, dokter, guru dan
anak diminta untuk menceritakan tugasnya dengan
panduan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan oleh guru. Guru berkeliling untuk memeriksa pekerjaan anak. Setelah semua anak selesai mengerjakan tugas, guru meminta untuk maju mendemonstrasikan hasil pekerjaan, sedangkan anak yang lain diminta untuk memperhatikan. Guru memberikan hadiah kepada salah satu kelompok yang mempunyai hasil yang paling bagus serta membacakan hasil tersebut dengan memberi hadiah bintang. Dari observasi terhadap proses pembelajaran tersebut dapat dinyatakan bahwa: 1)
Anak
yang
aktif
selama
pemberian
apersepsi
dengan
perkembangan motorik sebesar 90% sedangkan 10% lainnya tampak diam dan tidak bisa menjawab saat diberi pertanyaan. Dari hasil wawancara dengan anak yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka kebanyakan ada yang belum memahami mengenai materi yang sudah dijelaskan namun malu untuk bertanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2)
digilib.uns.ac.id
Anak yang aktif dengan peningkatan perkembangan motorik selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 90%, sedangkan 10% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini disebabkan kebanyakan anak tidak senang memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan bermain peran. Anak menyukai cerita bergambar sehingga tidak membosankan maka banyak yang memperhatikan, sedangkan yang tidak memperhatikan dikarenakan sudah bermain sendiri.
3)
Anak yang berani membacakan hasil tugas di depan kelas dengan suka rela sebesar 80%, sedangkan 20% lainnya hanya mau membacakan hasil dari tugas apabila ditunjuk oleh guru untuk maju ke depan. Adapun berdasarkan hasil pekerjaan anak dapat diidentifikasi
sebagai berikut: 1)
Anak yang dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan bermain peran dengan tepat sebesar 90% sedangkan 10% lainnya tidak tepat saat bermain peran tidak memperhatikan dan tidak mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.
2)
Anak yang sudah mampu bermain peran dengan baik sebesar 90%, sedangkan 10% lainnya yaitu anak memainkan peran tidak sesuai dengan pertanyaan ditentukan oleh guru, selain itu ada juga anak yang bermain peran hanya dengan semaunya sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3)
digilib.uns.ac.id
Anak yang mampu membacakan hasil bermain peran yang meningkatkan perkembangan motorik anak sebesar 80%, sedangkan 20% anak yang lainnya membacakan hasil kegiatan bermain peran hanya semaunya sendiri.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II Proses
kegiatan
bermain
peran
dalam
upaya
peningkatan
perkembangan motorik anak pada siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan Selasa, 21 Juli 2009 berjalan lancar. Anak merespon dengan semangat dan antusias. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya sudah dapat diatasi. Anak yang sebelumnya takut dan malu melaksanakan tugasnya di depan kelas, pada pertemuan kedua ini sudah banyak yang berani maju untuk menunjukkan hasil kerjanya dan kemampuan motoriknya sudah meningkat. Secara keseluruhan, proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Namun masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu anak belum dapat memerankan tugasnya dalam bermain secara tepat. Selain itu masih ada beberapa anak yang belum dapat memanfaatkan tugasnya dalam kegiatan bermain dengan baik dan benar. Hal ini dapat dilihat dari tugas anak dan dari beberapa anak yang sudah maju untuk menceritakan tugasnya. Untuk lebih meningkatkan kualitas anak dalam kegiatan bermain peran sebagai upaya peningkatan perkembangan motorik anak maka guru akan menjelaskan materi mengenai kegunaan kegiatan bermain peran tersebut dengan cermat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4 Perolehan siklus II secara klasikal dalam pembelajaran kegiatan bermain peran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
●=
nilai baik sekali
√=
nilai baik (biasa-biasa)
○ = nilai kurang Frekuensi = jumlah murid 4 Persentase = hasil akhir/rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siklus II 92 90 88 86 84 82 80 78 76 74 Aktif selama apersepsi
Aktif selama KBM berlangsung
Kreatifitas anak dalam bermain peran
Keberanian anak dalam melaksakan tugas
Mampu dalam melaksanakan tugas untuk peningkatan perkembangan motorik .
Grafik 3. Perkembangan Motorik secara Klasikal siklus II B.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan secara klasikal pada siklus I, II dengan perolehan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik kasar anak dalam pembelajaran dengan menggunakan kegiatan bermain peran dari siklus satu ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat dideskripsikan pada tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6 : Perkembangan kemampuan motorik anak pada akhir pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil siklus I dan siklus II terjadi peningkatan perkembangan motorik kasar siswa. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan hasil sebelum tindakan atau kondisi awal selalu mengalami perubahan peningkatan perkembangan motorik. Hail ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Nilai perkembangan motorik anak sebelum dan sesudah tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel di atas kenaikan perubahan perkembangan kemampuan motorik kasar siswa dapat dibandingkan dari keadaan kondisi awal sebelum tindakan dan kondisi setelah diadakan tindakan pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.
Nilai sebelum tindakan
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aktif selama apersepsi
Aktif selama KBM berlangsung
Siklus I
Kreatifitas anak dalam bermain peran
Siklus II
Keberanian anak dalam Mampu dalam melaksakan tugas melaksanakan tugas untuk peningkatan perkembangan motorik .
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat pada nilai sebelum tindakan dan commit to user sesudah tindakan selalu mengalami peningkatan perkembangan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
motorik anak yaitu dari nilai sebelum tindakan diperoleh 72, setelah tindakan I menjadi 75, tindakan II 86. Kemudian hasil tersebut dapat dibandingkan dari perolehan nilai sebelum tindakan dengan perolehan nilai sesudah tindakan selalu mengalami peningkatan perkembangan kemampuan motorik anak.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam lima tahap, yakni: (1) hipotesis tindakan; (2) perencanaan tindakan; (3) pelaksanaan tindakan; (4) observasi dan interpretasi; dan (5) analisis dan refleksi tindakan siklus I. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan bermain peran dapat meningkatkan kemampuan perkembangan motorik dengan motivasi yang dapat menarik perhatian anak, sehingga berakibat pada meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran serta kemampuan perkembangan motorik dan
kreativitas anak.
Selain itu peneliti ini juga dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran dengan kegiatan bermain peran dalam upaya peningkatan perkembangan motorik anak dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut: 1) Anak terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan kegiatan bermain peran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Hal ini dapat terlihat dari atusias dan semangat anak saat merespon apersepsi dari guru. Anak merasa mendapatkan metode pengajaran yang menarik, menyenangkan dan efektif. 3) Anak sudah tidak malu untuk maju ke depan kelas membacakan hasil kerjanya dan melaksanakan tugasnya. 4) Hal ini dapat terlihat pada saat anak mau maju kedepan kelas membacakan hasil kerjanya dengan suka rela tanpa ada paksaan dari guru. Ini berarti anak sudah tidak malu lagi untuk maju kedepan kelas, hal ini disebabkan karena anak sudah dibiasakan untuk menyampaikan pendapat pada saat mengerjakan tugas dan maju ke depan kelas membacakan hasil karyanya. 5) Anak sudah mampu memahami nama, jenis dan cara bermain peran. 6) Pada setiap proses pembelajaran terjadi umpan balik, guru selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan baik tes maupun nontes kepada anak mengenai materi tersebut. Nilai dari hasil pekerjaan yang telah diberikan oleh guru menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai siklus II. 7) Guru sudah mampu memberikan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. 8) Minat anak terhadap pembelajaran dengan kegiatan bermain peran dapat dikatakan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada sikap anak saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Anak terlihat antusias dan semangat. Misalnya banyak anak yang menunjukkan tangannya untuk menjawab pertanyaan dari guru atau untuk membacakan hasil kerjanyua di depan kelas. Hal ini terjadi karena guru berusaha untuk membangkitkan minat dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
motivasi anak dengan cara memberikan reward atau hadiah dan pujian pada anak yang pintar dan rajin serta mampu melaksanakan tugas dan menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. Selain itu guru juga akan memberikan tambahan nilai pada anak yang mau aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode pengajaran ini terbukti dapat meningkatkan perkembangan motorik anak yang pada awalnya malu untuk maju ke depan kelas menjadi berani maju ke depan kelas dan memiliki semangat . Pembelajaran dengan menggunakan kegiatan bermain peran merupakan pembelajaran yang bersifat variatif, menyenangkan, menarik bagi anak serta menantang. Konsep inilah yang diharapkan oleh peneliti, selain itu untuk dapat meningkatkan minat belajar anak guru juga dapat meningkatkan perkembangan motorik anak. Tujuan dari tindakan ini adalah agar anak yang mendapatkan kemampuan perkembangan motorik kurang, menjadi termotivasi dan mau belajar dengan rajin, supaya dapat meningkatkan kemampuan perkembangan motorik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik melalalui kegiatan bermain peran pada anak TKLB Karanganyar yang telah dikemukakan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan bermain peran dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak Taman Kanak-kanak Luar Biasa YPALB Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/ 2010. B. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saransaran sebagai berikut: 1. Kepada Anak a. Anak hendaknya gemar melakukan
kegiatan bermain peran
untuk
meningkatkan perkembangan motorik kasar. b. Anak hendaknya memiliki semangat untuk bermain peran agar motorik kasarnya dapat berkembang. 2. Kepada Orang tua a.
Orang tua hendaknya memberikan motivasi kepada anak agar gemar bermain peran sehingga perkembangan motorik kasar anak dapat terbentuk dan berkembang dengan sempurna. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b.
Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perkembangan motorik kasar anak pada saat melakukan kegiatan bermain peran.
3. Kepada Guru a. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode-metode dan strategi
yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan materi
pembelajaran bermain peran. b. Guru harus menggunakan fasilitas, khususnya APE yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar. c. Guru
yang
pembelajaran
belum
menerapkan
kegiatan
bermain
peran
dalam
dapat mencoba menerapkan model pembelajaran tersebut
agar perkembangan motorik anak meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Achmad DS, 2003. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdiknas. Depdikbud.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN. Balai Pustaka Djauzak Ahmad.1993. Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdikbud Moeslichatoen R,2003. Metode pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Rineka Cipta. Mulyani Sumantri.1994. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka. Nasichin, 2001. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa. Jakarta : Depdiknas. Poewadarminta,WJS.1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Rusli, 1997. Proses Belajar Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdikbud. Sutarto Pancaputro.2002. Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka. Wardani, 2003. Psikologi Pekembangan. Universitas Terbuka. Jakarta Yudi Hendrayana, 2003. Pembelajaran Permainan Dasar Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta : Depdiknas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lembar Observasi / Pengamatan No
Aspek yang dinilai B
I
II
III
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) o. Kompetensi dasar p. Hasil belajar q. Indikator r. Tujuan perbaikan s. Langkah pembelajaran t. Sarana dan sumber belajar serta metode u. Evaluasi Kegiatan Guru 17. Kesiapan 18. Apersepsi 19. Penggunaan bahasa 20. Penggunaan materi 21. Penyajian 22. Penerapan /Penggunaan metode 23. Alokasi waktu 24. Penggunaan media/ alat pembelajaran Kegiatan Siswa 17. Kesiapan 18. Keaktifan 19. Keberanian bertanya 20. keberanian menjawab pertanyaan 21. Ungkapan/ gagasan 22. Kemampuan motorik 23. Hasil kesimpulan 24. Penggunaan media/ alat peraga
commit to user
Hasil C
B = Baik C = Cukup K= Kurang
B B B B B B B
B B B C B C C B
B B C B C B C B
Keterangan K
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SKENARIO RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS I, II )
Tema
:
Kelas / semester
:
Alokasi Kompetensi
:
Standar Kompetensi
:
Kompetensi Dasar
:
Indikator
: 2.
I. Tujuan Pembelajaran
Menggerakkan kaki berbagai arah
: 1. Dapat menggerakan tangan ke berbagai
arah 2. Dapat menggerakkan kaki ke berbagai arah. II. Materi Pembelajaran III. Metode Pembelajaran
: Bermain peran sebagai polisi : Ceramah, demontrasi dan tugas,
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pertemuan I, II Pengorganisasian
Kegiatan a. Kegiatan Awal
Siswa
Waktu
Kelompok
10 menit
Individu
40 menit
Kelompok
10 menit
1. Berdoa dipimpin siswa yang bertugas 2. Memberi salam kepada guru 3. menyanyikan lagu bapak polisi 4. Guru
menceritakan
permasalahan
yang
berkaitan dengan bina gerak menggunakan gerakan tangan dan kaki 5. Mengadakan
pemanasan
dengan
cara
mengerakkan tangan dan kaki. b. Kegiatan Inti 1. Secara
individu
(bergantian)
siswa
menggerakan tangan dan kaki dari kanan ke kiri lalu dengan memberikan aba-aba. 2. Siswa
dengan
bimbingan
guru
mendemonstrasikan gerakan polisi pada saat mengatur lalulintas di jalan raya. 3. Siswa melakukan sendiri gerakan polisi yang sedang mengatur lalulintas di jalan raya. c. Kegiatan Akhir 1. Berkemas-kemas tanpa bantuan untuk melatih kemandirian dan perkembangan disarankan
menggerakkan
motorik
kaki
tangannya. 2. Bersama-sama menyanyikan lagu wajib. 3. Guru mengingatkan tugas rumah 4. Berdoa dipimpin siswa yang bertugas. commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KISI-KISI KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK
1. Menggerakkan tangan untuk kelenturan dan kekuatan otot secara koordinasi 2. Menggerakkan badan untuk kelenturan dan kekuatan otot secara koordinasi 3. Menggerakkan kaki untuk kelenturan dan kekuatan otot secara koordinasi 4.
Menggerakkan lengan untuk kelenturan dan kekuatan otot secara koordinasi
5. Melakukan keseimbangan badan untuk kelenturan dan kekuatan otot secara koordinasi 6. Melakukan aktivitas fisik secara terkordinasi 7. Melatih
keberanian
commit to user
dan
kelincahan
SATUAN KEGIATAN MINGGUAN
I.
KELOMPOK
:
KELOMPOK SDLB C
SEMESTER/MINGGU
:
II / VI
TEMA
:
REKREASI (FISIK MOTORIK)
Kompetensi Dasar : Anak mampu melakukan aktivitas fisik secara terkordinasi dalam rangka persiapan untuk menulis, misalnya : kelenturan, keseimbangan dan kelincahan serta melatih keberanian.
II.
Hasil Belajar : Dapat menggerakkan tangan, badan, kaki, lengan, keseimbangan, kekuatan otot dan koordinasi dan melatih keberanian.
Pengembangan Hari
Indikator/kegiatan Sikap perilaku
I
Bahasa (Baca tulis)
1. Membaca doa akan pergi berekreasi
4. Melaksanakan 4 perintah sekaligus
Kognitif (Matematika) 1. Mengelompokkan
Fisik dan motorik (Seni) 16. Bermain peran
gambar/alat
Antri membeli
perlengkapan rekreasi
karcis diloket kebun binatang 19. Menirukan burung bangau mengangkat
Seni 37. Menceritakan gerakan gantomim
(Balok) 10. Membentuk kereta api dari guntingan kertas berbentuk
satu kaki II
(Baca tulis) 5. Bercerita tentang
(Matematika) d. Mengelompokkan
18. Memanjat, bergantung, berayun
candi Sukuh dan
gambar benda yang
pada tangga
candi Cetho
sama gunanya
majemuk 22. Merayap dibawah
(Baca Tulis) 28. Latihan membuat kalimat menggu-
tongkat yang
O Δ 32. Mengucapkan syair Grojogan Sewu
(Balok) 11. Membuat bentuk gubug dari lidi
direntangkan dengan mengambil sepatu
nakan kata “kemarin” III
(Baca tulis) 11. Cara menyapa
10. Menyebutkan
(Area drama) 9. Mencoba mencampur
dengan ramah dan
macam
air dengan sirup lalu
sopan
kendaraan yang
diminum
berjalan didarat, air dan udara
11. Memantulkan bola
28. Menari
besar diam ditempat (Seni) 24. Menirukan gerakan hewan 25. Menirukan gerakan tanaman
4. Mengecap dengan pelepah pisang
IV
(Baca Tulis) 1. Menebak dan
(Matematika) 14. Membuat urutan
15. Berjalan diatas
menirukan suara
gambar paying pada
papan titian dengan
bernyanyi dengan
binatang
buku
membawa beban
tepuk tangan
(Balok) 8. Menyusun balok dari besar ke kecil
21. Menendang bola ke
27. Bercerita harimau dan Kerbau
(Baca tulis) 9.
Menunjuk dan
(Balok) 20. Membongkar dan
menyebutkan
memasang Puzzel
gerakan-gerakan
21. Menendang bola
(Seni) 19. Melukis dengan jari
20. Berlari sambil
(Seni)
melompat
18. Memercik dengan
14. Meloncat
cat kayu
ketinggian 40 cm
melompat, berenang,
“Tepuk Teletubies”
belakang
kedepan V
23. Bermain dan
(Matematika) 7.
15. Berlari dengan
Memberi tanda (v)
melompat
mendayung,
pada gambar yang
rintangan
menyetir, dan
janggal
sebagainya VI
(Baca tulis)
(Pasir dan air)
14. Mengurutkan
24. Mengisi botol
22. Lomba merayap seperti tentara
(Seni) 14. Mencipta dan
dan
dengan pasir
menceritakan 5 gambar seri
23. Lomba merangkak mengambil topi
(IPA) 23. Menimbang beras /buah dengan timbangan
mengisi pola dengan serbuk gergajian (grajen)