KEEFEKTIFAN TIGA ATRAKTAN MENGGUNAKAN BOLA BERWARNA DALAM MENANGKAP IMAGO LALAT BUAH PADA JAMBU BIJI DI KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR
GILANG ADITYA RAHAYU
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRAK
GILANG ADITYA RAHAYU. Keefektifan Tiga Atraktan Menggunakan Bola Berwarna dalam Menangkap Imago Lalat Buah pada Jambu Biji Di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Dibimbing Oleh IDHAM SAKTI HARAHAP. Tanaman jambu biji memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan produksi jambu biji termasuk 10 besar dari produksi buah-buahan di Indonesia. Agar produksi jambu biji tidak menurun maka perlu adanya pengendalian hama terutama hama lalat buah. Lalat buah dapat dikendalikan dengan mengunakan perangkap mengandung atraktan. Perkebunan apel di Amerika menggunakan perangkap sticky trap berbentuk bola menyerupai buah apel untuk monitong dan mengendalikan lalat buah. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan atraktan yaitu metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dengan menggunakan perangkap bola berwarna dalam menangkap lalat buah, mempelajari pengaruh curah hujan terhadap tangkapan lalat buah dan untuk mengetahui nisbah kelamin tangkapan oleh tiga atraktan. Perangkap bola berwarna yang mengandung tiga atraktan digantungkan di pohon jambu biji dengan ketinggian ± 1 m diatas permukaan tanah. Peubah yang diamati berupa jumlah imago lalat buah yang tertangkap, jenis lalat buah yang tertangkap, perbandingan imago lalat buah jantan dan betina pada masing-masing perangkap. Data panen diperoleh melalui wawancara dengan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 spesies lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap. Kombinasi bola perangkap berwarna menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma dapat menangkap lalat buah lebih banyak. Sedangkan bola perangkap protein hidrolisat relatif sedikit, namun banyak lalat buah betina yang tertangkap dalam perangkap protein hidrolisat dibandingkan metil eugenol dan lem beraroma. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap di pengaruhi oleh curah hujan. Kata kunci: Jambu biji, lalat buah, metil eugenol, protein hidrolisat, sticky trap ball
KEEFEKTIFAN TIGA ATRAKTAN MENGGUNAKAN BOLA BERWARNA DALAM MENANGKAP IMAGO LALAT BUAH PADA JAMBU BIJI DI KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR
GILANG ADITYA RAHAYU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
: Keefektifan Tiga Atraktan Menggunakan Bola Berwarna dalam Menangkap Imago Lalat Buah pada Jambu Biji Di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor
Nama Mahasiswa
: Gilang Aditya Rahayu
NRP
:
A34062154
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi. NIP 19591022 198503 1 002
Diketahui, Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Dr. Ir. Dadang, MSc. NIP 19640204 199002 1 002
Tanggal:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Keefektifan Tiga Atraktan Menggunakan Bola Berwarna dalam Menangkap Imago Lalat Buah pada Pertanaman Jambu Biji Di kecamatan Tanah Sareal. Skripsi ini merupakan hasil penelitian di perkebunan jambu biji desa Sukadamai, kecamatan Tanah Sareal, Bogor, pada tanggal 9 April sampai dengan 10 September 2010, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi., yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Abdul Muin Adnan MS. sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Ir. Djoko Prijono, MAgr.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik. Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan baik secara moril dan materil. Terima kasih kepada ibu Aisah laboran di laboratorium Biosistematika Serangga Proteksi Tanaman IPB. Terima kasih kepada petani kebun jambu biji desa Sukadamai terutama kepada Bapak Naning yang telah bersedia meminjamkan lahannya. Dan terima kasih kepada Amelia Andriani, Fitrah Murgianto, Ahmad Faisol serta teman-teman Departemen Proteksi Tanaman telah memberikan dorongan serta motivasinya. Penulis berharap, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi yang memerlukan.
Bogor, Maret 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Bandung, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 7 Maret 1988. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ir. Yuyu Rahayu MSc dan Ir. Ketty Suketi MSi. Penulis lulus dari SD Bina Insani Bogor pada tahun 2000, pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi di SMP Bina Insani Bogor. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMAN 2 Bogor pada tahun 2006. Penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif di organisasi Himpunan Proteksi Tanaman (Himasita) sebagai Staf Divisi Kewirausahaan periode 2008-2009. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah, antara lain asisten praktikum mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Tahunan tahun 2009-2010 dan asisten praktikum mata kuliah Hama dan Penyakit Benih dan Pascapanen tahun 2009-2010.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................
1
Tujuan Penelitian ............................................................................
3
Manfaat Penelitian ..........................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
4
Tanaman Jambu Biji ........................................................................
4
Botani ......................................................................................... Syarat Tumbuh ........................................................................... Manfaat Jambu Biji ....................................................................
4 4 5
Lalat Buah (Bactrocera spp) ............................................................
5
Morfologi dan Biologi .............................................................. Penyebaran ................................................................................. Gejala Serangan dan Kerugian ................................................... Bactrocera dorsalis kompleks ................................................... Pengendalian Lalat Buah ............................................................ Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan ..............................
5 7 7 8 10 11
BAHAN DAN METODE ........................................................................
12
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
12
Bahan dan Alat ................................................................................
12
Metode Penelitian ...........................................................................
12
Penempatan Perangkap Uji ........................................................ Disain Perangkap Uji ................................................................... Peubah yang Diamati ................................................................... Informasi Data Panen ................................................................... Identifikasi Lalat Buah ................................................................. Penentuan Nisbah Kelamin ..........................................................
12 13 14 14 15 15
Analisis Data ....................................................................................
15
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
16
Spesies Lalat Buah yang Tertangkap ...............................................
16
Populasi Lalat Buah yang Tertangkap ............................................
18
Tangkapan Tiga Spesies Lalat Buah per Minggu .............................
21
Bactrocera carambolae ............................................................... Bactrocera dorsalis ..................................................................... Bactrocera papayae .....................................................................
21 21 25
Pengaruh Curah Hujan Terhadap Hasil Tangkapan .......................
25
Masa Sebelum Panen Raya .......................................................... Masa Panen Raya .........................................................................
25 26
Rata-rata Nisbah Kelamin Tiga Spesies Lalat Buah ........................
29
Persentase Kerusakan oleh Lalat Buah ............................................
32
Tingkat Pengurangan Serangan ........................................................
33
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
34
Kesimpulan .....................................................................................
34
Saran ................................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
35
LAMPIRAN ..............................................................................................
38
DAFTAR TABEL
Halaman 1
Spesies lalat buah yang tertangkap di lahan penelitian .......................
2
Tangkapan imago lalat buah pada masing-masing perangkap per minggu .................................................................................................
3
23
Tangkapan imago B. papayae pada masing-masing perangkap per minggu ................................................................................................
6
22
Tangkapan imago B. dorsalis pada masing-masing perangkap per minggu ................................................................................................
5
19
Tangkapan imago B. carambolae pada masing-masing perangkap per minggu ..........................................................................................
4
16
24
Rata-rata nisbah kelamin tiga spesies lalat buah yang tertangkap selama 16 minggu ...............................................................................
31
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Venasi sayap lalat buah .......................................................................
6
2 Bagian toraks lalat buah B. dorsalis kompleks ...................................
9
3
Petak perangkap di lapangan ...............................................................
4
Bola perangkap di lapangan: (a) bola perangkap warna kuning dan
5
13
(b) bola perangkap warna merah ..........................................................
14
Lalat buah yang tertangkap pada tiap minggunya ...............................
20
6 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa sebelum panen raya ......................................................................................................
26
7 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa panen raya ............ 8
28
Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa sebelum panen raya: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae ...........................................................................................
9
30
Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa panen raya: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, dan (c.) B. papayae ..............................................................................................
30
10 Persentase rata-rata kerusakan lalat buah ............................................
32
11 Tingkat pengurangan serangan di pertanaman jambu biji ..................
33
LAMPIRAN Halaman 1
Anova lalat buah yang tertangkap .......................................................
39
2 Anova B. carambolae yang tertangkap ...............................................
41
3 Anova B. dorsalis yang tertangkap .....................................................
43
4 Anova B. papayae yang tertangkap ....................................................
45
5
Anova nisbah kelamin B. carambolae ................................................
47
6
Anova nisbah kelamin B. dorsalis ......................................................
47
7
Anova nisbah kelamin B. papayae ......................................................
47
8
Data serangan lalat buah hasil wawancara ..........................................
47
9
Curah hujan tahun 2010 di lokasi penelitian .......................................
48
10 Bactrocera carambolae (a.) dengan sayap (b.), B. dorsalis (c.) dengan sayap (d.), B. papayae (e.) dengan sayap (f.), B. occipitalis (g.) ........................................................................................................
49
11 Bactrocera umbrosa (a.), B.curcurbitae (b.), B. albistrigata (c.) ........
50
12 Lalat buah yang tertangkap bola perangkap berwarna ........................
50
13 Lahan penelitian ..................................................................................
51
14 Buah jambu biji yang terserang oleh lalat buah ..................................
51
15 Wawancara Budidaya dan Panen pada Perkebunan Jambu Biji ..........
52
PENDAHULUAN
Latar Belakang Jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman perdu yang tersebar luas di Malaysia, India, Vietnam, Srilanka, dan Indonesia (Sunarjono 1987). Tanaman ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena banyak keunggulan dan manfaatnya. Di negara-negara tropis dan subtropis, jambu biji dikonsumsi sebagai makanan maupun obat tradisional (Gutiérrez et al. 2008). Jambu biji berperan penting dalam perdagangan mancanegara karena banyak macam hasil olahannya (Soetopo 1997). Kandungan gizi yang ada dalam buahnya terdiri dari vitamin C, Kalium, dan zat besi, Selain itu buah jambu biji kaya akan serat pangan, komponen karotenoid, dan polifenol (Aswatan 2008). Komoditas jambu biji merupakan salah satu komoditas buah-buahan tropika yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Produksi jambu biji termasuk 10 besar dari produksi buah-buahan di Indonesia. Produktivitas jambu biji di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2009 mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 produksi jambu biji sebesar 179.47 ton, tahun 2008 sebesar 207.03 ton, dan tahun 2009 sebesar 220.20 ton (BPS 2009). Produktifitas jambu biji dapat mengalami penurunan bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan benar dan adanya serangan hama. Untuk menjaga produktifitas jambu biji, maka perlu adanya pengendalian hama yang menyerang jambu biji. Hama utama yang menyerang buah jambu biji adalah lalat buah. Lalat buah merupakan salah satu hama penting pada tanaman hortikultura (Allwood dan Leblanc 1997) terutama pada tanaman buah-buahan. Hama ini dapat menyebabkan buah busuk atau jatuh sebelum waktunya, sehingga kualitasnya menurun. Menurut Kalshoven (1981), lalat buah merupakan hama utama yang sering menyebabkan kegagalan panen buah. Lalat buah memiliki kemampuan memencar yang sangat tinggi (Allwood 1997a). Hal tersebut menyebabkan kerugian cukup besar. Lalat buah memiliki sebaran inang yang luas, diantaranya yaitu mangga, jambu air, jambu biji, cabai, pepaya, nangka, jeruk, melon, ketimun, tomat, alpukat, pisang, dan belimbing (Asari 2003). Pada saat populasi lalat buah tinggi, intensitas serangan dapat mencapai 100% (Soeroto et al. 1995).
2
Serangan lalat buah dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida, pembungkusan buah sebelum buah matang, dan menggunakan perangkap lalat buah. Pembungkusan buah merupakan cara pengendalian yang mampu mengendalikan serangan lalat buah. Keefektifan pembungkusan buah dapat ditingkatkan dengan menggabungkan pengendalian menggunakan perangkap. Perangkap yang digunakan untuk mengendalikan populasi lalat buah umumnya menggunakan atraktan. Atraktan merupakan senyawa yang dapat menarik serangga untuk datang (Kardinan 2005). Penggunaan atraktan juga dianggap efektif dan ramah lingkungan, karena atraktan tidak meninggalkan residu pada buah (Kardinan 2003). Selain itu, menggunakan perangkap atraktan lebih hemat, bahannya mudah didapatkan, dan praktis dari segi ekonominya. Atraktan yang sering digunakan oleh petani dalam mengendalikan serangan lalat buah adalah metil eugenol. Metil eugenol dapat menarik lalat buah jantan dari genus Bactrocera spp. dalam jumlah banyak (White dan Haris 1994). Selain metil eugenol ada juga atraktan lain, yaitu protein hidrolisat yang berasal dari protein yang terhidrolisis. Protein hidrolisat merupakan makanan yang dibutuhkan oleh lalat buah betina untuk menghasilkan telur (Rahardjo et al. 2008), sehingga mampu menarik lalat buah betina untuk datang. Umpan protein hidrolisat sudah lama dipergunakan dan menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan serangan lalat buah (Vicker 1997). Selain atraktan, warna juga dapat berfungsi sebagai penarik lalat buah. Warna, bentuk, dan ukuran perangkap yang digunakan dapat menarik lalat buah untuk datang (Economopoulus 1989). Di perkebunan apel di Amerika Serikat, pengendalian lalat buah dilakukan dengan menggunakan perangkap berlem (sticky trap) yang mengandung atraktan. Perangkap berlem yang digunakan berbentuk bola merah menyerupai buah apel (Hahn dan Ascerno 2005). Bola merah berlem (red sphere trap) dan papan kuning berlem merupakan dua tipe perangkap yang umum digunakan, namun bola merah berlem lebih efektif (Klass 2008).
3
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari tiga atraktan, yaitu metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dengan menggunakan perangkap bola berwarna dalam menangkap imago lalat buah. Selain itu, dalam penelitian ini juga mempelajari pengaruh curah hujan terhadap tangkapan lalat buah oleh model perangkap yang diujikan dan untuk mengetahui nisbah kelamin tangkapan tiga atraktan dan model perangkap yang diuji. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dalam menangkap lalat buah.
4
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jambu Biji Botani Jambu biji berasal dari daerah tropik Amerika. Menurut pendapat De Candolle, jambu biji berasal dari daerah antara Meksiko dan Peru (Soetopo 1997). Nama botani jambu biji adalah Psidium guajava dan tergolong dari famili Myrtacae. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar di daerah tropik dan subtropik (Ashari 1995). Tanaman jambu biji berkanopi pendek dan percabangannya dekat dengan tanah (Ashari 1995). Tanaman ini dapat beradaptasi di berbagai kondisi lingkungan dan lebih tahan terhadap kekeringan daripada tanaman tropika lainnya (Soetopo 1997). Buah jambu biji di Indonesia pada umumnya berukuran besar dan daging buahnya terasa manis. Buah jambu biji berbentuk bulat menyerupai bentuk pir atau berry berdiameter rata-rata 5 cm. Daging buah dapat berwarna putih, kuning, merah muda, atau dapat pula berwarna merah. Buah bervariasi dalam ukuran, intensitas aroma, dan rasa (Bourke 1976). Tanaman jambu biji tingginya dapat mencapai 10 m, bercabang mulai dari pangkal dan sering mengeluarkan anakan. Kulit batangnya licin, berwarna hijau sampai merah cokelat, mengelupas dalam serpihan tipis (Soetopo 1997). Tunas berbentuk segi empat dengan dua daun setiap ruasnya. Kedudukan daunya berlawanan. ukuran daun antara 5-15 cm x 3-7 cm. Tangkai daun 3-10 mm, bunganya berkelompok, jumlah bunga 2-3 setiap kelompok, mahkota bunga berwarna putih sebanyak 4-5 buah, kepala sari sangat banyak, buahnya berdompolan 4-12 cm panjangnya (Ashari 1995). Syarat Tumbuh Tanaman jambu biji pada umumnya ditanam dengan jarak 6 x 7 m, kepadatannya sekitar 250 tanaman/ha (Samson 1980). Jambu biji toleran terhadap kisaran iklim yang luas dan dapat hidup sampai ketinggiaan 1500 m dpl. Tanaman ini dapat tumbuh optimum pada curah hujan 1000-2000 mm dan pada temperatur
5
23°C hingga 28°C. Tanaman ini mampu tumbuh dalam keadaan tanah yang salin dan kekeringan serta pH antara 4.5 sampai 8.2 (Samson 1980). Suhu rata-rata diatas 16°C cocok untuk pembungaan dan pembuahan (Soetopo 1997). Manfaat Jambu Biji Tanaman jambu biji dapat menghasilkan bahan berbentuk makanan, minyak atsiri, dan kayu (Rismunandar 1981). Selain itu, jambu biji memiliki aroma yang khas karena mengandung senyawa eugenol (Agromedia 2009). Jambu biji dikatakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kandungan zat gizinya yang tinggi. Daging buahnya mengandung air sebanyak 83.3 g, protein 1 g, lemak 0.4 g, pati 6.8 g, serat 3.8 g, dan vitamin C 337 mg. Kandungan energi untuk tiap 100 g buahnya sebesar 150-210 kJ (Ashari 1995). Kandungan vitamin C buah jambu biji sekitar 87 mg, dua kali lipat dari jeruk manis (49 mg/100 g), lima kali lipat dari orange, serta delapan kali lipat dari lemon (10.5 mg/100 g). Jambu biji juga merupakan sumber pektin berkisar antara 0.1-1.8 % (Soetopo 1997). Lalat Buah (Bactrocera spp.) Morfologi dan Biologi Lalat buah dengan nama ilmiah Bactrocera spp. tergolong dalam ordo Diptera dan famili Tephritidae. Famili ini beranggotakan lalat-lalat yang berukuran kecil sampai sedang yang biasanya mempunyai bintik-bintik atau pita (band) pada sayap-sayapnya. Bintik-bintik tersebut sering kali membentuk pola menarik dan rumit. Pada kebanyakan jenis lalat buah sel anal pada sayapnya memiliki juluran distal yang lancip di bagian posterior (Borror et al. 1996). Lalat buah melewati 4 stadium metamorfosis yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Telur berwarna putih dan diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah. Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari (Soeroto et al. 1995). Lalat buah betina mencari inangnya menggunakan bau dan rangsangan visual, dengan menusukkan ovipositor lalat buah memasukkan telur di bawah permukaan kulit buah (Gould dan Raga 2002).
6
Larva lalat buah terdiri dari 3 instar (Soeroto et al. 1995). Larva berwarna putih keruh kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing, kepala runcing, mempunyai alat pengait, dan bintik yang jelas. Larva instar kertiga berukuran sedang, dengan panjang
7–9 mm dan lebar 1.5-1.8 mm.
Sedangkan pupa lalat buah merupakan pupa tipe obtekta
(White dan Harris
1994). Larva menggali liang dan makan di dalam buah selama 7-10 hari tergantung suhu. Lamanya stadia pupa tergantung suhu. Dalam kondisi yang mendukung, imago dapat muncul 7-10 hari setelah proses pupa (Gould dan Raga 2002). Imago lalat buah umumnya memiliki panjang sayap antara 2 mm sampai 25 mm dengan pola sayap tertentu (White dan Haris 1994). Lalat buah memiliki ciri-ciri penting, yaitu ciri-ciri pada kepala terdiri dari antena, mata, dan noda atau bercak pada muka (facial spot). Bagian dorsum toraks terdiri dari dua bagian penting yang disebut terminologi skutum atau mesonotum. Sayap mempunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap, yaitu costa (pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus pembuluh sayap sisi posterior), median (pembuluh sayap tengah), radius (pembuluh sayap radius), r-m dan dm-cu (pembuluh sayap melintang) (Gambar 1), dan ciri-ciri abdomen abdomen terdiri dari ruas-ruas (tergum) (Siwi et al. 2006).
Gambar 1 Venasi sayap lalat buah Sumber: Drew dan Hancock 1994
7
Penyebaran Pada daerah Indo-Pasifik dilaporkan terdapat 800 spesies lalat buah tetapi hanya 60 spesies yang merupakan hama penting (White et al. 1992 dalam Siwi et al. 2006). Di Indonesia bagian barat, terdapat 90 spesies lalat buah termasuk jenis lokal
(indigenous) tetapi hanya 8 yang termasuk hama penting diantaranya,
Bactrocera albistrigata, B. dorsalis Hendel, B. carambolae Drew and Hancock, B. papaya Drew and Hancock, B. umbrosa, B. caudate (Fabricius) dengan sinonim B. tau (Walker), B. cucurbitae, dan Dacus longicornis (Orr 2002 dalam Deptan 2005). Hama lalat buah menyebabkan kerusakan tanaman buah dan sayuran. Beberapa spesies lalat buah memiliki spesifik inang buah dan kadang tumpang tindih dengan spesies lain dalam inang buah yang sama. Lalat buah B. carambolae merupakan hama utama pada belimbing sedangkan B. papayae merupakan hama penting pada mangga, pepaya, dan jambu biji (Drew dan Romig 1997). Gejala Serangan dan Kerugian Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor merupakan gejala awal serangan lalat buah. Larva lalat buah yang menetas dari telur akan membuat liang gerek di dalam buah dan menghisap cairannya. Larva dapat menstimulir pertumbuhan buah dan kehidupan organisme pembusuk. Buah menjadi busuk dan jatuh ke permukaan tanah (Soeroto et al. 1995). Kerugian yang ditimbulkan oleh lalat buah dapat secara kuantitatif maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya produksi buah sebagai akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih muda ataupun buah yang rusak serta busuk yang tidak laku dijual. Kualitatif yaitu buah yang cacat berupa bercak, busuk, berlubang, dan terdapat larva lalat buah yang akhirnya kurang diminati konsumen (Asri 2003).
8
Lalat Buah Bactrocera dorsalis Kompleks Terdapat 52 spesies yang termasuk dalam B. dorsalis kompleks di Asia. Banyak laporan B. dorsalis dari India selatan, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Srilanka telah terjadi kesalahan identifikasi. Mula-mula B. dorsalis kompleks terdiri dari 12 spesies, tetapi penemuan terakhir menunjukkan terdapat 40 spesies yang merupakan spesies baru. Dalam 52 spesies terdapat 8 spesies yang merupakan hama penting yaitu. B. dorsalis, B. carambolae, B. papaya, B. caryeae, B. kandiensis, B. occipitalis, B. philippinensis, B. pyrifoliae (Derw dan Hancock 1994). Bactrocera dorsalis. Spesies ini memiliki skutum berwarna hitam dan terdapat tanda berwarna kuning pada postpronotal lobes dan notopleural. Sedangkan skutelumnya berwarna kuning (Gambar 2). Abdomen berbentuk oval dan terdapat pecten (rambut-rambut menyerupai sikat) pada tergum III. Adanya pola “T” yang jelas pada tergum III-V yang merupakan bagian abdomen. Pola “T” berupa yang membelah garis hitam yang membelah tergum III-V, garis tersebut menjadi tipis di tergum IV-V. Panjang sayapnya mencapai 6.4 mm. Sel bc dan c pada sayap B. doraslis tidak berwarna dan adanya costal band (pita) yang tipis dari sel sc hingga bertemu R2+4 (Drew dan Hancock 1994). Pita hitam pada garis costa tidak memanjang ke bawah pada R2+4, kecuali pada apeks sayap (Siwi et al. 2006). Bactrocera carambolae. Skutum spesies ini berwarna hitam-pucat, skutelum berwarna kuning, pada postpronotal lobes dan notopleural terdapat tanda berwarna kuning (Gambar 2). Panjang sayapnya 6.3 mm (Drew dan Hancock 1994). Spesies B. carambolae memiliki sayap dengan costal band tipis berwarna hitam kemerahan sedikit melewati R2+3 dan sedikit melebar di bagian apeks dari R2+43 yang juga melewati apeks dari R4+5. Sedangkan abdomennya pada tergum III-V berwarna coklat-oranye dengan garis tipis melintang pada anterior margin tergum III, adanya garis berwarna hitam-kemerahan di bagian samping tergit III. anterolateral corners pada tergit IV dan V berwarna hitamkemerahan. medial longitudinal tipis pada ketiga tergum (Ginting 2009). Pada bagian apical femur tungkai depan lalat buah B. carambolae terdapat spot hitam (Siwi et al. 2006).
9
Bactrocera papayae. Postpronotal lobes dan notopleural spesies B. papayae terdapat tanda berwarna kuning. Skutum berwarna hitam dan skutelum berwarna kuning. Abdomennya terdapat garis hitam tipis melintang pada anterior magin dari tergum III yang sedikit melebar di sisi lateral, medial longitudinal berwarna hitam berukuran sedang melewati ketiga tergum. Ada sepasang (ceromae) coklat-oranye mengkilap pada tergum V. Pada sayap spesies ini terdapat pita berwarna coklat tepat pada R3+2 atau hanya melewati cabang ini menjadi memudar dan sisanya di sekitar apeks menyempit dan berbentuk pancingan di sekitar apeks R4+5 (Ginting 2009). Bactrocera occipitalis. Skutum berwarna hitam tetapi pada bagian posterior margin dan yang berdekatan dengan Prsc.setae berwarna merah-coklat gelap. Abdomen tergum II-V dengan garis hitam melewati anterior margin tergum III dan melebar menutupi sisi samping, abdomen dengan garis berbentuk segi empat berwarna hitam gelap di bagian anterlateral. Lalat buah B. occipitalis memiliki costal band berwarna coklat yang melewati R2+3 dan melebar melewati bagian apeks (Ginting 2009).
Gambar 2 Bagian toraks lalat buah B. dorsalis kompleks. Sumber: Drew dan Hancock 1994
10
Pengendalian Lalat Buah Pengendalian lalat buah dapat dilakukan secara fisik, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian lalat buah yang biasa dilakukan di Indonesia yaitu, berupa pembungkusan, sanitasi kebun, penggunaan perangkap dengan atraktan, dan eradikasi (Soeroto et al. 1995). Pembungkusan buah secara individu di pohon dilakukuan dengan menggunakan kertas pembungkus untuk mencegah peletakan telur. Cara ini dapat memproduksi buah bebas lalat buah meskipun kehadiran populasi imago lalat buah tinggi. Metode tersebut merupakan metode pengendalian yang sering digunakan di beberapa negara Asia (Vijaysegaran 1997). Untuk menghindari tusukan langsung alat peletak telur lalat buah betina, para pemilik pohon belimbing, nangka, atau pohon buah lainnya membungkus buah-buah tersebut sedini mungkin (Kalie 1992). Metil eugenol mengeluarkan aroma yang dapat menarik lalat buah untuk menghampirinya (Iskandar 2005). Metil eugenol memiliki unsur kimia C12H24O2. Senyawa ini merupakan makanan yang dibutuhkan oleh lalat buah jantan untuk dikosumsi dan berguna dalam proses perkawinan. Radius aroma metil eugenol dapat mencapai 20-100 m (Kardinan 2003). Di alam, lalat buah jantan mengonsumsi metil eugenol, kemudian setelah diproses dalam tubuhnya maka akan menghasilkan feromon seksual yang dapat menarik lalat betina (HEE dan TAN 2001 dalam Kardinan 2009). Tanaman yang mampu mengeluarkan aroma eugenol dapat digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih (Ocimum), yaitu O. minimum, O. tenuiflorum, O. sanctum, dan tanaman yang dapat menghasilkan senyawa eugenol. Selain tanaman selasih ada juga tanaman lain, yaitu Melaleuca bracteata dan tanaman yang dapat meningkatkan efektifitas atraktan, seperti pala (Kardinan 2000). Berbagai macam protein hidrolisat sudah digunakan untuk menangkap lalat buah baik jantan maupun betinanya (Sookar et al. 2006). Protein hidrolisat dapat dibuat dari berbagai macam sumber penghasil protein dari putih telur, ragi tape, dan kedelai (Rahardjo 2008). Umpan protein telah menjadi metode umum yang digunakan dalam menekan atau mengendalikan populasi lalat buah di
11
beberapa negara di belahan dunia. Hal tersebut merupakan kemajuan teknologi umpan secara semprot (Vijaysegaran 1997). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Dinamika populasi lalat buah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kelembaban, suhu, cahaya, inang, dan ketersediaan makanan (Allwood 1997a). Kelembaban yang rendah dapat menurunkan keperidian lalat buah dan meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat mengurangi laju peletakkan telur. Suhu berpengaruh terhadap perkembangan, keperidian, lama hidup, dan mortalitas Bactrocera spp. Perkembangan dan aktivitas hidup lalat buah umumnya pada suhu 10-30°C (Bateman 1972 dalam Ginting 2009). Curah hujan memiliki hubungan lansung dengan kelimpahan lalat buah. Di India populasi lalat buah (melon fly) mengalami peningkatan ketika hujan terjadi di musim kemarau. Hubungan antara turunnya hujan dan kelimpahan lalat buah kemungkinan karena ada hubungan dengan masa pembuahan tanaman inang lalat buah dan masa pembuahan terjadi ketika hujan banyak terjadi (Allwood 1997a).
12
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman jambu biji masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Identifikasi imago lalat buah dilakukan di laboratorium Biosistematika Serangga Departemen Proteksi Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan April 2010 hingga bulan September 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan di lapangan dalam penelitian ini yaitu tanaman jambu biji, metil eugenol, protein hidrolisat dari limbah beer, lem beraroma, perekat berupa lem tikus, bensin, dan alkohol 70%. Alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu bola plastik berwarna kuning dan merah masing-masing berjumlah 12, kawat, suntikan 1 ml, handsprayer, kuas, kertas label, kantong plastik, dan mikroskop stereo untuk mengidentifikasi lalat buah. Metode Penelitian Penempatan Perangkap Uji Pemasangan perangkap yang mengandung atraktan lalat buah dilakukan di pertanaman jambu biji seluas ± 2.7 ha. Lahan pertanaman jambu biji dibagi menjadi 27 petak dengan masing-masing petak seluas 1000 m2. Dalam 27 petak dilakukan pemasangan 9 kombinasi perangkap dan atraktan dengan 3 ulangan. Perangkap atraktan yang diuji yaitu bola kuning dengan metil eugenol (KM), bola kuning dengan lem beraroma (KL), bola kuning dengan protein hidrolisat (KP), dan bola kuning tanpa bahan atraktan (K). Kemudian bola merah dengan metil eugenol (MM), bola merah dengan lem beraroma (ML), bola merah dengan protein hidrolisat (MP), bola merah tanpa atraktan (M), dan tanpa perangkap (TP) (Gambar 3).
13
ML3
MP3
KM2
TP2
MP2
MM2
KL3
TP3
MM3
ML2
KP2
K2
M2
KP3
K3
MP1
KL1
K1
KM1
ML1
TP1
M1
KP1
M3
MM1
Gambar 3 Tata letak perangkap di lapangan 1,2,3 merupakan ulangan
Disain Perangkap Uji Perangkap yang digunakan dalam penelitian ini berupa bola plastik dengan diameter 6 cm. Bola perangkap diolesi lem tikus secara menyeluruh. Bola yang sudah diolesi lem diberikan atraktan metil eugenol dengan meneteskannya, protein hidrolisat dengan cara menyemprotkan, dan lem beraroma dengan pengolesan. Untuk perlakuan metil eugenol dibutuhkan 0.2 ml metil egenol untuk satu bola perangkap. Metil eugenol diteteskan menggunakan suntikan berukuran 1 ml ke seluruh permukaan bola perangkap. Sedangkan perlakuan protein hidrolisat diaplikasikan dengan melarutkan bahan aktif protein hidrolisat sebanyak 50 ml dalam 450 ml air, kemudian menyemprotkannya ke bola perangkap menggunakan handsprayer, hingga merata. Aplikasi lem beraroma dilakukan dengan mengoleskannya ke permukaan bola dengan kuas secara menyeluruh. Sedangkan bola perangkap tanpa atraktan hanya menggunakan lem tikus saja, tanpa ada penambahan bahan atraktan. Setelah itu, bola yang telah diberikan perlakuan
14
kemudian digantungkan pada pohon jambu dengan ketinggian ± 1 m di atas permukaan tanah. Bola digantungkan menggunakan kawat (Gambar 4).
(a)
(b)
Gambar 4 Bola perangkap di lapangan: (a) bola perangkap warna kuning dan (b) bola perangkap warna merah. Pengambilan tangkapan lalat buah pada perangkap dilakukan seminggu sekali. Perangkap diganti dengan perangkap yang baru dengan penempatan dan perangkap yang sama. Bola perangkap yang telah memerangkap lalat buah kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan direndam menggunakan bensin. Lalat buah yang menempel pada bola perangkap akan lepas setelah lem berubah menjadi cair karena bensin. Lalat buah yang telah lepas dimasukan ke dalam botol dan diberi label berdasarkan perangkap, ulangan, dan waktu, kemudian lalat buah diawetkan dalam alkohol 70% untuk diidentifikasi. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati mencakup jumlah imago lalat buah yang tertangkap, jenis lalat buah yang tertangkap, perbandingan imago lalat buah jantan dan betina pada masing-masing perangkap. Informasi Data Panen Data panen berupa informasi diperoleh melalui wawancara dengan petani pertanaman jambu biji yang kebunnya dipasangi perangkap untuk mendapatkan informasi tentang hasil panen yang diperoleh selama penelitian berlangsung.
15
Identifikasi Seluruh lalat buah yang tertangkap diidentifikasi hingga tingkat genus dan spesies. Identifikasi dilakukan di laboratorium Biosistematika Serangga dengan bantuan mikroskop stereo. Identifikasi dilakukan dengan kunci identifikasi dari Ginting (2009) dan panduan praktis dalam identifikasi lalat buah Siwi et al. (2006). Selain itu, untuk panduan identifikasi digunakan juga literatur lainnya yang berupa gambar dan spesimen di museum serangga Departemen Proteksi Tanaman. Jumlah imago lalat buah yang terperangkap dihitung berdasarkan spesies dan jenis kelamin. Masing-masing perangkap uji dihitung jumlah imago lalat buah yang tertangkap. Setelah mendapatkan data akhir kemudian diolah menggunakan analisis statistik. Penentuan Nisbah Kelamin Nisbah kelamin merupakan perbandingan imago betina dengan jantan. Masing-masing perangkap dihitung perbandingan imago betina dengan jantan. Nisbah kelamin =
J
h
h
J
h
h
Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Data penelitian yang diperoleh diolah dengan sidik ragam menggunakan program SAS (Statistik Analysis System) versi 9.1. Rata-rata peubah kemudian diuji lanjut dengan selang berganda Duncan pada taraf nyata 5 %.
16
HASIL DAN PEMBAHASAN Spesies Lalat Buah yang Tertangkap Jumlah seluruh imago lalat buah yang tertangkap oleh perangkap uji selama penelitian adalah sebanyak 12 839 individu. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 7 spesies imago lalat buah yang tertangkap yaitu: B. carambolae, B. dorsalis, B. papayae, B. umbrosa, B. cucurbitae, B. occipitalis, B. albistrigata (Tabel 1) dan (Lampiran 10). Hasil tangkapan menunjukkan bahwa B. carambolae merupakan lalat buah yang dominan di lokasi penelitian, hal ini disebabkan B. carambolae dapat hidup dan berkembang dengan baik. Menurut Siwi et al. (2006) jambu biji merupakan inang lain dari B. carambolae. Dalam penelitian Ginting (2009) dan Muryati et al. (2005), lalat buah B. carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat buah yang populasinya melimpah di tanaman buah. Hal tersebut disebabkan karena tanaman inang dari kedua spesies ini sangat beragam dan hampir selalu ada.
Tabel 1 Spesies lalat buah yang tertangkap di lahan penelitian Spesies B. carambolae
Jumlah 11 287
B. dorsalis
763
B. papayae
753
B. umbrosa
22
B. occipitalis
7
B. curcurbitae
5
B. albistrigata
2
Total
12 839
Tangkapan spesies B. dorsalis dan B. papayae memperlihatkan jumlah yang relatif banyak tetapi masih didominasi oleh B. carambolae (Tabel 1). Spesies B. carambolae merupakan hama mayor dalam dorsalis kompleks. Menurut Drew dan Romig (1997) B. carambolae tersebar di Malaysia, Indonesia, dan Singapura.
17
Hal tersebut yang menyebabkan B. carambolae banyak ditemukan dalam hasil penelitian ini. Spesies B. dorsalis, B. papayae, dan B. carambolae dikenal sebagai hama penting untuk komoditas buah-buahan tropika. Ketiga lalat buah ini memiliki inang yang cukup luas. Dalam Vijaysegaran (1997), Tanaman inang B. carambolae adalah belimbing, jambu biji, mangga, sukun, dan beberapa buahbuahan lainnya. Tanaman inang B. dorsalis adalah jeruk, belimbing, jambu biji, mangga, pepaya, persik, pear. Spesies B. papayae memiliki tanaman inang pisang, belimbing, jeruk, mangga, pepaya, dan lainnya. Lalat buah yang sedikit tertangkap oleh perangkap yang diujikan adalah B. umbrosa, B. cucurbitae, B. occipitalis, dan B. albistrigata. Hal ini mungkin disebabkan jambu biji bukan merupakan inang yang sesuai dari lalat buah tersebut sehingga populasinya lebih rendah di lokasi penelitian. Lalat buah B. umbrosa dilaporkan telah tersebar di Indonesia dan menyerang tanaman sukun dan nangka (Vijaysegaran 1997). Lalat buah B. cucurbitae ditemukan pada buah ketimun, waluh, semangka, melon, tomat, cabai yang sudah masak dan sayuran lainnya (Siwi et al. 2006). Spesies B. occipitalis dikenal sebagai hama pada mangga dan jambu biji (Drew dan Hancock 1994) dan B. albistrigata juga memiliki inang dari tanaman famili Myrtacea (Siwi et al. 2006), tetapi dalam hasil penelitian kedua spesies tersebut menunjukkan populasi yang rendah. Hal ini mungkin dikarenakan penyebaran kedua spesies tersebut belum banyak di daerah Jawa, terutama Bogor. B. occipitalis dilaporkan ditemukan di Sabah Malaysia timur (Drew dan Romig 1997). Spesies ini merupakan tipe lokal di Filipina. Manila (Drew dan Hancock 1994). Dilaporkan B. albistrigata ditemukan pada tanaman jambu bol di daerah Jawa (Hardy 1983 dalam Siwi et al. 2006). Kedua spesies ini merupakan spesies non dominan, sehingga kelimpahan populasinya kecil. Spesies yang jarang ditemukan dapat merupakan spesies yang menetap dan mencari makan di suatu habitat atau mungkin hanya penjelajah eksidental (tidak tetap) dari habitat yang berdekatan atau bahkan jenis migran (Rickleft 1978 dalam Ginting 2009).
18
Populasi Lalat Buah yang Tertangkap Hasil dari pengamatan yang dilakukan selama 16 minggu menunjukkan bahwa jumlah tangkapan lalat buah lebih ditentukan oleh jenis atraktan daripada warna bola perangkap. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap KM dan MM yang beratraktan metil eugenol menunjukkan hasil tangkapan yang tidak berbeda nyata dengan bola perangkap KL dan ML yang menggunakan atraktan lem beraroma. Sedangkan seluruh bola perangkap yang menggunakan atraktan metil eugenol dan bola perangkap lem beraroma (KM, MM, KL, dan ML) memberikan hasil tangkapan yang berbeda nyata dengan seluruh bola perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat (KP dan MP), bola perangkap warna kuning dan merah tanpa atraktan (K dan M) dan tanpa perangkap (TP) (Tabel 2). Perangkap bola berwarna yang menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma memiliki hasil tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat. Hal ini mungkin disebabkan protein hidrolisat yang mudah hilang karena menguap dan terkena air hujan. Menurut Vickers (1997), protein hidrolisat dalam keadaan tertentu tidak cukup berhasil mengendalikan lalat buah. Ketika populasi lalat buah tinggi, protein hidrolisat tidak cukup menarik lalat buah betina. Protein hidrolisat juga memiliki persistensi yang rendah di alam. Warna bola perangkap yang berbeda dengan atraktan yang sama, tidak berpengaruh nyata terhadap tangkapan lalat buah. Namun ada kecenderungan lalat buah lebih banyak tertangkap oleh bola perangkap menggunakan kombinasi warna kuning dibandingkan warna merah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa bola perangkap yang berwarna kuning dengan atraktan lem beraroma dan metil eugenol memiliki nilai tangkapan lalat buah yang tinggi setiap minggunya, terutama tangkapan pada minggu ke-12 (Tabel 2). Menurut Economopoulos (1989), warna yang paling disukai lalat buah adalah kuning, terutama warna kuning terang. Lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap yang beratraktan metil eugenol tidak berbeda nyata dengan perangkap lem beraroma, tetapi pada minggu ke-13, ke-14, dan ke-16 kedua atraktan tersebut memberikan tangkapan yang berbeda nyata.
19
Tabel 2 Tangkapan imago lalat buah pada masing-masing perangkap per minggu Minggua
b
Perangkap
1
2
K
3.3b
2.7b
KM
37a
KL
a
3 3b
40a 35.3a
4 5.3b
5
6
3b
3.6b
54a 45.3a
72a
67.7a 57.7a 44.7a 44.7a 41.7a 82.7a
KP
2.3b
1b
M
4.6b
4.3b
1.3b 11.3b
7
9
10
12
l13
5b
3.7b
4.7b
4.7b
0.7c 8.7cd
5.3cd
1b
67a 95.7a
50.7a
68a 110.3a
56.3a 49.7b
37abc
14.3b
70a
83a
72.3a
88.7a
84a
21b
101a
69.7a
95a
4b 11.3b
8.7b
11.3b
9.7b
4.3c
9cd
6cd
10b
5b
3.7b
2.5b 11.3bc 19.3c 16.5bcd
3.7b
80a 40.67a
64a
70.7a
72.7a
72.7a
73a
3b
8
3b
5.3b
8.3b
8.7b
2.3b
20b
MM
67.3a 34.7a 38.7a 45.3a
54a
80a
52a
ML
55.7a
35a 67.3a 59.7a 69.3a
MP
1b
2.7b
2.3b
1.5b
2b
3.3b
2b
1.3b
3.3b
2.5b
16.3b
TP
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0.3b
45a 33.5a 65.3a
4b
14
15
16
67.7a 41.3b
19bcd
12.3b
21.3b
81a
49.7ab
69.7a
12bc 8.7cd
2.7d
2.3b
0d
0b
0c
0d
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji selang berganda Duncan pada taraf 5%. KM = bola kuning dengan metil eugenol, KL = bola kuning dengan lem beraroma, KP = bola kuning dengan protein hidrolisat, dan K= bola kuning tanpa bahan atraktan. MM = bola merah dengan metil eugenol, ML = bola merah dengan lem beraroma, MP = bola merah dengan protein hidrolisat, M = bola merah tanpa atraktan, dan TP = tanpa perangkap. Hasil pengamatan minggu ke-11 tidak ditampilkan tangkapan karena ada beberapa data tangkapan yang hilang. b
20
Pada minggu ke-14 dan ke-16 bola perangkap kuning atau merah dengan atraktan metil eugenol memiliki kemampuan yang sama dengan atraktan protein hidrolisat, karena tangkapan kedua atraktan tersebut pada bola perangkap kuning ataupun merah tidak berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini bisa disebabkan karena sumber makanan, bola perangkap menjadi kotor atau dari lem perangkap uji yang tidak rekat pada bola atau luntur dari bola. Hasil penelitian Economopoulus (1989), Perangkap kotor dapat mengurangi kemampuan menarik lalat buah untuk datang. Tangkapan lalat buah setiap minggunya terlihat berfluktuasi. Pada minggu ke-7 hingga minggu ke-16 relatif lebih tinggi daripada minggu ke-1 sampai minggu ke-6. Tangkapan yang paling tinggi terjadi pada minggu ke-12 (Gambar 5). Pada minggu ke-8 hingga ke-16 bola perangkap protein hidrolisat dengan warna kuning (KP) memberikan tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan bola perangkap warna kuning tanpa atraktan (K). Bola perangkap protein hidrolisat dengan warna merah (MP) juga memberikan tangkapan lalat buah yang tinggi dibandingkan bola perangkap warna merah tanpa atraktan (M) pada minggu ke-12 dan ke-13. Protein hidrolisat dapat efektif mengendalikan serangan lalat buah (Allwood 1997b) dan penambahan makanan pada perangkap visual dapat meningkatkan tangkapan lalat buah (Economopoulus 1989). 120
K
100
KM KL
Jumlah
80
KP 60
M
40
MM ML
20
MP 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
Minggu
Gambar 5 Lalat buah yang tertangkap pada tiap minggunya.
TP
21
Tangkapan Tiga Spesies Lalat Buah Tiap Minggu Bactrocera carambolae Bola perangkap berwarna menggunakan lem beraroma (KL dan ML) dan metil eugenol (KM dan MM) memiliki hasil tangkapan yang tinggi dan tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan perangkap KP, MP, K, dan M. Perangkap atraktan dengan kombinasi warna kuning memberikan nilai tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan kombinasi dengan warna merah (Tabel 3). Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa bola perangkap warna dengan atraktan metil eugenol dan bola perangkap lem beraroma lebih efektif menangkap imago B. carambolae dibandingkan bola perangkap dan atraktan lainnya. Metil eugenol dapat menarik B. carambolae (Vijaysegaran 1997).
Bactrocera dorsalis Jumlah imago B. dorsalis yang tertangkap sangat fluktuatif setiap minggunya. Bola perangkap warna menggunakan atraktan lem beraroma, protein hidrolisat, dan tanpa atraktan memberikan nilai tangkapan yang tidak berbeda nyata hampir setiap minggunya (Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa semua bola perangkap memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap B. dorsalis. Bola perangkap KM pada minggu ke-3, ke-5, ke-6, ke-8 hingga minggu ke-13 memiliki nilai tangkapan yang tertinggi. Bola perangkap MM minggu ke-1, ke-2, ke-4, ke-7, dan minggu ke-13 memiliki nilai tangkapan yang tertinggi dari bola perangkap lainnya. Kombinasi warna kuning dengan atraktan metil eugenol memiliki nilai tertinggi pada minggu ke-8 hingga minggu ke-12 (Tabel 4). Seluruh bola perangkap yang menggunakan metil eugenol memiliki potensi yang lebih baik dalam menangkap imago lalat buah. Lalat buah jantan dari spesies B. dorsalis sangat tertarik oleh metil eugenol (Drew dan Hancock 1994). Kombinasi warna kuning juga memiliki potensi dalam menarik imago B. dorsalis lebih banyak dibandingkan kombinasi warna merah.
22
Tabel 3 Tangkapan imago B. carambolae pada masing-masing perangkap per minggu Perangkap* K KM
Minggu* 1
2
3
4
5
6
7
8
9
3.3b
2.3b
2.7b
4.7b
2.7b
3.7b
2.7b
4.7b
3.7b
10
13
14
15
16
3b
0.7c 5.3cd
28.a 34.7a 27.3a 50.7a 40.7a 65.7a 65.3a 87.3a 44.3a 57.3a 95.3a
56.3a 45.3b
33abc 12.7b
19.7b
92a
65.3a
87a
4bc
48a 40.3a 37.3a 38.7a
4b
12
75a 67.3a 77.3a 60.7a 78.7a 72.3a
4cd
0.7b
KL
53.7a
KP
2.3b
1b
1b
11b
3b
5.3b
3.5b
11b
7.3b
8.7b
7.3b
8cd
5.7cd
8.3b
M
4.3b
5.5b
0.3b
7.7b
8.3b
2.3b
12b
3b
4b
2.7b
2.5b 10.3bc 17.7c
10cd
3.3b
MM
49.3a
35b 16.5bcd
11b
ML
43.7a 38.7a
22ab 35.7a 41.3a 51.3a 71.3a 29a
48a 76.3a 34.7a
56a 60.7a
61a 33.7a 60.3a 56.3a 65.7a 61.7a 64.7a 65.3a
MP
0.7b
0.7b
1.7b
1b
1.7b
3.3b
2b
0.3b
2.7b
1b
TP
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0b
*Keterangan tabel sama dengan Tabel 2
58.3a
19.3b 71.7a
11b 10.7bc 0b
0c
44.7ab 60.3a
7cd
2d
2b
0d
0d
0b
23
Tabel 4 Tangkapan imago B. dorsalis pada masing-masing perangkap per minggu Perangkap*
Minggu* 2
3
6
7
1.7ab
0.3b
1ab
2.3ab
1ab
0.7ab
0.3a
1b
1.3ab
1bc
2.3ab
1ab
2.3ab
0.7b
0a
KM
6ab
4ab
3.3a
2.3ab
3a
4a
1a
5.7a
5a
7a
5.3a
4a
2.7ab
2.3ab
2a
KL
4ab
4.3ab
2ab
3.6ab
1ab
0.7ab
1.7a
1.7b
2.3ab
4ab
4ab
0b
4.7a
1b
1.7a
KP
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0.5a
0.3b
0.7ab
0.7bc
1.5b
0.3b
0.3b
0.5b
0.7a
M
3ab
3ab
0b
0b
0.7ab
1.3ab
0.a
1.7b
1ab
2bc
2b
3ab
2ab
4.7a
0.3a
MM
7.7a
5a
2.3ab
5.3a
1.3ab
3.6ab
1.5a
3.3ab
4ab
4ab
2.7ab
4a
3.7ab
3.5ab
2.7a
ML
4.3ab
1.7ab
1ab
2ab
0.3b
2.3ab
1a
1b
3.3ab
4.7ab
0.7b
0.7ab
1.7ab
1b
2.3a
MP
0b
1a
0b
0.3b
0.3b
0b
0a
0.3b
0b
0.5bc
2.3ab
0b
0.7b
0b
0.3a
TP
0b
0b
0b
0b
0b
0b
0a
0b
0b
0c
0b
0b
0b
0b
0a
K
1
*Keterangan tabel sama dengan Tabel 2
4
5
8
9
10
12
13
14
15
16
24
Tabel 5 Tangkapan imago B. papayae pada masing-masing perangkap per minggu Perangkap*
Minggu* 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
K
0c
0a
0b
0.3b
0.3ab
0b
0.3a
0.3b
0b
0b
0.3c
0b
1.3b
0.3a
0.3bc
KM
4b
1.6a
4.7a
0.3b
2a
3a
1a
2.7a
3.3ab
5.3a
9.7a
3a
2ab
2.7a
1.7b
KL
6.7ab
4.7a
2.3ab
2a
0.7ab
3.7a
1a
2.7a
6a
3.7ab
6.3ab
0.3ab
3ab
2.3a
4a
KP
0c
0a
0.3b
0.3b
0b
0b
0a
0b
0.7b
1.3b
0.3c
0b
0.3b
0a
0.7bc
M
0.3c
0a
0b
0.7ab
0.3ab
0b
8a
0.3b
1b
0.7b
0c
0.7ab
0b
0a
0.3bc
MM
9a
7a
2ab
0.7ab
1ab
3.7a
2a
1.3ab
3ab
2.7ab
6.7ab
3a
3.7ab
1.5a
0.3bc
ML
5.7ab
2.7a
1.5ab
1ab
0.3ab
4.7a
2a
0.7b
5.3a
1.7ab
5.3ab
0b
5.3a
2a
5a
MP
0c
1a
0.7b
0b
0b
0b
0a
0.7b
0.7b
1b
3bc
1.3ab
1b
0.7a
0c
TP
0c
0a
0b
0b
0b
0b
0a
0b
0b
0b
0c
0b
0b
0a
0c
*Keterangan tabel sama dengan Tabel 2
25
Bactrocera papayae Tangkapan B. papayae tidak berbeda dengan hasil tangkapan B. dorsalis yaitu nilainya fluktuatif setiap minggunya dan nilainya lebih rendah daripada nilai B. carambolae. Semua bola perangkap berwarna dengan atraktan hampir tidak berbeda nyata pada beberapa minggunya (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa semua perangkap memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap B. papayae. Perangkap bola merah dengan protein hidrolisat memberikan pengaruh lebih tinggi dibandingkan bola perangkap merah tanpa atraktan pada minggu ke-10 hingga ke-15. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Hasil Tangkapan Masa Sebelum Panen Raya Masa diantara panen bertepatan dengan pengamatan dari minggu pertama hingga minggu ke-7, yaitu akhir bulan April sampai awal bulan Juni 2010. Tangkapan imago
B. carambolae,
B. dorsalis, dan B. papayae mengalami
fluktuasi setiap minggunya. Tangkapan dari ketiga spesies imago lalat buah pada minggu ke-3 mengalami penurunan dibandingkan pada minggu ke-2 kecuali pada KM pada B. papayae dan MM pada B. carambolae terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Curah hujan pada minggu ke-3 lebih tinggi dari minggu ke-2 (Gambar 6). Hal ini yang mungkin menyebabkan terjadinya penurunan tangkapan. Curah hujan minggu ke-5 merupakan curah hujan yang paling tinggi ketika masa sebelum panen raya selama penelitian (Gambar 6). Jumlah tangkapan lalat buah minggu ke-5 mengalami penurunan pada ketiga spesies terutama pada spesies B. dorsalis. Tangkapan lalat buah menurun kecuali pada perangkap MM pada B. carambolae, K dan KM pada B. dorsalis, dan KM pada B. papayae meskipun begitu kenaikannya tidak tinggi. Pada minggu ke-6 curah hujan turun lebih rendah dibandingkan minggu ke-5 dan tangkapan minggu ke-6 menunjukkan kenaikan tinggi dibadingkan minggu ke-5 pada ketiga spesies lalat buah (Gambar 6). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tangkapan dari ketiga spesies dipengaruhi oleh curah hujan. Pengaruh curah hujan dapat terlihat pada tangkapan dari ketiga spesies, meskipun tidak terlihat jelas. Kenaikan dan penurunan
26
Tangkapan
9.7 9.2 8.7 8.2 7.7 7.2 6.7 6.2 5.7 5.2 4.7 4.2 3.7 3.2
a.
4.2
K
Tangkapan
b.
KM KL
3.7
KP M MM
3.2 4.7
ML MP
Tangkapan
c.
TP
4.2
3.7
3.2 25
d.
mm
20 15 10 5
curah hujan
0 1
2
3
4
5
6
7
Minggu keGambar 6 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa sebelum panen raya.
27
tangkapan setiap minggunya dipengaruhi tinggi dan rendahnya curah hujan pada daerah tersebut. Semakin tinggi curah hujan maka tangkapan mengalami penurunan dan pada curah hujan yang rendah tangkapan mengalami kenaikan. Masa Panen Raya Tangkapan imago B. carambolae, B. dorsalis, dan B. papayae pada masa panen sangat fluktuatif terutama pada tangkapan B. dorsalis yang memberikan pola tak beraturan. Minggu ke-8 hingga minggu ke-16 merupakan masa panen yang bertepatan dengan bulan Juni akhir hingga awal bulan Agustus 2010. Masa panen mempengaruhi kelimpahan imago lalat buah di pertanaman jambu biji karena adanya sumber makanan yang melimpah. Tangkapan imago lalat buah pada ketiga spesies yang diamati mengalami kenaikan setiap minggunya dibandingkan masa sebelum panen. Curah hujan dari minggu ke-8 hingga minggu ke-10 mengalami kenaikan setiap minggunya. Pada minggu ke-9 tangkapan B. carambolae mengalami penurunan tetapi tangkapan B. dorsalis dan B. papayae terjadi kenaikan. Tangkapan minggu ke-9 hingga ke-10 terjadi kenaikan meskipun perubahan curah hujan pada minggu tersebut tinggi (Gambar 7). Kemungkinan hal tersebut disebabkan kelimpahan sumber makanan pada minggu ke-9 hingga minggu ke-14 dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap tangkapan. Curah hujan minggu ke-11 dan minggu ke-12 memiliki curah hujan yang rendah dan sama. Tangkapan ketiga spesies lalat buah terutama B. carambolae dan B. papayae minggu ke-12 nilai yang tinggi pada setiap perangkap (Gambar 7). Curah hujan yang sama dan rendah selama dua minggu mempengaruhi nilai tangkapan sehingga tangkapan menjadi tinggi. Kenaikan tangkapan lalat buah pada bola perangkap MP mulai terjadi dari minggu ke-12 hingga minggu ke-15 kemungkinan banyaknya sumber makanan sehingga imago lalat buah efektif untuk mencari nutrisi.
28
Tangkapan
10.7 10.2 9.7 9.2 8.7 8.2 7.7 7.2 6.7 6.2 5.7 5.2 4.7 4.2 3.7 3.2
a.
4.2
K
b.
Tangkapan
KM KL KP
3.7
M MM ML MP
3.2 4.7
Tangkapan
c.
TP
4.2
3.7
3.2 8
9
10
12 13 Minggu ke-
14
15
16
35 30
mm
25 20 15 10 curah hujan
5 0 8
9
10
11
12 13 Minggu ke-
14
15
16
Gambar 7 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa panen raya.
29
Bola perangkap MP mengandung protein hidrolisat yang dibutuhkan lalat buah. Protein hidrolisat mampu menarik lalat buah betina dan lalat buah jantan, karena keduanya memerlukan protein untuk perkembangan mereka (Vicker 1997). Perubahan curah hujan yang drastis terjadi pada minggu ke-14 hingga minggu ke-15. Tidak adanya curah hujan pada minggu ke-14 menyebabkan tangkapan B. carambolae dan B. papayae lebih tinggi dibandingkan minggu sebelum dan setelahnya. Tangkapan B. dorsalis tidak terlihat dipengaruhi oleh curah hujan karena kenaikan dan penurunan tangkapan masing-masing perangkapnya tidak sesuai dengan tinggi dan rendahnya curah hujan. Tangkapan lalat buah pada semua perangkap dipengaruhi oleh curah hujan atau terjadinya hujan. Bola perangkap bila tidak terlindungi dari air hujan maka kemampuan atraktan pada bola perangkap dapat berkurang. Protein hidrolisat merupakan salah satu atraktan yang dipengaruhi oleh turunnya hujan. Turunnya hujan dapat mempengaruhi efektifitas dari protein hidrolisat sehingga perlu adanya solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Untuk meningkatkan efektifitas protein hidrolisat dapat dicapai dengan meneliti metode aplikasinya. formulasi yang digunakan dan mempertebal atau memberi bahan perekat protein hidrolisat sehingga dapat mengurangi kehilangan karena turunnya hujan (Allwood dan Drew 1997). Rata-Rata Nisbah Kelamin dari Tiga Spesies Lalat Buah Tangkapan imago lalat buah jantan dan betina berbeda-beda pada setiap atraktan atau bola perangkap. Nisbah kelamin B. carambolae pada bola perangkap K, MP, dan KP menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Sedangkan nisbah kelamin pada KM, KL, MM, dan ML memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dan nilai yang kecil. Nisbah kelamin pada bola perangkap K memiliki nilai yang tinggi dan berbeda nyata dengan M. Namun nilai nisbah kelamin K, MP, KP, dan M menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan KM, KL, MM, dan ML (Tabel 6).
30
a.
b. y = -1.383x2 + 32.99x + 459.0 R² = 0.207
600
Jumlah
Jumlah
800
400 200 0 0
2
4
6
c.
80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
8 10 12 14 16 18 20 22 24
2
4
6
Curah hujan (mm)
y = 0.031x2 - 3.237x + 66.58 R² = 0.797
80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = 0.129x2 - 4.792x + 69.30 R² = 0.638
Jumlah
1000
8 10 12 14 16 18 20 22 24
0
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24
Curah hujan (mm)
Curah hujan (mm)
Gambar 8 Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa sebelum panen raya: (a.) Bactrocera carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae. b.
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Jumlah
Jumlah
y = 0.392x2 - 22.65x + 905.0 R² = 0.419
0
4
8
12
16
20
24
Curah hujan (mm) Gambar 9
28
32
36
c. y = -0.076x2 + 1.508x + 48.78 R² = 0.210
100
80 70 60 50 40 30 20 10 0
80
Jumlah
a.
60 40
y=
-0.014x2
+ 0.235x + 49.86 R² = 0.036
20 0
0
4
8
12
16
20
24
Curah hujan (mm)
28
32
36
0
4
8
12
16
20
24
28
Curah hujan (mm)
Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa panen raya: (a.) Bactrocera carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae.
32
36
31
Hal ini membuktikan bahwa atraktan protein hidrolisat (KP dan MP) dapat menarik lalat buah betina dibandingkan atraktan metil eugenol dan lem beraroma. Warna juga memiliki pengaruh terhadap tangkapan lalat buah betina. Warna kuning dapat menarik lalat buah betina lebih banyak dibandingkan warna merah.
Tabel 6 Rata-rata Nisbah kelamin tiga spesies lalat buah selama 16 minggu Perangkap
B. carambolaea
B. dorsalisa
B. papayaea
K
0.9a
1.0a
1.0a
KM
0.2c
0.8b
0.8b
KL
0.2c
0.8b
0.8b
KP
0.8ab
1.0a
1.0a
M
0.8b
1.0a
1.0a
MM
0.2c
0.8b
0.8b
ML
0.2c
0.8b
0.8b
MP
0.9a
1.0a
1.0a
TP
0.0d
0.0c
0.0c
a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf 5%.
Nisbah kelamin B. dorsalis pada perangkap K, MP, KP, dan M tidak berbeda nyata dan memiliki nilai tinggi. KM, KL, MM, dan ML memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dengan nilai lebih tinggi dibandingkan nisbah kelamin B. carambolae yang memiliki nilai 0.2 (Tabel 6). Nisbah kelamin pada B. papayae menghasilkan nilai yang sama dengan B. dorsalis pada masing-masing perangkapnya. K, KP, M, dan MP memiliki nilai tidak berbeda nyata dan berbeda nyata dengan KM, KL, MM, ML, dan TP. Nilai nisbah kelamin yang sama disebabkan B. dorsalis dan B. papayae lebih tertarik terhadap warna baik kuning maupun merah dan protein hidrolisat daripada spesies lalat buah yang relatif banyak ditangkap. K, MP, KP, dan M berbeda nyata dengan KM, KL, MM, ML, TP menunjukkan berbeda nyata terhadap semua bola perangkap.
32
Hasil data nisbah kelamin dari tiga spesies imago lalat buah menunjukkan bahwa perangkap bola warna kuning maupun merah dapat menarik imago lalat buah betina untuk datang. Perangkap bola berwarna dengan atraktan protein hidrolisat menunjukkan kemampuan menarik betina lebih tinggi dibandingkan atraktan lainnya. Leweniqila et al. (1997) menyatakan bahwa prinsip penyemprotan umpan protein adalah semua lalat buah betina yang belum matang membutuhkan makan protein untuk menjadi lalat buah betina yang matang secara seksual. Persentase Kerusakan oleh Lalat Buah Seluruh bola perangkap dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah oleh serangan lalat buah. Bola perangkap tanpa atraktan K dan MP menunjukan persentase kerusakan yang tinggi dibandingkan bola perangkap yang menggunakan atraktan (Gambar 8). Hal ini kemungkinan disebabkan bola perangkap KM dan KL dapat menekan serangan imago lalat buah
Persentase
karena imago lalat buah tertarik kepada bola perangkap tersebut. 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 K
KM
KL
KP
M MM Perangkap
ML
MP
TP
Gambar 8 Persentase rata-rata kerusakan buah oleh lalat buah Sumber: wawancara petani yang pertanamannya diberikan bola perangkap Bola perangkap KP memiliki persentase kecil dibandingkan K kemungkinan pada lahan KP pembungkusan buah dilakukan sedini mungkin dan tepat waktu. Bola perangkap K, M, ML, dan MP memiliki persentase yang tinggi dari TP (Gambar 8). Hal ini disebabkan petak K, ML, dan MP terlambat melakukan pengendalian pembungkusan buah. Pada perangkap TP, KM, KL, KP, dan MM pembungkusan buah dilakukan tepat waktu atau sebelum buah berkembang menjadi buah yang matang. Pembungkusan dapat mengurangi
33
serangan lalat buah menjadi 15-25% (Allwood 1997b) sehingga bila terlambat dilakukan pembungkusan maka dapat meningkatkan serangan lalat buah. Dengan adanya bola perangkap berwarna menggunakan atraktan (KM, KL, KP, MM, dan ML) dapat mengurangi serangan yang terjadi selama pembungkusan walaupun tingkat pengurangan serangannya tidak terlalu jauh dengan bola perangkap TP (Gambar 8). Bola perangkap ML dapat mengurangi serangan meskipun tingkat serangannya lebih tinggi dibandingkan TP. Pada petak bola perangkap ML terlambat melakukan pembungkusan tetapi serangan lalat buah tidak terlalu tinggi dengan TP dan lebih rendah dibandingkan bola perangkap K, M, dan MP. Tingkat Pengurangan Serangan Pengurangan serangan lalat buah terhadap buah di pertanaman jambu biji ketika pemasangan bola perangkap mengalami pengurangan. Menurut 6 orang petani dari 8 petani yang lahannya diberi bola perangkap menyatakan bahwa bola perangkap yang dipasang dapat mengurangi serangan lalat buah yang biasa terjadi. Sedangkan 2 orang petani menyatakan tidak mengurangi serangan. 8
orang
6 4
ya
2
tidak
0 ya
tidak
Gambar 9 Tingkat pengurangan serangan di pertanaman jambu biji Sumber: wawancara petani yang pertanamannya diberikan bola perangkap
Berdasarkan pengamatan Gambar 9 metode bola perangkap berwarna dengan atraktan memiliki potensi mengurangi serangan. Kadinan et al. (2009) melaporkan bahwa umumnya petani yang menggunakan perangkap beratraktan menyatakan perangkap tersebut berhasil mengendalikan serangan lalat buah.
34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Bola perangkap berwarna yang menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma (KM dan KL) memiliki kemampuan menangkap lalat buah yang lebih tinggi dibandingkan bola perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat (KP dan MP), bola perangkap berwarna tanpa atraktan (K dan M) dan TP (tanpa perangkap). Curah hujan berpengaruh terhadap daya tangkap bola perangkap lalat buah, semakin tinggi curah hujan maka tangkapan lalat buah semakin menurun. Bola perangkap yang mengandung protein hidrolisat dapat menangkap lalat buah betina lebih banyak dibandingkan perangkap yang mengandung atraktan lainnya. Saran Perlu adanya peninjauan metode bola perangkap atau sticky trap dalam mengatasi turunnya hujan. Selain itu, perlu adanya penambahan senyawa perekat dan konsentrasi protein hidrolisat yang tepat persistensi.
sehingga atraktan memiliki
35
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Allwood AJ. 1997a. Biology and ecology: prerequisites for understading and managing fruit flies (Diptera: Tephritidae). Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 95-101. ________. 1997b. Control strategies for fruit flies (Family Tepheritidae) in the South Pacific. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 171-178. Allwood AJ, Leblanc L. 1997. Losses caused by fruit flies (Diptera: Tephritidae) in seven Pacific Island Countries. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 21-29. Ashari S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press. Asri.
2003. Membuat alat perangkap lalat http://www.litbang.deptan.go.id. [1 Juli 2009]
buah.
Sinar
Tani.
Aswatan M. 2008. multi manfaat jambu biji. Kompas. http://nasional.kompas. com/read/2008/11/21/09163835/multimanfaat.jambu.biji. [18 Januari 2011] BPS. 2009. http://www.bps.go.id. [26 Desember 2010] Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Soetiyono P. penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Terjemahan dari: An Introduction To The Study of Insects. Bourke DOD. 1976. Psidium guajava-Guava. Dalam: Garner RJ dan Chaudri SA, editor. The Propagation of Tropical Fruit Trees. FAO The United Nations: New York. Hlm 530-553. Deptan. 2005. Lalat Buah Identifikasi. Status dan Pengelolaanya di Indonesia. Jakarta:Deptan. Drew RAI, Hancock DL. 1994. The Bactrocera dorsalis complex of fruit flies (Diptera: Tephritidae: Dacinae) of South-East Asia. Bulletin of Entomological Research. Supplement No 2. CAB Internasional. Drew RAI, Romig MC. 1997. Overview Tephritidae in the Pacific an Southeast Asia. Dalam: Allwood AJ dan Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 46-53. Economopoulos. 1989. Use of traps based on color and/or shape. Dalam: Robinson AS. Hopper G. editor. Fruit Flies Their Biology Natural Enemies and Control. Volume 3B. Amsterdam:Elseveir. Hlm 315-324.
36
Ginting R. 2009. Keanekaragaman lalat buah (Diptera: Tephritidae) di Jakarta. Depok. dan Bogor sebagai bahan kajian penyusunan analisis resiko hama. [Tesis]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gould, Raga A. 2002. Pest of guava. Dalam: Pena JE. Sharp JL. Wysoki M, editor. Tropical Fruit Pest and Pollinators. Biology. Economic. Natural Enemies and Control. Wallington: CABI. Hlm 295-314. Gutiérrez RMP, Mitchell S, Vargas R. 2008. Psidium guajava: A review of its traditional uses. phytochemistry and pharmacology. Journal of Ethnopharmacology Volume 117. Irland: Elsevier. Hlm 1-27. Hahn J, Ascerno M. 2005. Apple maggot Management in Home Gardens. University of Minnesota. http://www.extension.umn.edu/distribution /horticulture/components /DG1007.pdf. [29 Desember 2010]. Iskandar M. 2005. Perangkap lalat buah [abstrak]. Deptan http://www.pustaka deptan.go.id. [1 Juli 2009]. Kalie MB. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Jakarta: Penebar Swadaya. Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie. Kardinan A. 2000. Tanaman aromatik pengendali hama lalat buah. Litbang. http://www.spmabanjarbaru.sch.id. [1 Juli 2009]. ________. 2003. Tanaman Pengendali Lalat buah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka ________. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Kardinan A, Bintoro MH, Syakir M, Amin AA. 2009. Penggunaan selasih dalam pengendalian hama lalat buah pada mangga. Jurnal Litri 15 (3): 101-109. Klass C. 2008. Apple maggot rhagoletis pomonella (Walsh). Cornell University http://pmep.cce.cornell.edu/ [26 November 2010]. Leweniqila L, Allwood AJ, Kassim A, Vueti ET, Ralulu L, Walker G. 1997. Result of protein bait spraying in Fiji and Cook Islands. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 183-186. Muryati, Hasyim A, Kogel de WJ. 2005. Distribusi Spesies lalat buah di Sumatera Barat dan Riau. [Jurnal on-line] www.kennisonline.wur.nl. DISTRIBUSISPESIESLALATBUAH.doc. [26 Desember 2010]. Rahardjo BT, Hurirawan T, Puspitasari M, 2008. Pengaruh subsitusi protein hidrolisat terhadap kemampuan kemampuan bertelur lalat buah Bactrocera carambolae Drew dan Hancock (Diptera: Tephritidae). Agritek Vol 16 no 8. Rismunandar. 1981. Jambu Biji. Bandung: Sinar Baru.
37
Samson JA. 1980. Tropical Fruit. New York:Longman Grup Limited. Siwi SS, Hidayat P, Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia Diptera: Tephritidae. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Soeroto, Wasiati, Chalid NI, Henrawati T, Hikmat A, 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat Buah. Jakarta: Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Soetopo L. 1997. Psidium guava L. Dalam: Verheiji EWM dan Coronel RE, editor. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Danimihardja S, Sutarno H, Utami UT, Hoesen DSH. Jakarta: PT Gramedia Utama. Terjemahan: Edible Fruits and Nuts. Hlm 343-347. Sookar
P, Permalloo, Alleck M, Seewooruthun. SI. 2006. Development of improved attractants and their integration into fruit fly management programme. Fruit Flies of Economic Importance: From Basic to Applied Knowledge. Proceedings of the 7th International Symposium on Fruit Flies of Economic Importance; Salvador. 10-15 September 2006.Salvador.Brasil. Hlm 71-77.
Sunarjono H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Bandung: Sinar Baru. Vickers RA. 1997. Progress in developing an alternative to protein hydrolysate bait sprays. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 117-120. Vijaysegaran S. 1997. Fruit fly research and development in tropical asia. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI. editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 2129.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1 Anova lalat buah yang tertangkap Minggu 1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber keragaman Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db
JK
10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 14 24 10 8 2 16 26
148.8379133 139.9080280 6.9768304 21.2016639 170.0395772 100.9871484 96.12449022 4.86265819 28.1217831 129.1089315 79.90707790 74.14161859 4.05981416 17.03942732 96.94650521 107.0864092 106.6823793 0.6368891 21.5700896 128.6564988 94.5396537 93.48780494 1.05184873 17.5380812 112.0777348 215.1194686 212.1370297 2.9824389 12.7139283 227.8333969 145.0417089 144.9815618 1.0400257 14.2727732 159.3144821 231.6600155 230.3462735 1.3137419 15.9797096 247.6397251
KT
Fhit
Pr>F
14.8837913 17.4885035 3.4884152 1.4134443
10.53 12.37 2.47
<.0001 <.0001 0.1184
10.0987148 12.01556128 2.43132910 1.7576114
5.75 6.84 1.38
0.0011 0.0006 0.2792
7.99070779 9.26770232 2.02990708 1.13596182
7.03 8.16 1.79
0.0005 0.0003 0.2013
10.7086409 13.3352974 0.3184445 1.4380060
7.45 9.27 0.22
0.0003 0.0001 0.8039
9.4539654 11.68597562 0.52592437 1.0961301
8.62 10.66 0.48
<.0001 <.0001 0.6275
21.5119469 26.5171287 1.4912195 0.7946205
27.07 33.37 1.88
<.0001 <.0001 0.1853
14.5041709 18.1226952 0.5200129 1.0194838
14.23 17.78 0.51
<.0001 <.0001 0.6112
23.1660015 28.7932842 0.6568710 0.9987319
23.20 28.83 0.66
<.0001 <.0001 0.5315
40
Minggu 9
10
11
12
13
14
15
16
Sumber keragaman Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
10 8 2 16 26 10 8 2 15 25 6 4 2 8 14 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 14 24 10 8 2 16 26
147.2675646 140.8519755 6.4155891 24.4390162 171.7065808 190.1449369 188.9837777 2.6323361 13.2130574 203.3579944 85.83969441 79.98444068 5.85525373 7.70402823 93.54372264 222.3864304 211.4209290 6.5186395 37.8528130 260.2392434 97.0909805 95.99940356 1.09157694 12.6729966 109.7639771 161.3761039 160.3470138 1.0290901 11.5608539 172.9369577 90.6674279 90.42136509 0.26656364 27.9880504 118.6554783 154.8701839 152.4359433 2.4342406 15.7309678 170.6011517
14.7267565 17.6064969 3.2077946 1.5274385
9.64 11.53 2.10
<.0001 <.0001 0.1549
19.0144937 23.6229722 1.3161681 0.8808705
21.59 26.82 1.49
<.0001 <.0001 0.2560
14.30661574 19.99611017 2.92762687 0.96300353
14.86 20.76 3.04
0.0006 0.0003 0.1042
22.2386430 26.4276161 3.2593198 2.5235209
8.81 10.47 1.29
0.0001 <.0001 0.3037
9.7090980 11.99992544 0.54578847 0.7920623
12.26 15.15 0.69
<.0001 <.0001 0.5163
16.1376104 20.0433767 0.5145450 0.7225534
22.33 27.74 0.71
<.0001 <.0001 0.5055
9.0667428 11.30267064 0.13328182 1.9991465
4.54 5.65 0.07
0.0054 0.0025 0.9358
15.4870184 19.0544929 1.2171203 0.9831855
15.75 19.38 1.24
<.0001 <.0001 0.3163
41
Lampiran 2 Anova B. carambolae yang tertangkap Minggu 1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber keragaman Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26
101.4815552 95.00798647 5.17478328 17.4079321 118.8894873 77.68895633 70.95455440 5.80232428 20.70610879 98.39506512 67.22393693 62.88309281 2.87920135 13.90901667 81.13295360 95.3330017 95.10980359 0.44487548 18.1142254 113.4472271 85.7103109 84.40226952 1.30804141 18.0136194 103.7239303 185.3466744 182.3938353 2.9528392 12.3528049 197.6994793 145.6350487 144.5540048 1.0267232 8.6778631 154.3129119 214.9783486 213.5034285 1.4749201 16.2480576 231.2264061
10.1481555 11.87599831 2.58739164 1.1605288
8.74 10.23 2.23
0.0001 <.0001 0.1420
7.76889563 8.86931930 2.90116214 1.38040725
5.63 6.43 2.10
0.0015 0.0010 0.1568
6.72239369 7.86038660 1.43960068 0.92726778
7.25 8.48 1.55
0.0004 0.0002 0.2439
9.5333002 11.88872545 0.22243774 1.2076150
7.89 9.84 0.18
0.0002 <.0001 0.8336
8.5710311 10.55028369 0.65402071 1.1258512
7.61 9.37 0.58
0.0002 <.0001 0.5708
18.5346674 22.7992294 1.4764196 0.7720503
24.01 29.53 1.91
<.0001 <.0001 0.1800
14.5635049 18.0692506 0.5133616 0.5785242
25.17 31.23 0.89
<.0001 <.0001 0.4323
21.4978349 26.6879286 0.7374600 1.0155036
21.17 26.28 0.73
<.0001 <.0001 0.4990
42
Minggu 9
10
11
12
13
14
15
16
Sumber keragaman Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok galat total Model Perangkap Blok Galat total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db
JK
10 8 2 16 26 10 8 2 15 25 6 4 2 8 14 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 14 24 10 8 2 16 26
118.7704391 112.7657715 6.0046676 21.7004270 140.4708661 164.6258230 162.6496376 3.7002838 11.3826093 176.0084323 65.91142914 58.96917710 6.94225204 6.23345465 72.14488379 189.9962828 180.3263560 6.0113175 33.4604613 223.4567441 85.96129017 85.16911661 0.79217356 13.36093082 99.32222100 145.7844137 144.5861816 1.1982321 8.9009743 154.6853880 83.4828532 83.12566351 0.34802494 24.8424445 108.3252977 134.6216337 132.6291488 1.9924849 14.3712788 148.9929126
KT
Fhit
Pr>F
11.8770439 14.0957214 3.0023338 1.3562767
8.76 10.39 2.21
<.0001 <.0001 0.1417
16.4625823 20.3312047 1.8501419 0.7588406
21.69 26.79 2.44
<.0001 <.0001 0.1211
10.98523819 14.74229428 3.47112602 0.77918183
14.10 18.92 4.45
0.0007 0.0004 0.0501
18.9996283 22.5407945 3.0056588 2.2306974
8.52 10.10 1.35
0.0002 <.0001 0.2896
8.59612902 10.64613958 0.39608678 0.83505818
10.29 12.75 0.47
<.0001 <.0001 0.6308
14.5784414 18.0732727 0.5991160 0.5563109
26.21 32.49 1.08
<.0001 <.0001 0.3641
8.3482853 10.39070794 0.17401247 1.7744603
4.70 5.86 0.10
0.0045 0.0021 0.9072
13.4621634 16.5786436 0.9962425 0.8982049
14.99 18.46 1.11
<.0001 <.0001 0.3539
43
Lampiran 3 Anova B. dorsalis yang tertangkap Minggu 1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber keragaman Model Perangkap Blok galat total Model Perangkap Blok Galat total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db 10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 14 24 10 8 2 16 26
JK
KT
Fhit
Pr>F
3.46039478 3.11443185 0.22274593 2.90223260 6.36262738 2.21452008 1.80047369 0.47380063 1.40637536 3.62089544 1.03990486 0.74161802 0.30058344 0.71608948 1.75599434 1.74467136 1.69964376 0.05285115 1.27875240 3.02342375 0.47056131 0.44092905 0.02963225 0.54655175 1.01711305 1.22806483 1.17477232 0.05329251 1.24099222 2.46905705 0.29304990 0.17362226 0.10994996 0.34301789 0.63606779 1.48937721 1.46688593 0.02249128 1.18188474 2.67126195
0.34603948 0.38930398 0.11137296 0.19348217
1.79 2.01 0.58
0.1496 0.1157 0.5743
0.22145201 0.22505921 0.23690031 0.09375836
2.36 2.40 2.53
0.0646 0.0684 0.1133
0.10399049 0.09270225 0.15029172 0.04773930
2.18 1.94 3.15
0.0840 0.1275 0.0722
0.17446714 0.21245547 0.02642557 0.08525016
2.05 2.49 0.31
0.1019 0.0606 0.7381
0.04705613 0.05511613 0.01481613 0.03415948
1.38 1.61 0.43
0.2740 0.1976 0.6555
0.12280648 0.14684654 0.02664626 0.07756201
1.58 1.89 0.34
0.1989 0.1319 0.7144
0.02930499 0.02170278 0.05497498 0.02450128
1.20 0.89 2.24
0.3694 0.5518 0.1428
0.14893772 0.18336074 0.01124564 0.07386780
2.02 2.48 0.15
0.1018 0.0579 0.8600
44
Minggu 9
10
11
12
13
14
15
16
Sumber keragaman Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok galat total Model Perangkap Blok Galat total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db
JK
10 8 2 16 26 10 8 2 15 25 6 4 2 8 14 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 14 24 10 8 2 16 26
1.58477043 1.50945556 0.07531487 1.64085922 3.22562965 2.53771249 2.45860731 0.08407107 1.20888854 3.74660103 1.33945008 0.92611385 0.41333623 0.23309079 1.57254088 1.58478988 1.47715908 0.08613235 1.25843021 2.84322010 1.49493458 1.43161575 0.06331884 1.05875982 2.55369441 1.29055818 1.11275271 0.17780547 1.22499641 2.51555459 1.47100678 1.42678917 0.00650284 1.16130735 2.63231413 0.57723836 0.54433730 0.03290106 1.15754989 1.73478825
KT
Fhit
Pr>F
0.15847704 0.18868195 0.03765743 0.10255370
1.55 1.84 0.37
0.2111 0.1425 0.6984
0.25377125 0.30732591 0.04203553 0.08059257
3.15 3.81 0.52
0.0223 0.0123 0.6040
0.22324168 0.23152846 0.20666812 0.02913635
7.66 7.95 7.09
0.0056 0.0069 0.0169
0.15847899 0.18464488 0.04306617 0.08389535
1.89 2.20 0.51
0.1287 0.0894 0.6086
0.14949346 0.17895197 0.03165942 0.06617249
2.26 2.70 0.48
0.0706 0.0430 0.6283
0.12905582 0.13909409 0.08890273 0.07656228
1.69 1.82 1.16
0.1696 0.1473 0.3381
0.14710068 0.17834865 0.00325142 0.08295052
1.77 2.15 0.04
0.1587 0.1005 0.9617
0.05772384 0.06804216 0.01645053 0.07234687
0.80 0.94 0.23
0.6332 0.5115 0.7991
45
Lampiran 4 Anova B. papayae yang tertangkap Minggu 1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber keragaman Model Perangkap Blok galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db 10 8 2 15 25 10 8 2 14 24 10 8 2 15 25 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 14 24 10 8 2 16 26
JK 5.64055204 5.29935755 0.29028978 1.05219786 6.69274990 2.47510405 2.20890618 0.13925652 2.94752117 5.42262522 1.28339210 1.13664385 0.14464961 0.79156394 2.07495605 0.35960250 0.20243543 0.16913305 0.21347193 0.57307443 0.29524443 0.21684635 0.07839808 0.32891272 0.62415715 2.23332800 1.97719635 0.25613165 0.65922420 2.89255220 2.67202020 2.00673487 0.79720502 4.09941720 6.77143740 0.58281140 0.57137664 0.01143476 0.30576483 0.88857623
KT
Fhit
Pr>F
0.56405520 0.66241969 0.14514489 0.07014652
8.04 9.44 2.07
0.0002 0.0001 0.1608
0.24751040 0.27611327 0.06962826 0.21053723
1.18 1.31 0.33
0.3804 0.3139 0.7239
0.12833921 0.14208048 0.07232481 0.05277093
2.43 2.69 1.37
0.0585 0.0468 0.2840
0.03596025 0.02530443 0.08456653 0.01423146
2.53 1.78 5.94
0.0512 0.1603 0.0126
0.02952444 0.02710579 0.03919904 0.02055704
1.44 1.32 1.91
0.2501 0.3026 0.1808
0.22333280 0.24714954 0.12806583 0.04120151
5.42 6.00 3.11
0.0015 0.0012 0.0724
0.26720202 0.25084186 0.39860251 0.29281551
0.91 0.86 1.36
0.5477 0.5721 0.2883
0.05828114 0.07142208 0.00571738 0.01911030
3.05 3.74 0.30
0.0229 0.0119 0.7455
n
46
Minggu 9
10
11
12
13
14
15
16
Sumber keragaman Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total Model Perangkap Blok Galat Total
db 10 8 2 16 26 10 8 2 15 25 6 4 2 8 14 10 8 2 15 25 10 8 2 16 26 10 8 2 16 26 10 8 2 14 24 10 8 2 16 26
JK
KT
Fhit
Pr>F
2.53438496 2.37767515 0.15670981 1.16220095 3.69658590 1.56276545 1.42070729 0.12527636 1.07479014 2.63755559 2.63416136 2.15012975 0.48403162 0.65009942 3.28426078 5.35911690 5.30764714 0.00773020 1.54995785 6.90907475 0.79483771 0.78824670 0.00659101 0.66245076 1.45728847 1.57035574 1.56686596 0.00348978 1.10478235 2.67513809 0.61970996 0.57809475 0.05882973 0.64478282 1.26449278 1.74580279 1.67904561 0.06675718 0.24596043 1.99176322
0.25343850 0.29720939 0.07835490 0.07263756
3.49 4.09 1.08
0.0129 0.0080 0.3635
0.15627655 0.17758841 0.06263818 0.07165268
2.18 2.48 0.87
0.0837 0.0617 0.4374
0.43902689 0.53753244 0.24201581 0.08126243
5.40 6.61 2.98
0.0163 0.0118 0.1080
0.53591169 0.66345589 0.00386510 0.10333052
5.19 6.42 0.04
0.0023 0.0010 0.9634
0.07948377 0.09853084 0.00329551 0.04140317
1.92 2.38 0.08
0.1181 0.0666 0.9239
0.15703557 0.19585824 0.00174489 0.06904890
2.27 2.84 0.03
0.0690 0.0362 0.9751
0.06197100 0.07226184 0.02941486 0.04605592
1.35 1.57 0.64
0.2972 0.2203 0.5427
0.17458028 0.20988070 0.03337859 0.01537253
11.36 13.65 2.17
<.0001 <.0001 0.1465
47
Lampiran 5 Anova nisbah kelamin B. carambolae Sumber keragaman Model Perangkap Blok galat total
db 10 8 2 16 26
JK
KT
3.32484433 3.32408453 0.00075980 0.05150910 3.37635343
0.33248443 0.41551057 0.00037990 0.00321932
Fhit
Pr>F
103.28 129.07 0.12
<.0001 <.0001 0.8895
Fhit
Pr>F
139.52 174.27 0.52
<.0001 <.0001 0.6066
Fhit
Pr>F
Lampiran 6 Anova nisbah kelamin B. dorsalis Sumber keragaman Model Perangkap Blok galat total
db 10 8 2 16 26
JK
KT
2.34352409 2.34179104 0.00173305 0.02687597 2.37040006
0.23435241 0.29272388 0.00086652 0.00167975
Lampiran 7 Anova nisbah kelamin B. papayae Sumber keragaman Model Perangkap Blok galat total
db 10 8 2 16 26
JK
KT
2.33338057 2.33241488 0.00096570 0.01369978 2.34708036
0.23333806 0.29155186 0.00048285 0.00085624
272.52 340.50 0.56
<.0001 <.0001 0.5799
Lampiran 8 Data serangan lalat buah hasil wawancara Kelompok
Perlakuan K
KM
KL
KP
M
MM
ML
MP
TP
1
6.25
1.3
1.3
0.5
3
0.2
2.5
6.66
0.5
2
0.4
0.4
1.2
1.75
2.5
1
1.75
1
2.93
3
1.65
2.67
1.65
1.65
1.65
3.3
2.25
1.875
1.97
2.8
1.5
1.4
1.3
2.4
1.5
2.2
3.2
1.8
rata-rata
48
Lampiran 9 Curah hujan tahun 2010 di lokasi penelitian Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 JUMLAH HH* MAX* TGL* *
Januari 2.9 0.5 1 16.5 21.5 29.2 62.5 46.5 8 11.5 8.4 27 18 3.5 5.5 20.1 5 5 9.5 4.9 3.2 19.7 25.3 355 23 63 8
Pebruari 1 22.5 1.7 67.2 24.8 1.5 82 7.5 111 51.5 17.4 22.6 3.5 9.5 5.5 79.5 17 32.3 50.5 26 5.2 7 2.9 1.5 7.5
659 25 111 10
Maret 62.5 62 56.8 52.5 20 5.5 94 40.5 7 44.7 13.5 1 16 28.5 34 56.5 21.2 3 34.5 18 24.2 30.5 0.6 0.7 1 0.5 8 46.3 3 787 29 94 8
Bulan April 5.5 1 29.3 10 2.3 27.2 4 43.8 5 2.7 13.5 0 144 12 44 13
Mei 7 43.5 19.5 6.8 3.5 2.9 19.4 34.5 15.5 27.5 59.3 28 2.6 46.1 2.6 13 23.8 2.5 358 18 59 20
Juni 33 17.5 5.3 14.5 8.1 35.3 0.6 0.5 6 5 41.5 16 116.4 2.1 3 31.2
Juli 5.5 4 9.5 23.5 8 25.5 11.5 19 11 53.3 51 0 67.5 40 4.5
336 16 116 25
334 15 68 28
Agustus 30 11.5 2 61.5 1 3 8 1 8.5 63.5 4.7 27.5 33.5 51.5 2 85.5 1.4 20 2 9.5 1 97.5 16 66.5 609 24 98 26
HH: Hari hujan, MAX: Curah hujan maksimum, TGL: Tanggal curah hujan maksimum
49
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g. Lampiran 10 Bactrocera carambolae (a.) dengan sayap (b.), B. dorsalis (c.) dengan sayap (d.), B. papayae (e.) dengan sayap (f.), B. occipitalis (g.).
50
a.
b.
c. Lampiran 11 Bactrocera umbrosa (a.), B.curcurbitae (b.), B. albistrigata (c.).
Lampiran 12 Lalat buah yang tertangkap bola perangkap berwarna.
51
Lampiran 13 Lahan penelitian.
Lampiran 14 Buah jambu biji yang terserang oleh lalat buah.
52
Lampiran 15 WAWANCARA BUDIDAYA DAN PANEN PADA PERKEBUNAN JAMBU BIJI Kabupaten
: ………………
Pewawancara
: ……………….
Kecamatan
: ………………
Tempat
: Kebun
Desa
: ………………
Tanggal/waktu : ………………..
Beri tanda (√) pada pilihan yang sesuai, *) coret salah satu I. Karakteristik Petani : 1. Nama
: …………………………………………………………..
2. Umur
: …....th
3. Pekerjaan Utama
:
[ ] Petani
[ ] Pedagang
[ ] Buruh tani
[ ] Lainnya, sebutkan: …………
4. Pekerjaan sampingan : ………………………………………………………… 5. Pengalaman berusaha tani jambu biji: [ ] < 1 tahun
[ ] 10-15 tahun
[ ] 1-5 tahun
[ ] 15-20 tahun
[ ] 5-10 tahun
[ ] > 20 tahun
6. Pengalaman kursus/pelatihan pengendalian OPT [ ] Tidak pernah ikut [ ] Pernah ikut, sebutkan materi pelatihan : ………………………………………………………………………………… Kapan kursus/pelatihan tersebut diselenggarakan?oleh siapa? ………………………………………………………………………………… II. Lahan 7. Luas lahan Jambu biji yang diusahakan : ………………m2 8. Status kepemilikan tanah: [ ] Pemilik dan penggarap [ ] Penyewa dan penggarap III. Budidaya Jambu biji 9. Jenis jambu biji yang ditanam : 1. ……………………………. 3. ……………………….. 2. ……………………………. 4. ………………………..
53 10. Asal bibit : [ ] Membeli dari perusahaan pembibitan [ ] Membeli dari petani lain [ ] Lainnya, sebutkan : …………………….. 11. Umur tanaman saat ini : …………….. MST 12. Jumlah tanaman di lahan : …………………….. 13. Jarak tanam : …………………………………… 14. Di tumpang sarikan/ tidak : Jika ya sebutkan:………………………………...…………………………… 15. Pemeliharaan: Jumlah pekerja
: …..Laki-laki…..Perempuan
HOK
: ……………(L)……………….(P)
Upah/HOK
: Rp...…………(L) Rp……………(P)
16. Pemanenan: Jumlah pekerja
: …..Laki-laki…..Perempuan
HOK
: ……………(L)……………….(P)
Upah/HOK
: Rp...…………(L) Rp……………(P)
IV. Masalah Organisme Pengganggu tanaman (OPT) 17.Jenis OPT apa saja yang menyerang dari yang paling merusak hingga yang terendah? 1. ……………………………. 4. ……………………….. 2. ……………………………. 5. ……………………….. 3. ……………………………. 6. ………………………..
Tindakan pengendalian? a. Fisik
: ……………………………………………………………..
b. Mekanik
: ……………………………………………………………..
c. kultur teknis: …………………………………………………………….. d. Pestisida
: ……………………………………………………………..
18. Khusus untuk penggunaan pestisida: No
1. 2.
Jenis
Harga
Frekuensi (dalam1
Jumlah penggunaan
(Rp/kemasan)
minggu)
(liter/botol*)
54 3. 4. 19. Pembungkusan dilakukan tepat waktu? Ya/tidak V. Produksi 20. Pada bulan apa saja panen raya jambu biji …………….. 21. Dalam satu bulan rata-rata melakukan kegiatan memetik buah berapa kali, pada Bulan Juni…. Bulan Juli…. Bulan Agustus…. 22. Rata-rata sekali panen pada bulan Juni …..Kg Bulan Juli …...Kg Bulan Agustus …..Kg 23. Rata-rata serangan lalat buah yang terjadi dalam sekali panen, Bulan Juni…. Kg/buah Bulan Juli….. Kg/buah Bulan Agustus….. Kg/buah 24. Ketika pemasangan perangkap apakah tingkat serangan lalat buah berkurang? Ya/Tidak 25. Ketika pemasangan perangkap, menambah tingkat produksi atau panen buah lebih meningkat? Ya/Tidak Berapa peningkatan per panen………. Kg 26. Informasi tambahan………………………………………………….........