Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 125-136
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
KEEFEKTIFAN PEER SUPPORT UNTUK MENINGKATKAN SELF DISCIPLINE SISWA SMP Debora Primawati Widayat Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran mengenai keefektifan peer support untuk meningkatkan self discipline. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa – siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada SMPN 27 Malang yang memiliki self discipline (disiplin diri ) yang rendah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala self discipline yang terdiri dari 90 item, diolah dengan menggunakan time series design. Saran untuk penelitian ini adalah : 1) bagi konselor, hasil dan temuan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk membantu para konselor dalam memperbaiki dan mengembangkan layanan di sekolah; 2) bagi sekolah, penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan self discipline siswa melalui pemanfaatan layanan Bimbingan dan Konseling dan peer support; 3) Bagi siswa, peer support dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk mengembangkan self discipline sehingga siswa sekolah menengah pertama (SMP) dapat mencapai tugas perkembangannya yang optimal; 4) Bagi penelitian lanjut, data dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian awal untuk mengembangkan penelitian lanjutan pada lingkup yang lebih luas berkenaan dengan aspek self discipline. Kata Kunci: peer support, self discipline, sekolah menengah pertama, SMP
Kemampuan seperti ini dapat dicapai dengan
PENDAHULUAN Pada masa ini, Indonesia memerlukan
berbagai upaya yang harus senantiasa dilatih
banyak generasi penerus yang memiliki
sejak dini untuk meraih keberhasilan dalam
kepribadian tangguh, mampu berelasi secara
kehidupannya. Untuk menunjangnya maka
sosial, memiliki ketahanan mental yang kuat,
diperlukan bimbingan serta lingkungan yang
dan disiplin diri yang memadai supaya
dapat
mampu
meningkatkan
kemampuannya
macam tantangan dalam era globalisasi ini.
mengatur
mengendalikan
Kualitas
mengarahkan
bertahan
pribadi
menghadapi
dan
berbagai
keterampilan-
membuatnya
diri,
dirinya.
terus
melatih
diri dalam
diri
Disiplin
diri
dan ini
keterampilan tersebut perlu dimiliki oleh
merupakan dasar bagi seseorang dalam
setiap orang, secara khusus para siswa
mencapai target-target yang diharapkan. Bagi
Indonesia. Disiplin diri ditandai dengan
siswa, disiplin diri mutlak diperlukan sebagai
kemampuan seseorang untuk mengendalikan
dasar meraih prestasi belajarnya.
diri, mengatur diri dan mengarahkan diri
Indonesia
memiliki
siswa-siswa
untuk mampu bertahan dan mampu mengatasi
berprestasi dan memperoleh penghargaan di
berbagai
mata dunia. Pada tahun 2014, Indonesia
masalah
dalam
kehidupannya.
125
126 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 125-136
memperoleh 7 medali emas dalam ajang
discipline berarti di dalam dirinya terdapat
Olimpiade Sains Dunia (Kompas, 2014).
skema yang dijadikan sebagai
Beberapa prestasi besar para siswa Indonesia
mengarahkan, mengatur dan mengontrol pola
tersebut hanyalah sebagian kecil dari prestasi
pikir
yang diraih oleh para siswa Indonesia. Masih
terbentuk
banyak siswa Indonesia yang belum mampu
panjang. Pengalaman dan interaksi dengan
meraih prestasi besar bahkan gagal dalam
perilaku orang lain, pola asuh orang tua
belajarnya. Pada tahun 2013, terdapat 24
(Gunarsa, 2004), nilai-nilai baru, ide-ide baru,
sekolah dari 15.000 sekolah yang 100 persen
reinforcement
siswanya tidak lulus, dan total siswa yang
harapan serta rencana merupakan komposisi
tidak lulus di Indonesia sebanyak 8.250 siswa
dari skema tersebut (Friedman, 2006). Segala
(Kompas, 2013). Ketidaklulusan siswa di atas
sesuatu yang dialami dan dirasakan oleh
menggambarkan bahwa disiplin diri yang
individu akan diobservasi dan diinternalisasi.
dimiliki oleh siswa di Indonesia masih lemah.
Nilai yang cocok akan dijadikan sebagai
Kegagalan
akademis
merupakan
salah
seperti
satu
dan
tingkah
dasar untuk
lakunya.
melalui
proses
dari
Skema
kognitif
lingkungan,
ini yang
tujuan,
di
atas
bagian dari skema tersebut. Bagaimana
kontributor
dari
membentuk
pribadi
seorang
individu
rendahnya self discipline. Sebuah penelitian
tergantung dengan lingkungan dan komposisi
menunjukkan bahwa anak-anak yang disiplin
dari skema tersebut. Semakin baik nilai-nilai
dirinya rendah memiliki tingkat intelegensi
yang terkonsep dalam diri individu, maka
yang rendah (Sasson, 2012). Hasil penelitian
akan semakin baik pula pola pikir, perilaku
serupa
individu tersebut.
dilakukan
oleh
Gong
(2009)
menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki
self
discipline
yang
tinggi
berkorelasi positif dengan pengetahuan.
Self
disciplineadalahkemampuan
yang
dimiliki oleh individu untuk mengendalikan diri, mengarahkan diri dan mengelola diri
Self discipline merupakan syarat seorang
yang
didasarkan
pada
keinginan
untuk
pelajar untuk mencapai target belajarnya.
menciptakan keteraturan dan ketertiban di
Prestasi dalam belajar hanya dapat diraih
dalam kehidupan. Self discipline menurut
apabila ada ketekunan, kemampuan mangatur
Bryant (2008) adalah “kesadaran untuk
diri, motivasi yang besar, tanggung jawab dan
mengarahkan
kemampuan siswa dalam mengarahkan diri
mengatur
diri
untuk
discipline
merupakan
mencapai
ditetapkan.Individu
target
belajar
yang
yang
memiliki
self
diri
(self-direction)
dan
(self-regulation)”.Jadi
self
kesadaran untuk
mengatur, mengontrol dan mengarahkan diri
Widayat, Keefektifan Peer Support... 127
sendiri secara mandiri agar sesuai dengan
mengendalikan dirinya sendiri. Self discipline
nilai-nilai yang berlaku sehingga tujuan yang
merupakan faktor penting dalam menunjang
diharapkan dapat tercapai.
siswa memperoleh prestasi yang optimal.
Dimilikinya self discipline yang memadai
Membentuk self discipline harus dimulai
pada diri individu harus ditanamkan sejak dini
sejak
melalui
menerus.
berkesinambungan. Minimnya self discipline
Berdasarkan teori sosial kognitif Bandura
tampak dari sikap dan perilaku individu
(Feist & Feist, 2011) dinyatakan bahwa self
sehari-hari yang cenderung tidak sesuai
discipline ditentukan oleh faktor eksternal dan
bahkan dapat mengarah ke penyimpangan.
internal yang memiliki hubungan timbal
Perilaku yang tidak sesuai tersebut
balik. Faktor eksternal yang berpengaruh
muncul dalam berbagai simbol perbuatan
adalah peran serta lingkungan, pola asuh
negatif yang dapat terjadi sepanjang rentang
dalam keluarga dan sekolah. Orang tua
hidupnya. Penyimpangan perilaku dimulai
memegang
khususnya
dari kejadian yang ringan seperti: buruknya
sebagai cermin dan informasi mengenai diri
nilai ujian, sering membolos, tidak naik kelas,
anak. Perilaku dan perkataan orang tua juga
tidak lulus ujian, mengganggu teman.
latihan
yang
peranan
terus
penting
menjadi sebuah model bagi anaknya. Pola
dini
Siswa
dan
melalui
SMP
berada
latihan
pada
yang
akan
tahap
didikan dan ajaran di sekolah memiliki tujuan
perkembangan remaja.
menumbuhkan kesadaran pada siswa untuk
remaja, mereka sudah memiliki kemampuan
mampu memiliki kecakapan diri, baik secara
untuk
akademik juga kepribadiannya, dapat hidup
membedakan mana perbuatan yang baik dan
secara
buruk
teratur,
terarah
dan
mampu
berpikir
serta
secara
mampu
Pada tahap usia
analitis,
mampu
mengungkapkan
mengendalikan diri. Sekolah sebagai tempat
pendapatnya. Di Sekolah Menengah Pertama
berkumpul dan berinteraksi dengan teman
(SMP),
sebaya, guru dan orang lain adalah menjadi
seyogyanya memandang self discipline siswa
tempat bagi individu belajar keterampilan
sebagai bagian yang sangat penting untuk
mengatur,
ditingkatkan
dirinya
mengarahkan
sendiri
sehingga
dan
mengontrol
pada
akhirnya
para
pendidik
dan
dan
konselor
dikembangkan,
yakni
melalui program bimbingan dan konseling.
mampu melakukan penyesuaian sosial dengan
Untuk
tepat. Tujuan pelatihan self discipline ini
seorang siswa memerlukan bantuan dari pihak
adalah
lain, baik itu orang tua, guru, konselor hingga
mampu
untuk memampukan siswa supaya mengatur,
mengarahkan
dan
teman
mengembangkan
sebayanya.
Self
self
discipline,
discipline
harus
128 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 125-136
dikembangkan
supaya
tugas-tugas
potensi dirinya dan mencapai semua tugas
perkembangan individu sebagai seorang siswa
perkembangannya.
dapat terpenuhi. Menurut Havighurst (Monk,
salah satu bagian dari tugas perkembangan
dkk,
perkembangan
tersebut yang perlu mendapatkan perhatian
(developmental task) yaitu tugas yang harus
khusus dari guru dan juga konselor sekolah
dilakukan oleh individu dalam masa hidup
supaya siswa dapat berkembang menjadi lebih
tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan
optimal. Penerapan disiplin yang paling tepat
norma
didik
bagi remaja adalah penerapan yang bersifat
memiliki potensi yang dapat dikembangkan
demokratis, artinya penerapan dan pelatihan
dan kebutuhan materiil, spiritual yang harus
disiplin
dipenuhi.
memberikan
2002)
tugas
kebudayaan.
Para
peserta
diri
Self
discipline
dilakukan
dengan
penjelasan-penjelasan
adalah
cara dan
Peranan Bimbingan dan Konseling (BK)
pengertian melalui layanan pembelajaran
semakin penting di sekolah, terutama untuk
(fungsi BK ). Melalui layanan pembelajaran,
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami
siwa dapat lebih mempu mengarahkan diri,
oleh siswa, baik kesulitan belajar dan
mengendalikan diri dan mengatur dirinya
permasalahan pribadi siswa. Siswa yang
secara sadar. Pengertian dan penjelasan yang
mengalami
perlu
memperoleh
diberikan membangun kesadaran siswa untuk
bimbingan, harus diarahkan
dan diberi
mengembangkan kendali dan keteraturan
motivasi dari BK. Bimbingan dapat diartiukan
dalam diri sehingga memunculkan perilaku
sebagai suatu proses pemberian bantuan
yang benar.
kepada
kesulitan
individu
secara
Dari penjelasan di atas, diperlukan suatu
berkesinambungan, supaya individutersebut
strategi yang tepat untuk meningkatkan self
dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia
discipline
sanggup untuk mengarahkan dirinya dan
untuk
dapat
mampu
mengendalikan dirinya sendiri. Kesadaran
tuntutandan
akan keterampilan tersebut penting dimiliki
keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan
siswa agar siswa mampu menyesuaiakan
masyarakat.
dirinya sendiri untuk menghadapi tugas-tugas
bertindak
menyesuaikan
yang
secara
diri
dilakukan
wajar,
dengan
Bimbingan dan konseling di sekolah yang
sulit
siswa agar mamiliki keaadaran mengatur,
dan
mengarahkan
tanggung teknik
jawab bimbingan
dan
yang
bergerak dalam bidang human service harus
besar.Beberapa
dapat
memberikan bantuan psikologis kepada para
digunakan dalam membimbing siswa. Teknik
peserta didik agar dapat mengembangkan
dan strategi tersebut dipilih yang efektif dan
Widayat, Keefektifan Peer Support... 129
efisien
disesuaikan
dengan
karakteristik
problem-problem psikologis mereka sendiri,
siswa. Salah satu teknik yang dapat digunakan
program-program
adalah melalui pemanfaatan hubungan dan
konseling tidak akan berhasil secara efektif.
dukungan sebaya (peer support).Usaha untuk
Sebagaimana Bowman and Myrick (1980)
membuat
tentang
menggambarkan program dukungan sebaya
tanggungjawab untuk mencapai cita-cita ini
(peer support) pada pelajar kelas 3-6 SD, di
dapat diberikan melalui dukungan sebaya
mana siswa sudah dilatih menjadi konselor
(peer support). Sejalan dengan perkembangan
junior. Penelitian tentang dukungan sebaya
yang
yaitu
dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 12
perkembangan sosial yang mana pada masa
Semarang. Dalam penelitian Rubin et al.,
ini keterikatan dengan teman sebaya sangat
(2006) tentang hubungan interaksi teman
kuat. Oleh karena itu, penggunaan dukungan
sebaya dan kelompok, ditemukan bahwa
sebaya (peer support) diharapkan dapat
anak-anak dan remaja yang sulit berempati
membantu
dan mengatur diri sendiri memiliki sedikit
para
terjadi
siswa
pada
diri
menegaskan
dicipline bagi
sadar
para
remaja,
pentingnya
self
siswa dan mampu
interaksi
sosial
layanan
yang
dan
program
positif
dan
membantu meningkatkan disiplin diri siswa
kemungkinan ditolak atau diabaikan oleh
SMP. Dukungan sebaya (peer support) adalah
teman
pemberian
yang
berdampak pada kesejahteraan sosial dan
diberikan oleh orang-orang non profesional
hasil-hasil akademik.Dalam penerapannya,
yang diberikan kepada orang lain yang
dukungan sebaya (peer support) memiliki
memerlukan bantuan. Istilah sebaya memiliki
keunggulan.Dukungan sebaya(peer support)
arti bahwa seseorang yang menjalankan tugas
dapat membangun rapport lebih cepat karena
membantu adalah seseorang yang memiliki
adanya hubungan kesederajatan. Disamping
usia yang kurang lebih sama dengan orang
itu, adanya faktor kesamaan pengalaman dan
yang dilayani.
status non profesional yang dimiliki oleh
bantuan
Beberapa
interpersonal
secara
signifikan
konselor sebaya menyebabkan mereka lebih
support menemukan bahwa dukungan sebaya
diterima oleh konseli (Sandmeyer dalam
(peer
Bernardus,
dapat
mengenai
dan
peer
support)
penelitian
sebaya,
digunakan
untuk
2012).Berdasarkan
beberapa
mengembangkan resiliensi remaja (Suwarjo,
penelitian yang telah diungkapkan diatas,
2012). Carr (1981) menyatakan bahwa tanpa
dukungan
bantuan aktif dari para siswa (teman sebaya)
digunakan sebagai salah satu cara untuk
dalam memecahkan krisis perkembangan dan
meningkatkan self discipline siswa SMP.
sebaya(peer
support)
dapat
130 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 125-136
Melalui dukungan sebaya (peer support),
sendiri, mengatur serta dapat mengontrol
proses interaksi antara konselor dan kelompok
perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku
sebaya (konseli) dapat berjalan lebih efektif.
baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang
Karena usia diantara para peer support sama
lain (Walker & Shea, 1998). Berdasarkan
maka proses pelaksanaan dapat berjalan lebih
teori di atas, pembelajaran yang bersifat
baik, konseli yang dibantu merasa lebih
behavioristik dapat diajarkan kepada siapapun
nyaman dalam mengungkapkan masalahnya
termasuk kepada siswa SMP. Oleh sebab itu
tanpa keraguan ataupun rasa takut. Melalui
mereka dapat dilatih dan diajari untuk
dukungan, hasil evaluasi dan penyadaran ini,
menjadi penolong dan pendukung bagi rekan
individu bisa menetapkan tujuan hidupnya
sebayanya di sekolah sebagai peer supporter.
dengan tepat dan dapat membuat perencanaan dengan
baik
untukmencapai
kesuksesan
ataupun cita-cita yang diharapkan
Keterlibatan orang tua akan sangat membantu
dalam
penegakan
pembimbing di sekolah.
upaya
Orang tua atau
Peer support yang digunakan dalam
pembimbing yang memberikan kepercayaan
penelitian ini menggunakan prosedur DBC
kepada siswa akan membantu siswa merasa
(Direct
DBC
yakin bahwa dirinya mampu mengatur,
merupakan metode mengajarkan keterampilan
mengontrol dan mengarahkan diri sendiri.
kepada
Rogers
Behavioral
konsulti
Consultation).
(peer
supporter)
yang
(dalam Feist dan Feist 2006)
memiliki tujuan memberdayakan konsulti
menyatakan bahwa manusia terlahir dengan
melalui konsultasi (Watson & Robinson,
membawa
1996).
memecahkan masalah, mengubah konsep diri
Para siswa dengan krteria tertentu
potensi
dan
yang memiliki masalah dengan disiplin
mengevaluasi
dirinya. Dasar digunakannya DBC adalah
menginternalisasi pengalaman yang sesuai
teori
dengan
memiliki
asumsi
kepribadian.
tingkah laku lama dapat diganti dengan
METODE
tingkah laku baru, dan manusia memiliki
setiap
dirinya
bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari,
diri
Rancangan
sendiri,
untuk
dilatih sebagai peer supporter bagi siswa lain
behavioristikyang
mengarahkan
kreativitas
manusia
pengalamannya
sebagai
penelitian
bagian
ini
dan
dari
adalah
potensi untuk berperilaku baik atau buruk,
penelitian eksperimen karena adanya suatu
tepat atau salah (Komalasari, 2011). Manusia
perlakuan(intervensi) yang diterapkan oleh
dipandang sebagai individu yang mampu
peneliti
melakukan refleksi atas tingkah lakunya
menggunakan
kepada
subjek.
Penelitian
ini
Time Series Design, yaitu
Widayat, Keefektifan Peer Support... 131
menguji
satu
belajar,
skala self discipline untuk mengetahui siswa
mengobservasi perilaku subjek dari waktu ke
yang memiliki skor self discipline tinggi,
waktu
melalui
sedang dan rendah; 3) Siswa yang memiliki
beberapa pretest dan postes atau pengamatan
skor self discipline rendah akan dikumpulkan
yang dilakukan oleh peneliti.
dan dilakukan wawancara secara mendalam
dengan
kelompok
langkah-langkah
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP
Negeri
27
Malang.
untuk memastikan kemampuan self discipline
Desain
siswa dalam kategori rendah; 4) Peneliti
penelitian yang digunakan dalam penelitian
meminta kesediaan siswa yang terjaring
ini adalah equivalent time series, sehingga
dalam self discipline kategori rendah untuk
subjek yang dipilihdidasarkan pada kelompok
mengikuti program hingga selesai.
yang sudah ada yaitu siswa SMP Negeri 27
Untuk
meningkatkan
self
discipline
Malang. Dasar yang menjadi pertimbangan
siswa, maka bantuan dari peer support yang
dalam pemilihan subjek penelitian ini adalah:
diperlukan.
(1) Siswa SMP yang berada dalam rentang
kelompok yang terdiri dari siswa-siswi SMP
usia 12-15 tahun, (2) pada dasarnya siswa
yang sudah dipilih berdasarkan kriteria dan
SMP
pelatihan khusus berjumlah 8 – 10 orang,
kelas
VIII
belum
bimbingan pengembangan secara
khusus,
(3)
memperoleh self
subjek
Peer
merupakan
discipline
tugasnya adalah mengadakan pertemuan rutin
penelitian
sesuai
jadwal
teridentifikasi memiliki self discipline yang
disepakati
rendah
pengalaman,
berdasarkan
support
pengukuran
/
pertemuan disetujui ide,
yang untuk
sudah berbagi
informasi
seputar
menggunakan skala self discipline. Penentuan
peningkatan self discipline, apa saja yang
subjek dalam penelitian ini tidak ditentukan
menjadi penghambat dan pendukungnya.
secara
Tujuan dari peer support
acak,
namun
dilakukan
melalui
adalah agar self
penjaringan dengan menggunakan skala self
discipline siswa dapat ditingkatkan atau dapat
discipline.
memiliki
Proses
penjaringan
subjek
self yang
discipline
tinggi.
dilakukan dengan menggunakan beberapa
Dukungan
tahapan, yaitu: 1). Wawancara konselor dan
supporter akan lebih mudah
guru (wali kelas). Kemudian dari hasil
teman
wawancara tersebut
ditetapkan kelas mana
kecenderungan untuk bercerita dan lebih
yang akan diberikan pretest; 2) Kelas yang
percaya kepada teman sebayanya, dalam
telah direkomendasikan oleh konselor dan
hubugannya dengan teman sebaya suasana
guru akan diberikan pretest menggunakan
saling mendukung dapat terbangun
sebaya
dilakukan
yang
karena
oleh
peer
diterima oleh
remaja
memiliki
karena
132 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 125-136
memiliki pengalaman dan situasi yang sama
self dicipline). Peer supporter adalah mereka
(J. Nankunda, 2006).
yang memiliki self discipline yang tinggi
Aspek – aspek
self discipline
yang
(hasil skala self discipline, rekomendasi wali
diukur meliputi : 1) kemampuan mengatur
kelas, BK, kesiswaan) dan bertugas untuk
diri (self regulation) yaitu kemampuan untuk
memberikan
informasi,
mengatur perilaku dan kognitifnya dengan
menawarkan
atau
memperhatikan aturan yang ada sehingga
kepada teman sebayanya (yang self discipline-
mampu mengarahkan diri dalam mengambil
nya kurang) dalam kondisi saling percaya dan
keputusan; 2) kemampuan mengarahkan diri
menghargai.
(self directed) yaitu kemampuan menyalurkan
pelatihan peer supporter adalah meningkatkan
dan mengarahkan setiap keinginan, emosi,
keterampilan peer supporter sehingga selain
dan tindakannya sendiri untuk mencapai
menjadi
tujuan; 3) kemampuan mengontrol diri (self
memberikan berbagai pengalaman tentang
control) yaitu kemampuan mengatur impuls-
usaha peningkatan
impuls, kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku
siswa atau teman sebaya laiinya, memberikan
demi tujuan tertentu. Instrumen penelitian
solusi bagi permasalahan yang dihadapi
yang digunakan ialah Skala Self Discipline
konselee yang berhubungan dengan disiplin
oleh Debora Primawati Widayat (2016) untuk
dirinya yang rendah sehingga dapat teratasi –
mengungkap tingkat self discipline siswa
dirumuskan tingkah laku yang baru dan
SMP.
ditingkatkan.
Berdasarkan hasil observasi, penelitian dan
bantuan
pembentukan
sebayajuga
dan
dan
mampu
self discipline kepada
Peer support merupakan kelompok yang
PEMBAHASAN
pendahuluan
memberikan
Tujuan
teman
pengalaman
pretestadalah
terdiri dari siswa-siswi SMP yang sudah
tidak
dipilih berdasarkan kriteria dan pelatihan
semuasiswa di SMP Negeri 27 Malang
khusus berjumlah 8 – 10 orang, tugasnya
memiliki self discipline yang rendah namun
adalah mengadakan pertemuan rutin sesuai
hanya sebagian kecil, mereka yang memiliki
jadwal pertemuan yang sudah disepakati /
self discipline rendah harus memperoleh
disetujui
perlakuan (treatment) oleh peer supporter
informasi seputar peningkatan self discipline,
yang sudah dipilih dan dilatih. Penelitian ini
apa saja yang menjadi penghambat dan
diawali dengan membentuk peer supporter
pendukungnya. Tujuan dari peer support
(kelompok pendukung sebaya yang dapat
adalah agar self discipline siswa dapat
membantu teman sebayanya meningkatkan
ditingkatkan
untuk berbagi pengalaman, ide,
atau
dapat
memiliki
self
Widayat, Keefektifan Peer Support... 133
discipline
yang
tinggi.
Dukungan
yang
mengembangkan layanan di sekolah; 2) bagi
dilakukan oleh peer supporter akan lebih
sekolah,
mudah diterima oleh teman sebaya karena
digunakan
remaja
meningkatkan self discipline siswa melalui
memiliki
kecenderungan
untuk
penelitian
diharapkan
dapat
sebagai
informasi
untuk
bercerita dan lebih percaya kepada teman
pemanfaatan
sebayanya, dalam hubugannya dengan teman
Konseling dan peer support; 3) Bagi siswa,
sebaya suasana saling mendukung dapat
peer
terbangun karena memiliki pengalaman dan
dimanfaatkan untuk mengembangkan self
situasi yang sama (J. Nankunda, 2006).
discipline sehingga siswa sekolah menengah
Pemberian
bantuan
diawali
dengan
pertama
layanan
support
(SMP)
Bimbingan
dapat
dapat
digunakan
mencapai
dan
dan
tugas
melakukan observasi terhadap siswa yang
perkembangannya yang optimal; 4) Bagi
bermasalah dengan self discipline-nya, Siswa
penelitian lanjut, data dari penelitian ini dapat
yang memiliki masalah denganself discipline-
digunakan sebagai bahan penelitian awal
nya dikumpulkan dan diberi skala self
untuk mengembangkan penelitian lanjutan
discipline – diambil 10 siswa yang memiliki
pada lingkup yang lebih luas berkenaan
self
dengan aspek self discipline.
discipline
bermasalah
rendah,
(konselee)
10
siswa
yang
akan dipasangkan
dengan 10 peer supporter, peer supporter bertugas membantu konselee selama proses treatment, tugas peer supporter meliputi membuat laporan kemajuan konselee dan berkonsultasi dengan konselor terkait dengan kemajuan konseli. PENUTUP Penelitian yang dilakukan ini sedang berada dalam proses treatment untuk melihat sejauh mana keefektifan peer support dalam meningkatkan
self discipline
siswa SMP.
Saran penelitian ini adalah : 1) bagi konselor, hasil dan temuan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk membantu para konselor
dalam memperbaiki dan
DAFTAR PUSTAKA Alfiana, Arini. 2013. Regulasi Diri Mahasiswa Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Universitas Muhamadiyah Malang Vol. 01/No. 03. ISSN: 2301-8267 Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang : Universitas Muhamadiyah Press. Aulina, Choirun. 2013. Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini. Jurnal: Pedagogia, Vol 2/No. 01, Hal 36-49 Aroma, Suminar. 2012. Mencegah Tawuran Pelajar, Siswa Bolos Sekolah Hingga Minum-minuman Keras dan Penyalahgunaan Narkoba. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol 1/No 02,. Surabaya : Unair Bandura, Albert. 1977. Social Learning Theory. New Jersey : Prentice Hall.
134 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 125-136
Baron, Robert. 2003. Social Psychology. New York : Pearson Education Berk. 2005. Infants, Children, and Adolescents. Massachusetts: Allyn & Bacon Borba, Michele. 2012. Building Moral Intelligence: The Seven Essential Virtues That Teach Kids To Do The Right Things. Pennsylvania University: AS Bronson, Martha. 2000. Recognizing and Supporting the Development of SelfRegulation in Young Childern. Cambrige: Massachusetts (online): www.naeyc.org/resources/journal. (diakses 1 Agustus 2014) Brookfield, S.B. 1994. Sefl Directed Learning in YMCA George William College ICE 301 Adult and Community Education Unit 2: Approaching Adult Education. London: YMCA George William College. Bryant, R.D. 2009. Self-Discipline in 10 Days: How to go From Thinking To Do. Seattle Washington: Human Understanding and Behavior Publishing. Byrne, Donn. 2003. Social Psychology. New York : Pearson Education Carter, T. D. (2005). Peer Counseling: Roles, Functions, Boundaries. ILRU Program. [online]. Tersedia : http://www.peercounseling.com. (diakses 12 Maret 2014) Cialdini, Robert. 2007. The Psychology Influence of Persuasion. Quill. Coloroso, Barbara. 2007. The Bully, The Bullied, and The Bystander: from Preschool to High School.New York : Harper Collins Publisher. Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama Demuth, Brown. 2004. Family Structure, Family Process, And Adolescent Deliquency: The Significance Of Parental Absence Versus parental
Gender. Journal of Research In Crime and Deliquency. Vol. 41 No. 1 DeVito, Joseph A,. 1997. Komunikasi Antar Manusia : Kuliah Dasar. Alih Bahasa Agus Maulana. Jakarta: Profesional Books Ekasari, A. (2012). Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya dengan Coping Stress pada Remaja. Jurnal Soul, Vol. 5. No. 2 Farida, Anna. 2014. Pilar-pilar Pembangunan Karakter Remaja. Bandung: Nuansa Cendekia Feist, Jess; Feist, Gregory. 2009. Theories of Personality. Amerika : Mc. Graw Hill Freeman, Teresa., Schwartz, Richard. 2006. Peer Counseling Training. Texas : The University of Austin. (online): http://www.utexas.edu/student/cmhc/c learinghouse (diakses 2 Februari 2014) Friedman, Howard; Schustack. 2008. Personality: Classic Theories and Modern Research. New Jersey : Pearson Publication. Geldard, Kathryn. 2012. Practical Interventions for Young People at Risk. London : SAGE Publications. Gladding, Samuel. 2009. Counseling: A Comprehensive Proffession. New Jersey : Pearson Publication. Gilliam, W.S. 2006. Preschool and Child Care Expulsion and Suspension: Rates and Predictors in One State, Infants and Young Childern. 19 (3): 228-245 Gunarsa, S. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK gunung Mulia Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hitipeuw, Imanuel. 2005. Penanganan Masalah Siswa oleh Guru melalui Direct Behavioral Consultation. Desertasi tidak diterbitkan. J. Nan Kunda. 2006. Community Based Peer Counselor for Support of Exclusive breastfeeding : Experience From Rural Uganda. Internasional breastfeeding journal (1:19)
Widayat, Keefektifan Peer Support... 135
Khoo, Adam. 2006. Master Your Mind Design Your Destiny: Proven Strategy That Empower You to Achieve Anything You Want in Live. Jakarta: Elex Media Komputindo Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991. Edisi Kedua: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka. Komalasari, Gantina. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : Indeks Kostelnik, Marjorie J. 2007. Developmentally Appropriate Practice, Self discipline in the Voluntary, Internal regulation of Behavior. Ohio: Pearson Kracen, Amanda. 2003. Peer Support Training Manual. Dublin : Trinity College Dublin (online): http://www.tcd.ie/student_counseling/ (diakses 10 Mei 2014) Kusumadewi, Melina. 2011. Peran Stressor Harian, Optimisme dan Regulasi Diri Terhadap Kualitas Hidup Individu dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Psikoislamika Vol. 08/ No. 1/Hal. 43 – 63. Lane, K., Stanton-Chapman, T., Jamison, K., 2007. Teacher and Parent Expectations of Preschoolers Behaviors : Social Skills Necesarry for Success. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc. Money, Nisha et. All. 2011. Best Practice Identified for Peer Support Programs. Defense Centers of Excellence. (online) http://www.dcoe.health.mil (diakses 1 Agustus 2014) Mulyati, Yayu. 2010. Hubungan antara Penerapan Disiplin oleh Orang Tua dengan Motivasi pada Siswa Kelas XI SMU Muntilan. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Musbikin, Imam. 2013. Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja. Jakarta : Erlangga Overbeck, Geertjan, dkk. 2005. Juvenile Deliquency As Acting Out: Emotional Disturbance Mediating The Effect Of Parental Attachment And Life Event.
European Journal of Deevelopmental Psychology. Vol 2/No 1 Pervin, L.A & John, O.P. 2001. Personality : Theory and Research. 8 ed. New York : John Wilet & Sons. Inc Philips, E. Lakin. 1991. How To Be Good Parents and Teachers Without at All Times Pleasing, Indulging, or Giving Love. USA: The Prentice-Hall Rahmawati, Hetti. 2008. Modifikasi Perilaku. Malang : LP3 Universitas Negeri Malang Regocion, M.R.E. 2000. Peer Counseling, A Way of Life. Manila : The Peer Counseling Foundation Rogus, J.F. 1985. Promoting Self-Discipline: A Comprehensive Approach. Theory into Practice. Vol.24/No 04/ Hal 271271 Santrock, J.W. 2002. Life Span Development. Jakarta: Erlangga Schaefer, C. 1996. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Terjemahan T. Sirait. Jakarta: Mitra Utama. Siagian, Sondang. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Asdi Mahasatya Sheehan, Hillary. 2010. The “Broken Home” or Broken Society A Sosiologycal Study of Family Structure and Juvenile Deliquency. California: Social Science Department College. Skinner, B.F. 2013. Science and Human Behavior. New York : The Free Press Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo. Somayeh, Ghorbani. 2013. Investigating the Effect of Positive Discipline on The Learning Process and Its Achieving Strategies with Foccussing on the Students Abilities. International Journal of cademic Research in Bussiness and Social Sciences. May 2013. Vol 3/No 5 ISSN: 222-6990 Susanto, H. 2006. Mengembangkan Kemampuan Self-Discipline untuk Meningkatkan Keberhasilan kademik Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur No. 07/ Vol. V/ Desember 2008.
136 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 125-136
Storant, Pearman. 2004. Self-Discipline and Self-Consciousness Predict Subjective Memory in Older Adults. Journal Oxford University Press. ISSN: 17585368 (online). Tavris, Carol. 2008. Psychology. New Jersey: Pearson Prentice Hall Vygotsky, L. 1978. Mind in Society: The development of Higher Psychological Process. Cambrige : Harvard University Press. Widayati, Wahyuningsih. (2015). Pelatihan dan Implementasi Konselor PeerSupport Berbasis Masyarakat Pada Kelompok Pendukung ASI Ekslusif. Jurnal SEMAR Volume 4 nomor 1. Widodo, Bernardus. 2013. Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek Pengendalian Diri (Self Control) dan Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pada Siswa SMK Wonoasri Caruban Kabupaten Madiun. Jurnal Widya Warta No. 01/ Tahun XXXV II. ISSN 0854-1981 Wiener, Daniel. 1991. Training Children in Self-Discipline and Self Control. USA: The Prentice-Hall Waitley, D. 2009. The psychology of Winning. Victoria: Brolga Publising Pty. Ltd Zimmerman, B.J. 2000. Attaining SelfRegulation : A Social Cognitive Perspective. San Diego : Academic Press Zimmerman, B.J. 2011. An Educator with Passion for Developing SelfRegulation of Learning Through Social Learning. New York: Baruch College.