KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 19 SEMARANG
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Sutiyono NIM 3301411014
JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 i
ii
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juni 2015
Sutiyono NIM. 3301411014
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto “Maka Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan” (Al-Insyiraah, Ayat 5) “Manusia Yang Terbaik Adalah Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain” (Rosullullah) “Satu-satunya Kebaikan Adalah Pengetahuan Dan Satu-satunya Kejahatan Adalah Kebodohan” (Socrates) “Jika Kalian Tidak Mau Belajar Dengan Keras Mulai Saat Ini, Maka Bersiapsiaplah Menikmati Kebodohan Dimasa Tua Kalian”(Aristoteles)
Persembahan Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bunda Rusmiati dan Ayahanda Sujatmiko 2. Nenekku tersayang, yang selalu mendoakanku 3. Muh.Galuh Jatmiko Adik baruku, semoga kita mampu mikul dhuwur mendhem jero 4. Yosi Purnama Sari, partner pramuka, semoga kita dapat terus mengabdi untuk anak-anak Indonesia. 5. Dzihnatun Nabilah teman diskusi, semoga kita bisa selalu bersilaturohmi dengan baik. 6. Sahabat Ska.Wan Bording House dan temanteman PKn yang menjadi pemicu semangatku. 7. Almamaterku Universitas Negeri Semarang kampus konservasi.
v
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang”. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Slamet Sumarto, M.Pd., Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Tijan, M.Si., Dosen Wali Pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberikan ilmu dan keteladanan laku kepada penulis. 6. Seluruh Staf dan Karyawan Jurusan PKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. 7. Dra. Cicilia Sri Maryuni, MM., Kepala SMP Negeri 19 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
vi
8. MBC. U. Sugianingsih, S.Pd, guru PKn SMP Negeri 19 Semarang yang telah membantu dalam proses penelitian untuk penulisan skripsi ini. 9. Segenap guru dan karyawan SMP Negeri 19 Semarang atas segala bantuan yang diberikan. 10. Orang tua yang melecut gairahku untuk lekas merampungkan skripsi dengan senantiasa menanyakan, “Wisuda kapan, Le?”. 11. Teman-teman yang bersedia membantu dalam dokumentasi penelitian ini, Andi, Cholid, Anam, Jefri, Oksa, Agus Prasetyo, Agus Misbahudin, Dendy Aditya Pradana, thanks awfully. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya.
Semarang, Penulis
vii
Juni 2015
SARI Sutiyono. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII Di SMP Negeri 19 Semarang. Skripsi, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Drs. Tijan, M.Si., dan Drs. Slamet Sumarto, M.Pd. Kata Kunci: Keefektifan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar Keefektifan pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas yang berkualitas dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Salah satu peran guru adalah memilih model pembelajaran efektif. Model pembelajaran yang mengacu pada keaktifan siswa adalah model cooperative learning. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang, dan 2) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan metode ceramah bervariasi kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang. Penelitian ini adalah quasi-experimental dengan menggunakan nonequivalent control group design yang memiliki populasi seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, terpilih kelas VIII F sebagai kelas eksperimen memperoleh model kooperatif tipe jigsaw dan kelas VIII G sebagai kelas kontrol memperoleh pembelajaran ceramah bervariasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan bantuan SPSS 20. Hasil yang diperoleh dari analisis data lembar observasi aktivitas siswa adalah 84,37%. Skor ini menunjukkan data hasil penelitian aktivitas siswa menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dalam kategori sangat baik. Hasil uji-t Uji Independent sample t tes rata-rata hasil belajar posttes kedua kelas berbeda, model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh terhadap hasil belajar sebesar 20%, dan memperoleh rata-rata 81.82, artinya melebihi (KKM ≥75 ). Data yang diperoleh adalah (thitung = 3.364 > 1.166) pada taraf signifikan 0.05, artinya (thitung > ttabel), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kedua rata-rata sampel memiliki hasil belajar berbeda. Simpulan yang diperoleh adalah penggunaan model kooperatif tipe jigsaw terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan untuk materi hubungan antarlembaga negara Republik Indonesia. Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang diajukan yaitu (1) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada tahap pembagian kelompok harus memperhatikan waktu pembelajaran agar berjalan efektif, (2) perlu adanya kesepakatan peraturan agar dalam melakukan pertukan kelompok tidak gaduh, (3) perlu perluasan ruang kelas, sehingga memudahkan pembelajaran kelompok, (4) direkomendasikan untuk penelitian lanjut pada ranah afektif dan psikomotorik. viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii PERNYATAAN............................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi SARI................................................................................................................. viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6 E. Batasan Istilah ................................................................................. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Efektivitas......................................................................... 9 B. Tinjauan Tentang Konsep Pembelajaran ......................................... 11 C. Hasil Belajar .................................................................................... 22 D. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ................................ 27 E. Model Pembelajaran Kooperatif...................................................... 31 F. Model Pembelajaran Ceramah Bervariasi ....................................... 46 G. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Bervariasi .. 49 H. Kerangka Berpikir ........................................................................... 50 I.
Hipotesis .......................................................................................... 52
ix
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................ 54 B. Populasi ........................................................................................... 55 C. Sampel ............................................................................................. 56 D. Variabel Penelitian .......................................................................... 56 E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 57 F. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 60 G. Analisis Instrumen ........................................................................... 62 H. Metode Analisis Data ...................................................................... 68 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian................................................................................ 74 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Pembelajaran…. ...................... 74 a. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw…. ............................................................................. 74 b. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Ceramah Bervariasi …. ........................................................................................ 79 2. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw…................................... 81 3. Perbedaan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Ceramah Bervariasi …. ............................................................. 82 B. Pembahasan ..................................................................................... 85 BAB V PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................... 95 B. Saran ................................................................................................ 96 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97 LAMPIRAN ..................................................................................................... 100
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Bervariasi ... 49 Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Komparasi/Perbandingan Metode yang dikembangkan dalam penelitian....................................................................... 52 Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 54 Tabel 3.2 Hasil Output Validitas Soal Uji Coba ............................................. 63 Tabel 3.3 Rekap Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba .................... 66 Tabel 3.4 Rekap Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba .......................... 68 Tabel 4.1 Aspek Aktivitas Belajar Siswa Yang Diamati ................................. 81 Tabel 4.2 Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..................... 83 Tabel 4.3 Hasil Output Uji Independent Sample t test Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .................................................................................. 83
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ................ 43 Gambar 4.1 Guru Mendampingi Siswa Dalam Diskusi Kelompok Ahli ......... 76 Gambar 4.2 Aktivitas Siswa dalam Tanya Jawab ............................................ 77
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara Kebutuhan Lampiran 2. Data Siswa Kelas 8 SMP Negeri 19 Semarang Lampiran 3. Soal Uji Coba Lampiran 4. Soal Pretest dan Posttest Lampiran 5. Data Siswa Kelas Eksperimen Lampiran 6. Data Siswa Kelas Kontrol Lampiran 7. Uji Homogenitas Lampiran 8. Uji Validitas Soal Uji Coba Lampiran 9. Reliabilitas Soal Uji Coba Lampiran 10. Perhitungan Tingkat Kesukaran Lampiran 11. Perhitungan Daya Pembeda Lampiran 12. Pedoman Aktivitas Belajar Siswa Lampiran 13. Uji Paired Sample t test Hasil Belajar Lampiran 14. Uji Idenpendent Sample t test Lampiran 15. Kisi-kisi Soal Lampiran 16. Lembar Jawab Siswa Lampiran 17. Silabus Pembelajaran Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Lampiran 20. Ringkasan Materi Pembelajaran Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa Lampiran 22. Jadwal Penelitian Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Penelitian Lampiran 24. Data Aktivitas Belajar Siswa Lampiran 25. Hasil Belajar Kelas Eksperimen Lampiran 26. Hasil Belajar Kelas Kontrol Lampiran 27. Dokumentasi Pembelajaran Lampiran 28. Surat Izin Penelitian
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan bagaimana
proses
pembelajaran
yang
efektif
mampu
memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku yang aplikatif dalam kehidupan. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan supaya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Pasal 19, PP No.19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Jadi kegiatan atau aktivitas dalam belajar sangat diperlukan untuk menciptakan pengalaman belajar tersebut. Pengalaman tersebut akan dijadikan dasar bagi peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan belajar siswa dapat terjadi dalam pembelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
1
2
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar belajar dengan baik, sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas belajar peserta didik secara aktif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran selalu berkaitan dengan aktivitas peserta didik. Aktivitas adalah tingkah laku atau kegiatan yang dilakukan seseorang. Aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran disebut
aktivitas
belajar.
Aktivitas
belajar
peserta
didik
berupa
keterlibatannya dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam pembelajaran guna mencapai keberhasilan belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Jadi aktivitas belajar adalah segala kegiatan peserta didik dalam pembelajaran atau interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Semakin tinggi aktivitas belajar peserta didik maka menunjukkan belajar secara aktif. Oleh karena itu, aktivitas atau interaksi menjadi faktor yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan tersusun pada tujuan instruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya model pembelajaran yang tepat sehingga tujuan tersebut dapat tercapai dengan sukses. Untuk itu, guru harus mampu memilih model pembelajaran sesuai
dengan
yang
diharapkan.
Namun,
dalam
pelaksanaannya
3
pembelajaran masih berpusat pada guru. Padahal, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran siswa aktif, tetapi masih banyak guru yang belum melaksanakan pembelajaran tersebut. Model yang mereka gunakan masih konvensional, padahal model pembelajaran yang interaktif banyak pilihannya yang dapat digunakan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianingsih, salah satu guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 19 Semarang ternyata kondisi pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih menggunakan metode ceramah bervariasi yaitu perpaduan antara ceramah dan tanya jawab. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang sangat banyak. Sementara aktivitas peserta didik menjadi rendah karena peserta didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya, peserta didik menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Selain itu, minat peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi rendah dan dampaknya hasil belajar akan rendah pula. Hal ini menyebabkan siswa pasif dalam pembelajaran hanya duduk, mendengar, dan mencatat saja, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah perlunya penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif. Hasil wawancara studi pendahuluan dapat dilihat di lampiran 1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student center approach menjadi salah satu alternatif dalam pendidikan saat ini karena pembelajaran
4
dengan model konvensional dirasa kurang tepat. Hal tersebut disebabkan pembelajaran dengan model konvensional hanya berpusat pada guru tanpa memperhatikan
aktivitas
belajar
peserta
didik.
Seiring
dengan
perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan kurikulum memaksa adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran agar pembelajaran berorientasi pada peserta didik. Aktivitas belajar atau interaksi belajar antarpeserta didik sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuannya sebagai makhluk sosial, dimana hal ini akan menjadikan bekal baik untuk belajar dan bersosial di masyarakat. Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada keaktifan peserta didik adalah model pembelajaran cooperative learning. Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran Cooperative Learning lebih memusatkan pembelajaran pada peserta didik secara bersama-sama untuk mengembangkan pemahaman dan sikap sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan aktivitas, motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Kesuksesan kelompok menjadi tujuan dari model
5
pembelajaran Kooperatif. Hal yang spesial dalam pembentukan kelompok Kooperatif dilaksanakan secara heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya. Model pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa jenis tipe. Pada penelitian ini digunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian sebelumnya yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tegal pada Mata Pelajaran PKn melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw menunjukkan bahwa aktivitas belajar peserta didik meningkat mulai dari 72,5% menjadi 87,5% (Rodiati, 2008). Penelitian ini terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar peserta didik pula. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang”
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana
aktivitas
belajar
siswa
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata
6
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang? 2.
Apakah ada perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang?
C.
Tujuan Penelitian Berdasarkan judul dan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mengetahui
aktivitas
belajar
siswa
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang. 2. Mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang.
D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang pendidikan mengenai pentingnya peningkatan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan
pembelajaran yang tepat.
dengan
menggunakan
model
7
2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, memberikan masukan sebagai pedoman pengambilan kebijakan penggunaan model pembelajaran secara tepat. b. Bagi guru, hasil penelitian ini berguna untuk memberikan masukan kepada guru dalam memilih model pembelajaran.
E.
Batasan Istilah Dalam penelitian ini perlu dijelaskan istilah yang berkaitan dengan judul penelitian agar tidak terjadi salah penafsiran, maka penulis merasa perlu memberikan batasan yang memberikan penegasan istilah yang digunakan tersebut, yaitu: 1. Keefektifan Pembelajaran Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang maksimal. Efektivitas dalam penelitian ini berupa peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam menjawab soal-soal sesuai dengan materi ajar dan melebihi KKM ≥ 75. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah pembelajaran kerjasama
yang dimulai dengan intruksi kepada peserta didik
membentuk beberapa kelompok kecil. Peserta didik kemudian dengan kelompok lainnya untuk memaksimalkan kelompoknya dan masingmasing dalam memahami bahan ajar. Dalam pembelajaran Kooperatif
8
ini ada suasana saling ketergantungan yang positif antar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka asal dan dalam kelompok ahli. 3. Hasil Belajar Belajar Hasil belajar adalah perubahan hasil yang diperoleh individu dalam suatu studi. Hasil yang diperoleh tersebut dapat berasal dari dalam dan diri individu sendiri ataupun dari pihak lain luar individu melalui pengukuran tes. Pengukuran
menggunakan
tes bertujuan untuk
mengetahui tingkat pemahaman dan pengusaan peserta didik dalam belajarnya. Terkait dengan penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Pada ranah afektif, dan ranah psikomotorik dipadukan dalam lembar aktivitas belajar peserta didik. Ranah kognitif yaitu mulai dari pengetahuan hafalan, dan pemahaman atau komprehensif, sampai pada analisis, dan sintesis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Efektivitas Menurut Cameron (dalam Sutomo, 2009:24) efektivitas merupakan fenomena yang mengandung banyak segi, sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan keefektivan sesuai dengan efektivitas itu sendiri. Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat diartikan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar dan efektif. Eggen dan Kauchak (dalam Warsita, 2008:289) mengemukakan pembelajaran yang efektif mempunyai beberapa indikator meliputi: 1. peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dan membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
9
10
2. guru menyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam pelajaran, 3. aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, 4. guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi, 5. orientasi pembelajaran penguasaan isi pembelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta 6. guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru. Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi (Warsita, 2008:287). Efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan berjalan efektif apabila peserta didik mengalami aktivitas belajar secara aktif dan tujuan dapat dicapai atau berhasil dengan suatu tindakan atau usaha. Efektivitas yang dimaksud adalah efektivitas model pembelajaran yang merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dikatakan efektif apabila hasil
11
belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu dari sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan respon siswa terhadap pembelajaran. Selain itu, rata-rata hasil belajar akan dikomparasikan dan diukur manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi dalam meningkatkan hasil belajar.
B. Tinjauan Tentang Konsep Pembelajaran 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh karena itu mempelajari konsep dasar tentang belajar, seorang mampu memahami aktivitas belajar. Menurut Hilgard dan Brower (dalam Hamalik, 2010:45) belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku. Belajar adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
12
Menurut Gage (dalam Hardini, 2011:4) belajar adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Robert M Gagne (dalam Hardini, 2011:4) juga menambahkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar
merupakan
aktivitas
interaksi
aktif
individu
terhadap
lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Sementara itu, pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik (Sani, 2013:40). Penyediaan kondisi dapat dilakukan dengan bantuan pendidik atau ditemukan sendiri oleh individu. Morgan et.al (dalam Rifa‟i, 2010:82), menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Sejalan dengan Morgan et.al, Slavin juga mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar secara umum dapat diartikan sebagai prosedur perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan
13
perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas (Solihatin, 2012:5). Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar juga dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan seperti itu tidak dapat diartikan perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
14
Berdasarkan beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada peserta didik dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum, maka pengajar atau guru harus merencanakan dengan saksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan. Apabila terjadi proses belajar, bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami karena jika ada yang belajar sudah tentu ada yang megajar dan begitu juga sebaliknya. Dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan tata nilai, serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Dalam dunia pendidikan, peserta didik yang melakukan proses belajar, tidak melakukan secara individu, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat,
15
seperti pendidik atau guru, media dan strategi pembelajaran, kurikulum, dan sumber belajar. Dari kata belajar itulah kemudian lahir kata pembelajaran. Pembelajaran dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 20 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne (dalam Khanifatul, 2012:14), intruction atau pemebelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Terlepas dari perbedaan redaksi atas pendefinisian kata pembelajaran tersebut, diantara kesemuanya tetap ada titik kesamaan definisi. Titik kesamaan tersebut yaitu pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar (mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) yang berisi suatu sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan. 2. Pembelajaran Efektif Menurut Miarso (dalam Warsito, 2008:287) pembelajaran efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat. Pengertian ini mengandung dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada peserta didik dan apa yang dilakukan guru. Oleh karena itu, prosedur pembelajaran yang dipakai oleh guru dan terbukti peserta
16
didik belajar akan dijadikan fokus dalam usaha untuk meningkatkan pembelajaran. Menurut Dick (dalam Warsito 2008:287) pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang. Pembelajaran efektif memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti: fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Pembelajaran efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan proses pembelajaran yang mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku yang diaplikasikan dalam kehidupan. Pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar disebut sukses jika terjadi perubahan perilaku pada anak didik baik perubahan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Sukardi, 2013:12). Dalam ketiga aspek ini perubahan dalam perilaku anak didik mencakup lima kompetensi atau kapabilitas penting, yakni kemampuan informasi verbal (menyatakan, menceritakan,
atau
menggambarkan
informasi
yang
telah
disimpan
sebelumnya), keterampilan intelektual (menerapkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang dapat digeneralisasikan untuk menyelesaikan masalah), strategi kognitif (mengelola proses berpikir dan belajar pada diri anak itu sendiri), sikap-sikap memilih wacana aksi pribadi dan keterampilan gerak
17
(mengeluarkan tindakan fisik secara tepat dan pada waktu yang pas) (Gagne dan Medsker dalam Sukardi, 2013:12). Pembelajaran juga dinyatakan seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs dalam Rifa‟i, 2010:190). Seperangkat peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika peserta didik melakukan self intruction dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari pendidik. Jadi teaching itu hanya sebagian dari intruction, sebagai salah satu bentuk pembelajaran. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal (Hardini, 2012:84). Dengan demikian belajar dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual
yang tidak berbeda.
Berdasarkan hal pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. 3. Komponen-komponen Pembelajaran Komponen-komponen dalam pemebalajarn yaitu meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi, media, evaluasi, dan penunjang. a) Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah intructional effect biasanya itu berupa pengetahuan
18
dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dan operasional. b) Subyek belajar merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar. c) Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. d) Strategi belajar merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. e) Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. f) Penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen
penunjang
berfungsi
memperlancar,
melengkapi
dan
mempermudah terjadinya proses pembelajaran (Rifai‟i, 2010:194). Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut.
19
a) Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan setelah peserta didik mempelajari bahan pelajaran yang diajarkan oleh guru. b) Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam peroses belajar mengajar. c) Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. d) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. e) Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. f) Sumber pelajaran bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan, di dalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada peserta didik. Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar sesorang. g) Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. (Djamarah, 2006:41-50) Sesuai dengan beberapa uraian tentang komponen pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang meliputi; tujuan pembelajaran, subjek pembelajaran, materi
20
atau sumber pembelajaran, metode atau pengalaman belajar dan evaluasi pembelajaran. 4. Tujuan Pembelajaran Pembelajaran dapat ditinjau dari segi internal dan eksternal makna teori pembelajaran atau intruksional adalah penerapan prinsip-prinsip teori belajar, teori tingkah laku, dan prinsip pengajaran dalam usaha mencapai tujuan belajar dengan penekanan pada prosedur yang telah terbukti berhasil secara konsisten (Sukamto dalam Rifa‟i, 2010:197). Dengan demikian tujuan daripada pembelajaran erat kaitannya dengan implementasi akan berintegrasi menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Menurut Mandigers (dalam Rifai‟i, 2010:200), tujuan pembelajaran dapat membuat peserta didik dengan mudah dan berhasil dalam belajar, untuk itu pendidik perlu memperhatikan: a) prinsip aktivitas mental, belajar adalah aktivitas mental, oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan aktivitas mental, b) prinsip menarik perhatian, bila dalam belajar mengajar peserta didik penuh perhatian kepada bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan lebih meningkat sebab dengan perhatian ada konsentrasi, pada gilirannya hasil belajar itu akan lebih berhasil dan tidak lekas lupa, c) prinsip penyesuaian perkembangan murid, anak atau peserta didik lebih tertarik apabila bahan pelajaran disesuaikan dengan perkembangan subyek belajar,
21
d) prinsip appersepsi, memberikan petunjuk bahwa kalau mengajar pendidik hendaknya mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan apa yang sudah diketahui, e) prinsip
peragaan,
memberikan
pedoman
bahwa
dalam
mengajar
hendaknya digunakan alat peraga, f) prinsip aktivitas motorik, mengajar hendakya dapat menimbulkan aktivitas motorik peserta didik, dan g) prinsip motivasi ialah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam mengaplikasikan prinsip ini pendidik dapat melakukan dengan memilih model dan metode pembelajaran mana yang tepat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila anak atau peserta didik melakukan
belajar
langsung
yang
intensif
dan
optimal,
sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen. Selain itu juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran meliputi faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yaitu kondisi keadaan jasmani dan rohani siswa (Sukardi, 2013:12-13). Faktor internal ini juga terdapat faktor kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Selanjutnya dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar atau eksternal seperti lingkungan sosial sekolah. Lingkungan ini adalah guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memperngaruhi proses belajar seorang siswa (Sukardi, 2013:21).
22
Berdasarkan beberapa penjelasan, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa atau peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu faktor
keberhasilan
dalam
pembelajaran
adalah
kefektifan
model
pembelajaran yang digunakan akan sangat berpengaruh pada lingkungan belajarnya, sehingga menarik dan menjadikan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Apabila dalam diri peserta didik sudah termotivasi untuk belajar, maka ini akan mempengaruhi indikator penilaian dalam pembelajaran dari peserta didik.
C. Hasil Belajar Hasil Belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang/hasilnya (finished goods) (Purwanto, 2014: 44). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Perubahan perilaku yang harus tercapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar disusun dalam
23
tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut merupakan gambaran dari perubahan perilaku yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran (Rifa‟i et al, 2010:85). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (dalm Suprijono, 2013: 5-6), hasil belajar berupa: 1. informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap
rangsangan
spesifik.
Kemampuan
tersebut
tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan, 2. keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsipprinsip keilmuan.
Kemampuan
intelektual
merupakan
kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas, 3. strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memcahkan masalah, 4. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkain gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani, dan 5. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilain
terhadap
objek
tersebut.
Sikap
berupa
kemampuan
24
menginternalisasi
dan
eksternalisasi
nilai-nilai.
Sikap
merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Bloom dalam Suprijono, 2013:6-7). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Ketiga ranah tersebut dibagi menjadi kategori-kategori, sebagai berikut. 1. Ranah kognitif a) Pengetahuan (knowledge) didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas, mulai dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks. b) Pemahaman
(comprehension)
didefinisikan
sebagai
kemampuan
memperoleh makna dari materi yang telah dipelajari. c) Penerapan (application) mengacu pada kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkret. Hal ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori. d) Analisis (analysis) mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal
25
ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian. e) Sintesis (synthesis) mengacu pada kemampuan menggabungkan bagianbagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Menurut Anderson dalam (Yanti, 2011:252-253) hasil belajar ranah kognitif mencakup: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan harus dievalusi. 2. Ranah afektif a) Penerimaan (receiving) mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik dan sebagainya). b) Penganggapan (responding) mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik. Siswa diusahakan untuk merespoon fenomena tertentu dengan berbagai cara. c) Penilaian (valuing) berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa. d) Pengoganisasian (organization) berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal. e) Pembentukan pola hidup (organization by a value complex) mengacu pada individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya
dalam
waktu
cukup
lama
sehingga
mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
mampu
26
3. Ranah Psikomotorik a) Persepsi (perception) berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik. b) Kesiapan (set) mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental dan jasmani. c) Gerakan terbimbing (guided resonse) berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks. Hal ini meliputi peniruan dan mencoba-coba dengan menggunakan pendekatan gerakan ganda. d) Gerakan terbiasa (mechanism) berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir. e) Gerakan kompleks (complex overt response) berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.
Kecakapan
ditunjukkan
melalui
kecepatan,
kehalusan,
keakuratan, dan yang memerlukan energi minmum. f) Penyesuaian dikembangkan
(adaptation) sangat
baik
berkaitan sehingga
dengan
keterampilan
indinvidu
partisipan
yang dapat
memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan baru atau menemui situasi masalah baru. g) Kreativitas (originally) mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu (Rifa‟i, 2010:86-90).
27
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Ranah afektif lebih menakankan pada sikap peserta didik dan ranah psikomotorik berkenaan dengan respon dan kesiapan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa adalah ranah kognitif yaitu hasil akhir proses belajar mengajar yang ditunjukkan oleh angka-angka atau nilai tertulis dalam kertas evaluasi dari pendidik.
D. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang ingin membentuk warga negara ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menguasai kemampuan, keterampilan, dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (UU No. 20 Tahun 2003). Melalui mata pelajaran PKn peserta didik diharapkan untuk mempunyai pengetahuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memiliki sikap menghormati, menghargai dan memiliki tanggung jawab akan dirinya sendiri, bangsa dan negara serta memiliki
28
keterampilan untuk menjalin hubungan dalam negeri ataupun luar negeri sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Pendidikan kewarganegaraan juga merupakan media pengajaran yang akan meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Melalui mata pelajaran PKn diharapkan peserta didik memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan NKRI. Berdasarkan uraian di atas, pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara atau peserta didik yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan
kewarganegaraan
dan
nilai-nilai
kewarganegaraan
agar
memiliki rasa cinta tanah air. 2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan
pendidikan
yang
dilaksanakan disemua lembaga pendidikan atau sekolah dalam sistem pendidikan nasional. Kedudukannya sangat strategis sebab bukan hanya sekedar proses pengajaran, tetapi adalah penanaman sikap untuk membentuk watak dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Secara terperinci tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut. a) Berpikir
kritis,
kewarganegaraan.
rasioanal,
dan
kreatif
dalam
menanggapi
isu
29
b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi. c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Per.Men Pendidikan Nasional RI, Nomor 24 Tahun 2006). Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mempunyai misi khusus yaitu membentuk peserta didik agar menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi delapan aspek, yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kesatuan dan politik, Pancasila, dan Globalisasi. Rincian delapan aspek ini sebagai berikut. a) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam
30
pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. b) Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, sekolah, di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. c) Hak asasi manusia, meliputi hak-hak yang dimiliki oleh setiap pribadi, dan kewajiban dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. d) Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat,
kebebasan
organisasi,
mengeluarkan
pendapat,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. e) Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, dan hubungan dasar negara dengan konstitusi. f) Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. g) Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan Pancasila sebagai ideologi yang terbuka.
31
h) Globalisasi, meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri Indonesia, dampak globalisasi, hubungan internasional Indonesia, dan mengevaluasi globalisasi (Per.Men. Pendidikan Nasional 24 Tahun 2006).
E. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa. Metode atau teknik pembelajaran adalah cara-cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa atau peserta didik. Metode pembelajaran juga didefinisikan sebagai cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Metode pembelajaran adalah prosedur atau cara yang bersifat teknis. Strategi pembelajaran adalah prosedur atau langkah-langkah teknis yang harus ditempuh untuk menerapkan metode pembelajaran tertentu di kelas. Adapun pendekatan pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menghampiri siswa agar lebih memahami bahan yang diajarkan oleh guru. Kadang-kadang
pendekatan
pembelajaran
(sinonim)
dengan
model
pembelajaran (Sukardi, 2013:30). Seperti disebutkan di atas, model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan
32
ajar kepada siswa. Dalam model pembelajaran terdapat unsur: (1) filosofis atau teori yang menjadi landasan atau ruh dari rumusan teoritis dan praktis sebuah metode pembelajaran; (2) rumusan teoritis metode pembelajaran; (3) prosedur teknis penerapan metode pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa strategi adalah bagian dari metode, dan metode adalah bagian dari model pembelajaran. Jadi dapat ditarik benang merahnya bahwa model pembelajaran adalah tipe kegiatan pembelajaran yang mengandung konsepkonsep teoritis tentang metode dan strategi pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif adalah model yang mengeksplorasi pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang memungkinkan siswa mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah lingkungan belajarnya. Peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk melihat, memegang, merasakan dan mengaktifkan lebih banyak indera yang dimilikinya. Peserta didik didorong untuk mengekspresikan diri dalam rangka membangun pemahaman pengetahuan, perilaku dan keterampilannya. Oleh karena itu, guru atau pendidik bertugas mengkondisikan situasi pengalaman belajar yang dapat menstimulasi atau merangsang indera dan keingintahuan peserta didik. Model adalah bentuk representatif akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (Mills dalam Suprijono, 2009:45). Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penuturan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
33
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Suprijono, 2009:46). Fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objective” (Joyce dalam Suprijono, 2009:46). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran adalah pola atau bentuk kegiatan dengan tipe kegiatan pembelajaran
tertentu
yang telah
dirancang dan
digunakan
dalam
penyampaian bahan ajar oleh guru kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dan dapat dijadikan acuan pengajaran keterampilan di kelas adalah model pembelaran Kooperatif. Model pembelajaran Kooperatif adalah model yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena selain hemat waktu, juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan siswa. Definisi model pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) secara umum adalah suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif bertukar pikiran sesamanya dalam memahami suatu materi pelajaran, siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang struktur heterogen (tinggi, sedang, dan rendah, bahkan bila
34
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda). Model pembelajaran Kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 45 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Ngalimun, 2012:161-162). Model cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Cooperative learning is more effective in increasing motive and performance students (Michaels dalam Solihatin, 2012:103) Definisi lain
yang sama dengan di atas menyatakan bahwa
pembelajaran Kooperatif adalah seperangkat instruksi yang menggunakan kelompok
kecil,
sehingga
siswa
dapat
menjalin
kerjasama
untuk
memaksimalkan kelompoknya dan masing-masing melakukan pembelajaran (Sukardi, 2013: 139). Sederhananya bahwa cooperative learning adalah kerja bersama untuk mencapai tujuan yang terbagi dalam tujuan masing-masing (Nggermanto dalam Sukardi, 2013:140). Pembelajaran Kooperatif adalah
35
pembelajaran yang secara sadar menciptakan yang silih asah sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Wena dalam Hardini, 2011:144). Elemen-elemen
pembelajaran
Kooperatif
terdiri
dari;
saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi (Lie dalam Hardini, 2011:144). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah proses pembelajaran yang menekankan pada kerja sama antarpeserta didik, saling membantu dan berdiskusi dalam penyelesaian tugas-tugas yang diberikan. Sistem pembelajaran Kooperatif lebih dititik beratkan pada kelompok daripada individu. 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif a) Hasil Belajar Akademik Model
pembelajaran
Kooperatif
mempunyai
tujuan
dalam
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas selain tujuan sosialnya. Model pembelajaran ini menurut para ahli, cukup unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur penghargaan Kooperatif, kata para penganjur model pembelajaran Kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada pembelajaran akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar (Sukardi, 2013: 140). Selain mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran Kooperatif dapat memberi keunggulan baik pada siswa kelompok bawah
36
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu Model pembelajaran Kooperatif juga memiliki tujuan lain yang bersifat sosiologis, yaitu agar siswa memiliki sikap menerima perbedaan dalam sebuah komunitas dengan beragam latar belakang (ras, budaya, kelas sosial, kemamampuan). Dalam pembelajaran Kooperatif siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi didorong untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan Kooperatif akan belajar salong menghargai satu sama lain. c) Pengembangan Keterampilan Sosial Pembelajaran Kooperatif juga bertujuan mengajarkan pada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Siswa perlu memiliki keterampilan-keterampilan sosial karena saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim dalam Sukardi, 2013: 140). 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a) Pengertian Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw learning atau pembelajaran tipe Jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting yaitu setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Dalam teknik ini peserta didik belajar dengan sebuah kelompoknya, dimana dalam kelompok tersebut terdapat satu orang ahli yang membahas
37
materi tertentu (Silberman, 2002: 168). Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Metode Jigsaw merupakan bagian daripada pembelajaran Kooperatif yang menekankan pada belajar kelompok heterogen. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw menitik beratkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Metode atau tipe Jigsaw merupakan metode belajar Kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen. Siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam pembelajaran ini, siswa juga memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan dapat meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi.
Anggota
kelompok
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman dalam Shoimin, 2014:90) Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menulis topik pembelajaran pada papan tulis, white board, penayangan power point, dan sebagainya. Kemudian aktivitas belajar siswa lebih banyak didapatkan dalam kelompok yang sudah dibagi oleh guru. Dimana dalam satu kelompok itu dihitung sesuat nomor 1-5, kemudian proses belajar dilanjutkan dengan berkelompok pada nomor urut yang sama. Apabila sudah didapatkan informasi, maka
38
kelompok yang bekerja sama sesuai persamaan nomor urut tersebut disebut kelompok ahli. Kelompok yang kumpul pertama merupakan kelompok asal atau home teams (Suprijono, 2009:89). Model pembelajaran kooperati tipe Jigsaw sama halnya siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam “kelompok ahli” (Huda, 2014:121). Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran Kooperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan ajar sama, buat kelompok ahli sesuai dengan bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi (Ngalimun, 2012:169). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran pertukaran kelompok dengan kelompok atau dapat dikatakan siswa mengajarkan sesuatu pada siswa lainnya yang di dalamnya terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. b) Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diperkenalkan oleh Areson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snap pada tahun 1978. Pada model ini
39
siswa lebih berperan dalam pembelajaran. Berikut ini adalah langkahlangkahnya: 1) Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim. 2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. 4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk berdiskusi. 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajarkan pada teman lainnya secara bergantian. 6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7) Guru memberikan evaluasi sebagai penutup (Aqib, 2014:21). Pendapat lain tentang prosedur pembelajaran tipe Jigsaw terbagi dalam 5 langkah adalah sebagai berikut. 1) Memilih materi belajar yang dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman. 2) Menghitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagian tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. 3) Bentuklah kelompok “Jigsaw learning”. Setiap kelompok mempunyai setiap wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas.
40
4) Meminta kelompok Jigsaw untuk mengajarkan materi yang telah dipelajari kepada yang lain. 5) Pengumpulan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat (Silberman, 2002:168). Sintak metode Jigsaw dapat dilihat dalam langkah-langkah adalah sebagai berikut. 1) Guru membagi topik pelajaran menjadi bagian-bagian subtopik. 2) Sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. 3) Siswa dibagi dalam kelompok berempat. 4) Bagian/subtopik pertama dibagikan pada siswa/anggota pertama, dan yang kedua seterusnya. 5) Kemudian, siswa diminta membaca/mengerjakan bagian yang telah diberikan. 6) Setelah selesai mengerjakan/diskusi dengan kelompoknya, siswa kembali untuk mendiskusikan dalam kelompok yang utama (Huda, 2014:204). Pendapat lain tentang juga menyampaikan bahwa langkah-langkah Jigsaw learning sebagai berikut. 1) Pilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian). 2) Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada.
41
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah yang berbeda-beda. 4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok. 5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok. 6) Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi (Zaini, 2008:56-57). Pendapat yang sama disampaikan bahwa pembelajaran tipe Jigsaw memiliki beberapa langkah-langkah sebagai berikut. 1) Pembelajaran Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru dapat menjelaskan melalui penayangan power point, papan tulis, dan sebagainya. 2) Guru menanyakan topik tersebut pada siswa, hal ini dilakukan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru. 3) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok bergantung pada topik yang dipelajari. Kelompok awal ini disebut sebagai home teams (kelompok asal). 4) Guru membagikan materi tekstual pada tiap-tiap kelompok tersebut. Setiap orang dalam keompok tersebut bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diberikan oleh guru.
42
5) Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Kelompok ahli ini terdiri dari bagian kelompok asal masing-masing kelompok. 6) Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan untuk berdiskusi. Melalui diskusi ini kelompok ahli diharapkan memahami topik pembelajaran. 7) Setelah diskusi mereka kembali ke kelompok asal. Artinya anggotaanggota yang berasal dari kelompok asal pertamanya. 8) Setelah mereka kembali kepada kelompoknya diberikan waktu untuk berdikusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Bila perlu setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan di depan. 9) Diakhir pembelajaran guru memberikan review terhadap topik yang dipelajari (Suprijono, 2009:89-91). Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam (Shoimin, 2014:91-93) terdapat delapan langkah (1) guru merencanakan pembelajaran yang akan menghubungkan beberapa konsep dalam satu rentang waktu secara bersamaan, (2) menyiapkan handout materi pelajaran untuk masing-masing kelompok, (3) guru menyiapkan tugas untuk masingmasing kelompok, (4) bagilah kelas menjadi beberapa kelompok dan guru menyampaikan pengantar diskusi secara singkat, (5) setiap kelompok mendalami materi pada handout/materi yang menjadi pegangan, (6) pengelompokkan kelompok ahli, (7) setelah selesai diskusi dengan
43
kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asalnya, (8) guru mengukur hasil belajar dengan tes atau kuis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah dalam pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dimulai dari guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa, pemberian materi kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian materi. Anggota kelompok yang berbeda dan memiliki materi yang sama berkumpul membentuk kelompok yang disebut sebagai kelompok ahli. Setelah mereka berdiskusi dalam kelompok ahli, kemudian mereka kembali ke kelompok awal yaitu kelompok asal mereka dan menjelaskan semua yang telah mereka diskusikan atau pelajari dengan kelompok ahli. Berikut ilustrasi model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Gambar 2.1 Ilustrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Sumber : Silberman, 2014:182)
44
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Hamdayana (2014: 89-90) menyatakan bahwa bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai berikut. 1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. 2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. 3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Beberapa hal
yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dilapangan adalah sebagai berikut. 1) Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain. 2) Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman. 3) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model ini bisa berjalan dengan baik. 4) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
45
5) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaska materi apabila ditunjuk sebagai tanaga ahli. 6) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. 7) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua. 8) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran (Roy Killen dalam Hamdayama, 2014:89-90). Menurut
Shoimin
(2014:93)
kelebihan
model
pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw juga dijelaskan dalam sebagai berikut. 1) Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri. 2) Hubungan antara guru dan murid berjalan secara seimbang dan memungkinkan
suasana
belajar
menjadi
sangat
akrab
sehingga
memungkinkan harmonis. 3) Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif. 4) Mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan kelas, kelompok, dan individual. Sedangkan kelemahan metode atau tipe Jigsaw dijelaskan sebagai berikut. 1) Jika guru tidak mengingatkan siswa selalu menggunakan keterampilanketerampilan Kooperatif dala kelompok masing-masing, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.
46
2) Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah. 3) Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan (Shoimin, 2014:93-94).
F. Model Pembelajaran Ceramah Bervariasi 1. Pengertian Metode Ceramah Menurut Sagala (dalam Hardini, 2011:14) metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Metode ceramah merupakan cara belajar atau mengajar yang menekankan pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar. Metode ini dapat dikatakan metode yang satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar (Djamarah, 2013:97). Meski merode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak peserta didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat iteraksi yang terutama dalam hal ini adalah “berbicara”.
47
Dalam ceramah guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kegiatan belajar siswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokokpokok penting, yang dikemukakan oleh guru, bukan menjawab pertanyaanpertanyaan siswa (Hamdayama, 2014:167). Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif (Sri Anita dalam Hamyama, 2014:168) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran secara lisan dari guru, mulai pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi, dan menyimpulkan. 2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah Metode
ceramah
ini
mempunyai
beberapa
kekurangannya sebagai berikut. a) Kelebihan Metode Ceramah 1) Guru mudah menguasai kelas. 2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas. 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. b) Kelemahan metode ceramah 1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
kelebihan
dan
48
2) Yang visual menjadi rugi yang auditif (mendengarkan) yang besar menerimanya. 3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan. 4) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali. 5) Menyebabkan siswa menjadi pasif (Djamarah, 2013:97-98). Menurut Hamdayama kelebihan metode cermah dijelaskan sebagai berikut. 1) Guru mudah menguasai kelas karena guru menyampaikan informasi dan materi secara langsung dengan tatap muka langsung dengan peserta didik. 2) Metode dianggap paling ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan materi dapat diatur oleh guru secara langsung, materi dan waktu pelajaran sangat ditentukan oleh sistem nilai yang dimiliki oleh guru yang bersangkutan. 3) Mudah dilaksanakan. 4) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah yang besar. 5) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar. Setiap
metode memiliki
keterbatasan
dalam
penerapan
proses
pembelajaran. Begitupun dalam metode tradisonal ceramah, kelemahankelemahan metode tradisional ceramah dijelaskan sebagai berikut. 1) Bila terlalu lama membosankan. 2) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme.
49
3) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik
yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya. 4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik. 5) Menyebabkan anak didik pasif (Hamdayama, 2014:169)
G. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Ceramah Bervariasi Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Bervariasi Pembalajaran Kooperatif Interpedensi positif dengan prosedur-prosedur terstruktur jelas (positive interpedence with structured) Akuntailitas individu atas pembagian kerja kelompok (a clear accountability their individual’s share of the group work) Relative menekankan kelompok yang terdiri dari siswa-siswa denga level kemampuan yang berbeda (heterogeneous ability grouping) Saling berbagi peran kepemimpinan (sharing of leardership roles) Masing-masing anggota saling menshare tugas pembelajaran dengan anggota yang lain (shareing of the appointed learning task) Bertujuan memaksimalkan pembelajaran setiap anggota kelompok (aiming to develop each member’s learning to the
Pembelajaran Ceramah Bervariasi Tidak ada interpedensi positif (no positive interpedence)
Tidak ada akuntabilitas atas pembagian kerja kelompok (no accountability for individual share of the group’s work) Cenderung menekankan kelompok terdiri dari siswa-siswa dengan level kemampuan setara (homogeneous ability grouping) Jarak menunjuk pemimpin kelompok (few being appointed or put in charge of the group) Masing-masing anggota jarang yang membantu anggotanya yang lain untuk belajar (each seldom responsible for other’learnig) Fokus hanya untuk menyelesaikan tugas (focusing only on accomplishing the assigments)
50
maximum) Menjaga relasi kerja sama yang baik (maintaining of good working rekationships) Mengajarkan keterampilan bekerja sama yang efektif (teaching of collaborate skills)
Acap kali mengabaikan relasi kerja sama yang baik (frequent neglect of good working relationship) Menganggap semua siswa bisa bekerja sama dengan baik (assuming that students already have the requires skills) Observasi guru pada kualitas Jarang ada observasi dari guru teamwork siswa (teachers (little teacher observation) observastion og students teamwork) Merancang prosedur-prosedur yang Jarang merancang prosedur dan waktu untuk jelas dan mengalokasikan waktu mengalokasikan pemrosesan kelompok (rare yang mewadai untuk pemrosesan kelompok (structuring of the structuring of procedures and time procedures and time for the for the processing) processing) (Sumber: Huda, 2014:82-83)
H. Kerangka Berpikir Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki banyak materi yang berupa konsep-konsep dan terkadang membuat peserta didik
menjadi
kurang
termotivasi
dikarenakan
penggunaan
model
pembelajaran, guru lebih mendominasi daripada peserta didik. Guru cenderung lebih aktif, sedangkan peserta didik atau siswa hanya duduk, mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Banyak model pembelajaran yang bervariasi dan efektif untuk diberlakukan pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran yang dapat memotivasi dalam pembelajaran dan meningkatkan aktivitas dalam belajar yaitu pembelajaran yang terpusat pada keterlibatan peserta didik sendiri. Pembelajaran tersebut adalah model
51
pembelajaran
Kooperatif.
Pembelajaran
ini
lebih
menekankan
pada
pembelajaran antar siswa dalam mempermudah pemahaman bahan ajar yang harus dikuasi siswa dalam pembelajaran. Permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang adalah guru belum menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran masih cenderung memakai metode ceramah bervariasi (tanya jawab) dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadikan siswa kurang tertarik dan mengalami kesulitan dalam memahami materi, sehingga menyebabkan hasil belajar kurang maksimal. Model pembelajaran Kooperatif menjadi suatu alternatif pembelajaran untuk menerapkan strategi pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran yang menekankan terhadap pembelajaran kelompok dan menuntut siswa untuk saling membantu dalam hal pemahaman materi ajar Pendidikan Kewarganegaraan karena di dalam kelompok tersebut terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Sehingga diharapkan siswa dengan mudah dapat memahami materi yang dipelajari dibandingkan dengan metode ceramah bervariasi. Metode ceramah memiliki kelebihan yang terpusat pada guru, yaitu guru mudah mengasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, serta mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
52
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian quasi-eksperimental design yang menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas VIII Semester 2. Kemudian akan diuji model manakah yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 2.2 Kerangka berpikir komparasi/perbandingan metode yang dikembangkan dalam penelitian Pembanding Pendekatan Aktivitas Belajar
Tugas Utama
I.
Metode Jigsaw
Metode cermah bervariasi (Tanya jawab) Student Center Approach Teacher Center Approach Siswa Aktif, dalam Siswa mendengarkan materi memecahkan persoalan dari Guru dan menanyakan yang diberikan dengan materi yang belum teman-temannya dipahami Siswa mempelajarai materi Siswa mempelajari materi dalam “kelompok ahli” dengan menanyakan kepada kemudian membantu guru mengenai materi yang anggota “kelompok asal” belum bisa dipahami, dan mempelajari materi ajar sedikit berinteraksi dengan temannya
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang.
53
Ha : Ada perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian yang dipilih termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimen karena sengaja diadakan treatment kemudian diteliti akibatnya. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship), dengan cara menggunakan kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dikenai perlakuan lain. Penelitian eksperimen ini termasuk Quasi-Experimental Design dengan menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Jenis penelitian baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada, yang kira-kira homogen kondisi kelasya (Zuriah, 2005:65). Pelaksanaan diawali dengan menentukan kelompok secara acak dengan kelas yang ada, menguji homogenitas, memberikan pre-test kepada kedua kelompok, memilih satu kelas menjadi kelas eksperimen dan satu kelas menjadi kelas kontrol, memberikan treatment atau perlakuan pada kelompok eksperimen, dan kelompok kontrol serta dilakukan pengukuran akhir (post-test). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 3.1 Desain Penelitian Grup
Pretes
Perlakuan
Postes
Eksperimen
Y1
X1
Y2
Kontrol
Y1
X2
Y2
54
55
Keterangan: Y1: Hasil Pre-Test (Kelompok Eksperimen dan Kontrol) Y2: Hasil Post-Test (Kelompok Eksperimen dan Kontrol) X1: Perlakuan (menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw) X2: Perlakuan (menggunakan ceramah bervariasi) (Sukardi, 2005:186)
B. Populasi Menurut Hadjar (dalam Purwanto, 2012:220) populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang yang berjumlah 266 siswa. Terbagi menjadi 8 kelas yaitu kelas VIII A berjumlah 33 siswa, VIII B berjumlah 34 siswa, VIII C berjumlah 33 siswa, VIII D berjumlah 34 siswa, VIII E berjumlah 33 siswa, VIII F berjumlah 33 siswa, VIII G berjumlah 34 siswa, dan VIII H berjumlah 33 siswa. Data selengkapnya dapat dilihat di lampiran 2.
C. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:118). Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Cluster random sampling adalah teknik memilih sampel dari kelompok yang sudah ada atau tersedia. Teknik ini biasanya dilakukan karena populasi yang hampir sama baik segi kuantitas dan hasil belajar. Teknik cluster digunakan untuk memilih dua kelompok dari delapan
56
kelas dan dua kelas terpilih, diundi secara acak (rundom) untuk menentukan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Hal ini dilakukan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut. 1. Peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama. 2. Peserta didik menjadi obyek penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama. 3. Pembagian kelas tidak berdasarkan ranking. 4. Peserta didik diampu guru yang sama. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas VIII F berjumalah 33 siswa, sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelas VIII G berjumlah 33 siswa, sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran cemarah bervariasi.
D. Variabel Penelitian Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan peneliti (Rachman, 2011:83). Variabel penelitian ini ada dua yaitu, variabel bebas dan variabel terikat. 1.
Variabel bebas (X) Variabel
bebas
(independent
variable)
adalah
variabel
yang
mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi.
57
2.
Variabel terikat (Y) Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas (Sugiyono, 2010:61). Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa kemampuan menjawab soal secara tepat sesuai materi yang diajarkan di kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang.
E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dibagi menjadi dua tahap sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan dalam beberapa hal untuk persiapan penelitian, antara lain melakukan observasi di sekolah dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti daftar nama siswa dan data mengenai nilai Pendidikan Kewargangeraan siswa pada nilai ulangan sebelumnya. Nilai ulangan yang didapatkan dijadikan sebagai acuan dalam pembagian kelompok kooperatif menjadi heterogen. Kemudian membuat instrument tes serta mengkonsultasikan instrument tes kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Sebelum melaksanakan tes terhadap siswa yang diteliti, dilakukan uji instrumen di kelas lain untuk mengetahui validitas soal. Soal uji coba dapat dilihat di lampiran 3. Soal yang telah diuji validitasnya dijadikan sebagai pre-test dan post-test di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Soal pre-test dan post-test dapat dilihat dilampiran 4. Nilai hasil pre-test yang menjadi nilai awal akan
58
diuji homogenitas untuk mengetahui data awal siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berasal dari kondisi yang sama atau homogen yaitu dengan menyelidiki apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai varian yang sama atau tidak. Data awal yang digunakan adalah nilai pretest dari kedua obyek penelitian yaitu peseta didik pada kelas VIII F dan VIII G di SMP Negeri 19 Semarang tahun 2014/2015 dapat dilihat di lampiran 5 dan 6. Analisis yang dilakukan pada data awal yaitu dengan uji homogenitas. Pengujian homogenitas kedua kelompok digunakan dengan bantuan SPSS 20 memakai aplikasi Independent Sample t test. Independent Sample t test digunakan untuk mencari apakah kedua varian identik (Equal Variance Assumed). Data hasil output Independent Sample t test dapat dilihat di lampiran 7. Langkah-langkah Independent Sample t test sebagai berikut. a) Memasukkan data hasil belajar pretest kelas eksperimen dan kontrol pada data view. b) Klik Analyze – Compare Means – Independent Sample t test – grouping variable – Define Grouping. c) Klik continue dan ok Hipotesis yang digunakan sebagai berikut. Jika sig Fhitung > 0.05 maka Ho diterima Jika sig Fhitung < 0.05 maka Ho ditolak Hipotesis (dugaan) untuk uji sig F test dalam kasus ini
59
Ho : Kedua Varian identic (equal Variances assumed) Ha : Kedua Varians tidak identic (equal Varians not assumed (Sujarweni, 2014: 98) Kriteria pengujian: jika Sig Fhitung lebih besar (>) daripada 0.05 maka Ho diterima dengan kata lain kedua sample adalah identik (homogen), sehingga dimungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil belajar pretest diperoleh sig Fhitung = 0.550. Dengan demikian, sig Fhitung > 0.05, maka Ho diterima kedua varian identik (equal variance assumed). Selain itu juga dipersiapkan perangkat lain yang dibutuhkan dalam penelitian seperti Silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), serta lembar observasi aktivitas siswa. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas yaitu satu kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrolnya. Kemudian, memberikan perlakuan atau treatment kepada kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan kelas kontrol tidak dikenai perlakuan atau masih sama dengan pembelajaran sebelumnya yaitu dikenai perlakuan dengan metode ceramah bervariasi. Nilai siswa yang diperoleh setelah proses pembelajaran kemudian dianalisis untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat diketahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang.
60
F. Metode Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010:148). Bentuk instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk menilai aktivitas siswa dan soal tes untuk pre-test dan post-test. Dalam instrumen terdapat kriteria-kriteria penelitian dari variabel agar data yang diperoleh lebih akurat, maka setiap instrumen harus menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala liket digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini ditentukan oleh peneliti sendiri dan akan menjadi variabel. Variabel tersebut diajabarkan menjadi indikator dan indikator dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2010:134-135) Metode atau teknik pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tes Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Rachman, 2011:108). Fungsi tes digunkan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto, 2013:266). Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan
61
Kewarganegaraan siswa yaitu berupa soal pilihan ganda dengan alternatif jawaban emapat terdiri dari pilihan a, b, c, dan d yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Observasi Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2010:203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Lembar observasi yang digunakan untuk memantau dan menilai aktivitas belajar siswa yang dilaksanakan tiap pertemuan dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan cara yang digunakan dalam penelitian untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan dokumen lainnya (Arikunto, 2013:274). Teknik dokumentasi diberi nama teknik dokumenter yaitu cara pengumpulan data dengan pengumpulan arsip tertulis, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain (Zuriah, 2005: 191). Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang nama-nama dan banyak peserta didik yang menjadi objek penelitian, dan data nilai ulangan harian peserta didik yang digunakan sebagai data awal.
62
Selain itu juga digunakan untuk mengumpulkan data-data pendukung selama penelitian.
G. Analisis Instrumen Instrument tes yang telah diujikan pada siswa, selanjutnya dianalisis untuk menentukan validitas dari sosal-soal yang telah diberikan. Langkahlangkah yang digunakan untuk menganalisis instrument hasil tes uji coba sebagai berikut. 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran kesahihan atau kevalidan suatu instrumen yang akan digunakan. Validitas tes berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang mesti diukur oleh tes dan seberapa cermat tes melakukan pengukurannya. Atau dengan kata lain validitas tes berhubungan dengan ketepatan tes terhadap konsep yang akan diukur, sehingga betulbetul bisa mengukur apa yang seharusnya diukur (Uno, 2013:151-152). Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayalakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisian suatu variabel (Sujarweni, 2014:199). Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Langkah-langkah menggunakan SPSS 20 sebagai berikut. a. Pemasukan data ke SPSS. b. Mengisi data dalam data view. c. Menyimpan data ke SPSS.
63
d. Mengoah data dengan cara klik Analyze – Scale – Reliability Analysis dan fokus pada tabel corrected Item Total Correlation. e. Klik statistics dengan memberikan tanda pada scale if item deleted f. Klik continue dan ok. Hasil uji validitas dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 31 siswa, maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment person dengan df (defree of freedom) = n-2, jadi df= 31-2 = 29, maka r tabel = 0.306. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, dapat dilihat dari bantuan SPSS 20 dengan menggunakan Corrected Item Total Correlation, analisis output dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 3.2 Hasil Output Validitas Soal Uji Coba Variabel Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13 Pertanyaan 14 Pertanyaan 15 Pertanyaan 16 Pertanyaan 17 Pertanyaan 18 Pertanyaan 19 Pertanyaan 20
r hitung 0.388 0.676 0.318 0.590 0.353 0.444 0.333 0.542 0.404 0.595 0.414 0.431 0.344 0.421 0.331 0.400 0.374 0.490 0.352 0.391
(Sumber: Data diolah 2015)
r tabel 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306 0.306
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
64
Berdasarkan hasil analisis data instrumen uji coba menunjukkan bahwa r tabel sebesar 0,306 dengan N = 31 dan alpha 5%. Soal uji coba adalah 20 butir soal dan dari hasil uji coba semua soal dalam kategori valid. Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa soal yang valid ada 20 soal atau semua soal valid. Soal yang valid dapat digunakan untuk pretes dan postes. Data hasil output perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8. 2. Reliabilitas soal Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan.
Instrumen tes
dikatakan reliabel apabila jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi reabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajarannya (Arikunto, 2012:100). Reabilitas (keandalan) merupakan suatu ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk instrumen (Sujarweni, 2014:198-199). Langkah-langkah reliabilitas dalam SPSS 20 sebagai berikut. a. Pemasukan data ke SPSS. b. Mengisi data dalam data view. c. Menyimpan data ke SPSS. d. Mengoah data dengan cara klik Analyze – Scale – Reliability Analysis. e. Klik statistic dengan memberikan tanda pada scale if item deleted.
65
f. Klik continue dan ok. Untuk mengetahui
reliabel atau tidak, hasil perhitungan r
dibandingkan dengan r tabel. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika Alpha > 0.60 maka reliabel. Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpa > 0.60 maka kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.841 jadi di atas 0.60 maka reliabel. Analisis hasil perhitungan reabilitas soal uji coba dengan bantuan SPSS 20 dapat dilihat pada lampiran 9. 3. Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa dalam memecahkan soal. Sementara soal yang terlalu susah akan membuat siswa putus asa. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut. P=
𝑩 𝑱𝑺
Keterangan: P
: Indeks kesukaran
B
: Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan betul
JS
: Jumlah peserta didik tes
Kriteria tingkat kesukaran soal pilihan ganda adalah sebagai berikut. Soal dengan P 0,01 – 0,30 adalah sukar Soal dengan P 0,30 – 0,70 adalah sedang
66
Soal dengan P 0,70 – 1,00 adalah mudah (Arikunto, 2012:222-223) Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.3 Rekap Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Soal
No Soal
Jumlah
Sukar
17,
1
Sedang
3, 4, 5, 6, 7, 8, 11,12, 13 14, 18, 19
12
Mudah
1, 2, 9, 10, 15, 16, 20
7
(Sumber: Data diolah 2014) Berdasarkan tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa soal uji coba yang mempunyai kriteria soal sukar terdapat 1 soal, kriteria soal sedang ada 12 soal, dan kriteria soal mudah ada 7 soal. Perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak berarti tidak boleh digunakan, hal ini tergantung penggunaannya (Arikunto, 2012:225). Perhitungan tingkat kesukaran setiap butir soal dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 10. 4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (bodoh) (Arikunto, 2012:226). Soal yang dijawab benar oleh siswa pintar ataupun siswa bodoh, maka soal itu tidak
67
baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dijawab benar oleh siswa yang pandai saja. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. seluruh peserta tes diurutkan dari nilai tertinggi sampai terbawah, b. seluruh peserta tes dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah berdasarkan nilai mereka, c. menghitung daya pembeda (indeks diskriminasi) soal dengan rumus sebagai berikut: DP =
𝑋 𝐾𝐴 − 𝑋� � 𝑆� 𝑜� 𝑀� � � � � 𝑢� 𝑆𝑜� �
Keterangan : DP
: Daya Pembeda
X kA : rata-rata kelompok atas X kb : rata-rata kelompok bawah Kriteria daya pembeda soal menurut (Arikunto, 2012:232) adalah: D
: 0.70 - 1.00
: baik sekali
D
: 0.41 - 0.70
: baik
D
: 0.21 - 0.40
: cukup
D
: 0.00 - 0.20
: jelek
D
: negatif (-), semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang saja. Dari hasil perhitungan daya pembeda soal, 20 soal yang diujicobakan
diperoleh daya pembeda sebagai berikut.
68
Tabel 3.4 Rekap Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Kriteria Soal No Soal Jumlah Sangat jelek
-
0
Jelek
-
0
Cukup
1, 3, 5, 9, 10, 13, 15, 17, 18, 19
10
Baik
2, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 16, 20
10
Baik Sekali
-
0
(Sumber: Data diolah 2015) Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba yang termasuk dalam kriteria sangat jelek ada tidak ada, kriteria soal jelek tidak ada, kriteria soal cukup ada 10 soal, kriteria soal baik ada 10 soal, dan kriteria baik sekali tidak ada. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 11.
H. Metode Analisis Data Dalam analisis data yang diperoleh dari penelitian ini dengan memanfaatkan aplikasi SPSS tipe 20. Hal ini digunakan untuk mempermudah dalam pengolahan data penelitian yang diperoleh dari lapangan sebagai berikut. 1. Analisis Deskriptif Aktivitas Belajar Siswa Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini mengenai seberapa besar aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe
69
jigsaw adalah dengan analisis dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Rumus yang digunakan untuk menganalisis deskriptif presentase aktivitas belajar siswa sebagai berikut. Angka presentase :
� um l ah � k o r jaw aban respo nden
100
𝑥
� kor total
Keterangan: Skor yang diberikan: 1= kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25% 2= cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50% 3= kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75% 4= kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75% Kriteria penilaian: Presentase keaktifan = x 25% ≤ x < 43,75% : aktivitas peserta didik tidak baik 43,75% ≤ x < 62,5% : aktivitas peserta didik cukup baik 62,5% ≤ x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik x ≥ 81,25% : aktivitas peserta didik sangat baik (Sugiyono, 2010:137) Data pedoman penilaian aktivitas siswa dapat dilihat di lampiran 12. 2. Analisis Hasil Belajar Siswa Analisis belajar siswa dengan cara membandingkan nilai hasil belajar kognitif pre test dan post test kedua kelas. Analisis hasil belajar ini akan menggunakan bantuan dari aplikasi SPSS 20 dengan aplikasi Paired sample T Test.
Paired T Test adalah dua pengukuran pada subjek yang sama
terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Ukuran sebelum dan
70
sesudah mengalami perlakuan tertentu diukur. Dasar pemikirannya sederhana, apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-ratanya adalah nol. (Trihendradi, 2013:97). Untuk membuktikan signifikansi perbedaan hasil belajar antara pre test dan post test dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw maka perlu diuji secara statistik dengan bantuan SPSS 20 dengan Uji Paired-Sample T Test. Paired-sample T Test adalah dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Ukuran sebelum dan sesudah mengalami perlakuan tertentu diukur. Uji PairedSample T Test ini digunakan untuk melihat efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa atau dengan kata lain melihat perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi perlakuan, selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13. Langkah-langkah uji paired sample t test ini sebagai berikut. 1) Masukkan data pretes dan posttes pada variabel dalam menu data view. 2) Berilah nama “sebelum” dan “sesudah” pada kolom nama variabel view. 3) Klik tombol Analyze, kemudian compare means, klik Paired-sample T Test, maka akan muncul tabel paired-sample t tes. 4) Aktifkan variabel sebelum dan variabel sesudah sehingga variabel tersebut terblok, kemudian pindahkan pada kotak paired variabel (s) dengan melakukan klik tombol panah.
71
5) Klik options sehingga muncul kotak dialog paired T Tes: Options. Tetapkan confidence Interval dan Missing Values. Secara default Convidence Interval 95% dan Missing Values terpilih Exlude cases analysis by analysis yang berarti hanya data yang valid yang akan digunakan dalam analisis 6) Klik continue dan ok Hipotesis yang digunakan sebagai berikut. Ho: Tidak ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw. Ha: Ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw. (Trihendradi, 2013:97-98) 3. Analisis Perbedaan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol Untuk kepentingan pengujian hipotesis maka hipotesis diubah ke dalam hipotesis statistik sebagai berikut. Ho : µ1 = µ2 tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar kognitif) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Ha : µ1 ≠ µ2 ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar kognitif) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Selanjutnya untuk membuktikan signifikansi perbedaan hasil belajar antara
post
test
dalam
pembelajaran
PKn
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan ceramah bervariasi, maka perlu diuji secara statistik dengan t-test, sebagai berikut.
72
X1 X 2
t’= S
dengan
1 1 n1 n 2 s2
(n1 1)s 12 (n 2 1)s 22 n1 n 2 2
Keterangan : X 1 = Nilai rata- rata (post test/nilai kognitif) kelompok eksperimen X 2 = Nilai rata- rata (post test/nilai kognitif) kelompok kontrol 2
S 1 = Varians kelompok eksperimen S 2 2 = Varians kelompok kontrol
n1 = Banyaknya anggota kelompok eksperimen n 2 = Banyaknya anggota kelompok kontrol S2 = varians gabungan (Sugiyono, 2012:138) Selanjutnya untuk membuktikan signifikansi perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kontrol dengan ceramah bervariasi dalam pembelajaran PKn dan, maka perlu diuji secara statistik dengan bantuan SPSS 20 yaitu dengan aplikasi Uji Independent Sample T Test. Uji Independent Sample T-Test atau biasa disebut uji t sampel bebas digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok (Trihendradi, 2013:92). Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil belajar kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelas kontrol menggunkan ceramah bervariasi. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika Sig thitung > 0.05 maka Ho diterima, dan
73
apabila Sig thitung < 0.05 maka H0 ditolak. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut. 1) Masukkan data nilai posttes pada kelas kontrol dan eksperimen dalam variabel 1 dalam menu data view. 2) Berilah nama “Posttes” pada kolom nama variabel view. 3) Pastikan pada kolom Values dengan keterangan 1”Kelas Eksperimen” dan 2”Kelas Kontrol” maka pada kelas akan terlihat keterangan nilai kelas eksperimen dan kontrol. 4) Klik tombol Analyze, kemudian compare means, klik Independent Sample T-Test maka muncul dialog Independent-Sample T Test 5) Aktifkan data Pretes_Posttes dalam Tes Variable(s) dan Kelas pada Grouping Variable. 6) Klik define groups, lalu masukkan nilai variable terikat pada kotak group 1 dan 2. 7) Klik continue sehingga kembali ke kotak dialog Independent-Sample T Tes. 8) Klik options sehingga muncul kotak Independent-Sample T Test options. Tetapkan confidence interval dan missing Values. Secara default, confidence 95% dan missing values exclude cases analysis by analysis yang berarti hanya data valid yang digunkan dalam analisis. 9) Klik continue dan ok (Trihendradi, 2013:93-95) Perhitungan Uji Independent Sample T Test dapat dilihat di lampiran 14.
95
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang yang dilakukan oleh peneliti dan pembahasan yang disajikan , maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok hubungan antarlembaga negara Republik Indonesia. Hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh skor aktivitas siswa adalah 84,37%. Skor ini menunjukkan bahwa data hasil penilaian aktivitas siswa termasuk dalam kategori sangat baik. 2. Terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada materi pokok hubungan antarlembaga negara Republik Indonesia pada kelas eksperimen dan kontrol. Data yang diperoleh adalah (thitung = 3.364 > 1.166) pada taraf signifikan 0.05, artinya (thitung > ttabel), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kedua rata-rata sampel memiliki hasil belajar tidak sama dan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh terhadap hasil belajar sebesar 20%, dan memperoleh rata-rata 81.82, artinya melebihi (KKM ≥75 ).
95
96
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang yang dilakukan dan pembahasan yang disajikan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada tahap pembagian kelompok harus memperhatikan waktu pembelajaran, agar waktu pembelajaran berjalan efektif. 2. Penggunaan
model
pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sebelum
pembagian kelompok harus disepakati peraturan dalam menjalankan diskusi dan pertukaran kelompok, sehingga tidak terjadi kegaduhan dan waktu yang terbuang. 3. Sekolah
perlu
memperluas
ruang
kelas,
sehingga
memudahkan
pembelajaran khususnya pembelajaran kelompok. 4. Direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu ke tahap penelitian yang memfokuskan pada ranah afektif dan psikomotorik dengan menggunakan sampel yang lebih luas.
96
97
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif). Bandung: Yrama Widya Djamarah, Syaiful Bahri., dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta -----. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran Dana Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar -----. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamalik, Oemar. 2001. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Hamdayama, Jumanta. 2014. Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Bogor Ghalia Indonesia Hardini, Isriani, dan Dewi Puspitasari. 2011. Strategi Pembelajaran Terpadu. Pekalongan: Familia Khanifatul. 2012. Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pressindo Purwanto. 2012. Instrumen Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar -----. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rachman, Maman. 2011. Metode Penelitian Moral Dalam Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Campuran, Tindakan, dan Pengembangan. Semarang: Unnes Press Rifa‟i, Achmad, dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang
98
Rodiati. 2008. „Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tegal Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw‟. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Sani, R. Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA Silberman, Melvin L. 2002. Active Learning 101 Stategi Pembelajarn Aktif. Yogyakarta: YAPPENDIS -----. 2014. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta -----. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta -----. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA Sujarweni, V. Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Sukardi, Ismail. 2013. Model-model Pembelajaran Moderen. Palembang: Tunas Gemilang Press Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sutomo, dkk. 2009. Manajemen Sekolah. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Uno, Hamzah B., dan Satria Koni. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Trihendradi. 2013. Langkah Mudah Menguasai SPSS 21. Yogyakarta: ANDI Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
99
Yanti, A. Wida. 2011. Learning Mathematics To Grow Metacognitive Ability In Understanding And Mathematic Problems Solving On Limit Dalam Proceeding Department Of Mathematics Education, State University Of Malang. Hal:252-253 Zaini, Hisyam., Bermawy Munthe, dan Sekar A. Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff Development Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS KEBUTUHAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 19 SEMARANG
Wawancara adalah salah satu cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi di lapangan. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan wawancara yang nantinya dapat menjawab pertanyaan peneliti di lapangan. A. Lokasi Penelitian SMP Negeri 19 Semarang B. Identitas Informan 1. Nama Guru PKn : MBC.U.Sugianingsih, S.Pd 2. Mata Pelajaran
: PKn
C. Pelaksanaan Wawancara 1. Hari/Tanggal
: Selasa, 20 Januari 2015
2. Jam
: 10.30 WIB
3. Tempat
: Ruang Guru PKn SMP Negeri 19 Semarang
D. Daftar Pertanyaan 1. Metode pembelajaran seperti apakah yang telah diterapkan dalam pembelajaran PKn kelas VIII? 2. Bagaimana
aktivitas
belajar
siswa
dalam
pembelajaran
PKn
menggunakan metode tersebut? 3. Menurut Ibu, faktor apa saja yang membuat siswa tertarik dan berminat belajar PKn? 4. Metode pembelajaran apa sajakah yang sering digunakan dalam kegiatan belajar mengajar PKn? 5. Menurut Ibu, bagaimana peran atau manfaat metode pembelajaran dalam menarik minat siswa? 6. Apakah metode pembelajaran yang telah digunakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa? 7. Apakah sudah pernah
diterapkan metode pembelajaran
mengarahkan siswa untuk berdiskusi?
yang
8. Menurut Ibu, apakah pembelajaran diskusi dapat menarik aktifitas belajar dan hasil belajar siswa? 9. Apakah Ibu sudah mengetahui metode pembelajaran jigsaw? 10. Menurut Ibu, perlukah metode pembelajaran jigsaw diterapkan dalam pembelajaran dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa?
JAWABAN/TANGGAPAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN No
Jawaban/Tanggapan
1.
Selama ini, metode yang saya terapkan dalam pembelajaran yaitu ceramah, tepatnya ceramah bervariasi dengan adanya Tanya jawab dengan siswa setelah saya penjelasan materi.
2.
Selama ini, siswa masih sama seperti kemarin-kemarin, masih saja tetap kurang aktif dalam pembelajaran.
3.
Menurut saya, penggunaan model pembelajaran yang dapat mempengaruhi pembelajaran dalam aktivitas peserta didik dan minat peserta didik dalam pembelajaran.
4.
Metode yang pernah saya terapkan seperti ceramah bervariasi, kemudian ada yang memakai metode teka-teki silang dalam pembelajaran.
5.
Saya kira, metode sangat berpengaruh ya, karena metode itu penting dalam menarik aktivitas dan minat peserta didik dalam pembelajaran.
6.
Saya kira masih sangat kurang penggunaan metode ini, dibuktikan dengan masih banya siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM 75.
7.
Pada saat diberlakukan kurikulum 2013 saya menerapkan metode yang ada diskusinya, namun setelah itu, saya tidak menggunakan lagi.
8.
Menurut saya, metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar peserta didik, dan apabila aktivtitas ini sudah berjalan dengan efektif maka mungkin saja hasil belajar juga akan mengalami peningkatan.
9.
Metode pembelajaran jigsaw? Saya pernah dengar, tapu saya masih kurang paham dengan metode jigsaw. Metode ini belum saya terapkan di kelas VIII.
10
Menurut saya, perlu juga diuji cobakan, metode pembelajaran jigsaw itu dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Guru PKn SMP Negeri 19 Semarang
Semarang, 20 Januari 2015 Peneliti Universitas Negeri Semarang
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd NIP.1995507181986032002
Sutiyono NIM.3301411014
Lampiran 2 DATA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 19 SEMARANG
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kelas 8 A Nama AISYAH FEBRINA WIDYANINGTYAS ALDITO RAFINANDA ARDANI ARDITO MAHESTRA PUTRA AZARYA PASKA SAPUTRA BAGUS SATRIA KUSUMA CHOIRUR ROFIQ AFRIZAL DANDI AKBAR MAHATMA DEO ALVA ELSADO DEVI AMAYLIA DHYAS AYUNING FEBRIANA KD DIVA BAYU DWI IRAWAN DONNA YULINDA PUTRI DWI SEKAR AFIANTI EKA SETYORINI ELVIRA AGNES HANNA SOINDEMI FITRI BESTARI HESTI SEKAR WATI IMA DIANA FEBRIANI JENNIFER GRAND PATRICIA R KEVININDO JORDAN ALDIOLA MUHAMMAD HAEDAR AFIF
22 NABELLA NUR FITRIA NAMIRA SALSABILA PUTRI 23 ARDHA A 24 NOVIKA RAHAYU NINGTYAS 25 RYAN WIDIATMA STEVEN THEO CHANDRA 26 WIJAYA 27 TAUFAN IHZA MAHENDRA VIVANNI FRIPRILKA 28 TRISTIANTO YAHYA APRIAN YOGA 29 PERDANA 30 YAHYA HUMAAM 31 YUSUF KURNIAWAN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kelas 8 B Nama ALI MURDANI ANADYA DIVA PRASETIYORINI ARABEL NAUFAL ARIF ARDHITO RHEZA PRATAMA ARYA PUTRA AGUNG ADI SUSILO BAMBANG SETYAWAN BAYU KRISNA HERZEL PUTRA BELINDA PUTRI ASTIAWAN DAVID ARIABEEMA JATMIKO DEVIA FITRIYANTI DIMAS ANGGARA FAJAR ARIB AMANULLOH FERDIE AGUNG TOMBOKAN GILANG ADI BIMANTARA HEIDAR RANDHIKA SAPUTRA IQBAL NUR FAUZAN IQBAL PUTRO WIBOWO IQLIMA RANILA RAMADHANI LUTHFYANA AYU NINGRUM MARSHA ASFIANDRA MAULANY MUH MAULANA YUSRON MUHAMMAD FAJAR RIZQI WIDYO UTOMO NADILA MAY WIDYAPANGESTIKA NAGITA KUSUMA RAMADHANI PUTRI REZA ANISAWATI
26 RIFKA NUR HAMIDAH 27 RINA NUR HETI 28 RIZKI APRILIA 29 RIZKIKA EKSAROVIA FAUZIAH 30 SEKAR AYU KINANTI 31 SETIANA ADISTY
32 ZULVANYA ANISSA FITRI
32 VANIDA PUTRI DEWAYANI 33 YAKNI DHARMA MULIA
Kelas 8 C No Nama 1 AGUS SETIOWATI
No 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ALIFIA RISTA AYU PUTRI ANNISA AMALIA ANNISA DHAIFA SALSABILLA AUFAR TAUFAN ISLAMI BAGAS FAIZAL MUHAMMAD BAGUS ADI NUR ALFATH BAGUS PRATAMA BREZINKA AYU PERDANA CLARISSA RAFA RAMADHANI DEWI MARUNTA DHIO KRISNANDA RAIHAN 12 AGUNG 13 DIMAS ALEXANDER 14 FANDYA DWI SAKSHITA SARI 15 HANI FADHILA RAIHAN 16 17 18 19 20
HARUN ARROSYID ILHAM MEGANTORO IMAS IDZNI MEYUAN'GASARI INDAH KUSUMA NINGRUM KRISNA ALBINTAR DITAMA LUTHFI ABI NAUFAL 21 FEBRIANTO 22
MOCHAMMAD PRAHEKSA PUTRA PAMBUDI
MUHAMMAD AFANDI BAGUS 23 SAJIWO MUHAMMAD SALMAN 24 SETIAWAN NANDAKA IMAN AL QALBI 25 KHAIRI 26 27 28 29
NOVI WIDYAWATI RANI WIDYANTI RIOCEVIN HERDA CAHYONO SAIFUL ARDIANSAH
Kelas 8 D Nama A.ARFANTYA KRISNA NUGRAHA ACHMAD MAULANA FIRMANSYAH ADISTA KHABIB ARDIANATA ANASTASIA RIZKY SETIO PUTRI APRILIA WIDYAWATI BIMA ARIF WICAKSANA DEO BUDHI ANGGITLISTIO DEVI ANGGRAENI KUASTUTIK ELISABET DELA MARCELA EVITA RIZKI MANDA SARI FEBRI ANISA HERMITA PUTRI
12 FEBRIAN RESTU ANANDA HANNA SHIMA 13 SULISTIYANINGRUM 14 IBNU SIENA EL SHIFA' 15 KUSMAWATI LULU KHAITSUMA KUNTA 16 ITAQILLAH 17 LULUK KURNIA WATI 18 LUSIANA FIRDIA ULINIKMAH 19 LUTHFIA NABILA 20 MAYA DAMAYANTI 21 MOHAMMAD ADIFA ATAMIMI MUHAMAD ALFIN 22 TAUFIQURROCHMAN 23 MUHAMMAD RISQI 24 NAUFAL QORI'SYAH 25 NUR OKTA VIANTO PEREGRINA PRIMA HENING 26 KRISTIANI 27 PUSPITA OKTAVIANA 28 ROHIBA HOLILIR RAHMANSYAH 29 RONAL SUGIOPRANOTO
30 31 32 33
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
SALMA JULINDA RIZMA R. SHABRINA FILDZA ARDILLA SHOFI AULIA NISA SYIFA FADILA FIRDIYAWATI
Kelas 8 E Nama AGUNG ISA TRIYOGA ALVINTA RAHMAWATI ANITA NIKMAL MAULA ANUGRAH FARHAN YULADYANTO ARDHIA REGITA CAHYANI ARDILA DWI APRILIANI ARSY FEBRIANTO SASMITA AULIA RIZKYA RAHAYUNINGTYAS CINTALIA PUTRI RESTU KUMALA DEWI ERNAWATI DINDA SYAHRANI ERLANGGA IVAN SADEWA FAHMI TRI RAMADHANI FENDY SHOLIKHUL AKBAR GUNAWAN AGUNG PRASETIYO ILHAM LAREZA
17 MELINDHA ADHYANA MERRY CLARISSA DWI 18 AGUSTIN MUHAMMAD FAHRI 19 INDRAWANTO 20 MUHAMMAD NURCHOLIS 21 MUHAMMAD ZIDAN 22 NAYANTAKA OSYA ASMARALAYA TUNGGA 23 DEWA 24 PUTRI ALIFIA 25 PUTRI PANCA PUSPITA 26 RISMA YUDIANDINI SALMA RAHMAWATI PUTRI 27 PRIHAPSARI
30 31 32 33
SILVIA FATRIANA TAFSA GHONIYYU QUEEN TRIO ALLMAN ADINANTA WINDA AULIA RAHMA
No 1 2 3
Kelas 8 F Nama ADIB NAFISUDIN ALIF PRASETYA JATI ALVIN ADITIA
AMEILYA SETIANINGRUM 4 5 ANANG ZHAHFRAN BUDI R 6 AVIA JOLANDA ROSA ADI 7 DIAN PERMATA SARI 8 9 10 11 12 13 14
FAHNIDA KIFTIYA FARRA ANASYA PUJA RISMAWANA GIGIH RESTU HANANTO HILMI DARY ALWAN INDAH AYU WULANDARI KURNIA ADI NUGROHO MARINI NUR HAYATI
MOHAMAD FAJAR BUDIMAN 15 16 MUHAMMAD ADI PRAKOSO MUHAMMAD RAAFI FEBRIAN 17 TARA NINDYA HANDARU VIADUTA
18 KUSUMANINGRUM 19
NISRINA QURRATU AINI
NOVENDOSARI PUTRA 20 SOEDJENDRO 21 RAHMATULLAH YASIN MUBAROK 22 RAUL ARYA SYAHPUTRA REVINA PUTRI DWI ANGGRAENI 23 24 RIZKA AYUNING LESTARI 25 SARAS FITRIA 26 SEVA ARYA PRATAMA 27
TITANIA ARESTANTO
28 SUSMITA EKA MUKTI 29 VELLA SABILA ARLIEZA 30 WISNU ADHA HIDAYAT WYNONA SHAMEYRA 31 MARSHAKINASIH 32 YUSRIL SIDHIQ
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelas 8 G Nama AJI ROHMAN SUBEKTI AKBAR SADJARI SYAHDJUDAN ALIVIA DEFA ANANDA APRILIAN SATYA PRATAMA ARIF SURYO WIBOWO AULIA' VALENTINA ABSHARINA BENING GITA PRAMESTI CHOIRUNNISA ADLEA AYUNINGTYAS DAFFA ARYA DEWANGGA
10 11 12 13 14
DEA AYU KARTIKA PUTRI DESI PUDWI HANDAYANI DWI NOVIA SARI ESA DANY RIZALDI FANY PRADITA WULAN
15 16 17 18 19 20 21 22 23
FARIZ SYAHROYO TEGAR AURI GITUNG PONCO KUSUMO HILMY AFRIAN KAMAL RIJAL SADEWO LAKSMI KINANTHI MEGA AYU PUSPITASARI MUTIA KARINA PERTIWI NUR ALIYUDIN ACHMAD OCTA DEVARA PUTRA ERLANGGA FEBRIYANTO RAVELINO ARYA SALVADO REZA DWI KURNIAWAN RISMA RISKIYANI RIZKI SEKARINGTYAS
24 25 26 27 28
28 WIDIHANDOKO DWI WIDODO 29 WILDAN PUTRA ADITYA 30 YUAN VIRNA ZAHRAH NADA SALSABILA 31 32 ZIGRO TAQWAGIE 33 ZULFA NADIA LUTHFIA RAHMI
No 1 2 3 4 5
Kelas 8 H Nama ADITIYA SURYA WISESA ADRIAN LUTFI RAFLIANSYAH AFFIF PUTRA PAMUNGKAS ANGGORO AJIE PUTRANTO ANIS SETYA NUR DIANA
6 ANISYA OKTAVIANA PUTRI 7 ARI YUDHA BASKARA 8 AYU PUJI HANDAYANI 9 AYU WULAN SUCIATI BAGAS PRAKOSO PRIYO 10 PAMBUDI LUHUR 11 DESY PUSPITASARI 12 DEWI AMALIA PERTIWI 13 ELSA SALAVINA 14 EVA SUKMA DEWI FERNANDA YUANITA EKA 15 SAPUTRI 16 FERY KURNIAWAN 17 FIQI NUR SAMSU AHMAD 18 HADURA ALMAS ALWANIS 19 LATHIFA INAYAH SARI 20 LUCKMAN ARYANTO AJIE 21 LUDFI DWI IRAWAN 22 M. NURHUDA 23 MUHAMMAD MIRZA RIVALDI 24 25 26 27 28
NANDA BELLA VANEZA NUR ROHMAH OKTAVIA SHINTA PRAMUDITA PUTRI SEKAR SARI RASYID IQBAL PURNANTO
29 ROVINO AJI PRATAMA 30 SABRINA NUR YUSRINA 31 SARTIKA ANNISA DEWI VANESSA BERLIANA DYSTA 32 AMALIA 33 VICKI MAHARANI
29 RISTA NANDA DESITA SARI 30 RYAN RIZKI RAMADAN 31 SULTHON SYAIFULLAH 32 TONY ANDREAS SAPUTRA
Lampiran 3 SOAL UJI COBA
Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Jumlah soal
: 20
Waktu
: 20 menit
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X)! 1. Hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden dapat dilihat di bawah ini, kecuali .... a. Mengajukan pertanyaan tertulis kepada Presiden b.
Mengajukan usul menteri-menteri pada Presiden
c.
Ikut serta menetapkan undang-undang APBN
d.
Meminta keterangan kepada Pemerintah
2. Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden memperhatikan pertimbangan …. a.
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat
b.
Dewan Perwakilan Daerah sebagai pembawa kepentingan daerah
c.
Mahkamah Agung sebagai Kekuasaan Kehakiman
d.
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga anti korupsi
3. Hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Presiden dapat terlihat dari pernyataan berikut, kecuali …. a.
Melantik Presiden terpilih
b.
Memberhentikan Presiden menurut UUD
c.
Menyelenggarakan rapat paripurna untuk memutus Pemberhentian Presiden
d.
Mengajukan usul para menteri kepada presiden
4. Perhatikan beberapa pertanyaan di bawah ini. 1) Menyatakan perang dan damai. 2) Mengangkat duta dan konsul. 3) Memberi grasi dan rehabilitasi. 4) Memberi amnesti dan abolisi.
Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan Presiden dengan DPR adalah …. a.
1, 2, dan 3
c. 1, 3, dan 4
b.
1, 2, dan 4
d. 2, 3, dan 4
5. Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini. 1) Membuat undang-undang dan menetapkan APBN. 2) Dewan Perwakilan Rakyat merupakan bagian anggota MPR. 3) Memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD. Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan antara MPR dan DPR adalah …. a.
1 dan 3
c. Tidak ada yang benar
b.
1, 2 dan 3
d. 2 dan 3
6. Berikut ini merupakan hubungan antara Mahkamah Konstitusi dan DPR adalah …. a.
Memutus pembubaran partai politik
b.
Memutus perselisihan hasil pemilu
c.
Mengadili suatu perkara tingkat kasasi
d.
Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
7. Putusan Mahkamah konstitusi atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka selanjutnya pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden diambil dalam ….
8.
a.
Rapat paripurna Majelis Premusyawaratan Rakyat
b.
Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
c.
Presiden paripurna Dewan Perwakilan Daerah
d.
Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Berikut ini yang bukan merupakan hubungan DPR dengan Presiden adalah …. a.
Menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
b.
Menerima duta dari negara lain
c.
Memberi pertimbangan presiden dalam mengangkat menteri
d.
Membentuk undang-undang bersama Presiden
9.
Dalam Pasal 7C UUD 1945 menegaskan hubungan antara Presiden dengan DPR yang berbunyi …. a.
Presiden dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
b.
Presdien tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
c.
Presiden mengajukan RUU kepada DPR
d.
Presiden menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR
10. Hubungan antara DPR dengan Presiden tercermin dalam hak pengawasan yang artinya …. a.
Mengawasi pelaksanaan undang-undang dan APBN
b.
Mengawasi pelaksanaan pemilu Presiden
c.
Mengawasi pengangkatan menteri negara oleh Presiden
d.
Mengawasi pemberhentian menteri negara oleh Presiden
11. MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya atas usul DPR apabila …. a.
Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan korupsi
b.
Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan penyuapan
c.
Presiden dan/atau wakil presiden telah terbukti melakukan pengkhianatan terhadap negara
d.
Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan tindak pidana berat
12. Dalam membuat perjanjian internasional, Presiden mendapat persetujuan dari …. a.
Mahkamah Konstitusi sebagai kekuasaan kehakiman
b.
Mahkamah Agung sebagai kekuasaan kehakiman
c.
Badan Pemeriksa Keuangan
d.
Dewan Perwakilan Rakyat
13. Dalam memberikan amnesti dan abolisi, Presiden memperhatikan pertimbangan …. a.
Dewan Perwakilan Daerah sebagai wakil rakyat di daerah
b.
Dewan Perwakilan Rakyata sebagai unsur wakil rakyat
c.
Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman di bawah UU
d.
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga kehakiman di bawah UUD
14. Dibawah ini yang termasuk hubungan presiden dengan Mahkamah Agung adalah ….. a.
Presiden dalam membuat perjanjian internasional memperhatikan pertimbangan MA
b.
Presiden dalam memberikan grasi dan rehabilitasi memperhatikan pertimbangan MA
c.
Presiden dalam memberikan amnesti dan abolisi memperhatikan pertimbangan MA
d.
Presiden dalam menerima duta dan konsul memperhatikan pertimbangan MA
15. MK memiliki kewajiban memberikan putusan mengenai dugaan pelanggaran presiden dan/atau wakil presiden apabila diusulkan terlebih dahulu DPR karena …. a.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UUD 1945
b.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah peradilan umum
c.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UU
d.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili semua perkara.
16. Berikut merupakan hubungan antara BPK dengan lembaga lain pada hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh BPK selanjutnya diserahkan kepada …. a.
DPD
c. KPU
b.
Presiden
d. MK
17. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan …. a.
Presiden dengan persetujuan DPR
b.
Presiden dengan persetujuan MA
c.
Ketua MA dengan persetujuan DPR
d.
Ketua MPR dengan persetujuan DPR
18. Hubungan antara Komisi Yudisial dengan DPR dapat terlihat pada pemilihan dan pengangkatan Mahkamah Agung, yang selanjutnya diresmikan oleh …. a.
Presiden
b.
Mahkamah Konstitusi sebagai Lembaga Peradilan di bawah UUD.
c.
DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat
d.
Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman
19. Berdasarkan pasal 24 ayat 3 UUD 1945, lembaga-lembaga negara yang mengajukan masing-masing tiga orang hakim konstitusi adalah …. a.
MA, DPR, dan Presiden
c. Presiden, DPR, dan
MPR b.
KY, MPR, dan Presiden
d. MA, MPR, dan
Presiden 20. Hubungan antara Dewan Perwakilan Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat dapat terlihat pada …. a.
Pembahasan mengenai perjanjian internasional
b.
Pembahasan tentang Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
c.
Pembahasan mengenai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
d.
Pembahasan mengenai pengakatan duta dan konsul
Lampiran 4 SOAL PRETES-POST TEST Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Jumlah soal
: 20
Waktu
: 20 menit
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X)! 1. Hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden dapat dilihat di bawah ini, kecuali .... a. Mengajukan pertanyaan tertulis kepada Presiden b.
Mengajukan usul menteri-menteri pada Presiden
c.
Ikut serta menetapkan undang-undang APBN
d.
Meminta keterangan kepada Pemerintah
2. Dalam
memberikan
amnesti
dan
abolisi
Presiden
memperhatikan
pertimbangan …. a.
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat
b.
Dewan Perwakilan Daerah sebagai pembawa kepentingan daerah
c.
Mahkamah Agung sebagai Kekuasaan Kehakiman
d.
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga anti korupsi
3. Hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Presiden dapat terlihat dari pernyataan berikut, kecuali …. a.
Melantik Presiden terpilih
b.
Memberhentikan Presiden menurut UUD
c.
Menyelenggarakan rapat paripurna untuk memutus Pemberhentian Presiden
d.
Mengajukan usul para menteri kepada presiden
4. Perhatikan beberapa pertanyaan di bawah ini. 1) Menyatakan perang dan damai. 2) Mengangkat duta dan konsul. 3) Memberi grasi dan rehabilitasi. 4) Memberi amnesti dan abolisi. Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan Presiden dengan DPR adalah ….
a.
1, 2, dan 3
c. 1, 3, dan 4
b.
1, 2, dan 4
d. 2, 3, dan 4
5. Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini. 1) Membuat undang-undang dan menetapkan APBN. 2) Dewan Perwakilan Rakyat merupakan bagian anggota MPR. 3) Memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD. Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan antara MPR dan DPR adalah …. a. 1 dan 3
c. Tidak ada yang benar
b.
d. 2 dan 3
1, 2 dan 3
6. Berikut ini merupakan hubungan antara Mahkamah Konstitusi dan DPR adalah …. a.
Memutus pembubaran partai politik
b.
Memutus perselisihan hasil pemilu
c.
Mengadili suatu perkara tingkat kasasi
d.
Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
7. Putusan Mahkamah konstitusi atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka selanjutnya pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden diambil dalam ….
8.
9.
a.
Rapat paripurna Majelis Premusyawaratan Rakyat
b.
Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
c.
Presiden paripurna Dewan Perwakilan Daerah
d.
Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Berikut ini yang bukan merupakan hubungan DPR dengan Presiden adalah …. a.
Menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
b.
Menerima duta dari negara lain
c.
Memberi pertimbangan presiden dalam mengangkat menteri
d.
Membentuk undang-undang bersama Presiden
Dalam Pasal 7C UUD 1945 menegaskan hubungan antara Presiden dengan DPR yang berbunyi …. a.
Presiden dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
b.
Presdien tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
c.
Presiden mengajukan RUU kepada DPR
d.
Presiden menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR
10. Hubungan antara DPR dengan Presiden tercermin dalam hak pengawasan yang artinya …. a.
Mengawasi pelaksanaan undang-undang dan APBN
b.
Mengawasi pelaksanaan pemilu Presiden
c.
Mengawasi pengangkatan menteri negara oleh Presiden
d.
Mengawasi pemberhentian menteri negara oleh Presiden
11. MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya atas usul DPR apabila …. a.
Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan korupsi
b.
Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan penyuapan
c.
Presiden dan/atau wakil presiden telah terbukti melakukan pengkhianatan terhadap negara
d.
Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan tindak pidana berat
12. Dalam membuat perjanjian internasional, Presiden mendapat persetujuan dari …. a.
Mahkamah Konstitusi sebagai kekuasaan kehakiman b.
Mahkamah Agung sebagai kekuasaan kehakiman c.
Badan Pemeriksa Keuangan d.
Dewan Perwakilan Rakyat
13. Dalam
memberikan
amnesti
dan
abolisi,
Presiden
memperhatikan
pertimbangan… a.
Dewan Perwakilan Daerah sebagai wakil rakyat di daerah
b.
Dewan Perwakilan Rakyata sebagai unsur wakil rakyat
c.
Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman di bawah UU
d.
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga kehakiman di bawah UUD
14. Dibawah ini yang termasuk hubungan presiden dengan Mahkamah Agung adalah ….. a.
Presiden dalam membuat perjanjian internasional memperhatikan pertimbangan MA
b.
Presiden dalam memberikan grasi dan rehabilitasi memperhatikan pertimbangan MA
c.
Presiden dalam memberikan amnesti dan abolisi memperhatikan pertimbangan MA
d.
Presiden dalam menerima duta dan konsul memperhatikan pertimbangan MA
15. MK memiliki kewajiban memberikan putusan mengenai dugaan pelanggaran presiden dan/atau wakil presiden apabila diusulkan terlebih dahulu DPR karena …. a.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UUD 1945
b.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah peradilan umum
c.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UU
d.
Mahkamah konstitusi berwenang mengadili semua perkara.
16. Berikut merupakan hubungan antara BPK dengan lembaga lain pada hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh BPK selanjutnya diserahkan kepada …. a. DPD
c. KPU
b.
d. MK
Presiden
17. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan …. a.
Presiden dengan persetujuan DPR
b.
Presiden dengan persetujuan MA
c.
Ketua MA dengan persetujuan DPR
d.
Ketua MPR dengan persetujuan DPR
18. Hubungan antara Komisi Yudisial dengan DPR dapat terlihat pada pemilihan dan pengangkatan Mahkamah Agung, yang selanjutnya diresmikan oleh …. a. Presiden b.
Mahkamah Konstitusi sebagai Lembaga Peradilan di bawah UUD.
c.
DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat
d.
Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman
19. Berdasarkan pasal 24 ayat 3 UUD 1945, lembaga-lembaga negara yang mengajukan masing-masing tiga orang hakim konstitusi adalah ….
a.
MA, DPR, dan Presiden
c. Presiden, DPR, dan MPR
b.
KY, MPR, dan Presiden
d. MA, MPR, dan Presiden
20. Hubungan antara Dewan Perwakilan Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat dapat terlihat pada …. a. Pembahasan mengenai perjanjian internasional b.
Pembahasan tentang Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
c.
Pembahasan mengenai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
d.
Pembahasan mengenai pengakatan duta dan konsul
Lampiran 5 DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII KELAS EKSPERIMEN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kelas 8 F Nama ADIB NAFISUDIN ALIF PRASETYA JATI ALVIN ADITIA AMEILYA SETIANINGRUM ANANG ZHAHFRAN BUDI R AVIA JOLANDA ROSA ADI DIAN PERMATA SARI FAHNIDA KIFTIYA FARRA ANASYA PUJA RISMAWANA GIGIH RESTU HANANTO HILMI DARY ALWAN INDAH AYU WULANDARI KURNIA ADI NUGROHO MARINI NUR HAYATI MOHAMAD FAJAR BUDIMAN MUHAMMAD ADI PRAKOSO MUHAMMAD RAAFI FEBRIAN TARA NINDYA HANDARU VIADUTA KUSUMANINGRUM
NISRINA QURRATU AINI NOVENDOSARI PUTRA SOEDJENDRO RAHMATULLAH YASIN MUBAROK RAUL ARYA SYAHPUTRA REVINA PUTRI DWI ANGGRAENI RIZKA AYUNING LESTARI SARAS FITRIA SEVA ARYA PRATAMA TITANIA ARESTANTO WIDIHANDOKO DWI WIDODO WILDAN PUTRA ADITYA YUAN VIRNA ZAHRAH NADA SALSABILA ZIGRO TAQWAGIE ZULFA NADIA LUTHFIA RAHMI
Lampiran 6 DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII KELAS KONTROL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kelas 8 G Nama AJI ROHMAN SUBEKTI AKBAR SADJARI SYAHDJUDAN ALIVIA DEFA ANANDA APRILIAN SATYA PRATAMA ARIF SURYO WIBOWO AULIA' VALENTINA ABSHARINA BENING GITA PRAMESTI CHOIRUNNISA ADLEA AYUNINGTYAS DAFFA ARYA DEWANGGA DEA AYU KARTIKA PUTRI DESI PUDWI HANDAYANI DWI NOVIA SARI ESA DANY RIZALDI FANY PRADITA WULAN FARIZ SYAHROYO TEGAR AURI GITUNG PONCO KUSUMO HILMY AFRIAN KAMAL RIJAL SADEWO LAKSMI KINANTHI MEGA AYU PUSPITASARI MUTIA KARINA PERTIWI NUR ALIYUDIN ACHMAD OCTA DEVARA PUTRA ERLANGGA FEBRIYANTO RAVELINO ARYA SALVADO REZA DWI KURNIAWAN RISMA RISKIYANI RIZKI SEKARINGTYAS ROVINO AJI PRATAMA SABRINA NUR YUSRINA SARTIKA ANNISA DEWI VANESSA BERLIANA DYSTA AMALIA VICKI MAHARANI
Lampiran 7 PERHITUNGAN HOMOGENITAS DAN UJI INDEPENDENT SAMPLE T TEST RATA-RATA HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
Uji Homogenitas Hipotesis (dugaan) untuk uji F test yaitu: Ho : Kedua varian sampel identik/Homogen (Equal Variance Assumed) Ha : Kedua varian sampel tidak identik/Homogen (Equal Variance Not Assumed) Pengambilan keputusan/Pengujian Jika sig Fhitung > 0.05 maka Ho diterima Jika sig Fhitung < 0.05 maka Ho ditolak Klik Analysis – Compare Means – Independent Sample t test – define group (isi group 1 dengan 1, dan grouping 2 dengan 2) – continue – ok Output hasil Independent Sample t test sebagai berikut. Independent Samples Test Pre_Test Equal
Equal
variances
variances not
assumed
assumed
Levene's Test for Equality of F
.361
Variances
.550
Sig. t df Sig. (2-tailed)
t-test for Equality of Means
Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence
Lower
Interval of the Difference
Upper
-.097
-.097
64
63.900
.923
.923
-.303
-.303
3.109
3.109
-6.514
-6.514
5.908
5.908
Keputusan Terlihat bahwa sig F untuk hasil belajar kelas 8F dan 8G Equal adalah 0.550, jadi sig Fhitung > 0.05, maka Ho diterima kedua varian identik (Equal Variance Assumed) atau Homogen.
Lampiran 8 VALIDITAS SOAL UJI COBA Uji Validitas Soal Uji Coba menggunakan bantuan SPSS 20, dengan langkah-langkah sebagai berikut. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 31 maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment person dengan df (defree of freedom) = n-2, jadi df= 31-2 = 29, maka r tabel = 0.306. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, dapat dilihat dari Corrected Item Total Correlation. Analisis output bisa dilihat di bawah ini: Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
P1
10.94
20.796
.381
.840
P2
11.00
19.533
.676
.829
P3
11.19
20.428
.318
.843
P4
11.23
19.247
.590
.831
P5
11.23
20.247
.353
.842
P6
11.35
19.837
.444
.837
P7
11.19
20.361
.333
.843
P8
11.39
19.445
.542
.833
P9
11.03
20.366
.404
.839
P10
10.97
19.966
.595
.833
P11
11.45
20.056
.414
.839
P12
11.23
19.914
.431
.838
P13
11.48
20.391
.344
.842
P14
11.42
19.985
.421
.838
P15
11.03
20.632
.332
.842
P16
11.10
20.224
.400
.839
P17
11.52
20.325
.374
.840
P18
11.16
19.740
.490
.835
P19
11.35
20.237
.352
.842
P20
11.06
20.329
.391
.840
Hasil dari perhitungan menggunakan aplikasi SPSS 20 Corrected Item Total Correlation, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh soal yang diuji cobakan memiliki kriteria yang valid. Variabel
r hitung
r tabel
Keterangan
Pertanyaan 1
0.388
0.306
Valid
Pertanyaan 2
0.676
0.306
Valid
Pertanyaan 3
0.318
0.306
Valid
Pertanyaan 4
0.590
0.306
Valid
Pertanyaan 5
0.353
0.306
Valid
Pertanyaan 6
0.444
0.306
Valid
Pertanyaan 7
0.333
0.306
Valid
Pertanyaan 8
0.542
0.306
Valid
Pertanyaan 9
0.404
0.306
Valid
Pertanyaan 10
0.595
0.306
Valid
Pertanyaan 11
0.414
0.306
Valid
Pertanyaan 12
0.431
0.306
Valid
Pertanyaan 13
0.344
0.306
Valid
Pertanyaan 14
0.421
0.306
Valid
Pertanyaan 15
0.331
0.306
Valid
Pertanyaan 16
0.400
0.306
Valid
Pertanyaan 17
0.374
0.306
Valid
Pertanyaan 18
0.490
0.306
Valid
Pertanyaan 19
0.352
0.306
Valid
Pertanyaan 20
0.391
0.306
Valid
Lampiran 9 PERHITUNGAN RELIABILITAS SOAL UJI COBA Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika Alpha > 0.60 maka reliabel. Dari hasil analisis reliabilitas menggunakan SPSS 20, dengan Cronbach’s Alpha dapat dilihat sebagai berikut. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.845
20 Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
P1
10.94
20.796
.381
.840
P2
11.00
19.533
.676
.829
P3
11.19
20.428
.318
.843
P4
11.23
19.247
.590
.831
P5
11.23
20.247
.353
.842
P6
11.35
19.837
.444
.837
P7
11.19
20.361
.333
.843
P8
11.39
19.445
.542
.833
P9
11.03
20.366
.404
.839
P10
10.97
19.966
.595
.833
P11
11.45
20.056
.414
.839
P12
11.23
19.914
.431
.838
P13
11.48
20.391
.344
.842
P14
11.42
19.985
.421
.838
P15
11.03
20.632
.332
.842
P16
11.10
20.224
.400
.839
P17
11.52
20.325
.374
.840
P18
11.16
19.740
.490
.835
P19
11.35
20.237
.352
.842
P20
11.06
20.329
.391
.840
Hasil dari perhitungan menggunakan aplikasi SPSS 20 Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpa > 0.60 maka kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.845 jadi diatas 0.60, maka soal reliabel.
Lampiran 10 PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA Menggunakan Bantuan Exel No
Kode
14
UC-14
10
UC-10
11
UC-11
15
UC-15
18
UC-18
7
UC-07
28
UC-28
9
UC-09
29
UC-29
3
UC-03
5
UC-05
6
UC-06
17
UC-17
19
UC-19
2
UC-02
8
UC-08
Item Soal
Total
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
19
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
18
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
16
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
15
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
15
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
14
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
14
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
14
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
14
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
13
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
13
22
UC-22
23
UC-23
24
UC-24
20
UC-20
13
UC-13
25
UC-25
31
UC-31
1
UC-01
4
UC-04
12
UC-12
16
UC-16
21
UC-21
27
UC-27
30
UC-30
26
UC-26
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
12
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
12
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
11
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
10
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
9
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
9
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
9
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
8
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
7
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
7
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
5
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
4
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
5
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
3
27
25 19
18
18
14
19
13
24
26
11
18
10 12 24 22
9 20 14 23
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut. P=
𝑩 𝑱𝑺
Kriteria
Keterangan: P
: Indeks kesukaran
B
: Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan betul
JS
: Jumlah peserta didik tes
Soal dengan P 0,01 – 0,30 adalah sukar Soal dengan P 0,31 – 0,70 adalah sedang Soal dengan P 0,71 – 1,00 adalah mudah
Soal Nomor 1 P==
�𝟕 ��
Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 mempunyai tingkat kesukaran yang Mudah
Lampiran 11 PERHITUNGAN DAYA BEDA SOAL UJI COBA Menggunakan Bantuan Exel No
Kode
14
UC-14
10
UC-10
11
UC-11
15
UC-15
18
UC-18
7
UC-07
28
UC-28
9
UC-09
29
UC-29
3
UC-03
5
UC-05
6
UC-06
17
UC-17
19
UC-19
2
UC-02
8
UC-08
Item Soal
Total
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
19
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
18
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
16
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
15
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
15
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
14
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
14
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
14
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
14
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
13
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
13
22
UC-22
23
UC-23
24
UC-24
20
UC-20
13
UC-13
25
UC-25
31
UC-31
1
UC-01
4
UC-04
12
UC-12
16
UC-16
21
UC-21
27
UC-27
30
UC-30
26
UC-26
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
12
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
12
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
11
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
10
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
9
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
9
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
9
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
8
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
7
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
7
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
5
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
4
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
5
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
3
Rumus DP =
𝑋 𝐾𝐴 − 𝑋� � 𝑆� 𝑜� 𝑀� � � 𝑖� 𝑢� 𝑆𝑜� �
Kriteria daya pembeda soal:
Keterangan :
D
: 0.70 - 1.00
: baik sekali
DP
: Daya Pembeda
D
: 0.41 - 0.70
: baik
X kA
: rata-rata kelompok atas
D
: 0.21 - 0.40
: cukup
X kb
: rata-rata kelompok bawah
D
: 0.00 - 0.20
: jelek
D
: negatif (-), sebaiknya dibuang saja.
Perhitungan Soal nomor 1 DP =
1 − 0.733 1
= 0.266
Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 mempunyai daya beda cukup
Lampiran 12 PEDOMAN LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK Kelas yang di observasi: …
Tahun Pelajaran
: ...
Sekolah
Mata Pelajaran
: . ..
Pertemuan
:…
: ...
Jumlah peserta didik : …
Berilah penilaian Anda dengan memberi cek () pada kolom yang sesuai. Skor No.
Aspek yang diamati 1
1.
Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
2.
Partisipasi peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide
3.
Tanggungjawab peserta didik dalam kelompok
4.
Partisipasi peserta didik dalam pemecahan masalah kelompok
5.
Tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja siswa (LKS)
6.
Keaktifan peserta didik dalam mencari tahu tentang halhal yang belum dimengerti
7.
Keaktifan peserta didik dalam presentasi, bertanya, memberi tanggapan dan sanggahan
8.
Sikap untuk menerima pendapat dan sanggahan dari orang lain
2
3
Keterangan: Skor yang diberikan: 1 = kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 25% 2 = cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 26% - 50% 3 = aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 51% - 75% 4 = sangat aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 75%
4
Penilaian keaktifan kelas: 𝑆� � � 𝑌𝑎� 𝑔 𝐷𝑖 𝑑𝑎� 𝑎�
Presentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran =
× 100%
𝑆� � � 𝑀𝑎� � 𝑖� 𝑎�
= …. Kriteria penilaian: Presentase keaktifan = x 25% x < 43,75%
: aktivitas peserta didik tidak baik
43,75% x < 62,5 % : aktivitas peserta didik cukup baik 62,5% x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik x 81,25%
: aktivitas peserta didik sangat baik
Kesimpulan:
Observer
………………….. NIM. ....................
Lampiran 13 UJI PAIRED SAMPLE T TEST HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN
Kelas Eksperimen Hasil output Paired-Sample T Test data kelas eskperimen. Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sebelum
57.12
33
12.376
2.154
Sesudah
81.82
33
14.991
2.610
Pair 1
Keterangan: Tabel ini menyatakan nilai test sebelum perlakuan (baris atas) menunjukkan hasil belajar rata-rata adalah 57.12 dan sesudah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didapat rata-rata hasil belajar adalah 81.82. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatkan hasil belajar sebesar 24.70.
Kelas Kontrol Hasil output Paired-Sample T Test data kelas eskperimen. Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sebelum
57.42
33
12.877
2.242
Sesudah
68.03
33
18.155
3.160
Pair 1
Keterangan: Tabel ini menyatakan nilai test sebelum perlakuan (baris atas) menunjukkan hasil belajar rata-rata adalah 57.42 dan sesudah diberikan perlakuan dengan metode ceramah bervariasi didapat rata-rata hasil belajar adalah 68.03. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode ceramah mengalami peningkatkan hasil belajar sebesar 10.61.
Jadi peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen > hasil belajar kelas kontrol
Lampiran 14 UJI INDEPENDENT SAMPLE T TEST RATA-RATA HASIL BELAJAR POSTTEST KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL Hasil output uji t menggunakan SPSS 20 rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol sebagai berikut. Group Statistics Kelas Post_Test
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kelas Eksperimen
33
81.82
14.991
2.610
Kelas Kontrol
33
68.03
18.155
3.160
Independent Samples Test Post_Test Equal
Equal
variances
variances not
assumed
assumed
2.039
Levene's Test for Equality of F Variances
Sig.
.158
t df
3.364
3.364
64
61.788
.001
.001
13.788
13.788
4.098
4.098
5.600
5.595
21.975
21.981
Sig. (2-tailed) t-test for Equality of Means
Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence
Lower
Interval of the Difference
Upper
Hipotesis: Ho : µ1 = µ2 tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar kognitif) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Ha : µ1 ≠ µ2 ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar kognitif) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Dari tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut thitung sebesar 3.364 ttabel pada taraf signifikan 0.05, (33+33 – 2) = 64 adalah 1.66 Keputusan: thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Lampiran 15 KISI-KISI SOAL Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Jumlah soal Waktu Bentuk soal
: SMP Negeri 19 Semarang : Pendidikan Kewarganegaraan : VIII / 2 : 5. Memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerinatahan di Indonesia : 5.2 Mendiskripsikan Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan Indonesia : 20 : 20 menit : Pilihan Ganda Hasil Belajar Kognitif
No. soal
Hubungan MPR dengan Presiden
C4
3
C2
11
Hubungan MPR dengan DPR
C1
1
C1
2
C4
5
C4
4
C2
8
C2
9
C1
10
C2
12
C1
13
C2
6
C4
7
C4
15
C1
20
Indikator
Materi
Siswa dapat menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden Siswa dapat menjelaskan hubungan MPR dengan DPR
Siswa dapat menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR
Siswa dapat menjelaskan hubungan MK dengan DPR
Siswa dapat menjelaskan hubungan DPD dengan DPR
Hubungan Presiden dengan DPR
Hubungan MK dengan DPR
Hubungan DPD dengan DPR
Siswa dapat menjelaskan hubungan BPK dengan DPR
Hubungan BPK dengan DPD
C2
16
Siswa dapat menjelaskan hubungan KY dengan DPR
Hubungan KY dengan DPR
C2
17
C4
18
Siswa dapat menjelaskan hubungan MA dengan Presiden
Hubungan MA dengan Presiden
C4
14
C1
19
Keterangan: C1
: pengetahuan
C2
: pemahaman
C4
: analisis
Peneliti/Yang Mengajar
Sutiyono NIM. 3301411014
Lampiran 16 LEMBAR JAWAB Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
Silanglah (X) pilihan jawaban yang telah tersedia! 1.
A
B
C
B
11.
A
B
C
D
2.
A
B
C
D
12.
A
B
C
D
3.
A
B
C
D
13.
A
B
C
D
4.
A
B
C
D
14.
A
B
C
D
5.
A
B
C
D
15.
A
B
C
D
6.
A
B
C
D
16.
A
B
C
D
7.
A
B
C
D
17.
A
B
C
D
8.
A
B
C
D
18.
A
B
C
D
9.
A
B
C
D
19.
A
B
C
D
10.
A
B
C
D
20.
A
B
C
D
Lampiran 17 SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah Kelas Mata pelajaran Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5.2. Mendeskri psikan sistem pemerinta han Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat
: SMP Negeri 19 Semarang : VIII (Delapan) : Pendidikan Kewarganegaraan : 2 ( dua ) : 5. Memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan di Indonesia Penilaian Indikator Materi Kegiatan Teknik Bentuk Contoh Pembelajaran Pembelajaran Pencapaian Penilaian Instrumen Instrumen
Pembagian kekuasaan menurut UUD NRI 1945 Tugas lembagalembaga pelaksana kedaulatan rakyat
Menelaah materi tentang peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat menurut UUD NRI 1945, kemudian mendiskusikan nya
Menjelask an pembagian kekuasaan di Indonesia Menjelask an tugas lembagalembaga pelaksana kedaulatan rakyat
Tes Tertulis
Pilihan ganda
Hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden dapat dilihat di bawah ini, kecuali…. a. Mengajukan pertanyaan tertulis kepada Presiden b. Mengajukan usul menterimenteri pada Presiden
Waktu
Sumber Belajar
4 x 40‟
Buku teks, LKS, UUD 1945 NRI 1945
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian
Penilaian Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Pilihan ganda
Karakter Building
Contoh Instrumen c. Ikut serta menetapkan undangundang APBN d. Meminta keterangan kepada Pemerintah
Tanggung jawab Kerjasama Kewarganegaraan ( citizenship )
Mengetahui,
Semarang, Februari 2015
Guru Mata Pelajaran
Peneliti/Yang Mengajar
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd
Sutiyono
NIP. 1995507181986032002
NIM. 3301411014
Waktu
Sumber Belajar
Lampiran 18 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Nama Sekolah : SMP Negeri 19 Semarang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : VIII / 2 Standar Kompetensi : 5. Memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerinatahan di Indonesia Kompetensi Dasar : 5.2 Menjelaskan Hubungan Antarlembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan Indonesia Alokasi Waktu : 4 X 40 menit (2x pertemuan) A. Indikator 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR. 3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR. 4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR. 5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR. 6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD. 7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR. 8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari KD ini diharapkan siswa dapat 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR. 3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR. 4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR. 5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR. 6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD. 7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR. 8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden. C. Materi Ajar Hubungan antarlembaga negara dalam melaksanakan kedaulatan rakyat meliputi: 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR. 3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR. 4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR. 5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR. 6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD. 7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR. 8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah bervariasi 2. Tanya jawab E. Langkah-Langkah Kegiatan Pertemuan 1 Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
10 menit
Pendahuluan Apersepsi Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, dan lainlain) Memotivasi Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa. Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai. Kegiatan Inti
Alokasi Waktu
Siswa menjawab salam, 5 menit menyiapkan diri untuk belajar dan memberitahu kehadiran. 5 menit Siswa menyimak penjelasan guru. 60 menit
Eksplorasi
Guru menjelaskan mengenai Siswa menyimak penjelasan 10 menit guru. macam-macam lembaga negara ada di Indonesia sesuai dengan UUD NRI 1945. Guru menjelaskan tentang Siswa menyimak penjelasan 20 menit guru. hubungan MPR dengan Presiden, hubungan MPR dengan DPR, hubungan presiden dengna DPR, dan hubungan MK dengan DPR. Guru membebaskan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Elaborasi
15 menit Selanjutnya, guru membuka Siswa bertanya terkait materi pembelajaran kepada guru. sesi Tanya jawab bersama siswa dengan tujuan siswa aktif dalam pembelajaran.
Guru memberi kesempatan Siswa menyimak penjelasan untuk berpikir, menganalisis, guru. menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; Guru memberikan penjelasan kembali megenai lembaga negara dan 15 menit hubungan
Konfirmasi Dalam guru:
kegiatan
konfirmasi
Memberikan umpan balik Siswa menyimak penjelasan guru. positif dan penguatan dalam bentuk lisan kepada peserta didik terkait materi pokok pembelajaran. Memberikan konfirmasi Siswa menyimak penjelasan terhadap eksplorasi dan guru. elaborasi kepada peserta didik. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai KD. Guru bertanya jawab tentang bertanya tenatang hal-hal yang belum diketahui Siswa materi yang belum dipahamai peserta didik. kepada guru. Guru bersama siswa melakukan Tanya jawab meluruskan kesalahan, pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. 10 menit Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup guru:
Siswa menyimpulkan 5 menit Bersama-sama peserta didik bersama guru tentang materi dana/atau sendiri membuat yang telah diperlajari. rangkuman simpulan pelajaran. Siswa mengemukakan Melakukan refleksi terhadap pendapat dari pengalaman 5 menit kegiatan yang sudah belajarnya (refleksi). dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. 1 menit
Memberikan umpan balik Siswa memperhatikan terhadap proses dan hasil penjelasan dari guru pembelajaran. mengenai hikmah pembelajaran. Menyampaikan kegiatan pembelajaran berikutnya. Siswa memperhatikan arahan dari guru.
Pertemuan 2 Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
10 menit
Pendahuluan Apersepsi Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, dan lainlain) Memotivasi Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa. Menginformasikan materi kelanjutan dari pertemuan 1. Kegiatan Inti
Alokasi Waktu
Siswa menjawab salam, 5 menit menyiapkan diri untuk belajar dan memberitahu kehadiran. 5 menit Siswa menyimak penjelasan guru. 60 menit
Eksplorasi Guru menjelaskan tentang Siswa menyimak penjelasan 20 menit guru. hubungan DPD dengan DPR, hubungan BPK dengan DPD, hubungan KY dengan DPR, hubungan MA dengan Presiden. Guru membebaskan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Elaborasi
10 menit Selanjutnya, guru membuka Siswa bertanya terkait materi pembelajaran kepada guru. sesi tanya jawab bersama siswa dengan tujuan siswa aktif dalam pembelajaran. Guru memberi kesempatan Siswa menyimak penjelasan untuk berpikir, menganalisis, guru. 10 menit menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
Konfirmasi Dalam guru:
kegiatan
konfirmasi
Memberikan soal-soal (post Siswa mengerjakan soal yang 20 menit telah diberikan oleh guru. test) guna tes secara individual. 10 menit Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup guru:
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. Memberikan penjelasan singkat mengenai jawaban soal posttest
Siswa mengemukakan 5 menit pendapat dari pengalaman belajarnya (refleksi). 5 menit Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai hikmah pembelajaran.
E. Sumber Pembelajaran - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan - UUD Negara Republik Indonesia 1945
F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: Tes Tertulis 2. Bentuk instrument: Tes Pilihan Ganda Mengetahui,
Semarang, Februari 2015
Guru Mata Pelajaran
Peneliti/Yang Mengajar
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd
Sutiyono
NIP. 1995507181986032002
NIM. 3301411014
Lampiran 19 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu
: SMP Negeri 19 Semarang : Pendidikan Kewarganegaraan : VIII / 2 : 5. Memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerinatahan di Indonesia : 5.2 Menjelaskan Hubungan Antarlembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan Indonesia : 4 X 40 menit (2x pertemuan)
A. Indikator 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR. 3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR. 4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR. 5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR. 6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD. 7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR. 8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari KD ini diharapkan siswa dapat 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR. 3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR. 4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR. 5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR. 6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD. 7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR. 8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden. C. Materi Ajar Hubungan antarlembaga negara dalam melaksanakan kedaulatan rakyat meliputi: 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR. 3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR. 4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR. 5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR. 6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR. 8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden. D. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran : Kooperatif 2. Metode pembelajaran : Jigsaw E. Langkah-Langkah Kegiatan Pertemuan 1 Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Alokasi Waktu 10 menit
Pendahuluan
1. Mempersiapkan siswa Guru memberikan salam dan Siswa menjawab salam, 1 menit memeriksa kehadiran siswa. menyiapkan diri untuk belajar dan memberitahu kehadiran. Guru menyampaikan tujuan Siswa menyimak penjelasan 4 menit pembelajaran dan guru. memberikan apersepsi. Guru menjelaskan metode 5 menit jigsaw yang akan digunakan. Siswa menyimak penjelasan mengenai metode jigsaw guru. Kegiatan Inti Mengorganisasikan dalam kelompok
60 menit siswa
Guru menyuruh siswa untuk Siswa membentuk kelompok 5 menit berhitung mulai dari 1 asal dengan cara berhitung sampai 8, guna untuk mulai 1 sampai 8 dan membagi siswa ke dalam kelompok asal ini terdiri dari 8 kelompok. Kelompok terdiri siswa dengan nomor urut yang dari 8 siswa ini disebut berbeda (1-8) kelompok asal (home group) dengan nomor urut yang berbeda (1-8). Selanjutnya, guru Siswa menerima lembar kerja (LKS) siswa dari guru. membagikan lembar kerja siswa (LKS) dengan tugas yang berbeda-beda. Guru menyuruh siswa untuk Siswa berbagi tugas menjadi anggota kelompok ahli (expert membentuk kelompok ahli group) dari kelompoknya untuk mengerjakan tugas masing-masing. Kelompok yang telah diberikan guru. ahli ini terdiri dari siswa yang Kelompok ahli ini terdiri dari
siswa yang berkelompok sesuai dengan nomor yang sama yaitu siswa dengan nomor urut 1 berkelompok dengan nomor 1, siswa nomor 2 dengan siswa nomor 2, nomor 3 dengan nomor 3, sampai pada nomor 8 dengan nomor 8 pula. Sehingga kelompok ahli terdiri dari masing-masing 4 sampai 5 siswa.
berkelompok sesuai dengan nomor yang sama yaitu siswa dengan nomor urut 1 berkelompok dengan nomor 1, siswa nomor 2 dengan siswa nomor 2, nomor 3 dengan nomor 3, sampai pada nomor 8 dengan nomor 8 pula. Sehingga kelompok ahli terdiri dari masing-masing 4 sampai 5 siswa.
Membimbing dalam diskusi kelompok Guru membimbing dan Siswa berdiskusi dengan 20 menit kelompok ahli masingmemantau diskusi siswa masing. Kelompok 1 dalam kelompok ahli. Siswa membahas tentang hubungan dengan nomor urut yang MPR dengan Presiden, sama berkelompok kelompok 2 membahas mendiskusikan topik mengenai hubungan MPR masing-masing di lembar dengan DPR, kelompok 3 kerja siswa. Kelompok 1 membahas mengenai membahas tentang hubungan hubungan presiden dengna MPR dengan Presiden, DPR, kelompok 4 membahas kelompok 2 membahas hubungan MK dengan DPR, mengenai hubungan MPR kelopok 5 membahas DPD dengan DPR, kelompok 3 dengan DPR, kelompok 6 membahas mengenai membahas hubungan BPK hubungan presiden dengna dengan DPD, kelompok 7 DPR, kelompok 4 membahas membahas hubungan KY hubungan MK dengan DPR, dengan DPR, kelompok 8 kelopok 5 membahas DPD membahas hubungan MA dengan DPR, kelompok 6 dengan Presiden. membahas hubungan BPK dengan DPD, kelompok 7 membahas hubungan KY dengan DPR, kelompok 8 membahas hubungan MA dengan Presiden. Guru meminta para anggota Para anggota kelompok ahli 20 menit kelompok ahli (expert (expert group) berdiskusi group) untuk kembali ke untuk membangun kelompok asal (home group) pengetahuan yang untuk berdiskusi diperolehnya kepada anggotamembangun pengetahuan anggota kelompok asal (home yang diperolehnya dari group). Prosedur diskusi anggota-anggota kelompok dalam kelompok asal yaitu
yang berbeda. Prosedur diskusi dalam kelompok asal yaitu setiap individu menjelaskan materi yang telah didapatkan dari kelompok ahli, anggota yang lain menanggapi, kemudian seterusnya.
setiap individu menjelaskan materi yang telah didapatkan dari kelompok ahli, anggota yang lain menanggapi, kemudian seterusnya.
Diskusi Kelas Guru meminta perwakilan Perwakila siswa dari anggota 10 menit siswa dari anggota kelompok kelompok asal asal mempresentasikan mempresentasikan jawaban di jawaban di depan kelas, depan kelas, sedangkan sedangkan kelompok lain kelompok lain memberikan memberikan tanggapannya. tanggapannya. Guru mengkonfirmasi Siswa memperhatikan 5 menit mengenai materi penjelasan dari guru dan pembelajaran yang telah bertanya apabila ada yang diberikan. tidak dimengerti. 10 menit Kegiatan Penutup Evaluasi Kelompok Guru meminta siswa mengumpulkan tugas laporan per-kelompok untuk dikumpulkan.
Siswa mengumpulkan laporan 1 menit hasil diskusi kelompoknya kepada guru.
Evaluasi Individual Guru meminta siswa Siswa mengemukakan 5 menit mengemukakan pendapat pendapat dari pengalaman dari pengalaman belajarnya belajarnya (refleksi). (refleksi). Guru memberikan Siswa memperhatikan 4 menit penjelasan mengenai hikmah penjelasan dari guru mengenai setelah mempelajari materi hikmah pembelajaran. tersebut dan sikap tanggung jawab dari sebuah kerja sama. Guru meminta siswa Siswa memperhatikan arahan mempersiapkan kelompok dari guru. presentasi selanjutnya yaitu kelompok 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
Pertemuan 2 Kegiatan Guru Pendahuluan
Kegiatan Siswa
Alokasi Waktu 10 menit
1. Mempersiapkan siswa menjawab salam, 5 menit Guru memberikan salam dan Siswa menyiapkan diri untuk belajar mengabsen siswa. dan memberitahu kehadiran. Guru menanyakan materi Siswa menyimak penjelasan 5 menit guru dan menjawab yang sebelumnya dan pertanyaan mengenai materi meyampaikan tujuan sebelumnya. pembelajaran serta memberikan apersepsi Kegiatan Inti 65 menit 2. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok Guru memberikan lembar Siswa menerima lembar kerja 5 menit kerja siswa (LKS) dan siswa (LKS) dan mengarahkan untuk berkelompok sesuai dengan berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk kelompok yang telah (kelompok asal). dibentuk sebelumnya (kelompok asal). 3. Membimbing dalam diskusi kelompok Guru meminta perwakilan Perwakilan siswa dari anggota 40 menit kelompok asal siswa dari anggota kelompok mempresentasikan jawaban di asal (home group) depan kelas, sedangkan mempresentasikan jawaban kelompok lain memberikan di depan kelas, sedangkan tanggapannya. kelompok lain memberikan tanggapannya. 4. Evaluasi Guru memberikan soal-soal Siwa menjawab soal-soal 20 menit (post test) guna tes secara secara individual. individual. Kegiatan Penutup
5 menit
Guru memberikan Siswa (home group) yang 5 menit penghargaan bagi kelompok paling aktif mendapat penghargaan dari guru. yang paling aktif dalam pembelajaran baik bertanya dan menjawab pertanyaan.
G. Sumber Pembelajaran - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan - Lembar Kerja Siswa (LKS) - UUD Negara Republik Indonesia 1945
H. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: Tes Tertulis 2. Bentuk instrument: Tes Pilihan Ganda
Mengetahui,
Semarang, Februari 2015
Guru Mata Pelajaran
Peneliti/Yang Mengajar
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd
Sutiyono
NIP. 1995507181986032002
NIM. 3301411014
Lampiran 20 HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA Oleh: Bapak Sutiyono1 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik2, menganut sistem Pemerintahan Presidensiil dengan Pancasila sebagai ground norm atau nilai dasar dalam berbangsa, dan bernegara. Sebelum amandemen Undang-undang Dasar 1945, di Indonesia mengenal lembaga tertinggi yaitu MPR. Namun, setalah mengalami perubahan UUD 1945, dinyatakan lembaga negara terdiri atas MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, dan KY tanpa mengenal istilah lembaga tertinggi dalam hirarki kelembagaan negara. Demikian berarti baik legislatif, eksekutif, dan yudikatif mempunyai kedudukan sama dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Dalam rangka melaksanakan kedalaulatan rakyat terdapat ketergantungan antara satu lembaga negara dengan lembaga negara yang lain. Berikut penjelasan hubungan antarlembaga negara sebagai berikut. 1. Hubungan antara MPR dengan Presiden Majelis permusyawaratan rakyat merupakan lembaga lesilatif yang terdiri atas anggota DPR dan DPD, hal ini menunjukkan bahwa keanggotaannya dipilih dalal pemilihan umum. Sesuai dengan UUD NRI 1945, hubungan antara MPR dengan Presiden dapat dilihat dalam pasal 3 ayat 2 yaitu MPR melantik presiden dan/atau wakil preside. Kemudian ayat 3 pasal 3 yaitu MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut UUD. Selain itu, MPR juga dapat menyelenggarakan rapat paripurna untuk memutuskan pemberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden. 2. Hubungan antara MPR dengan DPR Dalam hubungan dengan DPR, khusus mengenai penyelenggaraan sidang MPR berkaitan dengan kewenangan untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden Presiden, proses tersebut hanya bisa dilakukan apabila didahului
1 2
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, peneliti di SMP Negeri 19 Semarang Pasal 1 ayat 1 UUD NRI 1945
oleh pendapat DPR yang mengajukan kepada DPR. Selain itu DPR merupakan bagian dari anggota MPR. Untuk pemahaman lebih lanjut, kalian dapat melihat dalam UUD NRI 1945. 3. Hubungan antara Presiden dan DPR Dalam rangka melaksanakan kedaulatan rakyat Presiden dan DPR saling berhubungan dan saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat sebagai berikut. a. Dalam pernyataan perang dan damai. b. Mengangkat duta dan konsul. c. Memberikan amnesti dan abolisi. d. Membuat perjanjian internasional. e. Pengajuan Rancangan undang-undang. Untuk pemahaman lebih lanjut, kalian dapat melihat dalam UUD NRI 1945. 4. Hubungan antara MK dan DPR Hubungan antara Mahkamah Konstitusi dengan Dewan Perwakilan Rakyat dapat terlihat pada saat pemberhentian Presiden dan/ atau wakil Presiden. Selain itu dalam proses pengangkatan Hakim Konstitusi terlihat terdapat campur tangan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pada pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945 dapat dipahami bahwa salah satu wewenang Mahkamah Konstitusi adalah untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD. Maka apabila terdapat sengketa antarlembaga negara proses uji material diajukan kepada MK. Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media informasi. 5. Hubungan antara DPD dan DPR Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga baru yang berdiri akibat diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2004. DPD merupakan lembaga legislatif sama dengan DPR, yang lebih memprioritaskan daerah perwakilan masing-masing. Setiap daerah provinsi di Indonesia terdapat lembaga perwakilan daerah yang terdiri dari empat perwakilan (DPD), sehingga bisa dikatakan anggota DPD tidak melebihi 1/3 dari jumlah DPR dalam kenggotaannya di MPR. Mengenai hubungan antara DPD dan DPR dapat dilihat sebagai berikut.
a. DPD ikut serta membahas mengenai RUU yang terkait dengan otonomi daerah atau kepentingan daerah. b. Pemberian keterangan pertanggungjawaban atas pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat. c. Mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah atau APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media informasi. 6. Hubungan antara BPK dengan DPR Berdasarkan ketentuan UUD NRI 1945, DPD menerima hasil pemeriksaan BPR dan memberikan pertimbangan untuk pemilihan anggota BPK kepada DPR. Ketentuan ini memberikan kewenangan kepada DPD untuk menjadikan hasil laporan keuangan BPK sebagai bahan dalam rangka melaksanakan tugas dan kewenangan pemilihan anggota BPK. Selain itu laporan BPK menjadi pertimbangan untuk mengusulkan RUU berkaitan dengan APBN. Sesuai dengan pasal 23 UUD NRI 1945 hasil pemeriksaan BPK dapat diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media informasi. 7. Hubungan antara KY dengan DPR Komisi Yudisial merupakan lembaga negara baru sebagai hasil perubahan ketiga UUD NRI Tahun 1945, yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan lembaga lain.Anggota KY berjumlah 7(tujuh) orang, yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan DPR. Masa jabatan Komisi Yudisial yaitu selama 5 tahun. Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media informasi. 8. Hubungan antara MA dengan Presiden
Hubungan antara MA dengan Presiden dapat dilihat dalam hal pemberian grasi dan rehabilitasi dan pengajuan hakim konstitusi. Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media informasi.
-Selamat Berdiskusi dan Bekerja Kelompok-
Lampiran 21 SMP Negeri 19 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015
Lembar Kerja Siswa (LKS) Hubungan Antarlembaga Negara Negara Republik Indonesia (Waktu 20 menit)
Nama Kelompok
: …………………………………………………………………………..
Nama Siswa
: 1. 2. 3. 4.
Kelas
: …………………………………………………………………………..
A. Standar Kompetensi 5. Memahami Hubungan Antarlembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan Indonesia B. Kompetensi Dasar 5.2 Menjelaskan Hubungan Antarlembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan Indonesia C. Indikator 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR. 3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR. 4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR. 5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR. 6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD. 7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR. 8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden. D. Langkah Pembelajaran Carilah jawaban atas tugas yang diberikan oleh guru dengan kelompok ahli mengenai hubungan antarlembaga negara dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII dan UUD NRI 1945. Tulis jawabanmu pada lembar kerja siswa yang telah disediakan!
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 1: Hubungan antara MPR dengan Presiden Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! MPR
Presiden
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 2: Hubungan antara MPR dengan DPR Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! MPR
DPR
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 3: Hubungan antara Presiden dengan DPR Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! Presiden
DPR
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 4: Hubungan antara MK dengan DPR Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! MK
DPR
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 5: Hubungan antara DPD dengan DPR Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! DPD
DPR
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 6: Hubungan antara BPK dengan DPR Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! BPK
DPD
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 7: Hubungan antara MK dengan DPR Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! MK
DPR
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Kelompok 8: Hubungan antara MA dengan DPR Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya! MA
Presiden
1. ………….....…………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… 2. …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....………………………………………………………………………………… …………….....…………………………………………………………………………………
Lampiran 22 Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SMP Negeri 19 Semarang Tahun 2015
No
Tanggal
Jadwal pelaksanaan Penelitian Kegiatan Penelitian
1.
11 Februari 2015
Uji coba soal penelitian/instrumen yang diberikan kepada siswa kelas VIII H.
2.
12 – 14 Februari Olah data hasil uji coba soal penelitian untuk 2015 dijadikan soal pretest dan postest
3.
18 Februari 2015
Pelaksanaan pretest dan pembelajaran pada materi hubungan antarlembaga negara di kelas VIII G dengan pembelajaran ceramah bervariasi
4.
20 Februari 2015
Pelaksanaan pretest dan pembelajaran pada materi permasalahan hubungan antarlembaga negara di kelas VIII F dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
5.
25 Februari 2015
Pelaksanaan pembelajaran kedua pada materi permasalahan hubungan antarlembaga negara di kelas VIII G dengan pembelajaran ceramah bervariasi dan diakhiri postest.
6.
27 Februari 2015
Pelaksanaan pembelajaran kedua pada materi permasalahan hubungan antarlembaga negara di kelas VIII F dengan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan diakhiri postest.
7.
28 Februari – 5 Olah data akhir dan melengkapi administrasi Maret 2015 penelitian akhir.
(Sumber: Data Primer 2015)
Lampiran 23 SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
Lampiran 24 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK Kelas yang di observasi: VIII F
Tahun Pelajaran: 2014/2015
Sekolah: SMP Negeri 19 Semarang
Mata Pelajaran: PKn
Jumlah peserta didik: 33
Pertemuan: 1
Berilah penilaian Anda dengan memberi cek () pada kolom yang sesuai. Skor No.
Aspek yang diamati 1
2
3
4
1.
Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
2.
Partisipasi peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide
3.
Tanggungjawab peserta didik dalam kelompok
4.
Partisipasi peserta didik dalam pemecahan masalah kelompok
5.
Tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja siswa (LKS)
6.
Keaktifan peserta didik dalam mencari tahu tentang halhal yang belum dimengerti
7.
Keaktifan peserta didik dalam presentasi, bertanya, memberi tanggapan dan sanggahan
8.
Sikap untuk menerima pendapat dan sanggahan dari orang lain
Keterangan: Skor yang diberikan: 1 = kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 25% 2 = cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 26% - 50% 3 = aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 51% - 75% 4 = sangat aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 75%
Penilaian keaktifan kelas: Presentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran =
27 32
× 100% = 84,37%
Kriteria penilaian: Presentase keaktifan = x 25% x < 43,75%
: aktivitas peserta didik tidak baik
43,75% x < 62,5 % : aktivitas peserta didik cukup baik 62,5% x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik x 81,25%
: aktivitas peserta didik sangat baik
Kesimpulan: Jadi, persentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah 84,37% dan memiliki sangat baik.
Observer 1
Oksa Slamet Riswanto NIM. 6301411084
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
Kelas yang di observasi: VIII F
Tahun Pelajaran: 2014/2015
Sekolah: SMP Negeri 19 Semarang
Mata Pelajaran: PKn
Jumlah peserta didik: 33
Pertemuan: 2
Berilah penilaian Anda dengan memberi cek () pada kolom yang sesuai. Skor No.
Aspek yang diamati 1
2
3
1.
Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
2.
Partisipasi peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide
3.
Tanggungjawab peserta didik dalam kelompok
4.
Partisipasi peserta didik dalam pemecahan masalah kelompok
5.
Tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja siswa (LKS)
6.
Keaktifan peserta didik dalam mencari tahu tentang halhal yang belum dimengerti
7.
Keaktifan peserta didik dalam presentasi, bertanya, memberi tanggapan dan sanggahan
8.
Sikap untuk menerima pendapat dan sanggahan dari orang lain
Keterangan: Skor yang diberikan: 1 = kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 25% 2 = cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 26% - 50% 3 = aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 51% - 75% 4 = sangat aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 75%
4
Penilaian keaktifan kelas: Presentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran =
27 32
× 100% = 84,37%
Kriteria penilaian: Presentase keaktifan = x 25% x < 43,75%
: aktivitas peserta didik tidak baik
43,75% x < 62,5 % : aktivitas peserta didik cukup baik 62,5% x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik x 81,25%
: aktivitas peserta didik sangat baik
Kesimpulan: Jadi, persentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah 84,37% dan memiliki sangat baik.
Observer 2
M. Jefri P NIM. 2101411094
Lampiran 25 HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Siswa ADIB NAFISUDIN ALIF PRASETYA JATI ALVIN ADITIA AMEILYA SETIANINGRUM ANANG ZHAHFRAN BUDI R AVIA JOLANDA ROSA ADI DIAN PERMATA SARI FAHNIDA KIFTIYA FARRA ANASYA PUJA RISMAWANA GIGIH RESTU HANANTO HILMI DARY ALWAN INDAH AYU WULANDARI KURNIA ADI NUGROHO MARINI NUR HAYATI MOHAMAD FAJAR BUDIMAN MUHAMMAD ADI PRAKOSO MUHAMMAD RAAFI FEBRIAN TARA NINDYA HANDARU VIADUTA K. NISRINA QURRATU AINI NOVENDOSARI PUTRA SOEDJENDRO RAHMATULLAH YASIN MUBAROK RAUL ARYA SYAHPUTRA REVINA PUTRI DWI ANGGRAENI RIZKA AYUNING LESTARI SARAS FITRIA SEVA ARYA PRATAMA TITANIA ARESTANTO WIDIHANDOKO DWI WIDODO WILDAN PUTRA ADITYA YUAN VIRNA ZAHRAH NADA SALSABILA ZIGRO TAQWAGIE ZULFA NADIA LUTHFIA RAHMI Rata-rata Max Min
Pretest Posttest Selisih 35 100 65 60 100 40 60 95 35 65 95 30 60 75 15 45 65 20 50 55 5 40 100 60 30 70 40 70 85 15 30 90 60 70 80 10 65 95 30 40 55 15 70 90 20 45 50 5 70 90 20 50 100 50 60 75 15 60 100 40 60 70 10 65 70 5 60 90 30 70 90 20 60 80 20 60 85 25 70 95 25 45 50 5 70 85 15 70 80 10 70 90 20 50 70 20 60 80 20 57.12 81.82 70 100 30 50
Lampiran 26 HASIL BELAJAR KELAS KONTROL No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Siswa AJI ROHMAN SUBEKTI AKBAR SADJARI SYAHDJUDAN ALIVIA DEFA ANANDA APRILIAN SATYA PRATAMA ARIF SURYO WIBOWO AULIA' VALENTINA ABSHARINA BENING GITA PRAMESTI CHOIRUNNISA ADLEA A. DAFFA ARYA DEWANGGA DEA AYU KARTIKA PUTRI DESI PUDWI HANDAYANI DWI NOVIA SARI ESA DANY RIZALDI FANY PRADITA WULAN FARIZ SYAHROYO TEGAR AURI GITUNG PONCO KUSUMO HILMY AFRIAN KAMAL RIJAL SADEWO LAKSMI KINANTHI MEGA AYU PUSPITASARI MUTIA KARINA PERTIWI NUR ALIYUDIN ACHMAD OCTA DEVARA PUTRA ERLANGGA FEBRIYANTO RAVELINO ARYA SALVADO REZA DWI KURNIAWAN RISMA RISKIYANI RIZKI SEKARINGTYAS ROVINO AJI PRATAMA SABRINA NUR YUSRINA SARTIKA ANNISA DEWI VANESSA BERLIANA DYSTA A. VICKI MAHARANI Rata-rata Max Min
Nilai 40 60 70 65 60 45 50 40 60 70 40 70 65 40 70 45 70 50 40 65 60 30 75 40 60 70 70 45 60 75 70 60 65 57.42 75 30
Nilai 2 45 60 70 95 75 65 65 50 50 75 40 90 85 85 55 60 55 50 50 70 85 35 55 40 85 80 70 100 60 95 90 70 90 68.03 100 35
Selisih 5 0 0 30 15 20 15 10 -10 5 0 20 20 45 -15 15 -15 0 10 5 25 5 -20 0 25 10 0 55 0 20 20 10 25
Lampiran 27
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Pembagian Soal Uji Coba Gambar 2. Siswa Mengerjakan Soal
Gambar 3. Pelaksanaan Pretest 8G
Gambar 4. Pelaksanaan Pretest 8F
Gambar 5. Diskusi Kelompok Ahli
Gambar 7. Presentasi Perwakilan Kel.Ahli
Gambar 6. Diskusi Kelompok Asal
Gambar 8. Keaktifan Siswa
SURAT IZIN PENELITIAN