Agric. Sci. J. – Vol. I (4) : 337-345 (2014)
KEEFEKTIFAN KONSORSIUM MIKROBA AGENS ANTAGONIS DAN PUPUK HAYATI UNTUK MENEKAN PENYAKIT REBAH SEMAI (RHIZOCTONIA SOLANI) PADA CABAI THE EFFECTIVENESS OF CONSORTIUM OF MICROBIAL ANTAGONISTS AND BIOFERTILIZER TO SUPPRESS DAMPING OFF DISEASE (RHIZOCTONIA SOLANI) IN CHILI. Noor Istifadah1, Ai Melawati2, Pujawati Suryatmana1, Betty Natalie Fitriatin1 Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakulltas Pertanian, Universitas Padjadjaran 2 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakulltas Pertanian, Universitas Padjadjaran 1
ABSTRAK Mikroba antagonis dan pupuk hayati merupakan mikroba yang menguntungkan tanaman. Kombinasi antara mikroba tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan menekan penyakit. Penelitian yang didiskusikan dalam artikel ini bertujuan menguji kombinasi isolat-isolat mikroba antagonis dan pupuk hayati yang bersifat kompatibel untuk meningkatkan pertumbuhan bibit cabai dan menekan penyakit damping off atau rebah semai pada cabai. Hasil penelitian menujukkan bahwa mikroba antagonis Bacillus substilis, Papulaspora, Trichoderma harzianum dan mikroba pupuk hayati yaitu bakteri penambat N Azotobacter chroococcum dan bakteri pelarut P, Pseudomonas cepacea bersifat kompatibel dan dapat menghambat pertumbuhan secara in vitro Rhizoctonia solani sebesar 52,0 % - 79,5. Kombinasi mikroba antagonis dengan pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai serta menekan penyakit damping off sebesar 67,4 - 91,8 % . Kata Kunci : biopestisida, pupuk hayati, formulasi, penyakit tular tanah, cabai ABSTRACT Plant pathogen antagonists and biopesticides are beneficial microbes supporting environmentally-friendly agriculture production. Combination between these microbes are expected to increase the effectiveness in prototing the growth and suppressing the plant diseases. The objectives of the study reported here were to examine combination of compatible isolates to promote the growth and suppress damping off disease in chili nursery. The results showed that the antagonists (Bacillus substilis, Papulaspora, Trichoderma harzianum) as well as Nitrogen-fixing bacteria, Azotobacter chroococcum and phosphatesolubilizing bacteria Pseudomonas cepacea were compatible and they inhibited the in vitro growth of Rhizoctonia solani by 52,0% - 79,5%. Combination between these microbes promoted the growth of chilli seedlings and suppressed damping off by 67,4%- 91,8% . Key words: antagonistic microbes, biofertilizer, damping off, Rhizoctonia solani, chilli PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah daerah penghasil berbagai sayuran termasuk cabai merah. Sarana produksi dalam budidaya berbagai tanaman adalah pupuk dan
pestisida. Banyak petani yang sangat tergantung pada pupuk dan pestisida sintetik. Padahal penggunaan pestisida dan pupuk sintetik yang terus menerus dapat menimbulkan berbagai dampak negatif.
Diterima 9 September 2014. Disetujui 21 Oktober 2014. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
Penggunaan pupuk sintetik yang terus menerus dan berlebihan dapat menurunkan kadar bahan organik, merusak struktur tanah, dan menurunkan populasi dan keragaman biota tanah. Penggunaan pestisida sintetik yang terus menerus juga dapat menyebabkan dampak negatif antara lain berkembangnya resistensi pada patogen, terbunuhnya organisme bukan sasaran yang menguntungkan, pencemaran lingkungan, dan adanya residu pestisida pada produk-produk pertanian. Oleh karena itu perlu dikembangkan pupuk dan pestisida ramah lingkungan diantaranya konsorsium yang mengandung mikroba pupuk hayati dan agen antagonis yang dapat berfungsi sebagai pupuk hayati maupun biopestisida. Laboratorium Biologi dan Bioteknologi, Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, telah mengembangkan konsorsium mikroba untuk pupuk hayati antara lain bakteri penambat Nitrogen (Azotobacter ) (Hindersah dkk., 2003; Hindersah dkk.,2004; Hindersah dkk., 2009 ) dan pelarut Posfat (Pseudomonas cepacea dan Pseudomonas sp.). (Fitriatin dkk.,2006; Fitriatin dkk., 2007b) telah diketahui dapat menghasilkan hormon pertumbuhan dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian juga telah mengembangkan konsorsium mikroba untuk biopestisida yang terdiri dari jamur endofit (Papulaspora sp.), bakteri endofit (Bacillus substilis) serta jamur rhizosfer (Trichoderma harzianum). Ketiga mikroba antagonis tersebut telah diketahui dapat menekan penyakit rebah semai/damping off pada cabai (Istifadah dan Cahyani, 2009) dan berbagai penyakit pada tanaman tomat (Istifadah dkk, 2007; Istifadah dkk., 2008). Mikroba antagonis selain dapat mengendalikan penyakit, banyak juga yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Hyakumachi, 2003; Nakkeeran et al., 2005). Sebaliknya, mikroba yang dapat
digunakan sebagai pupuk hayati seperti Pseudomonas cepacea (Kumar et al., 2007) dan Azotobacter chroococcum (Mali & Bodhankar, 2009) dapat pula menekan penyakit. Penggunaan konsorsium mikroba yang berperan sebagai pupuk hayati dengan mikroba antagonis dapat meningkatkan efek pengendalian maupun peningkatan pertumbuhan daripada efeknya secara tunggal. Penggabungan antara Trichoderma viridae, Pseudomonas fluorescence dan Azotobacter chroococcum dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai lebih baik daripada aplikasi mikroba secara tunggal (Sateesh & Sivasakthivelan, 2013). Penggunaan konsorsium PGPR seperti Pseudomonas fluorescens, Sinorhizobium fredii dan Azotobacter chroococcum juga dapat memberikan peningkatan pertumbuhan dan penekanan terhadap penyakit layu Fusarium pada Cajanus cajan (Chaure & Duney, 2012). Namun demikian, di Indonesia penelitian mengenai pengembangan formulasi konsorsium mikroba yang berisi campuran mikroba penambat N, pelarut P serta antagonis patogen belum banyak dilakukan. Mengingat mikroba antagonis yang digunakan telah diuji di cabai dan tomat, serta cabai merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Fakultas Pertanian Unpad maka campuran mikroba menguntungkan tersebut akan diteliti efeknya pada tanaman cabai. Kendala utama dalam budidaya cabai diantaranya adalah adanya berbagai penyakit tular tanah diantaranya adalah penyakit damping off/ rebah semai yang disebabkan Rhizoctonia solani. Artikel ini mendiskusikan hasil penelitian yang bertujuan menguji kompatibilitas isolat agens antagonis dan pupuk hayati dan kemampuanya dalam menekan R. solani in vitro serta kemampuan konsorsium atau kombinasi agens antagonis dan pupuk hayati untuk menekan penyakit damping off pada persemaian cabai.
338
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
METODE PENELITIAN 1. Pengujian kompatibilitas antar isolat mikroba yang digunakan, secara in vitro. Masing-masing isolat bakteri dan jamur dibuat suspensi inokulumnya (kerapatan 107). Untuk melihat kompatibilitas antar isolat bakteri maka suspensi inokulum masing-masing isolat digoreskan dan bersinggungan dengan isolat yang lain. Untuk kompatibilitas isolat bakteri dengan isolat jamur, dilakukan dengan cara 1 ml suspensi spora jamur Trichoderma atau Papulaspora dimasukkan ke dalam petridish, kemudian ditambahkan medium PDA hangat. Potongan filter paper steril (diameter 0.8 cm) dicelupkan ke dalam suspensi masingmasing bakteri, kemudian diletakkan pada petridish yang berisi PDA yang telah tercampur spora jamur yang diuji. Pengamatan dilakukan 3, 5 dan 7 hari setelah inokulasi dengan menghitung zone penghambatan disekitar pertemuan isolat atau di sekitar potongan filter paper yang telah ditumbuhi bakteri. Isolat dikatakan kompatibel apabila tidak terdapat zona penghambatan pada daerah pertemuan kedua isolat, dan dikatakan tidak kompatibel apabila terdapat zone penghambatan pada daerah pertemuan kedua isolat tersebut. 2. Kemampuan antagonisme masingmasing isolat mikroba terhadap Rhizoctonia solani dan Fusarium oxysporum secara in vitro Percobaan ini menguji kemampuan masing-masing isolat mikroba antagonis maupun pupuk hayati untuk menekan R. solani secara in vitro. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut: A :Bakteri penambat Nitrogen, A.chroococcum B :Bakteri pelarut Fosfat, P. cepacea C :Bakteri endofit B. substilis D :Bakteri endofit isolat CKU E :Bakteri endofit isolat PGA6
F G H
:Jamur endofit Papulaspora :Jamur rhizosfer T. harzianum :Kontrol
Suspensi inokulum mikroba menguntungkan yang diuji (sesuai dengan perlakuan) digoreskan pada media PDA kemudian potongan biakan jamur patogen diletakkan 2.5 cm dari goresan inokulum. Untuk kontrol, yang digoreskan di sebelah jamur patogen adalah air steril. Pertumbuhan jamur patogen ke arah mikroba yang diuji dihitung setiap hari sampai koloni patogen pada kontrol memenuhi petridish. 3. Pengujian efek mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan semai cabai dan penyakit rebah semai (damping off) pada cabai. Percobaan bertujuan menguji campuran mikroba pupuk hayati dan agens antagonis untuk menekan penyakit rebah semai (R. solani) pada cabai. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan yang masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan yang diuji antara lain : A : Bakteri endofit + Papulaspora sp. + T. harzianum + A. chroococcum + P. cepacea B : Bakteri endofit + T. harzianum + A. chroococcum + P. cepacea C : Papulaspora + T. harzianum + A. chroococcum + P. cepacea D : Bakteri endofit + Papulaspora + A. chroococcum + P. cepacea E : Bakteri endofit + A. chroococcum + P. cepacea F : Papulaspora + A. chroococcum + P. cepacea G : T. harzianum + A. chroococcum + P. cepacea H : Bakteri endofit I : Jamur endofit Papulaspora J : T. harzianum K : Bakteri penambat N A. chroococcum L : Bakteri pelarut P P. cepacea M : Kontrol
339
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
Benih cabai disemaikan pada medium campuran tanah steril dan abu sekam. Konsorsium mikroba diaplikasi pada benih yaitu dengan merendamnya selama 30 menit, kemudian diaplikasikan juga pada medium persemaian sebanyak 10% (v/w). Semai yang berumur 10 hari dipindahkan ke kotak plastik yang berisi medium tanam yang telah dipasteurisasi (campuran tanah dan pupuk kandang, 3:1 yag dikukus selama 4 jam). Konsorsium mikroba diaplikasikan kembali ke medium tanam sebesar 10%. Inokulasi R. solani dilakukan dengan pencampuran biakan masal patogen (dalam medium beras steril) pada lubang tanam semai dengan dosis 0.5 g per lubang tanam. Pada masing-masing kotak plastik ditanami 12 semai cabai. Pengamatan terhadap tanaman terinfeksi dilakukan setiap hari sampai kematian pada tanaman kontrol tidak bertambah lagi. Jumlah tanaman yang mati diakumulasikan dan pada akhir pengamatan dihitung persentase tanaman yang terinfeksi/mati. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kompatibilitas antar isolat mikroba Pada uji kompatibilitas, hampir semua isolat bakteri yang diuji bersifat kompatibel satu sama lain. Hanya ada satu isolat bakteri yang diuji, yaitu bakteri endofit (antagonis) isolat PGA6 yang tidak bersifat kompatibel dengan isolat bakteri yang lain yaitu A. chroococcum, P. cepacea dan bakteri endofit CKU3. Di sekitar biakan isolat bakteri endofit tersebut tidak ditumbuhi mkroba yang lain sehingga tampak bening (zona hambat/zona bening). Hal ini kemungkinan karena isolat tersebut menghasilkan antibiotik yang terdifusi ke dalam medium sehingga dapat menekan
pertumbuhan tidak hanya bakteri yang bersifat patogenik tapi juga bakteri menguntungkan lainnya. Hal ini tentunya akan menjadi masalah apabila mkroba antagonis tersebut dicampurkan dengan isolat mikroba menguntungkan yang lain dalam suatu konsorsium mikroba. Oleh karena itu, isolat ini tidak digunakan dalam konsorsium mikroba yng dikembangkan. Hampir semua isolat bakteri yang diuji juga kompatibel dengan jamur antagonis yang digunakan. Isolat yang tidak kompatibel terhadap isolat jamur endofit Papulaspora spp. adalah isolat bakteri endofit PGA6. Isolat ini, menyebabkan penghambatan pertumbuhan Papulaspora sp. dengan zona hambat di sekitar koloni bakteri tersebut. Isolat ini juga tidak kompatibel dengan isolat bakteri lain yang diuji. Namun demikian, bakteri endofit isolat PGA6 ini ternyata tidak menghambat pertumbuhan jamur antagonis lain yaitu T. harzianum. Hal ini menunjukkan efek antibiosis terhadap mikroba menguntungkan yang lain berbeda-beda tergantung dari isolat mikrobanya. 2. Kemampuan isolat mikroba agens antagonis dan pupuk hayati untuk menghambat pertumbuhan R. solani in vitro. Mikroba agens antagonis dan pupuk hayati yang diuji hampir semuanya dapat menghambat pertumbuhan R. solani sebesar 52,0% - 79,5% (Tabel 1). Satu isolat yaitu bakteri endofit isolat PGA6 yang hanya dapat menghambat pertumbuhan R. solani sebesar 21,8 %. Pada uji kompatibilitas ternyata isolat ini juga mempunyai efek antibiosis terhadap mikroba menguntungkan lain. Oleh karena itu, isolat ini tidak digunakan lebih lanjut dalam percobaan secara in vivo.
Tabel1.Pengaruh masing-masing isolat mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan R. solani secara in vitro Perlakuan AUCGC Hambatan (%) Bakteri endofit isolat CKU3 4,37 c 57,4 Bakteri endofit isolat PGA6 7,83 d 23,6 Bakteri endofit B.subtilis 2,53 ab 75,3 Jamur endofit Papulaspora 3,18 b 68,9 Jamur rhizosfer T. harzianum 2,10 a 79,5 340
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
Perlakuan AUCGC Hambatan (%) Bakteri penambat N, A. chroococcum 4,92 c 52,0 Bakteri pelarut P, P. cepacea 2,50 ab 75,6 Kontrol 10,25 e 0,0 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Tukey HSD pada taraf 5%.
Diantara mikroba yang diuji, yang menunjukkan persentase penghambatan tertinggi adalah jamur antagonis T. harzianum. Jamur Trichoderma spp. memang telah dikenal sebagai jamur antagonis yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai patogen melalui berbagai mekanisme antara lain kompetisi ruang dan nutrisi, menghasilkan antibiotik, serta dapat memparasit jamur patogen (Howell, 2003). Pada percobaan ini, bakteri agen pupuk hayati yaitu bakteri penambat N (A. chroococcum ) dan juga bakteri pelarut P (P. cepacea) yang diuji ternyata mempunyai efek antagonistik terhadap R. solani. Efek antagonistik beberapa agens pupuk hayati terhadap petogen juga telah dilaporkan pada penelitian lain. A. chroococcum merupakan PGPR yang selain dapat menghasilkan fitohormon juga menghasilkan anti jamur yang menghambat
jamur patogen A. alternata dan F. oxysporum (Mali & Bodhankar, 2009). P. cepacea juga telah dilaporkan sebagai PGPR yang juga dapat menghambat penyakit tanamaan misalnya penyakit busuk arang (M. phaseoli) pada chickpea (Kumar et al., 2007) . 3. Efek kombinasi mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit cabai (sebelum inokulasi patogen) Aplikasi mikroba agens antagonis dan pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan semai/bibit cabai. Efek peningkatan pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan gabungan/ konsorsium mikroba yaitu bakteri dan jamur endofit serta bakteri agens pupuk hayati (Tabel 2). Efek dari penggabungan mikroba tersebut terhadap pertumbuhan lebih baik daripada efek yang ditunjukkan isolat mikroba secara tunggal.
Tabel 2. Efek aplikasi mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit cabai sebelum aplikasi patogen Rata-Rata Rata-rata Perlakuan Tinggi semai jumlah daun (cm) A : Bakteri endofit + Papulaspora sp. + T. harzianum + A. 3,75 f 4.42 e chroococcum + P. cepacea B : Bakteri endofit + T. harzianum + A. chroococcum + P. 3,16 e 4.11 de cepacea C : Papulaspora + T. harzianum + A. chroococcum + P. 2,86 cd 3.64 cd cepacea D : Bakteri endofit + Papulaspora + A. chroococcum + P. 3,03 de 3.42 bc cepacea E : Bakteri endofit + A. chroococcum + P. cepacea 2,93 de 3.25 ab F : Papulaspora + A. chroococcum + P. cepacea 2,66 bc 3.19 ab G : T. harzianum + A. chroococcum + P. cepacea 2,86 cd 3.36 a H : Bakteri endofit 2,55 ab 2.72 ab I : Jamur endofit Papulaspora 2,38 a 3.06 bc J : T. harzianum 2,87 cd 3.47 bc K : Bakteri penambat N A. chroococcum 3,14 e 3.39 bc L : Bakteri pelarut P P. cepacea 2,59 ab 3.33 bc M : Kontrol 2,37 a 2.75 a Keterangan : Angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey HSD pada taraf 5%. 341
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
Mikroba agens pupuk hayati secara tunggal ternyata efeknya terhadap pertumbuhan cabai berbeda. Efek dari bakteri penambat N, A. chroococum terhadap pertumbuhan bibit cabai ternyata lebih baik daripada efek dari bakteri pelarut P, Pseudomonas cepacea (Tabel 2). Hal ini diduga bakteri penambat N yang diaplikasikan dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Bakteri penambat N A.chroococcum memang telah dilaporkan dapat memfiksasi N dan memproduksi fitohormon berupa IAA (Hindersah & Simarmata, 2004; Damir et al., 2011). P.cepacea tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai sebelum inokulasi R. solani. Hal ini diduga karena kerja P.cepacea sebagai pelarut
fosfat kemungkinan lebih optimum pada fase generatif dibandingkan pada fase vegetatif. 4. Efek kombinasi isolat mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap penyakit rebah semai (damping off) Selain dapat meningkatkan pertumbuhan, aplikasi agens antagonis dan agens pupuk hayati baik secara tunggal maupun penggabungannya dapat menekan penyakit damping off berkisar antara 63.23 - 91.76% (Tabel 3). Selain mikroba antagonis, ternyata mikroba pupuk hayati juga dapat menekan penyakit damping off pada persemaian cabai yaitu sebesar 63,23– 68,44%. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan in vitro yang menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri pupuk hayati tersebut juga dapat menghambat R. solani secara in vitro.
Tabel 3. Efek aplikasi mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap penyakit damping off pada bibit cabai (6 hari setelah inokulasi) Penghambatan Perlakuan AUDPC (%) A : Bakteri endofit + Papulaspora sp. + T. harzianum + A. 105,51 a 91,76 chroococcum + P. cepacea B : Bakteri endofit + T. harzianum + A. chroococcum + P. 120,83 a 90,56 cepacea C : Papulaspora + T. harzianum + A. chroococcum + P. 180,58 a 85,90 cepacea D : Bakteri endofit + Papulaspora + A. chroococcum + P. 312,51 a 75,60 cepacea E : Bakteri endofit + A. chroococcum + P. cepacea 275,05 a 78,52 F : Papulaspora + A. chroococcum + P. cepacea 291,67 a 77,22 G : T. harzianum + A. chroococcum + P. cepacea 323,61 a 74,73 H : Bakteri endofit 418,05 a 67,35 I : Jamur endofit Papulaspora 430,54 a 66,38 J : T. harzianum 370,83 a 71,04 K : Bakteri penambat N, A. chroococcum 404,13 a 68,44 L : Bakteri pelarut P, P. cepacea 470,85 a 63,23 M : Kontrol 1280,55 b 0,00 Keterangan : Angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey HSD pada taraf 5%
Walaupun tidak berbeda secara statistik, namun perlakuan kombinasi mikroba antgonis dan pupuk hayati cenderung menunjukkkan penghambatan terhadap penyakit damping off yang relatif lebih baik daripada perlakuan tunggal. Perlakuan A (B. subtilis + jamur endofit
Papulaspora + T. harzianum + A. chroococcum + P.cepacea) dan perlakuan B (B. subtilis + T. harzianum + A. chroococcum + P.cepacea) cenderung menghasilkan persentase penekanan yang relatif lebih baik yaitu sebesar 91,76% dan 90,56%. Kombinasi antara beberapa 342
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
mikroba yang menguntungkan diduga dapat mendorong adanya sinergisme dalam mekanisme penekanan terhadap penyakit. Mekanisme penghambatan yang terlibat kemungkinan dapat berupa adanya peningkatan pertumbuhan tanaman yang lebih baik sehingga tanaman menjadi relatif tahan terhadap infeksi penyakit serta adanya mekanisme antagonisme secara langsung oleh mikroba-mikroba yang digunakan terhadap patogen. 5. Efek kombinasi mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan tanaman cabai setelah inokulasi R. solani
Pada pengamatan pertumbuhan tanaman setelah diinokulasi pathogen, ternyata sebagian besar perlakuan dengan mikroba agens antagonis dan pupuk hayati tidak secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman (Tabel 4). Hasil ini agak berbeda dengan hasil pada pengamatan pertumbuhan sebelum inokulasi patogen, dimana sebagian besar perlakuan dengan mikroba antagonis dan pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan semai. Perbedaan ini kemungkinan karena pada pengamatan tahap ini pertumbuhan juga sangat dipengaruhi keberadaan atau infeksi patogen.
Tabel 4. Efek kombinasi mikroba agens antagonis dan pupuk hayati terhadap berat basah dan berat kering bagian atas tanaman dan akar cabai pada 22 hari setelah inokulasi Rata-rata Rata-rata berat Rata-rata Rata-rata berat basah kering bagian berat Perlakuan berat basah bagian atas atas tanaman kering akar akar (g) tanaman(g) (g) (g) A :B. subtilis + Papulaspora + T. harzianum + A. chroococcum + P. 1,55 c 0,16 c 0,56 b 0,04 b cepacea B :B. subtilis + T. harzianum + A. 1,13 abc 0,11 abc 0,55 b 0,04 b chroococcum + P.cepacea C : Papulaspora + T. harzianum + A. chroococcum + P. cepacea
1,49 c
0,14 c
D : B. subtilis + Papulaspora + A. 1,00 abc 0,10 abc chroococcum + P. cepacea E : B. subtilis + A. chroococcum + 1,00 abc 0,09 abc P. cepacea F: Papulaspora + A.chroococcum + 1,15 abc 0,12 abc P. cepacea G :T. harzianum + A. chroococcum 1,04 abc 0,11 abc + P.cepacea H : Bakteri endofit B.subtilis 1,09 abc 0,10 abc I : Jamur endofit Papulaspora 1,01 abc 0,08 abc J : T. harzianum 0,56 ab 0,05 ab K : A. chroococcum 1,08 abc 0,10 abc L : P. cepacea 0,86 abc 0,08 abc M : Kontrol positif (+ patogen) 0,49 a 0,04 a N: Kontrol negatif (tanpa patogen) 1,35 bc 0,13 bc Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom nyata menurut uji Tukey HSD pada taraf 5%.
Diantara perlakuan yang diuji, hanya dua perlakuan yang secara nyata dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai setelah inokulasi patogen yaitu
0,57 b
0,04 b
0,40 ab
0,03 b
0,34 ab
0,02 ab
0,48 ab
0,04 b
0,32 ab
0,03 b
0,33 ab 0,02 ab 0,32 ab 0,02 ab 0,20 ab 0,01 ab 0,36 ab 0,02 ab 0,27 ab 0,02 ab 0,14 a 0,01 a 0,43 ab 0,03 ab yang sama tidak berbeda
perlakuan kombinasi semua mikroba antagonis dan mikroba pupuk hayati serta kombinasi antara jamur endofit, T. harzianum dan mikroba pupuk hayati 343
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
(Tabel 4). Peningkatan pertumbuhan pada perlakuan tersebut kemungkinan karena adanya beberapa mikroba agens antagonis dan pupuk hayati yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan juga karena intensitas penyakit yang relatif rendah. Pada perlakuan ini, pertumbuhan tanaman bahkan cenderung lebih baik daripada pada tanaman yang tidak diberi patogen (kontrol negatif). Dari hasil penelitian secara umum dapat diketahui bahwa kombinasi mikroba antagonis dan pupuk hayati cenderung dapat meningkatkan kemampuannya dalam meningkatkan pertumbuhan dan menekan penyakit. Ada beberapa kombinasi yang menunjukkan hasil yang relatif lebih baik. Namun demikian pemilihan kombinasi untuk pengembangan selanjutnya perlu mempertimbangkan berbagai hal diantaranya efisiensi terutama dalam penggunaan isolat antagonis. Penggunaan semua isolat mikroba antagonis yaitu B. substilis, Papulaspora dan T. harzianum memang cenderung menghasilkan efek yang relatif lebih baik, namun demikian sebenarnya perbedaannya dengan perlakuan yang hanya menggunakan B.substilis dan T. harzianum serta mikroba pupuk hayati relatif kecil atau tidak secara nyata. Selain itu, hal yang juga perlu dipertimbangkan adalah kemudahan untuk perbanyakannya. B.substilis dan T. harzianum, relatif lebih mudah dipebanyak daripada Papulaspora. Oleh karena itu, kombinasi yang akan digunakan untuk selanjutnya adalah kombinasi B yaitu B. substilis, T. harzianum yang dikombinasikan dengan mikroba pupuk hayati. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dari berbagai percobaan yang telah dilakukan dapat diambil simpulan antara lain: 1. Diantara isolat mikroba yang diuji hampir semua isolat kompatibel kecuali satu isolat bakteri yaitu bakteri endofit (antagonis) isolat PGA6 yang tidak
bersifat kompatibel dengan yang isolat bakteri yang lain dan Papulaspora sp. 2. Mikroba agens antagonis dan pupuk hayati yang diuji (kecuali isolat PGA6) dapat menghambat pertumbuhan R. solani sebesar 52.1 – 79.5 %. 3. Kombinasi mikroba antagonis dengan pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai serta menekan penyakit damping off sebesar 67,4 - 91,8 % . SARAN Kombinasi mikroba antagonis dan pupuk hayati yang terbaik dapat dikembangkan lebih lanjut formulasinya untuk mendukung sistem pertanian yang ramah lingkungan UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian yang dibahas dalam artikel ini merupakan bagian dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) Universitas Padjadjaran yang didanai oleh DP2M DIKTI Tahun 2014. Terimakasih disampaikan juga kepada Bu Nengsih dan Bu Wiwin yang telah membantu dalam penyiapan alat dan bahan. DAFTAR PUSTAKA Choure K and R.C. Dubey. 2012. Development of Plant Growth Promoting Microbial Consortium Based on Interaction Studies to Reduce Wilt Incidence in Cajanus cajan L. Var. Manak. World Journal of Agricultural Sciences 8 (1): 118-128 Damir, O., P. Mladen, S. Bozidar, and N. Srdan. 2011. Cultivation of the bacterium Azotobacter chroococcum for preparation of biofertilizers. African Journal of Biotechnology, 10(16), pp. 3104-3111. Available online at http://www.academicjournals.org/AJB. (diakses pada 22 Mei 2014). Firtiatin, B.N., T. Simarmata dan B. Joy. 2007b. Kajian Aplikasi Inokulan Bakteri Pelarut Fosfat Penghasil Fosfatase dan Fitase untuk 344
Noor I., Ai M., Pujawati S., Betty N. F. - Keefektifan Konsorsium Mikroba Agens Antagonis Pada Cabai
Meningkatkan Kelarutan Fosfor Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung pada Andisols. Laporan Penelitian. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Fitriatin, B,N. 2006. Analisis aktivitas fosfatase mikroba tanah dari rhizosfir tanaman pangan dan jati pada Ultisols. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Hindersah, R dan T. Simarmata. 2004. Potensi rizobakteri Azotobacter dalam meningkatkan kesehatan tanah. Jurnal Natur Indonesia, 5 (2) : 127-133. Hindersah, R., A.P. Hidayat, M. Arifin. 2009. Pengaruh Inokulasi Azotobacter terhadap Produksi dan Kandungan Kadmium Tajuk Selada yang ditanam di Andisols Terkontaminasi Kadmium. J. Agrikultura 20:171-175 Hindersah, R., B.N. Fitriatin, dan M.R. Setiawati. 2003. Azotobacter application in agricultural soil management. Proceeding International Conference on Environment and urban management. 491-498 Hindersah, R., M. Arifin, Y. Rudiwan. 2004. Pengaruh asam humat dan supernatan Azotobacter chroococcum dan asam humat terhadap pertumbuhan bibit selada (Lactuca sativa L.). Soilrens 6(464-469) Howell, C. R. 2003. Mechanisms employed by Trichoderma species in the biological control of plant diseases: The History and Evolution of Current Concepts. Plant Diseases, 87 (1) :4-10. Hyakumachi, M and Kubota, M. 2003. Fungi as plant growth promoter and disease suppressor. Pp. 101-110 In: Fungal Biotechnology in Agricultureal, Food and Environmental Application. Arora, D. K. (ed.) Marcel Dekker. Istifadah, N. and Cahyani R. A. P. 2009. Kemampuan jamur endofit akar cabai untuk menekan penyakit rebah semai (Rhizoctonia solani Kuhn) pada Cabai. Prosiding Seminar. Perhimpunan
Agronomi Indonesia, Bandung.Hlm: 277-280 Istifadah, N., T. Sunarto, D. Herdiyantoro. 2007. Pengembangan Formulasi Campuran Agen Biokontrol dalam Bahan Organik untuk Pengendalian Penyakit pada Tanaman Tomat. Laporan Penelitian Andalan Universitas Padjadjaran, Bandung. Istifadah, N., T. Sunarto, D. Herdiyantoro. 2008. Kemampuan kompos plus dalam menekan penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici) pada tanaman tomat.Agrikultura, 19 : 60-65. Kumar, V., A. Kumar and R.N. Kharwar. 2007. Antagonistic potential of fluorescent pseudomonads and control of charcoal rot of Chickpea caused by Macrophomina phaseolina. Journal of Environmental Biology : 28 (1) : 1520. Mali G.V. and M.G. Bodhankar Antifungal and Phytohormone Production Potential of Azotobacter chroococcum Isolates from Groundnut (Arachis hypogea L.)Rhizosphere, Asian J. Exp. Sci., 23 : 293-297 Nakkeeran, S., W. G. Dilantha Fernando and Z. A.Siddiqui. 2005. Rhizobacteria Formulations and Its Scope In Commercialization For The Management of Pests and Diseases In : PGPR: Biocontrol and Biofertilization, 257-296. Z.A. Siddiqui (ed.), Springer, Dordrecht, The Netherlands Sateesh G. and P. Sivasakthivelan. 2013. Studies On The Influence Of Bioinoculant Consortium On Chillies And Its Effects On Soil Health Management. International Journal of ChemTech Research. Vol.5, No.3, pp 1326-1328,
345