KEDUDUKAN HUKUM EKONOMI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF GLOBALISASI PERDAGANGAN Disusun oleh: Dr. Zulfi Diane Zaini, S.H., M.H.1
Abstrak Perkembangan dalam pembangunan nasional terutama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, secara umum memiliki keterkaitan antara regulasi/pengaturan sistem hukum dan pelaksanaan kegiatan perekonomian di Indonesia sebagai upaya untuk menjaga stabilitas sistem perekonomian di Indonesia yang kemudian akan berkorelasi dengan Hukum Ekonomi di Indonesia secara keseluruhan. Berangkat dari persoalan tersebut, sesungguhnya peranan politik hukum dalam konteks hukum ekonomi sangat memegang peranan yang strategis. Melalui pendekatan politik hukum, hukum ekonomi yang dibentuk setidaknya akan banyak memperhatikan kepada kepentingan nasional. Pengertian kepentingan nasional bukan berarti dimaknai dalam arti yang sempit, namun kepentingan nasional merupakan titik tolak dalam upaya memasuki dunia global. Dengan semangat nasionalisme ekonomi dalam era globalisasi, makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri. Demokrasi ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan, serta usahausaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat. Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggungjawab, akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
I. Latar Belakang
Kondisi ini tentu berlaku pula bagi Indonesia sebagai sebuah negara yang sedang giat-giatnya melakukan
Peranan hukum dalam pembangunan ekonomi suatu
pembangunan ekonomi. Apalagi, tatkala Indonesia
bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan
menyatakan diri dalam konstitusinya sebagai negara
keberadaannya. Sehingga sangat jelas, jika kondisi
hukum (rechtstaat). Dari sini tersirat pula bahwa
hukum suatu bangsa itu efektif, maka pembangunan
Indonesia menghendaki dua hal: Pertama, hukum
ekonomi pun akan mudah untuk dilaksanakan.
diharapkan dapat berfungsi; Kedua, dengan hukum
Namun, sebaliknya jika hukum tidak mampu berperan
dapat berfungsi, maka pembangunan ekonomi pun
secara efektif, maka dapat dipastikan akan berdampak
akan mudah untuk direalisasikan.
buruk terhadap pembangunan ekonomi. Sejalan dengan pemikiran tersebut, jika dikaji dari sisi politik hukum acapkali pembentukan hukum, 1
Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum dan Magister Hukum Universitas Bandar Lampung (UBL) dan saat ini juga sebagai Ketua Pusat Studi Hukum Perbankan - Universitas Bandar Lampung (PSHP - UBL)
khususnya hukum ekonomi tak selalu sinkron dengan harapan-harapan tersebut. Faktor yang menjadi
17
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
pemicu tidak adanya kesinkronan tersebut karena
Indonesia wajib dan harus berkomitmen penuh
banyak kepentingan yang berkembang dalam proses
terhadap pelaksanaan GATT/WTO, dimana komitmen
pembentukan hukum. Politik hukum yang berkembang
Indonesia tersebut diwujudkan dalam bentuk
antara lain adanya tarik menarik antara kepentingan
harmonisasi hukum nasional dengan hukum
nasional dan asing. Alhasil, hukum yang semula
internasional yang ada dalam forum GATT/WTO.
dijadikan sarana bagi pembangunan ekonomi nampaknya menjadi sia-sia, karena yang dikedepankan
Kehadiran hukum dalam masyarakat diantaranya
justru kepentingan asing yang dominan.
adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang
Perkembangan globalisasi ekonomi dan kerja sama
dapat saling tumpah tindih satu sama lain dan oleh
ekonomi di dunia internasional sedikit banyak telah
hukum diintegrasikan sedemikian rupa sehingga
menggambarkan adanya permasalahan di bidang
permasalahan tumpang tindih peraturan dapat ditekan
hubungan ekonomi, antara lain upaya pengaturan
sekecil-kecilnya. Pengorganisasian kepentingan-
yang dilakukan oleh negara ataupun pelaku ekonomi
kepentingan tersebut dilakukan dengan membatasi
di negara maju. Upaya pengaturan dapat dilihat baik
dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut.
secara global melalui World Trade Organization
Memang, dalam suatu lalu lintas kepentingan,
(selanjutnya disingkat dengan WTO), regional melalui
perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan
berbagai kerja sama dalam satu kawasan, serta
tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara
bilateral melalui berbagai kerjasama bilateral, ternyata
membatasi kepentingan di lain pihak.
tidak mengurangi munculnya berbagai penyimpangan dari norma-norma yang telah disepakati.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka merupakan suatu keharusan bagi suatu negara tatkala
Selanjutnya, dalam perkembangan globalisasi ekonomi
merumuskan suatu peraturan perundang-undangannya
membawa dampak pada globalisasi hukum. Pada saat
senantiasa memperhatikan pada aspek kepentingan
Indonesia meratifikasi Persetujuan Pendirian Organisasi
nasional (national interests). Untuk dapat mencapai
Perdagangan Dunia (Agreement Establising the World
hal tersebut, maka faktor politik hukum akan sangat
Trade Organization) melalui Undang-Undang Nomor
menentukan. Bagi beberapa negara pola pemikiran
7 Tahun 1994 (untuk selanjutnya disingkat dengan
ini menjadi sarana yang cukup efektif. Sebagai contoh,
UU No. 7 Tahun 1994), maka seketika itu pula Indonesia
misalnya dalam kasus civil disorder, Pemerintah
sudah masuk kepada apa yang disebut dengan
Australia telah mengaturnya dalam Defence act 1993.
“globalisasi”.
Sikap Pemerintah Australia melindungi negaranya dalam keadaan apapun termasuk keadaan yang
Globalisasi yang dimaksud merupakan globalisasi
disebut dengan civil disorder.
yang masuk pada setiap aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, politik, bahkan sampai budaya.
Akan tetapi sebaliknya di Indonesia, fenomena
Dari sisi hukum keikutsertaan Indonesia dalam forum
tersebut tidak dapat ditemukan. Keberadaan
General Agreement on Tariffs and Trade/World Trade
peraturan perundang-undangan hanya sebatas aturan
Organization (untuk selanjutnya disingkat dengan
normatif yang kering dengan semangat kepentingan
GATT/WTO) akhirnya melahirkan istilah yang disebut
nasional. Kalaupun Indonesia mempunyai peraturan
“Globalisasi Hukum’.
perundang-undangan yang menonjol justru semangat kepentingan negara-negara di luar (negara-negara
Dengan diratifikasinya Persetujuan Pendirian Organisasi
maju). Hal tersebut dapat dirasakan terutama terkait
Perdagangan Dunia beserta lampirannya oleh
dengan peraturan hukum ekonomi yang ada di
Indonesia, memberi konsekuensi hukum bahwa
Indonesia.
18
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Berangkat dari persoalan tersebut, maka
Indonesia sendiri bukan malah sebaliknya bangsa lain
sesungguhnya peranan politik hukum dalam konteks
menikmati hasil dari pembentukan hukum tersebut.
hukum sangat memegang peranan yang sangat
Dengan kenyataan itu, sudah sewajarnya apabila
strategis. Melalui pendekatan politik hukum, maka
pemerintah dalam menjalankan orientasi politik hukum
hukum yang dibentuk setidaknya akan banyak
lebih mengedepankan pembentukan instrumen-
memperhatikan kepada kepentingan nasional.
instrumen hukum yang terkait dengan permasalahan
Pengertian kepentingan nasional bukan berarti
tersebut.
dimaknai dalam arti yang sempit, namun kepentingan nasional merupakan titik tolak dalam upaya memasuki
Selanjutnya dapat dijelaskan Hukum Ekonomi
dunia global.
berkaitan dengan berbagai aktivitas ekonomi, mempunyai ruang lingkup pengertian yang luas dan
Kebijakan pembangunaan ekonomi negara-negara
meliputi semua persoalan yang berkaitan dengan
berkembang telah berubah secara drastis sejak Tahun
hubungan antara hukum dan kegiatan-kegiatan
1980-an. Hampir semua negara berkembang
ekonomi. Salah satu ciri penting dari Hukum Ekonomi,
menggeser kebijakan-kebijakan ekonomi mereka ke
adalah adanya keterlibatan Negara/Pemerintah dalam
arah liberalisasi yang lebih besar dan kepercayaan
pengaturan berbagai kegiatan perdagangan, industri,
yang lebih besar pada mekanisme pasar melalui
dan keuangan. Dalam hal Pemerintah ikut campur
serangkaian reformasi ekonomi berorientasi pasar.
pada urusan yang semula bersifat pribadi untuk
Nyaris di segala penjuru dunia, negara-negara
mencapai tujuan Negara yaitu : Keadilan dan
berkembang mulai mengadopsi kebijakan-kebijakan
Kemakmuran.
yang dimaksudkan untuk merestrukturisasi peran negara dalam perokonomian, dengan meliberalisasi
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam upaya
perdagangan domestik dan meliberalisasi regulasi
melakukan perkembangan dalam pembangunan
investasi, serta dan untuk menswastakan perusahaan-
nasional terutama yang berkaitan dengan
perusahaan milik negara.
pembangunan ekonomi, secara umum dapat dijelaskan bahwa keterkaitan antara regulasi/pengaturan sistem
Berbagai reformasi kebijakan tersebut nyaris
dan pelaksanaan kegiatan perekonomian di Indonesia
menggantikan secara keseluruhan semua kebijakan
sebagai upaya untuk menjaga stabilitas sistem
sebelumnya yang mendominasi negara-negara
perekonomian di Indonesia akan berkorelasi pula
berkembang dari Tahun 1950-an hingga Tahun 1970-
dengan Hukum Ekonomi secara keseluruhan.
an. Reformasi yang mengensampingkan nasionalisme ekonomi dari perbendaharaan kata negara-negara
Dengan demikian, konsep dasar pemikiran Hukum
itu, mengurangi peran eksesif negara dalam
Ekonomi Pembangunan Indonesia adalah Ekonomi
perokonomian, dan menghentikan kecenderungan
Indonesia dalam arti pembangunan dan peningkatan
pada pembangunan di Dunia Ketiga. Dalam hal ini
ketahanan ekonomi nasional secara makro.
reformasi didasarkan pada premis kebijakan-kebijakan
Sedangkan dasar pemikiran Hukum Ekonomi Sosial
memandang keluar yang dirancang untuk
adalah kehidupan Ekonomi Indonesia yang
mengintegrasikan perekonomian ke dalam pasar
berperikemanusiaan dan pemerataan pendapatan,
global, utamanya ketika strategi-strategi berorientasi
dimana setiap Warga Negara Indonesia berhak atas
ekspor menggantikan industrialisasi substitusi impor.
kehidupan dan pekerjaan yang layak. Dalam hubungan tersebut, maka segala usaha pembangunan
Dari prinsip kepentingan nasional ini maka pemerintah
ekonomi Indonesia bertujuan untuk menciptakan
mengambil langkah strategis dalam upaya meraup
kesejahteraan tiap-tiap dan masing-masing Warga
manfaat ekonomi agar dapat dirasakan oleh bangsa
Negara Indonesia, sehingga pembangunan ekonomi
19
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Indonesia harus menjunjung tinggi hak-hak hidup manusia yang
nomokrasi tersebut dapat dibandingkan dengan
azasi.2
“demos” dan “cratos” atau “kratien” dalam istilah demokrasi. “Nomos” berarti norma, sedangkan “cratos” adalah kekuasaan.7 Selanjutnya, sebagai faktor
II. Konsepsi Hukum dan Hukum Ekonomi Indonesia
penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah Hukum, menurut Mochtar Kusumaatmadja, jika
norma atau hukum. Karena itu, istilah nomokrasi
diartikan dalam arti yang luas, maka hukum tidak
tersebut berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum
saja merupakan keseluruhan azas-azas dan kaidah-
atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi.
kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat melainkan meliputi lembaga-lembaga
Indonesia sebagai Negara hukum (Rechtsstaat/the
(institutions) dan proses-proses (process) yang
rule of law), sebagaimana yang telah ditegaskan
mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah tersebut dalam
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (Amandemen ke 4)
kenyataan.3 Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa
bahwa Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagaimana
dimana ada masyarakat, disana ada hukum. Dengan
diketahui bahwa ide dasar negara hukum Indonesia
demikian suatu unsur pokok dalam hukum adalah
tidaklah terlepas dari ide dasar tentang ‘rechtsstaat”
bahwa hukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan
atau Negara Hukum yang dianut oleh Belanda yang
manusia, dimana manusia hidup dalam suatu
meletakkan dasar perlindungan hukum bagi rakyat
komunitas yang disebut dengan
masyarakat.4
pada asas legalitas, yaitu semua harus bersifat positif, hal tersebut berarti hukum harus dibentuk secara sadar.8
Tujuan utama hukum adalah untuk mewujudkan ketertiban (order). Tujuan tersebut sejalan dengan fungsi utama hukum, yaitu mengatur. Ketertiban
Dalam suatu rechtsstat yang modern, fungsi peraturan
merupakan syarat dasar bagi adanya suatu masyarakat.
perundang-undangan bukanlah hanya memberikan
Kebutuhan akan ketertiban merupakan fakta dan
bentuk kepada nilai-nilai dan norma-norma yang
kebutuhan objektif bagi setiap masyarakat
manusia.5
berlaku dan hidup dalam masyarakat, dan Undang-
Para penganut teori hukum positif menyatakan
Undang bukanlah hanya sekedar produk fungsi negara
“kepastian hukum” sebagai tujuan hukum, dimana
di bidang pengaturan. Selanjutnya, peraturan
ketertiban atau keteraturan, tidak mungkin terwujud
perundang-undangan adalah salah satu metoda dan
tanpa adanya garis-garis perilaku kehidupan yang
instrumen ampuh yang tersedia untuk mengatur dan
pasti. Keteraturan hanya akan ada jika ada kepastian
mengarahkan kehidupan masyarakat menuju cita-
dan untuk adanya kepastian hukum haruslah dibuat
cita yang diharapkan. Dalam praktik memang demikian
dalam bentuk yang pasti pula (tertulis).6
yang dilakukan oleh pembentuk Undang-Undang, karena saat ini kekuasaan pembentuk Undang-Undang
Ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep
adalah terutama memberikan arah dan menunjukkan
“rechsstaat” dan “the rule of law”, juga berkaitan
jalan bagi terwujudnya cita-cita kehidupan bangsa
dengan konsep “nomocracy” yang berasal dari
melalui hukum yang dibentuknya.9
perkataan “nomos” dan “cratos”. Adapun perkataan
2
CFG. Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1988, hlm. 50.
3
Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991, hlm. 1
4
Ibid.
5
Lili Rasjidi dan IB. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hlm. 127.
6
Ibid.
20
7
Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Makalah, Jakarta, 2004, hlm.1.
8
Chairijah, Peran Program Legislasi Nasional Dalam Pembangunan Hukum Nasional, Makalah disampaikan pada Pelatihan Penyusunan dan Perancangan Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jakarta, 2008.
9
Endang Sutrisno, Bunga Rampai : Hukum Dan Globalisasi, Genta Press, Yogyakarta, 2007, hlm. 104-105.
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Dalam kaitannya dengan pembangunan hukum,
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
Pancasila dapat disebut sebagai bingkai dari Sistem
layak bagi kemanusiaan. Pasal 33 berbunyi :
Hukum Pancasila, sebuah sistem yang khas di
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
Indonesia dan berbeda dari sistem hukum negaranegara lain. Meski belakangan banyak pihak yang merasa tidak efektif untuk menyebut Sistem Hukum Pancasila sebagai sebuah sistem hukum yang khas, namun harus ada keberanian untuk mengangkatnya kembali sebagain paradigma dalam pembangunan hukum Indonesia. Satjipto Rahardjo, menyebut bahwa hukum Pancasila mencerminkan kekhasan bangsa
berdasar atas asas kekeluargaan; 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasasi oleh Negara; 3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; 4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
Indonesia yang penuh dengan sikap kekeluargaan
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
dan gotong royong yang karenanya memang berbeda
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
dengan sistem hukum yang
lain.10
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan dan kesatuan
Sistem Hukum Pancasila berbeda dari Sistem Hukum Eropa Kontinental yang hanya menekankan pada legisme, civil law, administrasi, kepastian hukum, dan
ekonomi nasional; 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur dalam Undang-Undang;
hukum-hukum tertulis yang negara hukumnya disebut Rechtstaat. Sistem hukum Pancasila juga berbeda
Selanjutnya, dalam bab penjelasan dari Pasal 33 UUD
dengan sistem hukum Anglo Saxon yang hanya
1945 Bab Kesejahteraan Sosial, dinyatakan bahwa
menekankan pada peranan yudisial, common law,
demokrasi ekonomi adalah produksi yang dikerjakan
dan substansi keadilan yang negara hukumnya disebut
oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau
dengan the Rule of Law.11
penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat diutamakan, bukan kemakmuran orang
Sejarah sistem ekonomi Pancasila sebenarnya adalah
seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai
sejarah Republik Indonesia. Ekonomi Pancasila setua
usaha bersama berdasar atas usaha kekeluargaan.
Republik ini karena lahir dalam jantung bangsa lewat
Bentuk perusahaan yang sesuai dengan itu adalah
Pancasila dan UUD-45 beserta tafsirannya. Karena
koperasi.
itu, sistem ekonomi Pancasila bersumber langsung dari Pancasila khususnya sila kelima, yaitu : Keadilan
Dalam pembangunan hukum nasional dibutuhkan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan amanat Pasal
kesamaan pemahaman terhadap tujuan yang ingin
27 ayat (2), 33-34 UUD-45 (Amandemen ke 4).
dicapai, sehingga pembangunan hukum yang
Sila kelima ini menjelaskan bahwa semua orientasi
dilakukan oleh berbagai pihak dapat bersinergi
berbangsa dan bernegara politik ekonomi, hukum,
mencapai tujuan yang disepakati secara nasional.
sosial dan budaya, adalah dijiwai semangat keadilan
Selanjutnya, pembinaan hukum nasional diarahkan
menyeluruh dan diperuntukkan bagi seluruh rakyat
untuk mencapai tujuan terbentuk dan berfungsinya
Indonesia. Khusus dalam hal ekonomi diperjelas lagi
sistem hukum nasional,12 demikian pula yang terdapat
dalam Pasal 27 ayat (2) berbunyi; tiap-tiap warga
dalam pengaturan hukum ekonomi khususnya yang
10 Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 7. 11 Ibid.
12 Ady Kusnadi, Penelitian Hukum Sebagai Sarana Pembangunan Hukum Bisnis Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional, (Pembangunan Hukum Bisnis Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional), FH-UNPAD, 2008, hlm. 189.
21
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
berkaitan dengan pengaturan semua kegiatan
Dalam perkembangannya Hukum Ekonomi Indonesia
perekonomian di Indonesia.
kemudian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan Hukum perdagangan internasional yang
Guna mewujudkan perekonomian yang kokoh di
merupakan bidang hukum yang berkembang dengan
Indonesia dan pembangunan hukum ekonomi, perlu
cepat, dan ruang lingkupnya pun cukup luas.
diadakan penyesuaian dalam berbagai kebijakan dan
Hubungan-hubungan dagang yang sifatnya lintas
peraturan perundang-undangan di bidang ekonomi
batas dapat mencakup banyak jenisnya, dari
dan moneter yang selama ini telah ditempuh oleh
bentuknya yang sederhana, yaitu dari barter, jual beli
negara Indonesia. Kebijakan moneter yang merupakan
barang atau komoditi (produk-produk pertanian,
salah satu kebijakan penting dari kebijakan
perkebunan dan sejenisnya), hingga hubungan atau
pembangunan ekonomi nasional harus lebih diarahkan
transaksi perdagangan yang kompleks.
kepada upaya untuk menciptakan dan menjaga stabilitas moneter. Selanjutnya, pembangunan ekonomi
Kompleksnya hubungan atau transaksi perdagangan
akan sangat berpengaruh pada perkembangan hukum
internasional tersebut, paling tidak disebabkan oleh
dan perkembangan bidang ekonomi tidak akan
adanya jasa teknologi (khususnya teknologi informasi)
terlaksana dengan baik tanpa dilandasi oleh peraturan
sehingga transaksi-transaksi dagang semakin
perundangan-undangan yang baik. Pembangunan
berlangsung dengan cepat. Batas-batas negara bukan
hukum berkaitan erat dengan pembangunan pada
lagi menjadi halangan dalam bertransaksi. Bahkan
umumnya dan khususnya bagi pembangunan
dengan pesatnya tekologi, dewasa ini para pelaku
ekonomi.13
dagang tidak perlu mengetahui atau mengenal siapa rekanan dagangnya yang berada jauh di belahan
Di Indonesia konsepsi pembaharuan hukum yaitu
bumi lain. Hal ini tampak dengan lahirnya transaksi-
hukum sebagai sarana pembaharuan dalam
transaksi yang disebut dengan e-commerce.15
pembangunan masyarakat (Mochtar Kusumaatmadja, yang diilhami oleh konsep “law as a tool of social
Menurut Huala Adolf, terdapat keterkaitan yang erat
engineering” Roscoe Pound) telah memberikan peran
antara hukum perdagangan internasional dengan
penting kepada hukum dalam pembangunan,
hukum internasional publik, dimana sekilas tampak
khususnya pembangunan ekonomi. Konsepsi hukum
bahwa dampak dan pengaruh hukum internasional
sebagai sarana pembaharuan dan pembangunan
publik tersebut tidak langsung. Namun demikian,
masyarakat, hukum harus tampil di depan dan
pengaruh ini dapat berdampak cukup luas terhadap
memberi arah dalam pembaharuan dan pembangunan.
beberapa aspek dari hukum perdagangan internasional.
Pembangunan hukum harus dapat mengantisipasi
Hal ini disebabkan karena hukum internasional publik
pembangunan masyarakat ke depan. Dengan
dalam beberapa hal telah membentuk dan sedang
demikian pembaharuan hukum dan pembentukan
dalam proses pembentukan ketentuan-ketentuan
hukum harus melihat ke depan, pembentukan hukum
yang mengatur aspek-aspek perdata dari transaksi
tidak boleh hanya untuk kepentingan hari ini tetapi
perdagangan internasional.16
harus memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi untuk waktu yang akan datang seiring dengan perkembangan masyarakat dan
teknologi.14
The General Agreement on Tariff and Trade (GATT) atau disebut dengan Persetujuan Umum mengenai
13 Djuhaendah Hasan, Fungsi Hukum Dalam Perkembangan Ekonomi Global, Bahan Ajar dan Materi kuliah, Bandung, 2008, hlm. 23.
15 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 1.
14 Ibid, hlm. 24
16 Huala Adolf, Ibid, hlm. 12
22
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Tarif dan Perdagangan adalah suatu perjanjian internasional di bidang perdagangan internasional
III. Hukum Ekonomi Indonesia Dalam Perspektif Globalisasi Perdagangan
yang mengikat lebih dari 120 negara. Dimana keseluruhan Negara ini memainkan peranan sekitar
Sistem Ekonomi Pancasila adalah “aturan main”
90 persen dari produk dunia.
kehidupan ekonomi atau hubungan hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan
GATT dibentuk pada Bulan Oktober Tahun 1947,
pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan akhir
sementara lahirnya WTO pada Tahun 1994 membawa
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
2 (dua) perubahan yang cukup penting bagi GATT,
Indonesia. Etika Pancasila adalah landasan moral dan
yaitu pertama WTO mengambil alih GATT dan
kemanusiaan yang dijiwai semangat nasionalisme
menjadikannya salah satu lampiran aturan WTO.
(kebangsaan) dan kerakyatan, yang kesemuanya
Kedua, prinsip-prinsip GATT menjadi kerangka aturan
bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
bagi bidang-bidang baru dalam Perjanjian WTO,
Intisari Pancasila (Eka Sila) menurut Bung Karno adalah
khususnya Perjanjian mengenai Jasa (General
gotong royong atau kekeluargaan, sedangkan dari
Agreement on Trade in Srevices), Perjanjian dalam
segi politik Trisila yang diperas dari Pancasila adalah
bidang Penanaman Modal (Trade Related Investment
Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme), sosio-
Measure’s, dan juga dalam Perjanjian mengenai
nasionalisme, dan sosiodemokrasi.
Perdagangan yang terkait dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (Trade Related Aspects of Intellectual
Praktik-praktik liberalisasi perdagangan dan investasi
Property Rights). Adapun tujuan dari persetujuan
di Indonesia sejak tahun delapanpuluhan bersamaan
GATT ini adalah untuk menciptakan suatu iklim
dengan serangan globalisasi dari negara-negara industri
perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi
terhadap negara-negara berkembang, sebenarnya
masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan liberalisasi
dapat ditangkal dengan penerapan sistem ekonomi
perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja, dan
Pancasila. Namun sejauh ini gagal karena politik
iklim perdagangan yang
sehat.17
ekonomi diarahkan pada akselerasi pembangunan yang lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi
Globalisasi ekonomi dapat dicirikan dengan semakin
tinggi ketimbang pemerataan hasil-hasilnya.19
terintegrasinya pasar dunia (market driven economic process), sebagai akibat dari pergerakan “bebas”
Pembangunan ekonomi sangat mempengaruhi tingkat
arus barang dan modal yang ditopang oleh aturan
kemakmuran suatu negara. Namun, pembangunan
perdagangan bebas yang semula didorong oleh GATT
ekonomi yang sepenuhnya diserahkan kepada
dan kemudian oleh WTO, serta diakselerasi oleh
mekanisme pasar tidak akan secara otomatis
penerapan kebijakan deregulasi dan restrukturisasi
membawa kesejahteraan kepada seluruh lapisan
ekonomi yang sifatnya mendunia. Fenomena globalisasi
masyarakat. Pengalaman negara maju dan
ekonomi dewasa ini semakin terasa, baik di tingkat
berkembang membuktikan bahwa meskipun
nasional, regional dan inter-regional, maupun pada
mekanisme pasar mampu menghasilkan pertumbuhan
tingkat global.18
ekonomi dan kesempatan kerja yang optimal, namun dalam perkembangannya negara-negara maju tersebut pada umumnya seringkali gagal menciptakan pemerataan pendapatan dan menuntaskan
17 Huala Adolf, Ibid, hlm. 98 18 Moch. Faisal Salam, Penyelesaian Sengketa Bisnis Secara Nasional Dan Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2007, hlm. 2-3.
19 Mubyarto, Ekonomi Pancasila : Gagasan dan Kemungkinan, LP3ES, Jakarta, 1981, hlm.1
23
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
permasalahan sosial.20 Hal inilah yang menjadi salah
memberikan ruang gerak bagi bekerjanya mekanisme
satu faktor mengapa negara-negara maju berusaha
pasar, yang diperlukan dalam suatu perekonomian.
mengurangi kesenjangan itu dengan menerapkan
Walau pencapaian efisiensi mestinya tidak
negara kesejahteraan (welfare state). Suatu sistem
meninggalkan unsur-unsur keadilan. Pentingnya
yang memberi peran lebih besar kepada negara
kemandirian dan keberlanjutan dalam perekonomian
(pemerintah) dalam pembangunan kesejahteraan
dimandatkan dalam Pasal 33 ayat (4) tersebut.23
sosial yang terencana, melembaga, dan
Pelaksanaan fungsi mensejahterakan masyarakat
berkesinambungan.21
diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan pembangunan seluas-luasnya yang meliputi segala segi kehidupan
Kegiatan intervensi negara tersebut juga meluas
termasuk kehidupan ekonomi.
sampai pada pengaturan terhadap berbagai aktivitas masyarakat, baik secara individual maupun badan-
Pada era global, pembangunan hukum ditandai
badan kolektif (corporate bodies) untuk maksud
dengan kecenderungan tuntutan kebutuhan pasar
mengubah kondisi hidup dan kehidupan individu dan
yang dewasa ini semakin mengglobal. Dalam kondisi
kelompok penduduk secara relatif
cepat.22
Undang-
semacam itu, produk-produk hukum yang dibentuk
Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Indonesia,
lebih banyak bertumpu pada keinginan pemerintah,
baik sebelum ataupun setelah diamandemen,
karena tuntutan pasar. Tuntutan kebutuhan ekonomi
mengamanatkan negara kesejahteraan sebagai cita-
telah mampu menimbulkan perubahan-perubahan
cita dari pendiri bangsa yang dituliskan dalam
yang amat fundamental baik dalam hal fisik maupun
pembukaan ataupun batang tubuh UUD 1945. Sistem
sosial politik dan budaya yang mampu melampaui
perekonomian Indonesia dapat dilihat dalam bab yang
pranata-pranata hukum yang ada. Produk hukum
memuat perekonomian nasional dan kesejahteraan
yang ada lebih mengarah pada upaya untuk memberi
rakyat yang dicantumkan dalam Bab XIV Pasal 33
arahan dalam rangka menyelesaikan konflik yang
dengan judul ”Perekonomian Nasional dan
berkembang dalam kehidupan ekonomi.24
Kesejahteraan Rakyat”. Pembangunan hukum yang tertuju pada kehidupan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 amandemen ke empat
perekonomian pada era global harus mampu
(4) dijelaskan : Perekonomian nasional diselenggarakan
mengarah dan memfokuskan pada aturan-aturan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
hukum yang diharapkan mampu memperlancar roda
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
dinamika ekonomi dan pembangunan yang tidak
berwawasan lingkungan, kemadirian, serta dengan
melepaskan diri dari sistem demokrasi ekonomi
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Apabila dilihat dari isi Pasal 33 ayat (4) tersebut terdapat unsur efisiensi berkeadilan, sehingga dapat
20 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 23. 21 SF Marbun, dkk, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2001, hlm. 59. 22 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Ichtiar BaruVan Hoeve, Jakarta, 1994, hlm. 223.
24
23 Pasal 33 UUD 1945 : 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. 3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam Undang-Undang. 24 Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, LP3IS, Jakarta, 2001, hlm 9.
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
dengan mengindahkan akses rakyat untuk mencapai
budaya, ekonomi, politik, teknologi, maupun
efisiensi dan perlindungan kepada masyarakat
lingkungan.25 Sejalan dengan definisi globalisasi
khususnya masyarakat ekonomi golongan kecil.
di atas, maka ada dua ciri utama globalisasi yaitu :
Di era global eksistensi hukum dipandang penting
1) Peningkatan konsentrasi dan monopoli berbagai
sebab perubahan di berbagai bidang menuntut adanya
sumber daya dan kekuatan ekonomi oleh
norma atau rule of law, yang dapat memberikan
perusahaan-perusahaan transnasional maupun
arahan pada cita-cita mulia sebagaimana pertama
oleh perusahaan-perusahaan global. Jika dulu
kali ide liberalisasi perdagangan lahir, yang
sebuah perusahaan multinasional hanya
menghendaki adanya pemerataan ekonomi dan
mendominasi sebuah produk, maka pada saat ini
menyejahterakan masyarakat dunia yang selama ini
sebuah perusahaan transnasional yang besar
dianggap tidak adil akibat praktik kolonialisme.
secara khusus memproduksi dan menjual berbagai macam produk, pelayanan, dan bidang-bidang
Tanpa aturan hukum yang jelas globalisasi akan
yang semakin beragam. Bahkan diprediksikan jika
berubah menjadi pasar bebas, sebab yang akan
perusahaan-perusahaan transnasional ini semakin
menguasai ekonomi dan mekanisme pasar adalah
beragam produk yang dihasilkannya tergantung
pihak-pihak yang tergolong kuat. Jika ini fakta yang
pada permintaan pasar di Negara-negara tempat
terjadi, maka globalisasi hanya akan melahirkan era
perusahaan tersebut beroperasi.
kolonialisme baru. Hal ini berakibat pada adanya tarik menarik kepentingan global yang dimainkan oleh Negara-negara industri maju, lembaga keuangan
2) Dalam kebijakan dan mekanisme pembuatan kebijakan nasional.
internasional seperti WTO, Bank Dunia maupun IMF sebagai aktor-aktor globalisasi, dengan kepentingan
3) Kebijakan-kebijakan nasional (yang meliputi
yang berakar pada kepentingan nasional yang harus
bidang-bidang sosial, ekonomi, budaya dan
bertumpu di landasan nilai-nilai kearifan lokal sebagai
teknologi) yang sekarang ini berada dalam
nilai-nilai yang dikandung dalam pandangan hidup
yurisdiksi suatu pemerintah dan masyarakat dalam
bangsa dan ideologi bangsa yaitu Pancasila, sehingga
suatu wilayah Negara bangsa bergeser menjadi
diharapkan tidak ada lagi yang terabaikan hak-hak
di bawah pengaruh atau diproses badan-badan
dan kepentingan.
internasional atau perusahaan besar serta pelaku ekonomi, keuangan internasional.26
Kondisi dunia yang berubah sangat cepat menimbulkan implikasi yang sangat kompleks yaitu munculnya
Globalisasi merupakan karakteristik hubungan antara
interdependensi dalam hampir seluruh dimensi
penduduk bumi yang melampaui batas-batas
kehidupan yang menimbulkan isu-isu yang lebih
konvensional seperti, bangsa dan Negara.
bermuatan dimensi global terutama dibidang
Interdependensi telah menimbulkan proses globalisasi
perdagangan dan perekonomian dunia, lingkungan
semakin kuat, sehingga secara tidak langsung dunia
hidup, kemiskinan, dan keamanan dunia.
seolah-olah seperti perkampungan besar.
Ranah global dalam dimensi kehidupan telah beranjak pada suatu era yang disebut globalisasi. Yang dimaksud dengan globalisasi adalah: Suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam
25 Budi Winarno, Globalisasi Wujud Imperialisme Baru Peran Negara Dalam Pembangunan, Tajidu Press, Jogjakarta, 2004, hlm. 39. 26 Martin Khor, Globalisasi Perangkat Negara-negara Selatan, Cidelaras Pustaka Rakyat Cedas, Jogjakarta, 2002, hlm. 11-12.
25
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka
cita-cita membangun Negara Kesejahteraan, di dunia
globalisasi selalu berkaitan dengan saling berhubungan,
ini sekarang dan ke depan liberalisme ekonomi dengan
terintegrasi, dan saling keterkaitan. Kebijakan yang
ciri ekonomi pasar bebas digunakan semakin luas.
diambil oleh pemerintah tidak dapat dihindari dari
Namun dalam Negara kesejahteraan meskipun prinsip-
adanya intervensi pelaku-pelaku globalisasi yaitu
prinsip ekonomi pasar diberlakukan kesejahteraan
perusahaa-perusahaan multinasional, lembaga
menjadi unsur penting tujuan bernegara. Hal
keuangan internasional, dan jaringan lembaga
tersebutlah yang membedakan dengan Negara yang
internasional seperti WTO. Sehingga regulasi yang
menganut ekonomi pasar murni, dimana kesejahteraan
dibentuk dalam peraturan perundang-undangan
bersama sekedar menjadi hasil sampingan, bukan
sering kali dipengaruhi nilai-nilai yang bermuatan
tujuan.
liberalisme. Namun demikian norma hukum yang dibentuk tetap harus mengacu pada pandangan
Penekanan yang harus mendapatkan perhatian adalah
hidup berbangsa dan bernegara idiologi Negara.
bahwa pengembangan dalam ilmu hukum Indonesia, pada akhirnya tidak hanya sekedar alih pengetahuan
Setiap Negara membutuhkan landasan filosofis
tentang hukum dan bukan pula sekedar pelatihan
berbangsa dan bernegara. Atas landasan filosofis
ketrampilan untuk menjalankan hukum tetapi juga
tersebut disusunlah visi, misi, dan tujuan Negara.
termasuk di dalamnya pendidikan nilai-nilai yang
Landasan filosofis Negara Indonesia adalah Pancasila.
menjadi basis sistem hukum nasional yang hendak
Untuk itu Pancasila harus dilihat secara utuh sebagai
dibangun dan bagi Indonesia nilai-nilai tersebut adalah
suatu national guideness serta national standard,
nilai-nilai Pancasila.
norm and principles yang di dalamnya juga memuat sekaligus human rights dan human responsibility,
Nilai-nilai Pancasila akan tetap lestari, bila tidak
yang pada sisi lain Pancasila juga berguna sebagai
kehilangan eksistensinya dalam sejarah kehidupan
margin of appreciation27, sebagaimana yang juga
berbahasa dan bernegara, sehingga tidak kehilangan
harus diimplementasikan dalam pelaksanaan Hukum
maknanya. Dalam gerak dinamika perkembangan
Ekonomi di Indonesia. Selanjutnya hukum ekonomi
masyarakat harus mampu mengaplikasikan nilai-nilai
di Indonesa dalam wujud Margin of Appreciation
Pancasila sebagai produk luhur yang dapat dijadikan
dijadikan tolak ukur bagi pembenaran terhadap
pedoman tatanan berbangsa.
norma-norma hukum yang diberlakukan sehingga nilai utama Pancasila sebagai Ideologi bangsa yaitu
Pemerintah Indonesia harus berhati-hati dalam memilih
kebersamaan dengan bentuk ideal kebersamaan hidup
dan melaksanakan strategi pembangunan ekonomi.
bermasyarakat, adalah masyarakat kekeluargaan,
Ada peringatan “teoritis” bahwa ilmu ekonomi
sehingga dalam bidang ekonomi, ideologi Pancasila
Neoklasik dari Barat memang cocok untuk
menghendaki kebersamaan (kekeluargaan Demokrasi
menumbuhkembangkan perekonomian nasional,
Ekonomi Pasal 33 UUD 1945), yang diwujudkan
tetapi tidak cocok atau tidak memadai untuk mencapai
melalui Negara Kesejahteraan.
pemerataan dan mewujudkan keadilan sosial. Amanah Pancasila yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
Dalam dunia yang makin menempatkan liberalisme
rakyat Indonesia yang seharusnya dijadikan pedoman
sebagai arus utama pemikiran untuk mendatangkan
mendasar dari setiap kebijakan pembangunan
kesejahteraan, Indonesia bergerak semakin jauh dari
ekonomi dan pengembangan Hukum Ekonomi. Nilai-nilai Pancasila yang relevan dan perlu diacu adalah sila terakhir, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
27 Muladi, Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Hukum Indonesia (Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis ke40 Universitas Pancasila), Jakarta 7 Desember 2006, hlm. 11-12.
26
Indonesia. Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral.
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Semangat nasionalisme ekonomi dalam era globalisasi
pidana korupsi serta mampu menangani dan
menunjukkan makin jelas adanya urgensi terwujudnya
menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait
perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan
kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).
mandiri. Demokrasi ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan, serta usaha-usaha kooperatif
Pembangunan hukum dilaksanakan melalui
menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan
pembaharuan materi hukum, dengan tetap
masyarakat. Keseimbangan yang harmonis, efisien,
memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang
dan adil, antara perencanaan nasional dengan
berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk
desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas,
meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum,
dan bertanggungjawab, perlu untuk mewujudkan
penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia, kesadaran
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan
Sebagaimana terjadi pemerintah Orde Baru yang
keadilan dan kebenaran, ketertiban dan kesejahteraan
sangat kuat dan stabil, memilih strategi pembangunan
dalam rangka penyelenggaraan negara yang tertib,
berpola “konglomeratisme” yang menomorsatukan
teratur, lancar serta berdaya saing global.
pertumbuhan ekonomi tinggi dan hampir-hampir mengabaikan pemerataan. Hal inilah yang merupakan
Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan Pasal 33
strategi yang berakibat pada “terjadinya krisis
ayat (4) UUD 1945, Perekonomian Nasional
moneter” yang terjadi pada Tahun 1997 saat awal
diselenggarakan berdasar atas Demokrasi Ekonomi
reformasi politik, ekonomi, sosial, dan moral.
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
Sebagaimana yang dihadapi dunia saat ini, dengan
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
adanya krisis keuangan global telah mengakibatkan
kesatuan ekonomi nasional. Untuk itu mengacu pada
sistem hukum ekonomi di beberapa negara tidak
Pasal 33 ayat (4) UUD 1945, maka Sistem Ekonomi
dapat menjalankan fungsi dan perannya secara efektif.
di Indonesia yang cocok dan efektif dapat digunakan
Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan
untuk sekarang atau ke depan adalah Sistem ekonomi
dampak negatif terhadap stabilitas sistem keuangan
Kerakyatan yang berasas kekeluargaan, kedaulatan
dan mengancam kesinambungan perekonomian
rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukkan
nasional.
pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, dalam hal
Keberpihakan dan perlindungan ditujukan pada
reformasi hukum sebagai suatu upaya pembaruan
ekonomi rakyat yang sejak zaman penjajahan sampai
yang menyeluruh dan diperluas dengan rencana yang
70 tahun Indonesia merdeka selalu terpinggirkan.
dinyatakan dalam pembangunan jangka panjang,
Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi nasional
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
yang berkeadilan sosial adalah berdaulat di bidang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian
Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 maka sesuai
di bidang budaya.
dengan RPJP tersebut, pembangunan hukum diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan
Srategi pembangunan yang memberdayakan ekonomi
ekonomi yang berkelanjutan, mengatur permasalahan
rakyat merupakan strategi melaksanakan demokrasi
yang berkaitan dengan ekonomi, terutama dunia
ekonomi yaitu produksi dikerjakan oleh semua untuk
usaha dan dunia industri, serta terciptanya kepastian
semua dan di bawah pimpinan dan penilikan anggota-
investasi, terutama penegakan dan perlindungan
anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat lebih
hukumnya. Pembangunan hukum juga diarahkan
diutamakan jika dibandingkan dengan kemakmuran
untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak
orang seorang, maka kemiskinan tidak dapat
27
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan program
khususnya dalam implementasi pembentukan
pembangunan harus memberi manfaat pada
perundang-undangan dalam bidang hukum
masyarakat yang paling miskin dan paling kurang
ekonomi. Oleh karenanya harus digali kembali
sejahtera. Inilah pembangunan generasi mendatang
nilai-nilai ekonomi seperti antara lain: ekonomi
sekaligus memberikan jaminan sosial bagi masyarakat
kerakyatan, ekonomi pertanian, ekonomi pancasila,
yang paling miskin dan tertinggal.
dan lain-lain yang dilindungi oleh sistem hukum yang efektif dan secara keseluruhan difasilitasi
IV. Penutup A. Kesimpulan
dan didukung penuh oleh negara. B. Saran
Dalam pembangunan ekonomi di suatu negara,
Perlu dibentuk regulasi hukum ekonomi yang
secara khusus negara berkembang, hukum
dapat mewujudkan kemandirian ekonomi
memiliki peranan yang besar untuk turut memberi
Indonesia yang direfleksikan dalam bentuk aturan
peluang pembangunan ekonomi. Pelaksanaan
dan kebijakan yang protektif bagi pertumbuhan
roda pemerintahan yang demokratis, dengan
industri dalam negeri dan pengembangan ekonomi
menggunakan hukum sebagai instrumen untuk
lokal yang berbasiskan pada ekonomi kerakyatan
merencanakan dan melaksanakan program
dan mampu mengembangkan program-program
pembangunan yang komprehensif, akan membawa
konkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah
negara ini menuju masyarakat dengan tingkat
yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan
kesejahteraan yang di cita-citakan.
keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, ekonomi kerakyatan akan
Bagi Indonesia menciptakan persatuan,
mampu memberdayakan daerah atau rakyat dalam
menggalakkan pembangunan, dan mewujudkan
melakukan aktifitas ekonomi, sehingga lebih adil,
kesejahteraan harus dilakukan secara bersamaan.
demokratis, transparan, dan partisipatif. Selanjutnya
Kondisi tersebut, memberi peluang terciptanya
dalam ekonomi kerakyatan, Pemerintah Pusat
keharmonisan dalam pencapaian tujuan
(Negara) yang demokratis dapat berperan untuk
pembangunan hukum, khususnya hukum
menegakkan kepatuhan terhadap peraturan-
ekonomi. Dengan sistem hukum ekonomi yang
peraturan yang bersifat melindungi warga sehingga
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
memberikan kepastian hukum.
Pancasila dan UUD 1945, maka hukum dapat memberi pengaruh bagi warga negara untuk bekerja lebih giat lagi dan aktifitas ekonomi dilindungi dan di jamin oleh hukum, sehingga dengan sendirinya hasil kerja tersebut dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Sebagaimana yang dihadapi dunia saat ini, adanya krisis keuangan global telah mengakibatkan sistem hukum ekonomi di beberapa negara tidak dapat menjalankan fungsi dan perannya secara efektif. Hal tersebut membuktikan bahwa konsep ekonomi liberal dalam dunia global tidak dapat diterapkan secara utuh dan menyeluruh di Indonesia
28
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku : Budi Winarno, Globalisasi Wujud Imperialisme Baru Peran Negara Dalam Pembangunan, Tajidu Press, Jogjakarta, 2004. CFG. Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1988. Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991. Djuhaendah Hasan, Fungsi Hukum Dalam Perkembangan Ekonomi Global, Bahan Ajar dan Materi kuliah, Bandung, 2008. Endang Sutrisno, Bunga Rampai : Hukum Dan Globalisasi, Genta Press, Yogyakarta, 2007. Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Lili Rasjidi dan IB. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993. Martin Khor, Globalisasi Perangkat Negara-negara Selatan, Cidelaras Pustaka Rakyat Cedas, Jogjakarta, 2002. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, LP3IS, Jakarta, 2001. Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2007. Moch. Faisal Salam, Penyelesaian Sengketa Bisnis Secara Nasional Dan Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2007. Mubyarto, Ekonomi Pancasila : Gagasan dan Kemungkinan, LP3ES, Jakarta, 1981.
B. Peraturan Perundang-Undangan : Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Hasil Amandemen Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi GATT/WTO
C. Sumber Lain : Ady Kusnadi, Penelitian Hukum Sebagai Sarana Pembangunan Hukum Bisnis Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional, (Pembangunan Hukum Bisnis Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional), FH-UNPAD, 2008.
29
Buletin Hukum Kebanksentralan • Volume 12, Nomor 1, Januari - Juni 2015
Anwar Nasution, Makalah tentang Stabilitas Sistem Keuangan: Urgensi, Implikasi Hukum dan Agenda Ke Depan, dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII – BPHN, 2004. Chairijah, Peran Program Legislasi Nasional Dalam Pembangunan Hukum Nasional, Makalah disampaikan pada Pelatihan Penyusunan dan Perancangan Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jakarta, 2008. Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Makalah, Jakarta, 2004. Muladi, Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Hukum Indonesia (Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis ke-40 Universitas Pancasila), Jakarta 7 Desember 2006.
30