1
KECEMASAN PRAJURIT SEBELUM TINDAKAN OPERASI DI RS TENTARA Dodi Andrian¹, Yulia² 1.
2.
Program Studi Sarajana Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
*E-mail:
[email protected]
Abstrak Tindakan operasi atau pembedahan adalah pengalaman yang sulit dan menimbulkan kecemasan bagi hampir semua orang, karena semua kemungkinan buruk yang membahayakan pasien bisa terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan prajurit sebelum tindakan operasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitaif dengan desain cross sectional, dengan sampel 30 orang prajurit yang akan menjalani operasi di Rumah Sakit tentara di Jakarta yang dipilih dengan secara non random sampling. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan. Dengan hasil uji validitias dan reliabilitas menggunakan teknik korelasi Pearson didapatkan r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai α 0,852. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prajurit yang akan melaksanakan tindakan mengalami cemas ringan sebanyak 18 orang dan cemas sedang 12 orang. Hasil penelitian ini diharapkan akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan perioperatif pada prajurit. Kata kunci: kecemasan, preoperatif, prajurit.
Abstract Anxiety Levels among soldiers during the preoperative phase in Navy Hospital in Jakarta. Surgery is a difficult experience and could cause anxiety for most people, as of all the bad possibilities that might occur. This study explores anxiety levels among soldiers before surgical procedure. This is a descriptive quantitative research with a cross sectional design. Thirty soldiers who will undergo surgery were non randomly selected. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) was applied to measure anxiety level. With the results of validity and reliability using the Pearson correlation technique obtained r count was greater than r table and the value of α 0.852. The results showed that 18 soldiers experienced mild anxiety during the preoperative phase and 12 soldier had moderate anxiety. The results of this study are expected to improve the quality of perioperative nursing care for soldiers patients. Key word : anxiety, preoperative, soldier.
Pendahuluan Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien, karena semua kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan pasien. Sering kali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan akan kecemasan yang
mereka alami, seperti mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur tidak nyenyak. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan pembiusan.
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014
2
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif yang sangat menentukan kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik, biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat sangat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif (Potter & Perry,2006; Gruedemann, 2005). Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas Saat merasa cemas klien merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin punya firasat akan tertimpa malapetaka atau musibah, padahal klien tidak tahu kenapa emosi yang mengancam seperti itu terjadi. Pada pasien yang mengalami ansietas berat, dapat meningkatkan resiko pembedahan dan mengganggu kemampuan klien dalam memproses informasi yang diterima dan berespon dengan tepat terhadap instruksi yang diberikan (Kozier, et al, 2011; Videback, 2008). Dari hasil pengamatan peneliti selama bertugas di kamar operasi bahwa prajurit yang akan menjalankan tindakan operasi tidak pernah mengatakan takut atau khawatir terhadap tindakan operasi, namun beberapa kali peneliti mendapatkan wajah prajurit tampak tegang ataupun tekanan darah dan frekuensi denyut jantung yang meningkat.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Tujuan penggunaan desain penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan yang dialami prajurit sebelum tindakan operasi. Sampel pada penelitian ini adalah prajurit yang akan dilakukan tindakan operasi yang sesuai dengan kriteria inklusi. Yang termasuk dalam kriteria inklusi ini adalah prajurit yang berusia 22 tahun sampai 58 tahun dan prajurit yang akan mendapatkan tindakan operasi yang terencana (elektif). Yang termasuk pada kriteria eksklusi ini adalah prajurit yang terdiagnosa gangguan jiwa, dan prajurit yang mendapat terapi obat konvulsan. Teknik pengambilan sampel non random sampling. Pengambilan sampel diambil di ruang perawatan bedah rumah sakit tentara. Perhitungan besar sampel diambil berdasarkan rumus deskriftif kategorik (Notoatmodjo,2005) sebanyak 30 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama untuk mengidentifikasi data demografi pasien yang meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, dan jenis operasi. Bagian yang kedua adalah data kecemasan yang terdiri dari 6 pernyataan mengenai respon kecemasan. Daftar pernyataan pada kuesioner ini sudah tersusun dengan baik dan sudah matang dimana responden tinggal menceklist dalam memberikan jawabannya. Penilaian atau scoring berdasarkan skala likert yaitu 1-5 untuk masing-masing pernyataan dengan nilai total 6-30. Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner yang sudah baku the amsterdam preoperative anxiety and information scale (APAIS) (Kunthonluxamee & Laujisawat, 2009) yang terdiri dari 6 pernyataan. Kuesioner ini digunakan oleh peneliti karena keenam
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014
3
pernyataannya berhubungan langsung dengan rencana pembedahan dan pembiusan yang dihadapi responden. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan uji coba kuesioner yang bertujuan untuk mengukur validitas dan reabilitas. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk menjelaskan karakteristik dari responden dalam penelitian ini. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data karakteritik kategorik responden yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis operasi di sajikan dalam bentuk proporsi atau prosentase. Pendeskripsian masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan tabel yang diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Hasil Hasil penelitian ini menggambarkan karakteristik prajurit dan tingkat kecemasan prajurit yang akan dilaksanakan tindakan operasi atau preoperatif. Tabel 1. Karakteristik Prajurit (n=30) Karakteristik
Umur Jenis kelamin
Pendidikan
Jenis operasi
Jumlah
22 - 32 33 – 43 44 – 58 Laki-laki Perempuan SMP SMA D3 S1 Operasi kecil/ minor Operasi besar/ mayor
14 11 5 30 3 17 4 6 17 13
Pada tabel 1. Sebagian besar responden berusia antara 22-32 tahun yaitu 14 orang. Usia termuda yaitu 22 tahun dan tertua yaitu 58 tahun. Responden yang di dapat oleh
peneliti keseluruhan berjenis kelamin lakilaki (30 orang). Distribusi pendidikan responden sebagian besar berpendidikan SMA. Yang paling sedikit adalah responden yang berpendidikan SMP yaitu 3 prajurit. Distribusi responden menurut jenis operasi di dapatkan sebagian besar operasi minor yaitu 17 orang dan operasi mayor 13 orang.
Gambaran tingkat kecemasan preoperatif berdasarkan karakteristik responden Kecemasan responden sebelum tindakan operasi/ preoperative dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini. Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan prajurit preoperatif No 1 2 3 Total
Tingkat kecemasan Ringan Sedang Berat
Jumlah 18 12 30
Dari tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami cemas ringan sebelum tindakan operasi/ preoperative yaitu 18 prajurit dan tidak didapatkan cemas berat pada responden sebelum tindakan operasi/ preoperative. Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan Jenis Operasi Jenis Operasi
Cemas ringan
Cemas sedang
Jumlah
Operasi kecil/ Minor Operasi besar/ Mayor Total
17
-
17
1
12
13
18
12
30
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014
4
Pada tabel 3. sebagian besar operasi kecil/ minor yaitu 17 orang mengalami cemas ringan juga 17 orang. Sedangkan operasi besar 13 orang yang mengalami cemas ringan 1 orang dan 12 orang mengalami cemas sedang. Tabel 4. Jenis operasi prajurit NO 1 2 3 4 5 6
7 8 9
10
11
12 13
14 15 16 Total
Rencana Operasi Appendektomy Herniotomy Varicocel Laparotomy TUR Amputasi metacarpal dextra Atroscopy Aff plate angkle dextra Aff plate humerus sinistra Pasang plate fraktur clavikula Pasang plate fraktur tibia sinistra Pasang plate angkle Aff arachnoid peritoneal shunt Craniotomy Laminektomy Colecistektomy
Jumlah 3 3 2 4 2 1
1 1
Pada distribusi responden menurut umur didapatkan bahwa kecemasan sedang sebagian besar berada pada umur 22-32 tahun yaitu 14 prajurit dari pada umur yang labih tua. Karena pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamannya sehingga pengetahuannya semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang semakin banyak dimiliki maka akan membuat seseorang lebih siap dalam menghadapi suatu permasalahan. Hasil penelitian ini berbeda dengan Potter dan Perry (2006) yang mengatakan pada usia 35-43 tahun individu mengalami perubahan dalam kehidupan pribadi dan sosial. Pada usia ini sering kali menimbulkan stres, yang dapat mengakibatkan “krisis usia baya”. Pada masa dewasa awal ini, seseorang biasanya memperhatikan pada pengejaran karir dan sosial.
1
b. Jenis kelamin 2
1
2 2
2 1 2 30
Pembahasan Karakteristik prajurit a. Umur Semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman hidup yang dimilikinya, pengalaman hidup yang banyak itu dapat mengurangi kecemasan (Stuart & Laraia, 2005).
Kecemasan lebih banyak terjadi pada wanita. Krasucki (1998) menyebutkan bahwa wanita lebih mudah cemas dibandingkan laki-laki karena pada laki-laki lebih menggunakan logika sedangkan pada wanita lebih menggunakan perasaan. Namun distribusi reponden menurut jenis kelamin peneliti tidak mendapatkan responden yang berjenis kelamin perempuan sehingga tidak dapat di bahas. c. Pendidikan Gas dan Curiel (2011) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat kecemasan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi juga tingkat kecemasannya. Pada distribusi pendidikan peneliti mendapatkan prajurit yang mengalami cemas sedang lebih banyak pada tingkat pendidikan SMA dibandingkan yang D3 dan S1. Pada pendidikan SMP di dapatkan yang mengalami cemas sedang lebih sedikit dari pada yang D3 dan S1. Namun hasil penelitian ini sama dengan Notoadmojo (2003) bahwa seseorang dengan tingkat
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014
5
pendidikan yang tinggi akan lebih rasional dalam menghadapi masalah sehingga akan menurunkan tingkat kecemasan. d. Jenis operasi Pada jenis operasi yang terdiri dari bedah minor dan bedah mayor. Bedah mayor merupakan pembedahan dengan derajat resiko tinggi, dilakukan untuk berbagai alasan; pembedahan mungkin memiliki komplikasi atau lama, kehilangan darah dalam jumlah besar mungkin dapat terjadi, organ vital mungkin terkena, atau komplikasi pascaoperasi mungkin terjadi. Contohnya adalah transplantasi organ, bedah jantung terbuka, dan pengangkatan ginjal. Sedangkan Bedah minor biasanya memiliki resiko kecil, menghasilkan sedikit komplikasi, dan sering dilakukan pada “bedah rawat jalan”. Contohnya adalah biopsi payudara, pengangkatan tonsil, dan pembedahan lutut (Kozier, et al, 2011; Baradero, et a, 2009). Peneliti mendapatkan prajurit yang akan melaksanakan operasi minor hanya mengalami cemas ringan yaitu 17 prajurit sedangkan yang akan melaksanakan operasi mayor 12 prajurit mengalami cemas sedang dan 1 prajurit mengalami cemas ringan.
kelainan kesehatan fisik dan jiwa setiap prajurit TNI serta kesiapan dan kesanggupan/ kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan tenaga fisik/ jasmani secara efektif dan efesien (Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut, 2013; Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut, 2009). Kecemasan merupakan peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Pada kecemasan ringan dan kecemasan sedang, individu dapat memproses informasi, belajar, dan menyelesaikan masalah. Dan untuk mengurangi perasaan tidak nyaman ini, individu melakukan perilaku adaptif yang baru atau mekanisme pertahanan (Videbeck, 2008; Potter & Perry, 2006). Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa kecemasan ringan dan sedang yang terjadi pada prajurit yang akan melaksanakan tindakan operasi merupakan peringatan internal yang memotivasi prajurit untuk melakukan perilaku adaptif yang baru atau mekanisme pertahanan terhadap tindakan operasi yang akan dilakasanakan termasuk resiko yang mungkin terjadi pada proses operasi tersebut.
Gambaran tingkat kecemasan prajurit peoperatif
Implikasi Terhadap pendidikan, dan penelitian
Peneliti mendapatkan hasil dari tiga puluh prajurit yang akan melaksanakan tindakan operasi delapan belas mengalami cemas ringan, dua belas mengalami cemas sedang, dan tidak ada yang mengalami cemas berat. Hal ini di dapatkan pada prajurit laki-laki dan yang direncanakan melaksanakan pembedahan. Tidak di dapatkan prajurt yang mengalami cemas berat pada sampel ini mungkin karena setiap prajurit wajib melaksanakan uji pemeriksaan kesehatan baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa dan kesamaptaan jasmani secara berkala setiap satu tahun sekali sebagai upaya mendeteksi secara dini terhadap gejala-gejala dan atau
1. Pelayanan Keperawatan
Pelayanan,
Penelitian ini dapat menjadi evaluasi mutu pelayanan keperawatan terhadap pasien prajurit yang akan melaksanakan tindakan operasi/ preoperatif di rumah sakit tentara. Hasil penelitian yang menggambarkan jumlah kecemasan sedang sebanyak 40% jika tidak dikontrol dan di turunkan dapat mempengaruhi keberhasilan operasi. 2. Pendidikan Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan untuk tambahan pengetahuan bagi perawat tentang
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014
6
asuhan keperawatan pada pasien dengan cemas preoperatif.
ditemukan cemas sedang pada operasi minor.
3. Penelitian Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya terkait tingkat kecemasan pasien preopera Keterbatasan Penelitian 1. Perijinan pengambilan sampel Pegambilan sampel penelitian ini di laksanakan di dua rumah sakit tentara. Dimana salah satu rumah sakit menyarankan agar pengambilan sampel di laksanakan di kelas 3 ruang perawatan laki-laki, sehingga data yang kami dapatkan adalah dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki. 2. Proses Pengambilan Sampel Pengambilan sampel penelitian ini dilaksanakan di dua rumah sakit tentara yang lokasinya berjauhan sehingga tidak semua sampel prajurit dapat di ambil datanya.
Kesimpulan - Seluruh responden pada penelitian ini adalah laki-laki. Sebagian besar berusia 2232 tahun. Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SMA. Jenis operasi yang terbanyak adalah operasi minor. - Tingkat kecemasan yang dapat di gali oleh peneliti berdasarkan kuesioner yang diberikan pada responden adalah cemas ringan dan sedang. Cemas ringan merupakan jumlah terbesar dan tidak ditemukan cemas berat. Cemas sedang paling banyak terjadi pada prajurit dengan usia 22-32 tahun dan paling sedikit pada usia 44-58 tahun. Cemas sedang juga banyak ditemukan pada prajurit dengan pendidikan SMA dari pada yang perguruan tinggi. Pada operasi mayor ditemukan paling banyak cemas sedang dan tidak
Saran 1. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa rencana tindakan operasi menimbulkan kecemasan baik ringan maupun sedang. Oleh karena itu pemberian materi tentang cemas ini harus lebih ditingkatkan dan di praktikkan dengan role play pada berbagai situasi pasien sehingga perawat akan lebih siap dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensip. 2. Pelayanan Keperawatan Agar selalu dilakukan pengkajian kecemasan pasien preoperatif untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan preoperatif dan menurunkan resiko gangguan terhadap keberhasilan operasi. 3. Penelitian Keperawatan Penelitian selanjutnya agar menambahkan dengan intervensi mengetahui intervensi yang tepat menurunkan kecemasan preoperatif prajurit.
dapat untuk dalam pada
Referensi Asmadi. (2009). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta; Salemba Medika. Bahsoan, H. (2013). Hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien preoperasi di ruang perawatan bedah RSUD Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2013. Skripsi Universitas Negeri Gorontalo.
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014
7
Baradero, M; Dayrit; Yakobus. (2009). Keperawatan perioperatif: prinsip dan praktik. Jakarta; EGC.
Kasjono, H.; Yasril. (2009). Teknik sampling untuk penelitian kesehatan. Edisi Pertama. Yogyakarta; Graha Ilmu.
Gass, S. C. & Curiel, E.R. (2011). Test anxiety in relation to measure of cognitive and intellectual functioning. Juni 11, 2011. http://acn.oxfordjournals.org/content/earl y/
Keputusan Kepala Saff Angkatan Laut Nomor: Kep/419/IV/2013 tentang buku petunjuk teknis pelaksanaan seleksi masuk pendidikan bagi calon prajurit dan prajurit di lingkungan TNI Angkatan Laut.
Dahlan, M.S. (2009). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta; Salemba Medika. Danim, S. (2003). Riset keperawatan: sejarah dan metodologi. Jakarta; EGC. Dempsey, P. (2002). Riset keperawatan: buku ajar dan latihan. ed 4. Jakarta; EGC. Doengoes, M. (2006). Rencana asuhan keperawatan psikiatri. Edisi 3.Jakarta; EGC. Fortinash, K., & Patricia A. (2004). syciatric mental health nursing. 3ed. St, Louis; Mosby. Gallo, W.E. (1997). Perawatan pendekatan holistik. Jakarta; EGC
kritis
Gruedemann, B., & Fernsebner, B. (2006). Buku ajar keperawatan perioperatif, Vol. 1 Prinsip. Jakarta; EGC. Hastono, S., & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan. Jakarta. Rajawali pers. Isaac, A. (2004). Panduan belajar keperawatan kesehatan dan psikiatrik. Edisi 3. Jakarta; EGC. Jawaid, M.; Mushtaq, A.; Mukhtar, S. & Khan, Z. (2006). Preoperative anxiety before elective surgery. Neurosciences Journal 2007; Vol. 12 (2): 145-148
Kozier; Erb; Berman; & Snyder. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Ed 7. Jakarta; EGC. Krasucki, C.; Howard, C. & Mann, A. (1998). The relationship between anxiety disorders and age. Geriatry Psychyatry Journal. 13(2):79-99 Kunthonluxamee, A., Pitimana-aree, S. & Laujisawat, P. (2009). Validity and reliability of the Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS); Thai version in adult Thai pre - operative patients. Journal Psyciatr Assoc Thailand Vol 5. 83-92. Naviati, Elsa. (2011). Hubungan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan orang tua di Ruang Rawat anak RSAB Harapan Kita Jakarta. Tesis FIK UI. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta; Salemba Medika Paryanto. (2009). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Selama Menunggu Jam Operasi Antara Ruang Rawat Inap Dengan Ruang Persiapan Operasi Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014
8
http://etd.eprints.ums.ac.id/4455/1/J21007 0104.pdf Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor: Perkasal/101/XII/2009 tentang petunjuk teknik uji pemeriksaan kesehatan calon anggota/ anggota TNI Angkatan Laut. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 107 tahun 2013 tentang pelayana kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasional kementrian pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Stuart, G.W., & Laraia, M. (2005). Princhiples and practice of psychiatric Nursing. 8 th edition. China; Elsevier Mosby. Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta. EGC. Sutrimo, A. (2013). Pengaruh guided imagery and music (GIM) terhadap kecemasan pasien preoperasi sectio caesaria (SC) di RSUD Banyumas. Skripsi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Swarjana, K. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Ed 1. Yogyakarta; ANDI.
Potter, P.& Perry, G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta; EGC.
Tomb, D. A. (2004). Buku saku psikiatri. Jakarta; EGC.
Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta; Sagung Seto.
Undang-Undang Repubik Indonesia No 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
Sawitri, E., & Sudaryanto, A. (2008). Pengaruh pemberian informasi prabedah terhadap tingkat kecemasan pada pasien prabedah mayor di bangsal orthopedi RSUI Kustati Surakarta. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Videbeck, S. ( 2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta; EGC.
Setiawan, & Tanjung, S. (2005). Efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien preoperasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Vol.1, h. 16, dilihat 24 April 2014,
.
Wandini, S. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien preoperasi di ruang instalasi bedah sentral RSUD Kraton Pekalongan. Universitas Muhammadiyah Semarang. WHO. (2009). WHO guidelines for safe surgery: safe surgery saves lives. Switzerland; Author.
Sjamsuhidajat.(2005). Buku ajar ilmu bedah .Edisi 2. Jakarta; EGC. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2 (dr. H. Y. Kuncara dkk, Penerjemah). Jakarta; EGC.
Gambaran tingkat..., Dodi Andrian, FIK UI, 2014