Rosalinda Ule (Sr M.Marcella OSF) Pengaruh Pastoral care terhadap tingkat kecemasan pada pasien sebelum operasi Abstrak Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang bisa menimbulkan kecemasan. Kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Adanya kecemasan sebelum operasi memerlukan tindakan yang cepat untuk mengatasinya agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah sehingga program operasi tetap dijalankan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Salah satu pelayanan yang dilakukan dalam mengatasi kecemasan adalah pelayanan Pastoral Care. Tujuan penelitian untuk menggambarkan perbedaan tingkat
kecemasan
pasien sebelum operasi dan sesudah melakukan pastoral care pada kelompok perlakuan dan pada kelompok tanpa perlakuan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif analitik yang menggunakan quasi eksperiment pre test post test design dengan kelompok kontrol atau pembanding. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Postest Control Group Design. Perbedaan tingkat kecemasan pre operasi tanpa pastoral care dengan significant 0.026 Perbedaan tingkat kecemasan pre-operasi sebelum dan sesudah pastoral care dengan significant 0,8
Kata kunci : Pastoral care , kecemasan , operasi Daftar pustaka : 20 ( 1995 – 2013 )
Rosalinda Ule (Sr M. Marcella OSF)
Effect of Pastoral care on Anxiety Level based on HRS A of Patients prior to Operation ABSTRACT
Operation or surgery is an experience tha may induce an anxiety. The anxiety is usually related to all kinds of unfamiliar procedures that a client shall undergo and a threat to his or her life due to the consequences of surgical procedure and anesthesia administration. The pre-operative anxiety requires a quick intervention to deal with it so that his or her blood pressure will not increase as to ensure that the surgical program can run well in line with the stipulated time. One of the services conducted to deal with the anxiety is the pastoral care service. The objective of this research is to describe the difference of the patients’ anxiety level prior to operation and following the pastoral care between the treatmentgroup and the non-treatment group. This research used the descriptive quantitative method with the quasi experimental pre test post test design with control group and experimental group. The significance value of the difference of pre-operative anxiety level without pastoral care 0.026, and the significance value of the difference of pre-operative anxiety level prior to and following the pastoral care was 0.8.
Keywords: Pastoral care, anxiety, HRS A, operation References: 20 (1995 – 2013)
yang sering terjadi adalah apabila
PENDAHULUAN
pasien yang dirawat di rumah sakit Tindakan
operasi
merupakan
atau
pengalaman
pembedahan yang
bisa
menimbulkan kecemasan. Kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani
pasien
dan
terhadap
keselamatan
prosedur
pembedahan
juga
ancaman
jiwa dan
akibat tindakan
pembiusan. Pasien yang mengalami kecemasan menunjukkan tanda mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah
menangis
dan
tidur
tidak
nyenyak ( Kaplan, J.B & Sadock T.C 1997).
harus mengalami proses pembedahan. Pembahasan
tentang
reaksi–reaksi
pasien terhadap pembedahan sebagian besar
berfokus
pada
persiapan
pembedahan dan proses penyembuhan (Badero dkk, 2009). Kecemasan pasien pre
operatif
faktor,
disebabkan
seperti
kurang
berbagai informasi,
kurangnya komunikasi terapeautik dan salah
satunya
adalah
kurangnya
tentang
ketenangan
batin untuk pencegahan
kecemasan
pendampingan
pada pasien pre operatif (Long B.C. 2011).
Pasien pre operatif berpotensi
TINJAUAN PUSTAKA
hampir 90% mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat dirumah sakit, kecemasan
Definisi Pastoral care Pastoral care adalah pelayanan rohani yang holistik, psiko-spiritual dan pelayanan kasih
kepada semua orang tanpa memandang
penting. Pelayanan Gereja bagi orang sakit
suku, ras, dan agama. Pastoral care
itu
berlandaskan
pengurapan orang sakit (sakramen minyak
pada
nilai
kehidupan,
ada
banyak,
suci),
membantu setiap orang
untuk memaknai
Sakramen Rekonsiliasi terakhir, kunjungan
nilai kehidupan ( DR. CB. Kusmaryanto,
kepada orang sakit dsb. Semua karya
SCJ
merupakan
pastoral ini dilakukan oleh Gereja dengan
pelayanan yang mempunyai tujuan akhir
satu tujuan akhir yakni supaya mereka yang
yakni
meninggal mendapatkan keselamatan abadi
agar
Pastoral
setiap
care
orang
memperoleh
suci),
dan
memperoleh harapan untuk pasrah kepada
mendapatkan kekuatan untuk menghadapi
yang Ilahi (Susan Sulivan 2011). Pastoral
situasi yang sulit itu. Kepada mereka yang
care berbeda dengan konseling dimana
akan meninggal mendapatkan keistimewaan
seorang konselor hanya memberikan nasehat
yang luar biasa yang tidak diberikan kepada
dan kiat-kiat tertentu kepada konseli agar
mereka
bisa
misalnya: peresmian perkawinan yang tidak
keputusan
sendiri.
yang
yang
bekal
kedamain, ketentraman, ketenangan serta
mengambil
keluarga
(komuni
sakramen
Pelayanan pastoral care diharapkan dapat
1995).
Viaticum
misalnya:
tidak
akan
ditinggalkan
meninggal,
Konseling pastoral menjadi bagian kecil
syah, pembabtisan darurat
(Jhon Paul
yang tak
terpisahkan dari health pastoral
Ii,2007).Pastoral care untuk orang sakit
care Pastoral care adalah perwujudan
terdiri dari bantuan spiritual dan bantuan
perhatian Gereja kepada mereka yang saki
religius. Ini adalah hak dasar bagi pasien dan
dan menderita. Sudah sejak lama Gereja
tugas gereja. Ini merupakan tugas yang
memandang pelayanan Pastoral bagi orang
sangat penting dan khusus walaupun bukan
yang sakit dan keluarganya itu sangat
hal yang ekslusif bagi petugas pastoral care.
Oleh karena pentingnya interaksi antara
Respon Kecemasan
berbagai dimensi dalam diri manusia yakni
Menurut Stuart (2007). Respon kecemasan
fisik, psikologi dan spiritual dan oleh karena
terdiri dari beberapa respon yaitu respon
adanya tugas untuk memberikan kesaksian
fisiologis, respon perilaku, respon kognitif,
imannya, maka semua tenaga kesehatan
respon
terikat pada kewajiban untuk menciptakan
respon terhadap stress yang mengandung
kondisi
agar
diterapkan
bantuan
bagi
afektif.
Kecemasan
merupakan
religius
dapat
komponen fisiologis dan psikologis. Tanda-
orang
yang
tanda cemas dapat dilihat misalnya kenaikan
semua
memintanya baik langsung maupun tidak
kecepatan
langsung. Paulus Yohanes (2012) mereka
telapak tangan basah, gerakan yang terus-
membutuhkan bukan hanya medis yang
menerus atau kegiatan motorik verbal dan
cocok
manusiawi
gelisah.. Respon kecemasan yang terlihat
sebagai saudara yang bisa berbagi keadaan
sangat jelas dari kondisi fisiknya yaitu
dengan
yang
dilihat dari pola nafasnya yang terlihat cepat
dibutuhkan itu berasal semua tenaga medis
dan jika diukur saturasinya akan mengalami
yang pada suatu titik akan menjadi tidak
penurunan. Jadi, tingkat kecemasan sangat
banyak berguna namun bantuan dukungan
berpengaruh pada respirations rate dan
sebagai saudara dalam keadaan sakit dan
saturasi dimana kadar oksigen dalam darah
menderita itu tetap dibutuhkan. Apabila ini
mengalami penurunan.
dapat
Faktor-Faktor
tetapi
juga
mereka.
dalam
bantuan
Bantuan
iman,
medis
jawaban
yang
nadi,
kenaikan
yang
pernapasan,
Mempengaruhi
menentramkan ini akan berhubungan dengan
Kecemasan
jawaban akan pertanyaan yang paling tinggi
Stuart, G.W. (2007) Ada beberapa teori
mengenai eksistensi manusia.
yang
telah
dikembangkan
untuk
menjelaskan
yang
penelitian survei analitik. Pengamatan cross
diantaranya
sectional merupakan penelitian prevalensi
faktor-faktor
mempengaruhi
kecemasan,
faktor predisposisi dan presipitasi:
penyakit dan sekaligus dengan prevalensi
Faktor Predisposisi Kecemasan
penyebab atau faktor risiko. Penelitian ini
Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan
bertujuan untuk mengamati hubungan antara
adalah konflik emosional yang terjadi antara
faktor risiko terhadap akibat yang terjadi
dua elemen kepribadian id dan superego. Id
dalam bentuk penyakit atau keadaan (status)
mewakili
kesehatan
dorongan insting dan impul
tertentu
dalam
waktu
yang
superego
bersamaan (Noor, 2008). Cross sectional
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
adalah suatu penelitian untuk mempelajari
oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
menengahi tuntutan dari dua elemen yang
dengan efek, dengan cara pendekatan,
bertentangan itu, dan fungsi cemas adalah
observasi, atau pengumpulan data sekaligus
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
pada suatu saat (point time approach).
Penatalaksanaan Kecemasan
Desain penelitian cross sectional memiliki
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien
keunggulan antara lain mudah dilaksanakan,
dengan gangguan kecemasan umum adalah
sederhana, ekonomis, dalam hal waktu dan
kemungkinan
yang
hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
psikoterapi,
Disamping itu dalam waktu yang bersamaan
primitive,
sedangkan
pengobatan
mengkombinasikan
farmakoterapi dan pendekatan suportif.
dapat mengumpulkan banyak variabel, baik
Jenis dan Rancangan Penelitian
variabel
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan
penelitian cross sectional, yaitu suatu
risiko
maupun
(Notoatmodjo, 2010).
variabel
efek
Lokasi penlitian merupakan tempat atau
cemas berat 2 (20%) berat sekali
lokasi pengambilan penelitian (Notoatmojo,
tidak ada ( 0 % ).
2011) .Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
4. Perbedaan tingkat kecemasan pre
Brayat Minulya. Alasan memilih tempat ini
operasi
karena, dirumah sakit ini ada pelayanan
pastoral care dengan significant
Pastoral care.
0.193. Perbedaan tingkat kecemasan
HASIL PENELITIAN
preoperasi
1. Karakteristik
responden
menurut
sebelum
tanpa
dan
sesudah
pastoral
care
dengan significant 0.026 Perbedaan
usia : 21-40 tahun sebanyak 15 orang
tingkat
yang berarti 75 % sdangkan jenis
sebelum dan sesudah pastoral care
kelamin laki- laki sebanyak 14 orang
dengan significant 0,8
pre-operasi
PEMBAHASAN
sebesar 70 %. 2. Tingkat kecemasan yang dialami responden
kecemasan
pre-operasi
sebelum
Tingkat
kecemasan
pada
responden
sebelum operasi tanpa pastoral Care.
pastoral care yaitu didapatkan cemas
Dari hasil uji Marginal homogeneity
ringan tidak ada, cemas sedang ada 2
test pada pasien pre-Operasi tanpa perlakuan
pasien (20 %), cemas berat 1 orang
menunjukkan bahwa nilai significant 0.034
(10%) dan cemas berat sekali
yang nilai α > 0.05, yang artinya bahwa
7
tidak terdapat perbedaan antara tingkat
orang (70%). 3. Tingkat sesudah
kecemasan
pre
pastoral
care
operasi
kecemasan sebelum operasi dan menjelang
yaitu
operasi Pada kelompok tanpa pastoral care.
didapatkan cemas ringan 2 orang
Tindakan
(20%), cemas sedang 6 orang (60%),
merupakan
operasi
atau
pengalaman
pembedahan yang
bisa
menimbulkan
Kecemasan
agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah
biasanya berhubungan dengan segala macam
sehingga program operasi tetap dijalankan
prosedur asing yang harus dijalani pasien
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
dan juga ancaman terhadap keselamatan
Tingkat
jiwa akibat prosedur pembedahan dan
sebelum operasi dengan pastoral care.
tindakan
kecemasan.
pembiusan.
Pasien
yang
kecemasan
Dan
untuk
pada
hasil
responden
uji
Marginal
mengalami kecemasan menunjukkan tanda
homogeneity test pada pasien pre-operasi
mudah tersinggung, susah tidur, gelisah,
dengan perlakuan menunjukkan bahwa nilai
lesu, mudah menangis dan tidur tidak
significant 0.009 yang nilai α < 0.05, yang
nyenyak. Kecemasan pasien pre operatif
artinya bahwa terdapat perbedaan antara
disebabkan berbagai faktor, seperti kurang
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
informasi,
pastoral care. Perbedaan tingkat kecemasan
terapeautik kurangnya ketenangan
kurangnya dan
salah
komunikasi satunya
pendampingan untuk
tentang
sebelum dan sesudah pastoral care pada pasien preoprasi dengan
perlakuan dan
pencegahan
perbedaan
kecemasan
kecemasan pada pasien preoperatif. Adapun
preoperasi
tanpa
reaksi
reaksi
menggunakan uji Marginal Homogeneity
psikologis yang ditandai dengan rasa takut,
test dan uji alternatif Fisher yang didapatkan
tegang,
reaksi
hasil bahwa p value 0,193 sehingga p value
fisiologis berupa keringat dingin, tekanan
lebih besar daripada 0,05 maka H0 diterima
darah
dan H1 ditolak.
dari
batin
adalah
kecemasan
gelisah,
dana
meningkat,
berupa
adannya
nafas
cepat.Maka
kecemasan sebelum operasi
memerlukan
tindakan yang cepat untuk mengatasinya
pada
perlakuan
pasien
dibuktikan
Perbedaan
tingkat
kecemasan
dukungan,
olahraga,
tidur,
komunikasi
pada pasien sebelum operasi dengan dan
terapeautik, mendengarkan music klasik,
tanpa pastoral care.
pendampingan
Dari hasil penelitian menunjukkan
spiritual,
salah
satunya
seperti Pastoral care Pelayanan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
Pastoral
care
adalah
antara tingkat kecemasan pada pasien pre
pelayanan rohani yang diberikan untuk
operasi sebelum dan sesudah perlakuan
semua orang, pelayanan psiko-spiritual dan
didapatkan hasil bahwa p value 0,26
pelayanan kasih. Pelayanan spiritual yang
sehingga p value lebih kecil dari pada 0,05
dimaksud identik dengan pelayanan rohani
maka
H1
kepada pasien. Hal ini menjadi penting
yang
karena pasien akan dibantu dengan adanya
signifikan antara tingkat kecemasan pada
perhatian (attention), dukungan (sustaining),
pasien
perdamaian
H0
ditolak
diterima.Sedangkan
pre
operasi
dan
perbedaan
tanpa
perlakuan
(reconciling),
bimbingan
didapatkan hasil bahwa p value 0,082
(guiding), penyembuhan luka batin (inner-
sehingga p value lebih besar daripada 0,05
healing), serta doa (praying). Apabila pasien
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Maka
terlayani aspek rohaninya maka akan terjadi
tidak ada perbedaan yang signifikan antara
keseimbangan dalam hidup dan berdampak
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
positif
dengan
pengobatan.
dan
tanpa
perlakuan.
Tingkat
untuk
menjalani
operasi
dan
kecemasan yang dirasakan responden dapat
Dalam penelitian ini pendampingan
diminimalkan dengan berbagai cara seperti
Pastoral Care sangat terlihat dengan jelas
beberapa penelitian terdahulu yang sudah
bahwa Pastoral Care merupakan pelayanan
dibuktikan
yang penuh kasih kepada semua orang tanpa
yaitu,
pengendalian
diri,
memandang suku ras dan agama. Yang
Pendampingan pada agama lain
,
berhak mendapat sakramen pengurapan
meminta pada peneliti untuk mendoakan
orang sakit bagi yang Bergama kaolik ini
secara khatolik, begitu juga agama Kristen
biasanya dilaksanakan sebelum Operasi
tetapi tidak diberi sakrament, dengan urutan
dengan urutan sebagai berikut: Pelayanan
sebgai berikut:menayakan keadaan pasien
sakramental dengan cara tim kesehatan RS
sehubungan
menyampaikan
tim
menggali rasa perasaan pasien, tampa
Pastoral care Rumah sakit, petugas pastoral
paksaan, mendengarkan keluhan pasien dan
menyediakan peralatan untuk penerimaan
memberikan dukungan, peneguhan iman,
sakrament (lilin,salib, minyak suci, kasula
harapan, kekutan serta penghiburan sesuai
untuk
kebutuhan
informasi
Romo),
kemudian
kepada
menanyakan
dengan
tindakan
pasien.Memenuhi
operasi,
permintaan
kelurga.sekaligus
responden untuk berdoa secara khatolik.
mempersiapakan pasien dan keluarga dan
Juga memenuhi permintaan pasien untuk
memulai ibadat/ memberi sakramen sesuai
didampingi kedua kalinya sampai 3 x.
dengan kebutuhan pasien. Dan agama lain
Pengalaman ini juga memberikan dukungan
diberi pelayanan non sakramental, yaitu
pada tujuan dan pengerteian pelayanan
sharing
pastoral care yang holistik pada semua
kesiapan
pasien
dan
bersama
diamana
responden
menungkapkan perasaan batin yang sedang
orang tanpa memandang suku dan agama.
dialami terlabih keceamasan, ketakutan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam menghadapi operasi, tetapi ada juga
Pastoral care merupakan cara efektif untuk
yang menungkapkan
menurunkan tingkat kecemasan sebelum
tentang pergulatan
keluarga dan lain sebagainya.
operasi. Pada pasien pre-operasi dengan perlakuan atau pastoral care hasil uji
Marginal homogeneity test untuk melihat
perbedaan tingkat kecemasan antara pasien
perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan
pre operasi dengan perlakuan dan pasien
sesudah Pastoral care, ada significant yang
operasi tanpa perlakuan. Dari hasil kedua
ditunjukkan dengan nilai α < 0.05, yaitu
kelompok ini, Maka pasien pre-operasi
0.082 artinya ada hubungan pastoral care
harus didampingi dengan berbagai cara
dengan tingkat kecemasan, karena dala uji
untuk mengatasi kecemasan pasien sebelum
ini ada perbedaan sebelum dan sesudah
operasi. Penurunan tingkat cemas sebelum
perlakuan. Pada
pasien
pre-operasi
perlakuan atau pastoral care
tanpa
hasil uji
operasi
dikarenakan
secara
spiritual
Marginal homogeneity test untuk melihat
manfaat
perbedaan
kecemasan.Hasil
tingkat
kecemasan
sebelum
untuk
pasien terbukti
didampingi memberikan
menurunkan penelitian
tingkat yang
operasi dan menjelang operasi, tidak ada
menunjukkan adanya perbedaan tingkat
significant ditunjukkan dengan nilaiα >
kecemasan, pada kedua kelompok yaitu
0,05, yaitu 0,034. Artinya pada responden
sebelum dan sesudah pastoral care dan
tanpa
tanpa pastoral care,mendapatkan hasil yang
perlakuan
tingkat
kecemasan,
significant penurunan
semakin meningkat. Untuk
melihat
perbedaan
dan
pada
pasien
dengan
tingkat kecemasan perlakuan
dan
perubahan tingkat kecemasan kelompok
peningkatan kecemasan pada pasien tanpa
pastoral care dan kelompok tanpa pastorals
perlakuan, hasil ini menandakan bahwa
care dapat dilihat dari hasil uji Fisher test
setiap orang pasti membutuhkan ketenangan
menunjukkan bahwa nilai significant 0.001
dan dukungan yang positif dari orang lain
nilai α<0.05, yang artinya bahwa terdapat
baik berupa moral maupun spiritual seperti
Pastoral care yang menjadi salah satu
care pada kelompok perlakuan
teknik juga yang dapat digunakan untuk
diprediksi karena kebutuhan tiap responden
menurunkan
untuk didampingi sangat berbeda, maka
tingkat
kecemasan
yang
dirasakan responden, karena Pastoral care
waktu
tidak
bisa
ditargetkan
memiliki banyak keunggulan antara lain
pendampingan Pastoral care. Dalam
berani pasrah dan tegar untuk mengahadi
memberikan
segala sesuatu sehingga dapatmengurangi
kebutuhan responden tanpa paksaan apapun,
tingkat kecemasan.
menghargai hak responden, untuk menerima
pelayanan
pastoral
dalam
membuat rileks, nyaman, tenang, damai,
Penelitian ini mengambil dari salah
praktek
sulit
sesuai
care dengan
atau menolak pastoral care melakukan apa
satu manfaat pastoral care yaitu mengurangi
yang
tingkat kecemasan. Penelitian terbukti dapat
penelitian ini, pada responden tertentu
menurunkan tingkat kecemasan sebelum
membutuhkan pendampingan lebih dari
operasi yang dirasakan responden dengan
yang ditarketkan. Pastoral care menjadi
pendampingan selama 2x atau 3x bahkan 4x
salah satu teknik yang dibutuhkan oleh
sebelum 2 atau 1 hari operasi, dengan waktu
pasien, dan ini tidak hanya pada agama
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
khatolik tetapi juga beberapa semua agama
responden, ada yang membutuhkan waktu
dengan
30 menit tetapi ada juga yang lebih sampai
seperti sharing bersama, bahkan dari agama
45 menit dan juga ada yang sampai 1 jam,
lain pun menghendaki doa-doa sesuai
dan Pada saat menjelang operasi diberikan
dengan kepercayaan peneliti. Pengalaman
pendampingan
sebelum
ini meyakinan peneliti bahwa pastoral care
operasi.Kebutuhan waktu untuk pastoral
sangat dibutuhkan bukan hanya dengan ritus
3-4
jam
dibutuhkan
pendampingan
responden.Dalam
yang
diberikan
secara khatolik, tetapi pelayanan secara kahtolik juga dapat diterima dalam agama lain,
yang
penting
adalah
kehadiran
seseorang sebagai sahabat dan keluarga
Beek Aart Van, (2007). “Pendampingan Pastoral”. PT. BPK Gunung Mulya. Cetakan Ke-3. Jakarta. Carpenito, LJ (2009), “Buku Saku Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis”, edk 10 M Ester (ed), Y Asih (alih Bahasa), EGC, Jakarta.
yang selalu memberikan dukungan bagi yang sakit. Teknik
pastoral
care
ini
dapat
diaplikasikan pada populasi yang lebih luas, misalnya pada RS lain selain Rumah sakit BrayatMinulya Surakarta pada pasien yang mengalami kecemasan baik cemas ringan,
Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media. Kaplan J.B., & Sadock T.C. (1997). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke tujuh, Jakarta: Binarupa Aksara. Doris Sylvanus, (2010). ”Survey Pendahuluan Palangka Raya tentang Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif”.
cemas sedang, maupun cemas berat sebelum operasi
tidak hanya pada responden,
melainkan pada pasien lainnya dengan
DR. CB. Kusmaryanto, SCJ (Charter of Healthcare 1995). “Pastoral Care and The Sacrament of Anointing of the Sick”. Kan 108.
segala penyakit yang mereka hadapi. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Baradero dkk, (2009). “Keperawatan Perioperatif: Prinsip dan Praktik”. EGC, Jakarta.
Hawari, Dadang, 2006. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hidayat. A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika JOHN PAUL II, (tanggal 14 September 1987). “To the Catholic health organizations of the United States of America”, dalam Insegnamenti X/3 [1987] 502-503, n. 3) “Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara”, Volume 1, (Mei 2005). Long B.C. (1996). “Perawatan Medical Bedah, suatu Pendekatan Proses
Keperawatan 2”, Padjajaran Bandung.
Yayasan
Notoatmodjo, S. (2010).
IAPK
Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Noor, N.N. (2008). Epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Paulus Yohannes. ( 2013 ) “Surat Gembala Kitab Suci Dalam Kehidupan Gereja”. Roma Susan Sullivan Australian Journal, (12 September 2011) “Catholic Health Australia Current Issues for CHA Members in the Provision of Pastoral Care“. Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press JOHN PAUL II, “To the Catholic health organizations of the United States of America”, tanggal 14 September 1987, dalam Insegnamenti X/3 [1987] 502-503, n. 3)