Kebutuhan pengembangan material substitusi di bidang perumahan dan permukiman di Indonesia yang berkelanjutan Putri Suryandari, ST,MArch Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur Jakarta
[email protected] /
[email protected] Abstrak Industri konstruksi perumahan adalah salah satu bidang yang paling besar yang berkaitan dengan pembiayaan, volume penyedian bahan baku, konsumsi sumber alam, maupun ketenaga-kerjaan. Selain itu variasi material juga banyak dihasilkan dan dikonsumsi oleh industri konstruksi bidang permuhan dan permukiman. Sumber alam dan energi dikonsumsi untuk memproduksi material konstruksi seperti, kayu, batu bata, semen, baja, gelas/kaca dan aluminium. Sementara sumber-sumber alam ini semakin berkurang, sedangkan issu penghematan sumber daya lingkungan semakin kuat terdengar. Berbagai institusi maupun akademisi telah melakukan pengembangan maupun penemuan teknologi bahan bangunan pengganti yang tepat guna. Pemanfaatan yang berkelanjutan untuk aplikasi teknologi perumahan maupun permukiman, merupakan faktor penting hingga teraplilasinya produk tersebut di masyarakat. Keberlanjutan ditentukan oleh kebutuhan dari satu masyarakat, dari satu kawasan dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait”1. Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan pegangan oleh pemerintah, akademisi maupun produsen bahan bangunan untuk dapat memanfatkan bahan bangunan pengganti hasil penelitian yang telah teruji secara ilmiah, kepada masyarakat, untuk mengurangi eksploitasi sumber daya nasional. Kata Kunci : material substitusi, keberlajutan, perumahan, permukiman
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan pemenuhan akan fasilitas bermukim semakin membutuhkan inovasi disain dan penggunaan material konstruksi bagi para arsitek. Kecepatan pemasangan dilapangan, kualitas tampilan pada fasade, kesesuaian dengan iklim regional serta disain yang fleksibel, adalah manifestasi dari material yang mampu menjawab kebutuhan arsitek dibidang perumahan. Perkembangnya teknologi bangunan dan slogan untuk
merencanakan arsitektur yang berwawasan lingkungan semakin membutuhkan pengembangan material baru yang responsif, terhadap kebutuhan zaman. Berdasarkan data dari Biro pusat Statistik, dapat dijelaskan bahwa setiap PELITA terdapat pembangunan perumahan secara besar-besaran diperkotaan. Rata-rata 5.000.000 unit rumah dalam 5 tahun atau 1.000.000 unit rumah dalam 1 tahun. Bisa dipastikan terjadi produksi perumahan secara masal dan besar-besaran. Berarti dibutuhkan komponen perumahan yang dapat
1
diperoleh secara kontinyu, cepat dan dengan persediaan yang cukup memadai. Pengadaan perumahan massal, membutuhkan standarisasi material dan management yang dikelola dengan baik, sehingga segi kualitas disamping kecepatan pengerjaan dapat di capai. Untuk menunjang konsep tersebut diatas diperlukan produksi dan penyediaan bahan bangunan yang relatif dapat dijangkau oleh semua lapisan yang memenuhi syarat teknis dan kesehatan serta terbuat dari bahan-bahan yang terdapat di Indonesia. Berbagai jenis bahan bangunan substitusi sudah di kembangkan oleh akademisi maupun institusi penelitian dan pengambangan bahan bangunan untuk permukiman. LIPI, Puskim Dept. PU, maupun universitas sudah mengembangkan inovasi maupun penemuan baru, bahan bangunan substitusi. Namun tidak banyak memang yang dapat di aplikasikan dan berkembang di masyarakat luas. Padahal jumlah universitas di Indonesia dapat terbilang sangat banyak. Oleh karena itu perlu sekali ditelusuri, bagaimana material substitusi hasil penelitian dapat berkembang dan diaplikasikan oleh masyarakat maupun industri nasional. Sehingga banyaknya institusi maupun akademisi yang mengadakan penelitian dibidang bahan bangunan, hasilnya tidak hanya tersimpan diperpustakaan tetapi tercapai tujuan dan sasarannya. 2. Teori Dasar 2.1.Pembangunan yang Berkelanjutan ( Suistainable Building ) Perkembangan pembangunan sendiri saat ini, mengacu pada pembangunan yang ekologis, sehingga menimbulkan pembaharuan dalam
bidang perancangan arsitektur. Berdasarkan kerusakan pada sumber daya alam dan kehilangan sumber penghidupan manusia secara global, maka kebutuhan dasar manusia berwawasan lingkungan harus disadari secara benar1. 2.2. Arsitektur Berkelanjutan ( Sustainable Architecture) Pengertian Arsitektur yang berkelanjutan, seperti dikutip dari buku James Steele, Suistainable Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat 2 terkait” . 2.3. Sustainable Material (Material Berkelanjutan) Nilai keberlangsungan dan kelestarian lingkungan yang melekat pada istilah bangunan ekologis, bukan berarti hanya bangunan yang menggunakan bahan bangunan alam atau bio, tetapi lebih luas dari itu. Kriteria kelestarian lingkungan artinya menggunakan atau memanfaatkan sumber daya alam secara proporsional sesuai kebutuhan dan pemenuhan kepentingan terhadap lingkungan. Pengaruh bangunan pada lingkungan menurut Peter Graham, 1
2
Peter Graham, Building Ecology – First Principle for a Suistainable Built Environment, Blackwell Science Ltd, 2003 James, Steele, Sustainable Architecture, New York, Mc Graw Hill 1997
2
menurut Heizn Frick, adalah melingkar tidak terputus, yang terputus berarti mengalami gangguan.
harus memikirkan Life cycle dari bangunan yang mengefek pada bahan bangunan yang digunakan. Sementara siklus bahan atau rantai bahan yang utuh
Gambar. A Rantai Bahan yang Terganggu dan tidak terganggu Gangguan
Peredaran tidak terganggu
Limbah kimia
Udara diracuni Peredaran alam terganggu
Tanah tercemar
Sumber : Heizn Frick, Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius, 19973
Gambar B. Building life cycle menurut Peter Graham4,
Raw material extraction,
Disposal
Material production Reuse & recycling
Production of construction products
Demolition Construction, Rebuilding Use & maintenance Sumber : Peter Graham, Building Ecology, Blackwell Science Ltd, 2003
3 4
Heizn Frick, Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius th 1997 Ibid 2
3
Suatu bangunan yang menggunakan bahan atau komponen logam, seperti baja dan alumunium, dapat dinilai sebagai bahan yang ekologis, jika mampu digunakan dan diolah kembali material yang pernah dipakai (reuse dan recycling) menjadi material atau produk lain yang berguna. 2.4.Sukses dan Kegagalan Keberlanjutan Pengembangan Material Baru Menurut Charles W. Dolan. Profesor of engineering, di University of Wyoming AS, untuk mengetahui seberapa jauh keberlajutan pengambangan material baru, di perlukan pengujian terhadap, 1. Kebijakan pemerintah, yang terdiri dari, • Peran ekonomi negara • Proses pengambilan keputusan • Kompleksitas pengambilan keputusan 2. Manfaat ekonomi, 3. Dampak di dalam masyarakat 3. Methode Penelitian Fokus penelitian Di arahkan untuk mengetahui keberlanjutan aplikasi bahan substitusi hasil penelitian institusi dan pendidikan, di industri perumahan dan permukiman masal. Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan pengembangan material substitusi hasil penelitian tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Objek Penelitian Keberlanjutan pengembangan material substitusi hasil penelitian yang
terdapat di LIPI, Puskim Dept PU, serta universitas. Unit Analisis Objek penelitian dianalisis terhadap teori dasar. Kemudian ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mampu membuat sebuah hasil penelitian dapat berlanjut 4. Konstribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. Membantu terlaksananya peme nuhan kebutuhan akan rumah murah, dengan material substitusi yang terjangkau. b. Membantu berkembangnya industri baru bahan bangunan substitusi, untuk perumahan dan permukiman. c. Menggerakkan pihak akademisi untuk dapat menyebarluaskan hasil penelitiannya. B. HASIL PENELITIAN 1. Pengembangan material substitusi yang berkelanjutan Salah satu insttitusi riset yang dapat di peroleh datanya yaitu Puslitbangkim Dept. PU. Pusat penelitian dan pengambangan permukiman yang dimiliki oleh Dept PU. Puslitbangkim ini bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan seluruh komponen permukiman, baik perangkat keras ataupun lunak, perencanaan wilayah secara luas, sistem drainage, pengairan, utilitas maupun bahan bangunan. Hasil penelitian material substitusi komponen untuk permukiman yang di selenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengambangan Permukiman Departemen PU, 4
sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan material substitusi untuk permukiman yang dilakukan oleh Puslitbangkim tahun 2003 – 2006, kurang lebih 60% hasil penelitian material substitusi telah disosialisasikan ke hampir seluruh wilayah di Indonesia. Proses implementasi hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Puslitbangkim Dept. PU menjadi penting, mengingat produk-produk penelitian ini dapat berlanjut dan hasilnya dapat di aplikasikan di masyarakat dan dapat menambah industri material baru, yang berarti menyerap lapangan kerja. Proses implementasi hasil penelitian material substitusi yang berkelanjutan tersebut, memiliki proses sebagai berikut :
diantaranya yang dikembangkan pada tahun 1970 serta telah dikenal luas oleh masyarakat adalah, Batako. Berkembang setelah itu konblok dan grass blok. Keberlanjutan hasil penelitian ini dapat di rasakan dipakai oleh seluruh masyarakat di Indonesia sampai saat ini. Pengembangan produk2 tersebut saat ini telah diinovasi dan dapat memanfaatkan limbah sebagai komponen campurannya, seperti sekam padi, kelapa sawit maupun kertas. Bahkan dengan adanya kasus Sidoarjo dengan lumpur panasnya, telah juga di kembangkan komponen batako dan konvblok dengan menggunakan lumpur tersebut. Selain batako, sampai saat ini sudah ratusan penelitian dan pengembangan material substitusi di hasilkan disana. Berdasarkan data
Input masalah
1
Instruksi / inisiatif untuk mengadakan penelitan dan pengembangan satu jenis material / konstruksi sesuai masalah
Temuan hasil Penelitian dan Pengambangan yang bermanfaat
2
3
Evaluasi hasil implementasi
6
Standarisasi dan sosialisasi
Implementasi dan Advise Teknis
4
5
Tabel gambar 1. Siklus penelitian material substitusi yang tersosialasi Peneliti hanya bertindak sebagai peneliti membuat standart dan advis teknis, sosialisasi dilakukan oleh bidang lain yang bersifat lebih umum, demikian juga
dengan implementasi serta evaluasi implementasi. Sehingga fungsi dari penelitian dan pengembangan hasil penelitian berjalan dengan baik.
5
Sosialisasi hasil penelitian dilaksanakan dalam bentuk modul dan juklak, serta di berikan kepada masyarakat dipusat pelatihan. Tujuan akhir dari sosialisasi adalah implementasi hasil penelitian bagi munculnya industri kecil yang baru. 3. Pengembangan material substitusi yang mengalami hambatan Universitas adalah sebuah lembaga pendidikan yang hasil penelitiannya diharapkan dapat diimplemetasikan ke masyarakat luas. Akhir – akhir ini dengan menjamurnya
Input masalah
Iinisiatif untuk mengadakan penelitan dan pengembangan satu jenis material / konstruksi sesuai masalah
universitas, tidak banyak yang dapat meneruskan hasil penelitiannya kemasyarakat. Sebagian besar hasil temuan tidak dikelola dengan baik. Kalaupun ada dilaksanakan sendiri oleh mahasiswa atau dosen yang melakukan penelitian, bekerja sama secara pribadi dengan pihak - pihak industri. Proses implementasi hasil penelitian material substitusi yang tidak berkelanjutan tersebut, terutama yang terjadi di universitas swasta memiliki proses sebagai berikut :
Temuan hasil Penelitian dan Pengambangan yang bermanfaat
Arsip dan Dokumentasi
Tabel gambar 2. Siklus penelitian material substitusi yang terhambat C. ANALISIS Peredaran dan perkembangan yang tidak terganggu adalah yang tidak terputus5. Proses yang tidak terputus dalam pengembangan material hasil substitusi, selain di ikuti oleh peran serta pemerintah, memiliki manfaat ekonomi, juga memiliki dampak yang ditentukan oleh masyarakat 6. Dari ke 2 hasil pengamatan mengenai pengembangan keberlajutan hasil riset material substitusi, ada 2 hal : 1. Proses keberlanjutan yang terhambat, yaitu kegiatan penelitian terputus sampai pada batas bahwa 5 6
material teruji dan terbukti secara ilmiah. Sementara masyarakat sebagai salah satu penentu keberhasilan tidak mendapatkan informasinya. Hal ini disebabkan antara lain : a. Tidak adanya konsep sosialisasi hasil penelitian. Sedikit sekali universitas swasta yang melakukan sosialisasi hasil penelitian kepada masyarakat. Program sosialisasi hasil riset mulai dilakukan (salah satunya) oleh UGM yang memang mencanangkan dirinya sebagai universitas riset.
Ibid 3 Charles W. Dolan. Profesor of engineering
6
b. Peneliti tidak didukung oleh sistem yang terkoordinasi dengan baik. Peneliti harus bergerak sendiri untuk mengenalkan hasil temuannya. c. Sangat besar jarak antara hasil temuan universitas dengan kebutu-han masyarakat.
nakan dan mengembangkan men jadi sebuah industri kecil. c. Bagaimana dampak hasil penelitian tersebut bagi masyarakat, juga tidak di review dengan baik. D. KESIMPULAN
2. Proses hasil penelitian yang berlanjut, yaitu kegiatan penelitian yang tidak terputus, a. Secara terokoordinasi hasil penelitian di sosialisasikan keseluruh lapisan masyarakat, ke seluruh Indonesia. b. Sosialisasi menyangkut kegunaan sampai dengan proses produksi dan pemasangannya. c. Adanya system standarisasi nasional terhadap bahan tersebut, advis taknik dan implementasinya. d. Hasil implementasi dievaluasi, untuk kemudian dikembangkan kembali. e. Pengembangan material dengan komposisi jenis material campuran yang berbeda. Dari beberapa proses penelitian material substitusi yang berlanjut, ada beberapa kekurangan, yaitu : a. Dari siklus Buildig ekology, Peter Graham7, material hasil penelitian tidak di amati secara menyeluruh setelah tahap pembangunan berjalan. Sehingga proses keberlanjutannya dalam pembangunan belum tergali. b. Belum ada data feed back dari masyarakat pengguna. Tidak terdata secara lengkap berapa banyak yang sudah menggu7
Keberlanjutan hasil penelitian material substitusi dibidang perumahan adn permukiman, harus memanfaatkan siklus sebagai berikut : 1. Didapatka masalah dibutuhkan satu jenis material substitusi. 2. Dibuat suatu instruksi atau ada inisiatif untuk melakukan penelitian dan pengembangan terhadap suatu jenis material baru. 3. Penelitian di laksanakan hingga menghasilkan suatu temuan baru yang teruji, secara ilmiah. 4. Secara struktur organisasi terdapat bagian yang melaksanakan sosialisasi hasil peneltian. 5. Terdapat kelompok pembuat standari -sasi dan advis teknik untuk imlementasi. 6. Ada pengamatan implementasi hasil penelitian. 7. Monitoring dan evaluasi dari pemakai terhadap hasil peneltian. 8. Pengembangan material dan inovasi material. Adapun berikut,
siklusnya
adalah
sebagai
Ibid 1
7
Input masalah
Instruksi / inisiatif untuk mengadakan penelitan dan pengembangan satu jenis material / konstruksi sesuai masalah
Temuan hasil Penelitian dan Pengambangan yang bermanfaat
Standarisasi dan sosialisasi
Pamakai / pemakaian
Review / Pengembangan Evaluasi hasil implementasi
Implementasi dan Advise Teknis
Tabel gambar 3. Siklus penelitian material substitusi yang berkelanjutan
REFERENCE 1. Peter Graham, Building Ecology – First Principle for a Suistainable Built Environment, Blackwell Science Ltd, 2003 2. James Steele, Sustainable Architecture, New York, Mc Graw Hill 1997 3. Heizn Frick, Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius th 1997 4. Charles W. Dolan. Profesor of engineering, th 2000 5. Program Sosialisasi Puslitbangkim Dept PU th 2003 – 2005
8