SELF REGULATED LEARNING PADA ANAK HOMESCHOOLING TUNGGAL
MOHAMMAD HALILINTAR Program Sarjana, Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI Homeschooling tunggal adalah konsep pendidikan sekolah rumah pada satu keluarga. Orangtua fokus pada satu anak tanpa ada campur tangan pihak keluarga serta peserta didik lain. Homeschooling tunggal menjadi pendukung terciptanya lingkungan belajar yang diinginkan orangtua. Anak dengan homeschooling tunggal memiliki strategi belajar berbeda dari anak di sekolah umum, misalnya pengaturan jadwal. Pada sekolah umum jadwal pelajaran sudah ditentukan pihak sekolah, namun pada homeschooling tunggal jadwal pelajarannya fleksibel. Tetapi siswa tetap memiliki tanggung jawab terhadap pengaturan jadwalnya. Karena itu perlu adanya regulasi dalam belajar. Regulasi ini yang disebut dengan self regulated learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan mengapa orangtua subjek memilih homeschooling tunggal, bagaimana self regulated pada anak homeschooling tunggal serta gambaran apa saja yang muncul pada self regulated learning subjek. Subjek penelitian ini adalah anak homeschooling tunggal berusia 10 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa alasan orangtua subjek memilih homeschooling tunggal adalah pendidikan moral, adanya lingkungan sosial dan suasana, serta waktu belajar yang lebih baik dan fleksibel, kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran serta penghindaran dari penyakit sosial. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning subjek disebabkan oleh proses diri (proses personal), tingkahlaku dan lingkungan (environmental events). Untuk gambaran self regulated learning yang muncul pada subjek, dapat dilihat dari karakteristik dan strategi self regulated learningnya. Karakteristik tersebut meliputi, orienting, planning, monitoring, testing, diagnosting, repairing, evaluating dan reflecting. Sedangkan strategi self regulated learningnya meliputi, self evaluating, organizing and transforming, goal-setting and planning, seeking information, keeping records and monitoring, environtmental structuring, self consequating, rehearsing and memorizing, seeking social assistance from peers, seeking social assistance from teachers, seeking social assistance from adult and reviewing records.
PENDAHULUAN Anak memiliki perbedaan akan kebutuhan pendidikannya. Sebagai contoh adalah anak yang terlahir dengan kebutuhan khusus, besar kemungkinan tidak cukup hanya dengan disekolahkan di sekolah umum biasa. Anak dengan kebutuhan khusus demikian, perlu disekolahkan di tempat yang khusus juga untuk menangani anak tersebut agar mendapat perhatian dan penanganan yang lebih khusus juga. Hal itu tidak hanya berlaku pada anak-anak dengan
kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak yang terlahir dengan kebutuhan khusus, besar kemungkinan tidak cukup hanya dengan disekolahkan di sekolah umum biasa. Anak dengan kebutuhan khusus demikian, perlu disekolahkan di tempat yang khusus juga untuk menangani anak tersebut agar mendapat perhatian dan penanganan yang lebih khusus juga. Hal itu tidak hanya berlaku pada anak-anak dengan
kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi seperti itu akan mengalami ketidaknyamanan apabila tetap disekolahkan di sekolah formal pada umumnya. Di masyarakat, pendidikan formal biasa dikenal sebagai SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Terlepas dari ketiga alternatif jalur pendidikan tersebut, setiap orangtua tetap menghendaki anaknya mendapat pendidikan yang berkualitas, serta nilai-nilai iman dan moral yang tertanam dengan baik. Seperti yang pernah dialami oleh orangtua murid yang mengalami kekecewaan terhadap guru di sekolah anaknya yang mendapati masih sering melakukan kekerasan fisik di kelas jika anak tidak mendengarkan gurunya menjelaskan. Homeschooling menjadi alternatif yang sangat mendukung terciptanya lingkungan belajar yang diinginkan orangtua saat ini. Keberadaan homeschooling yang sah di mata Undang-undang Sisdiknas No. 23 Tahun 2003 membuat homeschooling menjadi pendidikan alternatif yang mulai banyak dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Sumardiono, homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Sumardiono juga menyatakan bahwa homeschooling yang dinilai efektif membangun suasana layaknya sekolah umum namun dengan setting kekeluargaan adalah homeschooling tunggal. Pada homeschooling tunggal satu keluarga yang dalam hal ini orangtua benar-benar fokus dengan satu anak tanpa ada campur tangan pihak maupun keluarga serta peserta didik lain, sehingga pada penyelenggaraannya homeschooling tunggal dapat membuat anak nyaman karena merasa berada dalam lingkungan keluarga serta orang terdekatnya sendiri. menurut Mulyadi tingginya minat terhadap homeschooling tunggal dikarenakan homeschooling tunggal
memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel, memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran serta menghindari penyakit sosial. Sebagai contoh nyata yang telah banyak dilakukan, dalam pelaksanaan homeschooling tunggal orangtua dapat menyisipkan materi-materi yang berkaitan dengan budi pekerti, pembentukan moral bahkan keagamaan dengan mendatangkan pengajar khusus lain seperti guru mengaji atau guru agama masing-masing yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak. Pola pikir anak saat keinginan untuk belajarnnya muncul dengan sendirinya dan tergerak untuk melakukannya itu sudah dapat disebut sebagai Self regulated learning yank menurut Pintrich & Schunk yaitu proses dimana anak secara aktif mampu menggunakan kemampuan kognitif dan tingkah laku yang akan berpengaruh kepada perubahan. Menurut Bandura (dalam Zimmerman & Schunk, 1989) mendeskripsikan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh tiga faktor yang mempengaruhi yaitu proses dari dalam individu tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkah lakunya. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi bagaimana self regulated learning pada anak homeschooling tunggal. Sehingga dapat menemukan cara belajar yang efektif bagi anak. Serta pemanfaatannya dalam kegiatan belajar agar tidak terbatas dengan metode yang diberikan oleh guru, melainkan dapat menggunakan cara yang lebih relevan dan mudah. Untuk orangtua pun dapat mengetahui bagaimana terjadinya self regulation learning pada anak. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Self Regulated Learning Menurut Montalvo dan Tores self regulated learning adalah teori yang relatif baru dalam teori pembelajaran. Self regulated learning telah menjadi fokus dari penelitian dan menjadi salah satu bagian
yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Corno dan Madinach (dalam Kerlin, 1992) mendefinisikan self regulated learning sebagai suatu usaha yang dilakukan individu untuk menyelesaikan tugas akademik dengan menggunakan cara-cara yang relevan dan tidak terbatas hanya pada materi pelajaran serta membuat perencanaan dan pengawasan pada proses kognitif dan afektifnya. Sedangkan menurut Bandura (dalam Zimmerman & Schunk, 1989) mendeskripsikan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh tiga faktor yang mempengaruhi yaitu proses dari dalam individu tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkah lakunya. Faktor lain yang berpengaruh adalah struktur dari kondisi belajar siswa, termasuk di dalamnya tugas-tugas akademik dan situasi belajar. Menurut teori sosial kognitif proses belajar manusia sangat tergantung pada pengaruh lingkungan sosial proses belajar berlangsung. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self regulated learning adalah suatu cara bagaimana individu mengontrol dan mengarahkan tindakannya di dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan diri, pemantauan diri dan mengevaluasi diri yang akan berpengaruh secara langsung kepada perubahan tingkahlakunya.
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain di sekolah. Homeschooling dipraktikkan oleh jutaan keluarga di seluruh dunia. Walaupun ada keinginan untuk membuat sebuah definisi mengenai apa yang dimaksud dengan homeschooling, tetapi tak mudah untuk melakukannya. Menurut Mulyadi bahwa terdapat beberapa alasan orangtua memilih homeschooling tunggal bagi anak antara lain, yaitu menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel, memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran serta dapat menghindari penyakit sosial yang berdampak negatif bagi anak. Berdasarkan pendapat-pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian homeschooling tunggal adalah layanan pendidikan yang dilakukan oleh orangtua atau wali terhadap seorang anak atau lebih terutama di rumahnya sendiri atau di tempat-tempat lain yang menyenangkan bagi peserta didik, hanya melibatkan satu keluarga dan tidak tergabung dengan keluarga lainnya.
Pengertian Homeschooling Sejarah awal homeschooling tunggal yang berkembang di Amerika Serikat pada saat ini dapat dirunut dari perkembangan pemikiran mengenai pendidikan pada tahun 1960-an. Dipicu oleh pemikiran yang dilontarkan John Caldwell Holt melalui bukunya How Children Fail (1964), terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak disebabkan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh eksistensi sekolah itu sendiri. Menurut Sumardiono bahwa homeschooling adalah model pendidikan
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus, karena peneliti ingin melihat dan menggali lebih dalam lagi mengenai self regulated learning pada anak homeschooling tunggal. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak perempuan yang mengikuti homeschooling tunggal, berusia 10 tahun dan memiliki jenjang pendidikan setara dengan anak kelas IV SD pada sekolah formal. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak perempuan dan satu orang significant other. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini antara lain tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap laporan penelitian. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat berdasarkan aspek-aspek, karaktersitik, komponen teoritis yang terdapat pada tinjauan teoritis. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan, dimana observer tidak ikut terlibat dalam kegiatan observasi dan tidak menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Alat bantu yang dapat digunakan antara lain tape recorder, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dalam hal ini triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah beberapa jenis triangulasi yakni triangulasi data, triangulasi pengamat, triangulasi teori dan triangulasi metode. Dimana keempat teknik tersebut dipadukan oleh peneliti untuk mencapai keakuratan penelitian. Peneliti akan menggunakan analisa intra kasus. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh pemahaman mengenai self regulated learning pada anak homeschooling tunggal. HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui dari hasil intra kasus antara subjek dengan significant other yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa alasan orangtua memilih homeschooling tunggal pada subjek dikarenakan di homeschooling tunggal mengajarkan subjek mengenai pendidikan moral dan keagamaan seperti layaknya pada sekolah formal pada umumnya, namun penyampaian yang dilakukan oleh pengajarnya disampaikan dengan metode yang tidak membosankan. Sehingga subjek dapat mudah mencerna makna yang didapat melalui metode pengajaran tersebut dan subjek terhindar dari kenakalan dan perbuatan negatif lainnya. Selain itu subjek juga mendapatkan pendidikan agama yang menjadikan subjek dapat memahami mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak.
Dengan mengikuti homeschooling tunggal subjek mendapatkan suasana nyaman dengan lingkungan serta suasana belajar sehingga dapat memaksimalkan waktu belajarnya. Homeschooling tunggal memberikan subjek rasa aman karena berada di sekitar orang-orang yang sudah subjek kenal. Homeschooling tunggal juga membentuk subjek menjadi pribadi yang mandiri, memiliki jadwal waktu belajar yang dapat disepakati oleh pengajarnya dan fleksibel. Subjek yakin dirinya akan terhindar dari kenakalan dan perbuatan negatif lainnya. Dari hasil intra kasus antara subjek dengan significant other yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa gambaran self regulated learning subjek dapat dilihat dari karakteristik self regulated learning serta penerapan strategi self regulated learning itu sendiri. Subjek selalu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaannya dan disiplin menyiapkan materi pelajaran yang selanjutnya akan dipelajari. Subjek juga terbiasa untuk mengulang setiap materi yang didapatnya. Subjek membuat catatan kecil untuk mencatat intisari materi saat gurunya menerangkan dan membuat daftar prioritas pengerjaan tugas-tugas. Subjek membuat daftar nilai tugas atau quiz setiap mata pelajaran, mencatat jika ada nilai yang kurang memuaskan untuk diperbaiki. Subjek juga membuat evaluasi terhadap dirinya sendiri, membuat checklist daftar materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami. Subjek membuat daftar soal dari materi yang telah dipelajari dan menjawabnya sendiri. Subjek juga membuat daftar koreksi terhadap diri dan mencari tahu, mencatat apa yang sekiranya perlu diperbaiki. Subjek mengetahui cara membenahi metode belajar agar lebih efektif serta mampu menyeleksi materi mana yang masih belum dikuasai. Subjek juga membuat target untuk memperbaiki kesalahan dan dapat mengambil hikmah terhadap hasil yang diperoleh serta mengucap janji untuk selanjutnya akan berusaha lebih baik lagi. Subjek membuat catatan kemajuan hasil nilai-nilai dan membuat kerangka tugas
sebelum mengerjakannya. Subjek mencari tambahan informasi ke orang lain selain guru, bertukar informasi kepada teman dan mau bertanya kepada orangtua. Subjek juga membuat suasana yang tidak biasanya untuk belajar. Subjek menerima konsekuensi jika berhasil atau gagal dalam mengerjakan tugas dan menemukan cara termudah menghafal materi pelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning subjek dikarenakan subjek mampu dan yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik, selain itu subjek merupakan anak yang selalu ingin tahu dan penasaran jika belum menemukan apa yang dia ingin ketahui. Subjek juga seorang anak yang selalu ingin berusaha lagi jika mengalami kegagalan. Subjek terus mencari cara baru agar mudah mencerna materi pelajaran, dan memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya sendiri untuk meningkatkan semangat belajarnya. Subjek dapat memperbaiki kesalahannya agar pekerjaan yang selanjutnya subjek memiliki strategi untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Subjek juga memiliki target dan tujuan akhir dari apa yang dikerjakan dan mengevaluasi hasilnya. Subjek terbiasa mengoreksi kembali hasil pekerjaannya usai selesai mengerjakan dan membandingkannya kepada orang lain. Subjek berada di kondisi lingkungan sekitar yang mendukung untuk belajar dan memiliki lokasi favorit untuk belajar. Selain itu subjek juga tidak dapat belajar dalam kondisi banyak orang yang gaduh tetapi kalau sambil mendengarkan lagu kesukaan itu justru membuatnya nyaman dan mampu memaksimalkan waktu belajarnya sehingga menimbulkan semangat meraih nilai yang bagus serta merasakan manfaatnya. Subjek merasa terganggu belajarnya jika suasana tempat sekitar berisik karena keberadaan oranglain yang mengganggu, tapi kalau bising karena suara musik subjek sangat tidak terganggu. Subjek mampu membuat suasana lingkungan belajarnya menjadi nyaman seperti yang diinginkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subjek dan significant other, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Alasan orangtua subjek memilih homeschooling tunggal a. Menjadikan subjek memiliki sikap moral atau keagamaan yang baik, dengan mengikuti homeschooling tunggal subjek memiliki sikap moral atau keagamaan yang baik. b. Membentuk lingkungan sosial dan suasana belajar subjek menjadi lebih baik, hal ini terlihat saat subjek tampak merasa nyaman dengan lingkungan dan suasana belajarnya di rumah. c. Memberikan fleksibilitas jadwal waktu belajar yang cukup baik. d. Membuat subjek merasa memiliki kedekatan emosional yang baik terhadap pengajar homeschooling tunggalnya. Terlihat dari subjek yang merasa dirinya seperti nyaman berada di dekat orangtua sendiri sehingga sangat akrab kepada pengajarnya. e. Memberikan pembelajaran serta menghindarkan subjek dari penyakit sosial, tercermin dalam inti dari pengajaran bahwa mengambil atau meminta sesuatu yang bukan miliknya itu tidak boleh. 2. Gambaran self regulated learning subjek a. Subjek memiliki disiplin dalam menyiapkan materi pelajaran yang baik untuk selanjutnya dipelajari dan subjek juga terbiasa untuk mengulang setiap materi yang didapatnya dengan baik. b. Subjek memiliki self evaluating yang baik, karena subjek di akhir proses belajar melakukan koreksi, memeriksa dengan seksama dan membuat catatan kemajuan nilai dari hasil tugasnya. Subjek juga
memiliki organizing and transforming yang juga baik, karena subjek dalam mengerjakan tugas terlebih dahulu membuat kerangka, urutan pengerjaan serta tidak terfokus pada satu tugas itu-itu saja. Subjek memiliki goal setting and planning yang baik, hal ini terlihat dari penjadwalan materi dan membuat perencanaan pencapaian dalam belajar. Subjek memiliki seeking information yang baik, karena subjek dapat mencari informasi tambahan selain dari gurunya. Subjek memiliki keeping records and monitoring yang cukup baik, hal ini tampak saat subjek membuat catatan kecil serta mengambil intisari materi yang disampaikan gurunya. Subjek memiliki environtmental structuring yang juga baik, karena subjek melakukan pengaturan tempat sedemikian rupa dan membuat suasana belajar yang tidak biasa yang membuat subjek merasa nyaman berada di tempat tersebut. Subjek memiliki self consequating yang baik, hal ini tercermin pada saat subjek mau menerima apapun konsekuensi yang didapat dari hasil belajarnya sendiri. Subjek memiliki rehearsing and memorizing yang baik, karena subjek dapat menemukan metode menghafal yang mudah dan efektif untuk dirinya sendiri. 3. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning subjek a. Subjek mampu dan yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan seandainya mengalami kegagalan subjek segera mencari apa yang menjadi kesalahannya untuk diperbaiki lagi nanti kedepannya. Subjek merupakan anak yang selalu ingin tahu dan penasaran jika belum menemukan apa yang dia ingin ketahui. Proses personal juga terlihat
saat subjek menjaga kondisi badan agar tetap fit adalah sebagai salah satu bentuk usaha agar dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Subjek juga seorang anak yang selalu ingin berusaha lagi jika mengalami kegagalan. Sehingga subjek dapat dikatakan memiliki proses personal yang cukup baik. b. Subjek terus mencari cara baru agar mudah mencerna materi pelajaran seperti dengan metode mengaitkan kata-kata dipadukan dengan hafalan, memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan semangat lagi belajarnya. Subjek dapat mengetahui apa yang menjadi kesalahan sehingga dapat diperbaiki kembali untuk pekerjaan yang selanjutnya dan subjek memiliki strategi untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Selain itu subjek juga memiliki target dan tujuan akhir dari apa yang dikerjakan dan mengevaluasi hasilnya. Subjek termasuk teliti meskipun masih suka sesekali terlewat dalam mengoreksi. Subjek terbiasa mengoreksi kembali hasil pekerjaannya usai selesai mengerjakan. Selain itu subjek terkadang juga suka membandingkan hasil pekerjaannya dengan orang lain atau temannya. Subjek berada di kondisi lingkungan sekitar yang mendukung untuk belajar. Subjek tidak dapat belajar dalam kondisi banyak orang yang gaduh tetapi kalau sambil mendengarkan lagu kesukaan itu justru membuatnya nyaman dan semangat meraih nilai yang bagus. Lokasi favorit subjek untuk belajar adalah di halaman teras belakang rumah. Subjek mampu memaksimalkan cara dan waktu belajarnya. Selain itu subjek juga dapat merasakan manfaat dari memaksimalkan waktu belajarnya sekarang. Sehingga subjek dapat dikatakan memiliki tingkahlaku yang
c.
baik. Subjek merasa terganggu belajarnya jika suasana tempat sekitar berisik dengan suara-suara orang lain, tapi kalau bising suara musik apalagi lagu-lagu yang disukai subjek sangat tidak terganggu. Subjek mampu membuat suasana lingkungan belajarnya menjadi seperti yang diinginkannya supaya bisa lebih semangat dan mudah memahami materi. Subjek sangat terpengaruh apabila lingkungan atau suasana belajar di sekitarnya tidak nyaman. Kehadiran orang lain yang membuat kegaduhan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketidaknyamanan subjek saat sedang belajar. Selain itu musik juga merupakan hal yang membuat subjek semangat dalam belajar dan subjek merupakan anak yang mudah menerima keberadaan oranglain selama tidak mengganggu dirinya. Sehingga subjek dapat dikatakan memiliki self reaction yang baik.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Untuk subjek, diharapkan dapat mempertahankan strategi self regulated learning yang sudah baik dan jika perlu untuk lebih ditingkatkan atau dikembangkan kembali agar dapat menemukan metode belajar yang lebih efektif lagi dibandingkan dengan yang sebelumnya. 2. Disarankan kepada orangtua subjek, untuk terus dapat memantau perkembangan subjek dari waktu ke waktu. Agar subjek dapat terus terarahkan dengan baik dan sesuai dengan self regulated learning yang sudah dimiliki. Sedangkan bagi orangtua lainnya, diharapkan agar lebih peka terhadap apa yang menjadi kelebihan dan kebutuhan apa yang memang benarbenar dibutuhkan oleh anak.
3. Adapun kepada orangtua diharapkan dapat memiliki komitmen dan keterlibatan yang tinggi terhadap homeschooling tunggal yang menjadi pilihan bagi anak, karena homeschooling tunggal tidak akan berjalan dengan baik apabila tanpa adanya keterlibatan dari orangtua itu sendiri. 4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian menggunakan subjek yang sama tetapi dengan menggunakan variabel yang berbeda seperti motivasi belajar atau kemandirian. Atau dapat juga melakukan penelitian dengan menggunakan subjek yang berbeda namun tetap menggunakan variabel yang sama, yaitu self regulated learning dan homeschooling tunggal. Dapat pula untuk penelitian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitiannya.
Daftar Pustaka Ajisukmo, C. R. P. (1996). Self regulated learning in indonesian higher education. Jakarta : Atma Jaya Research Centre. Basuki, H. (2004). Pengujian model konstruksi belajar yang bermakna pada kreativitas, self regulated learning dan prestasi akademik siswa sekolah SMU negeri di jakarta. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma. Kerlins, A. B. (1992). Cognitive engagement style, self regulated learning and cooperative learning. http://kerlins.net/bobbi/research/my research/ srl.html. Diakses 6 April
2009. Milles & Huberman, K. (1994). In Deepth interview, observation and other
research Instrument. London: Northern Library. Montalvo, T. F. & Torres, G. C. M. (2004). Self regulated learning: Current and future directions. Electronic journal of research in educational psychology. Volume 89 (29-36). Paris, S. G., & Cunningham, A. E. (1996). Children becoming students. In D. C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.), Handbook of educational psychology (pp. 117-146). New York: Macmillan. Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). Motivational and self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational Psychology, 82(1), 3340. Pintrich, P. R., & Schunk, D. H. (1996). Motivation in education: Theory, research, and applications. Englewood Cliffs, NJ: PrenticeHall. Prabowo, H. & Puspitawati. (1997). Psikologi pendidikan (serial diktat kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia. Purwadi, S. (2006). Sekolah di rumah: Memanfaatkan seluruh dunia sebagai ruang kelas. Bandung: Penerbit Nuansa. Rupp, R. (2007). Home learning year by year: How to design a homeschool curriculum from preschool through high school. International Journal of Educational Home Learning. (32 – 34) Volume. 07. Num. 31. January. Washington DC: American Psychological Association. Sumardiono. (2007). Homeschooling: A leap for better learning, lompatan cara belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Woolfolk, A. E. (2004). Educational Psychology (9th Edition). Boston: Allyn & Bacon.