KEBIJAKAN DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI DI NUSA TENGGARA TIMUR A. Hamid Bappeda Provinsi NTT ABSTRAK Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan Kecil dengan komoditas yang tersebar dan terbatas serta sangat dipengaruhi oleh iklim yang mengakibatkan terjadinya isolasi-isolasi baik secara fisik, ekonomi dan sosial, yang akhirnya berdampak pada rentannya provinsi ini terhadap kemiskinan, bencana alam, kelaparan dan serangan hama. Komoditi unggul secara comperatif, competitif, kuantitatif, dan Indikatif yang dikembangkan yakni : Tuna, cekalang, kerapu, udang, lobster, cumi-cumi, rumput laut, ikan Kerapu, mutiara, sapi potong, kayu cendana, tenun ikat motif daerah, garam dan jeruk keprok SoE. Namun permasalahan yang dihadapi antara lain Kelembagaan Kelompok Tani, tenaga pendamping petani , tim teknis, akses modal, padang penggembalaan, pemotongan ternak produktif, belum optimalnya pengawasan lalulintas keluar masuk ternak, terbatasnya aparatur teknis dan kekurangan sarana pemasaran yang bertugas di lapangan, dministrasi kelompok yang belum tertata, kurangnya informasi dan jaminan pemasaran, serangan hama dan penyakit, sulit dikontrol penangkapan ikan oleh kapal asing, kurangnya tenaga penyuluh perikanan, terbatasnya pengetahuan petani perikanan dalam pemanfaatan pengelolaan perikanan dan proses penangkapan ikan oleh masyarakat masih dengan sistim tradisional. Walaupun produktivitas dan kinerja agroindustri di NTT masih rendah namun potensi yang ada cukup menjajikan untuk dapat dikelola demi peningatan pendapatan daerah dan masyarakat NTT. Penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi agroekologi dan budaya NTT sangat diperlukan, dengan antaralain mempercepat transfer informasi tentang teknologi yang sesuai serta menyediakan akses yang baik bagi kesehatan dan pendidikan. Kata kunci :
pembangunan, agroindustri, kebijakan, tantangan, Nusa Tanggara Timur dan teknologi LATAR BELAKANG
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan kecil dengan komoditas yang tersebar dan terbatas serta sangat dipengaruhi oleh iklim yang mengakibatkan terjadinya isolasi-isolasi baik secara fisik, ekonomi dan sosial, yang akhirnya berdampak pada rentannya provinsi ini terhadap kemiskinan, bencana alam, kelaparan dan serangan hama. Provinsi NTT dengan luas daratan 47.350 Km2, terdiri dari 18 kabupaten dan 1 kota, 218 kecamatan dan 2.370 desa/kelurahan. NTT mempunyai 1.192 pulau, dengan 42 pulau yang didiami, dan 3 kepulauan besar yaitu Timor, Sumba dan Flores. Jumlah penduduk NTT pada tahun 2005 adalah 4.260.294 jiwa dengan 952.502 KK, 50,19% perempuan, kepadatan penduduk 90 jiwa/km2, dan lebih dari 70% tinggal dipedesaan dan sebagian besar hidup bergantung pada pertanian. Penduduk NTT memiliki keragaman etnis, budaya dan bahasa daerah lebih dari 60 ragam bahasa lokal/dialek, yang berpotensi sebagai daya tarik wisata. Nusa Tenggara Timur memiliki sumberdaya darat yang terbatas, beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1.200 mm per tahun dengan durasi 3-4 bulan. Jenis tanah termasuk miskin hara (terutama N), penutupan lahan + 14% dari luas wilayah, dengan dominan topografi berbukit sampai bergunung sehingga dengan sistem bertani berladang berpindah yang masih banyak dilakukan berakibat pada rawannya daerah ini terhadap erosi dan longsor. Provinsi NTT merupakan salah satu kawasan perbatasan negara, yakni perbatasan daratan dengan RDTL sepanjang 268,8 Km, perbatasan perairan meliputi Laut Timor dengan Australia, perairan Selat Ombai dengan RDTL. NTT memiliki 5 pulau terluar/terdepan (Kepres No. 78 Tahun 2005): Pulau Alor, Ndana (Sabu), Ndana (Rote), Batek (Kupang) dan Mangkudu (Sumba).
Posisi geologi dan geomorfologi NTT, sebagian besar merupakan pertemuan Lempeng Samudra Hindia – Australia dan Eurosia, berdampak terhadap pembentukan 11 gunung berapi di pulau Flores, yang menyebabkan NTT sebagai kawasan rawan gempa tektoknik, vulkanik, longsor dan rawan tsunami. Posisi lintas regional dan benua serta kepulauan juga memiliki potensi rawan terhadap berbagai masalah sosial, keamanan daerah dan negara. VISI DAN MISI Visi Provinsi NTT adalah: “Terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera lahir bathin secara adil dan merata berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Visi ini diharapkan dapat dicapai dengan melakukan misi: (1) meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila, (2) memberdayakan masyarakat melalui peningkatan kualitas SDM dengan cara optimalisasi perekonomian rakyat, pendidikan dan kesehatan masyarakat, dan (3) mewujudkan otonomi daerah yang bertanggungjawab sebagai proses demokrasi dan pemerataan pembangunan. Sedangkan Thema pembangunan daerah NTT adalah: optimalisasi sumberdaya produksi daerah secara merata untuk meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat. PERMASALAHAN POKOK PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT Beberapa permasalahan pokok dalam pelaksanaan pembangunan di Provinsi NTT adalah: • Angka kemiskinan yang masih tinggi, yaitu berkisar 27,86 % dari total penduduk (BPS 2004). • Pendapatan perkapita masyarakat NTT masih rendah, yaitu Rp. 3,84 juta Nasional Rp. 15,03 juta. • Angka pengangguran yang masih tinggi 4,34 % pada tahun 2005. • Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) 554/100.000 kelahiran hidup, Nasional 307/100.000. (Tahun 2003). • Masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) 49/1000 kelahiran hidup (Tahun 2004), Nasional 37/1000 kelahiran hidup. • Aspek produk daerah yang belum memenuhi skala konsentrasi dan tersebar secara parsial pada wilayah terpencil menyebabkan high cost ekonomi. • Belum memadainya sarana prasarana / infrastruktur ekonomi dalam mendukung investasi di NTT. • Komitmen moral investor yang akan berinvestasi di NTT masih perlu dipertanyakan, walaupun kesiapan masyarakat dalam menerima masuknya investasi juga patut dipertanyakan. • Akses dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Masih Rendah. • Struktur Industri Lemah, produktivitas pertanian rendah karena antaralain penerapan teknologi yang belum memadai dan masih dilakukan secara tradisional turun temurun karena antaralain arus informasi teknologi yang belum memadai sehingga akses petani terhadap teknologi masih terbatas sekali. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH Prioritas pembangunan daerah NTT dijabarkan dalam tiga pilar utama (Tiga Pilar Pemerataan) dan didukung oleh tiga faktor dinamis, yaitu: A. Ekonomi yang berpihak ke rakyat kecil 1. Revitalisasi ekonomi rakyat: (i) Peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan, (ii) Peningkatan kesempatan kerja, investasi dan eksport, (iii) Revitalisasi pembangunan pertanian dan perdesaan 2. Percepatan pembangunan infrastruktur. 3. Pembangunan wilayah perbatasan,dan pulau-pulau kecil dan terpencil. B. Pembangunan SDM 1. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan.
2. Penanganan dan pengurangan resiko bencana. C. Penegakan hukum dan HAM 1. Pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi. 2. Pemantapan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan berdemokrasi. Sedangkan tiga faktor dinamis yang mendukung efektifitas tiga pilar pemerataan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aksesibilitas: membuka akses yang luas terhadap sumberdaya pembangunan (meningkatkan pertumbuhan ekonomi). 2. Transformasi birokrasi: Permintaan kondisi iklim yang kondusif bagi percepatan pertumbuhan dan keadilan (Penciptaan keadilan). 3. Modal sosial: Menciptakan msyarakat yang memiliki high trust society/masyarakat mandiri untuk meningkatkan daya saing SDM. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUAN EKONOMI NTT Percepatan perubahan struktur perekonomian daerah melalui peningkatan pertumbuhan eknomi yang digerakkan oleh sektor ekonomi primer, sekunder dan tersier secara proporsional. Dua indikator utama yang dipakai untuk mengukur perubahan struktur ekonomi adalah: (i) Perubahan pangsa relatif (share) masing – masing sektor terhadap pembentukan nilai PDRB dan (ii) Penyerapan tenaga kerja. Apabila pangsa relatif sektor sekunder memperlihatkan trend yang membesar dan sebaliknya sektor primer menunjukkan gejala mengecil, sedangkan sektor tersier konstan atau landai. Dengan demikian proses pembentukan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja akan bergeser ke sektor sekunder dan tersier dari primer, Nilai tambah sebagai basis perhitungan nilai PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi semakin meningkat yang pada gilirannya pendapatyan perkapita dan pendapatan daerah meningkat pula. Share Sektor Terhadap PDRB • Share sektor primer thn 2004: 41 %, thn 2008/2009: 33 % • Share sektor sekunder thn 2004: 3,7%, thn 2008/2009: 10 % • Share sektor tersier thn 2004: 55 %, thn 2008/2009: 56 % Share Penyerapan Tenaga Kerja • Share sektor primer thn 2004: 75 %, thn 2008/2009 54 % • Share sektor sekunder thn 2004: 6,5%, thn 2008/2009: 19 % • Share sektor tersier thn 2004: 18,2 %, thn 2008/2009: 26,74 % Keterkaitan agenda pembanguan nasinal dan daerah digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Keterkaitan agenda pembangunan di tingkat nasional dan daerah. Pada Tabel 1. berikut ini disajikan angka pertumbuhan ekonomi di NTT selama kurun waktu tahun 2003-2006 Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2003-2006 Pertumbuhan Ekonomi pada tahun Angka Pertumbuhan Sektor 2003 2004 2005 2006 * Pertanian
2.78
3.50
0.19
3.20
Pertambangan & Penggalian
2.43
0.92
2.79
2.14
Industri Pengolahan
4.72
4.62
3.09
4.42
Listrik, Gas & Air
2.22
4.62
6.70
2.04
Bangunan
1.94
1.42
2.61
0.80
Perdagangan, Restoran & Hotel
5.31
4.85
4.56
5.57
Pengangkutan & Komunikasi
7.23
8.66
7.13
8.62
Keu, Persewaan & Jasa Perush
3.06
8.21
9.14
2.97
Jasa-Jasa
8.29
7.03
5.78
8.36
Lain-lain
4.57
4.77
3.10
4.94
Sumber data: (BPS, 2006) Sementara gambaran target dan realisasi kontribusi sektoral terhadap pembentukan nilai BDRB NTT tahun 2005 s/d 2008 dapat diikuti pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Target dan Realisasi Kontribusi Sektoral dalam pembentukan Nilai PDRB (%) NTT Tahun 2005-2008 2005 2006 2007 2008 Sektor Target Real Target Real Target Target Pertanian
36,50
41.27
34,00
40.69
32,00
30,00
Pertambangan
2,20
1.51
2,40
1.35
2,80
3,00
Industri
5,00
1.82
6,50
1.63
7,50
9,00
Listrik, Gas, Air bersih
0,75
0.43
0,80
0.40
0,90
1,00
Konstruksi
8,50
7.66
9,00
6.69
9,00
9,00
Perdagangan
19,50
15.09
19,50
15.41
20,00
20,00
Transportasi & komunikasi
8,50
6.27
9,00
6.90
9,00
9,50
Keuangan
5,00
3.42
6,00
3.08
7,00
7,00
Jasa-jasa
14,05
22.52
12,80
23.86
11,80
11,00
Jumlah
100
100
100
100
100
100
Selanjutnya Tabel 3. Menyajikan target dan realisasi penyerapan tenaga kerja menurutekonomi tahun 2005 s/d 2008. Tabel 3. Target dan Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sekotor Ekonomi Tahun 2005-2008 2005 2006 2007 2008 Sektor Target Pertanian
Real
Target
Target
Target
69,73
78,34
62,75
58,87
53,25
0,64
1,05
0,70
0,81
0,87
10,22
5,87
14,54
16,26
19,00
Listrik, Gas, Air bersih
0,10
0,11
0,11
0,12
0,14
Konstruksi
3,00
1,54
3,50
4,25
4,75
Perdagangan
6,75
4,42
8,11
9,85
10,32
Transportasi & Komunikasi
2,71
2,04
3,84
4,49
5,55
Keuangan
0,71
0,44
0,86
0,99
1,10
Jasa-jasa
6,14
6,19
5,59
5,16
5,02
Pertambangan Industri
Jumlah
100
100
100
100
100
POTENSI SUMBERDAYA AGROINDUSTRI NTT Tabel 4. Potensi Tanaman Perkebunan No
Komoditi
1
Kelapa
2001
2002
2003
2004
2005
2006 *)
169,039
159,117
59,377
154,232.37
161,924.33
167,268.81
2
Kopi
66,561
69,798
67.258
66,261.70
67,191.29
67,191.02
3
Kakao
34,585
36,197
33,946.00
37,883.02
40,070.05
40,091.80
4
Cengkeh
10,789
11,125
12,002.02
11,597.81
12,374.80
12,380.80
5
J. Mete
145,669
156,807
144,096
134,997.27
160,451.63
160,457.95
6
Kemiri
87,703
88,526
79,924.35
74,972.92
77,978.78
77,942.03
7
Kapuk
27,096
27,762
17,567.61
14,124.07
15,163.29
15,776.29
8
Jarak Pagar Jarak Rambt
9,081 -
7,719 -
1,588.05 -
3,424.60 -
1,203.55 3,200.97
1,253.55 3,200.97
9
Vanili
1,988
2,182
2,661.69
4,239.00
4,204.41
4,204.41
10
Pala
327
357
541.44
576.13
692.70
696.70
11
Pinang
37,810
37,228
38,645.30
36,947.96
39,280.26
39,301.26
12
Lada
255
268
325.24
398.57
417.96
417.96
13
Tembakau
1,677
1,795
480.84
576.13
498.74
498.74
14
Asam
-
-
-
3,277.20
1,875.72
1,948.72
15
Sirih
1,698
1,718
2,651.76
2,398.04
2,719.34
2,719.34
16
Lontar
-
-
8,993.10
10,032.40
12,818.80
12,818.80
Jumlah
594,278
600,599
70,058.54
555,851.66
02,066.62
08,169.15
Gambaran potensi agroindustri di NTT secara keseluruhan dapat diikuti pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Potensi agroindustri di NTT
Tabel 5. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Sawah di NTT tahun 2001 - 2008 No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Luas areal tanam (ha)
Capaian Pemanfaatan (%)
109.567 113.161 113.930 120.856 109.337 113.052 113.027 110.590
86,13 88,96 89,56 95,01 85,95 88,87 88,85 86,93
Potensi lahan sawah: 127.208 (Ha), yang sudah dimanfaatkan 113.027, potensi investasi 14.181 ha.
Tabel 6. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Kering di NTT tahun 2001-2008 Luas areal yang ditanam (Ha) Capaian pemanfaatan (%) No Tahun Pangan Sayuran Buah Pangan Sayuran Buah 1 2 3 4 5 6 7
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
335.092 379.869 459.012 553.290 498.973 483.165 447.595
16.746 16.765 18.787 16.538 15.157 30.089 33.496
92.893 116.615 124.183 175.462 222.565 102.891 114.199
21.93 24.86 30.03 36.20 32.65 31.62 29.29
1.10 1.10 1.23 1.08 0.99 1.97 2.19
6.08 7.63 8.13 11.48 14.56 6.73 7.47
8
2008
473.035
37.407
127.100
30.95
2.45
8.32
Potensi lahan kering: 1.528.258 ha, sudah dimanfaatkan 616.150 (40%), potensi investasi 912.108 ha. PERKEMBANGAN PRODUKSI Tabel 7. Tingkat Produksi Komoditas Pangan tahun 2005 dan 2006. Produksi (Ton) No Komoditi Perkembangan 2005
2006 *)
Produksi (%)
1
Padi
462.008
498.015
8.03
2
Jagung
552.439
636.593
15.23
3
Ubi kayu
891.783
868.114
2.65
4
Ubi jalar
99.748
91.558
8.21
5
Kedelai
2.188
2.752
25.78
6
K. Tanah
14.518
6.015
10.31
7
K. hijau
16.695
13.763
17.56
8
Sorgum
3.449
5.566
61.38
2,041.828
2,132.376
44.30
Jumlah
Kebijakan Penanganan Spasial Pola Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Sektor dan Sub Sektor seperti terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kebijakan Penanganan Spasial Pola Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Sektor dan Sub Sektor No 1
Kawasan Potensial
Satuan
Pertanian Lahan Kering dan Hortikultura
1.528.308 Ha
Kegiatan Prioritas
2
Pertanian Lahan Basah
284.103 Ha
3
Perkebunan
888.931Ha
4
Hutan Produksi
Tersebar
5 6
Perikanan Darat Perikanan Tangkap
8.375 Ha 200.000 Km2
7
Perikanan Pantai
5.700 Km
8
Budidaya Perikanan
90.605 Ha
Budidaya Laut Budidaya Tambak
55.150 Ha 35.455 Ha
Komoditas Unggulan Daerah
Intensifikasi dan ektensifikasi usaha Pembinaan pelaku dan Kelembagaan
Intensifikasi dan ektensifikasi usaha Pembinaan pelaku dan Kelembagaan
Intensifikasi dan ektensifikasi usaha Pembinaan pelaku dan Kelembagaan
Intensifikasi dan ektensifikasi usaha Pembinaan pelaku dan Kelembagaan
Hasi kayu: cendana, jati, gaharu Produksi Non kayu: asam, kemiri kutu lak, madu, asam, kemiri
Intensifikasi kolam ikan Intensifikasi potensi tangkap Intensifikasi kegiatan tangkap Intensifikasi dan ekstensifikasi Ekstesifikasi potensial yang belum dikelola Pembinaan pelaku dan Kelembagaan
Bandeng, Mujair
Tuna, Cakalang
Kerapu, Ikan Karang, Ikan Hias Rumput Laut, Kakap, Udang
Pertanian Tanaman Pangan Lahan kering: Jagung dan Palawija : Jeruk, mangga, pisang Hortikultura Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah: Padi dan palawija Pakan ternak besar (sapi) Andalan nasional : Jambu mete Andalan Regional : Kopi, kakao, kelapa Andalam Lokal : Vanili
Sasaran volume & nilai ekspor komoditi perkebunan NTT Tahun 2006 Komoditi
Nilai Produksi (Rp)
Volume Ekspor (Ton)
Nilai Ekspor (Rp)
Kopi
231.440.000
17.358
173.580.000
Kakao
144.144.000
837,61
144.144.000
Kelapa
162.177.500
32.435,5
81.088.750
Mente
225.162.000
30.557,70
231.903.900
Jumlah
387.339.500
81.188,81
630.716.650
BISNIS PLAN/ CORE BISNIS Komoditi unggul secara comperatif, competitif, kuantitatif, dan Indikatif yakni : - Komodti Tuna, cekalang, kerapu, udang, lobster, cumi-cumi. Produksi 126.000 ton/thn, potensi luat laut NTT 20 jt ha, sementara peluang investasi perikanan budidaya dan tangkap 500.000 – 800.000 ton/thn dgn kualitas global - Rumput laut (kualitas I/terbaik) produksi ± 481.000 ton thn 2006 - Kerapu : 3.000 ton/thn : kerapu macan/tikus/bebek mempunyai harga yang sangat tinggi/fantastis Rp. 300.000/kg hidup tujuan hongkong dan jepang - Mutiara kualitas ekspor, belasan PMA dan PMDN telah beroperasi di NTT (Rp. 100.000-200.000/butir) penjualan mendekati triliunan rupiah. - Sapi potong (sapi Bali dan Ongol), populasi saat ini ± 550.000 ekor, beberapa dasawarsa lalu populasi 1,5 juta ekor (perlu peningkatan kualitas genetik/plasma nutfah melalui breeding center, penyediaan HMT sistim pengawetan dan akses sumber air.
-
Kayu cendana, populasi tinggal puluhan ribu pohon, beberapa dasawarsa lalu ratusan ribu sampai jutaan pohon (perlu upaya pengembalian plasma nutfah melalui teknologi pengembangbiakan yang spesifik lokal Tenun ikat motif daerah, pasaran nasional dan global. Produksi ratusan ribu lembar Garam industri Deman lebih tinggi dari suplay, kebutuhan/permintaan pasar lebih tinggi dari stok produksi, sesungguhnya potensi NTT sangat tinggi dengan garis pantai yang panjang Jeruk keprok TTS, kualitas Nasional (no. 1 di Indonesia, masalah dalam pengepakan/pengawetan/transportasi pasar. PERMASALAHAN / TANTANGAN PEMBANGUNAN
Pertanian • Kelembagaan Kelompok Tani sebagain besar masih pemula, mengakibatkan serapan inovasi teknologi melemah • Tenaga pendamping oleh penyuluh masih kurang karena ada alih fungsi ke struktural dan banyak yang sudah pensiun • Tim teknis belum bekerja maksimal dalam menelaah rancangan kebutuhan kelompok tani (Rencana Usaha Kelompok) • Akses modal untuk memfasilitasi sarana dan prasarana, produksi belum optimal baik APBD, APBN dan DAK. Peternakan 1.Permasalahan Bidang Produksi. • Padang penggembalaan sebagai lahan peternakan makin sempit. • Banyak ternak produktif yang di potong 2.Bidang Kesehatan Hewan. • Beberapa penyakit menular utama di NTT yang menyebabkan kematian ternak • Pengawasan lalulintas keluar masuk ternak yang belum optimal sehingga dapat mengakibatkan masuknya jenis penyakit hewan ke NTT 3.Bidang SDM dan Kelembagaan. • Terbatasnya aparatur teknis dan kekurangan sarana pemasaran yang bertugas di lapangan • Administrasi kelompok yang belum tertata dengan baik yang berakibat pada perkembangan kelompok kurang optimal Perkebunan • Komoditas yang dikembangkan umumnya kurang informasi dan jaminan pemasaran untuk komoditas non konvensional • Adanya serangan hama yang terkesan periodik • Produktivitas diusahakan untuk ditingkatkan, namun penerapan berbagai paket teknologi terkendala (penyuluhan, harga) • Pengolahan dan Mutu Hasil belum ada perencanaan yang terintegrasi hulu hingga hilir mengenai pengembangan produk dan mutu hasil • Kelembagaan petani lemah dan perlu didorong penguatan kelembagaan usaha perkebunan (kelompok tani, koperasi komoditi, asosiasi komoditi, CCDC) Kelautan dan Perikanan • Masih banyak penangkapan ikan oleh kapal asing yang sulit dikontrol • Kurangnya tenaga penyuluh perikanan dalam proses pendampingan terhadap masyarakat • Sarana prasarana yang belum optimal dalam usaha periakanan • Terbatasnya pengetahuan petani perikanan dalam pemanfaatan pengelolaan perikanan.
•
Proses penangkapan ikan oleh masyarakat masih dengan sistim tradisional sehingga mengurangi jumlah tangkapan. Kurangnya tenaga teknis dan fungsional kehutanan PENUTUP
Walaupun produktivitas dan kinerja agroindustri di NTT masih rendah yang diakibatkan oleh berbagai hambatan, seperti provinsi kepulauan, topografi yang bergelombang berbukit sampai bergunung, penerapan teknologi yang masih minimal dan lainnya namun potensi yang ada cukup menjajikan untuk dapat dikelola demi peningatan pendapatan daerah dan masyarakat NTT. Penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi agroekologi dan budaya NTT sangat diperlukan, dengan antaralain mempercepat transfer informasi tentang teknologi yang sesuai serta menyediakan akses yang baik bagi kesehatan dan pendidikan.