Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi Fakultas Ekonomi UI, 6-9 Juni 2011
Hari 3 – Sesi 2
PSAK 25 (Revisi 2009)
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
Edited by: Taufik Hidayat dan Rahfiani K.
1
PSAK 25 tahun 1994 vs 2009 Revisi 2009
1994
Panduan pemilihan kebijakan akuntansi ketika tidak ada SAK yang secara spesifik.
Tidak ada.
Ketidakpraktisan
Tidak ada.
Pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi yang akan datang ketika entitas belum menerapkan suatu PSAK baru yang telah diterbitkan tetapi belum efektif berlaku.
Tidak ada.
Pengungkapan yang detail atas jumlah penyesuaian yang dihasilkan dari perubahan kebijakan akuntansi atau kesalahan periode awal.
Tidak ada.
2
Agenda 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lingkup dan Aplikasi Standar Kebijakan Akuntansi dan Estimasi Akuntansi Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Perubahan Kebijakan Akuntansi Perubahan Estimasi Akuntansi Kesalahan Ketidakpraktisan Penerapan Retrospektif dan Penyajian Kembali Retrospektif
3
1. Lingkup dan Aplikasi Standar Entitas diharuskan untuk menerapkan PSAK 25 (Rev 2009)
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan dalam hal: 1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi, dan 2. Akuntansi untuk a. Perubahan kebijakan akuntansi, b. Perubahan estimasi akuntansi, dan c. Koreksi kesalahan periode lalu. Dampak
pajak perbaikan kesalahan periode sebelumnya dan penyesuaian retrospektif untuk perubahan kebijakan akuntansi diperlakukan dan diungkapkan sesuai dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan. 4
2. Kebijakan Akuntansi dan Estimasi Akuntansi Kebijakan akuntansi
menurut PSAK 25
adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan berimplikasi kepada pengakuan, pengukuran dan penyajian atas elemen seperti aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban, pada laporan keuangan.
Estimasi akuntansi tidak dijelaskan secara
spesifik di PSAK 25.
5
2. Kebijakan Akuntansi dan Estimasi Akuntansi Kebijakan akuntansi yang dipilih oleh entitas harus dapat menjelaskan : 1. Pengakuan: Kapan dan kondisi seperti apa diakui; 2. Pengukuran: Berapa banyak yang diakui; dan 3. Penyajian: Bagaimana disajikannya di LK.
6
2. Kebijakan Akuntansi dan Estimasi Akuntansi Estimasi akuntansi
merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemenelemen dalam LK. Pertimbangan
entitas berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan dapat diandalkan. Hal yang tidak dapat diukur secara akurat namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas bisnis. Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan LK tanpa menyesampingkan keandalannya. 7
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Dalam
menentukan kebijakan akuntansi, entitas tidak memiliki pilihan kecuali harus tunduk pada urutan ketentuan berikut : 1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk item tersebut menggunakan SAK yang bersangkutan dan mempertimbangkan Panduan Aplikasi SAK yang relevan.; dan 2. Dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan & andal.
Ada SAK spesifik
Tidak ada SAK spesifik
8
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifik, manajemen menggunakan pertimbangannya dalam menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang: 1. relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai; dan Tidak ada SAK 2. andal, dalam laporan keuangan yang: spesifik a. menyajikan secara jujur b. substansi ekonomi mengungguli bentuk hukumnya; c. netral, d. pertimbangan sehat; dan e. lengkap dalam semua hal yang material.
9
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lain yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi,
Tidak ada SAK spesifik
literatur akuntansi lain, dan
praktik akuntansi industri yang berlaku,
Sepanjang tidak bertentangan dengan SAK ataupun Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan 10
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Jika terdapat perubahan kebijakan akuntansi : Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi
secara konsisten untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara spesifik mengatur atau mengizinkan
kelompok item-item dimana kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang mungkin sesuai dengan keadaan. Jika PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokkan
semacam itu, Maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan
secara konsisten untuk setiap kelompok. 11
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Perubahan
kebijakan akuntansi terjadi jika terdapat perubahan pada salah satu komponen berikut: 1. kriteria pengakuan, 2. dasar pengukuran, dan 3. metode penyajian. Jika tidak satupun dari komponen di atas yang berubah, maka perubahan tersebut dikategorikan sebagai perubahan estimasi.
12
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Dalam rangka
mencapai konsistensi dalam kebijakan akuntansi, perubahan kebijakan akuntansi pada dasarnya tidak diperkenankan, kecuali : 1. 2.
dipersyaratkan oleh suatu PSAK (mandatory); atau menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas. (voluntary)
13
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Contoh PT
A sebelumnya membebankan seluruh biaya pinjaman ke dalam laporan laba rugi. PT A ingin mengkapitalisasi biaya pinjaman yang timbul dari pinjaman untuk pembangunan gedung. • Keputusan ini melibatkan perubahan pada: 1. Pengakuan – biaya pinjaman sekarang dicatat sebagai aset. 2. Penyajian – biaya pinjaman akan muncul di Neraca, bukan di Laba Rugi. • Sehingga, keputusan tersebut dikategorikan sebagai perubahan kebijakan akuntansi. 14
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Berikut ini bukan merupakan perubahan
kebijakan akuntansi:
1. penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan 2. penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material. Penerapan
awal suatu kebijakan untuk menilai kembali aset sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak Berwujud adalah suatu perubahan dalam kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan suatu revaluasi sesuai dengan PSAK 16 atau PSAK 19, bukan sesuai dengan Pernyataan ini.
15
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Penerapan
Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung
kepada : 1. entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisinya, jika ada; dalam PSAK tersebut, dan 2. Situasi lain, yaitu entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk penerapan awal suatu PSAK yang tidak mengatur ketentuan transisi untuk perubahan tersebut, Perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela, Diterapkan secara retrospektif.
16
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Penerapan
retrospektif adalah
penerapan
kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan sejak awal transaksi.
Ketika
perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas menyesuaikan saldo
awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal, dan jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya. Diterapkan secara retrospektif. 17
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika entitas tidak dapat menerapkannya setelah seluruh usaha yang rasional dilakukan.
Tidak praktis
Untuk suatu periode lalu tertentu, tidak praktis untuk menerapkan suatu perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan kembali secara retrospektif untuk mengoreksi kesalahan jika: • Dampak penerapan retrospektif atau penyajian kembali retrospektif tidak dapat ditentukan; • Memerlukan asumsi mengenai maksud manajemen yang ada pada periode lalu tersebut; atau • memerlukan estimasi signifikan atas jumlah dan tidak mungkin membedakan secara obyektif informasi mengenai estimasi yang: • Menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di saat jumlah tersebut diakui, diukur atau diungkapkan; dan • Tersedia ketika laporan keuangan periode lalu diselesaikan dengan informasi lain.
Sumber: PPA-FEUI
18
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Ketika tidak praktis untuk menentukan: a) Dampak periode-spesifik akibat perubahan kebijakan akuntansi dalam informasi komparatif untuk satu atau lebih periode sajian, maka entitas -
-
b)
menerapkan kebijakan akuntansi baru untuk jumlah tercatat aset dan liabilitas pada awal periode paling awal dimana penerapan retrospektif adalah praktis, mungkin periode berjalan, dan membuat penyesuaian saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode itu.
Dampak kumulatif dari, pada awal periode berjalan, penerapan kebijakan akuntansi baru untuk seluruh periode lalu, maka entitas -
menyesuaikan informasi komparatif untuk menerapkan kebijakan akuntansi baru secara prospektif dari tanggal paling awal yang dapat diterapkan. 19
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi SAK yang sudah diterbitkan tapi belum berlaku efektif
Ketika entitas belum menerapkan suatu PSAK baru yang telah diterbitkan tetapi belum efektif berlaku, maka entitas mengungkapkan: (a) fakta ini; dan (b) informasi relevan yang dapat diestimasi secara wajar atau dapat diketahui untuk menilai dampak yang mungkin atas penerapan PSAK baru tersebut pada laporan keuangan pada periode awal penerapannya.
20
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi
PT B mencatat pendapatan atas kontrak konstruksi dengan metode cost recovery, sesuai dengan ketentuan pajak. Pada tahun 2011 PT B mengubahnya menjadi metode persentase penyelesaian. Tarif pajak yang berlaku adalah 40%. Contoh Berikut adalah Laba Sebelum Pajak kedua metode: Cost Recovery
2009
2010
2011
Laba sebelum pajak
400,000
160,000
190,000
Pajak (40%)
160,000
64,000
76,000
Laba Bersih
240,000
96,000
114,000
% Penyelesaian
2009
2010
2011
Laba sebelum pajak
600,000
180,000
200,000
Pajak (40%)
240,000
72,000
80,000
Laba Bersih
360,000
108,000
120,000
21
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Contoh
Tahun
Persentase Penyelesaian
Cost Recovery
Selisih
40% Efek Pajak
2009
$ 600,000
$ 400,000
$ 200,000
$ 80,000
$ 120,000
2010
$ 180,000
$ 160,000
$ 20,000
$ 8,000
$ 12,000
2011
200,000
190,000
10,000
4,000
6,000
Jurnal 2011 Aset Konstruksi 220,000 Kewajiban Pajak Tangguhan Saldo Laba
88,000 132,000
Setelah Pajak
22
5. Perubahan Estimasi Akuntansi Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi
terkini yang tersedia dan andal.
Jadi, estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi dasar estimasi atau akibat informasi baru atau tambahan pengalaman..
• Perubahan estimasi akuntansi adalah : ‒ penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan laibilitas ‒ Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan, ‒ oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan. 23
5. Perubahan Estimasi Akuntansi
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut : 1. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan. 2. Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan paragraf di atas, diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada: a) periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau b) periode perubahan dan periode mendatang, jikaperubahan berdampak pada keduanya.
24
5. Perubahan Estimasi Akuntansi Pengungkapan untuk Perubahan Estimasi Akuntansi Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang
berdampak pada periode berjalan, atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk mengestimasi dampak itu.
Jika jumlah dampak pada periode mendatang
adalah tidak diungkapkan karena estimasinya tidak praktis, maka entitas mengungkapkan hal itu. 25
4. Perubahan Estimasi Akuntansi Contoh
Pada tahun 2007 PT C membeli gudang senilai Rp 510 juta. Masa manfaat gudang diperkirakan selama 20 tahun dengan perkiraan nilai sisa Rp 10 juta. Pada awal tahun 2009, PT C mengubah masa manfaat gudang menjadi 30 tahun dengan perkiraan nilai sisa Rp 5 juta.
Biaya Perolehan Nilai sisa Dasar Penyusutan Masa manfaat (awal) Penyusutan tahunan
(dalam ribuan) 510,000 - 10,000 500,000 20 tahun 25,000
(2 tahun: 2 x 25.000 = 50.000)
Neraca (31 Des 2008) Aset Tidak Lancar: Gudang Akumulasi Penyusutan Nilai Tercatat
510,000 50,000 460,000
26
4. Perubahan Estimasi Akuntansi Nilai tercatat Nilai Sisa (baru) Dasar penyusutan Sisa masa manfaat Penyusutan tahunan
Contoh
460,000 5,000 455,000 28 tahun 16,250
Jurnal tahun 2009 Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan
16,250 16,250
27
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Kesalahan
dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung: kesalahan material atau tidak
material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.
28
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu
Kesalahan Periode Lalu adalah penghilangan dari, dan kesalahan-pelaporan dalam, laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari kegagalan untuk mempergunakan, atau kesalahan penggunaan, informasi andal yang: a) b)
tersedia ketika laporan keuangan untuk periode tersebut disahkan untuk diterbitkan; dan secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut.
Kesalahan semacam itu termasuk
dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan penerapan kebijakan akuntansi, kekeliruan (oversights) atau kesalahan interpretasi fakta, dan kecurangan. 29
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Koreksi kesalahan material periode lalu Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan: a) menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana kesalahan terjadi; atau (b) jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, menyajikan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.
30
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Ketika tidak praktis untuk menentukan : a) Dampak periode-tertentu dari kesalahan pada informasi komparatif untuk satu atau lebih periode sajian • maka entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode paling awal di mana penyajiankembali retrospektif adalah praktis (mungkin periode • berjalan). b) Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua periode lalu, maka • entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara prospektif dari tanggal paling praktis.
31
Koreksi Kesalahan Periode Lalu: CONTOH Ilustrasi – Penyajian kembali retrospektif kesalahan: Pada tahun 2010 staf akuntansi menemukan adanya kesalahan pencatatan beban depresiasi. Yaitu, pada tahun 2009 perusahaan belum mencatat beban depresiasi sebesar Rp.40 juta atas bangunan baru di Cikarang. Dalam perhitungan pajak terhutangnya perusahaan telah memasukkan nilai beban depresiasi ini. Pada Tabel 1 terlihat tampilan laporan laba rugi perusahaan untuk tahun 2009 (perbandingan antara format penyajian yang benar dengan yang salah). Sedangkan pada Tabel 2 ditampilkan perbandingan jurnal untuk format penyajian yang benar dengan yang salah. •
Dari Tabel 1 terlihat bahwa kelalaian mencatat beban depresiasi sebesar Rp.40 juta dapat menyebabkan efek sebagai berikut: – Efek pada Laporan Laba Rugi: • Beban depresiasi (2009) kurang catat sebesar Rp.40 juta • Beban pajak penghasilan (2009) lebih catat sebesar Rp.12 juta (Rp.40 juta * 30%) • Laba bersih lebih catat sebesar Rp.28 juta (Rp.40 juta – Rp.12 juta). – Efek pada Neraca • Akumulasi depresiasi – bangunan kurang catat sebesar Rp.40 juta. • Kewajiban pajak tangguhan lebih catat sebesar Rp.12 juta (Rp.40 juta * 30%)
Sumber: PPA - FEUI
32
Koreksi Kesalahan Periode Lalu: CONTOH (lanjutan) PT. ABC Laporan Laba Rugi Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2009 Tanpa kesalahan Laba sebelum beban depresiasi Beban depresiasi Laba sebelum pajak penghasilan Beban pajak kini
0
0 Rp.48 juta
48 juta
12 juta
60 juta Rp. 140 juta
Jurnal yang dibuat perusahaan (dengan kesalahan)
40 juta
Akumulasi depresiasi – bangunan
Sumber: PPA - FEUI
40 juta
Rp. 112 juta
Jurnal yang seharusnya dibuat perusahaan (tanpa kesalahan)
Utang pajak penghasilan
Rp.200 juta
Rp.48 juta
Laba bersih
Beban pajak penghasilan
Rp.200 juta 160 juta
Beban pajak ditangguhkan
Beban depresiasi
Dengan kesalahan
40 juta 48 juta
Tidak ada jurnal untuk depresiasi bangunan Beban pajak penghasilan
48 juta
Kewajiban pajak tangguhan Utang pajak penghasilan
60 juta 12 juta 48 juta
33
Koreksi Kesalahan Periode Lalu: CONTOH (lanjutan) Pada tahun 2010 perusahaan mencatat jurnal penyesuaian sebagai berikut: Saldo laba Rp.28 juta Kewajiban pajak tangguhan Akumulasi depresiasi – bangunan
12 juta 40 juta
Nilai saldo laba di-debit guna mengoreksi nilai laba bersih tahun 2009 yang sebelumnya lebih catat. Kewajiban pajak tangguhan juga di-debit guna menghapus nilai kewajiban pajak tangguhan yang timbul karena adanya kesalahan. Sedangkan penambahan nilai akumulasi depresiasi – bangunan dilakukan guna mengurangi nilai buku dari bangunan, sehingga nilai yang disajikan jumlahnya tepat. Jika catatan akuntansi PT ABC untuk tahun 2010 menunjukkan nilai laba sebelum depresiasi sebesar Rp.250 juta, beban depresiasi Rp.40 juta, dan pajak penghasilan sebesar Rp.63 juta. Sumber: PPA - FEUI
Maka laporan laba rugi komprehensif PT ABC disajikan sebagai berikut:
PT ABC Disarikan dari laporan laba rugi komprehensif Disajikan kembali 2010 (Rp)
2009 (Rp)
Laba sebelum beban depresiasi
250 juta
200 juta
Beban depresiasi
(40 juta)
(40 juta)
Laba sebelum pajak penghasilan
210 juta
160 juta
Beban pajak kini
(63 juta)
(48 juta)
0
0
147 juta
112 juta
Beban pajak ditangguhkan Laba bersih
34
Koreksi Kesalahan Periode Lalu: CONTOH (lanjutan) Jika PT ABC memiliki modal saham Rp.1.000 juta dan tidak ada komponen ekuitas lainnya kecuali saldo laba. Saldo laba awal 2009 sebesar Rp.230 juta. Saham perusahaan tidak diperdagangkan secara publik dan tidak mengungkapkan laba per saham. Maka Laporan Perubahan Ekuitas disajikan sebagai berikut: PT ABC Laporan Perubahan Ekuitas
Saldo per 31 Desember 2008 Laba untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 disajikan kembali Saldo per 31 Desember 2009 Laba untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 Saldo per 31 Desember 2010
Sumber: PPA - FEUI
Modal Saham (Rp)
Saldo Laba (Rp)
Total (Rp)
1000 juta
230 juta
1.230 juta
0
112 juta
112 juta
1000 juta
342 juta
1.342 juta
0
147 juta
147 juta
1000 juta
489 juta
1.489 juta
35
Koreksi Kesalahan Periode Lalu: CONTOH (lanjutan) Pada catatan atas laporan keuangan, ungkapkan hal berikut: 1. Pada laporan keuangan tahun 2009 terjadi kesalahan, yaitu kurang catatnya beban depresiasi sebesar Rp.40 juta. Laporan keuangan 2009 disajikan kembali untuk membetulkan kesalahan ini. Dampak dari penyajian kembali laporan keuangan tersebut diringkaskan berikut ini. Tidak ada dampak pada 2010.
Dampak pada 2009 (Rp) (Peningkatan) dalam akumulasi depresiasi – bangunan
(40 juta)
Penurunan dalam kewajiban pajak tangguhan
12 juta
(Penurunan) dalam ekuitas
(28 juta)
(Peningkatan) dalam beban depresiasi – bangunan
(40 juta)
Penurunan dalam beban pajak kini
12 juta
(Penurunan) dalam laba
(28 juta)
Sumber: PPA - FEUI
36
References Ikatan
Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 (Revisi 2009), Penerbit Salemba Empat, 2009. Lam,Nelson & Lau, Peter, Intermediate Financial Accounting: an IFRS Perspective, McGraw-Hill, 2009 PPA-FEUI, PSAK Series.
37
Terima Kasih
38