Seri: Yang Telah Dinubuatkan Keberhasilan Para Pemimpin Berhati Hamba Dr. David Platt 26 November 2006
Keberhasilan Para Pemimpin Berhati Hamba Nehemia 1 (kecuali disebutkan lain, ayat-ayat di sini menggunakan Alkitab LAI Terjemahan Baru) Saya ingin mengundang Anda untuk membuka bersama dengan saya pada Kitab Nehemia. Mungkin Anda perlu menggunakan Daftar Isi untuk menemukan kitab ini, tetapi izinkan saya untuk mendorong Anda membuka kitab Nehemia di Perjanjian Lama. Nehemia 1. Apakah ada yang bersyukur pada pagi ini karena Yesus sudah membayar hutang kita, dan Dia telah membangkitkan kita dari kematian? Dia sangat murah hati. Kita tiba pada bagian ketiga dalam rangkaian khotbah tiga seri menuju Natal dengan memperhatikan teks-teks Perjanjian Lama yang membantu kita untuk memahami Kristus, siapa Kristus itu serta apa yang telah Kristus lakukan. Seluruh isi kitab suci menunjuk kepada Kristus. Dialah pusatnya. Bagian yang akan kita pelajari pagi ini tidak secara langsung menunjuk kepada Kristus, sebagaimana Kejadian 3 dan kitab Rut yang telah kita bahas beberapa minggu lalu. Tetapi saya ingin kita melihat bahwa segala sesuatu di dalam Alkitab mencapai puncaknya, mencapai klimaksnya di dalam pribadi Kristus. Pagi ini merupakan pagi yang penting dalam keluarga gereja kita, karena pagi ini, kita akan menetapkan delapan orang yang akan melayani sebagai penatua bersama dengan saya selama dua tahun ke depan, dan sebagian dari mereka untuk periode empat tahun ke depan. Hari ini merupakan hari yang cukup penting dalam keluarga gereja kita, dan ketika saya berdoa tentang apa yang perlu kita pelajari dan perhatikan pagi ini, bagian dan perikop inilah yang muncul ke permukaan sementara saya merenungkan tentang Kristus dan siapa Kristus itu, ketika saya berpikir tentang apa yang kita lakukan pada hari ini untuk membangkitkan para pemimpin baru di gereja, dan bagaimana hal itu mencapai puncaknya dalam pribadi Kristus.
@David Platt
1
Saya ingin kita melihat Nehemia pasal 1. Sebelum kita mempelajarinya, kita perlu mengerti latar belakang dari kitab ini. Dan jika Anda hadir pada acara Secret Church, Anda tahu sedikit –sedikit tentang sejarah di balik kitab Nehemia, tetapi saya ingin membantu Anda dan menunjukkan kepada Anda sebuah peta di layar ini. Kalau Anda tidak keberatan, sejenak kita akan melangkah masuk ke dalam kelas Perjanjian Lama. Dan saya ingin memberikan kepada Anda suatu gambaran mengenai latar belakang yang menjadi pengantar kitab Nehemia. Marilah kita perhatikan apa yang dapat kita pelajari di sini – dalam sejarah umat Israel, kerajaan mereka terbagi menjadi dua: Kerajaan Utara dan Kerajaan Selatan. Jadi, ada Kerajaan Utara dan Kerajaan Selatan. Kerajaan Utara disebut Israel. Kerajaaan Selatan disebut Yehuda. Ibukota Yehuda adalah Yerusalem. Dengan tuntunan dari Allah, umat Allah telah membangun sebuah Bait Suci di tengahtengah kota Yerusalem. Anda melihat Bait Suci terletak di tengah-tengah Yerusalem. Bait Suci bukan sekedar sebuah gedung gereja, bukan hanya tempat biasa yang perlu Anda datangi untuk menyembah Allah. Bait Suci adalah tempat di mana kemuliaan Allah berdiam diantara umatNya. Jadi, Bait Suci terletAk di tengah-tengah kota. Kemudian, di sekeliling kota, Anda melihat tembok didirikan. Jadi, ada tembok mengelilingi kota Yerusalem. Apa yang terjadi dari tahun 597 sampai 586 S.M. adalah bahwa bangsa Babel tidak senang dengan umat Allah dan Yehuda, jadi pada tahun 586 S.M., bangsa Babel bersatu, mereka menyerbu dan sesungguhnya, mereka menduduki Bait Suci. Jadi, mereka mengadakan perjalanan dari Babel. Mereka tiba di Yerusalem, dan setibanya di sana, mereka menghancurkan Bait Suci dan seluruh tembok. Pada titik inilah awal yang dikenal sebagai masa pembuangan di dalam Perjanjian Lama. Kemudian umat Allah ditawan dari Yerusalem, dan mereka tersebar di seluruh Kerajaan Babel. Mereka ditawan dan ditempatkan di tempat yang berbeda-beda. Andai Anda bisa membayangkan rasa sakit karena terpisah satu dengan yang lain, dari keluarga Anda, dari teman-teman Anda, dari gereja Anda, dan dibawa ke sebuah tanah yang tidak Anda kenal, sebuah tanah asing, dan dipisahkan, dipencarkan – saat itu merupakan masa yang paling sulit bagi umat Allah. Kemudian, kurang lebih pada tahun 539 S.M., masa kejayaan Babel berakhir, dan Persia mengambil alih Kerajaan Babel. Ketika bangsa Persia mengambil alih Kerajaan Babel, yang terjadi adalah, raja Persia berkata, “Siapa pun diantara orang Israel yang menginginkannya (dan tidak semua orang melakukannya), boleh kembali ke Yerusalem.” Jadi, ketika mereka tiba @David Platt
2
kembali di Yerusalem, menurut Anda apa yang pertama kali mereka lakukan? Mereka membangun kembali Bait Suci. Pada tahun 516 S.M., kitab Ezra memberitahu kita tentang bagaimana mereka membangun Bait Suci. Jadi, apa masalahnya? Bait Suci sudah dibangun kembali, tetapi apa yang tidak mereka miliki? Tidak ada tembok yang melindungi kota. Akibatnya, kota terbuka terhadap serangan dari berbagai sisi. Pada titik inilah kita tiba pada tahun 444 S.M., dan kita bertemu dengan seorang pria bernama Nehemia di sebuah istana yang disebut Susan. Pada masa kini, letaknya di barat daya Iran. Dan Nehemia mendengar tentang apa yang sedang terjadi di Yerusalem, itulah yang kita ketahui dari Nehemia 1. Mari ikuti kisahnya bersama saya. Nehemia 1:1-11 (TB) Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan, datanglah Hanani, salah seorang dari saudarasaudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem. [Jadi ia menanyakan bagaimana keadaan di Yerusalem sana] Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit, kataku: [ini merupakan sebuah doa yang luar biasa dalam Perjanjian Lama] "Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya, berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu. Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kuceraiberaikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang @David Platt
3
buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana. Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan [dalam bahasa aslinya “Kautebus”, masih ingat kata itu dari pelajaran minggu lalu?] dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat? Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hambaMu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja. Jadi, demikianlah situasinya: Nehemia mendapati dirinya berada di tempat bernama Susan. Ia tinggal di istana Persia sebagai juru minum raja, yang kedengarannya seperti seorang kepala pelayan bagi raja, tetapi peran yang ia mainkan di sini agak berbeda. Juru minum adalah orang kepercayaan raja. Juru minum memiliki hak istimewa untuk makan segala sesuatu yang dimakan raja dan minum segala sesuatu yang akan raja minum. Tentu saja, dia dahulu yang melakukannya, jadi apabila ada yang tidak baik dengan makanan atau minuman, raja akan berpikir, “Aku kurang memiliki selera dengan makanan itu saat ini.” Jadi, itulah tugas Nehemia. Dan itu adalah suatu pekerjaan yang luar biasa. Karena tinggal di istana bangsa Persia, ia sedang menikmati apa yang menjadi impian bangsa Persia. Makan makanan raja, minum minuman raja. Segala sesuatunya baik-baik saja bagi Nehemia. Apa yang saya ingin kita perhatikan adalah bahwa kehidupan Nehemia berbalik 180 derajat di Nehemia 1 ini. Hari ini kita akan mempelajari keberhasilan para pemimpin berhati hamba. Saya memberi judul khotbah ini berdasarkan bagian akhir dari doa Nehemia, “Berikan kepada hamba-hambamu keberhasilan pada hari ini.” Saya ingin Anda tahu sejak awal bahwa Nehemia hanyalah orang biasa yang dipakai Allah dengan cara yang luar biasa. Dalam Perjanjian Lama... Sesaat lagi kita akan mengambil waktu untuk mendoakan para penatua baru dan pemimpin berhati hamba di gereja ini. Tetapi saya berdoa, doa yang saya panjatkan sepanjang minggu saat saya mempelajari bagian firman Tuhan ini dan pagi ini ketika saya mempersiapkan diri untuk berkhotbah adalah agar Tuhan akan membangkitkan para pemimpin berhati hamba di seluruh ruangan ini, kaum pria dan wanita yang memiliki hati yang sama dengan hati Nehemia. Saya ingin Anda melihat tiga karakteristik dari seorang pemimpin berhati hamba yang Tuhan @David Platt
4
bangkitkan di sini dalam Perjanjian Lama, dalam kisah mengenai Nehemia maupun kisah-kisah lainnya. Kepedulian yang Tidak Mementingkan Diri Sendiri. Pertama-tama, satu karakteristik yang menonjol pada diri Nehemia adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri; kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri. Pertama kali kita mengenal Nehemia, ia bertanya tentang orang-orang di Yerusalem. Ia mendengar mereka berada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tetapi tiba-tiba, ia duduk dan apa yang ia lakukan? Ia mulai menangis. Jadi, pertama kali kita mendapatkan gambaran mengenai Nehemia, ia sedang menangis. Apakah ini berarti bahwa ia seorang yang lembek? Apakah Nehemia adalah seorang yang mudah menangis? Apakah itu gambaran mengenai Nehemia di sini? Sesungguhnya tidaklah demikian. Ketika kita nanti tiba di akhir dari kitab ini, yaitu Nehemia 13, kita melihat bahwa pada satu saat, Nehemia menjadi sangat marah kepada beberapa pemimpin, sehingga ia mengejar mereka, mengutuki mereka, dan kemudian mencabut rambut mereka. Orang ini sangat keras. Jangan berani-berani membuat kekacauan dengan Nehemia. Dan karena alasan tersebut, Anda pasti senang Nehemia bukanlah salah seorang penatua di Gereja Brook Hills. Orang ini sangat keras. Tetapi pertama kali kita melihat dia, ia duduk dan menangis, ia berkabung, berpuasa dan berdoa. Ia adalah orang yang memiliki kepedulian yang mendalam. Saya ingin Anda memikirkan tentang mengapa ia begitu peduli. Saya pikir ada dua alasan. Yang pertama: ia memiliki kepedulian untuk kebaikan umat Tuhan tanpa mementingkan dirinya sendiri. Ia mendengar mereka berada dalam kesukaran yang besar. Sesungguhnya, kata itu dalam Perjanjian Lama berarti – “kesengsaraan”. Mereka sedang mengalami suatu masa yang sangat sulit. Jadi, jangan lupa akan konteksnya. Di sini Nehemia sedang menjalani impian orang Persia, di istana Persia. Segala sesuatu sedang berjalan baik dalam kehidupannya. Tetapi dari gambaran awal yang kita lihat mengenai dirinya, Nehemia begitu peduli terhadap kebutuhan orang-orang yang tinggal jauh, sehingga dia hampir tidak mempedulikan kebutuhan dirinya sendiri. Ia dicengkeram oleh kebutuhan dari umat Allah di Yerusalem. Tidak ada ruang bagi individualisme dalam kitab Nehemia. Ia begitu peduli dengan komunitas iman, begitu peduli tentang kebutuhan mereka, sampai-sampai ia hampir lupa mengenai kebutuhannya sendiri. @David Platt
5
Bukankah kadang kala kita melakukan kebalikannya? Apakah kita begitu kuatir mengenai kebutuhan kita sendiri sehingga kadang kala kita lupa akan orang lain? Ini adalah suatu kepedulian yang mendalam bagi komunitas iman, bagi kebaikan umat Allah. Yeremia 15:5 berbicara tentang apa yang telah dinubuatkan dan dikatakan oleh Yeremia – dan sesungguhnya, Yeremia bertanya, “Siapakah yang akan merasa kasihan terhadap engkau, hai Yerusalem, dan siapakah yang akan turut berdukacita dengan engkau? Siapakah yang akan singgah untuk menanyakan perihal kesehatanmu?” Dan Nehemia telah memberikan kepada kita gambaran tentang seseorang yang memiliki belas kasihan mendalam terhadap umat Allah di sana. Tetapi tidak hanya berhenti di sana. Sekarang, saya ingin Anda mengikuti saya di sini karena jika kita melewatkannya, kita kehilangan esensi dari kitab Nehemia. Segera setelah Nehemia mendengar bahwa tembok Yerusalem hancur, ia duduk dan menangis. Mengapa kehancuran tembok Yerusalem merupakan suatu hal yang sangat menyedihkan? Marilah merenungkannya bersama saya. Mengapa hal itu sangat menyedihkan? Karena kota mereka terbuka terhadap segala serangan dari luar? Baiklah, tentunya itu tidak baik. Karena mereka tidak terlindungi? Ya, ada benarnya juga. Apakah itu karena mereka jadi terbuka untuk berbaur dengan orang-orang di sekeliling mereka, bangsa-bangsa kafir yang menyembah banyak berhala, sehingga mereka akan kehilangan kemurnian dan moralitas mereka? Itu juga salah satu alasan. Tetapi saya pikir apabila semua alasan tersebut digabungkan, tidak akan cukup untuk menandingi alasan utama mengapa Nehemia menangis di Nehemia 1. Menurut saya, alasan utama Nehemia menangis bukan karena mereka tidak terlindungi atau karena mereka menjadi terbuka untuk berbaur dengan bangsa-bangsa kafir yang lain. Saya ingin Anda merenungkan hal ini. Bayangkanlah Anda adalah salah satu bangsa di sekeliling Yerusalem, dan Anda memandang ke dalam kota itu, dan Anda melihat sebuah Bait Suci yang dibangun untuk menyembah Allah yang mereka sebut sebagai “satu-satunya Allah yang benar” --, Allah Yahweh – Bait Suci ini – sementara semua bangsa-bangsa yang lain menyembah berbagai berhala. Israel berdiri sendiri karena mereka menyembah satu Tuhan, dan Bait Suci adalah simbol penyembahan mereka. Jika Anda adalah bangsa-bangsa di luar sana, dan Anda memandang ke dalam dan Anda melihat Bait Suci itu, dan kemudian Anda melihat tembok yang mengelilingi kota runtuh. Apa yang Anda pikir tentang Allah mereka? Allah yang lemah. “Dia tidak mempedulikan umat-Nya. Lihat saja Dia meninggalkan umat-Nya.” @David Platt
6
Saya pikir, hal yang paling dalam mencengkeram hati Nehemia adalah fakta bahwa, ketika ia menyadari bahwa tembok itu runtuh, ia tahu bangsa-bangsa di sekeliling Yerusalem tidak akan menghormati dan memuliakan Allah. Maka bangkitlah ia dan berkata, “Aku akan melakukan sesuatu.” Ia memiliki kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri, ya, bagi kebaikan umat Allah, tetapi pada tingkatan yang jauh lebih mendalam, bagi kemuliaan nama Allah. Ia memiliki kepedulian yang mendalam. Ia memiliki semangat agar kehormatan dan kemuliaan Allahnya dikenal. Jadi, dua bidang kepedulian: Bagi kebaikan umat Allah, dan yang kedua, bagi kemuliaan Nama Allah. Tandai ini: Allah akan mempercayakan tugas-tugas besar kepada para pemimpin yang dapat Dia percayakan kemuliaan-Nya. Tuhan, tolonglah hamba-Mu untuk menjadi seorang pemimpin yang dapat Tuhan percayakan kemuliaan-Nya. Tuhan, bangkitkanlah para pemimpin di Gereja Brook Hills yang dapat Tuhan percayakan kemuliaan-Nya. Pengabdian yang Tanpa Kompromi Kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri adalah gambaran pertama yang kita dapatkan mengenai Nehemia. Yang kedua, ia adalah seorang yang mengabdikan diri tanpa kompromi; mengabdikan diri tanpa kompromi. Saya ingin kita melihat gambarannya. Ia duduk dan menangis. Kemudian dikatakan di dalam ayat 4: “Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit.” Kalimat “selama beberapa hari” tidak memberitahu banyak kepada kita; kalimat itu sepertinya hanya memberikan suatu gambaran yang samar bagi kita. Tetapi ada petunjuk lain dalam Alkitab yang memberitahu kita berapa lama tepatnya ia melakukan hal itu. Marilah perhatikan pada bagian awal. Nehemia 1:1. Semua ini dimulai pada bulan apa? Pada bulan Kislew. Itu berarti sekitar bulan November/Desember. Jadi, peristiwa ini terjadi di sekitar bulan itu. Anda mungkin dapat memberi catatan di samping kata Kislew – lingkari kata itu dan tuliskan “November/Desember”. Jadi, Anda mendapatkan petunjuk dari kata Kislew itu. Selanjutnya, ia mulai berdoa. Selama beberapa hari, ia berkabung, berpuasa dan berdoa di hadapan Allah semesta langit. Kemudian Anda tiba di Nehemia 2, dan segala sesuatu mulai terjadi. Kita akan membacanya sebentar lagi, tetapi lihatlah pada ayat pertama. “Pada bulan Nisan...” Baiklah, itu bukan merk mobil, tetapi bulan Nisan, Anda bisa memberi catatan di
@David Platt
7
samping kata itu “Maret atau April”. Jadi, sesungguhnya Nehemia mulai berdoa – berkabung, berpuasa, dan berdoa – sekitar bulan November/Desember. Kemudian, ketika Anda tiba di bulan Maret atau April, segala sesuatunya mulai terjadi. Di antara periode waktu tersebut, yang Anda dapati adalah “selama beberapa hari, aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit.” Yang Anda dapatkan adalah gambaran tentang seorang pria yang, ketika mendengar tentang adanya suatu kebutuhan, ia tidak serta merta mulai membuat perencanaan; ia tidak melakukan pemikiran strategisnya sendiri. Ia tidak mengumpulkan orang banyak dan memutuskan rencana apa yang akan dibuat – bagaimana mereka dapat membantu umat Allah. Yang dia lakukan adalah ia bersujud dengan muka ke tanah, dan ia berdoa. Selama empat bulan, yang ia lakukan adalah berdoa dan ia berkabung, dan ia berpuasa selama periode waktu itu. Mungkin tidak empat bulan penuh, tetapi ia berpuasa dan berkabung dan berdoa tanpa henti; berulang-ulang kali, agar Allah bergerak sebelum ia bertindak di Nehemia 2 – empat bulan kemudian. Sekarang, saya ingin Anda melihat Nehemia mengabdikan diri dalam hal apa saja. Pertama-tama, Nehemia mengabdikan diri untuk mencari wajah Allah. Ia bersungguh-sungguh mencari wajah Allah. Dikatakan, “Kataku,” dan kita mendapatkan doa ini. Ini adalah kali pertama dari dua belas kali di bagian yang berbeda di kitab Nehemia kita melihat ia berdoa. Andai saja pagi ini kita punya waktu untuk membahas dan melihat semua contoh tersebut, tetapi berulang-ulang kali, dalam kitab yang terdiri dari tiga belas pasal ini – dua belas kali – dalam hampir setiap pasal, kita melihat Nehemia berdoa. Ia mengabdikan dirinya untuk mencari wajah Allah. Sekarang, muncullah pertanyaan. Doa yang seperti ini sangat jarang ditemui di gereja pada masa kini. Saya tidak tahu berapa banyak diantara kita, orang-orang biasa seperti Nehemia, mau berpuasa agar Tuhan bergerak dengan cara yang luar biasa di gereja-Nya dan berdoa tanpa henti hari demi hari, bulan demi bulan. Mengapa kehidupan doa Nehemia begitu kuat? Dan inilah jawabannya. Saya pikir inilah yang membedakan Nehemia dengan kebanyakan kita pada masa kini. Kehidupan doanya begitu kuat karena visinya tentang Allah begitu kuat. Karena inilah taruhannya – saya ingin Anda melihat hal ini terungkap. Ketika visi kita tentang Allah kuat, ambisi kita bagi Allah di dalam doa akan kuat. Bagaimana pun, ketika visi kita tentang Allah lemah, maka ambisi kita bagi Dia di dalam doa akan lemah.
@David Platt
8
Saya ingin Anda melihat bagaimana hal tersebut terungkap ketika ia mulai berdoa – empat karakteristik Allah yang muncul: Pertama, ia berdoa karena ia tahu Allah itu berdaulat; Dia berdaulat. Dia memulai doanya dengan mengatakan, “Ya, TUHAN, Allah semesta langit...” (Nehemia 1:5) Jadi, yang perlu Anda lakukan adalah memberi pembatas pada kitab Nehemia dan saya ingin Anda membuka bersama saya 2 Tawarikh 36. Dan saya ingin Anda melihat bagaimana kedaulatan Allah dijelaskan secara ringkas dalam sebutan Allah itu – Allah semesta langit. Pada dasarnya, ini adalah sebuah sebutan yang pada bagian lain di dalam Perjanjian Lama digunakan untuk menjelaskan bahwa Allah memegang kendali atas segala sesuatu, dan Dia membuat segala sesuatu terjadi menurut tujuan dan rencana-Nya. Lihatlah 2 Tawarikh 36. Anda hanya perlu membalik beberapa kitab ke depan; Anda mendapatkan kitab Ezra, kemudian Anda akan tiba di 2 Tawarikh 36. Ini adalah pasal terakhir, dan saya ingin Anda mendengar penjelasan terakhir tentang bagaimana Yerusalem telah jatuh – catatan sejarah yang baru saja kita pelajari – dan saya ingin Anda melihat kedaulatan Allah atas hal ini. Lihatlah 2 Tawarikh 36:15-19. Ada banyak hal yang diceritakan disini. Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, [Ini berbicara tentang dosa dan nabi-nabi umat Israel] karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan [Jadi inilah yang Allah lakukan]. TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan-semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya [Inilah yang baru saja kita lihat di dalam peta]. Seluruh perkakas rumah Allah, yang besar dan yang kecil, serta harta benda dari rumah TUHAN, harta benda raja dan harta benda para panglimanya, semuanya dibawanya ke Babel. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah. (2 Tawarikh 36:15-19) Jadi, ini menceritakan banyak hal. Sekarang, dengarkanlah ini: Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. @David Platt
9
Dengan demikian genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. (2 Tawarikh 36:20-21) Jangan melewatkan itu. Ayat terakhir menceritakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang terjadi – penetapan waktu tentang terjadinya segala sesuatu adalah karena siapa yang berkuasa? Tuhan. Tuhan telah berbicara melalui Yeremia bahwa setelah genap 70 tahun barulah mereka akan dikembalikan dari pembuangan. Jadi, itulah yang terjadi. “Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini...” (2 Tawarikh 36:22) Raja Koresh akan membuat sebuah maklumat. Siapa yang menyebabkan ia melakukan hal itu? Tuhan. Tuhan menggerakkan hatinya. “Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, TUHAN, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang (2 Tawarikh 36:23). Masih ingat peta tadi? Umat Allah berjalan pulang dari Babel menuju Yerusalem? Mengapa mereka bisa melakukan hal itu? Karena Raja Koresh yang memerintahkannya? Ya, tetapi itu bukan jawaban terakhir. Mengapa mereka bisa melakukan hal itu? Karena siapa yang memerintahkan? Allah sendiri. Jangan melewatkan ini: Di akhir 2 Tawarikh 36 dikatakan bahwa Allah-lah yang menggerakkan hati Raja Nebukadnezar untuk pergi dan mendisiplinkan umatNya. Dan kemudian Allah juga yang mengarahkan hati Raja Koresh untuk bangkit dan berkata bahwa Yerusalem boleh dibangun kembali – Bait Suci boleh dibangun kembali. Allah memiliki kedaulatan atas para raja bangsa-bangsa di Perjanjian Lama. Dan itu merupakan kabar baik bagi kita pada masa kini. Amsal 21:1 berkata, “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN.” Bukankah baik mengetahui bahwa presiden kita – saat ini Presiden Bush dan siapa pun yang akan menjadi presiden di masa yang akan datang – hidupnya ada di dalam tangan Allah yang berdaulat? Bukankah baik mengetahui bahwa para pemimpin Iran dan Korea Utara, Afganistan, dan tempattempat lain di Timur Tengah, semua pemimpin di dunia ini, hati mereka ada di dalam tangan Allah yang berdaulat? Kami memiliki sebuah tim yang kemarin baru saja kembali dari Sudan @David Platt
10
dengan menumpang pesawat. Adalah baik bagi orang-orang di Sudan untuk mengetahui bahwa sistem pemerintahan diktator di sana yang telah menyebabkan satu juta saudara-saudari seiman kita tewas selama dua puluh tahun terakhir – bahwa diktator itu tidak mampu melakukan apa pun di luar ketentuan Allah yang berdaulat. Itu merupakan kabar baik. Tuhan berdaulat. Jadi, ketika Nehemia datang untuk berdoa kepada Allah di dalam Nehemia 1, ia berkata, “O Tuhan, Allah semesta langit, Engkaulah Allah yang mengatur segala sesuatu. Engkaulah Allah yang berdaulat. Engkaulah Allah yang memegang kendali, dan aku berserah kepada-Mu.” Itu merupakan suatu gambaran yang sangat agung mengenai siapa Allah. Dan ketika kita menyadari gambaran mengenai siapa Allah itu, kita ingin berdoa kepada-Nya karena kita menyadari bahwa Dia memiliki suatu tujuan. Dia akan menyelesaikan hal itu. Kita perlu tersungkur di hadapan-Nya. Dia bukan hanya berdaulat, tetapi yang kedua, Dia dahsyat. Dia berkata, "Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat...” (Nehemia 1:5) Ini adalah satu dari tiga contoh di dalam kitab Nehemia yang berbicara tentang betapa besar dan dahsyat Allah itu. Kuasa-Nya tidak terbatas dan hal itu mengubah cara Anda berdoa. Kadang kala kita berdoa renungkanlah ini – kadang kala kita berdoa, dan kita berkata, “berdoa hanyalah sekedar berbicara kepada Allah.” Dan memang hal itu ada benarnya. Tak diragukan lagi, kita memiliki jalan masuk ke takhta Allah melalui Yesus Kristus. Berdoa adalah berbicara kepada Allah, tetapi kita tidak harus berhenti di sana. Kita perlu menyadari bahwa cara berbicara seorang anak berumur dua tahun kepada orang tuanya berbeda dengan cara berbicara anak yang berumur dua puluh tahun, karena ada pemahaman yang lebih luas mengenai hubungan itu dan pengalaman yang membuat mereka lebih mengenal orang tua mereka dalam kehidupan mereka, dan itu mengubah cara mereka berbicara. Jika cara berbicara anak yang berumur dua puluh tahun sama seperti cara anak berumur dua tahun berbicara kepada orang tuanya, tentunya itu merupakan suatu tanda adanya keterlambatan mental. Namun, banyak diantara kita yang telah berjalan bersama Kristus selama lima belas, dua puluh, dua puluh lima tahun, masih berbicara kepada Allah seperti yang kita lakukan ketika kita berumur dua tahun. Jadi, jangan lewatkan ini. Tolong jangan salah paham. Kita tidak perlu membuat Allah terkesan dengan doa-doa kita. Tidak ada satu cara yang benar atau cara yang salah dalam berdoa. Tetapi jika pemahaman kita tentang Allah membuka mata kita tentang kedaulatan-Nya dan betapa dahysatnya Dia, hal itu mengubah cara kita berdoa. Hal itu mengubah cara kita @David Platt
11
memanggil Dia, dan kita tersungkur di hadapan-Nya. Dan kita tidak lagi datang ke hadirat-Nya di dalam doa dengan sambil lalu, karena kita menyadari betapa besar dan dahysatnya Tuhan. Dan ini sangat luar biasa! Inilah yang membakar doa-doa Nehemia – mengetahui bahwa tidak ada satu hal pun, sesungguhnya tiada satu hal pun yang dapat Nehemia minta dari Allah yang seperti ini yang melampaui kemampuan-Nya. Tidak ada satu hal pun yang dapat ia minta dari Allah yang seperti itu, dalam segala kedahsyatan kuasa-Nya, keperkasaan, dan kedaulatan-Nya, yang tidak dapat Allah lakukan. Dan kabar baiknya bagi kita pagi ini adalah bahwa kita berdoa kepada Allah yang sama dengan Allahnya Nehemia. Dan tidak ada satu hal pun yang tidak dapat kita minta untuk Dia lakukan, yang melampaui kemampuan-Nya. Tidak ada satu hal pun yang tidak dapat kita minta untuk Dia lakukan, yang tidak berkuasa Dia lakukan, dalam kedahysatan dan kedaulatan-Nya. Dan hal itu membakar – hal itu menjadikan doa-doa kita lebih berani, dan Anda mulai meminta kepada Tuhan hal-hal besar ketika Anda menyadari betapa besarnya Tuhan itu. Ya Tuhan, jadikan kami sebuah gereja yang meminta kepada Tuhan hal-hal besar. Jadikan kami sebuah gereja yang meminta kepada Tuhan untuk melakukan segala sesuatu yang daripadanya hanya Tuhanlah yang mendapatkan kemuliaan. Tuhan, berikanlah kepada kami bangsa-bangsa, dan lakukanlah sedemikian rupa sehingga hanya Engkaulah yang dimuliakan. Dia mampu. Dia sanggup. Dia berdaulat. Dia dahsyat. Ketiga, Dia setia. "Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian kasih (terjemahan bebas)...” (Nehemia 1:5) Di sana terjemahannya kurang begitu baik. Arti yang sesungguhnya adalah, “Dia memegang perjanjianNya dan kasih setia-Nya.” Alasan mengapa saya menyoroti ini adalah karena kata “kasih setia” adalah kata yang kita pelajari minggu lalu, yang dalam bahasa aslinya adalah “chesed”, yang berarti kasih setia. Kasih setialah yang ditunjukkan oleh Boas kepada Rut, dan Rut tunjukkan kepada Boas. Inilah kasih setia yang terus menerus Allah tunjukkan kepada umat-Nya. Ini adalah sebuah kata yang digunakan berulang kali dalam Perjanjian Lama untuk mengungkapkan betapa Allah setia kepada umat-Nya. Allah tidak pernah melupakan umat-Nya. Ia akan bersikap setia kepada umat-Nya. Dan kita akan melihat hal itu tersingkap sesaat lagi. Dan yang keempat – Dia berdaulat, Dia dahysat, Dia setia, dan Dia kudus; Dia kudus. Jangan lewatkan apa yang terjadi di pertengahan ayat 6: “Dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat @David Platt
12
dosa.” Sekarang izinkan saya memberitahu Anda mengapa kalimat tersebut begitu luar biasa. Seperti kita ketahui, Nehemia mungkin tidak pernah berada di Yerusalem. Orang-orang yang pergi ke pembuangan sedang membayar harga atas dosa-dosa dan ketidaktaatan leluhur mereka. Nehemia sedang tinggal di istana Persia, dan jika ada satu orang saja yang memiliki hak untuk berkata, “Anda tahu, apa yang sedang terjadi di Yerusalem adalah karena kesalahan mereka sendiri. Itulah konsekuensi dari perbuatan mereka,” Nehemia punya hak untuk berkata seperti itu. Tetapi perhatikanlah bagaimana ia memulai doanya, dan di sepanjang ayat-ayat berikutnya ia mengakui dosa. Berulang kali ia berkata, “Aku mengakui dosa-dosa yang kami, bangsa Israel lakukan terhadap Engkau. Kami telah berlaku sangat jahat terhadap Engkau.” Jangan lewatkan ini. Para pemimpin berhati hamba dalam rencana Allah tidak bangkit dan menunjuk dosa orang lain. Para pemimpin berhati hamba di dalam rencana Allah bangkit dan mereka melihat dosa-dosa mereka dan mereka tersungkur dengan muka ke tanah dengan kehancuran hati dan pertobatan, dan mereka berkata, “Kami telah berdosa terhadap Engkau.” Ini adalah salah satu hal yang kita abaikan karena individualisme kita. Kita mendapati sangatlah mudah untuk masuk ke gereja dan membicarakan tentang dosa si anu dan si anu, dan apa yang sedang menjadi pergumulan mereka; apa persoalan mereka, dan kita bangkit, dan kita mulai saling menuding satu dengan yang lain. Padahal Tuhan selalu berkata, “Jika engkau, sebagai sebuah komunitas iman, datang kepada-Ku dan bertobat bersama-sama...” Jangan lupa, kita bisa menghabiskan waktu seharian untuk membicarakan tentang apa yang tidak beres di gereja. Kita bisa menghabiskan seumur hidup kita untuk membicarakan tentang apa tidak beres di gereja, dan itu tidak akan membuat perbedaan sedikit pun. Namun, ketika Anda bangkit dan berkata, “Aku bagian dari masalah ini; Aku bagian dari gereja ini, dan aku perlu bertobat. Kita perlu bertobat, dan kita perlu kembali kepada Allah”, maka Anda akan mellihat Allah mulai bekerja diantara umat-Nya dengan cara-cara yang ajaib. Dan kita menyadari Dia kudus. Dan kita semua adalah bagian dari masalah itu, dan kita tidak datang ke sini untuk saling menuding satu dengan yang lain, dan kita semua ada dalam persoalan dengan pergumulan dan luka-luka, dan kita datang ke hadapan-Nya dengan kejujuran. Jadi, Nehemia berdoa, mencari wajah Allah, karena ia tahu bahwa segala sesuatu yang akan terjadi dalam kitab Nehemia ditentukan oleh satu hal ini – mencari wajah Tuhan. Ia tahu bahwa doa tidak bisa ditawar. Doa bukanlah sebuah prioritas bagi Nehemia. Tolong jangan salah @David Platt
13
artikan apa yang saya maksudkan disini. Doa bukanlah sebuah prioritas bagi Nehemia; doa tidak bisa ditawar. Doa bukanlah yang pertama dari lima hal yang ada dalam daftar prioritasnya. Doa adalah, “Jika aku tidak berdoa, dan aku tidak mencari Allah, dan aku tidak mencari wajah-Nya, maka tidak akan ada yang terjadi.” Sama sekali tidak ada satu hal pun akan terjadi.” Doa merupakan hal yang tidak bisa ditawar baginya. Izinkan saya menunjukkan kepada Anda bagaimana hal itu terungkap. Perhatikanlah Nehemia 2. Saya ingin mendorong Anda untuk menggaris bawahi beberapa ayat di sepanjang kitab Nehemia. Saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa setiap kali suatu hal yang baik terjadi, Nehemia berkata bahwa Allahlah yang menyebabkan hal itu terjadi – betapa Allah dalam kemurahan-Nya menyebabkan hal itu terjadi. Perhatikanlah Nehemia 2. Garis bawahi bagian dari ayat 8. Dengarkanlah ini. Dalam ayat 8, ia berkata, “Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami.”(Nehemia 2:8) Sekarang dengarkanlah ini: “Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena
tangan
Allahku
yang
murah
melindungi
aku.”Mengapa
raja
mengabulkan
permohonannya? Karena apa? Karena tangan Allah ada atasnya. Perhatikanlah Nehemia 2:12. Lihatlah apa yang dikatakan di sana: “Bangunlah aku pada malam hari bersama-sama beberapa orang saja yang menyertai aku. Aku tidak beritahukan kepada siapapun rencana yang akan kulakukan untuk Yerusalem, yang diberikan Allahku dalam hatiku.” Allah telah memberitahu Nehemia apa yang harus dilakukan. Lihatlah di pasal yang sama. Nehemia 2:18. “Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku.” Hal yang sama di dalam ayat 20. “Aku menjawab mereka, kataku: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil!” (Nehemia 2:20) Siapa yang akan membuat kami berhasil? Allah semesta langit. Allah yang berdaulat yang kepada-Nya kita berdoa. Perhatikan di dalam Nehemia 4:15. Mereka mulai menghadapi perlawanan. Mereka mulai menghadapi pencobaan. Perhatikanlah apa yang terjadi pada Nehemia 4:15. “Ketika didengar musuh kami, bahwa rencana mereka sudah kami ketahui dan bahwa Allah telah menggagalkannya, maka dapatlah kami semua kembali ke tembok, masing-masing ke pekerjaannya.” Siapa yang menggagalkan rencana musuh? Allah-lah yang melakukannya. Perhatikanlah hal yang sama pada ayat 20. Dia sedang menantang mereka untuk berdiri @David Platt
14
menghadapi perlawanan, dan Nehemia berkata, “Dan kalau kamu mendengar bunyi sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami. Allah kita akan berperang bagi kita!”(Nehemia 4:20) Lihatlah dua ayat lagi—Nehemia 6. Perhatikanlah Nehemiah 6:16. Mereka selesai membangun tembok. Hari itu merupakan hari kemenangan. Dan dengarlah apa yang dikatakan pada ayat 16: “Ketika semua musuh kami mendengar hal itu, takutlah semua bangsa sekeliling kami. Mereka sangat kehilangan muka dan menjadi sadar, bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan…” Siapa? “… Allah kami.” Satu lagi: Nehemia 7:5. Dikatakan, “Maka Allahku memberikan dalam hatiku rencana untuk mengumpulkan para pemuka, para penguasa dan rakyat, supaya mereka dicatat dalam silsilah.” Saya ingin Anda memperhatikan bahwa berulang kali di dalam kehidupan Nehemia, setiap keberhasilan, setiap langkah yang ia buat, hal itu terjadi sebagai akibat dari mencari wajah Allah. Dalam segala hal. Dan ia terus menerus menunjukkan bahwa Allah-lah yang telah melakukan hal-hal tersebut. Allah sedang menyingkapkan segala sesuatunya ke dalam hati Nehemia; Allah sedang menuntun Nehemia untuk melakukan hal—hal yang besar. Saudarasaudaraku, Allah tidak menyingkapkan isi hati-Nya yang terdalam kepada mereka yang sambil lalu datang dan pergi; Dia menyingkapkan isi hati-Nya yang terdalam kepada mereka yang mencari wajah-Nya. Dan kita mulai melihat apa yang Tuhan taruh di dalam hati kita, dan kita mulai melihat apa yang Tuhan kerjakan di gereja ini, dan itu semua karena tangan Tuhan yang murah ada atas kita. Dia mencari wajah Allah. Dia mengabdikan dirinya untuk itu. Yang kedua, ia mengabdikan diri untuk mengenal Firman Allah; mengabdikan diri untuk mengenal Firman Allah. Nehemia 1:8-9, ia memulai dan berkata, “Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu...” Kata “ingatlah” ia gunakan pada kesempatan yang berbeda-beda, untuk memberitahu Allah agar mengingat segala sesuatu; bukan berarti bahwa Allah tidak tahu, tetapi apa yang ia lakukan, ia mulai mengutipnya dari Perjanjian Lama dan berkata, “Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.” (Nehemia 1:8-9) Anda mungkin bisa membuat catatan di sampingnya: Ulangan 30:1-10. Anda sungguh-sungguh melihat gema dari kitab Ulangan di seluruh doa ini, tetapi khususnya @David Platt
15
perikop itu. Hampir kata demi kata diucapkan. Nehemia sedang mengutip di hadapan Allah Ulangan 30 ayat 1 sampai 10. Mengapa Nehemia melakukan hal itu? Mengapa Nehemia merasa perlu untuk mengutip Firman Tuhan di dalam doanya kepada Allah? Seolah-olah Allah tidak tahu apa yang tertulis di dalam Ulangan 30. Allahlah yang menulisnya. Tetapi jangan lupakan ini: Allah senang ketika umat-Nya datang ke hadapan-Nya dengan firman-Nya dan mengklaim janji-janji-Nya. Allah senang ketika kita datang di hadapan-Nya dengan tangan hampa dan kita berkata, “Tidak ada apa pun yang dapat kubawa ke hadapan-Mu kecuali firman-Mu, dan aku mau berdiri di atas firmanMu. Aku akan mengingatkan Engkau akan firman-Mu, dan jika aku tidak melakukannya, aku akan jatuh terjerembab, tetapi sebaliknya, aku akan berdiri di atas firman-Mu.” Dan tepat seperti itulah yang dilakukan oleh Nehemia. Tepat seperti itulah seharusnya yang kita lakukan di dalam doa kita. Perhatikanlah hal itu, sampai dengan titik ini, Nehemia belum meminta apa pun juga. Ia masih belum meminta satu hal pun. Dia mengagungkan Allah karena pribadi-Nya, ia mengakui kebutuhannya dan dosa-dosanya. Saat ini ia membawa Firman Allah ke hadapan Allah, sambil berkata, “Tidak ada apa pun yang kumiliki selain Firman Allah.” Ini merupakan iman yang berani ketika masuk ke hadirat Allah. Saya pikir, di sini kita sedang melihat bahwa jika Anda ingin memiliki iman yang berani, dua hal terjadi. Pertama: suatu pemahaman yang mendalam tentang siapa Allah itu, dan kedua, suatu pengetahuan yang utuh mengenai apa yang pernah Allah ucapkan. Perhatikanlah di seluruh kitab suci, dan Anda akan melihat bahwa mereka yang mengetahui Firman Allah dipakai secara luar biasa oleh Dia. Stefanus berdiri dan, walaupun hanya sedikit kisah tentang Stefanus di dalam Kisah Para Rasul 6 dan 7, secara praktis ia mengutip seluruh sejarah Perjanjian Lama. Hanya mengutip saja. Firman Allah mengalir dari mulutnya. Jika kita mau menjadi pemimpin di gereja, jika kita ingin bangkit dan melihat hal-hal yang telah dilakukan Allah melalui umat-Nya di dalam sejarah, maka kita perlu menjadi orang yang memiliki pemahaman yang mendalam mengenai siapa Allah itu dan memiliki suatu pengetahuan yang utuh tentang apa yang pernah Dia katakan. Mencari wajah Allah. Ia mengabdikan diri untuk mengenal Firman Allah, dan kemudian yang ketiga, ia mengabdikan diri untuk meminta penyediaan Allah; meminta penyediaan Allah. Jadi sampai kalimat terakhirlah baru kita melihat Nehemia menyampaikan suatu permohonan. @David Platt
16
Dikatakan di akhir ayat 11, “Biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” Dan demikianlah, Tuhan sungguh-sungguh menolong, dan saya ingin Anda mengetahui, sisa dari kitab ini akan memberikan kepada kita gambaran mengenai kebesaran Nehemia, dan ini sangat terkait erat dengan keberanian Nehemia meminta hal-hal besar kepada Allah. Jika kita menutup kitab Nehemia dan berkata, “Betapa luar biasanya Nehemia”, maka tentunya kita telah kehilangan esensi dari kitab itu. Yang Nehemia lakukan adalah bahwa ia meminta hal-hal besar dari Allah yang besar, dan kita melihat Allahnya Nehemia mengarahkan segala sesuatu bagi kemuliaan-Nya. Bukankah ini merupakan suatu gambaran di mana kita ingin menjadi bagian daripadanya? Bukan agar orang-orang berlalu sambil berkata, “Betapa luar biasa kelompok orang-orang itu”, tetapi agar semua orang akan memandang kepada Gereja Brook Hills dan berkata, “Mereka hanyalah orang-orang biasa yang meminta hal-hal besar dari Allah yang besar, dan Allah telah menunjukkan kemuliaan-Nya melalui mereka.” Ya Tuhan, biarlah terjadi demikian. Kerinduan yang Tak Pernah Padam Pengabdian tanpa kompromi, mencari wajah Allah, mengenal Firman Allah, dan meminta penyediaan dari Allah. Kita telah melihat kepedulian dan pengabdiannya, dan saya ingin menunjukkan kepada Anda bagian terakhir dari gambaran mengenai Nehemia ini: kerinduan yang tak pernah padam; kerinduan yang tak pernah padam. Perhatikanlah bagaimana akhir doa ini di ayat 10: “Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat? Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang senang menghormati namaMu (terjemahan bebas).” (Nehemia 1:10-11) Kemudian, ia berkata bahwa ia adalah juru minum raja. Jangan kehilangan hal yang kontras di sana. Di sini ada seorang pria yang memiliki semua hal yang bisa ditawarkan oleh dunia. Ia tinggal di istana Persia. Ia makan dan minum apa saja yang lezat dan enak. Dan ia berkata, “Kesukaanku yang terdalam adalah,” Apa? “menghormati nama-Mu. Kesukaan kami yang terdalam, kerinduan kami yang terdalam adalah menghormati nama-Mu.” @David Platt
17
Jadi, pertama-tama, kerinduan kita adalah untuk menghormati pribadi Allah; untuk menghormati pribadi Allah. Saya berdoa agar karakteristik ini akan Allah bangkitkan di seluruh gereja kita – agar Allah membangkitkan para penatua dan pengajar, guru-guru pemahaman Alkitab bagi anak-anak, dan para hamba di seluruh ruangan ini yang kerinduan terdalamnya adalah melihat nama Allah diagungkan dan dimuliakan. Saya berdoa agar hal itu lebih menyukakan hati kita daripada gaji yang lebih besar. Agar hal itu lebih menyukakan hati kita daripada sebuah promosi di tempat pekerjaan. Bahwa melihat Nama-Nya diagungkan dan dimuliakan melalui kita akan lebih menyukakan daripada semua keberhasilan yang dapat ditawarkan oleh dunia ini kepada kita. Agar detak jantung kita semua yang berada dalam ruangan ini adalah suka menghormati Dia. Ya Tuhan, bangkitkanlah para pemimpin yang seperti itu, yang menolak segala sesuatu yang berasal dari dunia ini, dan yang berkata bahwa semua itu tidak dapat dibandingkan dengan berada di jalan yang mengagungkan dan memuliakan Allah. Bagaimana hal itu terlihat di rumah Anda? Bagaimana hal tersebut terlihat di tempat pekerjaan Anda, bahwa Anda bersuka dalam menghormati Dia? Dan perhatikanlah bagaimana hal itu mengubah cara pandang kita. Tibalah pada bagian akhir, dan ia berkata, “Biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” (Nehemia 1:11) Jadi, menjadi agak lucu karena orang yang sedang ia bicarakan adalah Raja Arthasasta – raja yang menjadi tuannya, raja yang setiap saat memiliki kuasa untuk berkata, “Nehemia, engkau kupecat sekarang juga” dan hal itu memang bisa saja terjadi. Tetapi Nehemia telah melihat kedaulatan, kedahsyatan, kesetiaan dan kekudusan Allahnya, dan karena ia sudah melihat hal itu dan berkata, “Aku senang menghormati Nama-Mu”, maka raja yang paling berkuasa di seluruh dunia pada saat itu pun terlihat hanya seperti manusia biasa saja. Raja tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Tuhan. Jadi ia berkata, “Berikanlah keberhasilan kepadaku hari ini di hadapannya – di hadapan manusia biasa, orang ini.” Hal itu mengubah cara pandangnya. Pada kenyataannya, ketika Anda membaca kitab sebelumnya, yaitu kitab Ezra, di dalam Ezra 4:7-23, raja Persia, raja yang sama, telah melihat apa yang terjadi ketika mereka sedang membangun kembali tembok di Yerusalem dan ia berkata, “Aku akan menghentikan pekerjaan itu. Mereka tidak akan punya kekuatan untuk menyelesaikannya.” Jadi sebelumnya, raja telah menghentikan upaya pembangunan tembok Yerusalem ini. Sekarang Nehemia akan datang ke hadapannya dan meminta izin untuk pergi dan membangun kembali tembok Yerusalem, @David Platt
18
sementara bertahun-tahun sebelumnya, raja Persia ini pernah berkata, “Aku tidak akan mengizinkan hal ini.” Saat ini Nehemia telah mendapatkan keberanian kudus, suatu keberanian kudus yang membuat ia bangkit. Dan perhatikanlah apa yang terjadi dalam Nehemiah 2:1. “Pada bulan Nisan tahun kedua puluh pemerintahan raja Artahsasta, ketika menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menyampaikannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja,...” Izinkan saya berhenti sejenak di sana hanya untuk memberitahu Anda bahwa ada beberapa catatan dari zaman Perjanjian Lama mengenai juru minum yang menunjukkan wajah sedih atau murung di hadapan raja yang akibatnya kepala mereka dipenggal. Anda berada di hadapan raja dan segalanya baik-baik saja. Jangan mengeluh soal apa pun juga kepada raja. Karena Anda selalu berada dekat dengan raja, jagalah suasana hati raja agar ia selalu bergembira. “Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja, bertanyalah ia kepadaku: "Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati." Lalu aku menjadi sangat takut…” (Nehemia 2:1-2) Jangan kehilangan intensitas di sini. Nehemia akan segera melangkah. “Lalu aku menjadi sangat takut. Jawabku kepada raja: "Hiduplah raja untuk selamanya!” (Nehemia 2:2-3) Bukankah itu luar biasa? Ini seperti menyanjung raja sebelum Anda mengajukan permohonan kepadanya. Kita semua melakukan yang seperti itu. Anda tahu, “Mam, aku akan pergi akhir pekan ini, sebelum aku meminta dua puluh dollar, aku ingin mama tahu bahwa mama adalah ibu yang luar biasa dan betapa mama sangat berarti bagiku dan betapa banyak pengorbanan yang telah mama lakukan untukku.” Hal itu sama dengan, “Hiduplah raja untuk selamanya!” “Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?" Lalu kata raja kepadaku: "Jadi, apa yang kauinginkan?" Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit...” (Nehemia 2:3-4) Bukankah itu adalah sebuah gambaran yang luar biasa? “Baiklah, Tuhan, inilah doaku!” Sebuah doa kilat. Jangan melewatkan hal ini: doa kilat yang didasarkan pada doa selama empat bulan, bukan sekedar sebuah doa kilat bagi Nehemia. Ia sedang berjalan dalam persekutuan yang konstan dengan Allah. “Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit, kemudian jawabku kepada raja: "Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah aku ke Yehuda, ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya kembali." (Nehemia 2:4-5) Jadi, ia @David Platt
19
meletakkan pergumulannya di sana dan “bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya: "Berapa lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah engkau kembali?" Dan raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu jangka waktu kepadanya.” (Nehemia 2:6) Nehemia berjalan ke hadapan raja, membuat suatu permohonan yang berani, dan raja bukan hanya berkata, “Aku senang mengutusmu,” tetapi raja bahkan memberikan kepadanya semua perlengkapan yang ia butuhkan untuk pergi ke sana. Dan Nehemia pergi ke Yerusalem dan dalam lima puluh dua hari, ia membangun kembali apa yang telah dinanti-nantikan oleh umat Allah selama lebih dari seratus tahun hanya dalam jangka waktu lima puluh dua hari. Allah semesta alam melakukan hal-hal yang mengagumkan, hal-hal yang tidak dapat dijelaskan melalui satu orang yang menghormati Nama-Nya ketika mereka hidup bagi kemuliaan-Nya. Dan bukan hanya memiliki suatu kerinduan untuk menghormati Pribadi Allah, tetapi jangan lewatkan ini: Suatu kerinduan untuk mempertaruhkan apa pun demi tujuan Allah. Martin Luther berkata, “Iman adalah suatu keyakinan yang hidup dan berani akan kasih karunia Allah.” Apakah kita adalah orang yang memiliki keyakinan yang hidup dan berani akan kasih karunia Allah? Jadi, pergilah Nehemia, dan ia membangun kembali tembok Yerusalem dalam waktu lima puluh dua hari. Selama periode waktu tersebut, ia mendapakan segala jenis perlawanan baik dari dalam maupun dari luar. Nehemia 4 sampai 6 – ketiga pasal tersebut penuh dengan perlawanan terhadap Nehemia. Jangan lewatkan ini: Berbicara tentang mempertaruhkan segala sesuatu bagi tujuan Allah, Nehemia menghadap raja dengan mempertaruhkan nyawanya, tetapi bukan hanya mempertaruhkan nyawanya. Bahkan jika ia diizinkan tetap hidup, ia akan meninggalkan istana Persia untuk tinggal di sebuah kota yang sudah menjadi reruntuhan dengan sekumpulan orang yang – sebagian dari mereka menginginkan ia berada di sana, sementara sebagian lainnya tidak senang ia berada di sana. Ketika Anda berdiri sebagai seorang pemimpin di gereja Tuhan, dijamin pasti akan ada kesulitan, perlawanan, fitnahan. Para pemimpin yang pernah melayani di gereja kami sebagai pendeta awam dan pendeta penuh waktu sejak lahirnya gereja ini telah banyak berkorban, menghadapi berbagai jenis perlawanan di sepanjang perjalanan mereka. Itulah yang terjadi, tetapi melalui masa-masa kelemahan dan pencobaan serta pergumulan seperti itulah Allah paling
@David Platt
20
jelas menunjukkan kemuliaan-Nya. Dia menunjukkan kekuatan-Nya dengan cara-cara yang menakjubkan, dan tepat seperti itulah yang Dia lakukan melalui Nehemia. Orang-orang dalam kitab Nehemia pasal 4 sampai 6 berkata, “Sekalipun engkau membangun tembok ini, seekor kucing pun tidak akan mampu berjalan – seekor binatang yang kecil pun tidak akan pernah bisa berjalan mengelilinginya, di atasnya, tanpa membuat tembok itu runtuh.” Jadi, inilah yang mereka lakukan setelah mereka membangun kembali tembok itu. Mereka tiba di Nehemia 12, dan tembok sudah dibangun kembali. Semua bangsa-bangsa pernah berkata, “Bahkan seekor binatang yang kecil pun tidak akan bisa mengelilingi tembok ini jika tembok ini sudah selesai.” Jadi, yang mereka lakukan adalah mereka semua naik ke atas tembok itu, dan mereka berbaris mengelilingi kota dan mereka menyanyikan puji-pujian. Bukankah itu suatu pemandangan yang luar biasa? Dan Alkitab berkata bahwa semua bangsa-bangsa memandang dengan kagum dan berkata,“Hanya Tuhanlah yang sanggup melakukan hal itu.” Di Dalam Perjanjian Baru... Allah melindungi umat-Nya, sehingga mereka dapat berdiri dan menunjukkan kepada bangsa-bangsa betapa besarnya Tuhan itu. Itulah pesan dari kitab Nehemia. Masalahnya adalah, itu bukanlah akhir cerita. Ya, tembok memang sudah berhasil dibangun kembali, demikian pula Bait Suci, tetapi secara kronologis, hal ini terjadi di akhir Perjanjian Lama. Saya tahu, memang kisah ini berada di pertengahan Perjanjian Lama dalam Alkitab kita, tetapi secara kronologis ada pada bagian akhir. Yang terjadi dan kita ketahui adalah ada 400 tahun masa kesunyian di mana kita tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap umat Allah. Tetapi kurang lebih 400 tahun kemudian, sesuatu terjadi di Perjanjian Baru, dan Tuhan melaksanakan rencana-Nya tidak dengan membangkitkan para pemimpin berhati hamba yang biasa-biasa saja. Dalam Perjanjian Baru, Allah menggenapkan rencana-Nya dengan membangkitkan pemimpin utama berhati hamba, yang kepeduliannya menuntun kepada sebuah salib. Apakah Anda ingat hal itu di dalam Lukas 19:41? Ketika Yesus berdiri di atas bukit, dan Ia melihat kota Yerusalem dengan tembok-temboknya dan Bait Suci di tengah kota itu? Dan Lukas 19:41 mengatakan Yesus melakukan apa? Ia meratapinya. Seperti yang pernah Nehemia lakukan. Kepedulian yang tak mementingkan diri sendiri bagi kebaikan umat Allah dan kemuliaan Nama Allah – orang-orang yang akan menyalibkan Dia yang kepedulian-Nya menuntun kepada salib, yang pengabdiannya menuntun kepada kematian-Nya. Ingatkah Anda Dia berdoa di luar @David Platt
21
Yerusalem? Mencari wajah Allah, mengenal Firman Allah, meminta penyediaan Allah. “Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu jadilah.” Dan Dia berjalan memasuki kota itu dan di sana Dia disalibkan tepat di depan pintu gerbang kota dan Ia memiliki kerinduan untuk menghormati Bapa-Nya, dan mempertaruhkan segala sesuatu untuk tujuan tersebut. Kerinduan-Nya menuntun kepada keselamatan kita. Pada masa kini... Sampai dengan saat ini, rencana Allah adalah membangkitkan pemimpin utama berhati hamba, yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut. Dan itulah sebabnya, ketika kita melihat pada Firman Tuhan hari ini, doa kita yang penuh kerinduan bukanlah, “Ya Tuhan, jadikanlah kami seperti Nehemia.” Tetapi doa kita adalah, “Ya Tuhan, jadikan kami seperti Kristus.” Dan hal itu menuntun kita sampai pada hari ini, karena kabar baiknya adalah Allah sedang melanjutkan rencana-Nya dengan membangkitkan para pemimpin berhati hamba yang akan mendemonstrasikan kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri, pengabdian diri yang tanpa kompromi, dan kerinduan yang tak pernah padam agar kemuliaan Kristus nyata di dalam gereja. Tolong jangan lewatkan ini. Nehemia menunjuk ke depan menuju kemuliaan Kristus. Tuhan sedang membangkitkan para pemimpin di gereja masa kini yang akan mencerminkan kemuliaan itu di abad kedua puluh satu. Sehubungan dengan itu, saya ingin kita mengambil waktu untuk meresapi Firman ini, dan mempraktekkannya sesuai dengan apa yang telah Tuhan ajarkan kepada kita sebagai sebuah keluarga gereja. Ingatlah bahwa pada musim panas tahun ini, kita akan mulai mempelajari tentang kepemimpinan di gereja Perjanjian Baru. Dan kita mulai melihat peran para penatua, pendeta, pengawas, dan apa yang mereka lakukan. Saya ingin mendorong Anda, jika Anda baru hadir di gereja ini, untuk mundur ke belakang dan mendengarkan khotbah ketika kita membahas tentang penatua, karena kita membahas tentang bagaimana para penatua memimpin di bawah otoritas Kristus, dan mereka mengajar tubuh Kristus dan mereka adalah orang-orang yang peduli terhadap tubuh Kristus dan meneladani karakter Kristus, dan mereka menuntun kita dalam misi Kristus. Saat ini, tiba waktunya untuk membawa orang-orang ini ke hadapan keluarga gereja kita dan mendoakan mereka.
@David Platt
22