JURNAL NANGGROE ISSN 2302-6219 Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015) Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
NANGGROE JURNAL HUKUM TATA NEGARA
ORIGINAL ARTICLE
Keberadaan UUPA Sebagai Lex Specialis Mukhlis1
Abstrak
Correspondence:
[email protected] 1. 2.
Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh Pusat Studi Hukum dan Pemerintahan Lhokseumawe
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 dan Undang-Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 merupakan Undang-undang undang yang memberikan keistimewaan dan kekhususan untuk Aceh. Dalam perjalanannya, keistimewaan dan kekhususan Aceh menimbulkan polemik yang dianggap saling bertentangan dengan undang-undang lainnya yang dikeluarkan kemudian, seiring dengan perkembangan politik di Indonesia. Tulisan ini menguraikan yang berkaitan dengan UndangUndang Undang Pemerintahan Aceh sebagai lex specialis. specialis Terjadinya konflik antara dua undang-undang undang maka akan berlaku secara konsisten asas lex spesialis derogat legi generalis dan asas lex superior derogat legi inferiori. Penerapan hukum asas lex specialis derogatlegi generalis di Aceh, Aceh bahwa UUPA yang harus dilihat dari hakikat dan subtansi yang diatur, dalam kedua peraturan yang dipertentangkan, UUPA didahulukan, baru kemudian UU lainnya dalam hal UUPA dan Qanun tidak mengaturnya.
Kata Kunci: UUPA dan Lex specialis
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 24
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
A. PENDAHULUAN
Undang
1. Latar Belakang UUPA merupakan suatu kata
Nomor
18
Daerah
Istimewa
Aceh
sebagai
Provinsi
Nanggroe
Aceh
perkembangannya
singkatan
Nomor
menyebutkan
bagi
Provinsi
masyarakat Aceh. UUPA merupakan untuk
Khusus
Otonomi
Darussalam,
dipakai
2001
tentang
yang sering terdengar dari dan oleh
yang
Tahun
dalam
18
Undang-Undang
Tahun
2001
dicabut
Undang-Undang
dengan Undang-Undang Nomor 11
Pemerintahan Aceh atau Undang-
Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Undang
Aceh.
tentang
Nomor
11
Tahun
Pemerintahan
2006 Aceh.
Dalam perjalanannya, keisti-
Sebelum UU Pemerintahan Aceh keluar, istilah UUPA sering dipakai
mewaan
dan
untuk menyebutkan Undang-Undang
menimbulkan
Pokok Agraria yaitu UU No. 5 Tahun
dianggap
1960.
dengan undang-undang lainnya yang dikeluarkan Undang-Undang
Nomor
11
kekhususan
Aceh
polemik
yang
saling
bertentangan
kemudian
seiring
dengan per-kembangan politik di
tahun 2006 tentang Pemerintahan
Indonesia.
Aceh
beberapa konflik regulasi dalam
(UUPA)
lahir
sebagai
Sehingga
timbul
Implemtasi butir-butir kesepakatan
pelaksanaannya,
dalam MoU Helsinki pada tanggal 15
pelaksanaan Pilkada tahun 2012,
Agustus 2005, perdamaian Aceh dari
Pemilihan anggota KIP, penafsiran
konflik bersenjata di mulai, MoU
UU yang berbeda antara DPRA dan
Helsniki
Bawaslu, dan lain-lain.
mengakiri
permusuhan
seperti
antara Pemerintah Pusat dengan Berdasarkan
Gerakan Aceh Merdeka.
uraian
dan
kenyataan di atas, pertentangan Sebelum
UU
tersebut
yang
dianggap
dikeluarkanlah,telah
dikeluarkan
merupakan
juga
Nomor
istimewa,
Tahun garaan
Undang-Undang 1999
tentang
Keistimewaan
44
Penyeleng-
penerapan
bahwa
daerah
khusus
sehingga berbagai
Aceh dan dalam
peraturan
Provinsi
perundang-undangan di Aceh harus
Daerah Istimewa Aceh dan Undang-
disesuaikan dengan hal tersebut.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 25
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
Tulisan ini mencoba menguraikan
undangan
tersebut
yang
berdasarkan
sistem
berkaitan
dengan
Undang-
disusun baik.1
yang
Undang Pemerintahan Aceh sebagai
Pembentukan peraturan perundang-
lex specialis.
undangan
tentunya
berpedoman 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan belakang
di
uraian
latar Lex
dapatlah
masalah
yaitu
bagaimanakah keberadaan UndangUndang Pemerintahan Aceh sebagai lex specialis?
kalimat
derogat
legi
ini
tujuan
dari
adalah
untuk
menemukan konsepsi yang tepat mengenai
keberadaan
Undang-
Undang Peme-rintahan Aceh sebagai lex specialis.
yang
spesialis
bermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara. Peraturan perundangundangan yang baik akan dapat berlaku secara efektif dan efesien manakala
peraturan
perundang-
yang
generalis
pengetahuan
hukum
persoalan
berbagai
derogat
hukum
peraturan Asas
legi
lex
generalis
mengandung makna bahwa aturan hukum
2
undangan merupakan bagian hukum
nakan untuk mengatur kehidupan
legi
perundang-undangan.
perundang-
tertulis pada umumnya dipergu-
specialis
generalis
derogat
melihat
dalam
B. PEMBAHASAN
Peraturan
lex
penerapan hukum positif.3 Asas lex
1
1. Definisi dan Pemahaman Lex Spesialis
merupakan
merupakan salah satu asas dalam
merupakan
3. Tujuan Penulisan
penulisan
spesialis
potongan
specialis
Adapun
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.2
atas,
diidentifikasikan
kepada
dengan
3
yang
khusus
akan
HAS Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, Konpress dan Tatanusa, Jakarta, 2008, hlm. xiii. Lihat Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan permendagri Nomor 1 Tahun 2011 serta untuk Aceh Qanun Aceh No. 5 Tahun 2011. Selain asas tersebut juga dikenal Asas lex superior derogat legi inferiori (peraturan perundangundangan yang lebih tinggi mengeyampingkan peraturan yang lebih rendah), Asas lex posterior derogat legi priori (peraturan perundang-undangan yang baru mengkesampingkan atau meniadakan peraturan perundangundangan yang dikeluarkan sebelumya/lama).
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 26
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
mengkesampingkan aturan hukum
ketentuan
yang umum.4 Atau asas lex spesialis
tersebut. Kekhususan itu karena
derogat
diartikan
sifat hakikat dari masalah atau
perun-
persoalanya sendiri.7 Dari segi isi
dang-undangan yang bersifat khusus
hukum dibagi menjadi lex generalis
dapat mengeyampingkan undang-
dan lex spesialis. Lex generalis
undang/peraturan
adalah hukum umum yang berlaku
legi
generalis
undang-undang/peraturan
undangan Amiroeddin
yang
perundangbersifat
Syarif
umum.5
menyebutkan
umum
undang-undang
dan
sedangkan
umum
merupakan
dasar,
spesialis
adalah
yaitu
yang
lex
Undang-undang yang bersifat khusus
hukum
khusus
menyampingkan
undang-undang
menyimpang dari lex generalis. Lex
yang bersifat umum artinya undang-
generalis merupakan dasar dari lex
undang yang mengatur persoalan-
specialis.8
persoalan pokok secara umum dan Bagir Manan menyebutkan
berlaku umum pula.6
ada beberapa prinsip yang harus Pertanyaan kemudian yang membedakan peraturan yang umum dengan yang khusus
apa?
Pada
diperhatikan spesialis yaitu:
dalam
derogat
asas
legi
lex
generalis
9
awalnya pemahaman yang diberikan sebagai contoh adalah ketentuan
a) Ketentuan-ketentuan yang dida-
dalam KUHDagang (khusus) dengan
pati dalam aturan hukum umum
KUHPerdata(umum).
tetap
berlaku,
diatur
khusus
Undang-undang yang umum mengatur
hukum
persoalan-persoalan
Mengapa
kecuali dalam
khusus yang
aturan
tersebut. ditonjolkan
pokok tetapi mengaturnya secara
prinsip
khusus menyimpang dari ketentuan-
tetap berlaku? Karena aturan hukum
4
5 6
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia (Suatu Kajian Teoritik), FH UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 57. HAS Natabaya, Op Cit, hlm. 38. Amiroeddin Syarif, PerundangUndangan Dasar, Jenis Dan Teknik Membuatnya, bina aksara, Jakarta, 1987, hlm. 81.
7 8
9
aturan
yang
khusus
hukum
umum
merupakan
Ibid. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 203, hlm. 129. Bagir Manan, Op Cit, hlm. 56.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 27
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
pengecualian dari aturan hukum
kecuali apabila subtansi peraturan
umum.
perundang-undangan
b) Ketentuan-ketentuan
lex spe-
lebih
tinggi
mngatur hal-hal yang oleh undang-
cialis harus sederajat dengan
undang
ditetapkan
menjadi
ketentuan-ketentuan lex gene-
wewenang
peraturan
perundang-
ralis
undangan
(undang-undang
dengan
undang-undang).
Peraturan
c) Ketentuan-ketentuan cialis
harus
tingkat
lex spe-
rendah.
pemerintah
(PP)
bertingkat lebih atas dari peraturan
dalam
daerah (perda). Tetapi perda yang
lingkungan hukum (rezim) yang
bertentangan dengan PP tidak serta
sama
dengan
merta kalah sehingga dinyatakan
Kitab
Undang-Undang
Dagang
berada
lebih
dan
lex
generalis.
Kitab
Hukum
atau
materi
Undang Hukum Perdata sama-
mengatur
hal-hal
sama
wewenang
lingkungan
hukum keperdataan.
muatan
sah.10
tidak
ternyata
termasuk
Undang-
batal
muatan yang
daerah, perda
Kalau PP
menjadi
dan
materi
berada
dalam
wewenang daerah, maka PP yang Dalam menghadapi dualisme ketentuan
yang
berlaku
memerlukan suatu pemahaman ini. Terjadinya
konflik
mengalah, bukan perda.11
antara
2. Keistimewaan dan Kekhususan Aceh12
dua
undang-undang maka akan berlaku Secara
secara konsisten asas lex spesialis
konsep
Negara
derogat legi generalis dan asas lex
kesatuan dalam negara kesatuan,
superior
inferiori.
tanggung jawab pelaksanaan tugas-
Pemahaman lex superior derogat
tugas pemerintahan pada prinsipnya
legi inferiori mengacu padatertip
tetap berada di tangan pemerintah
derogat
legi
hukum yaitu asas pertingkatan atau hierarki undangan.
peraturan Peraturan
undanganyang tingkatannya peraturan
lebih
perundangperundangtinggi
mengkesampingkan perundang-undangan
yang lebih rendah tingkatannya,
10 11 12
Bagir Manan, Op cit, hlm. 57. Ibid Terkait dengan keistimewan dan kekhususan Aceh dapat dilihat lebih rinci dalam Mukhlis, Keistimewaan dan kekhususan Aceh dalam perspektif negara kesatuan republik Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum FH Universitas Riau, Vol 4 Nomor 1 Tahun 2014, hlm. 76-98.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 28
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
pusat. Namun, dikarenakan sistem
(1) UUD 1945 menyebutkan bahwa
pemerintahan
Indonesia
negara mengakui dan menghormati
desentralisasi
satuan-satuan pemerintahan daerah
kekuasaan (pembagian kekuasaan
yang bersifat khusus atau bersifat
secara
istimewa
menganut
di
prinsip
vertikal),
maka
terdapat
yang
diatur
dengan
tugas-tugas tertentu bahkan tugas-
undang-undang. Berdasarkan keten-
tugas istimewa dan khusus yang
tuan Pasal 18B ayat (1) UUD 1945
diurus oleh pemerintahan daerah
tersebut di atas dapat diketahui
(lokal)
pada
bahwa negara mengakui adanya
sendiri.
Hal
ini
dasarnya
akan
menimbulkan
daerah yang bersifat khusus atau
hubungan
timbal
balik
istimewa.
yang
Namun daerah
demikian
melahirkan hubungan kewenangan
pengertian
khusus
atau
dan pengawasan.
istimewa tersebut tidak dijelaskan secara terperinci dalam UUD 1945.
Aceh
DAERAH
Oleh karena itu berkaitan dengan
MODAL, namun sekarang Aceh dapat
hal tersebut perlu diatur dengan
disebut sebagai DAERAH MODEL?.13
undang-undang sebagaimana perin-
Keistimewaan dan kekhususan Aceh
tah UUD 1945 tersebut.
mengalami
merupakan
pasang
surut
dalam
perjalanan ketatanegaraan republik
Perkataan khusus memiliki
Indonesia. Berdasarkan Pasal 18B
cakupan yang luas, antara lain karena dimungkinkan membentuk
13
Gelar kehormatan yang diberikan Presiden bagi Aceh dengan DAERAH MODAL, dan menjanjikan akan memberi hak otonomi yang luas bagi Aceh sehingga dapat menjalankan Syari'at Islam. Namun dalam implementasinya tidak berjalan sebagaimana dijanjikan. Sedangkan daerah model dapat disebutkan banyak konsep yang lahir dari Aceh, namun kemudian di adopsi menjadi bagian dan masuk dalam sistem hukum yang berlaku secara nasional, seperti: MUI, Bappeda, Mahkamah Syariah kemudian menjadi Peradilan Agama, Calon Independen/perseorangan, Partai Politik Lokal, dll.
pemerintahan
daerah
dengan
otonomi khusus (Aceh dan Irian Jaya)14. Mengingat ketentuan Pasal 18B UUD 1945 tersebut maka dapat dikatagorikan Indonesia sebagai
bahwa
dapat daerah
daerah
di
dikatagorikan istimewa
atau
daerah khusus. Daerah istimewa 14
Bagir Manan, Menyonsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pusat Studi Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2001, hlm. 15.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 29
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta
daerah istimewa dan daerah khusus,
dan Daerah Istimewa Aceh, adapun
sehingga
daerah
disebutkan sebagai daerah khusus
khusus
meliputi
Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Papua dan
nama
Aceh
dapat
propinsi daerah istimewa Aceh.
Aceh. Berdasarkan kenyataan di Perjalanan panjang dalam
atas UUD 1945 menyebutkan istilah khusus
atau
Daerah
istimewa,
namun
dapat
disebut
Aceh
pembentukan mengalami
propinsi bermacam
persoalan
mendapat 2 (dua) sebutan yaitu
dan
Daerah
sejarah ketatanegaraan Indonesia.
Istimewa
dan
Daerah
perjuangan
Aceh
panjang
dalam
Ketata-negaran Republik Indonesia
khusus.15
menempatkan Aceh sebagai satuan Aceh
merupakan
istimewa
dan
khusus.
istimewa
terkait
dengan
daerah
pemerintahan daerah yang besifat
Daerah
istimewa
kewi-
dengan
dan
khusus,
kharakter
khas
terkait sejarah
layahan yaitu keistimewaan dalam
perjuangan masyarakat Aceh yang
bidang
agama,
memiliki ketahanan dan daya juang
adat, pendidikan dan peran ulama
yang tinggi. Pemberian otonomi
sebagaimana diatur dalam Undang-
kepada
Undang Nomor 44 Tahun 1999,16
jalan yang panjang dan berliku.
penyelenggaraan
Provinsi
Aceh
melewati
sedangkan daerah khusus terkait dengan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 (sebelumnya diatur Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001),
oleh
karena
itu
Aceh
terdapat 2 (dua) sebutan yaitu 15 16
Mukhlis, Loc.cit. Pemberian sebutan keistimewaan sebelumnya diberikan kepada Daerah Istimewa Aceh berdasarkan Keputusan Perdana Menteri No.1/Misi/1959 yang berlaku pada tanggal 25 Mei 1959, adapun hal yang menjadi perhatian utama adalah bidang keagamaan, peradatan dan pendidikan.
“Disebut sebagai perjuangan “melawan arus” dalam bingkai NKRI, memakan waktu yang lama, dan sangat melelahkan bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tidak hanya itu, kebijakan otonomi khusus (special autonomy) atau kerap disebut “asymmetris decentralization”, dimana diberikannya kewenangan yang besar di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya kepada daerah merupakan barang baru dalam sejarah ketatanegaraan Indo-
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 30
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
nesia melalui kebijakan otonomi daerah”.17 Provinsi diberikan
Aceh
kemudian
Keistimewaan
dalam
Pendidikan, Adat dan peran Ulama dalam
pembangunan
Aceh
Mempertahankan integrasi bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menghargai kesetaraan dan keregaman kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh dan Irian Jaya sebagai daerah otonomi khusus yang diatur dengan Undang-undang”.
berdasarkan Undang-Undang Nomor 44
Tahun
1999
Penyelenggaraan
Keistimewaan
Provinsi
Daerah
Namun
pemerintah
Istimewa
Aceh.
belum
bisa
mengakomodir tuntutan masyarakat Aceh dalam pelaksanaan syari’at Islam
yang
Sidang
kaffah,
umum
MPR
maka
pada
Tahun
1999
melahirkan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 Besar
tentang
Haluan
Garis-Garis
Negara
mengatur
secara hukum otonomi khusus yang di
berikan
Provinsi,
kepada
yaitu
dua
Daerah
Daerah Istimewa
Aceh dan Irian Jaya yaitu: “Dalam rangka pengembangan otonomi daerah di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta untuk menyelesaikan secara adil dan menyeluruh permasalahan di daerah yang memerlukan penanganan segera dan bersungguh-sungguh maka perlu di tempuh langkah-langkah sebagai berikut; 17
Ketetapan
tentang
Yohanis Anton Raharusun, Daerah Khusus dalam Perspektif NKRI, Jakarta: Konstitusi Press, 2009, hlm.186.
MPR
tersebut
pada Sidang Umum Tahunan MPR Tahun 2000 melalui Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/2000
merekomendasikan secepatnya Otonomi
supaya Undang-Undang
Khusus
bagi
Daerah
Istimewa Aceh maka dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Daerah
Istimewa
Aceh
Sebagai
Provinsi
Nanggroe
Aceh
Darussalam, yang pada prinsipnya mengatur
kewenangan
pemerintahan
yang
merupakan
kekhususan
dalam
bidang
pelaksanaan Syari’at Islam, diakui Peran Wali Nanggroe dan Tuha Nanggroe Adat,
sebagai Budaya,
Masyarakat,
Penyelenggara dan
mendapatkan
Persatu dana
perimbangan keuangan yang besar dari daerah lain dan ditetapkan Qanun sebagai Peraturan Daerah. Pelaksanaan Syari’at Islam yang
diberikan
untuk
Aceh
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 31
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
merupakan Otonomi Khusus yang
pelayanan umum dan daya saing
diamanatkan Undang-Undang Nomor
daerah.18
18 Tahun 2001 tentang Otonomi ini
Pemberian Otonomi Khusus
dilatarbelakangi konflik Aceh yang
bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh
berupa
sebagai
Khusus.
Kelahiran
UU
gerakan
separatisme
Provinsi
Nanggroe
Aceh
dilakukan Gerakan Aceh Merdeka
Darussalam melahirkan harapan dan
pada
gerakan
membuka peluang untuk tumbuhnya
reformasi yang dilakukan mahasiswa
kreatifitas, diskresi dan kebebasan
menuntut
bagi
Tahun
aspek,
1976
dan
perubahan
terutama
di
pola
segala
hubungan
Pemerintah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota serta masyarakat
pusat dan daerah yang selama ini
Aceh
berlaku sistem sentralisasi berubah
menemukan kembali indentitas diri
menjadi
dan
desentralisasi
diberlakukannya Nomor
22
Undang-Undang
Tahun
Pemerintahan kemudian Undang
dengan
1999
tentang
Daerah
yang
diganti dengan UndangNomor
32
Tahun
2004
pada
membangun
Peluang positif
ini
di
oleh
positif
diperlukan
Nomor
32
dahulu
Daerah
sentralisasi.19
memberikan
wewenang
dan
18
daerah otonom untuk mengatur dan sendiri
rintahan
dan
urusan
peme-
kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan dengan
perundang-undangan tujuan
kesejahteraan
memang mencegah
pada
bahwa massa
pemerintah Pemberian
yang keisti-
dan
kewajiban yang lebih menekan pada
mengurus
ini
orde baru akan berbalik kembali ke sistem
mengatur
pemerintah.
kemungkinan
Tahun 2004 tentang pemerintahan telah
secara
komponen
untuk
pengalaman Undang-Undang
tanggapi
dan
Tanggapan
untuk
wilayahnya.
berbagai
masyarakat
timbulnya
tentang Pemerintahan Daerah.
umumnya
meningkatkan masyarakat,
19
Pasal 2 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004. yang dimaksud daya saing daerah adalah merupakan kombinasi antara faktor kondisi ekonomi daerah, kualitas kelembagaan publik daerah, sumber daya manusia dan teknologi, yang secara keseeluruhan membangun kemampuan daerah untuk bersaing dengan daerah lain. Al Yasa’ Abubakar, Hukum Pidana Islam Di NAD, Banda Aceh: Dinas Syari’at Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006, hlm.1.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 32
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
mewaan dan kekhususan kepada
Tahun 2001. Namun Undang-Undang
Aceh
Nomor 18 Tahun 2001 kemudian
selalu
didahului
dengan
kekecewaan bahkan pemberontakan
dicabut
terhadap Pemerintah Pusat yang
Nomor 11 Tahun 2006.
kemudian
melahirkan
Undang-Undang Tahun
Persoalan kemudian apakah Aceh
masih
Undang-Undang
berbagai
perlawanan dari rakyat Aceh.
Provinsi
dengan
dikatakan
2001
Nomor
menempatkan
18 titik
berat otonomi khusus pada Provinsi Nanggroe
AcehDarussalam
sebagai daerah istimewa dan masih
pelaksanaannya
mempunyai
daerah Kabupaten dan Kota atau
Otonomi
Khusus?
diletakkan
yang
secara
pada
Jawaban atas pertanyaan tersebut
namalain
proporsional.
akan diuraikan berikut ini.
Kekhususan ini merupakan peluang yang berharga untuk melakukan
Pasal 18 ayat (5) UUD 1945
penyesuaian
struktur, dan
susunan,
menyebutkan
Pemerintah
daerah
pembentukan
menjalankan
otonomi
seluas-
pemerintahan
urusan
bawah yang sesuai dengan jiwa dan
pemerintahan yang oleh undang-
semangat berbangsa dan bernegara
undang ditentukan sebagai urusan
yang hidup dalam nilai-nilai luhur
Pemerintah
masyarakat Aceh, diatur
luasnya,
kecuali
Pusat.
Lebih
lanjut
Pasal 18A UUD 1945 menentukan Negara mengakui dan menghormati
Peraturan
di
penamaan
tingkat
Daerah
yang
lebih
dalam disebut
20
dengan Qanun.
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
yang
diatur
dengan
undang-undang.
Berbeda
halnya
dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
yang
tidak
menyebutkan
secara tegas dimanakah letak titik Sebagaimana telah diuraikan
berat otonomi tersebut, lebih lanjut
di atas, bahwa Aceh merupakan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
daerah Istimewa dengan otonomi
2001 dengan tegas menyebutkan
khusus sebagaimana diatur dalam
Aceh
Undang-Undang Nomor 44 Tahun
khusus. Hal ini dapat dilihat dari
adalah
daerah
otonomi
1999 dan Undang-Undang Nomor 18 20
Penjelasan UU No. 18 Tahun 2001
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 33
ISSN 2302-6219
judul
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
Undang-Undang
18
Undang
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
tentang
Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh
Dalam
Sebagai
Aceh
disebutkan:
“…pemerintahan
yang
daerah,
mengatur
Provinsi
Darussalam,
Nomor
Nanggroe
meskipun
apa
Nomor
32
Tahun
Pemerintahan konsideran
yang
2004
Daerah.
menimbang
a
dan
menjadi kewenangan yang bersifat
mengurus
khusus tersebut tidak dirumuskan
pemerintahan
secara
otonomi dan tugas pembantuan,
jelas
dan
tegas.
Hanya
sendiri
urusan
menurut
ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1)
diarahkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
terwujudnya
2001 bahwa kewenangan Provinsi
masyarakat
melalui
Nanggroe Aceh Darussalam yang
pelayanan,
pemberdayaan,
diatur
peran
dalam undang-undang ini
untuk
asas
kesejahteraan
serta
adalah kewenangan dalam rangka
peningkatan
pelaksanaan otonomi khusus.
dengan
mempercepat
peningkatan,
masyarakat, daya
saing
memperhatikan
dan serta
daerah prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, Penjelasan umum UndangUndang
Nomor
18
Tahun
2001
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah
dijelaskan Undang-undang ini pada
Kesatuan
prinsipnya mengatur
Berbeda
kewenangan
dalam
sistem
Republik
Negara
Indonesia”.
redaksinya
dalam
pemerintahan di Provinsi Daerah
konsideran menimbang UU No. 23
Istimewa
merupakan
Tahun 2014 tentang Pemerintahan
kewenangan
Daerah yang mencabut UU No. 32
Aceh
kekhususan pemerintahan sebagaimana
yang
dari
daerah, yang
diatur
selain
Tahun 2004, menyebutkan dengan
dalam
tanpa
menyebutkan
lagi
Undang-Undang Nomor 22 Tahun
keistimewaan
1999 tentang Pemerintahan Daerah
namun menyebutnya dengan istilah
dan
kekhasan suatu daerah, huruf b
Undang-Undang
Nomor
25
dan
kekhususan,
Tahun 1999 tentang Perimbangan
menyebutkan
Keuangan antara Pemerintah Pusat
penyelenggaraan
dan Daerah.
daerah diarahkan untuk memper-
Konsep keistimewaan
kekhususan dalam
dan
Undang-
bahwa pemerintahan
cepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui
peningkatan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 34
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
pelayanan, peran
pemberdayaan,
serta
peningkatan dengan
dan
masyarakat, daya
saing
serta
mencerminkan sifat pemerintahan yang diinginkan.21
daerah
memperhatikan
Pengakuan
prinsip
keistimewaan
demokrasi, pemerataan, keadilan,
terhadap
Propinsi
dan kekhasan suatu daerah dalam
Yogyakarta didasarkan pada asal-
sistem Negara Kesatuan Republik
usul dan peranannya dalam sejarah
Indonesia;
perjuangan nasional, sedangkan isi keistimewaannya
Ketentuan
lebih
lanjut
angkatan
Istimewa
adalah
Gubernur
pengdengan
dalam Penjelasan Umum disebutkan
mempertimbangkan
aspek
keturunan Sultan Yogyakarta dan
hubungan
memper-hatikan
wewenang
kekhususan
dan
Wakil
calon
Gubernur
dari
dengan
keragaman daerah dalam sistem
mempertimbangkan
calon
Negara
Republik
keturunan
Paku
Alam
Indonesia. Dalam hal ini Papua
memenuhi
syarat
secara tegas disebutkan dalam judul
undang-undang.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun
mewaan
2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Istimewa
Provinsi Papua. Untuk Papua status
keistimewaan
Otonomi Khusus jelas dari judul
Negara.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Propinsi Istimewa Aceh didasarkan
2001
pada
Kesatuan
sebagaimana
halnya
juga
sesuai
dari yang dengan
Status
kepada
Daerah
Jakarta,
sejarah
Kota
mempunyai
sebagai
Sedangkan
keisti-
Ibu
Kota
keistimewaan
perjuangan
dalam Undang-Undang Nomor 18
kemerdekaan nasional, sedangkan
Tahun 2001 tentang otonomi khusus
isi keistimewaannya berupa pelak-
bagi Aceh. Otonomi khusus tidak
sanaan kehidupan beragama, adat,
menonjol
dan
Nomor
11
terdapat
dalam
Undang-Undang
Tahun
2006,
dalam
namun
beberapa
pendidikan
serta
mem-
perhatikan peranan ulama dalam penetapan kebijakan Daerah.
ketentuan/penjelasan. Hal tersebut Sifat
dikarenakan dalam MoU Helsinki
Kekhususan
dalam
“otonomi
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
khusus”, karena oleh fihak GAM
2001 baru dapat dipahami secara
tidak
dipakai
istilah
tidak dianggap sebagai sesuatu yang
21
Mukhlis, Op. Cit, hlm. 91
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 35
ISSN 2302-6219
baik,
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
apabila
dikaitkan
dengan
seluas-luasnya
ketentuan Undang-undang Nomor 44
kepada
Tahun 1999. dalam Undang-Undang
mengelola
Nomor 18 Tahun 2001 tersebut
sesuai
ditegaskan
governance
bahwa
Provinsi
NAD
di
bidang
masyarakat
politik
Aceh
dan
pemerintahan daerah
dengan
prinsip
yaitu
good
transparan,
adalah daerah otonom yang bersifat
akuntabel, profesional, efisien, dan
istimewa.
adalah
efektif dimaksudkan untuk sebesar-
untuk
besarnya kemakmuran masyarakat
menyelenggarakan kehidupan ber-
di Aceh. Dalam menyelenggarakan
agama, adat, pendidikan, dan peran
otonomi yang seluas-luasnya
ulama dalam penetapan kebijakan
masyarakat Aceh memiliki peran
daerah.22
serta,
Keistimewaan
“kewenangan
khusus”
Mengenai
eksistensi
baik
dalam
itu,
merumuskan,
otonomi khusus Provinsi Aceh dapat
menetapkan, melaksanakan maupun
dilihat lebih khusus dalam disertasi
dalam
Husni.
23
kebijakan
pemerintahan daerah.
Berbeda halnya pengaturan otonomi
mengevaluasi
khusus
dalam
Undang-
Undang-Undang
Nomor 11
Tahun 2006 mengatur dengan tegas
Undang Nomor 11 Tahun 2006, yang
bahwa
tidak menyebutkan istilah otonomi
merupakan
khusus di dalam isinya sebagimana
terpisahkan dari Negara Kesatuan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
Republik
2001 sebagaimana di uraikan di
otonomi
seluas-luasnya
atas. Penjelasan umum Undang-
diterapkan
di
Undang
Undang-Undang
Nomor
disebutkan
22
23
11
Tahun
Pemberian
2006
otonomi
Husni, Eksistensi Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945, Disertasi, PPS Unpad, 2004, hlm. 324. Ada perebdaan keistimewaan dengan keputusan Misi Hardi yang hanya mengenal 3 (tiga) keistimewaan yaitu agama, adat dan pendidikan. Ibid.
Pemerintahan bagian
Indonesia
Aceh
yang
dan
tidak
tatanan yang
Aceh
berdasarkan
ini
merupakan
subsistem
dalam
pemerintahan
secara
sistem nasional.
Dengan demikian, otonomi seluasluasnya pada dasarnya bukanlah sekadar hak, tetapi lebih dari itu yaitu
merupakan
kewajiban
konstitusional untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya
bagi
kesejah-
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 36
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
teraan di Aceh.24 Istilah otonomi
Dilihat segi isi hukum maslah
khusus tidak disebutkan dalam judul
keistimewaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
penyelenggaraan agama termasuk di
2006, namun terdapat beberapa
dalamnya penerapan Syari’at Islam
ketentuan yang menyarankan bahwa
dan
Aceh mempunyai “otonomi khusus”.
(termasuk
3. Bagaimana dan dimanakah Lex Specialis Aceh?
kan di atas bahwa pemahaman Aceh
Mahkamah
bidang
Syar’iyah,
adat
di
dalmnya
Wali
Nanggroe
dan
Lembaga
adat
lainnya),
pendidikan
(termasuk
MPD) dan peran ulama (termasuk
Sebagaimana telah disebut-
terhadap
dalam
sebagai
Daerah
Istimewa dapat dibedakan yaitu:25
MPU) dibagi lex spesialis, karena dalam
aturan
yang
lain
tidak
menyebutkan. Lex generalis adalah hukum umum yang berlaku umum dan merupakan dasar, sedangkan
sebagai
lex spesialis adalah hukum khusus
Daerah istimewa terkait dengan
yaitu yang menyimpang dari lex
kewilayahan
generalis. Lex generalis merupakan
Pertama,
dalam
Aceh
yaitu
bidang
keistimewaan
penyelenggaraan
dasar dari lex specialis.
agama, adat, pendidikan dan peran ulama sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 meskipun hal tersebut juga dikuatkan kembali dalam UUPA. Berkaitan dengan hal keistimewaan tersebut
pemerintah
sepenuhnya
menyerahkan sepenuhnya kepada Aceh
dalam
mengatur
dan
menjalankannya.
24
25
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006. Mukhlis, Op. Cit, hlm. 98.
Kedua, khusus
itu
Sedangkan
daerah
terkait
dengan
pemerintahan atau ditambah dalam bidang politik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006
(sebelumnya
diatur
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001) yaitu: 1. Mukim; 2. Persetujuan internasional yang berkaitan langsung dengan Pemerintahan Aceh; 3. Kerjasama internasional; 4. Pembentukan undangundang oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang berkaitan langsung dengan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 37
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
Pemerintahan Aceh dilakukan dengan konsultasi dan pertimbangan DPRA; 5. Pembentukan badan/lembaga/komisi; 6. Kewenangan gubernur mempunyai tugas dan wewenang khusus/tambahan; 7. Jumlah anggota DPRA 125% dari ketentuan nasional; 8. DPRA mempunyai kewenangan khusus; 9. Partai politik lokal (parlok); 10. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR); 11. Sumber daya alam; 12. Sumber keuangan dan penge-lolaan keuangan khusus; 13. Tidak dikenal lagi kelurahan; 14. Bendera, lambang dan himne; Dalam
hal
terjadinya
dualisme peraturan di Aceh, maka ada 2 (dua) pandangan terhadap hal
Hal ini sebagaimana saat ini terkait dengan pemerintahan daerah maka untuk daerah khusus dan istimewa disebutkan dalam UU baru yaitu Pasal 399 UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan
daerah
kemudian di ubah dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2015
Tentang
Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun
2014
Tentang
Pemerintahan Daerah, menyebutkan Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku juga bagi Provinsi Daerah Istimewa Daerah
Yogyakarta, Khusus
Provinsi
Ibukota
Jakarta,
Provinsi Aceh, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat, sepanjang tidak diatur secara khusus dalam
tersebut yaitu:
Undang-Undang Pertama,
harus
dilihat
keistimewaan
yang dan
kekhususan
instrumen yang mengatur tentang
Daerah
hal
disesuaikan,
misalnya Penjelasan Pasal 139 ayat
dalam arti untuk menghilangkan
2 huruf i tentang pemberhentian
dualisme aturan maka peraturan
anggota DPRD, bahwa anggota DPRD
yang dibuat perlu menyesuaikan diri
provinsi diberhentikan antarwaktu
dengan peraturan yang baru. Dalam
juga menyebutkan Ketentuan ini
ilmu
dikecualikan
tersebut
hukum
harus
dikenal
azas
lex
tersebut.
mengatur
Lihat
terhadap
juga
anggota
posteriori derogat legi priori, yaitu
partai politik lokal sesuai dengan
hukum
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
yang
ditetapkan
berlaku
atau
kemudian
mengenyampingkan
hukum
2006 tentang Pemerintahan Aceh.
yang
ditetapkan atau berlaku terdahulu.
Kedua, tersebut
di
pendapat atas
tidak
azas tepat
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 38
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
diterapkan untuk kasus UU Pemda
dikatakan UU khusus (lex specialis),
versus UU Otsus di Aceh. Azas
dalam hal ini maka yang dapat
hukum yang lebih tepat adalah lex
dikatakan secara khusus adalah UU
specialisderogatlex generalis, yaitu
pilkada.
hukum
yang
mengatur
materi
khusus lebih didahulukan ketimbang
Pasal 199 UU No. 1 Tahun
yang mengatur materi yang umum.
2015 Tentang Penetapan Peraturan
Hanya,
Pemerintah
UUPA
khusus
mengatur
Pengganti
pemerintahan daerah di Aceh, tidak
Undang
di daerah lain. Karena itu, ia
Tentang
menjadi lex specialis dari aturan
Bupati,
tentang pemerintahan daerah di UU
Undang-Undang
Pemda
yang
dikatakan
Diubah Dengan UU No. Undang-
sebagai
lex
Aturan
Undang Republik Indonesia Nomor 8
tentang pilkadal di UUPA dengan
Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
sendirinya kemudian menjadi lex
Undang-Undang
specialis dari aturan sejenis di UU
2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemda.
Pemerintah
dapat generalis.
terkait
dengan
1
Tahun
Pemilihan Dan
Undang Contoh:
Nomor
Undang-
Tentang
Gubernur,
Walikota Yang
Menjadi Kemudian
Nomor
1
Pengganti
Nomor
1
Tahun
Undang-
Tahun
Pemilihan
2014
Gubernur,
Pilkada di Aceh mana yang disebut
Bupati,
dengan lex specialis, Karena UUPA
Undang-Undang,
mengatur tentang pilkada dan UU
Ketentuan dalam Undang-Undang ini
terbaru UU
2015
berlaku juga bagi penyelenggaraan
kemudian di ubah dengan UU No. 8
Pemilihan di Provinsi Aceh, Provinsi
Tahun 2015 TentangPerubahan Atas
Daerah
Undang-Undang
Provinsi
No.
1 tahun
Nomor
1
Tahun
Dan
2014
Walikota
Khusus
Menjadi
menye-butkan
Ibukota
Daerah
Jakarta, Istimewa
2015 Tentang Penetapan Peraturan
Yogyakarta, Provinsi Papua, dan
Pemerintah
Provinsi Papua Barat, sepanjang
Undang Tentang Bupati,
Pengganti
Nomor
1
Tahun
Pemilihan Dan
Undang-Undang.
Undang-
Walikota Kalau
2014
Gubernur,
tidak diatur lain dalam UndangUndang tersendiri.
Menjadi demikian,
secara teoritis maka yang dapat
Oleh
karena
itu
terkait
dengan pemilihan kepala daerah di
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 39
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
Aceh perlu menyesuaikan dengan
wewenang
peraturan
UU yang baru sejauh belum diatur
undangan
tingkat
dengan
sebagaimana
syarat
diutamakan.
UU
UUPA
harus
Pemda
sendiri
perundang-
lebih
rendah
UUPA
pelaksanaannya
dalam
diperintahkan
secara tegas menyatakan bahwa
diatur dengan qanun. Peraturan
ketentuan dalam UU Pemda hanya
pemerintah (PP) bertingkat lebih
berlaku bagi Aceh sepanjang tidak
atas dari qanun. Tetapi qanun yang
diatur secara khusus dalam undang-
bertentangan dengan PP tidak serta
undang tersendiri. Mengutamakan
merta kalah sehingga dinyatakan
sebagian
Pilkada
batal atau tidak sah. Kalau ternyata
dengan mengenyampingkan UUPA
materi muatan PP mengatur hal-hal
dikhawatirkan akan menjadi pintu
yang menjadi wewenang Aceh, dan
masuk (entry point) bagi pusat
materi muatan qanun berada dalam
untuk mengenyampingkan seluruh
wewenang Aceh, maka PP yang
aturan
mengalah, bukan Qanun.
ketentuan
dalam
UU
UUPA
khusus
mengenai materi tentang pilkada. C. PENUTUP Dalam menghadapi dualisme ketentuan
yang
berlaku
1. Kesimpulan
memerlukan suatu pemahaman ini. Terjadinya
konflik
antara
dua
undang-undang maka akan berlaku secara konsisten asas lex spesialis derogat legi generalis dan asas lex superior
derogat
legi
inferiori.
Peraturan
perundang-undangan
yang
tinggi
lebih
tingkatannya
mengesam-pingkan perundang-undangan rendah apabila
peraturan yang
tingkatan-nya, subtansi
perundang-undangan
lebih kecuali
peraturan lebih
tinggi
mengatur hal-hal yang oleh undangundang
ditetapkan
menjadi
Penerapan asas lex specialis derogatlegi generalis di Aceh, saya berpendapat harus
dilihat
bahwa
UUPA
yang
dari
hakikat
dan
subtansi yang diatur, dalam kedua peraturan
yang
dipertentangkan,
UUPA didahulukan, baru kemudian UU lainnya dalam hal UUPA dan Qanun tidak mengaturnya. Adapun Pemahaman lex superior derogat legi inferiori mengacu padatertip hukum yaitu asas pertingkatan atau hierarki
peraturan
perundang-
undangan, namun ketika peraturan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 40
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
perundang-undangan
yang
lebih
atas mengatur hal-hal yang menjadi wewenang muatan
Aceh, qanun
dan
materi
berada
dalam
wewenang Aceh, maka peruturan perundang-undangan atasnya
yang
Qanun,
sejauh
dalam
yang
mengalah, qanun
rangka
di bukan
tersebut
menjalankan
keistimewaan dan kekhususan Aceh. 2. Saran Penerapan hukum asas lex
Teoritik), FH UII Yogyakarta, 2004.
Press,
----------, Menyonsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pusat Studi Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2001. HAS Natabaya, Sistem Peraturan Prundang-Undangan Indonesia, Konpress dan Tatanusa, Jakarta, 2008. Husni, Eksistensi Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945, Disertasi, PPS Unpad, 2004.
specialis derogat legi generalis di Aceh,
bahwa UUPA yang harus
dilihat dari hakikat dan subtansi yang diatur, dalam kedua peraturan yang
dipertentangkan,
didahulukan
daripada
UUPA undang-
undang lainnya.
Al Yasa’ Abubakar, Hukum Pidana Islam Di NAD, Banda Aceh: Dinas Syari’at Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006. Amiroeddin Syarif, PerundangUndangan Dasar, Jenis Dan Teknik Membuatnya, bina aksara, Jakarta, 1987. Hukum (Suatu
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003. Yohanis Anton Raharusun, Daerah Khusus dalam Perspektif NKRI, Jakarta: Konstitusi Press, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Bagir Manan, Indonesia
Mukhlis, Keistimewaan dan kekhususan Aceh dalam Perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum, FH Universitas Riau, Vol 4 Nomor 1 Tahun 2014.
Positif Kajian
UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah UU No. 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang Yang Kemudian
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 41
ISSN 2302-6219
Keberadaan UUPA sebagai Lex Specialis – Mukhlis (24-42)
Diubah Dengan UU No. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 42