Ringkasan Khotbah - 04 Apr'10
Kebaktian Paskah “Lebih dari Para Pemenang”
Roma 8:31-39
Pdt. Andi Halim, S.Th.
Umumnya saat mendengar kata pemenang kita berpikir itu adalah orang yang hebat, yang berprestasi, dan yang luar biasa. Inilah konsep yang umum di dalam dunia. Bagaimana konsep menang dalam iman Kristen? Ayat yang kita baca adalah bahwa kita sebagai orang percaya melebihi para pemenang. Apakah kita bangga atau merasa biasa-biasa saja atas hal ini? Apanya yang lebih dari orang yang menang?
Pada Jumat Agung yang kita membahas mengapa ada orang-orang Kristen yang gitu-gitu saja: pelayanan ala kadarnya, tidak serius dan sebagainya. Ini karena tidak sadar bahwa dirinya adalah orang berhutang, hutangnya begitu besar, sudah dilunaskan, maka tidak ada rasa terima kasih bahkan setelah hutangnya dihapuskan. Demikian juga sekarang ini kita mendapat berita bahwa kita lebih dari para pemenang.
Tapi yang memprihatinkan adalah apabila orang Kristen mendefinisikan kata menang sama dengan orang-orang dunia. Menang dianggap sukses, kaya raya, serba lancar, diberkati dengan berkelimpahan, mujizat dan lain-lain. Kalau definisinya hanya seperti ini maka orang Kristen bukan lebih daripada pemenang.
Lalu apa arti menang bagi orang Kristen? Nilai dalam kekristenan selalu bersifat paradoks. Misalnya Alkitab mengatakan bahwa suami adalah kepala istri, pemimpin dan kepala keluarga. Akan tetapi Alkitab mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang mau melayani. Demikian juga Kristus, Pencipta dunia mau datang ke dunia dan mau mencuci kaki dan sungguh-sungguh mau melayani para murid-Nya. Ia mengajarkan bahwa barangsiapa mau
1/6
Ringkasan Khotbah - 04 Apr'10
menjadi yang tertinggi ia harus melayani semua yang lain. Barangsiapa yang mau meninggikan diri akan direndahkan tetapi barangsiapa yang mau merendahkan diri akan ditinggikan.
Paulus saat menuliskan kitab Roma ini sedang berada di kota Korintus menurut para ahli. Ia juga mengalami banyak masalah: tantangan waktu mau memberitakan injil, diusir dan lain-lain. Jadi waktu melayani Tuhan rasul Paulus tidak merasa disertai Tuhan dengan tanda-tanda yang luar biasa. Sebaliknya ia selalu menghadapi tantangan dan pergumulan.
Dalam Roma 7 ia mengatakan bahwa ia masih bergumul melawan dosa. Ini adalah kesadaran diri setelah bertobat. Jadi orang yang bertobat bukan merasa dirinya murni, suci dan bersih. Justru orang yang bertobat makin menyadari kebobrokan dirinya. Orang yang makin dekat dengan Tuhan makin tidak bisa menyombongkan diri karena semakin dibukakan kejelekan dan borok-boroknya. Paulus berulangkali mengatakan bahwa ini semua adalah semata-mata kasih karunia Allah.
Dalam pergumulannya melawan kedagingan, ia juga terancam dalam pelayanannya. Sekarang ini keberadaan orang Kristen diakui dan umumnya dihargai di dunia. Tetapi tidak demikian pada jaman Paulus di mana agama Kristen baru muncul dan dianggap sebagai ancaman, khususnya bagi agama Yahudi. Itulah sebabnya banyak orang yang membenci kekristenan termasuk kaisar yang meminta agar dirinya disembah sebagai Allah. Akibat penolakan untuk menyembah kaisar ini banyak orang Kristen yang dibunuh.
Ayat 31 menyatakan bahwa ada lawan-lawan yang ingin menghancurkan pekerjaan Tuhan. Waktu itu tantangannya begitu luar biasa. Akan tetapi keyakinan Paulus adalah apabila Allah berada di pihak kita maka siapakah (termasuk kaisar) yang menjadi lawan kita?
Bagaimana dengan Saudara dan saya apakah juga merasakan ada tantangan dalam hidup ini? Apa yang menjadi tantangan kita? Susah cari uang? Susah cari jodoh? Susah cari rumah? Pernahkah dari antara kita yang memikirkan pekerjaan Tuhan, pada tantangan yang kita hadapi? Janganlah kita hanya memikirkan tantangan dalam kaitan dengan kepentingan pribadi kita. Maksudnya jangan kita berpikir bahwa kalau Allah ada di pihak kita maka bisnis pasti sukses, semua yang kita inginkan pasti Tuhan berikan. Paulus berbicara dalam konteks pelayanan tapi kita malah berbicara dalam konteks kepentingan pribadi. Jadi kedua hal ini berbeda sama sekali. Jangan mengklaim janji Tuhan hanya untuk kepentingan pribadi kita. Itu salah besar. Kutipan-kutipan semacam ini biasanya dipakai oleh kelompok-kelompok ekstrim yang mengutamakan theologi kesuksesan. Paulus sama sekali tidak ada kepentingan pribadi,
2/6
Ringkasan Khotbah - 04 Apr'10
hanya pelayanan dan pekerjaan Tuhan.
Ayat 33 menyatakan siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Bukankah yang paling berhak menggugat adalah Allah sendiri (ay. 33, 34). Allah sendiri malah membela kita. Seakan Paulus mau mengatakan kepada jemaat Roma bahwa jikalau kamu merasa terancam luar biasa demi menjadi saksi Kristus tidak perlu merasa kuatir akan para penggugat yang memiliki kuasa yang luar biasa itu karena penggugat yang tertinggi, Allah, Kristus yang mati dan bangkit bagi kita tidak menggugat kita tapi malah membela kita. Ini memberi kekuatan dan semangat yang luar biasa bagi orang Kristen yang sedang menderita di Roma.
Ayat 35 memaparkan seakan-akan kondisi orang Kristen yang menderita luar biasa sudah habis-habisan. Kita yang baru menderita sedikit kadang sudah ngomel, padahal dibandingkan dengan penderitaan jemaat di jaman rasul Paulus tidak ada apa-apanya. Kita sudah dapat kesempatan untuk beribadah, enak dan nyaman malah malas-malasan. Memang inilah manusia: diberi hidup enak malah bermalas-malasan. Hidup yang nampaknya tenang-tenang malah makin merosot. Tetapi kalau ada tantangan, kesulitan dan sebagainya maka mulai disaring mana orang Kristen yang berorientasi pada kepentingan pribadi dan mana yang berorientasi pada kepentingan kerajaan Allah.
Ayat 36 menyatakan keadaan penindasan yang sangat berat dan penderitaan yang sangat luar biasa. Inilah konteks kalimat bahwa kita lebih daripada pemenang, bukan dalam kondisi pesta yang wah dan gemilau, penuh kesuksesan, keberhasilan dan kekayaan. Sebaliknya kondisi jemaat pada saat itu penuh dengan keterpurukan dari kacamata dunia. Jadi orang Kristen waktu itu kalau dilihat orang bisa merasa iba: penuh penderitaan, kesulitan dan ancaman kematian.
Kalau kekristenan seperti ini tidak akan laku. Siapa yang mau ikut Kristus? Tidak ada yang mau ikut. Ini salah besar. Siapa bilang Kristen baru laku baru banyak orang kaya? Apakah kalau orang Kristen miskin kesaksiannya hilang? Apakah kalau jadi konglomerat baru menjadi kesaksian? Ini konsep dari setan. Lebih baik saya bicara kasar agar kita tahu bahwa itu salah. Alkitab sudah menyaksikan kepada Saudara dan saya bahwa dalam keadaan yang terpuruk dan begitu hinanya kekuatan orang Kristen diuji di situ. Dan herannya orang yang menjadi Kristen tidak habis pada waktu itu. Waktu itu mereka jadi tontonan orang banyak: disembelih, dibakar, diadu dengan binatang buas, dicabik-cabik tubuhnya, begitu mengerikan! Tapi itu justru membuat banyak orang terharu dan bertanya-tanya ada kuasa apa sehingga mereka tetap berani menghadapi kematian dan tidak goyah imannya? Ini justru tidak membuat orang tidak berani menjadi Kristen tetapi malah sebaliknya. Dan mereka yang menjadi Kristen percaya betul bahwa menjadi Kristen itu bukannya sia-sia. Jadi Kristen itu mempunyai nilai-nilai
3/6
Ringkasan Khotbah - 04 Apr'10
kekal. Ia bukan mengejar nilai-nilai dunia tetapi mengejar nilai-nilai kerajaan surga yang lebih berarti. Maka orang yang menjadi Kristen saat itu siap mati tidak seperti kita di jaman sekarang ini yang kebalikannya: mau kaya, cepat sembuh, dapat jodoh, dapat kerjaan, bergaji besar baru ikut Yesus. Ini semua ajaran setan.
Jaman gereja mula-mula justru orang yang mau ikut Yesus dapat tantangan besar, nyawanya terancam. Tetapi tetap saja ada orang yang mau percaya. Kenapa? Karena di dalam Yesus ada segala-galanya.
Dalam ayat 37 kata “tetapi” harusnya diterjemahkan sebagai “tidak.” Ini artinya tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus, tidak ada orang yang bisa menggugat kita, tidak ada orang yang bisa mengalahkan kita karena Allah berada di pihak kita. Dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang oleh Dia yang telah mengasihi kita. Jadi tidak perlu takut dengan semua ancaman waktu kita menjadi orang-orang Kristen. Meskipun kita terpuruk, disiksa, diancam hukuman mati dan sebagainya kita lebih daripada orang yang menang. Artinya menang di sini tidak tergantung kondisi apapun: kesulitan, problema hidup, tantangan yang besar, ancaman dll. Bagi kita yang menjalankan misi kerajaan Allah itu semua bukan ancaman. Kita adalah orang-orang yang lebih dari pemenang.
Kenapa kita menang? Karena Allah mengasihi kita. Inilah kemenangan yang berbeda dengan segala kemenangan duniawi. Misalnya ada juara olahraga Indonesia yang kita banggakan, lalu suatu saat ia dikalahkan lalu kita merasa sedih. Ini karena mereka yang menang dapat dengan kekuatannya sendiri mengalahkan musuhnya. Akan tetapi menangnya orang Kristen bukan karena kekuatannya tetapi karena Allah mengasihi dia. Kalau Allah sudah mengasihi kita maka Ia pasti juga membela kita. Kalau Allah sudah membela kita maka siapakah yang dapat mengalahkan kita? Mengalahkan di sini juga bukan berarti secara fisik tetapi konteksnya adalah iman. Secara fisik orang Kristen bisa dihancurkan tetapi imannya kepada Allah tidak.
Buktinya orang Kristen di jaman Paulus dibantai dan dihabisi tidak bisa habis-habis. Aneh bukan? Kalau ukuran kemenangan kita hanya kekayaan dan kesuksesan itu sebentar lagi lenyap. Kekayaan tidak akan selama-lamanya bisa menjadi pegangan. Kita yang kaya pun akan mati tanpa membawa harta sedikitpun. Terlalu bodoh orang yang mengukur kemenangan dari ukuran-ukuran duniawi dan fisik. Ini bukan berarti orang Kristen tidak butuh hal lahiriah dan fisik (bdk. Mat. 6:25-26, Tuhan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan kita). Tujuan kita bekerja bukan hanya untuk mencari uang. Kalau kerja hanya cari uang saja maka tidak berbeda dengan orang yang belum kenal Tuhan. Orang Kristen bekerja adalah untuk memenuhi panggilan yang Tuhan percayakan atas bidang yang Ia percayakan pada hidup saya. Dan dalam bidang yang Ia percayakan pada hidup saya ini saya bisa menjadi saksi, teladan dan
4/6
Ringkasan Khotbah - 04 Apr'10
berkat dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Mengenai uang dan keuntungan adalah bonus yang ditambahkan bukan tujuan utamanya. Tujuan kita adalah memenuhi panggilan Tuhan (jadi ini bukan tugas hamba Tuhan saja, melainkan juga setiap orang Kristen). Kalau jadi hamba Tuhan panggilan Tuhan lalu bisnis panggilan siapa? Kekristenan hanya punya satu dunia, yaitu dunia milik Allah. Kita ada mandat budaya. Kalau kita dipercayakan dunia bisnis maka tangani dengan baik dan dengan bertanggung jawab. Dengan bisnis itu kita bisa menjadi teladan, saksi, dan berkat bagi kemuliaan Tuhan. Negara-negara Kristen yang kuat menjadi solid dan bertanggung jawab karena semua mau dikerjakan demi Allah. Tidak ada dua dunia bagi orang Kristen: rumah tangga, bisnis, pendidikan, kerohanian dan lain-lain semua dilakukan demi Allah. Kelebihan uang yang diberikan Tuhan sebagai bagian kita juga adalah titipan yang dipercayakan kepada kita untuk digunakan dengan bertanggung jawab.
Kita juga dikatakan sebagai pemenang karena kita sudah dibebaskan dari maut. Keterpurukan manusia yang paling parah bukanlah kalau ia miskin, sakit tidak bisa sembuh dan sebagainya tetapi kalau dia harus mengalami maut. Tapi nilai yang paling berarti adalah hidup yang sudah diperdamaikan dengan Allah. Inilah kemenangan kita. Maka keadaan fisik, jasmani, lahiriah boleh saja kelihatan lemah dan kalah. Akan tetapi Tuhan sudah mengalahkan maut bagi kita (1Kor. 15:26). Di kayu salib Tuhan Yesus sudah menyelesaikan hutang maut bagi kita sehingga Ia mengatakan, “ Sudah selesai!” pada waktu kematian-Nya, lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa. Akan tetapi bukti yang menjadi peneguhan kemenangan-Nya atas kematian adalah kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Keterpurukan adalah berada dalam maut selama-lamanya. Maka arti kemenangan adalah maut sudah dikalahkan dan kita sudah dibebaskan dari kuasa maut. Ini bukan berarti kita tidak akan lagi mengalami kesulitan, penyakit, dan tantangan. Kita masih bisa mengalami itu semua. Kita bahkan masih bisa berdosa. Akan tetapi Tuhan sudah mengalahkan maut. Maka arti mengalahkan maut adalah kita tidak lagi berada di bawah hukuman Allah, tidak lagi berada di bawah kuasa dosa, tidak lagi berada di bawah hukum Taurat tapi kita sudah dibebaskan dan dimenangkan. Kita tidak lagi berada di bawah perhambaan tetapi kita sudah menjadi orang yang merdeka (Roma 6:20-22). Itulah kemenangan kita.
Status kita yang pertama adalah hamba dosa di mana kita bebas dari Allah. Sekarang kita dimerdekakan dari kutuk dosa dan menjadi hamba Allah. Seorang Kristen yang menang tidak lagi diperhamba oleh kuasa dosa tetapi dimerdekakan. Inilah kemenangan kita.
Roma 8:1 menyatakan bahwa tidak ada penghukuman lagi bagi orang percaya. Ini bukan berarti kita boleh sembarangan berbuat dosa karena tidak ada penghukuman lagi. Ini menunjukkan bahwa sebagai orang Kristen kita memperoleh kemenangan yang luar biasa. Ini
5/6
Ringkasan Khotbah - 04 Apr'10
membawa sukacita terbesar agi kita meskipun kita tetap manusia biasa yang masih bisa gagal dan jatuh. Akan tetapi semuanya itu diijinkan Tuhan dalam pemeliharaan kehidupan kita semua.
Maka tulisan Paulus ini menyatakan bahwa kita adalah orang yang sedang diproses meskipun kita sudah lebih dari para pemenang. Kemenangan kita adalah kemenangan yang pasti tetapi belum sepenuhnya.
Ini berbeda dengan ajaran Armenian yang menyatakan bahwa kesetiaan kitalah yang akan membawa kita pada keselamatan. Ini bukan ajaran Alkitab tetapi ajaran antroposentris yang berpusat pada kemampuan manusia. Bukan kesetiaan kita tetapi kasih dan pemeliharaan Allahlah yang sudah membebaskan kita dari maut (Rm. 5:8-11, inilah ayat yang perlu kita tunjukkan kepada orang Armenian). Kasih Allah kepada kita bukan karena kita layak tetapi justru waktu kita masih berdosa, apalagi kita yang sudah diperdamaikan dengan Allah pasti akan diselamatkan. Apa arti kemenangan iman Kristen? Yaitu bahwa kita pasti diselamatkan sampai akhirnya. Ini bukan berarti orang kr boleh berbuat seenaknya. Ada Roh Kudus di dalam hati kita yang akan menegur segala keberdosaan kita.
Rasul Paulus bergumul atas dosanya dalam Roma 7. Orang percaya sadar bahwa di dalam dirinya tidak ada sesuatu yang baik. Tidak ada orang yang tidak punya kelemahan dan tidak punya dosa. Selama kita di dalam dunia kita masih punya dosa. Kenapa Tuhan mengijinkan orang percaya masih mempunyai dosa? Kenapa Ia tidak melenyapkan dosa kita sampai bersih? 2Kor.12:7-10 menyatakan bahwa Tuhan mengijinkan kelemahan-kelemahan di dalam diri kita agar kita terus bergantung kepada Allah, hanya kepada anugerah-Nya semata.
Apa jadinya orang Kristen tanpa kelemahan dan kekurangan sedikitpun? Ia akan menjadi sombong dan tidak butuh Tuhan lagi karena merasa dirinya sudah bisa. Rasul Paulus diijinkan mengalami kelemahan dan kekurangan supaya ia sadar bahwa kekuatan hanya terletak pada Tuhan dan bukan pada dirinya. Inilah arti kita adalah lebih dari para pemenang.
*) Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - BA.
6/6