|
201
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 201 | JANUARI 2013
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Roma 8:29
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: UOB a/c 003 005 657-1 BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 201: Alex Lim, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan Chang Khui Fa, Esther Santoso, Ie David, Johannes Aurelius Otniol H. Seba, Liem Sien Liong, Lim Supianto Sahala Marpaung, Rohani, Tan Hai Hwa, William Liem Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL Salam Editorial
S
yukur kepada Allah, pada tahun 2013 ini bahan saat teduh Perspektif masih tetap terbit dan dapat menjadi penuntun begi jemaat untuk merenungkan dan memahami Alkitab, firman Tuhan. Pada kesempatan tahun ini, kami memberikan program baru bagi pembaca Perspektif berupa tuntunan bacaan Alkitab satu tahun. Selama satu tahun ke depan, bagi jemaat yang setia memakai bahan saat teduh Perspektif akan dapat menyelesaikan pembacaan seluruh kitab Perjanjian Lama dalam jangka watu satu tahun (2013), yang disertai dengan artikel-artikel renungan bebas yang terambil dari ayat-ayat Alkitab, sesuai pembacaan tersebut. Harapan kami, jemaat dapat mengalami berkat-berkat rohani dan pengetahuan iman yang baik dan sehat. Marilah kita bertumbuh bersama dalam firman Tuhan dan menjadi berkat melalui pembaharuan hidup kita yang semakin memuliakan Tuhan. SELAMAT MENJALANI KEHIDUPAN IMAN KITA DI TAHUN 2013
— TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEKALIAN —
01 SELASA
JANUARI 2013
“Berfirmanlah Allah: Jadilah terang. Lalu terang itu jadi.” (Kejadian 1:3)
Bacaan hari ini: Kejadian 1:1-31 Bacaan setahun: Kejadian 1-3
PERANCANG YANG SEMPURNA
S
elain memiliki kandungan vitamin C tinggi, apel juga bermanfaat bagi kesegaran tubuh. Ada pepatah mengatakan, “An apel a day can keep you away from the docter.” Betapa besar khasiatnya, bukan? Namun ada hal penting yg kita harus pelajari, yaitu tentang Sang Pencipta dari buah apel itu sendiri. Dalam Alkitab diceritakan, Allah mencipta dengan firman-Nya, “Jadilah terang, lalu terang itu jadi.” Lalu Allah memisahkan terang itu dari gelap, sehingga terang itu disebut siang dan gelap disebut malam. Demikian pula, kita melewati hari dengan siang berganti malam dan malam berganti siang. Jika Allah tidak menciptakan terang, kita tidak tahu apa itu siang dan apa itu malam. Allah dapat menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Semua ciptaan bermula dari Allah, tidak ada sesuatu pun yang bukan ciptaan-Nya (Kej. 1:1-2; Mzm. 148:5). Hendaknya kita mensyukuri ciptaan-Nya, memuji dan memuliakan nama-Nya. Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik. Setiap kali mencipta, selalu dikatakan baik. Misalnya pada ciptaan hari pertama, “Allah melihat bahwa terang itu baik” (Kej. 1:4). Penekanan kata “baik” ini kembali diulang, “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” atau “Segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej. 1:10,31). Tidak ada sesuatu pun dari ciptaanNya, yang tidak baik. Inilah kesempurnaan Allah, sekali Ia mencipta maka semuanya dinyatakan baik. Prinsip Allah yang baik juga perlu kita terapkan dalam hidup kita. Apa saja yang kita perbuat atau lakukan, hendaknya menghasilkan sesuatu yang baik. Allah mencipta manusia dengan gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26-29). Dari semua ciptaan yang ada, manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia dan sempurna. Karena hanya manusia-lah yang dikatakan mirip Allah atau kopian dari Allah. Hanya manusia yang mewarisi sifat-sifat Allah yang luhur, sehingga ia dapat berkomunikasi dengan Allah, menyembah dan memuji-Nya. Karena itu, tujuan terpenting dari hidup manusia adalah hidup memuliakan nama-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana hasil dari karya ciptaan Allah seperti yang dijelaskan Alkitab? Bagaimana pula seharusnya sikap kita dalam melakukan segala sesuatu? Berdoalah kepada Tuhan dan mohonlah hikmat-Nya agar setiap anak Tuhan dapat mengerjakan segala sesuatu dengan hasil yang maksimal, sehingga hidup kita memuliakan nama-Nya.
02 RABU
JANUARI 2013
“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18)
Bacaan hari ini: Kejadian 2:4-25 Bacaan setahun: Kejadian 4-6
PERNIKAHAN: INISIATIF ALLAH
K
etika Allah menciptakan Adam, manusia pertama, ia ditempatkanNya di taman Eden. Ia boleh menikmati segala sesuatu tanpa harus bekerja dengan susah payah. Semua makhluk di tanam Eden hidup berpasangan satu sama lain. Namun Allah melihat manusia itu seorang diri saja, & tidak baik baginya, maka Allah menyediakan seorang pendamping hidup baginya. Allah mempersatukan Adam dan Hawa. Tentu, ini merupakan kisah sejoli pertama yang diresmikan Allah di taman Eden. Pada saat itu, Adam tidak mengerti apa itu pacaran, juga tidak mengerti apa itu arti pernikahan? Jika Adam memiliki kebutuhan itu, lalu pacaran dengan siapa dan nikah dengan siapa? Jika bukan karena inisiatif Allah sendiri, maka pernikahan tidak akan mungkin terjadi. Sungguh indah bukan? Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Allah telah melembagakan suatu pernikahan yang indah bagi manusia. Oleh karena itu, pernikahan merupakan kehendak Allah, suatu hal yang kudus dan mulia. Allah menyediakan yang sepadan dengan Adam. Tentu, Adam tidak akan menemukan pasangan yang sepadan dengannya di taman Eden, selain Hawa yang cantik yang telah Allah sediakan. Ungkapan sepadan sama artinya “serasi atau sesuai,” namun bukan diartikan secara hurufiah, tetapi secara rohani. Walaupun pria bertubuh tinggi dan wanita pendek, mereka tetap dikatakan sepadan karena ada persamaan kebutuhan, baik secara biologis, psikis, sosial maupun rohani. Oleh karena itu, sayangilah pasangan Anda dan layani dia dengan kasih yang tulus dan abadi. Allah menghendaki pernikahan terjadi satu kali. Ketika meninggalkan ayah dan ibunya, mereka bersatu dengan istrinya untuk selama-lamanya. Karena telah menjadi satu daging, mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mat. 19:6). Ada banyak pernikahan yang melanggar janji nikah. Namun kita sebagai orang percaya, hormatilah pernikahan kita, agar nama Tuhan dimuliakan. STUDI PRIBADI: Apa arti sepadan yang dikenakan antara Adam dan Hawa? Apa yang Allah kehendaki dari pernikahan manusia, antara laki-laki dan perempuan? Berdoalah bagi pasangan Anda dan belajarlah memberikan yang terbaik baginya, sehingga tercipta keseimbangan dan keharmonisan yang semakin menguatkan hubungan Anda dan pasangan Anda.
03 KAMIS
JANUARI 2013
“Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya...” (Kejadian 8:21)
Bacaan hari ini: Kejadian 8:1-22 Bacaan setahun: Kejadian 7-9
AIR BAH TIDAK MEMBERSIHKAN DOSA
M
engenang kembali peristiwa tsunami Aceh pada tahun 2004 dan tsunami terakhir yang memorak-porandakan beberapa kota di Jepang, barangkali kita bisa membayangkan kengerian yang dirasakan oleh orang-orang yang hidup di zaman Nuh, yang harus berhadapan dengan tsunami berukuran global. Betapa ngerinya kejadian itu! Orang-orang berlarian menuju gunung-gunung untuk menyelamatkan diri, sementara air mengejar dari belakang sampai akhirnya menelan seluruh permukaan bumi dan membinasakan semua manusia. Allah pernah menghukum bumi dengan air bah, dalam salah satu fenomena alam yang paling mengerikan. Hukuman sudah dijatuhkan. Dosa sudah ditindak. Dan akhirnya air bah pun surut. Tapi, apakah air bah yang telah menyapu habis manusia yang berdosa, juga sekaligus membersihkan generasi berikutnya dari pencemaran dosa? Apakah air bah membersihkan hati manusia sehingga manusia tidak berani berbuat dosa lagi? Tidak! Orang yang mati dalam air bah tersebut, tentunya mati dalam penyesalan. Tetapi orang yang lahir kemudian, tetap membawa benih dosa dalam dirinya. Manusia memang terlahir dalam kondisi belum melakukan tindakan dosa seperti selembar kertas putih, tetapi kecenderungan dosa akan mencoretnya. Itulah sebabnya, manusia melakukan dosa, bukan karena kesalahan lingkungan, tetapi adalah karena di dalam dirinya, dia membawa benih dosa atau dosa asal yang melekat. Kondisi seperti ini tidak bisa dibersihkan oleh air bah. Itulah fakta dosa. Pernyataan Allah dalam ayat 21 ini selain menyadarkan kita semua akan fakta dosa universal, juga sekaligus memunculkan kesadaran untuk mendidik anak-anak kita dengan lebih bertanggung jawab. Kecenderungan dosa yang ada sejak kecil, hanya bisa dikendalikan oleh “lawan” dosa, yaitu kebenaran. Dan kebenaran sejati hanya ada pada Allah, dan hanya ada satu Allah yang sejati, yang telah menyatakan diri-Nya lewat firman tertulis yaitu Alkitab. Alkitab adalah panduan hidup manusia semua umur, bagi kita dan bagi anak-anak kita. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Allah menghukum seluruh umat manusia pada zaman Nuh? Bagaimana kita dapat mengendalikan diri kita dari tipu daya dosa? Berdoalah bagi anak-anak kita supaya Tuhan menolong mereka sehingga mereka memiliki keberanian untuk hidup dalam kebenaran Tuhan, sekalipun lingkungan tidak bersahabat dengan dirinya.
04 JUMAT
JANUARI 2013
“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat.” (Kejadian 12:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 12:1-9 Bacaan setahun: Kejadian 10-12
BERKAT BAGI SELURUH BANGSA
M
embaca Alkitab dari pasal 1-11, membuat kita bertanya, ke arah mana sejarah kehidupan manusia akan berjalan? Pada 11 pasal sebelumnya mengungkapkan bagaimana Allah telah menciptakan langit bumi beserta segala isinya dan ciptaan-Nya adalah baik adanya; tapi kondisi seperti itu menjadi rusak karena kejatuhan Adam ke dalam dosa, dengan dampak nyata pada kehidupan anak-anaknya, di mana kakak membunuh adiknya sendiri karena iri hati. Sampai pada catatan pasal 6, kita bertemu dengan fakta dosa yang menyebar seperti epidemi global, sampai akhirnya Allah turun tangan menghukum. Air bah membinasakan seluruh umat manusia kecuali keluarga Nuh, tetapi tetap tidak berhasil membersihkan hati manusia dari pencemaran dosa, sehingga sampai pada catatan pasal 11 kita sekali lagi membaca bagaimana untuk kedua kalinya Allah kembali turun tangan menggagalkan proyek Menara Babel dan menyerakkan manusia ke seluruh penjuru bumi. Dengan fakta seperti itu, bukankah wajar kalau dengan nada pesimis orang bertanya: Apa lagi yang Allah bisa dan akan lakukan? Bukankah rencana penciptaan-Nya sudah rusak total oleh fakta dosa? Jawaban Allah jelas atas kebingungan manusia tentang hal ini. Bagaimana rinciannya memang tidak atau belum dijelaskan, tetapi apa yang disampaikan betulbetul adalah janji yang positif dan besar; bahwa Allah akan memberkati segala bangsa melalui keturunan Abraham. Makna dari janji ini menjadi jelas ketika dilihat dari perspektif yang lebih luas, dari berita seluruh Alkitab. Siapakah keturunan Abraham yang dimaksud? Keturunan yang dimaksud jelas menunjuk pada Tuhan Yesus Kristus, yang ketika dilahirkan, malaikat memproklamirkan berita tersebut sebagai “kabar sukacita bagi seluruh bangsa” atas lahirnya “Juruselamat” (Luk. 2:10-11). Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa diri-Nyalah yang dilihat oleh Abraham melalui mata imannya (Yoh.8:58). Dan kemudian Yohanes juga mencatat penglihatannya tentang populasi sorga yang terdiri dari segala suku bangsa (Why.7:9). Itulah berkat bagi seluruh bangsa. STUDI PRIBADI: Apakah rencana Allah bagi masa depan manusia mengalami kegagalan karena dosa? Apa yang Allah telah persiapkan bagi keselamatan manusia? Berdoa dan bersyukurlah kepada Tuhan karena anugerah-Nya kita dapat menjadi orang-orang yang menerima berkat Abraham di dalam Tuhan Yesus Kristus, sehingga kita beroleh kehidupan kekal.
05 SABTU
JANUARI 2013
“Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah Dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan.” (Kejadian 13:14)
Bacaan hari ini: Kejadian 13:1-8 Bacaan setahun: Kejadian 13-15
ABRAHAM, LOT DAN PIMPINAN TUHAN
M
erenungkan kisah perpisahan antara Abraham dan Lot membuat kita menyadari, bahwa kita seringkali bersikap sama seperti Lot. Ketika harus mengambil keputusan untuk melanjutkan perjalanan hidupnya dengan berpisah dari Abraham, Lot memilih pandangan serta jalannya sendiri. Apa yang Lot lakukan? Memperhatikan ayat 10-13, kita akan menemukan jawabannya, yaitu Lot tidak menyelidiki dengan seksama dan meminta pimpinan Tuhan dalam menentukan tempat yang akan ia tuju. Ia hanya melihat apa yang nampak di depan mata dan memberi keuntungan baginya. Banyak orang berbisnis seperti sikap Lot ini. Mereka hanya melihat apa yang baik dan menguntungkan dirinya, tanpa peduli apakah bisnis itu sudah sesuai kehendak Tuhan, atau berakibat buruk bagi usahanya sendiri di kemudian hari. Ada kalanya, orang berusaha memenangkan tender karena keuntungan besar yang dilihatnya, tapi ia tidak menyadari bahwa tender itu terjerat dalam kasus pidana korupsi. Inilah Lot; ia hanya melayangkan pandangannya di lembah Yordan, yang kelihatannya sama seperti taman Tuhan; tanpa memikirkan penduduk seperti apa yang ada dalam kota Sodom dan Gomora. Berbeda dari Lot, Abraham tidak terburu-buru memutuskan pilihannya. Sesungguhnya, sebagai orang yang lebih tua dan menjadi pengasuh Lot, Abrahamlah yang seharusnya menentukan pertama kalinya, tempat mana yang akan dipilihnya. Namun itu tidak dilakukannya. Dari sini kita melihat, bahwa Abraham tidak mau gegabah. Ia menantikan pimpinan Tuhan, tidak mudah tergoda dengan keindahan daerah sekeliling, yang ia tahu, bukan pilihan/janji Tuhan baginya. Karena ketaatannyalah, Abraham menerima kejelasan dari janji Tuhan, bahwa tanah yang ia injak, dari timur ke barat, dari utara ke selatan menjadi miliknya dan keturunannya (ay. 14-18). Dari sikap Abraham ini kita dapat belajar, bahwa jangan sekali-kali kita tergoda untuk mengerjakan bisnis atau mengambil keputusan yang tidak sesuai kehendak/firman Tuhan; tapi senantiasa bersyukur atas berkat yang Tuhan telah berikan. STUDI PRIBADI: Apa yang tidak Lot sadari ketika menentukan pilihan, mengambil lembah Yordan menjadi tempat tinggalnya? Bagaimana sikap Abraham dalam kisah ini? Berdoalah kepada Tuhan dan mintalah hikmat kepada-Nya agar Anda tidak mudah terjebak dalam tipu daya dunia, sehingga dapat memilih pilihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
06 MINGGU
JANUARI 2013
“Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: Engkaulah El-Roi,... Dia yang telah melihat aku.” (Kejadian 16:13)
Bacaan hari ini: Kejadian 16:1-16 Bacaan setahun: Kejadian 16-17
HAGAR DAN KESAKSIAN HIDUP
K
etika Sarai sadar bahwa dirinya tidak mungkin memiliki keturunan, ia menyerahkan hamba perempuannya, Hagar, kepada Abraham untuk dihampiri dan memberikan keturunan baginya. Pada masa itu, cara Sarai ini sangat umum dan sudah menjadi kebiasaan atau aturan dalam masyarakat. Setelah Abraham menghampiri Hagar, maka hamba perempuan Sarai ini mengandung. Sejak Hagar mengetahui, bahwa dirinya mengandung, maka sikapnya terhadap Sarai menjadi berubah. Ia memandang rendah (melecehkan) nyonyanya itu. Dalam aturan masyarakat saat itu, seorang hamba, tetaplah seorang hamba, sekalipun dapat memberikan keturunan bagi nyonyanya. Sikap Hagar inilah yang kemudian memicu persoalan, yang akhirnya membuat dirinya menderita dan harus lari meninggalkan Sarai, nyonyanya (ay. 5-6). Dalam kisah ini kita mempelajari bahwa, sebagai seorang pekerja atau karyawan Kristen di sebuah perusahaan, bagaimanapun pintarnya kita dan keberhasilan yang telah kita capai; jangan lupa, bahwa kita tetap seorang karyawan! Janganlah kita memandang rendah atasan kita! Sebaliknya, tetaplah rendah hati dan menghormati atasan kita; sebab dengan berbuat demikian, kita memuliakan Allah (bdk. Kol. 3:24). Di tengah pelarian, Tuhan menghendaki ia kembali kepada Sarai (ay. 7-9). Sekali lagi, dalam ayat ini kita menjumpai aturan yang berlaku pada masa itu, yakni seorang hamba tetap menjadi milik nyonyanya, sekalipun ia telah melarikan diri. Tuhan tentu tidak menghendaki perbudakan. Perintah Tuhan kepada Hagar untuk kembali kepada Sarai merupakan pelaksanaan dari aturan waktu itu, bahwa hamba adalah milik tuan/nyonyanya. Tuhan mengembalikan apa yang menjadi hak Sarai, tapi juga menghendaki hidup Hagar menjadi kesaksian yang baik bagi Sarai. Dari sini kita bisa belajar, di manapun Tuhan tempatkan kita, kita harus belajar untuk taat dan percaya anugerah Allah yang menolong kita. Jadilah saksi Tuhan dengan bersikap yang baik, sekalipun kondisi dan situasi tidak menguntungkan kita. STUDI PRIBADI: Sikap apakah yang kurang tepat dari Hagar ketika ia mengandung? Apa yang Tuhan kehendaki dari Hagar, ketika ia kembali kepada Sarai? Berdoalah bagi para pimpinan di kantor atau tempat pekerjaan Anda, supaya Tuhan memberi hikmat-bijaksana pada mereka, sehingga dapat memimpin perusahaan dengan baik, dan menjadi saksi-Nya bagi rekan/bawahannya.
07 SENIN
JANUARI 2013
“Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN.” (Kejadian 18:22)
Bacaan hari ini: Kejadian 18:16-33 Bacaan setahun: Kejadian 18-19
BERKOMUNIKASI DENGAN TUHAN
D
oa adalah sarana komunikasi yang Tuhan berikan kepada manusia. Manusia diciptakan menurut gambar Allah, sehingga ia diberikan kemampuan untuk berhubungan dengan Khaliknya. Dalam Alkitab dicatat banyak sekali tokoh-tokoh yang menjalin relasi dengan Tuhan. Dalam Kitab Kejadian, nama Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub, berulang kali disebutkan mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban bakaran. Daud, Hana, Naomi dan Yeremia, mereka berkeluh-kesah dan meratap kepada Tuhan untuk bermacam-macam pergumulannya. Di sinilah letak kepentingan doa dalam kehidupan umat-Nya. Sebaliknya, Sang Pencipta memakai sarana spiritualitas ini untuk menyampaikan pesan-Nya kepada manusia. Seperti ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Ia datang mencari untuk menghakimi dan memberikan jalan keluar bagi manusia. Demikian pula yang terjadi dengan kota Sodom dan Gomora yang penuh dosa dan kekejian, sehingga Ia mau berbicara kepada Abraham tentang maksud-Nya. Di sini Tuhan membuka diri untuk berkomunikasi dengan Abraham. Ini merupakan kesempatan yang baik dan berharga bagi Abraham untuk belajar menyelaraskan pemahamannya tentang kehendak Allah. Abraham belajar melalui komunikasi dengan Tuhan tentang keadilan dan kebenaran Tuhan dalam menghakimi dan menghukum manusia. Tuhan tidak pernah semena-mena ketika menetapkan hukuman, sebab Ia tahu bahwa tidak ada yang benar di kota itu. Sekalipun Abraham berusaha tawar-menawar untuk tidak menghukum orang benar di antara orang fasik, Abraham belajar realistis untuk tidak melampaui batasan jumlah orang yg akan diselamatkan dari Sodom dengan tidak menurunkan permintaannya di bawah sepuluh orang. Di sinilah keindahan yang Abraham alami dan nikmati dengan mengerti kepekaan rohani, sekaligus tidak bermain-main dengan keadilan dan kebenaran Allah. Marilah kita belajar seperti Abraham dalam doa-doa yg kita panjatkan. Berkomunikasilah secara wajar dengan memahami kebenaran Firman ketika memanjatkan doa-doa kita. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya sikap dan motivasi kita dalam memanjatkan doa? Untuk apakah Tuhan memberikan sarana doa bagi kita? Berdoalah kepada Tuhan dengan belajar bersikap seperti Abraham, yang senantiasa memohon tetapi tetap menyerahkan segala sesuatunya dalam kehendak Tuhan sendiri.
08 SELASA
“Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: Abraham, lalu sahutnya: Ya, Tuhan.” (Kejadian 22:1) JANUARI 2013
Bacaan hari ini: Kejadian 22:1-19 Bacaan setahun: Kejadian 20-22
UJIAN BAGI IMAN KEPERCAYAAN
G
ereja dan orang Kristen paling mengerti istilah iman, apalagi jika dikaitkan dengan kredo/pengakuan. Itu sebabnya, ketika menjadi anak-anak Tuhan, ditanyakan iman kepercayaan kita tentang Allah Tritunggal, Yesus Kristus dengan karya penebusan-Nya, ataupun tentang Alkitab yang adalah Firman Tuhan, dan yang lainnya berkaitan dengan ajaran Kekristenan. Iman itu adalah dasar pengharapan dan bukti segala sesuatu yang tidak terlihat (Ibr. 11:1). Iman adalah pemberian Allah (Ef. 2:8) yang dikaruniakan melalui pendengaran Firman Kristus (Rm. 10:17; 2Tim. 3:15) dan dimeteraikan oleh Roh Kudus (Ef. 1:13-14). Mungkin pengetahuan Abraham tentang Kekristenan tidak sebanding dengan kita. Sebab ia tidak memiliki Alkitab PL dan PB yang sudah lengkap seperti kita. Namun apakah iman Abraham lebih kecil dibandingkan dengan kita? Belum tentu. Abraham menerima dan mendengarkan Firman melalui Tuhan sendiri yang berbicara padanya, sehingga mutu iman yang Abraham miliki tidak berbeda dengan kita yang membaca dan menerima Firman Alkitab. Namun demikian, ada satu ciri khas yang menjadi keistimewaan dari iman Abraham itu, yaitu UJIAN bagi iman kepercayaannya, di mana akhirnya ia disebut sebagai bapa orang beriman (Rm. 4:16-18) dan sahabat Allah (Yak. 2:23). Iman bukan sekadar pengakuan percaya, dan iman harus “dibuktikan” melalui pengujian. Di sinilah Abraham berhasil lulus dari ujian imannya. Jawabannya kepada Ishak bahwa, “Allah akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya” merupakan satu pemahaman yang dalam tentang pemeliharaan Tuhan. Itu dibuktikan dari ia mendirikan mezbah, menyusun kayu, mengikat anaknya, meletakkan anaknya di atas mezbah, sampai mengulurkan tangannya dan mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Detik terakhir sebelum pisau dihujamkan, malaikat-Nya datang mencegahnya. Dalam menguji iman, terkadang pada detik terakhir Tuhan memberikan jawaban atau mengulurkan tangan-Nya menolong kita. Tapi, yang harus kita renungkan adalah siapkah iman kita untuk diuji oleh-Nya? STUDI PRIBADI: Siapakah yang menjadi objek iman dalam kepercayaan iman Kristen? Bagaimana seharusnya sikap kita ketika ujian iman itu diberikan kepada kita? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kesiapan & kedewasaan iman dalam menghadapi ujian, sehingga mereka tetap menunjukkan kesetiaan iman mereka kepada Tuhan.
09 RABU
JANUARI 2013
“Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.” (Kejadian 24:67)
Bacaan hari ini: Kejadian 24:1-67 Bacaan setahun: Kejadian 23-24
RIBKA DIPINANG BAGI ISHAK
S
etelah Sara meninggal dunia dan dikubur (Kej. 23), Abraham tahu bahwa Ishak membutuhkan pendamping. Ia segera memerintahkan hambanya yang tua dan dipercayainya, pergi ke negeri asal mula Abraham dan mengambil seorang istri bagi Ishak. Sebelum berangkat, Abraham memaksa hambanya itu untuk bersumpah bahwa ia tidak boleh menikahkan Ishak dengan perempuan Kanaan ataupun membawa Ishak kembali ke negeri Abraham. Tugas yang diemban oleh hamba Abraham ini tidak mudah, namun Abraham meyakinkan dia bahwa Tuhan Allah akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depannya, sehingga ia dapat mengambil seorang isteri yang tepat untuk Ishak (ay. 7). Sesampai di negeri Abraham, waktu petang ketika melihat gadis-gadis keluar menimba air, hamba Abraham ini segera berdoa demikian, “Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum—dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak” (ay. 12-15). Belum selesai ia berdoa, Tuhan Allah segera menjawab doa hamba Abraham. Keluarlah Ribka, anak gadis perawan yg sangat elok parasnya, melakukan persis seperti yang diminta oleh hamba Abraham. Jawaban doa yang langsung dari Tuhan, membuat hamba Abraham itu, bergirang. Dan kegirangannya semakin bertambah, ketika kepada Ribka ditanya apakah dia bersedia meninggalkan negerinya dan menikah dengan Ishak, Ribka segera menjawab “bersedia.” Sesampainya di rumah, ketika melihat Ribka, Ishak langsung jatuh cinta dan mengambinya sebagai isteri. Kehadiran Ribka membuat hati Ishak amat terhibur sejak kematian ibunya, Sara. Dalam proses peminangan Ribka menjadi isteri Ishak, jelas terlihat bagaimana hamba Abraham itu selalu melibatkan Tuhan. Ia selalu berdoa. Bagaimana dengan kita? Sikap hamba Abraham ini seharusnya menjadi teladan bagi kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Marilah kita senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan. STUDI PRIBADI: Sikap apa yang dilakukan hamba Abraham untuk mencapai keberhasilan misinya? Bagaimana dengan sikap Anda dalam menyelesaikan tugas Anda? Berdoalah bagi pekerjaan yang sedang Anda kerjakan dan libatkanlah Allah di dalamnya, agar Ia memberikan jalan keluar dan hasil yang terbaik dalam segala sesuatu yang Anda kerjakan.
10 KAMIS
JANUARI 2013
“Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka... mengandung.” (Kejadian 25:21)
Bacaan hari ini: Kejadian 25:19-34 Bacaan setahun: Kejadian 25-26
ESAU DAN YAKUB
S
etelah menikah beberapa tahun, Ribka ternyata tidak bisa memiliki anak karena mandul. Kondisi ini membuat seorang perempuan sangat frustrasi. Mengatasi hal ini, Ishak berdoa kepada Tuhan dan Tuhan mengabulkan doanya, sehingga Ribka mengandung (ay. 21). Tapi permasalahan tidak berhenti di situ. Waktu mengandung, Ribka merasa kesakitan yang luar biasa karena anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya, sehingga mengeluh: “Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?” Dalam kesakitan, dia datang pada Tuhan. Firman Tuhan padanya: “Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda” (ay. 23). Ketika tiba waktunya untuk bersalin, lahirlah anak kembar. Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub (ay. 25-26). Dari cara Yakub memegang tumit Esau, kelihatan bahwa Yakub adalah seorang yg ambisius. Apalagi, setelah Yakub tambah besar dan Ribka menceritakan tentang keputusan Allah yang telah menetapkan dirinya sebagai tuan atas kakaknya, ia tambah berani untuk merampas hak kesulungan Esau. Maka, mulailah Yakub menyusun strategi untuk merampas hak kesulungan. Suatu hari, Yakub sengaja memasak kacang merah yang lezat dan ia yakin bahwa jika Esau melihat kacang merahnya, ia pasti akan minta makanan itu darinya. Benar saja, ketika Esau tiba di rumah dan melihat kacang merah yang lezat itu, ia segera berkata: “Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.” Dengan cerdik, Yakub menjawab: “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.” Tanpa pikir panjang, Esau segera menyetujui pertukaran itu. Kelihatannya, apa yang dilakukan Yakub ini berhasil “membantu” Allah untuk mewujudkan keputusan Allah atas dirinya. Tetapi, cara-cara Yakub yang licik, membawa penderitaan bagi dirinya di kemudian hari. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Esau dalam memandang hak kesulungan, yang menurut tradisi, milik anak pertama? Apa pendapat Anda tentang sikap Yakub dalam kisah ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka bisa menghargai nilai-nilai rohani dalam kehidupan mereka sehingga mereka hidup berkenan di hadapan Allah dan Ia memberkati mereka.
11 JUMAT
JANUARI 2013
“Jawab ayahnya: Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu.” (Kejadian 27:35)
Bacaan hari ini: Kejadian 27:18-40 Bacaan setahun: Kejadian 27-28
PEMELIHARAAN OLEH KEDAULATAN ALLAH
K
ejadian 27 mencatat kisah Ishak mewariskan Perjanjian Allah dan berkat anak sulung kepada Yakub. Dikisahkan, Ishak memberkati Yakub tanpa menyadari sosok yg diberkati (Kej. 27:1, 23). Namun, dalam Surat Ibrani, kita membaca bahwa Ishak memberkati Yakub dan Esau, dengan iman, sambil memandang jauh ke depan (Ibr. 11:20). Pada awalnya, memang Ishak ingin memberkati Esau. Alasannya sederhana: karena Esau adalah anak sulung. Namun, Ishak menolaknya ketika Esau dengan cucuran air mata memohon berkat sulung kepadanya. Ishak berkata: “...sebelum engkau datang, [aku] telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati.” (Kej 27:33). Kata “tetap” yg digunakan di dalam ayat ini mengandung pengertian “sesungguhnya” atau “meskipun perbuatan apapun yang terjadi”. Dengan kata lainnya, Ishak menyatakan bahwa berkat yang telah diterima oleh Yakub tidak dapat dirubah oleh kekuatan manusia. Peristiwa ini menunjukkan iman Ishak yang jelas; Ishak menyadari bahwa Yakub menerima berkat anak sulung—itu merupakan kehendak Allah di dalam kedaulatan-Nya. Cucuran air mata atau tangisan Esau hanya sebuah penyesalan yang datangnya terlambat dari seorang pribadi yang meremehkan dan tidak menghormati hak kesulungan Allah (Baca Kej. 25:32). Kesempatan itu telah berlalu, dan Esau tidak akan pernah memperolehnya kembali, seperti yang tertulis dalam Surat Ibrani 12:17 yang berbunyi, “Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” Bagaimana dengan kita? Kita menangis karena kebodohan yang kita perbuat sendiri. Kita ingin memperbaikinya, tapi kita telah kehilangan kesempatan. Sebelum semua menjadi terlambat, hargailah sungguh-sungguh kesempatan yang Allah berikan kepada kita. Percayalah, bahwa semua yang terjadi di dalam hidup kita, ada di tangan Tuhan yang penuh anugerah, yang menopang kita. STUDI PRIBADI: Adakah sesuatu yang kebetulan terjadi dalam hidup kita? Bagaimana dengan peristiwa Ishak memberkati Yakub, padahal hak kesulungan seharusnya diberikan kepada Esau? Berdoalah bagi anggota keluarga kita agar mereka bertumbuh dalam iman pada Tuhan, sehingga mereka tidak kuatir akan masa depan hidup mereka yang senantiasa berada dalam tangan Tuhan.
12 SABTU
JANUARI 2013
“Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.” (Kejadian 29:20)
Bacaan hari ini: Kejadian 29:15-29 Bacaan setahun: Kejadian 29-30
TUJUH TAHUN = BEBERAPA HARI
D
alam sejarah Kerajaan Inggris, kita mengenal Raja Edward VIII yg bergelar “Duke of Windsor,” telah memilih untuk turun dari tahtanya sebagai Raja Inggris pada 22 Desember 1936. Suatu jabatan yang begitu agung dan juga terhormat, yang dimimpikan banyak orang, justru ia lepaskan karena cintanya kepada Bessei Simpson, seorang wanita dari kalangan rakyat biasa. Dunia internasional dikejutkan dengan peristiwa ini. Banyak orang tidak percaya. Apakah ini dongeng? Ini fakta sejarah! Inilah kekuatan cinta kasih. Dalam Alkitab kita juga menyaksikan suatu cinta kasih yang tidak kalah agungnya, yakni cinta kasih pasangan Yakub dan Rahel. Kisah ini dimulai dari perjumpaan Yakub dan Rahel di tepi sebuah sumur hingga akhirnya mereka menikah. Boleh dikata, suatu kisah percintaan yang penuh dengan liku-liku kehidupan dan romatis. Dalam masa pelariannya menghindari amarah Esau, Yakub meninggalkan ayah dan ibunya menuju ke Haran, rumah Laban, saudara ibunya. Ketika tiba di kampung halaman Laban, pamannya, di tepi sumur Yakub berjumpa dengan seorang gadis yang sedang menggembalakan ternak kambing domba. Yakub menggunakan kesempatan itu; ia membantu menggulingkan batu yang menutupi mulut sumur dan memberi minum kambing domba yang digembalakan Rahel. Alkitab menuliskan bahwa Rahel adalah seorang gadis yang elok sikapnya dan cantik parasnya. Pada pandangan pertama inilah, Yakub jatuh cinta kepada Rahel. Untuk menikahi Rahel, Yakub bersedia bekerja pada Laban, pamannya, selama tujuh tahun. Tujuh tahun merupakan masa yang cukup lama bagi orang yg ingin menikah. Tapi Alkitab mencatat, bagi Yakub masa itu dipandang hanya beberapa hari saja, karena cintanya pada Rahel. Hari ini, seberapa jauh kita belajar berkorban untuk pendamping hidup kita? Bukahkah ketika kita menikah, kita juga menyatakan hal yang sama, bahwa saling mengasihilah yang membulatkan tekad kami berdua untuk membangun mahligai rumah tangga? Marilah kita belajar dari Yakub dan Rahel (Kej 29:20). STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Yakub bertahan melewati masa sukar selama 7 tahun untuk mendapatkan Rahel? Bagaimana pengalaman Anda dengan pasangan Anda? Berdoalah bagi pasangan Anda agar ia memiliki kekuatan cinta kasih dan tetap mengasihi Anda; demikian pula sebaliknya, mintalah kepada Tuhan untuk kekuatan cinta, agar Anda pun mampu berbuat hal yang sama.
13
MINGGU
JANUARI 2013
“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma 12:18)
Bacaan hari ini: Kejadian 32:1-21 Bacaan setahun: Kejadian 31-32
BERDAMAI KEMBALI
P
erselisihan antara Esau dan Yakub pada masa lalu telah menimbulkan ketakutan dan kekuatiran yang luar biasa pada Yakub, tatkala ia akan kembali ke tanah leluhurnya. Ketakutan ini wajar karena Yakub telah menipu Esau, berkaitan dengan hak kesulungan yang dirampasnya dari Esau, dengan cara menipu ayahnya sendiri. Esau menjadi sangat marah dan berjanji membunuhnya (Kej. 27:41). Mengatasi kekuatirannya, Yakub melakukan 2 hal: (1) ia membagi 2 pasukan keluarganya, tujuannya: agar salah satu dari kedua pasukan ini terluput, jika Esau berniat membalas dendam kepada Yakub (ay. 7-8). (2) Ia berdoa memohon kepada Allah, agar ia dapat dilepaskan dari tangan Esau, sehingga ia dan istri-istrinya, serta anak-anaknya, bisa terluput dari perbuatan jahat Esau (ay. 9-12). Selain itu, Yakub juga memberikan sebagian dari harta miliknya untuk dipersembahkan kepada Esau, kakaknya (ay. 13b-17). Hal ini dilakukan Yakub, dengan tujuan untuk meredam kemarahan Esau terhadap dirinya. Yakub berpikir, “Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang dihantarkan lebih dahulu, kemudian barulah aku akan melihat mukanya; mungkin ia akan menerima aku” (ay. 20b). Sikap Yakub ini bertujuan untuk mengambil hati Esau, supaya Esau tidak melakukan pembalasan terhadapnya. Melalui kisah Yakub ini, orang Kristen zaman sekarang diingatkan untuk belajar berdamai kembali dengan sesama, apalagi dengan saudara sekandung. Mengapa demikian? Karena perselisihan dan pertengkaran menyebabkan permusuhan, kekuatiran dan ketakutan. Meskipun dengan cara dan strategi yang licik Yakub berusaha untuk mendamaikan hati Esau, dengan mempersembahkan harta miliknya, tidak demikian dengan Esau (bnd. Kej. 33:8-11). Ketika mereka berhadap-hadapan, Esau tidak memperhitungkan masa lalu, ataupun harta yang dipersembahkan kepadanya. Yang ada dalam hati Esau adalah kerinduan bertemu dengan saudaranya, di mana ia dan Yakub bisa berdamai kembali. Alangkah indah, jika setiap orang percaya bisa berdamai antara satu dengan lainnya. STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Esau pada Yakub, ketika mereka berjumpa kembali? Apa yang seharusnya kita teladani dari sikap Esau dalam kisah ini? Berdoalah bagi orang-orang yang pernah menyakiti hati Anda, agar mereka dapat berdamai dengan Anda dan Andapun bisa belajar mengasihi mereka, agar Tuhan dipermuliakan.
14 SENIN
JANUARI 2013
“Allah berfirman kepada Yakub: Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu.” (Kejadian 35:1)
Bacaan hari ini: Kejadian 35:1-15 Bacaan setahun: Kejadian 33-35
TUHAN MENEGASKAN KEMBALI PERJANJIAN-NYA
S
etelah sekian lama Yakub menetap di Kanaan, Allah memanggilnya pergi ke Betel, mendirikan Mezbah di sana. Kehidupan keluarganya, secara khusus anak-anaknya, tidak selalu konsisten seperti iman dan keyakinan Yakub kepada Allah (Kej. 28:20-22). Bagian ini mencatat: anak-anak Yakub benyak menyimpan berhala-berhala yang menjadi dewa sesembahan mereka (ay. 4). Adalah suatu kebiasaan masyarakat Timur Dekat Kuno menyimpan berbagai benda yang dianggap memiliki kekuatan untuk melindungi mereka. Tidak terkecuali, anak-anak Yakub menyimpan berbagai benda ini. Yakub memerintahkan supaya mereka menyerahkan benda-benda tersebut untuk ditanam di bawah pohon besar Sikhem. Tidak dijelaskan mengapa harus ditanam, tetapi itu bertujuan untuk menghindari murka Allah atas anak-anak Yakub dan membersihkan keluarga Yakub dari pencemaran berhala-berhala tersebut. Yakub mengajak seluruh keluarganya pergi ke Betel, tempat pertama kali dia bertemu dengan Allah, untuk mendirikan mezbah. Kemudian Allah menampakkan diri kepadanya dan menegaskan kembali perjanjian-Nya, dengan nenek moyangnya sebagaimana yang pernah diungkapkan pada Abraham (ay. 10-12). Tujuan penegasan janji ini supaya kaum keturunan Abraham tetap mengingat dan berpegang kepada janji Allah yang telah diberikan pada masa lalu, dan sekarang janji itu tetap diteruskan kepada kaum keturunan Yakub. Kisah ini mengajarkan kepada kita, bahwa Allah kita adalah Allah yang setia terhadap janji-Nya. Allah tidaklah pernah melupakan janji-Nya. Sejak mula, Ia telah memilih Abraham dan keturunannya untuk menjadi saluran berkat bagi seluruh bangsa. Di tengah kehidupan yang tidak pasti (dengan berbagai pergumulan dan kesulitan), sebagaimana yang dilalui oleh Yakub, Allah telah membuktikan konsistensinya sebagai Allah yang setia. Ia tetap memimpin dan menyertai Yakub, sebagaimana yang dinyatakan di dalam firman-Nya. Benarlah perkataan ini: “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya” (2 Timotius 2:13). STUDI PRIBADI: Mengapa anak-anak Yakub menyimpan benda-benda mereka anggap memiliki kekuatan ilahi? Apakah ini dibenarkan? Apa yang seharusnya mereka lakukan? Mari kita berdoa agar anak-anak Tuhan dan keturunannya dapat mengingat dan senantiasa berpegang teguh pada janji Tuhan, sehingga mereka boleh tetap setia dalam iman mengikuti Tuhan.
15 SELASA
“Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, JANUARI 2013 maka bencilah mereka itu kepadanya...” (Kejadian 37:4)
Bacaan hari ini: Kejadian 37:1-36 Bacaan setahun: Kejadian 36-38
YUSUF DAN SAUDARA-SAUDARANYA
R
asa benci akan memunculkan geram yang akhirnya menimbulkan keinginan untuk membunuh, melenyapkan dan menyumpahi seseorang. Demikianlah perasaan yang ada di dalam hati saudarasaudara Yusuf pada waktu itu (ay. 18). Mengapa sampai demikian? Pertama, karena Yusuf menceritakan kejahatan saudara-saudaranya kepada ayahnya (ayat 2b). Tidak seorangpun suka diadukan; tidak peduli betapa buruk sikap saudara-saudaranya, mereka tidak akan menghargai laporan Yusuf kepada ayah mereka. Padahal, motivasi Yusuf adalah untuk meluruskan kehidupan mereka. Kadang kita pun bisa mengalami hal yang sama seperti Yusuf. Ketika kita melaporkan perbuatan yang tidak sesuai dengan kebenaran, kita dibenci dan dimusuhi. Kedua, ayah mereka, Yakub sangat sayang kepada Yusuf. Yakub memperlihatkannya dengan menyuruh membuatkan bagi Yusuf, sebuah jubah panjang maha indah yang dihiasi dengan mewah. Ketika ke-sepuluh kakak Yusuf melihat betapa besar kasih ayahnya kepada Yusuf, mereka mulai iri hati dan membenci Yusuf (ay. 3-4). Sesungguhnya, ini merupakan tindakan yang tidak bijaksana dari Yakub, karena kalaupun ia mengasihi Yusuf lebih dari yang lain, ia seharusnya berusaha untuk menutupi atau tidak menunjukkan hal itu. Akibatnya, saudara-saudara Yusuf membenci Yusuf dan tidak mau menyapanya dengan ramah (ay. 4). Ini jelas tindakan yang salah; yang salah adalah Yakub, bukan Yusufnya. Namun demikian, hal ini umum terjadi, dimana kemarahan kepada orang yang lebih tinggi,— karena tidak bisa dilampiaskan kepada orang itu, kita lampiaskan kepada orang yang sederajat atau yang lebih rendah. Sifat benci dan iri hati yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf ini merupakan contoh sifat yang tidak baik, karena dapat merusak hubungan persaudaraan. Karena itu, sebagai orangtua, kita seharusnya berusaha untuk mengasihi anak-anak kita, sama rata. Kalaupun hal ini tidak bisa kita lakukan, setidaknya janganlah kita menunjukkan perbedaan kasih itu sehingga mereka menyadarinya. STUDI PRIBADI: Mengapa saudara-saudara Yusuf iri dan benci kepadanya? Apa yang ingin dilakukan saudara-saudara Yusuf terhadapnya? Berdoa agar kita dimampukan untuk mengasihi saudara2 kita, bukan membencinya. Juga agar para orangtua bisa menunjukkan kasihnya secara rata pada anak-2nya sehingga tidak memunculkan kebencian dalam keluarga.
16 RABU
JANUARI 2013
“Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.” (Kejadian 39:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 39:1-23 Bacaan setahun: Kejadian 39-40
YUSUF DI RUMAH POTIFAR
K
ebencian saudara-saudara Yusuf telah membuat penderitaan demi penderitaan dalam kehidupan Yusuf. Saudara-saudaranya memasukannya ke sumur kosong & menjualnya pada pedagang Midian. Kemudian dia dibawa ke Mesir dan dijual ke Potifar (ay. 1). “Kejatuhan” ini jelas merupakan hal yang sangat berat bagi Yusuf. Dari kehidupan seorang anak yang sangat disayangi ayahnya, kini terbuang jauh dari rumah ayahnya dan menderita sebagai seorang budak di negeri asing. Namun demikian, Tuhan tidak membiarkannya hidup menderita sendirian. Alkitab mencatat bahwa Tuhan menyertai Yusuf (ay. 2a). Penyertaan Tuhan telah membuat Yusuf mengalami kemajuan dalam hidup. Kemajuan yang pertama, bahwa segala yang diperbuatnya, berhasil (ay. 2b). Kedua, Yusuf tinggal di rumah Potifar (ay. 2c). Mungkin tadinya ia tinggal di rumah budak bersama budak-budak yang lainnya. Ketiga, Potifar bisa melihat bahwa Tuhan membuat pekerjaan Yusuf berhasil (ay. 3a), dan inilah yang menyebabkan Potifar mengijinkan Yusuf melayani dia (ay. 4a). Dan keempat, Potifar menyerahkan segala miliknya dalam kuasa Yusuf, sehingga dengan bantuan Yusuf, Potifar tidak perlu mengurus apa-apa lagi kecuali makanannya sendiri (ay. 4b-6). Penyerahan segala sesuatu ke dalam tangan Yusuf ini menyebabkan Potifar diberkati oleh Tuhan (ay. 5b). Potifar diberkati karena Yusuf. Hal ini menunjukkan bahwa: jika kita mau menjadi berkat bagi orang lain, usahakanlah supaya Tuhan menyertai atau dekat dengan kita. Jika Tuhan tidak beserta atau dekat dengan kita, kita tidak dapat menjadi berkat bagi orang lain. Demikian juga jika kita berbuat dan bersikap baik kepada anak Tuhan, niscaya kita akan diberkati oleh Tuhan. Bagaimanakah dengan kehidupan setiap kita saat ini, apakah kita juga sedang mengalami hal yang sama seperti Yusuf? Janganlah kita kuatir, jika Tuhan beserta dengan kita! Marilah kita belajar untuk mentaati perintah Tuhan, sebagaimana Yusuf takut/hormat dan taat akan Tuhan. Kiranya Tuhan selalu menyertai kita. STUDI PRIBADI: Mengapa Yusuf selalu mengalami keberhasilan dalam hidupnya? Sikap apa yang dapat kita teladani dari kehidupan Yusuf? Berdoalah agar tiap kita dimampukan untuk senantiasa hidup dekat dengan Tuhan dan mentaati-Nya, sehingga kita dapat membedakan mana kehendak Allah dan yang berkenan kepada-Nya.
17 KAMIS
JANUARI 2013
“Kemudian Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun.” (Kejadian 41:14)
Bacaan hari ini: Kejadian 41:9-24 Bacaan setahun: Kejadian 41-42
HANYA TUHAN SAJALAH
Y
usuf melangkah menyelesaikan masalah demi masalah dan tetap melangkah bersama Tuhan, sebab Ia dapat memakai kemalangan untuk mendatangkan keuntungan bagi para hamba dan anak-anakNya. Dalam ayat sebelumnya, kita melihat Firaun bermimpi dan belum ada yang dapat mengartikan mimpinya. Lalu, juru minuman yang pernah dijebloskan ke penjara bersama Yusuf memberitahu bahwa ada seorang yang bernama Yusuf, dapat mengartikan (ay. 9-13). Yusuf pun dikeluarkan dari dalam penjara untuk menghadap Firaun (ay. 14). Pelajaran yang dapat kita ambil dari sini: (1) Yusuf mengutamakan Tuhan. Sebenarnya, Yusuf bisa saja memanfaatkan situasi ini untuk tawarmenawar dengan raja untuk membebaskannya jika dia dapat mengartikan mimpi raja. Dalam lubuk hatinya, dia pasti ingin keluar, tapi dia tidak pernah yang memulainya. Yang diutamakan bukanlah kenyamanan pribadi, tetapi melayani Tuhan dengan setia di tengah-tengah rencana-Nya. (2) Yusuf merendahkan diri di hadapan Allah yang besar. Dalam ayat 15-16, Firaun berkata pada Yusuf untuk mengartikan mimpinya, Yusuf menjawab, “bukan apa yang ada padaku, tetapi Allah akan menjawab” (ay. 16). Dia menyadari siapa dirinya di hadapan Allah. (3) Yusuf berserah dalam waktu Tuhan. Di dalam segala permasalahan yang ia hadapi, Yusuf selalu menyerahkannya dalam pimpinan Tuhan; Yusuf menyadari bahwa waktu Tuhan bukanlah waktunya, “just do it...” Itulah yang dia lakukan; melakukan yang terbaik yang bisa dia lakukan dalam waktu Tuhan. (4) Yusuf mengenal Allah yang sebenarnya. Ketika seseorang memuji Anda, dapatkah kita mengatakan hal yang sama seperti yang Yusuf katakan, bahwa semua itu oleh karena anugerah Tuhan? Yusuf adalah manusia biasa. Dia berkata kepada Firaun bahwa dia mempunyai Allah yg tak terkalahkan dan berdaulat atas Firaun dan ilah di mesir. Hal ini secara tidak langsung menegur kesombongan dan keegosian Firaun yang menganggap dia adalah allah. Bagaimana dengan diri kita? Setialah dan percayalah pada pimpinan Tuhan dalam menghadapi situasi yang sulit. STUDI PRIBADI: Apa yang Yusuf lakukan dalam masa-masa sulit hidupnya? Bagaimana pula seharusnya sikap kita, apabila menghadapi tantangan dan kesulitan hidup? Berdoalah bagi jemaat dalam menghadapi masalah, supaya mereka tidak mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, tapi yang terutama adalah tetap bersama Tuhan dalam doa, pujian dan iman.
18 JUMAT
JANUARI 2013
“Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka...” (Kejadian 45:15)
Bacaan hari ini: Kejadian 42:33-45:8 Bacaan setahun: Kejadian 43-45
BELAJAR MENGAMPUNI
K
etika ada sesuatu yang menghalangi lubang pembuangan tempat cuci piring, maka air cucian tersebut tidak akan mudah terbuang dan hanya menggenang di atasnya. Demikian pula, jika seseorang tidak memaafkan kesalahan orang lain, akan seperti kotoran yang membusuk, yang menghalangi saluran kerohanian. Semakin lama kita biarkan, kotoran itu akan semakin melekat sehingga sulit untuk dibersihkan. Tujuh tahun setelah tahun yang baik itu lewat, saudara Yusuf pergi dan mengadakan perjalanan ke Mesir untuk mencari makanan. Bala kelaparan tidak mempengaruhi Mesir dan daerah di sekitarnya. Saudara-saudaranya telah melupakan Yusuf, tapi Yusuf tidak pernah melupakan apa yang telah mereka lakukan terhadapnya. Melainkan, dia selalu mengingat karya Allah yang telah menuntun dia serta mengenal pengampunan yang daripada Tuhan. Kata pengampunan ini menjadi satu awal yang baru untuk lahirnya bangsa yang baru. Apa tujuan dari pengampunan tersebut? Mengapa mengampuni lebih baik daripada menghindar atau membenci, maupun menyimpan dendam? Ada beberapa pelajaran untuk hal ini: (1) Jangan membawa bebanmu, tapi benahilah lukamu. Ketika mereka mengakui telah menyakiti Yusuf, mereka merasa dihantui oleh perasaan bersalah pada Yusuf terutama pada waktu mereka menemukan cangkir emas di salah satu karung milik mereka (Kej. 42:21). Tapi mengampuni membantu kita untuk menghilangkan perasaan yang menyakitkan, yang menghantui kita seperti apa yang dilakukan Yusuf. (2) Jangan mendendam, tapi bentuklah persaudaraan (Kej. 45:1). Yusuf tidak dapat menahan air matanya, ketika melihat saudara-saudaranya. Dia dapat melakukan apa saja dengan kedudukannya, namun demikian, dia tidak melakukannya (Kej. 45:2-5). (3) Janganlah mengingat kesalahan. Tutuplah buku kesalahan masa lalu. Ini dapat kita lakukan, bukan karena perbuatan baik kita, tetapi hanya oleh kasih dan anugerah Allah. Sehingga, segala rintangan dapat dihilangkan dan akhirnya Yusuf dapat berkumpul lagi dengan saudara-saudaranya. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: Bagaimana wujud kebesaran hati Yusuf yaang menunjukkan sikap yang takut akan Allah? Bagaimana dengan sikap kita terhadap orang yang telah melukai kita? Berdoalah bagi jemaat sehingga bisa menghadapi kepahitan masa lalunya. Agar setiap kita dapat belajar untuk tidak mendendam dan mulai belajar mengampuni dengan didasari oleh anugerah dan kasih Allah.
19 SABTU
JANUARI 2013
“Lalu firman-Nya: Akulah Allah, Allah Ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana” (Kejadian 46:3)
Bacaan hari ini: Kejadian 46:1-34 Bacaan setahun: Kejadian 46-48
PIMPINAN TUHAN TIDAK PERNAH SALAH
S
ejak kehilangan Yusuf, Yakub menjadi susah hati. Ia mendapatkan semangat yang baru dan pemulihan batinnya, ketika ia mendengar, bahwa Yusuf masih hidup dan berada di Mesir (Kej. 45:25-28). Maka kerinduannya adalah sesegera mungkin bertemu dengan Yusuf di Mesir. Namun pengalaman pahit yang dirasakan karena sikap anak-anaknya terhadap Yusuf dan kondisi lingkungan yang saat itu sedang menghadapi bala kelaparan, membuat Yusuf ragu, “apakah pergi ke Mesir merupakan langkah yang tepat dan mengobati kerinduannya berjumpa Yusuf?” Karena itu, Yakub mempersembahkan korban sembelihan pada Allah, memohon pimpinan-Nya. Maka Allah menjawab doa Yakub, dan berfirman: “Akulah Allah, Allah Ayahmu, jangan takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana” (Kej. 46:3). Di sini kita belajar, bahwa dalam kebimbangannya, Yakub tidak mengandalkan pengalaman hidup yang pernah ia jalani; atau kepandaiannya seperti yang ia miliki di masa mudanya. Sebaliknya, ia takut menghadapi kenyataan yang buruk, tapi ketakutannya itu diatasi dengan berseru kepada Tuhan, dan berharap pada pimpinan Tuhan. Maka kita melihat, Allah menyatakan kehendak dan rencana-Nya bagi Yakub dan keturunannya. Pengalaman buruk masa lalu dan kondisi masa depan yang tidak menentu acap kali juga membuat kita kuatir tentang masa depan kita. Tapi sebagai umat Tuhan, sepatutnya kita bersikap seperti Yakub dan percaya kepada Dia. Coba perhatikan apa yang Allah katakan kepada Yakub. Dia berfirman: “Akulah Allah...” Pernyataan ini menunjukkan bahwa penjamin masa depan Yakub adalah Allah sendiri, Allah penguasa langit dan bumi. Demikian pula dengan kita; belajarlah percaya pada pimpinan Tuhan, jangan melihat segala perkara dari kesenangan dan kekuatiran kita, tetapi dari kehendak-Nya. Maka sejak itu, berangkatlah Yakub ke Mesir, dan ia berjumpa dengan Yusuf, anak yang dikasihi dan dirindukannya. Pada akhirnya kita melihat, pimpinan Tuhan tepat pada waktunya. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Yakub takut dan kuatir untuk pergi ke Mesir? Apa yang dilakukan Yakub untuk mengatasi ketakutannya tersebut? Berdoalah kepada Tuhan Yesus dan serahkanlah segala kekuatiran kita kepada-Nya, sebab Dialah Allah yang hidup yang berkuasa atas segala yang ada, dan yang memimpin hidup kita sekalian.
20
MINGGU
“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan..., yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” JANUARI 2013 (Kejadian 50:20) Bacaan hari ini: Kejadian 50:1-26 Bacaan setahun: Kejadian 49-50
KASIH MENAKLUKKAN KEBENCIAN
P
erjalanan kehidupan Yusuf penuh dengan perjuangan, karena harus menghadapi saudara-saudaranya yang membencinya. Dalam hati, mereka iri melihat Yusuf disayangi oleh ayah mereka. Kebencian itu terus ada dalam kehidupan mereka, dan mereka berusaha membinasakan Yusuf. Sungguh sangat menyedihkan sekali; seharusnya sesama saudara hidup saling mengasihi dan menolong, tetapi karena iri hati dan kebencian, akhirnya membuat mereka melakukan kejahatan. Dalam perjalanan waktu, Tuhan tidak pernah menutup mata kepada anak-anak yang dikasihi-Nya. Yusufpun tahu, bahwa penderitaan yang ia alami, akan mendatangkan kebaikan. Yusuf melakukan 3 sikap: Pertama, mengampuni. Pesan ayahnya, sangat menyedihkan hatinya, “Ampunilah saudara-saudaramu dan dosa mereka” (ay. 17). Diperhadapkan dengan tindakan jahat saudara-saudaranya, seharusnya membuat dia membalas dendam; tapi ia justru mengampuni mereka. Kedua, tidak menghakimi. Jelas bahwa saudara-saudaranya-lah yang melakukan kesalahan dan juga kejahatan kepada Yusuf, bahkan mereka ingin membinasakannya; tapi Yusuf sama sekali tidak menghakimi mereka. Yusuf tahu bahwa Tuhan sedang menguji kesetiaannya. Yusuf yakin bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya mendatangkan kebaikan (ay. 20). Allah sedang menyediakan masa depan yang indah dalam kehidupannya. Ketiga, mengasihi. Di dalam bagian ini, terbukti bahwa kasih telah menaklukkan kebencian. Kebaikan hati Yusuf sangat luar biasa; meskipun hidupnya disiksa dan dianiaya oleh saudara-saudaranya, kasih Yusuf tidak pudar. Yusuf membalas kejahatan saudara-saudaranya dengan kebaikan. Kasih yang tulus bukanlah sekedar kata-kata, tetapi tindakan yang nyata. Tindakan yang dilakukan oleh Yusuf adalah dengan menanggung semua kebutuhan saudara-saudaranya, bahkan anak-anaknya (ay. 21). Bagaimana dengan kita? Janganlah pernah berfikir untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi, balaslah kejahatan dengan kebaikan dan kasih, maka Tuhan akan bertindak. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya sikap kita, ketika orang lain atau bahkan saudara kandung kita sendiri melakukan kejahatan dan kecurangan kekejian kepada kita? Berdoa bagi umat Tuhan yang mengalami penganiayaan dan penderitaan dalam kehidupan mereka, supaya mereka tetap kuat & tetap percaya bahwa Tuhan Allah akan menolong dan memberikan kekuatan kepada mereka.
21
SENIN
“Lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, JANUARI 2013 disembunyikannya tiga bulan lamanya.” (Keluaran 2:2) Bacaan hari ini: Keluaran 2:1-10 Bacaan setahun: Keluaran 1-3
DI BALIK SEORANG PEMIMPIN
M
usa adalah seorang pemimpin besar yang diakui oleh dunia. Dan di balik kesuksesan Musa sebagai pemimpin, ada orang-orang yang berpengaruh besar terhadap kehidupannya. Salah satu yang berpengaruh besar kepadanya adalah orangtua kandungnya sendiri, yaitu Amran dan Yokhebed. Dicatat dalam kitab Ibrani 11:23, “karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.” Dari ayat ini menunjukkan beberapa hal penting yang dinyatakan oleh Amran dan Yokhebed terhadap kehidupan Musa. Pertama, hidup dengan iman. Iman mereka pada Tuhan mengalahkan ketakutan akan ancaman raja. Iman orangtuanya memberi inspirasi dan kekuatan kepada Musa ketika dia dihadapkan pada situasi yang serupa, di mana Musa harus berhadapan langsung dengan Firaun untuk minta ijin membawa umat Tuhan beribadah di padang gurun (Kel. 5:1). Berulangkali, ketika Musa diperhadapkan pada situasi tidak yg aman, Musa mengingat bahwa pada masa kecilnya, orangtuanya berani hidup dengan iman. Kedua, usaha mendidik anak. Orangtua Musa melihat bahwa anaknya elok rupanya; Musa disembunyikan oleh orangtuanya bukan semata-mata karena enak dilihat, tapi karena orangtua Musa melihat sesuatu yang lebih, yaitu potensi besar dalam diri anaknya yg masih kecil. Amran & Yokhebed yakin bahwa anaknya lahir bukan karena suatu kebetulan, juga bukan anak yang lahir untuk kemudian mati terbunuh oleh pedang tentara Firaun. Karenanya mereka berdua berusaha sebisa mungkin, dengan waktu yang terbatas, mencari kesempatan mendidik Musa. Bagaimana dengan kita? Apa warisan yang kita berikan kepada anak cucu kita? Marilah kita tetap beriman dalam situasi sulit atau kita hanya mencari aman dan meninggalkan Tuhan? Teladan apa yang kita berikan pada anak cucu kita? Marilah kita memperkenalkan Tuhan serta mendidik mereka dengan benar, sehingga kita menciptakan generasi yang mengenal Tuhan dan memiliki harga diri yang benar. STUDI PRIBADI: Di tengah masa yang sulit, apa yang telah diteladankan orangtua Musa? Bagaimana sikap orangtua Kristen pada masa kini terhadap anak-anak mereka? Berdoalah bagi anak-anak yang kita sayangi agar mereka bertumbuh dalam kehidupan rohani dan moralitas yang benar di hadapan Tuhan sehingga memiliki hidup yang memuliakan-Nya.
22
SELASA
“Firaun berkata: Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku JANUARI 2013 akan membiarkan orang Israel pergi.” (Keluaran 5:2) Bacaan hari ini: Keluaran 5:1-24 Bacaan setahun: Keluaran 4-6
KETIKA PEMIMPIN DITOLAK
B
egitu banyak slogan kepemimpinan yang meneriakkan kesuksesan. Hal tersebut tidaklah salah, namun tidak lengkap. Banyak pemimpin tidak dipersiapkan ketika terjadi penolakan, sehingga begitu ditolak langsung jatuh terpuruk. Kita bersyukur Alkitab memberikan pengajaran yang seimbang. Kisah Musa sebagai pemimpin yang besar, tapi ia pernah ditolak mentah-mentah dan habis-habisan. Keluaran pasal 5 menceritakan pengalaman Musa yang ditolak oleh Firaun maupun bangsanya sendiri, sampai-sampai Musa seperti hilang semangat dan hilang harapan. Secara gamblang, Firaun menganggap sepele permintaan Musa, serta meragukan diri Musa, juga Tuhan yang mengutus Musa, bahkan menanggapi dengan negatif (ay. 1-5). Harga diri Musa diinjak-injak oleh Firaun dengan cara semakin menindas orang Israel lebih kejam lagi (ay. 6-11). Penolakan yang lebih membuat hati Musa hancur, ketika bangsanya sendiri meragukannya sebagai utusan Tuhan. Kehadiran Musa dirasakan tidak membawa berkat, melainkan membawa masalah lebih berat bagi bangsa Israel. Apa yang dilakukan Musa ketika penolakan terhadap dirinya terjadi? Musa berdoa, mengadu dan berteriak kepada Tuhan. Musa tidak memakai jalan sendiri atau mengemis pada Firaun, penguasa saat itu. Musa percaya bahwa Tuhan pasti punya jawaban atas setiap situasi dan kondisi yang dia alami. Dengan doa dan berkomunikasi dengan Tuhan, berarti Musa mau dengar-dengaran akan suara/jawaban dari Tuhan sendiri, bukan dari orang lain atau asumsi dirinya sendiri. Melalui doa, Musa menemukan jawaban Tuhan bahwa Tuhan sanggup bertindak dengan atau tanpa Musa, Musa disadarkan bahwa dirinya hanyalah alat. Tuhan lah yang kuasa, bukan diri Musa, dan pekerjaan yang harus dikerjakan Musa semata-mata adalah pekerjaan Tuhan, bukan ambisi pribadi Musa. Ketika kita/pekerjaan/pelayanan ditolak orang-orang di sekeliling kita, berlutut dan berdoalah pada Tuhan. Tuhan akan mendengar dan pasti akan memberi jawaban yang tepat supaya kita memahami kehendak-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Musa, ketika dirinya direndahkan sebagai pemimpin yang tidak memiliki kemampuan? Bagamana sikap Anda jika Anda menjadi Musa? Berdoalah bagi para pemimpin gereja, majelis dan pengurus gereja, supaya mereka memiliki kerendahan hati dan kerjasama yang baik sebagai hambahamba Tuhan yang melayani gereja-Nya.
23
RABU
JANUARI 2013
“Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.” (Keluaran 7:1)
Bacaan hari ini: Keluaran 7:1-6 Bacaan setahun: Keluaran 7-8
UMAT-KU ISRAEL
B
eberapa saat lalu, negara Indonesia melakukan penyeragaman identitas rakyatnya melalui E-KTP. Dengan harapan bahwa identitas semua rakyat Indoneisa dapat diketahui sehingga mendapatkan pelayanan yang maksimal. Itu menunjukkan bahwa identitas diri seseorang sangatlah penting. Dalam bacaan ini kita melihat bahwa sebelum Allah membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan Mesir, Allah mengingatkan bahwa Israel memiliki identitas yang khusus di hadapan Allah, yaitu “pasukan dan Umat Allah” (7:4). Identitas ini merupakan hal yang sangat penting bagi Israel untuk memasuki tanah perjanjian Kanaan. Allah hendak menyatakan status baru bagi Israel, bahwa sesaat lagi mereka bukanlah bangsa yang diperbudak tetapi bangsa yang merdeka, umat pilihan Allah, bangsa yang kudus, imamat yang rajani (Kel 19:5,6). Dengan demikian kita dapat melihat bahwa tugas dan tanggung jawab Musa serta Harun, sangat berat. Mereka harus berhadapan dengan penguasa Mesir (Firaun) dan membawa bangsa yang besar ini untuk meninggalkan tanah perbudakan Mesir. Namun, Musa dan Harun melakukan seperti yang Tuhan katakan kepada mereka (ay 6). Pelajaran yang dapat kita renungkan pada bagian ini adalah: (1) Sama seperti Allah telah membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan dengan tangan-Nya yang teracung terhadap bangsa Mesir, melalui para hamba-Nya,—Musa dan Harun, Allah telah memulai dan menggenapkan perjanjian-Nya dengan bangsa Israel untuk menjadi umat Allah. (2) Demikian pula, dalam PB, Allah dalam Kristus Yesus, telah mengubah status kita, dari musuh-Nya menjadi anak-anak-Nya. Sama seperti bangsa Israel ketika mereka meninggalkan tanah perbudakan sebagai bangsa yang merdeka. (3) Belajar dari pengalaman hidup Musa dan Harun, bahwa hidup dalam ketaatan merupakan hal yang paling penting bagi setiap anak Tuhan sehingga dapat mengalami karya perbuatan tangan Allah dalam kehidupan kita. Bagaimana dengan Anda? Hiduplah sesuai dengan status kita di hadapan Allah! STUDI PRIBADI: Siapakah status kita saat ini di hadapan Allah? Untuk tujuan apa kita menyandang status yang Allah berikan kepada kita, yang percaya kepada Tuhan Yesus? Berdoalah bagi para pemuda-pemudi Kristen agar mereka selalu mengingat bahwa mereka adalah umat Allah, sehingga mereka tidak mudah tergoda untuk hidup menuruti keinginan dunia.
24
KAMIS
JANUARI 2013
“Lalu berkatalah para ahli itu kepada Firaun: Inilah tangan Allah...” (Keluaran 8:19)
Bacaan hari ini: Keluaran 8:19, 10:7 Bacaan setahun: Keluaran 9-11
SEPULUH TULAH BAGI BANGSA MESIR
B
erdasar perkataan para ahli sihir dan orang berilmu Mesir (Kel. 7:10), seharusnya membuat Firaun sadar akan kesalahan dan kecurangan yang diperbuatnya (Kel. 8:29). Tapi, karena ketidak-sadarannya itu, Allah memberikan tulah bagi bangsa Mesir, seperti yang disampaikan oleh hamba-Nya, Musa dan Harun. Sepuluh tulah bagi Mesir, sebagai berikut: Air menjadi darah (Kel. 7:14-24), Katak yang menutupi seluruh Mesir (Kel. 8:1-15), Nyamuk yang menghinggapi manusia dan hewan (Kel. 8:16-19), Lalat pikat yang menyerang istana dan seluruh tanah Mesir (Kel. 8:20-32), Penyakit sampar pada ternak (Kel. 9:1-7), Barah (Kel. 9:8-12), Hujan es di seluruh Mesir, kecuali di tanah Israel yaitu tanah Gosyen (Kel. 9:13-35), Belalang (Kel. 10:1-20), Gelap gulita (Kel. 10:21-29) dan Anak sulung Mesir mati (Kel. 12:29-42). Seluruh tulah yang dituliskan dalam peristiwa pembebasan Israel dari tanah perbudakan di Mesir, menyatakan kebesaran Allah, yang menunjukkan bahwa Dialah Tuhan (Kel. 6:28). Tujuan ini mengajarkan kepada kita akan keberadaan Allah yang Maha Kuasa, dibandingkan semua orang. Hal ini mendorong setiap kita untuk belajar lebih mengenal dan mengandalkan Tuhan dalam setiap kondisi yang sedang kita alami. Bahkan, para ahli dan orang berilmu di Mesir sangat menyadari bahwa ada tangan Allah yang Maha Kuasa melebihi Raja Firaun, yang sedang berkarya membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan. Selain itu, peristiwa sepuluh tulah ini ingin menunjukkan bahwa Allah telah mendengar seruan serta erangan orang Israel. Di sini kita melihat bahwa Allah Israel yang mengikatkan diriNya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, adalah Allah yang hidup, aktif dan setia. Dia adalah Allah bertindak, dan Allah yang setia kepada janji-Nya ini, tetap menggenapi janji-Nya (Kel. 6:6,7). Jika hari ini kita hidup dengan pergumulan dan persoalan, kita perlu mengingat kembali peristiwa sepuluh tulah yang Allah kerjakan ketika Ia membebaskan bangsa Isarel. Maka, tetaplah semangat dalam berbagai kondisi, serta bersandarlah kepada Allah. STUDI PRIBADI: Bagaimana Allah menyatakan kebesaran-Nya, baik kepada bangsa Israel dan Mesir? Bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi kesulitan hidup? Berdoalah bagi anggota keluarga kita yang sedang menghadapi kesulitan, agar mereka tetap tabah dan bertekun dalam iman kepada Allah, yang akan menggenapkan janji-Nya pada waktu-Nya.
25
JUMAT
“Sebab pada malam ini... semua anak sulung... akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, JANUARI 2013 Akulah, TUHAN.” (Keluaran 12:7) Bacaan hari ini: Keluaran 12:1-28 Bacaan setahun: Keluaran 12-13
KESELAMATAN DATANG DARI ALLAH
K
etika kita menghadapi persoalan dan penderitaan, kita cenderung menyelesaikannya dengan kekuatan sendiri. Padahal Alkitab dengan jelas mengatakan: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia” (Yer. 17:5). Di tengah zaman yang berorientasi pada kekuatan manusia (antroposentris), kita dipanggil Allah untuk tetap setia kepada-Nya dengan hidup mengandalkan Dia dalam segala perkara. Dalam kisah perbudakan Israel di Mesir, Allah memberikan pelajaran yang berharga dan mendasar bagi kehidupan kita pada masa kini, yaitu: Pertama, tidak ada allah lain, selain TUHAN Allah kita. Kepada Israel, Allah berjanji bahwa Ia akan melewati Mesir dan membunuh setiap anak sulung, dari binatang sampai manusia, bahkan menghukum allah orang Mesir (ay. 7). Perkataan ini membuktikan bahwa hanya TUHAN (Yahweh) saja Allah yang hidup, yang berkuasa atas segala sesuatu. Kedua, jika hanya ada satu Allah saja yang berkuasa, maka keselamatan Israel hanya datang dari Dia saja. Tidak satupun dari allah orang Mesir yang dapat menggagalkan keselamatan dari Allah Yahweh. Paradigma ini seharusnya menjadi landasan bagi kita, untuk tetap berharap dan berserah kepada Dia, Tuhan kita. Janganlah kita menyangkali kekuatan-Nya dan meninggikan kekosongan diri kita. Penyelamatan Allah atas Israel dari perbudakan di Mesir membuktikan bahwa keselamatan kita hanya datang dari Allah saja. Lalu, apa yang harus kita perbuat? Allah menghendaki kita taat pada perintah-Nya. Allah memerintahkan Israel untuk menyembelih anak domba dan mengambil darahnya untuk dibubuhkan di kedua tiang pintu dan ambang atas. Ini sebenarnya adalah lambang pengorbanan Kristus dalam PL. Perintah ini tidak mudah dimengerti bangsa Israel. Bagaimana mungkin darah domba memberikan keselamatan kepada mereka? Itulah logika manusia. Tetapi apa yang Allah perintahkan, haruslah dilakukan! Ketika Israel melakukan perintah Tuhan, maka mereka melihat keselamatan yang dari Allah. Demikian pula dengan kita; marilah kita taat kepada Dia! STUDI PRIBADI: Menurut Anda, apa yang membuat kita seringkali gagal mengandalkan dan mempercayai, bahwa keselamatan kita datangnya dari Allah? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tetap berharap, berserah hanya pada pimpinan Tuhan dalam setiap persoalan mereka, sebab hanya Tuhan Allah kita yang hidup dan sanggup menolong mereka.
26
SABTU
JANUARI 2013
“Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN... TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” (Keluaran 14:13-14)
Bacaan hari ini: Keluaran 14:1-31 Bacaan setahun: Keluaran 14-15
INDAHNYA JALAN TUHAN
J
alan Tuhan seringkali bukan menjadi jalan yang kita inginkan, karena jalan itu nampak sulit bagi kita. Menunggu, berharap, tetap mengerjakan apa yang benar, mentaati firman-Nya dan sebagainya, bukanlah cara yang menarik bagi kita. Orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, justru seringkali memberikan cara-cara yang mudah dan nampak efektif, sekalipun itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Namun dalam kisah pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir ini, Allah mengajarkan kepada kita, bahwa “jalan-Nya tidak pernah salah!” Sekalipun Israel dituntun Tuhan melewati laut Teberau, yang bagi mereka, “bukan jalan keluar,” tapi itulah jalan yang Tuhan kehendaki. Mereka harus menyeberanginya! Bayangkan, apa yang ada pada benak pikiran mereka ketika mereka melihat Laut Teberau di depan mata mereka, sedangkan tentara Mesir di belakang mengejar mereka? Mereka sangat ketakutan dan mempersalahkan Musa (ay. 10-12). Pertanyaannya, apakah Tuhan ingin Israel celaka? Jelas Tidak! Lalu apa yang sedang Tuhan kerjakan? Pertama, Allah ingin menunjukkan bahwa hanya Dialah Tuhan yang benar dan Ia lebih besar dari segala kemegahan dan kekuatan tentara Mesir (ay. 18). Ucapan Tuhan dalam ayat ini mengingatkan kita, bahwa kekuatan apapun dalam dunia ini tidak ada yang bisa menandingi kekuatan dan hikmat Tuhan. Karena itu, janganlah kita takut kepada apapun, kecuali kepada Dia, Tuhan Allah kita. Hadapi segala persoalan hidup ini bersama Tuhan, sebab Ia yang menyertai kita lebih besar dari segala yang ada. Kedua, jalan Tuhan adalah indah pada waktu-Nya. Mungkin kita harus melewati waktu yang sulit seperti bangsa Israel melewati Laut Teberau; namun ingat, bahwa tuntunan Tuhan akan menjadikan kita percaya dan juga berharap hanya kepada Dia saja. Janganlah kita menjadi takut pada masalah yang kita hadapi, tapi takutlah (hormatilah) Tuhan dan peganglah janji-Nya yang tidak pernah berubah; maka kita akan melihat keindahan jalan yang Ia buat bagi kita. STUDI PRIBADI: Mengapa kadang Tuhan membiarkan kita menghadapai kesulitan, bahkan jalan buntu? Apa pendapat Anda tentang hal ini berdasar kisah bangsa Israel di atas? Berdoalah bagi jemaat yg sedang menghadapi kesulitan agar mereka tidak mengandalkan kekuatan dan hikmat sendiri, tetapi tetap setia melakukan firman Tuhan dan takut akan Dia.
27
MINGGU
JANUARI 2013
“Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan... mencobai TUHAN dengan mengatakan: Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” (Keluaran 17:7)
Bacaan hari ini: Keluaran 17:1-7 Bacaan setahun: Keluaran 16-18
ADAKAH TUHAN DI TENGAH-TENGAH KITA?
S
ebenarnya sikap orang Israel yang protes akan air dalam peristiwa ini cukup mengherankan. Jika mereka meributkan soal tidak ada air, bukankah sebelumnya Tuhan telah menunjukkan pertolongan-Nya di Mara? (Kel. 15:22-27). Seharusnya mereka bisa berseru dan memohon pertolongan kepada Tuhan. Israel pasti masih mengingat peristiwa di Mara, dan melihat dengan jelas penyertaan Tuhan melalui tiang awan dan api. Lalu, apa yang salah dengan Israel? Israel mencobai Tuhan, bahkan meragukan pimpinan dan kebaikanNya. Memang mereka menumpahkan kemarahannya kepada Musa, tetapi sesungguhnya mereka marah kepada Tuhan. Mereka merasa kehadiran Tuhan tidak seperti yang mereka inginkan. “Mengapa kalau Tuhan hadir, masih ada kekurangan dalam hidup mereka, masih ada masalah, masih ada sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup mereka? Sesungguhnya, Tuhan ini hadir atau tidak ‘sih? Niat memimpin Israel atau tidak ‘sih? Apa ‘sih yang Dia mau? Baru saja kesulitan air, sekarang kesulitan air lagi.” Israel ingin semuanya serba tersedia dan lancar; tetapi mereka meragukan pimpinan dan kebaikan Tuhan. Mereka menuduh Tuhan memimpin mereka keluar dari Mesir untuk membunuh mereka dengan kehausan. Terkadang hal ini juga terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Ketika situasi hidup mereka mulai kacau, bisa saja mereka menghakimi Tuhan dan menuduh-Nya melakukan sesuatu yang tidak patut. Mereka merasa seharusnya Tuhan telah menyediakan dan mengatur semuanya supaya jalan hidup mereka lancar tanpa halangan. Apalagi jika mereka merasa sudah berbuat banyak untuk Tuhan, seperti: setia beribadah, memberikan persembahan, setia berdoa dan bersaat teduh, dan sebagainya. Tuhan terkadang mengijinkan ujian dan situasi sulit menghadang kita agar kita belajar melihat pimpinan Tuhan untuk bergantung pada-Nya, serta makin dewasa dalam iman kita. Seorang Kristen yang makin rohani bukannya memiliki hidup yang nyaman dan lancar, tetapi justru menyadari bahwa Tuhan adalah segalanya dalam hidupnya, baik saat sulit maupun senang. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Anda ketika menghadapi kesulitan hidup? Bagaimana seharusnya sikap yang benar sebagai orang percaya ketika menghadapi kesulitan hidup? Berdoa bagi setiap jemaat Tuhan yang sedang menghadapi kesulitan hidup agar tetap setia dalam iman dan relasinya dengan Tuhan, sehingga mereka tetap dikuatkan dalam penantian akan jawaban Tuhan.
28
SENIN
JANUARI 2013
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.” (Keluaran 20:8)
Bacaan hari ini: Keluaran 20:8-11 Bacaan setahun: Keluaran 19-20
INGATLAH DAN KUDUSKANLAH HARI SABAT
P
erintah Tuhan ini sudah jelas yaitu agar umat-Nya menguduskan hari Sabat (hari perhentian) untuk Tuhan. Lazimnya, orang Kristen menguduskan hari Sabat dengan beribadah ke gereja dan melayani Tuhan. Tapi ketika memperhatikan kata “ingatlah” dalam perintah ini, maka ada indikasi kita bisa lupa untuk menguduskannya. “Lupa” dalam arti apa? (1) Legalisme. Kita melewati hari Sabat seperti orang Farisi dan ahli Taurat; tidak bekerja, tidak melakukan ini dan itu, ke gereja, melayani, tetapi tanpa motivasi yang benar dalam melakukannya. Semua itu, kita lakukan secara mekanis, sudah terbiasa, atau hanya untuk sekadar menuruti aturan-aturan tertentu. Yang lebih buruk, kita merasa rohani karena telah menguduskan hari Sabat, dan mulai menghakimi orang-orang Kristen lain yang tidak sehebat kita dalam menguduskan hari Sabat. (2) Dualisme. Beberapa orang Kristen memiliki perilaku yang berbeda di hari Sabat dan 6 hari lainnya. Pada hari Sabat (Minggu) mereka akan menampilkan tingkah laku bak malaikat, penuh senyum, kekudusan, dan kesungguhan melayani. Tetapi begitu hari berganti Senin dan seterusnya, tingkah laku mereka akan berubah menjadi berbeda sekali. Penuh dengan kejahatan, dosa, dan tidak mempedulikan firman Tuhan. (3) Mengabaikan. Ada orang Kristen yang tahu bahwa hari Minggu adalah hari beribadah kepada Tuhan, tapi mereka tidak mempedulikan itu. Mereka lebih asyik berlibur ke luar kota atau melakukan kegiatan lainnya. Ada juga yang datang beribadah, tetapi sikap dan perilaku mereka tidak tepat. Ketika beribadah, mereka asyik dengan perangkat seluler mereka. Asyik ber-BBM, main handphone, mengunduh aplikasi, atau malah melihat film. Biasanya, orang Kristen seperti ini adalah mereka yang berpikir: “pokok’e sudah ke gereja.” Sehingga, mereka hadir di gereja tetapi hatinya tidak sungguh-sungguh untuk Tuhan. Bagaimana dengan kita? Kiranya Tuhan menolong kita sehingga kita mempunyai motivasi dan sikap hati yang tepat ketika menguduskan hari Sabat/ beribadah ke gereja. STUDI PRIBADI: Tantangan apa yang sering membuat Anda beribadah dengan sikap yang tidak tepat di hadapan Tuhan? Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi hal itu? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar diberikan motivasi dan kerinduan untuk beribadah dengan benar setiap hari Minggu, ibadah yang mereka lakukan diterima dan berkenan di hati Tuhan.
29
SELASA
JANUARI 2013
“Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.” (Keluaran 22:21)
Bacaan hari ini: Keluaran 22:1-17 Bacaan setahun: Keluaran 21-22
TUHAN MENGHARGAI HARTA MILIK SESEORANG
M
engapa Tuhan memberikan peraturan yang detil tentang harta manusia? Bukankah harta adalah milik Tuhan? Manusia jelas bukanlah pemilik, manusia adalah pengelola; tetapi di mata-Nya, ternyata Tuhan sangat menghargai harta kepemilikan manusia. Mengapa Tuhan menghargai harta kepemilikan manusia? Karena harta didapat dengan berusaha & berjerih lelah. Tuhan menghargai usaha, dan jerih lelah pekerjaan manusia. Dengan bekerja, manusia menyerupai gambar dan rupa Allah. Pekerjaan bukan kutuk, tapi anugerah yang besar. Bekerja adalah panggilan yang mendatangkan kebahagiaan. Bekerja adalah menuruti gambar dan rupa Allah. Jika demikian, hasil dari pekerjaan itu punya siapa? Ada di tangan manusia yang berusaha! Tidak boleh diambil semena-mena! Dari kerja keras ditambah dengan kecakapan manusia bekerja, maka yang satu berkembang menjadi dua, dua menjadi empat, lima menjadi sepuluh. Waktu melihat apa yang dikerjakannya berbuah-buah, maka manusia mengalami satu dorongan untuk bekerja lebih baik, lebih keras, lebih semangat. Apa yang terjadi jika hasil pekerjaan yang baik itu dirampas? Manusia akan kehilangan gairah untuk bekerja. Untuk apa saya bekerja jika hanya dirampas orang lain? Jika manusia kehilangan gairah bekerja sedangkan setiap hari membutuhkan biaya untuk makan dan minum, maka yang timbul adalah kejahatan. Manusia, demi hidupnya tidak lagi mau bekerja keras, yang diinginkan hanyalah kekerasan dan kejahatan. Tuhan sungguh sangat baik, Dia melindungi harta kepemilikan seseorang supaya orang tersebut rajin bekerja. Jika harta sudah berlimpah ruah, apa yang harus dilakukan dengan harta itu? Tuhan pernah berkata, “Jangan kumpulkan harta di bumi, tetapi kumpulkan bagimu harta di sorga.” Karena kita adalah pelayan-Nya, kita bisa mentransfer harta tersebut ke sorga atas nama kita. Kita transfer dengan memberikan persembahan bagi Tuhan untuk kemajuan kerajaan Allah. Bekerjalah dengan baik dan hargai setiap harta kepemilikan yang Tuhan percayakan pada setiap orang. STUDI PRIBADI: Puaskah Anda dengan pekerjaan Anda hari ini? Sudahkah Anda bekerja sesuai dengan talenta yang Tuhan tanamkan dalam diri Anda? Tuhan, tolong agar aku bekerja sesuai dengan talenta yang Kau beri. Terima kasih, dengan pekerjaan ini, Tuhan telah tambahkan harta kepemilikanku. Tolong aku untuk memberi dengan murah hati menjadi berkat bagi yang lain.
30
RABU
JANUARI 2013
“Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya... dan mereka berkata: Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan.” (Keluaran 24:7)
Bacaan hari ini: Keluaran 24:1-11 Bacaan setahun: Keluaran 23-24
PERJANJIAN TUHAN DENGAN BANGSA ISRAEL
H
ukum yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya begitu panjang dan seksama. Untuk apa sebenarnya semua hukum ini? Ada beberapa hal yang patut kita renungkan melalui bacaan Alkitab kita hari ini: Pertama, pemberian hukuman dilakukan supaya manusia belajar mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. (Mat 22: 37-40). Yesus pernah berkata: “Engkau adalah murid-murid-Ku jika engkau ada di dalam firman-Ku.” Tanda kita mengasihi Tuhan adalah jika kita memperhatikan dan melakukan setiap firman-Nya. Kedua, hukum-hukum Allah bukanlah beban yang menyengsarakan manusia. Mengapa demikian? Karena hukum diberikan setelah anugrahNya dicurahkan. Karena anugrah-Nya, Tuhan memanggil Abraham keluar dari penyembahan berhala. Dan untuk memenuhi janji-Nya, Tuhan Allah membebaskan Israel dari perbudakan Mesir. Hukum diberikan karena penyelamatan sudah dikerjakan oleh-Nya. Melalui hukum-hukum ini, maka keselamatan yang telah dikerjakan Allah selaras dengan perkataan dan perbuatan manusia yang sudah diselamatkan. Mentaati setiap hukum Allah membuktikan keselamatan nyata yang sudah Allah berikan bagi kita. Ketiga, Tuhan memberikan hukum untuk mengadakan penyucian dan perbaikan moral umat-Nya. Bangsa Israel disucikan dengan hukum; moral dibersihkan dengan mengerjakan hukum-hukum Allah. Penyucian ini untuk menjadikan umat-Nya berbeda dari segala bangsa di bumi. Semua orang telah jatuh dalam dosa yang membawa kepada kebinasaan. Melalui hukum Allah, Tuhan ingin membawa bangsa-bangsa itu kembali kepada Tuhan, melalui umat-Nya. Hukum sekali lagi menjadi alat anugerah Allah untuk menjangkau bangsa-bangsa. Keempat, di dalam hukum Allah ada kebenaran Allah. Setiap manusia merindukan kemerdekaan. Di mana kemerdekaan itu? Dengan melakukan firman Tuhan dengan seksama seperti yang Tuhan nyatakan: Kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Ingin menjadi orang merdeka? Marilah kita belajar melakukan semua hukum Allah dengan sempurna. STUDI PRIBADI: Apa tujuan Allah memberikan hukum-Nya? Firman Tuhan yang mana, yang masih menjadi pergumulan Anda? Minta Tuhan menolong agar kita dapat melakukannya. Tuhan, tolonglah saya untuk boleh makin mentaati setiap hukum Tuhan, supaya saya boleh ditemukan sebagai hamba yang baik dan setia menjelang hari penghakiman Allah yang kian mendekat.
31
KAMIS
JANUARI 2013
“Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.” (Keluaran 25:8)
Bacaan hari ini: Keluaran 25:1-9 Bacaan setahun: Keluaran 25-26
PERSEMBAHAN KHUSUS
K
etika Tuhan menuntun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, maka sampailah mereka di Gunung Sinai. Di sini Tuhan memberikan sejumlah peraturan kemasyarakatan, ibadah dan sebagainya. Dari antara sekian aturan yang Tuhan berikan, salah satunya adalah diadakannya persembahan khusus. Setidaknya ada dua persembahan khusus yang dilakukan pada saat itu, yang pertama adalah untuk pembangunan Kemah Suci (Kel. 25:1-9), dan yang lainnya ketika dilakukan pendamaian orang Israel sesuai aturan ibadah Kemah Suci (Kel. 30:11-16). Dari renungan Alkitab yang kita baca hari ini, kita dapat belajar tentang tujuan persembahan khusus ini; terutama dalam hubungannya dengan “persembahan khusus” yang kita lakukan pada masa kini, seperti persembahan khusus pembangunan gedung gereja, dsbnya. Sekalipun aturan persembahan semacam ini ditulis dalam Perjanjian Lama, bukan berarti prinsipnya tidak berlaku pada hari ini. Allah tidak memerintahkan kita untuk melakukan seperti yang orang Israel lakukan, yang mempersembahkan emas, perak, tembaga, kain ungu tua atau muda, lenan halus, kulit domba atau lumba-lumba, dan sebagainya. Materi-materi semacam itu tidak lagi menjadi kewajiban yang harus dipersembahkan, karena kita tidak sedang membangun sebuah Kemah Suci. Prinsip yang perlu kita ingat adalah, sebagai umat-Nya, kita memiliki kewajiban memperhatikan kebutuhankebutuhan bagi pelaksanaan ibadah kepada Tuhan. Dalam perjalanan iman Israel, mereka pernah melupakan tempat ibadah kepada Tuhan. Mereka justru memperhatikan diri sendiri, dan tidak peduli pada pembangunan Bait Allah yang telah menjadi reruntuhan (Hag. 1:1-7). Sekalipun dalam Perjanjian Baru, kemudian Bait Allah bisa menunjuk pada “tubuh orang percaya” (1Kor. 6:19), prinsip memperhatikan dan memiliki kepedulian terhadap sarana ibadah kepada Tuhan, baik secara rohani maupun fisik, tidak berubah. Siapa yang memiliki kesadaran ini, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita dan dalam kerelaan (ay. 2). STUDI PRIBADI: Mana yang perlu kita perhatikan, bait Allah secara rohani (tubuh kita) atau bait Allah secara fisik (gedung gereja)? Prinsip apa yang tidak berubah, baik di dalam PL maupun PB? Berdoalah bagi kehidupan orang percaya agar mereka menghargai saranasarana ibadah yang Tuhan berikan dan memperhatikan bagaimana mereka hidup sebagai sebuah ibadah yang berkenan kepada Tuhan.
Catatan...
“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma 12:18)