Ringkasan Khotbah - 10 Jul'11
Taurat dan Kasih Karunia Allah Roma 7:13-26 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bagian ini adalah bagian yang sering ditafsir berbeda-beda. Watchman Nee, seorang penginjil di Tiongkok, menafsirkan bahwa orang yang di dalam Kristus tidak memiliki “aku” lagi. Ia mengatakan bahwa orang Kristen seringkali gagal dalam kehidupannya karena si “aku” belum mati. Kita harus menganggap si “aku” sudah mati dan Kristus yang hidup dalam “aku” sehingga kita tidak mungkin kalah. Inilah kunci kemenangan yang diajarkan oleh Watchmen Nee. Namun bagaimana si “aku” itu bisa tidak ada? Ajaran ini menjadi ajaran yang membingungkan. Mengapa si “aku” dianggap mati padahal saya masih hidup? Sampai hari ini pun pengikut Watchmen Nee masih ada dan banyak. Mereka juga tidak mengakui adanya Pendeta. Semua sama sebagai hamba Tuhan dan boleh berkotbah setiap saat. Ajaran ini bukan apa yang diajarkan Alkitab.
Tafsiran lain mengatakan bahwa bagian ini ditulis oleh Paulus pada waktu ia belum bertobat. Tafsiran ini kebanyakan dipegang oleh kelompok Armenian dan sebagian besar dari kelompok gereja Pentakosta. Karena itu pada saat Paulus sudah bertobat, ia hidup dalam kemenangan sehingga pergumulan seperti ini sudah tidak ada lagi.
Penafsir yang ketiga, yang paling sesuai dengan maksud Alkitab, mengatakan bahwa ini adalah pergumulan nyata orang yang sudah bertobat dalam Kristus. Orang yang sudah bertobat justru ada konflik dalam batinnya, antara manusia lama dan manusia baru. Inilah pergumulan yang ditulis rasul Paulus dalam Roma 7 ini.
Orang yang belum bertobat justru tidak memiliki pergumulan seperti ini atau hanya mengalami pergumulan sebentar saja. Misalnya, orang yang belum bertobat jatuh dalam perzinahan. Ia mungkin menyesal dan tidak mau melakukan perzinahan itu lagi. Namun, itu hanya sekedar pertobatan moral. Ia merasa mampu menangani “dosa”nya. Begitu juga contoh-contoh lain: dari merampok menjadi tidak merampok lagi, membunuh menjadi tidak membunuh lagi. Hal ini juga dialami oleh orang-orang dalam agama lain. Jika kebanggaan kita hanya seperti ini, maka kebanggaan seperti ini tidak berbeda dengan agama lain.
1/5
Ringkasan Khotbah - 10 Jul'11
Bagaimana dengan pergumulan iman Kristen? Mengapa orang yang sudah menjadi Kristen tidak langsung menjadi orang yang tidak berdosa lagi? Mengapa kita masih dibiarkan berdosa meskipun sudah menerima Tuhan Yesus? Mengapa hidup kita tidak langsung berubah? Orang Kristen masih ada yang jatuh dalam perzinahan, pembunuhan, munafik, egois, gila harta, dst. Lalu apa kelebihan kita? Mengapa kita masih diijinkan berdosa?
Ada dua jawaban ekstrimis yang keliru mengenai hal ini. Pertama, aliran perfeksionis yang mengatakan bahwa kita harus menjadi orang yang sempurna untuk dapat diterima Allah. Aliran kedua mengatakan bahwa kita tidak perlu pura-pura, tidak perlu munafik. Biarkan saja merokok, menonton porno, Tuhan Yesus tetap akan menyelamatkan kita. Kita bukan diselamatkan karena perbuatan kita, bukan karena kesucian kita, karena itu mari kita berbuat dosa. Ada dua respon orang-orang yang tidak bisa hidup suci: berbuat dosa sepuas-puasnya dan bunuh diri.
Alkitab mengatakan bahwa dosa pun berada dalam rencana ketetapan Allah, dosa masih diijinkan Tuhan dalam kehidupan orang percaya. Ini adalah langkah awal dalam Allah menggenapi rencana-Nya untuk penebusan dosa. Ini adalah kegenapan rencana Allah. Jika penebusan dosa adalah rencana Allah, maka terjadinya dosa juga merupakan salah satu bagian dari penggenapan rencana Allah.
Jadi, mengapa Tuhan masih mengijinkan dosa? Pertama, kita lihat Rm.7:13, “adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku?” Kata baik di sini mengacu pada hukum Taurat (dari konteks sebelumnya). Dosa tidak dicabut tetapi malah dikasih Taurat. Lalu taurat itu untuk apa? Taurat diberikan bukan untuk menjadi kematian bagi kita melainkan supaya oleh Taurat itu dosa semakin nyata keadaannya sebagai dosa. Cara Tuhan memproses kita sebagai anak-anak-Nya adalah menyadarkan dosa-dosa kita. Orang yang mau datang kepada Kristus jika belum disadarkan akan dosanya pasti memiliki motivasi yang keliru. Misalnya: Orang datang kepada Kristus karena ingin kaya, ingin hutangnya dilunasi, ingin sembuh, dll, dan bukannya karena dosa. Hal ini salah. Justru Tuhan membuat keadaan sampai kita menyadari dosa-dosa kita.
Yesus pernah berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar tetapi orang berdosa” (Mrk.2:17). Jika kita merasa dapat menangani dosa-dosa kita, maka kita bukan orang yang membutuhkan Kristus. Orang yang sampai datang kepada Kristus adalah orang yang benar-benar sadar akan dosanya dan tidak bisa lagi mengatasi dosanya sehingga ia betul-betul membutuhkan Juruselamat. Taurat diberikan bukan supaya kita mentaatinya dengan sempurna dan menjadi syarat keselamatan. Ini salah besar! Mungkin ini ajaran Armenian yang mengatakan kita harus sempurna baru diselamatkan.
2/5
Ringkasan Khotbah - 10 Jul'11
Tidak ada orang yang dapat mentaati firman dengan sempurna. Firman justru diberikan supaya kita sadar bahwa kita orang berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan. Firman membawa kita kepada ke-frustrasi-an bahwa kita orang yang sangat berdosa di hadapan Allah. Makin baca Alkitab makin stress. Inilah yang terjadi di Reformed. Makin belajar kita semakin merasa tertuduh, karena ketidakberesan hidup kita dibongkar dan ditelanjangi sehingga kita tidak bisa berdalih dari hadapan Tuhan. Dalam keadaan frustrasi ini, mungkin ada orang yang lari dari Tuhan bahkan sampai bunuh diri. Namun, ada jalan keluar. Kita justru dibuat frustrasi untuk sampai kepada salib Kristus. Itulah gunanya Taurat. Taurat menuntun kita sampai kepada Kristus. Ini juga yang dialami oleh Martin Luther. Karena frustrasi akan dosanya ia sampai pada kebenaran bahwa orang dibenarkan hanya melalui iman dan bukan karena perbuatan. Fungsi Taurat adalah untuk membuat kita sadar akan ketidaklayakkan kita di hadapan Tuhan. Kemudian membuat kita memandang kepada Kristus yang menebus dosa kita.
Ada contoh dalam Alkitab mengenai dua orang yang datang ke Bait Allah. Orang pertama adalah orang Farisi yang memamerkan kesalehannya di hadapan Allah. Ia bersyukur karena tidak seperti si pemungut cukai. Orang yang seperti ini justru ditolak Allah karena merasa dirinya benar. Namun orang kedua adalah si pemungut cukai yang berkata, “Tuhan ampunilah aku orang yang berdosa ini.” Justru orang ini yang dibenarkan Allah.
Alasan kedua mengapa Tuhan mengijinkan kita masih berdosa setelah menjadi Kristen adalah karena Tuhan menghendaki kita dibina atau dibimbing melalui satu proses. Tidak dengan cara instan. Dosa kita memang sudah diampuni secara de yure. Namun secara de facto Tuhan memproses kita. Mengapa demikian? Karena Tuhan tahu inilah yang terbaik untuk kita. Ia yang mencipta kita, Ia juga yang lebih tahu metode terbaik dalam membimbing kita makin dewasa. Dalam sejarah Alkitab, orang-orang yang dipakai Tuhan dididik melalui proses. Bagaimana Musa dipersiapkan menjadi pemimpin bangsa Israel? 40 tahun pertama ia dididik di Mesir, 40 tahun kedua ia dididik menjadi gembala domba-domba, 40 tahun terakhir ia dibimbing dalam memimpin bangsa Israel yang tegar tengkuk. Proses. Bagaimana Yosua diangkat menjadi pengganti Musa? Proses! Yosua dari kecil mengikut Musa. Bagaimana Daud menjadi Raja? Daud dikejar-kejar sedemikian rupa oleh Saul. Proses. Bagaimana Abraham bisa mempersembahkan Ishak? Ada proses. Tuhan mengijinkan dosa dalam kehidupan kita dalam rangka pendidikan Tuhan atas hidup kita menuju kedewasaan demi kedewasaan.
Alasan ketiga mengapa Tuhan mengijinkan kita masih memiliki dosa dan kelemahan adalah supaya kita tidak sombong (2Kor.4:16). Manusia batiniah kami dibaharui sehari lepas sehari. Berarti ada proses. Tidak langsung manusia batiniah kita menjadi hebat melainkan melalui proses jatuh bangun. Orang yang tidak punya kelemahan pasti akan jatuh dalam kesombongan. Mengapa seseorang menjadi sombong? Karena lupa diri. Lihat 2Kor.12:7. Ada
3/5
Ringkasan Khotbah - 10 Jul'11
dua kata yang diulang. Pertama, jangan meninggikan diri. Kemudian di akhir kalimat, “supaya aku jangan meninggikan diri”. Rasul Paulus mendapat duri dalam daging, utusan iblis untuk menggocohnya supaya ia tidak meninggikan diri. Mengapa? Karena dengan diijinkannya kita berdosa, kita dibuat supaya tidak sombong. Saat melihat dosa orang lain, kita langsung menghina. Namun kita lupa bahwa kita sendiri pun adalah orang berdosa. Kita juga adalah orang yang punya kelemahan. Bukan berarti kita kompromi dengan dosa orang lain. Iman Kristen tidak pernah mengajarkan waktu kita sadar diri berdosa berarti kita boleh kompromi terhadap dosa. Rasul Paulus tidak pernah menikmati dosa-dosanya. Sampai detik terakhir kematian kita, kita masih bergumul dengan dosa-dosa kita. Tidak ada orang yang mati dalam kesempurnaan.
Karena itu, hal keempat mengapa Tuhan masih mengijinkan dosa adalah karena kita mau didewasakan oleh Tuhan. Tuhan membentuk kita makin dewasa. Melalui banyak kesulitan dan penderitaan orang justru dididik makin dewasa. Tuhan punya maksud waktu mengijinkan semua ini terjadi dalam hidup kita, melalui kejatuhan, kegagalan, kehancuran, masalah demi masalah, supaya kita makin dewasa. Selain itu, dengan kelemahan dan dosa kita, membuat kita sadar bahwa kita tidak punya kekuatan apa-apa di hadapan Tuhan (2Kor.12:9). Taurat diberikan supaya kita frustrasi dan tidak menemukan jalan lain selain datang kepada salib Kristus. Dewasa dalam iman Kristen bukan membuat kita makin merasa hebat dan kuat, melainkan makin sadar diri tidak ada apa-apanya dan bersandar pada Kristus. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Kesimpulannya dalam ayat 10, “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” Pada waktu kita lemah, kita mengandalkan Tuhan. Ajaran Reformed tidak mengajarkan kita membenarkan diri dalam keberdosaan kita, melainkan membawa kita sadar akan keberdosaan kita untuk bersandar kepada Kristus sepenuhnya. Untuk itu kita juga diajarkan untuk melakukan yang terbaik bukan untuk kehebatan kita tetapi demi kemuliaan Allah. Lihat 1Kor.15:10. Paulus sangat menyadari keberdosaannya sehingga ia mengatakan ia bisa menjadi seperti sekarang itu karena kasih karunia Allah. Orang yang tidak menyadari kebobrokannya tidak mungkin dapat berkata seperti rasul Paulus. Bagaimana kita dapat sadar kebobrokan diri jika tidak pernah membaca Firman? Orang yang makin mencintai firman akan makin dibongkar siapa dirinya dan dibawa untuk meresponi anugerah Allah dengan memberikan yang terbaik.
(Rm.7:24-26) Mengapa bagian ini ditutup dengan ayat 26, “dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.” Bagian ini bukan menjadi alasan bagi kita setelah menjadi orang Kristen dapat kompromi terhadap dosa. Justru setelah terima Kristus, membuat kita selalu sadar hidup kita setiap detik bergantung kepada Kristus. Ayat ini menjadi peringatan bahwa kita akan terus bergumul dengan dosa, untuk itu setiap detik kita harus bergantung pada kasih karunia Allah. Sampai detik ini kita adalah manusia celaka tanpa kasih karunia Kristus. Puji Tuhan yang terus memproses kita untuk terus kembali kepada-Nya.
4/5
Ringkasan Khotbah - 10 Jul'11
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah. Transkrip: VP)
5/5