Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Pada Hutan Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo 1
2
Fatma Berena , Marini S. Hamidun , Wirnangsi D. Uno
3
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta) yang terdapat pada hutan dataran rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Pengambilan data dilakukan dengan teknik eksplorasi yakni menjelajahi setiap lokasi yang menjadi kawasan tempat tumbuhnya paku (Pteridophyta) yang terdapat pada hutan dataran rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Data yang diperoleh, diolah dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman (Diversitas) Shannon-Wienner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian ditemukan 10 spesies tumbuhan paku yang secara taksonomi berada pada tingkatan spesies, yaitu Asplenium nidus, Selaginella willdenovii, Pteris ensiformis, Cyclosorus interruptus, Pteridium revolutum, Pityrogramma calomelanos, Nephrolepis multiflora, Phymatodes sp, Lygodium sp, Lomariopsis sp. Selain itu ditemukan pula 2 spesies yang termasuk tingkat family yakni family Dryopteridaceae, dan family Blechnaceae. Nilai indeks keanekaragaman tumbuhan paku yang diperoleh adalah 2,615 dan berada pada kriteria indeks keanekaragaman sedang.
Kata kunci: Keanekaragaman, tumbuhan paku (pteridophyta), hutan dataran rendah, suaka margasatwa Nantu.
1
Fatma Berena Mahasiswa Jurusan Biologi Dr. Marini S. Hamidun, S.Si, M.Si Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing 1 3 Wirnangsi D.Uno, S.Pd,M.Kes Dosen Jurusan Biologi Selaku Pembimbing 2 2
1
ABSTRACT The aims of this study aims is to determine the diversity of ferns (Pteridophyta) in the lowland forests, Nantu wildlife reserve, Gorontalo district. This study is a descriptive quantitative study with used survey method. The data has collected by exploration techniques with explore every location into where the fern (Pteridophyta) growth in the lowland forests, Nantu wildlife reserve, Gorontalo district. The data has count by using with formula Diversity Index (diversity) Shannon-Wienner. The results of this study showed that in the study location found 8 species of ferns that are taxonomically at the level of species, namely Asplenium nidus, Willdenovii selaginella, Pteris ensiformis, Cyclosorus interruptus, Pteridium revolutum, Pityrogramma calomelanos, Nephrolepis multiflora, Phymatodes sp, Lygodium sp, Lomariopsis sp. Also found are two species belonging into family level namely Dryopteridaceae, and family Blechnaceae. The value of diversity index obtained at 2,615 and being on the criteria of diversity index is medium level. Keywords : Diversity, fern (Pteridophyta), lowland forest, wildlife reserve Nantu.
2
PENDAHULUAN Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan tumbuhan yang memiliki ciri khas tersendiri, yaitu dengan adanya daun muda yang menggulung serta mampu menghasilkan spora dalam bentuk sporagium (Suryana, 2009). Tumbuhan paku (Pteridophyta) termasuk tumbuhan tingkat rendah yang dapat hidup pada keadaan yang bersuhu lembab dan suhu kering, sehingga tidak jarang dijumpai tumbuhan paku dapat hidup di manamana, diantaranya di daerah lembab, di bawah pohon, di pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan bahkan banyak yang sifatnya menempel di batang pohon (Hariyadi, 2000). Tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tumbuh di daerah tropis pada umumnya menghendaki kisaran suhu 210-300C dan kondisi ini terdapat pada kawasan hutan dataran rendah yang terletak pada ketinggian 0-500 mdpl. Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki peranan yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem yaitu sebagai produsen dalam suatu rantai makanan dan sebagai komponen yang berperan sebagai siklus daur nitrogen, sebagai pencegah erosi, pengaturan tata air dan membantu proses pelapukan serasah hutan (Hoshizaki and Moran, 2001). Pertumbuhan paku (teridophyta) sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa suhu, kelembaban tanah, intensitas cahaya dan ketinggian tempat, karena tumbuhan paku sangat menyukai tempat yang lembab dan bisa hidup juga pada kondisi lingkungan yang bervariasi, faktor lingkungan tersebut mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan paku. Keanekaragman jenis atau spesies merupakan ciri tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas dan dapat pula digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi (Nunaki, 2007). Menurut Indriyanto (2006), indeks keanekaragaman digunakan untuk menyatakan tingkat keanekaragaman spesies pada suatu wilayah tertentu. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora maupun faunanya. Salah satu potensi sumber daya alam hayati dari kelompok flora yang ada di Indonesia adalah tumbuhan paku (Pteridophyta) yang diperkirakan terdapat 1.500 jenis (Mulyani,2012). Penelitian tentang tumbuhan paku (Pteridophyta) di Provinsi Gorontalo masih tergolong sedikit, berapa penelitian yang pernah dilakukan adalah Irawati (2015) menemukan 7 jenis tumbuhan paku di Kawasan Desa Molanihu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Saleng (2015) menemukan 9 jenis tumbuhan paku di kawasan Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Kawasan Suaka Margasatwa (SM) Nantu merupakan salah satu kawasan konservasi yang terdapat di Provinsi Gorontalo yang secara geografis, terletak pada 125o01’00’’125015’00’’ Bujur Timur dan 0 0 01 03’00’’-01 34’00’’ Lintang Utara.
3
Secara administratif SM Nantu mencakup wilayah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kabupaten Gorontalo Utara, yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 325/Menhut-II/2010 dengan luas wilayah 51.507,33 Ha. (BKSDA SULUT, 2013) Kawasan Suaka Margasatwa Nantu sebagian merupakan daerah dataran rendah dan sebagian lagi mempunyai topografi berbukit-bukit dan bergunung-gunung yang berada pada ketinggian maksimal 124-2065 mdpl, memiliki tingkat curah hujan yang tinggi mencapai 2.550 mm pertahun dan suhu udara berkisar antara 24390C. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, kawasan Suaka Margasatwa Nantu merupakan satu kawasan yang cocok dijadikan tempat untuk melihat keanekaragaman jenis vegetasi tumbuhan karena kawasan ini termasuk kawasan hutan yang masih tergolong alami. Penelitian tentang vegetasi pada kawasan Suaka Margasatwa Nantu telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Dunggio (2005) menemukan 58 jenis tumbuhan. Hamidun (2012) menemukan 204 jenis tumbuhan dan Hilala (2015) menemukan 16 jenis tumbuhan obat. Namun dari data jenis tumbuhan tersebut belum ditemukan data jenis tumbuhan paku yang berada di kawasan Suaka Margasatwa Nantu. Untuk mendapatkan informasi dan melengkapi data base tentang vegetasi tumbuhan paku bagi pemerintah melalui dinas kehutanan dan balai konservasi terkait, maka penelitian yang mengkaji tentang jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) dan keanekaragamannya pada hutan dataran rendah kawasan suaka
margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo dapat dilakukan. Dengan adanya penelitian ini pula dapat memberikan implikasi khususnya dalam kegiatan pembelajaran bidang biologi yakni sebagai sumber informasi bagi guru dalam menjelaskan atau menggambarkan keberadaan suatu organisme khususnya tumbuhan paku dalam satu habitat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian yang telah ditetapkan untuk mendapatkan informasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan Paku (Pteridophyta). Teknik pengambilan data secara eksploratif dengan menjelajahi kawasan yang didasarkan habitat tumbuhan paku. Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan (bulan Oktober 204 sampai dengan bulan Maret 2015). Data yang diperoleh, dianalisis secara deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan perhitungan indeks keanekaragaman dengan rumus indeks keanekaragaman Shannon dan Wiener dan dihitung dengan menggunakan aplikasi Microsoft excel. Adapun rumus persamaan indeks keanekaragaman Shanon dan Wiener adalah sebagai berikut: H′ = −
log
dimana : H' = Indeks diversitas s = Jumlah seluruh spesies pi = ni/N (Jumlah individu suatu spesies/ Jumlah total seluruh spesies) ni = Jumlah individu spesies kei (i = 1,2,3, ...)
4
N
=
Jumlah
total
seluruh
pada Hutan Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo Pada penelitian ini ditemukan 10 jenis tumbuhan paku yang termasuk dalam tingkatan spesies serta 2 jenis yang termasuk dalam tingkatan family. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel 1.
spesies Sedangkan untuk mengidentifikasi tumbuhan paku dilakukan analisis dengan mendeskripsikan ciri dan karakteristik dari setiap tumbuhan paku yang ditemukan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jenis-jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) yang Terdapat
Tabel 1. Jenis-jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) yang Terdapat pada Hutan Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Family
Spesies
Aspleniaceae
Asplenium nidus
Habitat
Epifit
Spesies pohon Inang Enau (Arenga pinnata), Mata putih (Mallotus floribundus),
Dryopteridaceae
-
Terestial
-
Selaginellaceae
Selaginella willdenovii
Terestial
-
Pteris ensofermis
Terestial
-
Epifit Terestial
Enau (Arenga pinnata) -
Terestial
Polypodiaceae
Thelypteridaceae Pteridaceae
Schizaeaceae
Phymatodes sp. Cyclosorus interruptus Pteridium revolutum
Lygodium sp.
Terestial
Tumbuhan yang menaungi
Tumbuhan yang dinaungi
-
-
Beringin (Ficus sp), Rao (Dracontomel on dao), Pangi (Pangium edule), Kayu bugis (Koordesiode ndron pinnatum) Pala Hutan (Myristica fragrans) Pala Hutan (Myristica fragrans), Pangi (Pangium edule)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rumput teki
-
Pala hutan (Myristica fragrans), Rotan (Calamus sp.), Beringin
5
-
(Ficus sp)
Adiantaceae
Pityrogram ma calomelanos
Nephrolepidaceae
Terestial
-
Nephrolepis biserrata
Terestial
-
Blechnaceae
-
Terestial
-
Lomariopsidaceae
Lomariopsis sp.
Terestial
-
Nantu (Palaquium obovatum), Kayu bugis (Koordesiode ndron pinnatum) , Rotan (Calamus sp.) Rotan (Calamus sp.) Nantu(Palaqu ium obovatum), Pala hutan (Myristica fragrans), Woka (Livistonia rotundifolia) Nantu (Palaquium obovatum) , Rao (Dracontomel on dao) , Woka (Livistonia rotundifolia)
-
-
-
-
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan Tabel 1 terdapat jenis tumbuhan paku yang hidup di habitat yang berbeda yakni jenis tumbuhan paku epifit dan terestial. Adapun jenis tumbuhan paku epifit terdapat 2 jenis yaitu jenis Aslpenium nidus termasuk dalam anggota family Aspleniaceae dengan jenis pohon yang diinangi adalah Enau dan Mata putih. Jenis Phymatodes sp. termasuk anggota family Polypodiaceae dengan jenis pohon inang adalah Enau. Jenis tumbuhan paku terestial terdapat 9 jenis yaitu 1 jenis yang termasuk anggota family Dryopteridaceae yang dinaungi oleh pohon beringin, pangi, kayu bugis. Jenis Selaginella willdenovii yang termasuk family selaginelaceae dinaugi
oleh pohon pala hutan dan pangi. Jenis Cyclosorus interruptus termasuk family Thelypteridaceae, jenis Pteridium revolutum termasuk family Pteridaceae yang menaungi tumbuhan rumput teki. Jenis yang termasuk anggota genus Lygodium yang merupakan anggota family Schizaeaceae dinaungi oleh pohon Pala hutan, Rotan, dan Beringin. Jenis Pytirogramma calomelanos termasuk family Adiantaceae yang dinaungi oleh pohon Nantu, Kayu bugis, dan Rotan. Jenis Nephrolepis biserrata termasuk family Nephrolepidaceae yang dinaungi oleh pohon Rotan. Selanjutnya jenis yang teramasuk anggota Family Blechnaceae dinaungi oleh jenis pohon Nantu, Pala hutan,
6
Woka. Serta 1 jenis yang termasuk anggota genus Lomariopsis yang merupakan anggota family Lomariopsidaceae yang dinaungi oleh pohon Nantu, Rao, dan Woka. 2. Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Berdasarkan hasil pengambilan data di lapangan pada masing-masing stasiun diketahui seluruh tumbuhan
paku (Pteridophyta) berjumlah 12 spesies yang terdapat pada hutan dataran rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo. Jumlah individu dari masing-masing spesies dan indeks keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta) yang diperoleh dengan menggunakan rumus ShannonWienner (Krebs, 1989), yangt disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) jumlah individu, dan Indeks Keanekaragaman Stasiun
Jenis
Jumlah
I
II
III
IV
Asplenium nidus Phymatodes sp. Selaginella willdenovii Pteris ensiformis Cyclosorus interruptus Pteridium revolutum Pityrogramma calomelanos
21 28 54 87 70 100 89
17 18 63 60 84 85 65
43 55 73 -
47 61 58 -
38 46 117 237 270 316 154
Nephrolepis biserrata Lygodium sp Lomariopsis sp Family Blechnaceae
67 140 145 16
71 153 97 21
79 96 15
66 85 -
283 474 242 15
Family Dryopteridaceae
107
59
19
-
185
Jumlah
924
793
380
317
2414
Jumlah Total Indeks Diversitas Seluruh Stasiun (H’)
2.615
Sumber: Data Primer, 2015
kisaran 1 ≤ H’ ≤ 3 yang berarti bahwa keanekaragaman tumbuhan paku di hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu dalam kategori sedang. 3. Faktor Lingkungan pada Hutan Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo Faktor lingkungan dari tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan juga dilakukan pengukuran. Hasil pengukuran faktor lingkungan pada hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo dapat disajikan dalam tabel 3.
Berdasarkan Tabel 2 hutan dataran rendah Suaka Margasatwa Nantu ditemukan 10 jenis tumbuhan paku yang termasuk dalam tingkatan spesies, dan 2 jenis yang termasuk tingkatan family dengan jumlah total keseluruhan individu adalah sebesar 2414 individu. Selanjutnya untuk nilai total indeks keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta) secara keseluruhan, dari semua stasiun yang terdapat pada hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo adalah sebesar 2,615. Nilai ini jika dikonfirmasi pada tolok ukur indeks keanekaragaman berada pada
7
Tabel 3. Faktor Lingkungan pada hutan dataran rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo Stasiun
Titik Koordinat
I
N: 00047’10.6 E: 122”17’53.7 N: 00048’01.6 E: 122”16’53.8 N: 00050’01.7 E: 122”17’50.5 N: 00053’01.8 E: 122”16’47.7
II III IV
Faktor Lingkungan Suhu Kelembaban 28,80C 88%
Intensitas Cahaya 1 cd
29,20C
82%
0.09 cd
29,10C
80%
0.08 cd
30,50C
73%
0.08 cd
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada hutan dataran rendah Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo, ditemukan 10 jenis tumbuhan paku yang termasuk dalam tingkatan spesies yaitu Asplenium nidus, Selaginella wildenovii, Pteris ensofermis, Cyclosorus interruptus, Pteridium revolutum, Pityrogramma calomelanos, Nephrolepis biserrata, Phymatodes sp, Lygodium sp, Lomariopsis sp, dan dua jenis yang termasuk dalam tingkatan family yaitu, Family Dryopteridaceae dan Blechnaceae. Seperti yang telah diuraikan pada hasil penelitian bahwa indeks keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta) pada hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo adalah tergolong sedang. Fakta ini menunjukkan bahwa keadaan dari tumbuhan paku yang terdapat di hutan suaka margatwa Nantu memiliki produktivitas sedang, dan memiliki kondisi ekosistem yang menunjang tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan paku, masih dalam keadaan yang cukup seimbang, akan tetapi disisi lain, terdapat beberapa tekanan ekologis yang sedang. Tekanan ekologis sedang yang dimaksud adalah adanya aktivitas masyarakat berada
disekitar kawasan hutan yang melakukan kegiatan perkebunan. Adanya aktivitas masyarakat yang berupa kegiatan perkebunan ini dapat diduga memberikan kontribusi terhadap munculnya tekanan ekologi yang sedang tersebut. Telah diketahui secara umum bahwa salah satu bagian dari tahapan aktivitas perkebunan adalah pembersihan vegetasi alami. Kondisi ini dapat memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap ekosistem alami lainnya yang ada disekitarnya misalnya hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu ini. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Katili (2008) bahwa adanya aktivitas manusia seperti pembukaan lahan perkebunan seringkali mengganggu siklus nutrien dengan cara mengeluarkan nutrien dari satu kawasan ke kawasan lainnya dan keadaan ini dapat mengakibatkan adanya gangguan keseimbangan siklus nutrien yang ada di kawasan sekitarnya. Kondisi kegiatan perkebunan ini terlihat pada saat penulis melakukan kegiatan pengambilan data. Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan suatu kelompok tumbuhan yang membentuk suatu komunitas alami. Menurut 8
Soegianto (1994), suatu komunitas dikatakan mempunyai diversitas spesies tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu terdiri atas sedikit spesies yang dominan, maka diversitas spesiesnya rendah. Selanjutnya, Samigan dalam Rumahlatu, dkk (2010) mengungkapkan bahwa apabila indeks diversitas suatu komunitas kurang dari 1,00 berarti komunitas tersebut kurang beragam. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa keadaan tumbuhan paku (Pteridophyta) yang terdapat di hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu dapat dikatakan sebagai komunitas yang memiliki keanekaragaman yang sedang dan hal ini sejalan dengan hasil analisis perhitungan indeks keanekaragaman. Menurut Odum (1998) bahwa diversitas identik dengan stabilitas suatu ekosistem, yaitu jika diversitas suatu ekosistem tinggi, maka kondisi ekosistem tersebut cenderung stabil. Diversitas tinggi, sedang dan rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur suatu komunitas, tingkat stabilitas lingkungan, waktu, heterogenitas ruang, persaingan, pemasangan, produktivitas dan penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi di komunitas tersebut. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Tabel 2 bahwa terdapat 12 spesies tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan pada stasiun I dan II, dengan total jumlah individu masing-masing, untuk stasiun I adalah sebesar 924 individu dan Stasiun II sebesar 793. Dalam ke 12 spesies tersebut terdapat 2 spesies yang merupakan anggota dari family
Dryopteridaceae dan family Blechnaceae serta 2 spesies yang merupakan anggota genus Lygodium dan genus Lomariopsis. Sedangkan pada stasiun III dan IV tidak semua dari 12 spesies tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan hadir pada kedua stasiun tersebut. Dimana untuk stasiun III hanya terdapat spesies 7 spesies dengan total jumlah individu sebesar 380 individu. Dari 7 spesies tersebut terdapat 2 spesies yang merupakan anggota family Dryopteridaceae dan family Blechnaceae. Untuk satasiun IV terdapat 5 spesies dengan jumlah individu sebesar 317 individu. Dari 5 spesies tersebut terdapat 1 spesies yang merupakan anggota genus Lygodium. Berdasarkan fakta tersebut jika dihubungkan dengan kondisi lingkungan maka dapat diuraikan bahwa kondisi lingkungan yang terdapat pada stasiun I dan II berada pada kondisi lingkungan yang dapat menunjang sebagai tempat tumbuh tumbuhan paku. Jika ditinjau dari karateristiknya bahwa lokasi stasiun I dan II berada dekat dengan aliran sungai. Diketahui bahwa lingkungan yang berdekatan dengan aliran sungai memiliki kelembaban yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan lingkungan yang berjauhan dengan aliran sungai. Nilai kelembaban pada stasiun I dan II berkisar antara 88%-82%, hal ini merupakan kelembaban yang optimal bagi tumbuhan paku. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hariadi (2007) bahwa kebanyakan tumbuhan paku membutuhkan kelembaban sekitar 80%. Untuk kelembaban yang terlalu rendah dan terlalu tinggi akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan, oleh karena itu diperlukan kelembaban yang optimal
9
agar proses fisiologis dalam tubuh tumbuhan dapat berlangsung dengan baik. Faktor lingkungan lainnya yang memberikan kontribusi pada kehadiran tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah suhu. Suhu yang terdapat pada stasiun I dan II adalah 28,80C- 29,20C. Menurut Arief (1994) bahwa suhu merupakan faktor penting dalam kehadiran dan persebaran suatu jenis tumbuhan, bentuk pengaruh tersebut terletak pada proses biologis dan kemampuan sebagian besar tumbuhan untuk mengatur suhu tubuhnya secara tepat. Suhu udara yang baik untuk hutan tropis bagi tumbuhan berkisar antara 220C-330C. Besaran nilai suhu tersebut yang terdapat pada semua stasiun, sebagaimana yang telah disebutkan di atas termasuk dalam kategori yang dapat menunjang pertumbuhan paku. Fakta lainnya yang ditemukan adalah adanya 2 spesies tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong paku epifit yaitu spesies Asplenium nidus termasuk anggota family Aspleniaceae dan spesies Phymatodes sp termasuk anggota family Polypodiaceae. Variasi epifit lebih disebabkan oleh perbedaan kondisi iklim mikro. Masing-masing strata pohon memiliki kondisi iklim mikro yang berbeda. Pada bagian bawah dan tengah banyak mendapatkan perlindungan dari tajuk pohon sehingga akan membentuk iklim mikro yang berbeda dibandingkan dengan kondisi bagian tajuk. Bagian bawah dan tengah pohon lebih lembab sedangkan untuk bagian tajuk pohon merupakan bagian yang terkena cahaya matahari (Hariyadi, 2000). Selain itu genus Lygodium yang termasuk anggota family Schizaeaceae yang memiliki jumlah individu terbanyak pada semua stasiun. Hal ini disebabkan oleh tumbuhan paku jenis
ini memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi. Fakta di lapangan yang didapatkan oleh peneliti bahwa jenis ini di temukan pada setiap titik pengambilan data tumbuhan paku (Pteridphyta). Jenis tumbuhan paku ini mampu tumbuh di daerah yang lembab, yang ternaungi, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Menurut Ramadahani (2010), spesies yang termasuk anggota genus Lygodium dapat tumbuh dengan suhu rata-rata 220C - 300C, dengan kisaran kelembaban antara 82% - 98% untuk menunjang laju pertumbuhan jenis Lygodium. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tumbuhan paku (Pteridophyta) yang terdapat di kawasan hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu ditemukan 10 jenis yang termasuk dalam tingkatan spesies yaitu Asplenium nidus, Selaginella willdenovii, Pteris ensofermis, Cyclosorus interruptus, Pteridium revolutum, Pityrogramma calomelanos, Nephrolepis biserrata, Phymatodes sp, Lygodium sp, Lomariopsis sp dan 2 jenis termasuk dalam tingkatan Family yaitu Dryopteridaceae dan Blechnaceae. Indeks Keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta) pada hutan dataran rendah suaka margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo, memiliki nilai H’= 2, 615 jika didasarkan pada kriteria indeks keanekaragaman menunjukkan kategori sedang yang artinya produktivitas sedang, kondisi
10
ekosistem cukup seimbang dan tekanan ekologis sedang.
Hamidun, M.S. 2012. Zonasi Taman Nasional dengan Pendekatan Ekowisata. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta) di suaka margasatwa Nantu Kabupaten Gorontalo khsusunya pada dataran tinggi serta menghubungkannya dengan siklus nutrient maupun perubahan lingkungan akibat adanya kegiatan perkebunan yang ada di luar kawasan hutan suaka margasatwa Nantu.
Hariyadi, Bambang. 2000. Sebaran dan keanekaragaman jenis tumbuhan paku di bukit sari, Jambi (Tesis).Bandung ITB. Diakses 17 Januari 2014. Hariadi, Tony. 2007. Sistem Pengendalian Suhu, Kelembaban dan Cahaya Matahari Dalam Rumah kaca. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. Vol 10 (1): 82-93.
DAFTAR PUSTAKA Arief, Arifin. 1994. Hutan : Hakekat dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta BKSDA,
Hartini, S. 2004. Manfaat Paku Tanduk rusa (Platycerium coronarium).Warta Kebun Raya. Vol: 4 No: 1. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Bogor. LIPI
SULUT 2013. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Suaka Margasatwa Nantu Kabubaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Manado: Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Utara.
Hidayat, 2011. The Fern Diversity Of South East Sulawesi. Bogor, Institut Pertanian Bogor. Hilala,
Desmukh, 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Dunggio,
Iswan. 2005. Zonasi Pengembangan Wisata di Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Paramita. 2015. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Tradisional di Hutan Dataran Rendah Suaka Margasatwa Nantu.Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Holttum, R. E, 1968, A Risived Flora of Malaya. Vol. II; Fern of Malaya, Singapore, Government Printing Office. Indriyanto, 2008. Ekologi Hutan : Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Ewusie, J. Y, 1990, Pengantar Ekologi Tropika, Bandung,. ITB.
11
Katili, Abubakar Sidik. 2008. Penurunan Jasa (Servis) Ekosistem Sebagai Pemicu Meningkatnya Perubahan Iklim Global. Jurnal Pelangi Ilmu Vol.1 ISSN: 19795262. FMPG Yogyakarta.
Mustari,
Krebs, 1989. Ecological Methodology. Harper Collins Publisher. New York.
Muswita, Pinta Murni, Indama, M. Erick Sanjaya. 2013. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Taman Nasional Bukit Duabelas Propinsi Jambi. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. (diakses 20 April 2014).
Lubis S. R, 2009, Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis, Medan, Universitas Sumatera Utara.
D.S. 2010. Studi Keanekaragaman Jenis Paku Teresterial di Kawasan Zona Inti Hutan Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat Kabupaten Kerinci. Skripsi. Universitas jambi: jambi.
Nitta, J.H. 2010. Exploring the utility of three plastid loci for biocoding the filmy ferns (Hymenophyllaceae) of Moorea. Taxon 57(3): 725–736.
Lovelles, A. R, 1999, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2, Jakarta, PT. Gramedia.
Odum,
Mamonto, Grifita. 2013. Studi Pola Penyebaran Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub Kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Skripsi). Gorontalo: Program Studi Biologi, Fakultas MIPA UNG
E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi, Edisi Ketiga, Terjemahan: Tjahyono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Primack, Supriatna Dkk, 1998. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Rahardjanto, A.K. 2001. Petunjuk dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. UMM. Press. Malang
Mulyani, M.T, 2012. Keanekaragaman dan Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Pantai Leuweung Sancang, Kec. Cibalong. Kabupaten Garut. Universitas Pendidikan Indonesia.
Ramadhani, L.2010. Studi Keanekargaman Jenis Paku (Pteridophyta) di Resort Sungai Rambut Taman Nasional Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jambi. 12
Suryana, Sastrapradja, S., J. J. Afriastini, D. Darnaedi & Elizabeth, 2002, Jenis Paku Indonesia. Bogor, Lembaga Biologi Nasional. Singh,
Gurcharan. Systematics. Delhi. India
2010. Plant University Of
Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta Bryophyta. Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Smith, A. R., K. M. Pryer, E. Schuettpelz, P. Korall, H. Schneider & P. W. Wolf, 2006. A Classification For Extant Ferns. TAXON 55 (3), Agustus 2006.
Wahyuni,
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional Steenis, V.C.C.G.J., G. Hoed., S. Bloembergen., P.J.Eyma. 2008. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Sulastri,
2009, Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku Terestrial dan Epifit di Kawasan PLTP Kamojang Kab. Garut Jawa barat. Jurnal Biotika, No. 1 Vol. 7 Juni 2009.
I. 2007. Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Hutan Sekitar Kampus Universitas jambi. Jurnal Universitas jambi.
Widhiastuti, R., T. A. Aththorick & W. D. P. Sari, 2006, Struktur dan Komposisi Tumbuhan Paku-pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Biologi Sumatera, No. 2 Vol. 1 Juli 2006.
S. 2003. Taksonomi Tumbuhan Rendah. University Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
13