Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI DESA JUGO KEC. MOJO KAB. KEDIRI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN BELAJAR BIOLOGI
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : DONY HENDRO PRASETIYANTO NPM : 10.1.01.06.0114
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI DESA JUGO KEC. MOJO KAB. KEDIRI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN BELAJAR BIOLOGI DONY HENDRO PRASETIYANTO NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi Dosen Pembimbing 1 : Dwi Ari Budiretnani, M.Pd. Dosen Pembimbing 2 : Nur Solikin, S.Pd., M.MA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Pteridophyta merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab Pteridophyta mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi. Pteridophyta merupakan salah satu Potensi alam yang kaya dapat dipergunakan sedemikian mungkin sebagai sumber belajar bagi siswa lembaga pendidikan sekitar. Permasalahan Penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah keaneragaman Pteridophyta di Desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri? (2) Bagaimanakah hasil keaneragaman Pteridophyta di Desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri bisa dijadikan sumber belajar biologi? Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsiskan keanekaragaman jenis Pteridophyta meliputi jumlah, frekuensi, dan dominansi Pteridophyta di desa Jugo kec.Mojo kab.Kediri. Serta menjadikannya sebagai sumber belajar Biologi dalam bentuk buku pengayaan bagi para praktisi akademis dan masyarakat umum. Penelitian ini dilaksanakan di desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri dengan menggunakan metode jelajah dengan wilayah jelajah meliputi hutan-hutan rakyat dan tepi jalan mulai dari daerah tepi pegunungan sampai daerah gunung Kesimpulan hasil Penelitian ini adalah (1) Keaneragaman Pteridophyta di Desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri baik dari segi jumlah, frekuensi dan dominasi yang mempunyai nilai presentase tinggi adalah Adiantum lunulatum Sedangkan yang memiliki presentase paling rendah adalah Selaginella willdenovii. (2) Hasil Penelitian ini dijadikan sumber belajar dalam bentuk buku pengayaan pengetahuan dengan judul “ Keaneragaman Pteridophyta Jugo Kediri. Penulisanya sudah harus memenuhi kriteria umum buku pengayaan dan juga kriteria khusus buku pengayaan pengetahuan.
Kata kunci: Pteridophyta, Buku, Sumber Belajar dan Jugo Mojo Kediri I.
LATAR BELAKANG Desa Jugo adalah desa dataran paling
hayati yang selama ini belum diketahui masyarakat sekitar dan umum.
tinggi dan bersuhu dingin di antara desa-
Salah satu jenis keanekaragaman
desa lainnya yang berada di Kecamatan
hayati dari kelompok flora yang ada di Desa
Mojo. Daerah tersebut memiliki banyak
Jugo adalah Pteridophyta. Hal tersebut
hutan-hutan kecil atau yang biasa disebut
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
dengan hutan rakyat. Hutan-hutan tersebut
Ewuise
menyimpan begitu banyak keanekaragaman
Widhiastuti
(2006),
penyebaran
Pteridophyta
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
(1990)
yang
dikutip
Kelimpahan begitu
oleh dan tinggi
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
terutama
di
daerah
hujan
tropis.
Salah
Pteridophyta juga banyak terdapat di hutan
dilakukan
pegunungan.
Pteridophyta
Masyarakat sekitar desa Jugo sendiri
satu
upaya
untuk
lebih
adalah
pendidikan.
yang
Materi
dapat
mengenal
melalui
bidang
Pteridophyta
telah
kurang peduli terhadap keanekaragaman
dibahas pada semua tingkatan pendidikan.
hayati di daerah sekitarnya. Akibat dari
Menurut pedoman KTSP mata pelajaran
ketidakpedulian
musnahnya
Biologi yang diterbitkan oleh Departemen
beberapa jenis Pteridophyta sebelumnya
Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
banyak memenuhi hutan-hutan di sana.
Pengembangan Pusat Kurikulum Jakarta
itu
adalah
Kepunahan keanekaragaman hayati
(2007), berbagai macam pendekatan yang
akibat perbuatan manusia saat ini telah
dipergunakan dalam Sains (Biologi), harus
sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.
berpusat
Banyak jenis yang akan hilang sebelum
kebutuhan dan kepentingan peserta didik.
diketahui keberadaan dan potensinya bagi
pada
Proses
potensi,
perkembangan,
penyampaian
materi
pertanian maupun kedokteran (Sunarmi &
Pteridophyta memerlukan sumber belajar
Sarwono, 2004). Kepunahan salah satu
yang mampu mendukung para perangkat
komponen tersebut
penyusun bisa
juga
ekosistem
darat
pelajar dalam mengenal, memahami dan
berdampak
pada
mendiskripsi berbagai macam Pteridophyta.
kurangnya pengetahuan masyarakat akan
Hal
pemanfaatan dari Pteridophyta ini.
Pteridophyta yang begitu beragam, sehingga
Kenyataan lainnya, sebagai salah
ini
dikarenakan
macam
jenis
guru dan peserta didik mampu membedakan
satu tumbuhan yang sudah eksis sejak jaman
ciri
purba, Pteridophyta memiliki penampilan
spesiesnya
yang unik dan eksotik, sehingga banyak
memiliki peranan sebagai berikut : a)
digemari masyarakat sebagai tanaman hias
Menjembatani
(ornamental
memperoleh
plant).
Pteridophyta
yang
khusus
masing-masing Sumber
belajar
genus ini
dan
sendiri
anak atau siswa dalam pengetahuan
(belajar),
b)
memiliki perawakan tinggi, seperti paku
Mentransmisi rangsangan atau informasi
tiang, dapat digunakan sebagai tanaman
kepada anak atau siswa (ungkapan transmisi
pelindung. Salah satu paku tiang adalah
dalam konteks ini mempunyai dimensi
Cyanthea yang mempunyai peranan yang
banyak
besar bagi keseimbangan ekosistem hutan
pertanyaan-pertanyaan “apa, siapa, di mana,
antara lain sebagai pencegah erosi dan
dan bagaimana”; pertanyaan-pertanyaan ini
pengatur tata guna air.
amat
dan
berguna
dapat
dikaitkan
sebagai
alat
dengan
bantu
mengorganisasi dimensi sumber belajar. Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Berdasarkan
uraian
tentang
fakta-fakta
yang tampak (Sukmadinata,
keberadaan Pteridophyta di Desa Jugo dan
2006).
diperlukannya sumber belajar biologi bagi
B. Waktu dan Tempat Penelitian
para akademisi tentang Pteridophyta, maka diperlukan
penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
tentang
Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri
keanekaragaman Pteridophyta di desa Jugo
selama tumbuhan Pteridophyta yang diteliti
Kecamatan
Kediri.
tersebut selesai dan telah mendapatkan hasil
dapat
sesuai yang diharapkan. Desa Jugo memiliki
diinformasikan lebih jauh, maka perlu
rata-rata ketinggian 125 meter dan 1800
dilakukan
meter
Sedangkan
Mojo
Kabupaten
untuk
menjaga
pembukuan
dan
yang
dapat
di
atas
permukaan
laut
(dpl).
menghimpun semua hasil penelitian tentang
Mengingat terbatasnya waktu, dana dan
keanekaragaman
tersebut
tenaga maka tidak semua lokasi diteliti
sehingga menjadi suatu sumber belajar
sebagai obyek penelitian, melainkan hanya
dalam
tempat-tempat
bentuk
Pteridophyta
buku
keanekaragaman
Pteridophyta di Jugo Kediri.
yang
terdapat
banyak
Pteridophyta. Start tempat penelitian dimulai dari dusun Besuki desa Jugo sampai pada
II.
Air Terjun Dholo.
METODE
A. Jenis Penelitian
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini tergolong dalam jenis
1.
Pengambilan Data
penelitian deskriptif, hasil akhir disajikan
a.
Mempersiapkan semua peralatan yang
dalam
bentuk
data
inventarisasi
Pteridophyta dan buku pengayaan. Peneliti dapat memperoleh hasil penelitian dari
akan digunakan. b.
Pengamatan dilakukan dalam empat tahap.
pengamatan langsung di lokasi. Penelitian
1) Eksplorasi, dilakukan dengan metode
deskriptif adalah suatu penelitian yang
jelajah, yaitu melakukan penjelajahan.
dilakukan dengan tujuan uatama untuk
Titik awal penjelajahan dimulai dari
memberikan
deskripsi
pertigaan desa Jugo sampai menuju
tentang suatu keadaan secara objektif.
daerah pegunungan (Ongaan). Wilayah
Bentuk penelitian tersebut ditujukan untuk
jelajah meliputi hutan-hutan rakyat dan
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang
tepi jalan mulai dari daerah tepi
ada,
dapat
pegunungan
diartikan sebagai proses pemecahan masalah
pegunungan.
gambaran
penelitian
atau
deskriptif
juga
yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian berdasarkan Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
sampai
daerah
2) Identifikasi, dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan
morfologi
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
tumbuhan.
Bagian
tanaman
yang
4) Dokumentsi, sampel diambil dengan
diamati adalah daun, batang dan sorus
pemotretan objek Pteridophyta dengan
pada
cara
masing-masing
Pteridophyta,
memotret
tanaman
paku
kemudian ciri-ciri yang didapat dicatat
keseluruhan hingga bagian-bagian yang
ke dalam daftar isian penelitian yang
mencirikan paku tersebut. Hasil foto
sudah
dipersiapkan.
tersebut
didapat
Setelah
data
akan dikumpulkan dan menjadi data
selanjutnya
data
keanekaragaman Pteridophyta apa saja
tersebut diolah menjadi kuci identifikasi dan kemudian dicocokkan dengan buku
yang berhasil ditemukan. 2.
Teknik Pengumpulan Data
literatur (Holtum, 1966; Piggott, 1988;
Data awal hasil penelitian akan
Tjitrosoepomo, 2005; Smith, et al.,
direkap baik ciri-ciri ataupun nama spesies
2006; Steenis, 2008; dan Sastrapraja,
yang ditemukan.
1979).
tersebut diolah, data tersebut akan disajikan Pembuatan herbarium, apabila
Pteridophyta
tersebut
bentuk
tabel.
data
Data
mentah
tentang
dapat
Pteridophyta yang telah diperoleh akan
diidentifikasi di tempat penelitian, maka
dilaporkan dan disusun dalam bentuk buku
sampel tersebut akan diambil dan
pengayaan keanekaragaman Pteridophyta di
dikeringkan sebagai herbarium untuk
Jugo Mojo Kediri.
dibawa dan diidentifikasi lebih lanjut di
D. Teknik Analisis Data
Laboratorium Nusantara
belum
dalam
Setelah
Biologi
PGRI
Universitas
Kediri
untuk
di
identifikasi lebih lanjut. 3) Inventarisasi,
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan
data,
selanjutnya
teknik
analisa data pada penelitian ini dilakukan
dilakukan
secara
dengan
cara
analisis
parameter
eksploratif. Untuk melihat dominansi
menggunakan rumus sebagai berikut :
Pterydophyta yang tumbuh di desa Jugo
1.
Jumlah atau kerapatan didapat pada
dilakukan pengamatan jumlah individu
setiap kali penjumpaan, jadi setiap kali
maupun
berjalan dijumpai populasi maka disitu
frekuensinya.
Pengamatan
jumlah dilakukan pada setiap kali
dilakukan
penjumpaan, jadi setiap kali berjalan
(Pupitaningtyas, 2005).
dijumpai populasi Pteridophyta, maka dilakukan pengamatan populasi dan pengulangan
penjumpaan
dihitung
2.
Kerapatan
perhitungan
relatif
jumlah
dihitung
dengan
rumus berikut (Ardhana, 2012) : KR =
x 100%
sebagai frekuensinya.
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
3.
4.
Frekuensi didapat pada setiap kali
Dari hasil inventarisasi Pteridophyta
pengulangan penjumpaan, pengulaan
di Desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten
penjumpaan
Kediri telah ditemukan 7 jenis Pteridophyta
dihitung
sebagai
frekuensinya (Puspitaningtyas, 2005).
yang terdiri dari 2 jenis Pteridophyta epifit
Frekuensi relatif dihitung dengan rumus
dan 5 jenis Pteridophyta tanah. Sebagian
berikut (Ardhana, 2012) :
besar Pteridophyta ditemukan tumbuh pada
FR =
daerah
x 100%
onggaan
(pegunungan)
dan
sedangkan di daerah tepi pegunungan, 5.
Sedangkan untuk melihat dominansinya
keragaman Pteridophytanya masih sangat
dilakukan
perhitungan
jarang.Pteridophyta
penting,
dengan
indeks
rumus
nilai
berikut
yang
ditemukan
di
daearah tepi pegunungan juga ditemukan di
(Ardhana, 2012) :
daerah
INP = KR + FR
memiliki perbedaan yang sangat variatif.
onggaan,
sehingga
jumlahnya
Persentasi jumlah keterdapatan Pteridophyta III. HASIL DAN KESIMPULAN
dapat dilihat dari grafik 4.1 dibawah ini:
Jumlah Pteridophyta
Jumlah
Adiantum lunulatum
57%
Adiantum capillus – veneris L.
16%
Pteris longifolia
7%
Pyrosia nummularifolia
7%
Pteris sp.
6%
Drynaria quercifolia
5%
Selaginella willdenovii
2% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Pteridophyta Persentasi jumlah yang memiliki
bisa bertahan bila terkena sinar matahari
paling
Adiantum
langsung, sedangkan Adiantum capillus–
lunulatum sebanyak 57% kemudian yang
veneris L. tidak bisa bertahan oleh sinar
kedua yaitu adalah Adiantum capillus–
cahaya matahari langsung karena menurut
veneris L., meskipun masih tergabung dalam
Soeseno (1993) kuncup daun Adiantum
satu keluarga tapi Adiantum lunulatum lebih
capillus–veneris L. akan layu bila terkena
nilai
tinggi
adalah
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
sinar
matahari
langsung.Hal
tersebut
Perbedaan tersebut dapat dimaklumi karena
menyebabkan jumlah Adiantum lunulatum
menurut Cumming dkk., (2006) Drynaria
lebih banyak yaitu 57% dan Adiantum
quercifolia
capillus–veneris L. sebanyak 16%.
lingkungan yang mempunyai banyak curah
lebih
cenderung
memilih
Pteris longifolia berada pada posisi
hujan atau daerah tropis basah,sedangkan
ketiga dengan nilai 7%, sedangkan Pteris sp
Pyrrosia nummularifolia pada batu atau
berada di posisi kelima dengan nilai 6%.
pohon di pegunungan rendah (Tryon and
Posisi
Tryon, 1982).
keempat
yaitu
Pyrrosia
nummularifolia dengan nilai yang sama
Tanah di desa Jugo kebanyakan
dengan Pteris longifolia yaitu 7%. Jarak
berupa tanah tandus yang kurang subur, hal
rentang satu posisi antara Pteris sp dan
tersebut
Pteris longifoliaini disebabkan karena di
jumlah Selaginella willdenovii paling sedikit
desa Jugo banyak terdapat banyaknya pohon
dengan
siwalan yang biasa dijadikan inang oleh
willdenowii
Pteridophyta
Pyrrosia
membutuhkan tanah yang lembab dan subur.
nummularifolia. Desa Jugo mempunyai
Menurut Arizona (2006) Tumbuhan paku
secara
daerah
rane (Selaginella willdenowii) biasanya
bercadas. Menurut Tryon dan tryon (1982)
hidup pada tempat-tempat yang teduh,
habitat
tebing, jurang, dan berhawa dingin atau
epifit
terutama
keseluruhan
merupakan
Pteridophyta
dari
keluarga
yang
mungkin
persentasi
menyebabkan
2%.
cenderung
dan
memiliki
Selaginella membutuhkan
Pteridaceae yaitu hidup di daerah bercadas.
lembab
fungsi
Daerah bercadas itu pula banyak ditumbuhi
sebagai indikator kesuburan tanah.
oleh pohon siwalan, yang mana hal tersebut
2.
ekologis
Frekuensi Pteridophyta
yang menyebabkan Pyrrosia nummularifolia
Frekuensi keterdapatan Pteridophyta
membuat perbedaan posisi antara keluarga
juga sangat variatif. Perbedaan antara
Pteridaceae.
frekuensi jenis satu dan yang lain tidak
Jenis Pteridophyta epifit ditemukan
begitu
jauh,
dari
penelusuran
yang
sebanyak dua spesies dengan jumlah yang
dilakukan ditepi jalan dan juga hutan-hutan
berbeda-beda. Pyrrosia nummularifoliadan
rakyat, jenis yang paling banyak adalah
Drynaria
jenis
Adiantum lunulatum, yaitu sebanyak 26%
Pteridophyta epifit yang ditemukan. Jumlah
dari total frekuensi. Sedangkan jenis yang
antara
paling
quercifolia
keduanya
adalah
berbeda,
Pyrrosia
nummularifolia memiliki jumlah yang lebih
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
frekuensinya
adalah
Selaginella willdenowii, yaitu sebesar 3%.
banyak dibandingkan Drynaria quercifolia yang hanya mempunyai persentasi 5%.
sedikit
Keterdapatan Pteridophyta di suatu tempat
disebabkan
karena
pola
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
persebarannya.
Berdasarkan
pola
lunulatum
karena
mempunyai
pola
persebarannya, Pteridophyta dibagi menjadi
persebaran secara normal dalam kondisi
dua
terbuka.
kelompok.
Kelompok
pertama.
Sastrapradja,
(1979)
menyebar secara normal dalam kondisi
menyatakan
naungan, dan tidak toleran terhadap cahaya
menyukai tempat-tempat terbuka, umumnya
matahari
kedua,
mempunyai daerah persebaran yang luas.
menyebar secara normal dalam kondisi
Oleh karena itu, tumbuhannya menyerupai
terbuka (Dayat, E. 2000).
alang-alang
langsung.
Hal
tersebut
menyebabkan
Kelompok
yang
keterdapatan
mungkin
bahwa
dkk.
yang
Pteridophyta
secara
cepat
yang
dapat
menutupi tanah-tanah kosong.
Adiantum Frekuensi
Adiantum lunulatum Adiantum capillus – veneris L. Pyrosia nummularifolia Pteris sp. Pteris longifolia Drynaria quercifolia Selaginella willdenovii
26% 18% 18% 15% 12% 9% 3% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Gambar 4.2 Grafik Frekuensi Pteridophyta Sebaran jenis-jenis Pteridophyta di
siwalan
yang
mempunyai
kulit
kasar,
desa Jugo, memperlihatkan frekuensi yang
sehingga sangat cocok menjadi inang bagi
beragam pada setiap zonasi. Kondisi fisik
Pyrosia nummularifolia. Kulit pohon yang
berpengaruh terhadap frekuensi persebaran
kasar cenderung disukai
Pteridophyta.
nummularifolia
Semakin
bertambah
karena
oleh
dapat
Pyrosia menahan
ketinggian suatu daerah persebaran, maka
serasah lebih banyak dibandingkan pohon
pola persebaran cenderung semakin banyak
yang
yang berbentuk epifit, hal tersebut dapat
menyatakan kulit kayu yang berongga dan
dilihat dari grafik 4.2 yang menjelaskan
empuk dengan permukaan yang kasar akan
bahwa veneris
frekuensi L
Adiantum
sama
dengan
capillus
–
berkulit
licin.
Dressler
(1982)
menahan air lebih baik.
Pyrosia
Grafik diatas menunjukkan Pteris sp.
nummularifolia.Kesamaan jumlah frekuensi
mempunyai nilai frekuensi yang lebih tinggi
antara Adiantum capillus – veneris L dan
dibandingkan Pteris longifolia, meskipun
Pyrosia nummularifolia tersebut diduga
jumlahnya
karena di desa Jugo banyak terdapat pohon
longifolia. Hal tersebut didugakarena Pteris
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
lebih
sedikit
dari
Pteris
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
sp. lebih mempunyai tingkat toleransi
Perbatasan tersebut berada pada daerah
terhadap
pegunungan
lingkungan.keterdapatan
Pteris
yang memiliki iklim
dan
longifoliake banyakan ditemukan ditempat
kondisi tanah yang berbeda dengan daerah
yang ternaungi, sedangkan Pteris sp. masih
pesisir. Suhu di daerah tersebut lebih sejuk
sering dijumpai pada daerah yang terkena
dan tanahnya relatif lebih subur.
sinar matahari langsung. Seperti yang sudah
3. Dominansi Pteridophyta
dijelaskan oleh Piggot (1988) bahwa Pteris
Menurut Indriyanto (2006) bahwa
sp. cenderung tumbuh di tempat terbuka
indeks nilai penting merupakan parameter
didataran rendah dan pegunungan.
kuantitatif untuk menyatakan dominansi
Selaginella
willdenowii
menjadi
(tingkat
penguasaan)
spesies-spesies
di
paling rendah daripada yang lain karena
dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies-
Desa Jugo memiliki tanah yang kering,
spesies
sedangkan
komunitas tumbuhan akan memiliki nilai
Selaginella
membutuhkan
willdenowii
dalam
suatu
INP yang tinggi. sehingga spesies yang
menyatakan,
paling dominanakan mempunyai nilai INP
Selaginella willdenowii hidup di tanah
yang paling besar dibandingkan dengan
terutama ditempat yang basah baik di
yang lainnya.
dkk.
yang
dominan
basah.
Sastrapraja
tempat
yang
(1980)
dataran rendah maupun didataran tinggi.
Tinggi rendahnya nilai INP adalah
Sebagaimana dari hasil penelitian yang
sudah
dilakukan,
berbanding lurus dengan nilai KR dan juga
penemuan
FR. Semakin tinggi nilai KR dan FR, maka
Selaginella willdenowiihanya pada daerah
akan menyebabkan nilai INP semakin tinggi
perbatasan desa Jugo dengan desa Besuki.
pula, dan begitu juga sebaliknya. INP
Adiantum lunulatum
84%
Adiantum capillus – veneris L.
34%
Pyrosia nummularifolia
25%
Pteris sp.
20%
Pteris longifolia
19%
Drynaria quercifolia
14%
Selaginella willdenovii
5% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Gambar 4.3 Grafik Indeks Nilai Penting Pteridophyta Berdasarkan grafik 4.3 diatas, dapat desa Jugo adalah Adiantum lunulatum dilihat bahwa paku yang paling dominan di Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
dengan persentase sebanyak 84%. Jenis simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
paku yang dominan selanjutnya adalah
di tempat-tempat terbuka, batu-batuan kapur
Adiantum capillus – veneris L dengan
dan bebatuan lainnya. (Tryonet al. 1990).
persentase sebanyak 34%. Hal tersebut mungkin
disebabkan
dari
terdapat pohon siwalan, Pteridophyta epifit
adiantum itu sendiri yang mudah tumbuh
tidak dapat mendominasi karena dalam
dengan
pertumbuhannya membutuhkan pohon yang
tingkat
karena sifat
Meskipun di desa Jugo banyak
toleransi
yang
tinggi
terhadap lingkungan. Indrawan (2007) di
dapat
dalam Lubis (2009) menjelaskan bahwa
lingkungan
tumbuh-tumbuhan
pertumbuhannya,
yang
mempunyai
menciptakan
iklim
yang
mikro
cocok
dalam
serta untuk
hal
untuk
adaptasi tinggilah yang bisa hidup bahkan
mendapatkan intensitas cahaya, pergerakan
mendominasi di suatu daerah.
udara, suhu serta kelembapan atmosfir
Sejak
di
pegunungan, hampir
wilayah
jenis
tepi
Adiantum
ditemukan
disetiap
sampai
udara. Menurut Hariyadi (2000) variasi
lunulatum
epifit lebih disebabkan oleh perbedaan
wilayah
kondisi iklim mikro.
penjelajahan. Secara garis besar desa Jugo termasuk
desa
terkering di
Semua
Pteridophyta
epifit
yang
kabupaten
ditemukan, kebanyakan terdapat di tepi jalan
Kediri. Menurut Lubis (2009) umumnya
dan juga pada bagian awal hutan-hutan
semakin ekstrim kondisi lingkungan, baik
rakyat. Hal ini diduga karena intensitas
karena iklim, tanah atau ketinggian tempat
cahaya di bagian dalam hutan-hutan rakyat
yang
tidak mendukung Pteridophyta epifit untuk
bertambah,
berkurang
maka
keragaman
akan
semakin
komposisi
jenis
tumbuh, dalam hal intensitas cahayanya.
vegetasi dan satu atau dua jenis akan
Menurut Hariyadi (2000) persebaran epifit
semakin dominan.
pada setiap pohon lebih dipengaruhi oleh
Dominansi Pteris sp. yang lebih
sinar matahari.
banyak dari Pteris longifolia dikarenakan
Pteridophyta epifit sendiri berbeda-
Pteris sp mempunyai pola persebaran yang
beda
lebih rata, meskipun jumlahnya lebih sedikit
perbedaan
tersebut
dibandingkan Pteris longifolia.Hal tersebut
diagram
di
ditunjukkan dengan nilai frekuensi dari
nummularifolia mempunyai INP sebesar
Pteris sp (15%) yang lebih sering di jumpai
25%
daripada
(12%).
quercifolia memiliki INP yang lebih sedikit
dikarenakan
yaitu 14%. Perbedaan tersebut sudah dapat
spesies keluarga Pteris seringkali ditemukan
terlihat dari persentase jumlah dan frekuensi
Pteris
Keterdapatan
Pteris
longifolia disini
dalam
dan
hal
dominansinya, dapat
atas.
sedangkan
dilihat
Jenis
jenis
dan pada
Pyrrosia
Drynaria
yang sudah didapat terlebih dahulu. Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
simki.unpkediri.ac.id || 12||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Tingginya nilai INP pada tumbuhan
Kriteria-kriteria umum pada buku
paku dikarenakan besarnya keberadaan jenis
pengayaan ataupun kriteria khusus buku
paku
dikarenakan
pengayaan pengetahuan sudah diupayakan
rendahnya keberadaan tumbuhan paku yang
dpenuhi dalam penulisan buku tersebut. Hal
lainnya. Dua hal tersebut dikarenakan
tersebut nampak pada penyajian materi dari
kemampuan tumbuh dengan pengaruh faktor
buku ini.
tersebut,
dan
juga
abiotik yang baik. Menurut Pramono (1992)
Buku
“Keanekaragaman
pertumbuhan selain dipengaruhi oleh faktor
Pteridophyta Jugo Kediri” ini jika dilihat
genetik,
oleh
dari aspek penyajian materi sudah logis dan
interaksinya dengan lingkungan, seperti
sistematis. Kelogisan sajian materi ini
kondisi tanah, iklim, mikroorganisme, dan
ditandai oleh penataan bagian-bagian yang
juga kompetisi dengan organisme yang lain.
disajikan secara apik, baik secara deduktif
4.
maupun induktif. Selain itu, materi buku
juga
sangat
dipengaruhi
Buku Pengayaan Pengetahuan Pembuatan buku pengayaan dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
menyebarluaskan info hasil dari penelitian
juga
lingkungan.
Buku
baik
berdasarkan
pertimbangan urutan waktu, ruang, maupun jarak yang disajikan secara teratur.
diatas kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap
sistematis
Penyajian materi buku juga mudah
pengayaan
dipahami. Hal tersebut dapat dilihat dari
pengetahuan yang akan dicetak mempunyai
penyajikan materi/isi dalam bentuk yang
judul “Keanekaragaman Pteridophyta Jugo
familiar (intim) dengan pembaca sasaran
Kediri”.Pembahasan dalam buku ini adalah
(siswa). Penulis juga melengkapi materi atau
sebagai berikut :
isi buku dengan ilustrasi (gambar atau foto)
a.
Jugo dan Kediri
dan pesan (ilustrasi dengan bahasa).
b.
Mengenal Pteridophyta
IV.
c.
Morfologi Pteridophyta
d.
Pteridophyta di Jugo Kediri Pembahasan diatas sesuai dengan
kriteria dari suherli (2008) yang mengatakan buku pengayaan pengetahuan harus memuat materi yang dapat memperkaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dan menambah kekayaan wawasan akademik pembacanya.
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana. 2012. Ekologi Tumbuhan. Bali : Udayana University Press. Arizona, M. 2006. Studi Pola Distribudi dan Ekologi Paku Rane (Selaginella Willdenowii, Bak) di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Kristen Duta Wacana. Cranbrook, E. and Edward. 1994. A Tropical Rain Forest The Nature of Biodiversity in Borneo at Belalong Brunai. Singaore : The Royal simki.unpkediri.ac.id || 13||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Geogarphical Society UK and Sun Three Publishing. Cumming, J, Martin, M and Rogers, A. 2006. Quantifying the abundance of four large epiphytic fern species in remnant complex notophyll vine forest onb the Atherton Tableland, north Queensland, Australia. Australia : Cunninghamia. Dayat, E. 2000. Studi Floristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Hutan Lindung Gunung Oempo Sumatera Selatan. Tesis Magister Sains, Program Studi Biologi Pascasarjana. Medan : Universitas Sumatera Utara. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Dressler, R. L. 1982. The Orchid : Natural History and Classification. England : harvard University Press Cambridge, Massachusetts and London. Ewuise, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. (Terj. U. Tanuwijaya). Bandung : Qayim ITB. Hariyadi, B. 2000. Sebaran dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Bukit Sari, Jambi, Tesis Magister Sains. Bandung : Program Studi Teknik Biologi Sekolah Pascasarjana Institut Teknik Bandung. Hasairin, A. 2003. Taksonomi Tumbuhan Rendah (Thalophyta dan Kormophyta Berspora). Bahan Ajar Biologi. Medan : Unimed. Holtum, R. E. 1966. Ferns of Malaya. A Revised Flora of Malaya. Vol. II. Singapore : Government Printing Office. Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
Indrawan, Richard, M. dan Jatna. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Johnson, A. 1977. A Student Guide’s to the Ferns Singapore Island. Singapore : Singapore University Press. KBBI.
2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Software. Diakses 30 Juni 2013.
Kurnadi, dkk. 2006. Perempuan Pesisir. Yogyakarta : Lkis. Leksono, A. S. 2011. Keanekaragaman Hayati. Malang : UB Press. Loveles, A. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta : Gramedia. Lubis S. R. 2009. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utama. Tesis Magister Sains. Medan : Program Studi Biologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Piggot, A. G. 1988. Ferns of Malaya in Colour. Malaysia : Tropical Press SDN. BHD. Prihanta, W. 2004. Identifikasi Pteridophyta Sebagai Database Kekayaan Hayati di Lereng Gunung Arjuno. Jurnal Biologi. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2012. Penilaian Buku Pengayaan. Jakarta : Depdiknas. Pusat Perbukuan. 2008. Pedoman Penulisan Buku Nonteks (Buku Pengayaan, Referensi, dan Panduan Pendidik). Jakarta : Depdiknas.
simki.unpkediri.ac.id || 14||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Puspitaningtyas, D. M. 2005. Studi Keragaman Anggrek di Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat. Jurnal Biodiversitas, No. 2, Vol. 6 hal. 103107. Sastrapradja, S. dan J. J. Afriastini. 1979. Kerabat Paku-Pakuan. Bogor : Herbarium Bogoriense LIPI. Sastrapradja, S., J. J. Afriastini, D. Darnaedi & Elizabeth. 1980. Jenis Paku Indonesia. Bogor : Lembaga Biologi Nasional. Sitepu, B. P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Smith, A. R., Pryer KM, Schuettpelz E, Korall P, Schneider H, Wolf P. G., 2006. A Classification For Extant Ferns. Taxon 55 : 705 – 731. Soeseno, S. 1993. Suplir, Perawatan dan Pembibitan Paku Hias. Jakarta : Gramedium Pustaka Utama. Steenis, Van. 2008. Flora. Jakarta : PT Pranadnya Paramit. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alvabeta. Suhardi. 2007. Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta : FMIPA UNY. Suherli. 2008. Menulis Buku Pengayaan. (Online) http://suherlicentre.blogspot.com/200 8/06/menulis-buku-pengayaan.html. Diakses tanggal 10 Mei 2013. Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Sunarmi & Sarwono. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Paku di Daerah Malang.
Dony Hendro P.| NPM. 10.1.01.06.0114 FKIP – Prodi Pendidikan Biologi
Jurnal Berk. Penel. Hayati Vol. 10. Hal. 71 – 74. Sunarti, S., Hidayat, A., Rugayah. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan di Hutan Pegunungan Waworete, Kecamatan Wawonii Timur, Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Jurnal Biodiversitas. Volume 9, Nomor 3 Hal : 194 – 198. Suryadarma, IGP. 1997. Biologi Umum. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Tallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Tryon, R.M. & A.F. Tryon. 1982. Ferns and Aliied Plants with Special Reference to Tropical America. SpringerVerlag, Nueva York. Tryon, R.M., A.F. Tryon and K.U. Kramer. 1990. Pteridaceae. Dalam Kramer KU, Green PS (ed.). The Famillies and Genera of Vascular Plants : Pteridophytes and Gymnosperms. Volume I. Berlin : Springer-Verlag. Uji, T. 2002. Keanekaragaman dan Potensi Flora di Gunung Halimun dan Sekitarnya di Taman Nasional Gunung Halimun. Jurnal Berita Biologi. Volume 6. Nomor 1. April 2002. Balitbang Botani. Bogor : Puslitbang Biologi, LIPI. Widhiastuti, R., T. A. Aththorick & W. D. P. Sari. 2006. Struktur dan Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten karo. Jurnal Biologi Sumatera, No. 2 Vol. 1 Juli 2006. Hal. 37-47. Wikipedia. 2008. Pulau madura, (Online), (http://www.wikipedia.co.id/Madura, Diakses 19 Juni 2013).
simki.unpkediri.ac.id || 15||