KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA BERBAGAI TIPE TEGAKAN DI AREAL HUTAN TANAMAN RPH PANDANTOYO, KPH KEDIRI
ALDY JULIANSYAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Hutan Tanaman RPH Pandantoyo KPH Kediri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Aldy Juliansyah NIM E44110032
ABSTRAK ALDY JULIANSYAH. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Hutan Tanaman RPH Pandantoyo KPH Kediri. Dibimbing oleh CAHYO WIBOWO. Penelitian dilakukan pada empat tegakan, yaitu tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus. Pada tiap tegakan dibuat 6 plot pengamatan makrofauna tanah yang berukuran 40 cm x 40 cm. Makrofauna tanah yang paling banyak ditemukan pada keempat tegakan yaitu Formicidae 3, Formicidae 2, dan Megascolecidae 1. Kelimpahan makrofauna tanah terbesar ditemukan pada tegakan ekaliptus karena faktor lingkungan seperti serasah, kerapatan tajuk, dan suhu tanah yang mendukung keberadaan makrofauna tersebut. Kelimpahan makrofauna tanah banyak ditemukan di tanah dari pada di serasah kareana makrofauna tanah umumnya menghindari sinar matahari. Keanekaragaman makrofauna tanah terbesar ditemukan pada tegakan pinus diduga karena faktor lingkungan seperti serasah, kerapatan tajuk, tekstur tanah dan suhu tanah yang mendukung keberadaan ditemukan makrofauna tersebut. Selain itu keanekaragaman makrofauna tanah lebih banyak pada serasah dari pada di tanah karena faktor makanan bagi makrofauna tanah yang tersedia di atas permukaan tanah. Nilai keanekaragaman makrofauna tanah yang tinggi ditemukan pada suhu tanah yang relatif rendah, serasah yang tebal, dan kerapatan tajuk yang rapat. Kata kunci: faktor lingkungan, hutan tanaman, keanekaragaman, kelimpahan, makrofauna tanah
ABSTRACT ALDY JULIANSYAH. Diversity of soil macrofauna at various types of stand in plantation forest of RPH Pandantoyo, KPH Kediri. Under academic supervision of CAHYO WIBOWO. This research was conducted in four plantation forest stands, namely stands of sengon, eucalypt, mahogany, and pine. In each stand, there were 6 observation plots for soil macrofauna, measuring 40 cm x 40 cm each. Soil macrofauna which were most abundantly found in the four stands were Formicidae 3, Formicidae 2, and Megascolecidae 1. The greatest abundance of soil macrofauna was found in ecucalypt stand, due to environmental factors, such as litter, crown density, and soil temperature which support the macrofauna. Macrofauna were found more abundantly in soil as compared with that in litters because in general, the soil macrofauna tend to avoid sunlight. The greatest diversity of macrofauna was found in pine stand, due probably to environmental factors, such as litter, crown density, soil texture and soil temperature which support the macrofauna. Besides that, soil macrofauna diveristy were found higher in litter, as compared with that in soil, due to food availability which was higher above soil surface. High values of soil macrofauna diversity were found in soil temperatures which were relatively low, thick litter, and high crown density. Key words: abundance, diversity, environmental factors, forest plantation, soil macrofauna
KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA BERBAGAI TIPE TEGAKAN DI AREAL HUTAN TANAMAN RPH PANDANTOYO, KPH KEDIRI
ALDY JULIANSYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Hutan Tanaman RPH Pandantoyo KPH Kediri. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Cahyo Wibowo, MScFTrop selaku pembiming yang telah banyak memberi saran dan bimbingan. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada staff RPH Pandantoyo KPH Kediri, keluarga besar Laboratorium Entomologi Hutan dan Laboratorium Pengaruh Hutan, yang telah membantu selama pengumpulan data, peminjaman alat, dan proses identifikasi makrofauna tanah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga saya atas dukungan moril, materil, doa, dan kasih sayangnya. Kepada teman satu bimbingan Samsudin, Hasbi, dan Yohan, terima kasih atas bantuan dan kebersamaanya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Hamdani, Abdulah, dan Adi atas bantuan dan sarannya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini, serta kepada rekan-rekan tercinta Silvikultur 48 yang telah memberikan dukungan doa dan semangatnya kepada penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menghargai segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2016 Aldy Juliansyah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Tempat dan Waktu
2
Bahan
3
Alat
3
Metode Pengumpulan Data
3
Metode Kerja
3
Prosedur Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN
5 5 10 15
Simpulan
15
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
23
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Keanekaragaman makrofauna tanah antar tegakan Keanekaragaman makrofauna tanah di tanah dan serasah Nilai indeks kesamaan jenis antar tegakan Hubungan antara keragaman makrofauna tanah dengan faktor abiotik Analisis bahan organik tanah dan pH di setiap plot pengamatan Warna dan tekstur tanah di setiap plot pengmatan Kelimpahan individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand dan Sandy Loam
6 7 7 8 8 9 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Pengamatan Plot Makrofauna Tanah di RPH Pandantoyo KPH Kediri 2 Kelimpahan makrofauna tanah pada tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus 3 Kelimpahan makrofauna tanah yang terdapat di tanah dan serasah 4 Frekuensi makrofauna tanah yang ditemukan pada tanah dan serasah 5 Hasil penghitungan Uji T Independen
18 19 20 21 22
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu komponen penting organisme tanah adalah makrofauna tanah. Berbagai jenis organisme yang hidup di dalam tanah dapat dibedakan menjadi jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora), baik yang berukuran mikro (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang) maupun makro. Organisme yang hidup dalam tanah ini ada yang bermanfaat, ada yang mengganggu, dan ada pula yang tidak bermanfaat tetapi juga tidak mengganggu (Hardjowigeno 2010). Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya atau keadaan daerah tertentu. Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan biotik (Suin 2003). Hewan-hewan besar (makrofauna) penghuni tanah dapat dibedakan menjadi: hewan-hewan besar pelubang tanah, cacing tanah, moluska (gastropoda), dan arthropoda (Hardjowigeno 2010). Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu habitat, diantaranya adalah menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan oragnik, distribusi hara, dan peningkatan aerasi tanah (Slamet 2015). Makrofauna tanah memiliki peranan penting dalam menjaga kesuburan tanah hutan. Makrofauna memakan bahan organik yang berada di atas permukaan tanah dan kemudian mengubahnya menjadi zat-zat yang sederhana sebagai nutrisi bagi tumbuhan di atasnya. Selain itu makrofauna tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara menambah kandungan bahan organik tanah ( Borror et al. 1996). Keberadaan makrofauna tanah dapat menjadi penduga kualitas lingkungan, terutama kondisi tanah. Menurut Notohadiprawiro (1998) dalam Sugiyarto et al. (2007), makrofauna tanah lebih menyukai keadaan yang lembab dan masam lemah sampai netral. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan pH 3.0 -5.5 sehingga tanah dengan pH 6.0 - 6.5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam, sedang pH < 3.0 dikategorikan sangat masam (Hardjowigeno 2010). Perum Perhutani merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola hutan tanaman di Jawa. Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri merupakan salah satu unit kerja di bawah Perum Perhutani yang terdiri dari 9 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Tempat yang dipilih untuk menjadi lokasi penelitian yaitu Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pandantoyo. Hutan tanaman yang dikelola oleh Perum Perhutani di RPH Pandantoyo KPH Kediri merupakan hutan tanaman yang terdiri dari tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus. Informasi mengenai keanekaragaman fauna tanah, khususnya makrofauna tanah di KPH Kediri pada saat ini belum memadai. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola dalam hal penyediaan data fauna tanah, khususnya makrofauna tanah untuk dijadikan referensi. Peran fauna tanah sebagai salah satu indikator kesuburan tanah sangat bermanfaat bagi lahan di KPH Kediri yang digunakan untuk budidaya tanaman.
2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. makrofauna tanah apa saja yang ditemukan pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo? 2. bagaimana hubungan antara faktor abiotik dengan keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo? 3. jenis makrofauna tanah apakah yang mendominasi pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo? 4. bagaimana indeks keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. mengidentifikasi, menghitung kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo 2. menerangkan korelasi antara faktor abiotik dengan keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola dalam hal penyediaan data fauna tanah khususnya makrofauna tanah untuk dijadikan referensi. Peran fauna tanah sebagai salah satu indikator kesuburan tanah sangat bermanfaat bagi lahan di KPH Kediri yang digunakan untuk budidaya tanaman.
METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan September 2015 yang terdiri dari kegiatan pengambilan data dan identifikasi makrofauna tanah. Pengambilan data dilakukan pada empat tipe tegakan areal hutan tanaman RPH Pandantoyo yaitu tegakan sengon (Paraserianthes falcataria), pinus (Pinus merkusii), ekaliptus (Eucalyptu sp) dan mahoni (Swietenia macrophylla). Identifikasi makrofauna tanah dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.
3 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tegakan sengon, tegakan ekaliptus, tegakan mahoni, tegakan pinus, alkohol 70%, serasah, dan sampel tanah komposit dari plot penelitian. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain termometer tanah, penggaris, densiometer, GPS, sarung tangan, pinset, bak plastik, tabung plastik kecil, tali rafia, trashbag bening, cangkul, kertas label, kamera digital, tally sheet, pita ukur, patok kayu, mikroskop, dan buku indetifikasi fauna tanah. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer didapatkan melalui pengukuran langsung di lapangan seperti suhu tanah, kerapatan tajuk, ketebalan serasah, dan keberadaan makrofauna tanah. Metode Kerja Penentuan Plot Pengamatan Plot pengamatan dibuat pada empat tipe tegakan. Enam plot pengamatan diletakkan pada masing-masing tipe tegakan secara purposive sampling sehingga total plot berjumlah 24. Tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 10 cm dan ditempatkan pada lantai hutan berserasah tebal. Plot yang telah dibuat kemudian ditandai menggunakan GPS agar dapat dipetakan. Lampiran 1 menunjukan peta pengambilan plot makrofauna tanah. Pengambilan Makrofauna Tanah Pengambilan makrofauna tanah diambil pada serasah dan tanah. Seluruh serasah yang berada di dalam plot pengamatan dipindahkan ke dalam trashbag bening secara cepat, kemudian lapisan tanah setebal 10 cm dipindahkan ke dalam trashbag bening lainnya secara cepat. Masing-masing trashbag lalu diberi label yang memuat keterangan tempat ditemukannya, nomor plot, dan lokasi pengambilan plot. Seluruh makrofauna tanah yang berada di dalam serasah dan di dalam bahan tanah kemudian dikumpulkan dengan hand sorting method (pengumpulan menggunakan tangan) yang dibantu dengan pinset. Makrofauna tanah yang terambil dimasukkan ke dalam tabung plastik berisi alkohol 70% yang telah diberi label sesuai tempat ditemukannya, nomor plot, dan lokasi pengambilan plot. Pengukuran Faktor Lingkungan Makrofauna Tanah Faktor lingkungan makrofauna tanah diukur dalam hal kerapatan tajuk, suhu tanah, dan tebal serasah pada masing-masing plot. Kerapatan tajuk diukur
4 menggunakan densiometer, suhu tanah diukur menggunakan termometer tanah pada tiap plotnya, dan ketebalan serasah menggunakan penggaris. Menurut Arief (2011), kriteria kerapatan tajuk terbagi menjadi tiga yaitu rapat ( > 70% penutupan tajuk), cukup (40% – 70% penutupan tajuk), dan jarang ( < 40% penutupan tajuk). Identifikasi Makrofauna Tanah Makrofauna tanah yang tertangkap dari serasah dan bahan tanah diidentifikasi, diusahakan sampai tingkat famili. Proses identifikasi mengacu pada buku identifikasi serangga, internet dan bertanya kepada ahlinya. Buku identifikasi serangga yang digunakan merupakan buku yang ditulis oleh Borror et al (1996) dan Suhardjono et al (2012). Prosedur Analisis Data Analisis data menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef (Richness Index), indeks keragaman Shannon-Wiener (Diversity Index), indeks kemerataan Pielou (Eveness Index), kelimpahan, indeks kesamaan jenis (Sorensen Index) antar tipe tegakan, dan frekuensi ditemukannya suatu jenis. Selain itu, untuk membandingkan jumlah individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Sandy Loam dan Loamy Sand digunakan Uji t Independen (Independent t Test). Semua analisis data menggunakan software Microsoft Excel. Nilai Kekayaan Jenis Margallef (Richness Index) Nilai kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis berdasarkan jumlah jenis pada suatu ekosistem. Indeks yang digunakan adalah Indeks kekayaan jenis Margalef. DMg = DMg = indeks kekayaan jenis Margalef S = jumlah jenis yang ditemukan N = jumlah individu seluruh jenis Nilai Keragaman Jenis Shannon-Wiener (Diversity Index) Nilai keragaman jenis merupakan nilai yang mengkombinasikan antara kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Indeks yang digunakan adalah indeks keragaman jenis Shannon-Wiener. H’ = Pi = ni = jumlah individu jenis ke i N = jumlah individu seluruh jenis
5
Nilai Kemerataan Pielou (Eveness Index) Indeks kemerataan menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan setiap jenis. Indeks yang digunakan adalah indeks kemerataan Pielou. E = E = indeks kemerataan jenis H’= indeks kelimpahan individu jenis Shannon-Wiener S = jumlah jenis yang ditemukan Nilai E berkisar antara 0 hingga 1. Nilai yang mendekati 0 menunjukkan bahwa suatu jenis menjadi dominan dalam komunitas. Jika nilai mendekati 1 menunjukkan tidak ada jenis yang mendominasi.
Nilai Kesamaan Jenis (Sorensen Index) IS = IS = Indeks Sorensen a = jumlah jenis di lokasi a b = jumlah jenis di lokasi b C = jumlah jenis yang sama pada dua unit contoh yang dibandingkan (Magurran 1998) Frekuensi Ditemukannya Jenis Frekuensi =
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kelimpahan Makrofauna Tanah di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus Pengamatan terhadap kelimpahan makrofauna tanah dilakukan di bawah tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus. Makrofauna tanah yang ditemukan pada keempat tegakan tersebut terdiri dari 18 ordo, 28 famili, 32 morfospesies dan 1 838 individu (pada tanah dan serasah). Kelimpahan makrofauna tanah yang terdapat pada tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus secara berturut-turut yaitu 467 individu, 663 individu, 456 individu, dan 252 individu (masing-masing
6 dalam 6 plot, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm). Data kelimpahan makrofauna tanah secara lengkap disajikan pada Lampiran 2. Kelimpahan Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tanah dan Serasah di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus Kelimpahan makrofauna tanah yang ditemukan pada tanah dan serasah berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa makrofauna tanah lebih banyak ditemukan di dalam tanah (kedalaman 1-10 cm) dari pada di serasah. Kelimpahan di dalam tanah sebesar 1 152 individu, sedangkan kelimpahan makrofauna tanah di serasah sebanyak 686 individu. Data kelimpahan makrofauna tanah yang ditemukan di tanah dan serasah secara lengkap disajikan pada Lampiran 3. Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus Biodiversitas makrofauna tanah meupakan keragaman makrofauna tanah yang teradpat pada suatu habitat tertentu. Analisis terhadap biodiversitas makrofauna tanah meliputi perhitungan keragaman jenis, kekayaan jenis, dan kemerataan jenis yang ditampilkan pada Tabel 1. Tegakan pinus memiliki keragaman jenis, kekayaan jenis, dan kemerataan jenis tertinggi yaitu 2.211, 3.444, dan 0.738. Tabel 1 Keanekaragaman makrofauna tanah antar tegakan Tegakan Sengon Ekaliptus Mahoni Pinus
H'1) DMg1) 1.513 2.116 2.077 3.076 2.188 3.419 2.211 3.444
E1) S1) 0.573 14 0.682 21 0.708 22 0.738 20
Keterangan :1)Biodiversitas makrofauna tanah di 6 plot masing-masing tegakan, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm. H’ = nilai keragaman jenis Shannon – Wiener, DMg = nilai kekayaan jenis Margalef, E = nilai kemerataan jenis Pielou, S = jumlah morfospesies yang ditemukan.
Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tanah dan Serasah Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa berdasarkan tempat ditemukannya, biodiversitas makrofauna tanah pada serasah lebih besar dibandingkan pada tanah. Nilai indeks keragaman dan kekayaan makrofauna tanah pada serasah yaitu sebesar 1.960 dan 3.983, sedangkan nilai indeks kemerataan makrofauna tanah pada tanah lebih besar dibandingkan di serasah. Nilai indeks kemerataan makrofauna tanah pada tanah yaitu sebesar 0.623. Biodiversitas makrofauna tanah di tanah dan serasah disajikan pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Keanekaragaman makrofauna tanah di tanah dan serasah Lokasi Serasah Tanah Keterangan:
H'1) 1.960 1.925
DMg1) 3.983 2.974
E1) 0.595 0.623
1)
Biodiversitas makrofauna tanah di 6 plot masing-masing tegakan, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm. H’ = nilai keragaman jenis Shannon – Wiener, DMg = nilai kekayaan jenis Margalef, E = nilai kemerataan jenis Pielou.
Nilai Kesamaan Jenis di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus Nilai kesamaan jenis menunjukkan seberapa jauh kesamaan jenis makrofauna tanah antara satu habitat dengan habitat yang lainnya. Indeks kesamaan jenis antara tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus disajikan pada Tabel 3. Nilainya 0.647 – 0.762. nilai tersebut mendekati 1 yang artinya kesamaan komunitas makrofauna tanah antara keempat tegakan tergolong tinggi. Tabel 3 Nilai indeks kesamaan jenis antar tegakan Sengon Sengon Ekaliptus Mahoni Pinus
Ekaliptus Mahoni 0.686 0.667 0.651
Pinus 0.647 0.683 0.762
Frekuensi Ditemukannya Makrofauna Tanah pada Tanah dan Serasah Frekuensi kehadiran jenis hewan dalam suatu habitat menunjukkan tingkat keseringan jenis tersebut hadir di habitat itu (Suin 2003). Gambar 1 menunjukkan frekuensi makrofauna tanah yang paling sering ditemukan di tanah dan serasah. Data frekuensi ditemukannya makrofauna tanah pada tanah dan serasah secara lengkap disajikan pada Lampiran 4.
(c) (a) (b) Gambar 1 Makrofauna tanah yang memilki nilai frekuensi terbesar. a) Megascolecidae 1, b) Formicidae 3 (15x), c) Formcidae 2 (15x)
8 Hubungan antara Biodiversitas Makrofauna Tanah dengan Faktor Lingkungan Keberadaan makrofauna tanah tidak bisa dipisahkan dari faktor lingkungan. Tabel 4 menunjukkan bahwa tegakan pinus memiliki nilai keragaman tertinggi. Hal ini berbanding lurus dengan parameter abiotiknya yaitu suhu tanah yang relatif rendah (22.50C), serasah yang tebal (3.08 cm), dan persen penutupan tajuk yang rapat (83.46 %). Tabel 4 Hubungan antara keragaman makrofauna tanah dengan faktor abiotik Plot Sengon Ekaliptus Mahoni Pinus
H'
Suhu tanah
Tebal serasah
0
( C) 26.17 23.25 23.5 22.5
1.513 2.077 2.188 2.211
(Cm) 0.68 3.83 2.67 3.08
Kerapatan tajuk (%) 75.66 85.8 91.26 83.46
Keterangan: H’ = nilai keragaman jenis Shannon – Wiener
Warna dan Tekstur Tanah di setiap Plot Pengamatan Warna dan tekstur tanah dapat menjadi indikator bagaimana kondisi bahan organik tanah dan keberadaan makrofauna tanah. Tekstur tanah pada lapisan (0-10 cm) teratas, yang diamati adalah Loamy Sand (15 plot) dan Sandy Loam (9 plot). Hasil lengkap warna dan tekstur tanah di setiap plot pengamatan disajikan dalam Tabel 6. Kandungan Bahan Organik Tanah (BOT) dan pH di setiap Plot Pengamatan Bahan organik tanah dan kadar pH merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi keberadaan makrofauna tanah. Hasil analisis bahan organik tanah dan pH di setiap plot pengamatan disajikan pada Tabel 5. Kadar C organik tanah pada setiap plot pengamatan berkisar 2.53 – 5.61 % dengan pH asam yang nilainya berkisar 4.1-5.6. Tabel 5 Analisis bahan organik tanah dan pH di setiap plot pengamatan Tegakan Sengon
Plot
S1 E1 E2 Ekaliptus E3 E4 P1 Pinus P2
pH 4.7 5 4.3 4.1 4.2 4.1 5.6
C Organik Rata-rata (%) (%) 5.31 5.31 4.41 3.19 3.52 2.53 3.97 3.82 3.92 4.63
9 Lanjutan Tabel 5 Tegakan
Mahoni
Plot P5 M1 M4
pH 4.2 4.1 4.9
C Organik Rata-rata (%) (%) 3.29 5.37 5.49 5.61
Keterangan: S = Plot sengon (ke-1), E = plot ekaliptus (ke 1-4), P = plot pinus (ke-1,2,5), M = plot mahoni (ke-1,4
Tabel 6 Warna dan tekstur tanah di setiap plot pengmatan Plot
Pinus
Ekaliptus
Mahoni
Pinus
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Tekstur Tanah Sandy Loam (SL) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Sandy Loam (SL) Sandy Loam (SL) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Loamy Sand (LS) Sandy Loam (SL) Sandy Loam (SL) Sandy Loam (SL) Sandy Loam (SL) Sandy Loam (SL) Sandy Loam (SL)
Warna Tanah1) 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 3/1 Very Dark Grey 5YR 3/1 Very Dark Grey 5 YR 2.5/1 Black 5YR 3/1 Very Dark Grey 5YR 3/1 Very Dark Grey 5YR 2.5/1 Black 5YR 3/1 Very Dark Grey 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 3/1 Very Dark Grey 5YR 3/1 Very Dark Grey 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black 5YR 2.5/1 Black
Keterangan: 1)Berdasarkan Munsel Soil Colour Chart
Perbandingan Kelimpahan Individu Makrofauna Tanah Pada Tekstur Tanah Loamy Sand dan Sandy Loam Kelimpahan individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand dan Sandy Loam memiliki perbedaan. Tabel 7 menunjukan perbedaan jumlah individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand dan Sandy Loam
10 diberbagai plot pengamatan pada berbagai tegakan. Lampiran 5 menunjukan hasil penghitungan uji t untuk nelihat pengaruh tekstur tanah Loamy Sand dan Sandy Loam terhadap kelimpahan individu makrofauna tanah. Tabel 7 Kelimpahan individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand dan Sadny Loam (pada masing-masing plot) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ∑ individu ratarata per plot
Tekstur Tanah (Individu) Loamy Sand Sandy Loam 42 31 78 78 22 36 5 49 19 19 63 44 88 39 28 35 39 55 16 84 60 130 69 23 51.07 (Jumlah 42.89 (Jumlah ulangan 15) ulangan 9) Pembahasan
Kelimpahan Makrofauna Tanah di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus Kelimpahan makrofauna tanah mengacu pada jumlah individu yang ditemukan di plot pengamatan (serasah dan tanah). Semut hitam kecil (Formicidae 3), semut merah kecil (Formicidae 2), dan cacing tanah (Megascolicidae 1) adalah jenis makrofauna yang paling banyak di plot pengamatan. Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup, tetapi hanya makan bahan organik mati, baik sisa-sisa hewan atau tanaman. Cacing tanah mengaduk tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik, dan tanah lebih mudah ditembus akar (Hardjowigeno 2010). Suhu optimal untuk cacing tanah berada pada kisaran 18-270C (Tomiandri 2010). Plot tempat pengambilan makrofauna tanah berada pada horison A yaitu lapisan permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral yang berwarna lebih gelap dari lapisan di bawahnya . Rerata suhu tanah pada seluruh tegakan adalah 23.80C. Kondisi tersebut mendukung kehidupan bagi cacing tanah. Semut (Formicidae) merupakan makrofauna yang bersifat kosmopolit (Sembel 2010). Keberadaan bahan organik dan sumber makanan bagi semut
11 menjadi salah satu faktor pendukung keberadaan semut pada habitat tertentu. Bahan organik yang berasal dari pembusukan serasah di setiap plot pengamatan akan mengundang organisme lain untuk datang ke tempat plot pengamatan. Sebagian organisme itu merupakan makanan bagi semut (Winasa et al. 2001). Pada semua tegakan yang diamati terdapat serasah dengan ketebalan yang berbeda-beda yang memungkinkan tersedianya bahan organik dan mengundang organisme lain yang merupakan makanan bagi semut. Secara keseluruhan kelimpahan makrofauna tanah paling banyak terdapat di tegakan ekaliptus. Hal ini diduga disebabkan karena faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan di tegakan ekaliptus. Suhu, tebal serasah, dan kerapatan tajuk yang terdapat ditegakan ekaliptus yaitu sebesar 23.25 0C,3.83 cm, dan 85.8 %. Suhu yang relatif rendah, serasah yang tebal, dan kerapatan tajuk yang rapat mendukung bagi keberadaan makrofauna tanah di tegakan ekaliptus. Kelimpahan makrofauna tanah yang ditemukan di tanah, lebih banyak dari pada yang ditemukan di serasah. Cahaya matahari diduga dapat mengganggu aktivitas makrofauna tanah, karena suhu di permukaan tanah naik (lebih tinggi dari pada di bawah permukaan tanah), sehingga makrofauna tanah menghindari sengatan cahaya matahari dengan cara masuk ke dalam tanah (di bawah permukaan tanah). Menurut Buliyansih (2000) dalam Wibowo dan Wulandari (2014) adanya kandungan pigmen makrofauna tanah yang rendah pada kutikula menyebabkan makrofauna rentan terhadap cahaya matahari. Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus Tegakan pinus memiliki keanekaragaman jenis tertinggi dibandingkan dengan tegakan lainnya. Nilai kekayaan jenis (DMg), keberagaman jenis (H’), dan kemerataan jenis (E) makrofauna tanah di tegakan pinus yaitu 2.211, 3.444, dan 0.738. Herba yang rapat dan banyak diduga menyebabkan keanekaragaman makrofauna tanah tinggi (Sebayang et al. 2000). Artropoda tanah banyak hidup di akar karena banyak mengandung mikroorganisme, seperti jamur dan bakteri (Szujecki 1987 dalam Sebayang et al. 2000). Konsdisi lahan pada tegakan pinus yang diamati bukan merupakan lahan tegakan pinus murni. Lahan ini menggunakan sistem agroforesti antara pinus dan tanaman pertanian seperti nanas dan sinngkong. Plot pengamatan ditempatkan pada lahan bekas tanam tanaman nanas. Lahan tersebut sudah tertutupi tumbuhan bawah dan ditemukan bekas panenan nanas yang sudah membusuk. Kondisi ini diduga menjadi salah satu faktor pendukung tingginya keanekaragaman hayati di tegakan pinus dibandingkan dengan tegakan yang lainnya. Agroforestri dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat untuk keanekaragaman hayati, karena agroforestri dapat mendukung kebutuhan hidup bagi insekta seperti polinator dan predator, khusunya keberadaan makrofauna tanah (Widianto et al. 2003). Penelitian tentang makrofauna tanah yang dilakukan oleh Wulandari (2012) dan Rizqiyah (2013) menunjukkan bahwa biodiversitas makrofauna tanah pada tegakan pinus di Gunung Walat relatif rendah dibandingkan tegakan lainnya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RPH Pandantoyo ini, hasil yang didapat menunjukan bahwa biodiversitas pada tegakan pinus lebih tinggi dibandingkan tegakan lainnya. Hal ini diduga disebabkan karena kondisi
12 lingkungan di Gunung Walat yang menyerupai hutan alam, sehingga tegakan non pinus memiliki biodiveritas yang lebih tinggi. Hal ini berbeda dengan kondisi lingkungan tegakan pinus di RPH Pandantoyo ini, yang merupakan hutan tanaman. Penelitian Rizqiyah (2013) menemukan cacing tanah sebanyak 89 individu (6 plot berukuran 40 cm x 40 cm) pada tegakan pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Jumlah ini berbeda dengan penelitian ini yang menemukan cacing tanah sebanyak 59 individu (6 plot berukuran 40 cm x 40 cm). Hal ini diduga karena kondisi hutan Gunung Walat yang menyerupai hutan alam memiliki faktor lingkungan yang sesuai bagi cacing tanah. Nilai kekayaan jenis tertinggi terdapat pada tegakan pinus. Hal ini tidak berbanding lurus dengan jumlah morfospesies yang ditemukan, yaitu sebanyak 20 morfospesies. Morfospesies terbanyak ditemukan pada tegakan mahoni yaitu sebanyak 22 morfospesies. Kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui keanekeragaman jenis berdasarkan jumlah jenis pada suatu ekosistem. Berdasarkan pengertian tersebut maka jumlah jenis menjadi syarat yang paling berpengaruh untuk mengetahui kekayaan jenis. Namun jumlah seluruh individu pada formula yang digunakan untuk mengetahui nilai kekayaan jenis menjadi faktor pembagi, sehingga besarnya nilai kekayaan jenis bergantung pada banyaknya jumlah seluruh individu di suatu plot pengamatan. Indeks kemerataan pada keempat tegakan berkisar 0.573 – 0.738. Nilai indeks kemerataan ini menunjukan bahwa dari keempat tegakan yang diamati tidak ada spesies yang dominan. Keberadaan serasah sebagai bahan makanan bagi makrofauna tanah dan kondisi habitat yang sesuai bagi kehidupan makrofauna tanah diduga menjadi faktor penting meratanya keberadaan makrofauna tanah pada keempat tegakan. Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tanah dan Serasah Nilai keanekeragaman makrofauna tanah yang ada di serasah lebih besar dibandingkan dengan nilai keanekaragaman makrofauna tanah yang ada di tanah. Makanan makrofauna tanah yang berupa serasah tersedia banyak di permukaan tanah. Makrofauna tanah memakan serasah yang merupakan bahan organik kasar. Serasah yang dimakan nantinya akan menjadi humus yang bermanfaat bagi tanaman sebagai penjerap air, melancarakan siklus udara dan memperbaiki tekstur tanah. Suhu yang terdapat di dalam tanah lebih rendah dari pada suhu yang terdapat di permukaan tanah. Makrofauna tanah akan memilih tempat yang suhunya lebih rendah untuk mendukung kehidupannya. Selain itu tanah menjadi tempat perlindungan bagi makrofauna tanah dari ancaman pemangsa. Faktor lingkungan yang demikian, membuat makrofauna tanah yang ada di tanah lebih banyak, namun belum tentu memiliki keanekaragaman yang tinggi, karena makanan dari makrofauna tanah berupa serasah yang berada di atas permukaan tanah.
13 Nilai Kesamaan Jenis dan Frekuensi Makrofauna di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus Tingkat kesamaan jenis antara keempat tegakan tergolong tinggi karena indeks kesamaan komunitas menurut indeks Sorensen lebih dari 50 %. Indeks kesamaan jenis menurut indeks Sorensen pada keempat tegakan berkisar antara 0.647 – 0.762 atau 64.7 % - 76.2 %. Hal ini diduga disebabkan karena keempat tegakan ini mempunyai kondisi habitat yang hampir sama. Faktor lingkungan pada keempat tegakan juga tidak jauh berbeda, seperti tebal serasah, kerapatan tajuk, dan suhu tanah. Selain itu bahan makanan bagi makrofauna tanah tersedia di tiap plot pengamatan. Faktor lingkungan yang tidak jauh berbeda ini mendukung kehidupan makrofauna tanah. Makrofauna tanah lebih banyak ditemui pada tanah dari pada serasah. Suhu yang lebih rendah di tanah dari pada di serasah menjadi faktor yang mendukung besarnya frekuensi makrofauna tanah di tanah. Formicidae 2, Formicidae 3, dan Megascolecidae 1 merupakan tiga spesies makrofauna tanah yang paling besar frekuensinya di tanah dan serasah (75% - 95.833%). Formicidae merupakan makrofauna yang mudah hidup di berbagai tempat dan mudah ditemui dibanyak tempat (kosmopolit). Keberadaan serasah sebagai bahan makanan Megascolecidae serta hasil metabolisme Megascolecidae yang mengahasilkan humus membuat kondisi tanah nyaman sebagai tempat hidup Megascolecidae. Hubungan antara Keanekaragaman Makrofauna Tanah dengan Faktor Lingkungan Keragaman pada tegakan pinus paling tinggi dari pada tegakan yang lainnya berdasarkan faktor lingkungan seperti tebal serasah, suhu tanah, dan kerapatan tajuk. Hal ini berbanding lurus dengan suhu tanah yang rendah, tebal serasah yang relatif tebal, dan kerapatan tajuk yang rapat. Suhu tanah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan sangat menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah (Suin 2003). Makrofauna tanah pada umumnya memiliki batas suhu efektif untuk kelangsungan hidupnya yaitu 15 – 450C (Rahmawaty 2004 dalam Wulandari 2013). Suhu yang telah diamati di keempat tegakan rata-rata 23.855 0C. Kondisi suhu tanah ini sesuai bagi keberadaan makrofauna tanah. Serasah yang terdapat pada plot pengamatan dapat menjadi makanan, tempat berlindung, dan tempat mencari mangsa bagi makrofauna tanah. Besarnya kerapatan tajuk pada tegakan yang diamati akan menyebabkan semakin banyaknya produksi serasah yang dihasilkan oleh tegakan. Selain itu kerapatan tajuk yang besar membuat cahaya matahari tidak terlalu masuk ke lantai hutan sehingga akan terbentuk iklim mikro yang sesuai bagi makrofauna tanah. Makrofauna tanah umumnya meghindari panasnya cahaya matahari dengan berlindung di balik serasah atau masuk ke dalam tanah.
14 Warna dan Tekstur Tanah di Setiap Plot Pengamatan Warna tanah yang diamati pada plot pengamatan umumnya berwarna gelap. Menurut Hardjowigeno (2010) semakin gelap warna tanah semakin tinggi pula kandungan bahan organiknya. Hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa sebagian besar tanah pada plot pengamatan bertekstur pasir berlempung (Loamy Sand). Tanah yang didominasi oleh pasir akan banyak mempunyai pori-pori besar, drainase baik, dan aerasi baik (Isron 2009). Pori-pori besar pada tanah membuat pertukaran udara atau aerasi menjadi lebih baik sehingga makrofauna tanah dapat hidup di dalam tanah. Drainase yang baik membuat tanah tidak tergenang dan tidak menutupi pori-pori tanah yang berfungsi untuk aerasi tanah. Kandungan Bahan Organik Tanah (BOT) dan pH di setiap Plot Pengamatan Bahan organik mampu menekan laju evaporasi yang terjadi dalam tanah dan meningkatkan kadar humus dalam tanah. Kadar humus yang meningkat berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Humus bersifat hidrofil, oleh sebab itu humus dapat meningkatkan daya serap air dalam tanah dan juga menyebabkan daya simpan air menjadi tinggi (Intara et al. 2011). Laju evaporasi yang rendah membuat air tidak mudah hilang dari tanah, sehingga suhu rendah dan kelembaban terjaga. Bahan organik tanah yang semakin tinggi menyebabakan porositas tanah semakin tinggi pula (Hardjowigeno 2010). Hal ini membuat tanah menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi makrofauna tanah. Menurt Suin (2003) bahan organik tanah merupakan makanan utama bagi makrofauna tanah, sehingga bahan organik tanah dapat dijadikan indikator keberadaan makrofauna tanah tertentu pada suatu habitat. Hasil analisis bahan organik tanah menunjukkan bahwa tegakan mahoni memiliki kandungan bahan organik tanah tertinggi, yaitu sebesar 5.49%. Kandungan karbon organik tanah umumnya tinggi pada tanah di bawah vegetasi rumput atau hutan (Widjaja 2002 dalam Novario 2007). Menurut Buckman dan Brady (1982), suhu sangat memperngaruhi banyaknya kadungan bahan organik di dalam tanah, termasuk karbon organik tanah. Kandungan bahan organik di dalam tanah akan bertambah jika suhu rata-rata tahunan turun 10 0C. Semua plot yang diamati memiliki suhu tanah yang relatif rendah, berkisar anatara 22.5 0C – 26.17 0 C. Suhu tanah yang relatif rendah ini tentunya mendukung dalam ketersediaan bahan organik tanah. Begitu juga dengan suhu pada tegakan mahoni yaitu 23.5 0C yang cukup mendukung dalam ketersediaan bahan organik tanah. Menurut Handorys (2012) Daun mahoni memiliki C/N rasio yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa kandungan karbonnya tinggi, akibatnya proses dekomposisi daun mahoni menjadi lambat, sehingga bahan organik tersedia dalam tanah (humus). Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan organisme dalam tanah (Hardjowigeno 2010). Nilai pH tanah yang diamati pada semua plot berkisar antara 4.1 – 5.6. Penelitian yang dilakukan oleh Mukti et al. (2004) menyatakan bahwa nilai pH tanah di RPH Jatirejo, BKPH Pare, KPH Kediri bersifat masam, berkisar antara
15 4.12 – 5.51. Letak RPH Jatirejo dan RPH Pandantoyo tidak terlalu jauh dan masih dalam satu BKPH. Secara umum nilai pH pada semua plot pengamatan sesuai untuk mendukung kehidupan makrofauna tanah. Menurut Notohadiprawiro (1998) dalam Sugiyarto et al. (2007), makrofauna tanah lebih menyukai keadaan yang lembab dan masam lemah sampai netral. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan pH 3.0 -5.5 sehingga tanah dengan pH 6.0 - 6.5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Dilain pihak pH < 3.0 sangat masam (Hardjowigeno 2010). Pada plot pengamatan ditemukan Ordo Collembola, jenis ini adalah insekta yang mampu hidup di tanah yang memiliki pH masam (Wulandari 2012). Perbandingan Kelimpahan Individu Pada Tekstur Tanah Loamy Sand dan Sandy Loam Kelimpahan individu pada tesktur tanah Loamy Sand (LS) dan Sandy Loam (SL) menunjukan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil uji t Independen, kelimpahan individu pada tesktur tanah Loamy Sand, jumlah individu per plotnya lebih banyak dari pada yang di tekstur tanah Sandy Loam. Nilai t hitung yaitu 0.78 lebih kecil dari pada nilai t tabel yaitu 2.08, artinya Ho diterima (Jumlah individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand lebih besar daripada tekstur tanah Sandy Loam). Hal ini diduga disebabkan karena tekstur tanah Loamy Sand lebih didominasi pasir. Pasir memiliki tekstur yang porous (tidak padat) dan mudah untuk dilalui air maupun udara sehingga aeraesi baik dan tidak menyebabkan genangan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kelimpahan makrofauna tanah yang ditemukan pada seluruh tegakan adalah sebanyak 18 ordo, 28 famili, 32 morfospesies dan 1 838 individu. Kelimpahan makrofauna tanah terbesar ditemukan pada tegakan ekaliptus yaitu 663 individu. Secara keseluruhan , di empat tegakan tersebut, kelimpahan makrofauna yang ditemukan di tanah, lebih banyak (1 152 individu) dibandingkan di serasah (686 individu). Tegakan pinus memiliki keanekaragaman dan kekayaan makrofauna tanah tertinggi (H’= 2.211, DMg = 3.444, E = 0.738) dibandingkan dengan tegakan sengon, ekaliptus, dan mahoni. Nilai kemerataan berkisar 0.573 – 0.738, artinya makrofauna tanah yang ada pada keempat tegakan tidak ada yang mendominasi (merata). Nilai kesamaan jenis pada keempat tegakan termasuk tinggi dengan nilai berkisar antara 64.7 % - 76.2 %. Kelimpahan makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand lebih banyak daripada yang di tekstur tanah Sandy Loam. Formicidae 3, Formicidae 2, dan Megascolecidae 1 merupakan jenis makrofauna tanah yang paling banyak jumlahnya di empat tipe tegakan yang diamati.
16 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap peran masing-masing makrofauna tanah yang ada di RPH Pandantoyo, agar dapat diberdayakan untuk kelestarian kawasan hutan tanaman di RPH Pandantoyo. Selain itu untuk mengambil sampel fauna tanah perlu dilakukan dengan metode yang lain selain hand sorting method agar jenis yang didapatkan lebih banyak dan detil.
DAFTAR PUSTAKA Arief A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta (ID): Kanisius. Borror DJ, Triplehorn, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Ed ke-6. Terjemahan dari: An Introduction To The Study of Insects. Buckman HO, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah. Soepardi G, penerjemah. Jakarta (ID): Bhratara Karya Aksara. Terjemahan dari: Soil Science. Handorys W. 2012. Kompos. http:// http://hansdw08.student.ipb.ac.id/agh-ipb-45, diakses pada tanggal 21 September 2015. Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID) : Akademika Pressindo. Intara YI, Sapei A, Erizal, Sembiring N, Djoefri MHB. 2011. Pengaruh pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap kemampuan mengikat air. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 16(2): 130-135. Isron. 2009. Perubahan sifat fisik tanah hasil pengolahan tanah pada budidaya tebu lahan kering di PG Pesatren Baru, Kediri [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Cambridge (UK): University Press. Mukti C, Sugiyarto, Mahadjoeno E. 2004. Keanekaragaman mesofauna dan makrofuna tanah pada berbagai tanaman sela di hutan sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) RPH Jatirejo KPH Kediri. Bio Smart 6(1): 57-64. Novario D. 2007. Distribusi spasial C organik tanah di wilayah sekitar Puncak dan Cianjur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rizqiyah W. 2013. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sebayang D, Suryati T, Adianto. 2001. Keanekaragaman dan kelimpahan Artrhopoda tanah di hutan alami, hutan pinus, kebun sayur, dan lahan terbuka di Gunung Tangkuban Parahu. Di dalam: Soenardjo E, Sosromarsono S, Wardojo S, Prasadja I, editor. Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem Produksi Pertanian; 2000 Okt 16-18; Cipayung, Indonesia. Bogor (ID): Perhimpuna Entomologi Indonesia & Yayasan Keanekragaman Hayati Indonesia. Hlm 75-79. Sembel DT. 2010. Pengendalian Hayati. Yogyakarta (ID): CV Andi Offset
17 Slamet SA. 2015. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di areal bekas tambang silika di Holcim Educational Forest, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sugiyarto, Efendi M, Mahajoeno E, Sugiti Y, Handayanto E, Agustina L. 2007. Preferensi berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organik tanaman pada intesitas cahaya yang berbeda. Biodiversitas 7(4) : 96-100. Suhardjono YR, Deharveng L, Bedos A. 2012. Colembolla (Ekorpegas). Bogor (ID): PT Vega Briantama Vandanesia. Suin NM. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Tomiandri G. Performa cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) pada media budidaya dan potensinya dalam pembentukan biopori tanah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wibowo C, Wulandari SD. 2014. Keanekaragaman insekta tanah pada berbagai tipe tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan hubungannya dengan peubah lingkungan. Jurnal Silvikultur Tropika 5(1): 33-42. Widianto, Hairiah K, Suharjito D, Sardjono MA. 2003. Fungsi dan Peran Agroforesti. Bogor (ID): ICRAF. Winasa IW, Rauf A, Nurmansyah A. 2001. Kajian Artropoda Predator Epigenik dan Penghuni Tajuk di Ekosistem Kedelai : Suatu Pendekatan Ekologi Lansekap. Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi VIII Tahun Anggaran : 1999/2000. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wulandari SD. 2013. Keanekaragaman insekta tanah pada berbagai tipe tegakan Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
18 Lampiran 1 Peta Pengamatan Plot Makrofauna Tanah di RPH Pandantoyo KPH Kediri
19 Lampiran 2 Kelimpahan makrofauna tanah pada tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus (di tanah dan serasah) Ordo Isopoda Hymenoptera
Famili
Clysticidae Formicidae Formicidae Formicidae Formicidae Formicidae Araneae Lamponidae Dysderidae Eresidae Hersilidae Blattaria Blattelidae Blattidae Scolopendromorpha Scolopendromorpha 1 Coleoptera Rhysodidae Dytiscidae Dermestidae Scarabaeidae Dermaptera Forficulidae Chelisochidae Scorpiones Scorpiones 1 Collembola Neanuridae Lepidoptera Lepidoptera 1 Pulmonata Achanidae Sphaerotheriida Sphaerotheriida 1 Isoptera Kalotermitidae Haplotaxida Megascolecidae Hemiptera Hemiptera 1 Cydnidae Mesofeliidae Orthoptera Tanaoceridae Orthoptera Orthoptera 1 Acarina Ixodidae Total kelimpahan
Morfospesies Clysticidae 1 Formicidae 1 Formicidae 2 Formicidae 3 Formicidae 4 Formicidae 5 Lamponidae 1 Dysderidae 1 Eresidae 1 Hersilidae 1 Blattelidae 1 Blattidae1 Scolopendromorpha sp. Rhysodidae 1 Dytiscidae 1 Dermestidae 1 Lepidiota sp Forficulidae 1 Chelisochidae1 Scorpiones sp. Neanuridae1 Lepidoptera sp. Achanidae Sphaerotheriida sp. Kalotermitidae 1 Megascolecidae 1 Hemiptera sp. Cydnidae 1 Mesofeliidae 1 Tanaoceridae 1 Orthoptera sp. Ixodidae 1
S 8 10 60 248 1 0 6 0 0 0 13 6 3 7 0 0 6 0 0 0 1 0 0 0 5 93 0 0 0 0 0 0 467
Kelimpahan (Individu)1) E M P 42 5 14 1 0 0 161 68 66 202 116 28 56 5 13 1 0 0 27 4 12 1 0 15 0 4 0 0 2 0 0 0 0 6 14 2 26 59 11 9 13 2 4 0 0 2 0 2 1 4 0 17 13 1 5 5 2 2 0 0 18 18 2 1 0 0 1 0 0 9 1 0 0 72 7 71 49 59 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 13 0 1 0 0 0 1 663 456 252
Keterangan: S= plot pada tegakan sengon, E= plot pada tegakan ekaliptus, M= plot pada tegakan mahoni, P= plot pada tegakan pinus, 1) = makrofauna tanah yang ditemukan di enam plot tiap tegakan, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm
20 Lampiran 3 Kelimpahan makrofauna tanah yang terdapat di tanah dan serasah (diseluruh plot di keempat tegakan)
Ordo Hymenoptera
Famili
Formicidae Formicidae Formicidae Formicidae Formicidae Blattaria Blattelidae Blattidae Haplotaxida Megascolecidae Coleoptera Rhysodidae Scarabaeidae Dermestidae Dytiscidae Scolopendromorpha Scolopendromorpha 1 Isoptera Kalotermitidae Araneae Lamponidae Dysderidae Eresidae Hersilidae Isopoda Clysticidae Sphaerotheriida Sphaerotheriida 1 Dermaptera Chelisochidae Forficulidae Collembola Neanuridae Orthoptera Orthoptera 1 Tanaoceridae Hemiptera Cydnidae Mesofeliidae Hemiptera 1 Acarina Ixodidae Scorpiones Scorpiones 1 Lepidoptera Lepidoptera 1 Pulmonata Achanidae Total kelimpahan
Morfospesies Formicidae 2 Formicidae 3 Formicidae 4 Formicidae 1 Formicidae 5 Blattelidae 1 Blattidae1 Megascolecidae 1 Rhysodidae 1 Lepidiota sp Dermestidae 1 Dytiscidae 1 Scolopendromorpha sp. Kalotermitidae 1 Lamponidae 1 Dysderidae 1 Eresidae 1 Hersilidae 1 Clysticidae 1 Sphaerotheriida sp. Chelisochidae1 Forficulidae 1 Neanuridae1 Orthoptera sp. Tanaoceridae 1 Cydnidae 1 Mesofeliidae 1 Hemiptera sp. Ixodidae 1 Scorpiones sp. Lepidoptera sp. Achanidae
Kelimpahan (Individu)1) Tanah Serasah 228 150 269 295 57 14 1 10 0 1 9 4 16 12 230 3 49 17 9 0 2 2 0 4 68 30 89 7 16 33 14 1 0 4 0 2 35 34 8 2 9 3 21 10 17 28 1 0 1 13 1 0 1 0 0 2 1 0 0 2 0 2 0 1 1152 686
Keterangan: 1) makrofauna tanah yang ditemukan pada 24 plot, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm
21 Lampiran 4 Frekuensi makrofauna tanah yang ditemukan pada tanah dan serasah Ordo Hymenoptera
Famili
Formicidae Formicidae Formicidae Formicidae Formicidae Blattaria Blattelidae Blattidae Haplotaxida Megascolecidae Coleoptera Rhysodidae Scarabaeidae Dermestidae Dytiscidae Scolopendromorpha Scolopendromorpha 1 Isoptera Kalotermitidae Araneae Lamponidae Dysderidae Eresidae Hersilidae Isopoda Clysticidae Sphaerotheriida Sphaerotheriida 1 Dermaptera Chelisochidae Forficulidae Collembola Neanuridae Orthoptera Orthoptera 1 Tanaoceridae Hemiptera Cydnidae Mesofeliidae Hemiptera 1 Acarina Ixodidae Scorpiones Scorpiones 1 Lepidoptera Lepidoptera 1 Pulmonata Achanidae Total
Morfospesies Formicidae 2 Formicidae 3 Formicidae 4 Formicidae 1 Formicidae 5 Blattelidae 1 Blattidae1 Megascolecidae 1 Rhysodidae 1 Lepidiota sp Dermestidae 1 Dytiscidae 1 Scolopendromorpha sp. Kalotermitidae 1 Lamponidae 1 Dysderidae 1 Eresidae 1 Hersilidae 1 Clysticidae 1 Sphaerotheriida sp. Chelisochidae1 Forficulidae 1 Neanuridae1 Orthoptera sp. Tanaoceridae 1 Cydnidae 1 Mesofeliidae 1 Hemiptera sp. Ixodidae 1 Scorpiones sp. Lepidoptera sp. Achanidae
Frekuensi (%) Tanah Serasah 83.33 75 95.83 79.17 16.67 20.83 4.17 16.67 0 4.17 12.5 8.33 33.33 25 95.83 12.5 50 37.5 20.83 0 8.33 8.33 0 4.17 70.83 58.33 45.83 12.5 25 50 12.5 4.17 0 12.5 0 4.17 41.67 50 16.67 4.17 12.5 8.33 25 25 33.33 33.33 4.17 0 4.17 20.83 4.17 0 4.17 0 0 8.33 4.17 0 0 4.17 0 8.33 0 4.17 725.00 600.00
22 Lampiran 5 Hasil penghitungan Uji T Independen pengaruh tekstur tanah terhadap jumlah individu makrofauna tanah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tekstur Tanah (Individu) Loamy Sand Sandy Loam 42 31 78 78 22 36 5 49 19 19 63 44 88 39 28 35 39 55 16 84 60 130 69 23
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 51,06667 1194,352 15 0 21 0,776405 0,223084 1,720743 0,446167 2,079614
Variable 2 42,88889 281,8611 9
23
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 28 Juli 1993, dari pasangan Abdulrahman dan Een Suhaeni. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara. Penulis lulus dari SMAN 1 Jalaksana pada tahun 2011, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melaliu jalur SNMPTN Undangan IPB dan diterima di Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Selama masa perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi seperti Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) IPB sebagai anggota, DKM Ibaadurrahmaan sebagai anggota pada periode 2012-2013 dan sebagai ketua Syiar pada periode 2014-2015, serta Himpunan Profesi Tree Grower Community sebagai anggota periode 2012-2013 dan ketua Agroforestry Group periode 2013-2014. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan seperti Panitia Kurban DKM Ibaadurrahmaan Fakultas Kehutanan IPB (2013 s/d 2014), Penyambutan Mahasiswa Baru Departemen Silvkikultur (2013), Ekspedisi Flora dan Studi Ilmiah Tree Grower Community (2014). Penulis juga menjadi asisten praktikum Ilmu dan Nutrisi Hutan (2014) dan Pemantauan Kesehatan Hutan (2015). Penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Eksoistem Hutan (PPEH) 2013 di Sancang Barat dan Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) 2014 di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Profesi (PKP) 2015 di Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur KPH Kediri. Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Keanekragaman Makrofauna Tanah pada Berbagai Tipe Tegakan di Areal Hutan Tanaman RPH Pandantoyo KPH Kediri.