Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
KEANEKARAGAMAN BURUNG KAWASAN HUTAN NDALIR DI TAMAN NASIONAL WASUR (Birds Diversity Forest Ndalir In Wasur National Park)
Hadi Warsito dan Titiek Setyawati Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari Jl. Inamberi, Susweni Po. Box. 159 Manokwari 98131, Papua Barat Telp. (0986) 213440 Fax. (0986) 213441; 213437; website : www.balithutmanokwari.com. email:
[email protected]; ;
[email protected]
Abstrak Taman Nasional Wasur adalah salah satu kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya. Baik flora dan fauna di dalamnya merupakan aset bagi negara dari bidang konservasi jenis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan pengelompokan jenis pakan burung di beberapa tipe hutan di kawasan hutan Seksi Ndalir. Dengan menggunakan metode Timed Count Species (TSCs) ditemukan sedikitnya 63 jenis dari 32 famili di daerah tersebut. Dari lokasi pengamatan hutan monson ditemukan 21 jenis, hutan pantai 17 jenis, hutan, melalueca 10 jenis dan 15 jenis pada ketiga tipe hutan tersebut. Dari kelompok jenis pemakan diketahui Carnivora 34 (54%) merupakan jenis burung dalam kelompok pemakan serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa hewan kecil lainnya, kelompok Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan kelompok Omnivora pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu kelompok Insektivora pemakan serangga sebanyak 5 (8%) Kata kunci: keanekaragaman burung, komposisi jenis, tipe habitat, Ndalir Wasur.
Pendahuluan Kawasan konservasi adalah suatu unit kesatuan ekologi sangat penting sebagai upaya pelestarian fungsi-fungsi ekologis dan penjaga keseimbangan alam. Penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi merupakan salah satu cara untuk dapat menjamin agar sumberdaya alam dapat dilestarikan dalam memenuhi kebutuhan umat manusia dan mahluk hidup lainnya sekarang dan dimasa yang akan datang. Konsep pelestarian yang modern adalah pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya bumi secara bijaksana bukan hanya sekedar melindungi yang menutup peluang pemanfaatan (MacKinnon et al., 2005). Konsep kawasan konservasi di Indonesia saat ini mengacu pada UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang membagi kawasan konservasi menjadi dua yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Taman Nasional termasuk dalam KPA dan termasuk kawasan
189
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
konservasi terpenting yang dikelola dalam bentuk zonasi dan diharapkan dapat memberikan jalan tengah dalam pengelolaan kawasan yaitu guna tujuan perlindungan dan pemanfaatan. Secara geografis Taman Nasional Wasur (TNW) terletak pada 8o04’ – 9o07’ LS dan 140o29’ – 141o00’ BT.
Luas kawasan TNW sesuai dengan SK Menhut No.
282/Kpts-VI/1997 adalah sebesar 413.810 Ha. Secara umum kawasan TNW dibagi menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan dataran berbukit yang bergelombang (plato), terbentang mulai dari pantai laut Arafuru ke arah utara melalui dataran pantai yang rata dana perlahan-lahan bergelombang (kemiringan lahan kurang dari 12o), serta dataran rata yang terpotong oleh plato yang bergelombang di bagian utara kawasan dengan titik tertinggi 90 meter diatas permukaan laut yaitu terdapat di daerah Waam. Seksi Ndalir adalah salah satu dari 3 unit Seksi yang ada di TN. Wasur yang terletak sebelah timur kota Merauke. Wilayah kerja dari seksi ini, hingga pada daerah perbatasan wilayah Papua dengan Papua Nugini. Kawasan di seksi ini secara umum dapat dibagi dalam kelompok hutan yang beragam, antara lain hutan pantai mangrove, melalueca dan hutan monson (dek). Data dan informasi keberadaan burung di hutan tersebut masih sangat minim. Padahal burung merupakan indikator perubahan lingkungan yang dapat diandalkan (Primack et al., 2007). Sehingga adanya data dan informasi yang terhimpun diharapkan menjadi bahan masukan dan rujukan dalam pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan dan lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung dan pengelompokan feeding guilds pada tipe hutan di Seksi Ndalir TN. Wasur. Metode Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada tanggal 15-28 Juli 2013 yang berlokasi di kawasan hutan Seksi II Ndalir, Taman Nasional Wasur. Merauke.
190
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
Gambar 1. Lokasi penelitian (research location)
Bahan dan Alat Penelitian Alat dan bahan yang digunakan kegiatan pengamatan seperti: Binocular Taxon 18x35, GPS Garmin 76CSx, peta 1:50.000 Km., alat tulis menulis dan kamera sebagai alat dokumentasi. Metode Pengamatan keanekaragaman burung di kawasan ini dengan menggunakan metode Timed Count Species (TSCs) (Bibby et al., 2000), dimana mencatat semua jenis yang dijumpai di lokasi pengamatan dengan interval waktu selama 20 menit pertama. Dan pada 20 menit berikutnya mencatat semua jenis yang baru ditemukan dan seterusnya, sehingga akan diperoleh akumulasi jenis burung yang dilakukan di lokasi pengamatan. Pengamatan dilakukan pada keterwakilan kawasan pantai, melalueca dan monson di Seksi II Ndalir. Observasi lapang terlebih dahulu dilakukan dan sekaligus mendata keragaman jenis burung yang ditemukan. Data yang diperoleh di analisis dengan menggambarkan persentase komposisi jenis dan kurva akumulasi spesies. Data yang terhimpun dikelompokan dalam beberapa kategori seperti: kehadiran di habitat, kelompok jenis dan jenis yang dimakan/ feeding guilds. Sementara untuk mengetahui status perlindungan dilakukan dengan telaah pustaka dengan mengacu beberapa literatur yang ada seperti: Burung-burung Terancam Punah di Indonesia dan Jenis-jenis hayati yang dilindungi Perundang-Undangan Indonesia (Noerdjito & Ibnu M., 2007). Sedangkan untuk identifikasi burung menggunakan Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallace (Coates &
191
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
Bishop, 1997) dan buku Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Papua (Beehler et al., 2001). I. Hasil dan Pembahasan Keragaman Jenis Burung Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini keragaman burung dikawasan Ndalir, dimana sejak tahun 1999 BTN Wasur tidak lagi melakukan pendataan mengenai keragaman burung di kawasan ini. Kegiatan penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Seksi II Ndalir selama 13 (tigabelas) hari efektif pengamatan, telah mendapatkan data dan informasi keanekaragaman burung. Penemuan jenis burung ini merupakan hasil pengamatan di beberapa daerah pengamatan, yaitu: hutan pantai, melalueca (bush) dan monson (dek). Dimana telah ditemukan sedikitnya 63 jenis burung dari 32 famili yang berada di kawasan tersebut (Lampiran 1.). Penemuan jenis ini tergolong sedikit bila dibandingkan penemuan jenis yang dilaporkan Purba (1999) terdapat sedikitnya 419 spesies, dan TN Wasur (1999) mengidentifikasi 403 spesies (74 jenis endemik, 114 jenis dilindungi). Hasil yang dilaporkan tersebut merupakan pengamatan di seluruh kawasan TN Wasur dan dengan waktu pengamatan lebih dari setahun untuk mengetahui keberadaan dan jenis burung di kawasan tersebut. Sedangkan Gunawan (2002) melaporkan 68 jenis burung dari 29 famili yang ditemukan di daerah mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sementara itu, pada kawasan yang sama diketahui 30 famili burung yang terdiri dari 76 jenis terdapat di hutan mangrove Lonoluwu (Gunawan dan Anwar, 2004). Perbedaan jumlah penemuan jenis burung di kawasan tersebut kemungkian disebabkan waktu pengamatan, kondisi lokasi dan kondisi pengamat dalam melakukan penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan burung di kawasan seksi Ndalir, ditemukan sedikitnya 17 jenis burung di pantai, melalueca 10 jenis dan monson 21 jenis burung. Sementara itu, diketahui terdapat 15 jenis burung yang tercatat di habitat ketiganya yaitu: pantai/melalueca dan monson. Komposisi jenis burung yang ditemukan di beberapa habitat dapat ditampilkan pada Gambar 2.:
192
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
Gambar 2.
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
Komposisi jenis burung yang ditemukan pada tipe hutan (Composition bids spesies on type forest)
Pada kawasan melalueca dan monson tercatat 10 jenis burung di kawasan tersebut (Lampiran 1.), dimana beberapa jenis dijumpai di keduanya merupakan kelompok dari famili Alcedinidae, Myiagridae dan Sturnidae. Halcyon macleayi dan Dacelo gaudichaud adalah salah satu jenis dari famili Alcendinidae dan Aplonis cantoroides dari famili Sturnidae merupakan kelompok satwa burung yang menyukai habitat yang terbuka untuk mendapat makannya berupa serangga (insektivora) maupun beberapa jenis buah yang berukuran kecil. Jenis dari kelompok tersebut merupakan jenis burung yang menyukai daerah terbuka dalam mencari makan dan beraktifitas lainnya (Beehler et al., 2001; Stefan et al., 2008 ). Lambert & Collar (2002) kelompok spesies sikatan Rhinomyas dan Ficedula yang merupakan kerabat Myiagridae di pengaruhi secara negatif oleh kegiatan penebangan dan/atau fragmentasi hutan, meskipun ada salah satu diantanya yaitu Kehicap Ranting (Hypothymis azuareai) meningkat secara nyata setelah pembukaan lahan (Hussin, 1994). Sedangkan pada Monson penemuan jenis burung relatif lebih tinggi, hal ini kemungkinan adanya faktor pendukung yang mempengaruhi keberadaan burung didaerah tersebut seperti; ketersedianan pakan, jauh dari gangguan dan aman untuk tempat berkembang biak. Burung merupakan jenis satwa yang dapat dijadikan indikator kualitas dalam suatu habitat berdasarkan keragaman jenis yang ditemukan (Schultze et al., 2004; Walter et al., 2004). Keragaman dan keberadaan jenis burung yang ditemukan relatif sedikit atau kurang dalam suatu kawasan, dapat menandakan/ditengarai bahwa habitat yang ada telah terdegradasi atau terfragmentasi. Reed (1999) bahwa tingkah laku yang
193
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
menyebar terbatas atau jarak penyebarannya pendek akan berefek pada penurunan hubungan antara habitat terfragmentasi. Pada kondisi tersebut, spesies akan terikat dengan habitat yang terbatas, tidak mampu bertahan mendapatkan habitat baru, dan bila terjadi perubahan kualitas habitat maka spesies akan mati. Sedangkan bila suatu kawasan hutan yang habitatnya masih utuh atau tidak terganggu oleh aktifitas manusia yang dapat merusak, mempunyai kecenderungan lebih tinggi keragaman jenis satwa yang berada dalam kawasan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sudjatnika et al. (1995) serta Shannaz et al. (1995) yang mengemukakan bahwa burung dengan penyebaran sempit akan mengalami ancaman yang relatif besar dengan menurunnya kualitas dan kuantitas habitat. Sementara itu dari ketiga daerah pengamatan yang dilakukan, secara sederhana dapat digambarkan kurva akumulasi jenis burung di daerah tersebut yang disajikan pada Gambar 3. sebagai berikut: 25
20
pantai
Jumlah jenis
melalueca monson
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
Hari pengamatan
Gambar 3. Kurva akumulasi jenis burung di lokasi pengamatan. Seksi II Ndalir. Taman Nasional Wasur. Merauke ((Accumulation of bird species during observation Ndalir II Secsion Wasur National Park Merauke) Pada Gambar 3. nampak bahwa hari pengamatan di pantai lebih panjang dibandingkan lokasi pengamat lainnya. Hal ini disebabkan, pondok kerja/camp terletak di sekitar pesisir pantai. Sehingga mudah dalam melakukan pengamatan, baik pagi maupun sore hari. Ini berbeda dari waktu pengamatan yang dilakukan di hutan monson. Karena keterbatasan tenaga pengamat dan waktu kegiatan, dimana lokasi tersebut jauh dari pondok kerja/pengamatan dan aksebilitas untuk masuk lokasi tersebut cukup sulit,
194
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
sehingga pengamatan dilakukan hanya beberapa hari saja. Meskipun terdapat kemungkinan masih ditemukan penambahan jenis burung di daerah tersebut. Sedangkan pada pengamatan di hutan melalueca dilakukan selama 4 (empat) hari pengamatan. Hal ini disebabkan akses untuk menuju hutan tersebut masih dapat dijangkau hanya dengan bantuan kendaraan roda 2 (dua). Waktu pengamatan di hutan melalueca tidak dilanjutkan pada hari (kelima) berikutnya disebabkan tidak ditemukan lagi penambahan jenis burung di daerah tersebut, sehingga pengamatan di akhiri pada hari tersebut. Habitat dan Komposisi Pakan Hutan monson atau dek adalah hutan yang umumnya berada pada daerah yang tidak pernah tergenang air atau hutan yang berada pada daerah yang bertanah tinggi. Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di kawasan monson adalah: Decaspermum fructicosum Forst, Neuburgia sp., Ixora sp, Phaleria macrocarpa Scheff., Acacia mangium Willd, Dillenia indica L, dan Ficus sp., Acacia auriculiformis Benth, Vitex pinnata Linn, Syzygium sp, Buchanania macrocarpa Merr dan Xanthomyrtus sp. Hutan pantai (Littoral Forest) merupakan hutan yang tumbuh di sepanjang pantai laut berpasir dengan tanah kering, tidak pernah tergenang air dan tidak lebar tetapi justru memanjang. Keadaan hutan ini telah menyesuaikan diri dengan situasi tempat tumbuh yang kering, tidak terdapat air tawar secara terus menerus dan air hujan (Arief, 2003). Hutan pantai pada seksi Ndalir terdapat pada sepanjang pesisir pantai. Kondisi hutan tersebut tidak terlalu luas karena umumnya berbatasan langsung dengan lokasi pemukiman masyarakat dan keadaan hutan pantai di lokasi ini telah banyak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh adanya abrasi air laur. Vegetasi pada hutan pantai seksi Ndalir diketahui sedikitnya 5 (lima) jenis yang dominan pada kawasan tersebut, jenis tersebut adalah Exocaria agallocha Linn., Premna corymbosa Burm.f., Terminalia catappa Linn., Pongamia pinnata L. dan Thespesia populnea Correa. Hutan Melaleuca adalah hutan yang terdapat pada daerah yang sering tergenang air pada musim hujan. Tipe hutan ini umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi Melaleuca spp. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada hutan dominan melaleuca adalah sebagai berikut; Melaleuca cajuputi Powell., Laphostemon sp., Terminalia sp., Alpitonia macrocarpa Mansf., Trichospermum sp., Decaspermum fruticosum J.R. Forst & G. Forst. dan Eucalyptus alba Reinw.
195
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
Berdasarkan Gambar 2., penemuan jenis burung di monson lebih tinggi dan beragam dibandingkan kawasan lainnya. Kondisi hutan monson (dek) merupakan hutan primer yang masih lebat dan rapat vegetasinya yang kemungkinan membuat burung merasa lebih nyaman akan kondisi lingkungannya. Hutan primer pada umumnya merupakan tipe habitat yang mendukung lebih banyak bentuk kehidupan (Schultz et al., 2004; Primack et al., 2007; Indriyanto, 2006). Pada hutan ini (monson), penemuan jenis burung (Lampiran 1.) umumnya merupakan dari jenis burung teristerial yang relatif lebih beragam dibandingkan jenis burung pantai. Selain itu, adanya vegetasi yang rapat dan ketersediaan pakan bagi burung yang cukup melimpah menjadikan kawasan tersebut menjadi habitat ideal bagi burung teristerial. Penemuan jenis burung di kawasan melalueca sangat rendah, hal ini kemungkinan disebabkan karena kondisi hutan melalueca bukan habitat yang ideal bagi beberapa jenis burung. Jenis tanaman melalueca merupakan jenis invasif dan tidak menghasilkan buah yang tumbuh di daerah tersebut, sehingga ketersedian berupa pakan buah alami bagi burung tidak diperoleh. Hal ini yang kemungkinan menyulitkan bagi beberapa jenis burung lainnya untuk mencari makan. Namun ketersediaan pakan berupa insekta relatif lebih mudah. Sehingga pada penemuan jenis burung pemakan insektivora relatif banyak dijumpai pada hutan ini (Lampiran 2.). Ketersedian pakan di suatu habitat berpengaruh pada kehadiran satwa di daerah tersebut (Guevera, 1986; Hietz-Seifert et al., 1996; Primack et al., 2007). Jenis burung yang ditemukan di hutan Monson diketahui sebagian besar adalah dari jenis pemakan buah, nektar dan seranga lainnya. Sedangkan pada penemuan jenis burung di pantai yang pada umumnya dari kelompok pemakan vertebrata kecil, artropoda dan kadal. Dari hasil komposisi jenis berdasarkan kelompok jenis makanannya (feeding guild) ditampilkan pada Gambar 4. Ve/Invertebrata,ikan, artropoda; 34; 54%
Buah/nektar; 11; 17%
Serangga/nektar/buah ; 13; 21%
Serangga; 5; 8%
Gambar 4. Kelompok pakan jenis burung di Seksi II Ndalir (Fiding guild bird spesies in Seksi II Ndalir)
196
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
Berdasarkan kelompok jenis makanannya (Lampiran 1.), diketahui 34 jenis atau 54% dikelompokan dalam Carnivora (serangga, ikan, av/invetebrata, crustacea, artropoda dan kadal), Omnivora 13 jenis atau 21% (buah, kadal dan serangga), Herbivora 17% (buah) dan tercatat 8% dari kelompok hanya pemakan serangga. Gunawan et al. (2005) mencatat 30 jenis burung yang ditemukan di Wanariset Malili dikelompokan berdasarkan jenis pakan, diketahui 35% merupakan kelompok herbivora dan 24% dalam kelompok pemakan serangga. Adanya perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan karena kondisi hutan Wanariset Malili pada sebagian kawasannya telah menjadi habitat buatan dimana didalamnya perkebunan rakyat. Sementara kawasan hutan Ndalir lebih cenderung pada kawasan perairan, dimana jenis burung yang sebagian kehidupan atau seluruhnya tergantung pada perairan sangat mendominasi kawasan tersebut. Diketahui famili Alcidinidae dari jenis raja udang yang termasuk dalam kelompok carnivora, jenis ini banyak di jumpai di kawasan hutan mangrove dan merupakan penghuni tetap kawasan tersebut. Beehler (2001), banyak jenis dari kelompok famili Alcidinidae di pulau Papua, hidup di hutan dan savana dan memakan artropoda, jenis-jenis kadal dan katak kecil, beberapa lainnya memangsa burung dan mamalia kecil. Sedangkan pada jenis burung yang dikelompokkan dalam herbivora diketahui dari famili Psittacidae dan Columbidae. Famili Psittacidae dari jenis Cacatua galerita dan Psittaculilostris desmarestii merupakan jenis yang dapat di jumpai di hutan mangrove maupun di kawasan hutan lainnya. Watling (1983); Coates and Bishop (1997), mengatakan di Sulawesi, burung Kakatua jambul kuning merupakan burung yang hidup di hutan primer dan sekunder yang tinggi di dataran rendah, perbukitan dan pinggiran hutan, di antara perdu dan lahan pertanian. White & Bruce (1986), MacKinnon & Phillipps (1993), Jones et al. In prep. dalam Shannaz et al. (1995) melaporkan, di Sulawesi ditemukan di habitat berhutan di dataran rendah sampai pada ketinggian 500 m dan di Nusa Tenggara sampai pada ketinggian 800 m, kadang-kadang 1.200 m. Sementara itu, Beehler et al. (2001) mengemukakan jenis kakatua dapat dijumpai sendirian, dalam kelompok kecil (lek) di hutan, tepi hutan dan lahan yang ditumbuhi pepohonan. Sedangkan pada famili Columbidae dari jenis D. bicolor dan D. pristrinaria merupakan kelompok burung yang menyinggahi kawasan pulau-pulau kecil, mangrove, hutan pamah, semak dan tepi hutan. Sementara itu, hasil
197
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
pengelompokan berdasarkan status burung (Lampiran 2.) yang ditemukan di kawasan hutan mangrove selama pengamatan yang mengacu telaah pustaka (Noerdjito. M & Ibnu M., 2007., Shannaz et al., 1995. dan Beehler et al., 2001 ), diketahui terdapat 12 (35,29%) jenis burung yang termasuk kedalam status endemik Papua dan 13 jenis burung yag mendapatkan perlindungan berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kawasan hutan seksi Ndalir diketahui sebanyak 63 jenis dari 32 famili burung yang ditemukan di kawasan tersebut. Penemuan jenis burung di hutan Ndalir yang terbagi dalam seksi pengamatan, di ketahui hutan Pantai 17 jenis burung, Monson 21 jenis burung, Melalueca 10 jenis burung dan ketiganya (Pantai, Monson, Melalueca ) diperoleh sebanyak 15 jenis burung. Berdasarkan kelompok jenis pemakan terbagi dalam Carnivora 34 (54%) merupakan jenis burung dalam kelompok pemakan serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa hewan kecil lainnya, kelompok Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan kelompok Omnivora pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu kelompok Insektivora pemakan serangga sebanyak 5 (8%). Saran Perlunya pengawasan secara menyeluruh di kawasan hutan Ndalir, hal ini disebabkan karakteristik yang dimiliki hutan ini cukup beragam (pantai, Monson dan melalueca), demikian pula kawasan ini merupakan akses penghubung antara kota Merauke dengan daerah perbatasan Papua New Guinia (PNG). Selain itu perlu dilakukan inventarisasi satwa burung secara berkala untuk mengetahui tren (naikturunnya) jenis burung dikawasan Ndalir, dimana berkaitan adanya burung migran yang datang dari benua lain (Australia) di pesisir pantai Ndalir. Daftar Pustaka Arief, A. 2003. Hutan dan Kehutanan.. Yogyakarta. Penerbit Kanisius Balai Taman Nasional Wasur. 1999. Rencana pengelolaan Taman Nasional Wasur. Buku II. Balai Taman Nasional Wasur – WWF. Merauke. Beehler, T.K. Pratt dan. D.A. Zimwerman. 2001. Panduan lapangan burung-burung di Papua. Jakarta. Puslitbang Biologi LIPI
198
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
Bibby., C. M. Jones and Stuart Marsden. 2000. Teknik-teknik ekspedisi lapangan. survey burung. BirdLife International Programme. Coates, B.J. dan K.D. Bishop. 1997. Panduan lapangan burung-burung di Kawasan Wallacea. Bird Life International-Indonesia Programme and Dove Publication. Guevera, S. S. 1986. Plant spesies availability and regeneration in Mexican tropical rain forest. Acta Universitatis Upsaliensis, Comprehensive Summaries if Uppsala Dissertations for the Faculty of Science 48. Gunawan, H. 2002. Peranan hutan mangove sebagai habitat satwaliar di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Buletin Penelitian Kehutanan 8 (2) : 17-35. Gunawan, H. dan C. Anwar. 2004. Keanekaragaman jenis burung mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam I (3) : 294-308. Gunawan, H., I.A.S.L.P. Putri dan M. Qiptiyah. 2005. Keanekaragaman jenis burung di Wanariset Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol II No. 3 Tahun 2005; 241-250. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Hussin, Bin. M. Z. 1994. Ecologial effec of selective logging in lowland dipterocarp forest on avifauna, with special reference to frugivorous birds. Thesis tidak diterbitkan. University Kebangsaan, Kuala Lumpur. Malaysia. Hietz-Seifert, U., P. Hietz dan S. Guvera. 1996. Epiphyte vegetation and diversity on remmant trees after forest clerance in southren Veracus Mexico. Biological Conservation 72 : 103-111. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Lambert, F. R dan N.J Collar 2002. The future for Sundaic lowland forest birds:longterm effects of commercial logging and fragmentation. Forktail 18 : 125-146 MacKinnon, J. K, MacKinnon. G, Child. Dan J, Thorsell. 2005. Pengelolaan kawasan yang dilindungi di daerah tropika. Gadjah Mada University Press (Cetakan II). Yogyakarta Noerdjito. M & Ibnu Maryanto. 2007. Jenis-jenis hayati yang dilindungi perundangundangan Indonesia. LIPI. Purba, M. 1999. Prospek dan kontribusi Taman Nasional Wasur terhadap pembangunan daerah. Makalah dalam Prosiding, Pertemuan Regional Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Indonesia Timur. Kerjasama Departemen Kehutanan dan NRM/EPIQ Program Protected Areas and Forest. Manado, 12-14 Oktober 1999. Primack, R.B., J. Supriatna, M. Indrawan dan P. Kramadibrata. 2007. Biologi konservasi. Indonesia. Yayasan Obor. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999. Jakarta
199
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
Reed, J. M. 1999. The role of behavior in recent avian extinctions and endangerements. Conservation Biology, Vol. 13 (2) : 232-241. Sudjatnika, P. Jepson, T. R. Soehartono, M. J. Crosby & A. Mardiastuti. 1995. Melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia pendekatan daerah burung endemik. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Jakarta. Stefan L., A. Weiss., S. Calme and Chrisian K. 2008. Bird communitas in rainforest fragments: guild respon to habitat variables in Tabosco, Mexico. Biodiversitas Conservasi 2008 17 : 173-190. Shannaz, J., P. Jepson & Rudyanto. 1995. Burung-burung Terancam Punah di Indonesia. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Bogor Schultze, C.H., M. Waltert, P.J.A. Kess-ler, R. Pitopang, Shahabuddin, D. Veddeler, M. Mühlenberg, S.R. Gradstein, C. Leuschner, I. Steffan-Dewenter, and T. Tscharntke. 2004. Biodiversity indicator groups of tropical land use systems: comparing plants, birds, and in-sects. Ecological Applications 14 (5):13211333. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1990. Jakarta. Waltert, M., A. Mardiastuti, and M. Mühlenberg. 2004. Effects of land use on bird species richness in Sulawesi, Indonesia. Conservation Biology 18 (5) : 13391346 Watling. D. 1983. Ornitological notes from Sulawesi. Emu 83 : 247-261
200
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
Lampiran (Appendix) 1. Jenis burung yang dijumpai selama pengamatan di Seksi II Ndalir Taman Nasional Wasur. Merauke (Bird species found in Seksi II Ndalir Nasional Park Wasur. Merauke during observation). Jenis (Spesies)
Famili (Family)
Nama Ilmiah (Scientific name)
Habitat (Habitat)
1
Egretta sacra Gmelin, 1789
Ardeidae
Eastren Reef-Egret
Pantai
2
Egretta intermedia Wagler, 1829
Ardeidae
Intermdiate Egret
Pantai
3
Egretta alba Linn, 1758
Ardeidae
Great White Egret
Pantai
4
Egretta garzetta Linn, 1766
Ardeidae
Little Egret
Pantai
5
Egretta ibis Forster, 1817
Ardeidae
Catle Egret
Pantai
6
Ardeola striata Boie, 1822
Ardeidae
Striated Heron
Pantai
7
Ardea pasifica Latham 1801
Ardeidae
Pasific Heron
Pantai
8
Pelecanus conspicullatus Temminck, 1824
Pelecanidae
Pelecanus conspicillatus
Pantai
9
Threskiornis aethiopicus Latham, 1790
Threskiornithidae
Black-necked
Pantai
10
Platalea regia Gould, 1838
Threskiornithidae
Royal Spoonbill
Pantai
11
Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817
Accipitridae
Collared Sparrowhawk
Pantai/Melalueca/Monson
12
Accipiter novaehollandiae Gmelin, 1788
Accipitridae
Grey Goshawk
Pantai/Melalueca/Monson
13
Heliastus leucogaster Gmelin, 1788
Accipitridae
White-billed Sea-eagle
Pantai/Melalueca/Monson
14
Harpyopsis novaguinea Salvadori, 1875
Accipitridae
New Gueinea Harpy-eagle
Pantai/Melalueca/Monson
15
Heliastus indicus Boddaert, 1783
Accipitridae
Brahminy Kite
Pantai/Melalueca/Monson
16
Vanellus miles Boddaert, 1783
Charadriidae
Masked Lapwing
Pantai
17
Pluvinalis dominica Muller, 1776
Charadriidae
Lesser Golden Plover
Pantai
18
Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758
Charadriidae
Grey Plover
Pantai
19
Charadrius lescahenaultii Lesson 1826
Charadriidae
Large Sand Plover
Pantai
20
Calidris tenuirostris Horsfield, 1821
Scolopacidae
Gereat Knot
Pantai
21
Himantopus leucochepalus Gould, 1837
Recurvirostridae
White-headed Stilt
Pantai
22
Haemotopus longirostris Vieillot, 1817
Haematopodidae
Pied Oystercather
Pantai
23
Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818
Rhipiduridae
Northen Fantaill
Pantai/Melalueca/Monson
24
Rhipidura albolimbata Salvadori, 1874
Rhipiduridae
Freindly Faintail
Pantai/Melalueca/Monson
25
Rhipidura leuchophrys Latham, 1802
Rhipiduridae
Willie-wagtail
Pantai/Melalueca/Monson
26
Merops ornatus Latham, 1802
Meropidae
Rainbow Bee -eater
Pantai/Melalueca/Monson
27
Malurus cyanocephalus Quoy & Gaimard, 1830
Maluridae
Emperor Fairy-wren
Melalueca
28
Eurystomus orientalis Linn, 1766
Corciidae
Oriental Dollar bird
Monson
29
Dicrurus hottetontus Linn, 1766
Dicruridae
Spangled Drongo
Monson
30
Nectariania jugularis Linn, 1766
Nectaridae
Yellow -Billed Sunbird
Pantai/Melalueca/Monson
31
Nectariania aspia Lesson &Garnot, 1828
Nectaridae
Black Sunbird
Pantai/Melalueca/Monson
32
Myzomela nigrita G. R. Gray, 1858
Meliphagidae
Papuan Black Myzomela
Pantai/Melalueca/Monson
33
Toxorhamphus novaeguineae Lesson, 1827
Meliphagidae
Yellow-billed Longbill
Monson
201
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
34
Collocalia esculenta Linnaeus, 1758
Apodidae
Glossy Swiftlet
Pantai/Melalueca/Monson
35
Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798
Hirundinidae
Pacific Swallow
Pantai/Melalueca/Monson
36
Megapodius freycinet Gaimard, 1823
Megapodiidae
Dusky Scrubfowl
Pantai/Melalueca/Monson
37
Centropus phasianinus Latham, 1802
Cuculidae
Pheasant Coucal
Monson
38
Centropus bernsteini Schlegel, 1866
Cuculidae
Black Billed Coucoll
Monson
39
Centropus menbeki Less & Garnet, 1828
Cuculidae
Greater black Coucal
Monson
40
Zosterops novaeguineae Salvadori, 1878
Zoesteropidae
New Guinea White-eye
Melalueca
41
Dacelo gaudichaud Quoy & Gaimard,1824
Alcedinidae
Rufous-billed Kookaburra
Melalueca
42
Halcyon macleayii Jardin & Selby, 1830
Alcedinidae
Forest Kingfisher
Melaluce
43
Halcyon chloris Boddaert, 1783
Alcedinidae
Collared Kingfisher
Melalueca
44
Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859
Alcedinidae
Common Paradise-Kingfisher
Melalueca
45
Gerygone magnirostris Gould, 1843
Acanthizidae
Large-billed Gerygone
Melalueca
46
Ducula bicolor Scopoli, 1786
Columbidae
Pied Imperial Pigeon
Monson
47
Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855
Columbidae
Rainbow Bee-eater
Monson
48
Psittaculirostris desmarestii Desmarest, 1826
Psittacidae
Large Fig Parrot
Monson
49
Lorius lory Linn, 1758
Psittacidae
Western Black-capped Lory
Monson
50
Eclectus roratus Muller, 1776
Psittacidae
Electus Parrot
Monson
51
Micropsitta keiensis Salvadori, 1876
Psittacidae
Yellow-capped Pygmy-parrot
Monson
52
Cacatua galerita Lath, 1790
Psittacidae
Sulphur-crested Cockatoo
Monson
53
Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray, 1858
Psittacidae
Red-cheeked Parrot
Monson
54
Micropsitta geelvinkiana Schlegel, 1871
Psittacidae
Geelvink Pygmy-parrot
Monson
55
Rhyticeros plicatus Forster, 1781
Buceroidae
Blyth's Hornbill
Monson
56
Myagra alecto Mathews, 1912
Myiagridae
Shining Monarch Flycatcher
Melalueca
57
Coracina lineata Swainson, 1825
Campephagidae
Yellow-eyed Cuckoo-shrike
Monson
58
Aplonis cantoroides Gray, 1862
Sturninae
Singing Starling
Melalueca
59
Aplonis magna Schlegel, 1871
Sturninae
Long-tailed Starling
Melalueca
60
Cracticus cassicus Boddaert,1783
Cracticidae
Hooded Butcherbird
Monson
61
Corvus orru Bonaparte, 1851
Corvidae
Torresian Crow
Monson
62
Pitohui kirhocephalus Lesson & Garnot, 1827
Pachycephalidae
Variable Pitohui
Monson
63
Mino dumonti Lesson 1827
Sturnidae
Yellow- faced Myrna
Monson
202
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x e-ISSN: 2528-5726
Lampiran (Appendix) 2. Keragaman jenis burung berdasarkan makananya dan status perlindungan di Seksi II Ndalir Taman Nasional Wasur. Merauke (Bird spesies diversity, fiding guild and protection status in Seksi II Ndalir, National Park Wasur. Merauke). No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Jenis (Spesies)
Egretta sacra Gmelin, 1789 Egretta intermedia Wagler, 1829 Egretta alba Linn, 1758 Egretta garzetta Linn, 1766 Egretta ibis Forster, 1817 Ardeola striata Boie, 1822 Ardea pasifica Latham 1801 Pelecanus conspicullatus Temminck, 1824 Threskiornis aethiopicus Latham, 1790 Platalea regia Gould, 1838 Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817 Accipiter novaehollandiae Gmelin, 1788 Heliastus leucogaster Gmelin, 1788 Harpyopsis novaguinea Salvadori, 1875 Heliastus indicus Boddaert, 1783 Vanellus miles Boddaert, 1783 Pluvinalis dominica Muller, 1776 Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758 Charadrius lescahenaultii Lesson 1826 Calidris tenuirostris Horsfield, 1821 Himantopus leucochepalus Gould, 1837 Haemotopus longirostris Vieillot, 1817 Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818 Rhipidura albolimbata Salvadori, 1874 Rhipidura leuchophrys Latham, 1802 Merops ornatus Latham, 1802 Malurus cyanocephalus Quoy & Gaimard, 1830 Eurystomus orientalis Linn, 1766 Dicrurus hottetontus Linn, 1766 Nectariania jugularis Linn, 1766 Nectariania aspia Lesson &Garnot, 1828 Myzomela nigrita G. R. Gray, 1858
Famili (Family)
Jenis makan (Fiding guilds)
Kelompok (Claster)
Status perlindungan (Protection status)
Ardeidae Ardeidae Ardeidae Ardeidae Ardeidae Ardeidae Ardeidae
Invertebrata/ikan/artropoda Invertebrata/ikan/artropoda Invertebrata/ikan/artropoda Invertebrata/ikan/artropoda Invertebrata/ikan/artropoda Invertebrata/ikan/artropoda Ikan
Carnivora Carnivora Carnivora Carnivora Carnivora Carnivora Carnivora
P P P P P
Pelecanidae
Ikan
Carnivora
P
Threskiornithidae
Vertebrata kecil
Carnivora
P
Threskiornithidae Accipitridae
Vetebrata kecil Vertebrata kecil/artropoda/kadal
Carnivora Carnivora
P P
Accipitridae
Vertebrata kecil/artropoda/kadal
Carnivora
P
Accipitridae
Vertebrata kecil/artropoda/kadal
Carnivora
P
Accipitridae
Vertebrata kecil/artropoda/kadal
Carnivora
P
Accipitridae Charadriidae Charadriidae Charadriidae
Vertebrata kecil/artropoda/kadal Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan
Carnivora Carnivora Carnivora Carnivora
P P
Scolopacidae
Invertebrata/ikan/artropoda
Carnivora
Scolopacidae
Invertebrata/ikan/artropoda
Carnivora
Recurvirostridae
Invertebrata/ikan/artropoda
Carnivora
Haematopodidae
Invertebrata/ikan/artropoda
Carnivora
Rhipiduridae
Serangga
Carnivora
Rhipiduridae
Serangga
Carnivora
Rhipiduridae Meropidae
Serangga Serangga/nektar/buah
Carnivora Omnivora
Maluridae
Serangga/nektar/buah
Omnivora
Corciidae Dicruridae Nectaridae
Serangga/nektar/buah Serangga/nektar/buah Nektar
Omnivora Omnivora Herbivora
Nectaridae
Nektar
Herbivora
Meliphagidae
Serangga/nektar
Omnivora
203
P
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
33 34 35 36 37 38
Toxorxampus novaguenia Lesson, 1827 Collocalia esculenta Linnaeus, 1758 Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798 Megapodius freycinet Gaimard, 1823 Centropus phasianinus Latham, 1802 Centropus bernsteini Schlegel, 1866
Meliphagidae
Serangga/nektar
Omnivora
Apodidae Hirundinidae
Serangga Serangga Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Vertebrata kecil/artropoa/kadal/buah Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah
Carnivora Carnivora
Zoesteropidae
Vertebrata kecil/artropoda/kadal
Carnivora
Alcedinidae
Vertebrata kecil/artropoda/kadal
Carnivora
Alcedinidae
Artropoda/kodok/reptil kecil
Carnivora
P
Alcedinidae Alcedinidae Acanthizidae Columbidae Columbidae
Artropoda/kodok/reptil kecil Serangga/kodok/reptil kecil serangga/buah Buah Buah
Carnivora Carnivora Omnivora Herbivora Herbivora
P P
Psittacidae
Buah/nektar
Herbivora
Psittacidae Psittacidae Psittacidae Psittacidae
Buah/nektar Buah/nektar Buah/nektar Buah/nektar
Herbivora Herbivora Herbivora Herbivora
Psittacidae
Buah/nektar
Herbivora
Psittacidae
Buah/nektar
Herbivora
Buceroidae
Buah/nektar Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Serangga/nektar/buah Serangga/nektar/buah Serangga/nektar/buah Serangga/nektar/buah Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah Serangga/nektar/buah
Herbivora
Megapodiidae Cuculidae Cuculidae
55
Centropus menbeki Less & Garnet, 1828 Zosterops novaeguineae Salvadori, 1878 Dacelo gaudichaud Quoy & Gaimard,1824 Halcyon macleayii Jardin & Selby, 1830 Halcyon chloris Boddaert, 1783 Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859 Gerygone magnirostris Gould, 1843 Ducula bicolor Scopoli, 1786 Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855 Psittaculirostris desmarestii Desmarest, 1826 Lorius lory Linn, 1758 Eclectus roratus Muller, 1776 Micropsitta keiensis Salvadori, 1876 Cacatua galerita Lath, 1790 Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray, 1858 Micropsitta geelvinkiana Schlegel, 1871 Rhyticeros plicatus Forster, 1781
56
Myagra alecto Mathews, 1912
Myiagridae
57 58 59 60
Coracina lineata Swainson, 1825 Aplonis cantoroides Gray, 1862 Aplonis magna Schlegel, 1871 Cracticus cassicus Boddaert,1783
Campephagidae Sturnidae Sturnidae Sturnidae
61
Corvus orru Bonaparte, 1851
Cracticidae
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
62 63
Pitohui kirhocephalus Lesson & Garnot, 1827 Mino dumonti Lesson 1827
Cuculidae
Corvidae Pachycephalidae
204
Carnivora Carnivora Carnivora Carnivora
P P P
P
Omnivora Omnivora Omnivora Omnivora Omnivora
P
Omnivora Omnivora Omnivora
P